Anda di halaman 1dari 50

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

Pelaksanaan Sistem OSS


dan
Pokok-Pokok PP Nomor 24
Tahun 2018

Yogyakarta-LKPP, 4 Oktober 2018


1
Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha
2

PEMBENTUKAN SATGAS K/L/P:


mengidentifikasi seluruh perizinan kegiatan sektor

TAHAP 1
mengawal dan menyelesaikan hambatan perizinan

Penerapan Sistem CHECKLIST di KEK, FTZ, Kawasan Industri,


KSPN* yang telah beroperasi
Penerapan DATA SHARING untuk perizinan

PERATURAN PRESIDEN REFORMASI REGULASI di Pusat dan Daerah


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 91 TAHUN 2017 TAHAP 2
TENTANG Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA Elektronik (Sistem OSS)
Penyusunan Arsitektur
dan Peta Jalan Sistem OSS
Uji Coba Sistem & Pelaksanan
*) KSPN: Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional Tahap II berjalan paralel dengan Tahap I
Sistem OSS
3
Sistem OSS merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh pelayanan perizinan
berusaha yang menjadi kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, atau
Bupati/Walikota yang dilakukan melalui elektronik.
Prinsip Dasar Pelaksanan Sistem OSS

KEMUDAHAN
TERSTANDARISASI
AKSES

TERINTEGRASI
• New REGIME
• New FASHION
KEPERCAYAAN KPD

OSS 

PELAKU USAHA
UNTUK MEMENUHI

• 100% IT Based
STANDAR

PENGAWASAN !
OLEH PROFESI
BERSERTIFIKAT TERPENUHINYA
ASPEK K3L
Proses & Mekanisme Kerja Sistem OSS (2)
4
OSS
Pemrosesan Pendaftaran, Checklist Compliance/Komitmen atas Izin Usaha, Penerbitan Izin Usaha, Checklist Compliance/Komitmen
atas Izin Komersial, Notifikasi atas semua Izin.

OSS
Pelaku Usaha
Pemrosesan Izin
Pengawasan & Komersial di
Pengendalian Delegasi PTSP Daerah/KL
SPIPISE SiCANTIK
investasi K/L
(BKPM) (kominfo)
Investasi/ berusaha Sektor
yang didelegasikan/
BKO Delegasi
DPMPTSP SKPD
Investasi (Pasal 30 ayat
(7) UU 25/2017) Investasi/Urusan Urusan

AHU - NPWP
Proses validasi pengesahan badan hukum di Kemenkum HAM yang terintegrasi dengan sistem NPWP dari Ditjen Pajak. Sistem
ADMINDUK – NIK Lainnya Yang
Proses validasi atas investor perorangan berdasar data NIK KTP-el dan KK. Terintegrasi
INSW didalam OSS
Proses perizinan komersial terkait impor/ekspor, logistik dan Cross Border Trade Facilitation.
SUBSTANSI POKOK
PP NOMOR 24 TAHUN 2018

5
Pokok-Pokok PP Nomor 24 Tahun 2018 9

1. Jenis Perizinan, Pemohon Perizinan, dan Penerbit Perizinan.

2. Mekanisme Pelaksanaan Perizinan: Pengaturan kembali fungsi K/L/P.

PP 3. Reformasi Perizinan
24/2018
4. OSS: Kelembagaan, Sistem, dan Pendanaan.

5. Insentif atau Disinsentif Pelaksanaan Perizinan Melalui OSS.

6. Penyelesaian Permasalahan dan Hambatan Perizinan Melalui OSS.

7. Pengenaan Sanksi.
1. Pengelompokan Jenis Perizinan Berusaha (1/3)
7

Pengelompokan Jenis Perizinan Berusaha :


1. Izin Usaha; dan
2. Izin Komersial atau Operasional.
Seluruh perizinan berusaha yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan
sektor, dikelompokan sebagai Izin Usaha
atau Izin Komersial atau Operasional.

7
Pemohon Perizinan Berusaha (2/3)
8

Siapa Pemohon Perizinan Berusaha (Pasal 6):


1. Pelaku Usaha Perseorangan.
2. Pelaku Usaha Non Perseorangan:
a. Perseroan Terbatas;
b. Perusahaan Umum;
c. Perusahaan Umum Daerah;
d. Badan Hukum Lainnya Yang Dimiliki Oleh Negara;
e. Badan Layanan Umum;
f. Lembaga Penyiaran;
g. Badan Usaha Yang Didirikan Oleh Yayasan;
h. Koperasi;
i. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap);
j. Persekutuan Firma (Venootschap Onder Firma);
k. Persekutuan Perdata

8
Penerbit Perizinan Berusaha (3/3)
9

Siapa Penerbit Perizinan Berusaha (Pasal 18 & 19):


1. Perizinan Berusaha diterbitkan oleh menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya yang
pelaksanaannya wajib dilakukan melalui Lembaga OSS.
2. Lembaga OSS berdasarkan ketentuan dalam PP Nomor 24 Tahun
2018 untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
bupati/wali kota menerbitkan Perizinan Berusaha.
3. Penerbitan Perizinan Berusaha oleh Lembaga OSS dilakukan dalam
bentuk Dokumen Elektronik yang disertai dengan Tanda Tangan
Elektronik.
4. Dokumen Elektronik berlaku sah dan mengikat berdasarkan hukum
serta merupakan alat bukti yang sah.

9
2. PELAKSANAAN PERIZINAN (Pasal 20):
10

Lembaga OSS Pelaku Usaha melakukan K/L/D melakukan pengawasan


Pelaku Usaha menerbitikan Izin pemenuhan Komitmen Pelaku Usaha Lembaga OSS atas pemenuhan Komitmen Izin
melakukan Usaha dan penerbitan Izin Usaha dan melakukan fasilitasi Usaha dan pemenuhan
Pendaftaran Izin Komersial atau pemenuhan Komitmen pembayaran biaya Komitmen Izin Komersial atau
Operasional Izin Komersial atau Operasional dan pelaksanaannya
berdasarkan Komitmen Operasional oleh Pelaku Usaha

1. Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.


2. Lembaga OSS menerbitikan Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial atau Operasional berdasarkan Komitmen.
3. Pelaku Usaha melakukan pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau
Operasional.
4. Pelaku Usaha melakukan pembayaran biaya (PNBP atau Pajak/Retribusi Daerah).
5. Lembaga OSS melakukan fasilitasi kepada Pelaku Usaha (terutama UMKM) untuk mendapatkan Perizinan
Berusaha melalui Sistem OSS.
6. Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan
pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau Operasional, pembayaran, dan pelaksanaannya. 1
0
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (4) : Tahap Pendaftaran
11

Pelaksanaan Pendaftaran pada Sistem OSS (Pasal 21 – 30):


1. Pendaftaran dilakukan dengan cara mengakses laman OSS dan
melakukan pengisian data yang diperlukan.
2. Lembaga OSS menerbitkan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang
merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh Pelaku
Usaha untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional termasuk untuk pemenuhan persyaratan Izin
Usaha dan Izin Komersial atau Operasional.
3. NIB berlaku juga sebagai TDP, API, dan hak akses kepabeanan.
4. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan NIB ssekaligus
terdaftar sebagai peserta jaminan sosial kesehatan dan
jaminan sosial ketenagakerjaan serta mendapatkan
pengesahan RPTKA ((dalam hal Pelaku Usaha akan
mempekerjakan tenaga kerja asing) serta mendapatkan
informasi mengenai fasilitas fiskal yang akan didapat.

1
1
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (5) : Tahap Penerbitan Izin
Usaha (1) 12

Lembaga OSS menerbitkan Izin Kawasan.


Usaha berdasarkan Komitmen c. IMB  tidak dipersyaratkan
(Pasal 31-38): sepanjang telah ditetapkan
1. Lembaga OSS berdasarkan pedoman bangunan (estate
Komitmen menerbitkan: regulation).
a. Izin Lokasi; 3. Izin Usaha berlaku untuk seluruh
b. Izin Lokasi Perairan; wilayah Indonesia.
c. Izin Lingkungan; dan/atau 4. Izin Usaha dan/atau Izin
d. IMB. Komersial atau Operasional
2. Kegiatan berusaha di KEK: berlaku efektif setelah Pelaku
Usaha menyelesaikan Komitmen
a. Izin Lokasi  diberikan
dan melakukan pembayaran
langsung tanpa komitmen.
biaya Perizinan Berusaha sesuai
b. Izin Lingkungan  Tidak dengan ketentuan peraturan
dipersyaratkan, hanya perundang-undangan
menyusun RKL-RPL rinci
berdasarkan RKL-RPL 1
2
Pemenuhan Komitmen Izin (1)
13

a. Pelaku Usaha wajib menyampaikan jangka waktu 2 Hari menyetujui pemenuhan


permohonan pemenuhan Komitmen Izin Komitmen Izin Lokasi, dalam hal kantor
1. Izin Lokasi (Pasal 42-46): Lokasi paling lama 10 Hari sejak Lembaga pertanahan memberikan persetujuan dalam
OSS menerbitkan Izin Lokasi dengan pertimbangan teknis atau lebih dari 10 Hari
menyampaikan persyaratan pertimbangan tidak memberikan pertimbangan teknis.
teknis pertanahan kepada kantor d. Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat
pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam
kegiatan. jangka waktu 2 Hari menolak pemenuhan
b. Pertimbangan teknis diberikan kantor Komitmen Izin Lokasi dalam hal kantor
pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau pertanahan memberikan penolakan dalam
kegiatan dalam jangka waktu paling lama 10 pertimbangan teknis.
Hari untuk selanjutnya disampaikan kepada e. Dalam hal kantor pertanahan dan/atau
Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat
lokasi usaha dan/atau kegiatan. Dalam hal lokasi usaha dan/atau kegiatan memberikan
kantor pertanahan tempat lokasi usaha penolakan, Izin Lokasi dinyatakan batal.
tidak memberikan pertimbangan teknis f. Dalam hal Pemerintah Daerah
dalam jangka waktu tersebut pertimbangan kabupaten/kota tidak memberikan
teknis dianggap telah diberikan sesuai persetujuan dalam jangka waktu tersebut
permohonan Pelaku Usaha. Izin Lokasi yang diterbitkan oleh Lembaga
c. Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat OSS efektif berlaku
lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam
1
3
Pemenuhan Komitmen Izin (2)
14

a. Izin Lokasi Perairan diberikan kepada Perikanan atau pemerintah daerah


2. Izin Lokasi Perairan (Pasal 47-49): Pelaku Usaha yang melakukan sesuai kewenangan masing-masing.
kegiatan di sebagian perairan di d. Menteri Kelautan dan Perikanan
wilayah pesisir dan/atau pulau-pulau atau Pemerintah Daerah dalam
kecil sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu paling lama 10 Hari
undang-undang mengenai menyetujui atau menolak
pengelolaan wilayah pesisir dan pemenuhan Komitmen Izin Lokasi
pulau-pulau kecil. Perairan.
b. Pelaku Usaha wajib menyampaikan e. Dalam hal Menteri Kelautan dan
permohonan pemenuhan Komitmen Perikanan atau Pemerintah Daerah
Izin Lokasi Perairan di wilayah pesisir memberikan penolakan, Izin Lokasi
dan pulau-pulau kecil paling lama 10 Perairan dinyatakan batal.
Hari sejak Lembaga OSS f. Dalam hal Menteri Kelautan dan
menerbitkan Izin Lokasi. Perikanan atau Pemerintah Daerah
c. Pemenuhan Komitmen dilakukan tidak memberikan persetujuan atau
oleh Pelaku Usaha melalui Lembaga penolakan dalam jangka waktu
OSS dengan menyampaikan tersebut Izin Lokasi perairan yang
persyaratan Izin Lokasi Perairan di diterbitkan oleh Lembaga OSS
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil efektif berlaku.
kepada Menteri Kelautan dan
1
4
Pemenuhan Komitmen Izin (3)
15

3. Izin Lingkungan
(Pasal 50-71): a. Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh
Lembaga OSS dengan melengkapi UKL UPL atau dokumen Amdal.
b. UKL-UPL:
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi UKL-UPL sesuai formulir UKL-UPL.
2) Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan UKL-UPL paling lama 10 Hari sejak
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan.
3) Pemeriksaan atas UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak disampaikan oleh Pelaku Usaha.
4) Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat perbaikan UKL-UPL, ditetapkan
persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada Pelaku Usaha
melalui sistem OSS.
5) Dalam hal hasil pemeriksaan terdapat perbaikan UKL-UPL, Pelaku Usaha wajib
melakukan perbaikan UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak diterimanya hasil
pemeriksaan.
6) Berdasarkan perbaikan UKL-UPL ditetapkan persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan
menyampaikannya kepada Pelaku Usaha melalui OSS.
7) Penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL merupakan pemenuhan Komitmen
Izin Lingkungan.
1
5
Pemenuhan Komitmen Izin (4)
16

AMDAL

c. Dokumen Amdal
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi dokumen Amdal.
2) Penyusunan dokumen Amdal harus dimulai dilakukan paling lama 30 Hari
sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan.
3) Dokumen Amdal dilakukan melalui kegiatan:
a) penyusunan Andal dan RKL-RPL;
b) penilaian Amdal dan RKL-RPL; dan
c) keputusan kelayakan
4) Penyusunan Andal dan RKL-RPL berdasarkan formulir kerangka acuan.
5) Jangka waktu, penyampaian rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL,
penilaian akhir serta penyampaian hasil penilaian akhir, dan penetapan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

1
6
Pemenuhan Komitmen Izin (5)
17

UKL-UPL
d. Penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL sekaligus dilakukan
dengan penyusunan Andal Lalin
Pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang
akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
e. Izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup tersebut
diintegrasikan ke dalam Izin Lingkungan
Pelaku Usaha dalam memerlukan izin di bidang pengelolaan
lingkungan hidup untuk kegiatan:
1) menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun
bahan berbahaya dan beracun, penyusunan dokumen Amdal
dilakukan termasuk pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun;
2) pembuangan air limbah ke laut;
3) pembuangan air limbah ke sumber air; dan/atau
4) memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
1
7
Pemenuhan Komitmen Izin (6)
18

4.IMB dan SLF a. Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS d. Pemerintah Daerah kabupaten/kota
mengajukan penyelesaian IMB menyampaikan surat keterangan
paling lama 30 Hari sejak Lembaga rencana kabupaten/kota dalam
OSS menerbitkan IMB. bentuk digital ke Lembaga OSS dan
b. Dalam hal IMB memerlukan Surat keterangan rencana
penyelesaian dokumen Amdal, kabupaten/kota tersebut menjadi
Pelaku Usaha mengajukan dasar penyusunan rencana teknis
penyelesaian IMB paling lama 30 bangunan gedung untuk kegiatan
(tiga puluh) Hari sejak Komitmen berusaha.
Amdal dipenuhi. e. Dalam rangka pengoperasian
c. Pemenuhan Komitmen IMB bangunan gedung pemilik bangunan
dilakukan oleh Pelaku Usaha dengan gedung wajib memiliki sertifikat laik
melengkapi: fungsi.
1) tanda bukti status kepemilikan f. Sertifikat laik diterbitkan oleh
hak atas tanah atau tanda bukti Lembaga OSS berdasarkan hasil
perjanjian pemanfaatan tanah; pemeriksaan kelaikan fungsi
2) data pemilik bangunan gedung; bangunan gedung oleh profesi ahli
dan bangunan gedung bersertifikat
paling lama 3 (tiga) Hari
3) rencana teknis bangunan 1
gedung. 8
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (6) : Tahap Penerbitan Izin
Usaha (2) 19

4. Pelaku Usaha yang telah 5. Pelaku Usaha yang telah


mendapatkan Izin Usaha dapat mendapatkan Izin Usaha namun
melakukan kegiatan: belum menyelesaikan:
a. pengadaan tanah; a. Amdal; dan/atau
b. perubahan luas lahan; b. rencana teknis bangunan
c. pembangunan bangunan gedung,
gedung dan pengoperasiannya; belum dapat melakukan kegiatan
d. pengadaan peralatan atau pembangunan bangunan gedung.
sarana;
e. pengadaan sumber daya
manusia;
f. penyelesaian sertifikasi atau
kelaikan;
g. pelaksanaan uji coba produksi
(commisioning); dan/atau
h. pelaksanaan produksi.
1
9
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (7) : Tahap Penerbitan Izin
Komersial atau Operasional 20

Penerbitan Izin Komersial atau Operasional (Pasal 39-41):


1. Lembaga OSS menerbitkan Izin Komersial atau Operasional
berdasarkan Komitmen untuk:
a. standar, sertifikat, dan/atau lisensi; dan/atau
b. pendaftaran barang/jasa,
sesuai dengan jenis produk dan/atau jasa yang dikomersialkan
oleh Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
2. Lembaga OSS membatalkan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional yang sudah diterbitkan dalam hal Pelaku Usaha
tidak menyelesaikan pemenuhan Komitmen.
3. Izin Komersial atau Operasional berlaku efektif setelah Pelaku
Usaha menyelesaikan Komitmen dan melakukan pembayaran
biaya Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

*Mekanisme pemenuhan komitmen : Lampiran 2


0
Pembayaran Biaya Perizinan Berusaha (Pasal 77)
21

Pelaku Usaha wajib Melakukan Pembayaran (Pasal 77):


1. Segala biaya Perizinan Berusaha yang merupakan:
a. penerimaan negara bukan pajak;
b. bea masuk dan/atau bea keluar;
c. cukai; dan/atau
d. pajak daerah atau retribusi daerah,
wajib dibayar oleh Pelaku Usaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
2. Biaya dibayarkan oleh Pelaku Usaha sebagai bagian dari pemenuhan
Komitmen.
3. Pelaku Usaha yang telah melakukan pembayaran biaya mengunggah
bukti pembayaran ke dalam sistem OSS.
4. Pelaksanaan pembayaran biaya dapat difasilitasi melalui sistem OSS.
5. Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban pembayaran biaya,
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang telah diberikan
dinyatakan batal.
2
1
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (8) :Fasilitasi Perizinan Berusaha
22

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah


Daerah wajib memberikan fasilitasi
Perizinan Berusaha (Pasal 78):

1. Fasilitasi terutama usaha mikro, kecil, dan


menengah
2. Fasilitasi berupa:
a. pelayanan informasi yang berkaitan
dengan Perizinan Berusaha; dan
b. bantuan untuk mengakses laman OSS
dalam rangka mendapatkan Perizinan
Berusaha

2
2
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (9) : Pengawasan atas
Pelaksanaan Perizinan Berusaha 23
Wajib dilakukan Pengawasan (Pasal 81-83):
1. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah wajib melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen;
b. pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran; dan/atau
c. usaha dan/atau kegiatan,
2. Dalam hal hasil pengawasan ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan,
kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah mengambil tindakan berupa:
a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan berusaha;
c. pengenaan denda administratif; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha,
3. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan
dapat bekerja sama dengan profesi sesuai dengan bidang pengawasan yang dilakukan
oleh kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah.
4. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur dan/atau bupati/wali kota wajib melakukan
pengawasan terhadap aparatur sipil negara dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha.
5. Aparatur sipil negara yang tidak melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan
Perizinan Berusaha. 2
3
3. Reformasi Perizinan Berusaha (1)
24

1. Reformasi peraturan Perizinan Berusaha (Pasal 84-89) meliputi:


a. pengaturan kembali jenis perizinan, pendaftaran, rekomendasi,
persetujuan, penetapan, standar, sertifikasi, atau lisensi yang
melingkupi:
1) pengklasifikasian;
2) penghapusan;
3) penggabungan;
4) perubahan nomenklatur; atau
5) penyesuaian persyaratan.
b. penahapan untuk memperoleh perizinan; dan
c. pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan.

2. Pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan dilakukan untuk


melakukan usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Izin Usaha atau Izin
Komersial atau Operasional yang telah diterbitkan
2
4
Reformasi Perizinan Berusaha (2)
25
Pelaksanaan Reformasi Peraturan dan Perizinan Berusaha pada:

1 2 3 4 5 6 7

Ketenaga Kelautan Dan Obat dan


Pertanian LHK PUPR Kesehatan
listrikan Perikanan Makanan

8 9 10 11 12 13 14

Komunikasi & Keuangan Pariwisata Pendidikan dan


Perindustrian Perdagangan Perhubungan
Informatika Kebudayaan

15 16 17 18 19 20

Pendidikan Ketenaga Koperasi &


Keagamaan Kepolisian Nuklir
Tinggi Kerjaan UMKM
Reformasi Perizinan Berusaha pada Leading Sectors (3)
26
Jumlah Izin Jumlah Izin
No Sektor Keterangan
Saat Ini Reform
Izin 68 Izin 46 • Terdapat pengintegrasian Izin dan
penghapusan izin
• Terdapat pengintegrasian non-izin dan
1 Perhubungan
Non-Izin 129 Non-Izin 73 penghapusan non-izin. Persetujuan
dikategorikan sebagai izin. Sudah
dikonfirmasi oleh sektor
Izin 26 Izin 12 • 29 Digabungkan*
2 Pertanian
Non-Izin 35 Non-Izin 18 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 32 Izin 11 • Terdapat pengintegrasian dan penghapusan
Izin. SIUP merupakan izin dasar untuk setiap
sub-sektor
3 Kelautan dan Perikanan
Non-Izin 47 Non-Izin 33 • Terdapat pengintegrasian dan penghapusan
non-izin
• Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 15 Izin 5 • 5 Digabung*, 2 diintegrasikan prosesnya
Pekerjaan Umum dan
4 dengan AMDAL dan 3 dihapus
Perumahan Rakyat Non-Izin 8 Non-Izin 3 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Non-Izin: Standar, Rekomendasi, Pendaftaran, Sertifikasi dan Penetapan
*Digabungkan dengan catatan : Terdapat persyaratan yang berbeda untuk tipe yang berbeda
Reformasi Perizinan Berusaha pada Leading Sectors (4)
Jumlah Izin Jumlah Izin
No Sektor Keterangan
Saat Ini Reform
Izin 39 Izin 16 • 20 digabung
Lingkungan Hidup dan
5 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor untuk
Kehutanan Non-Izin 5 Non-Izin 7 subsektor lingkungan
Izin 86 Izin 41 • 68 digabung* dan 14 dihapus
6 Perdagangan
Non-Izin 55 Non-Izin 4 • 10 Dihapuskan
Izin 6 Izin 5 • Beberapa izin digabung dan 3 dihapus
7 Perindustrian
Non-Izin 44 Non-Izin 15 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Komunikasi dan Izin 36 Izin 10 • 32 digabungkan*, 1 diubah menjadi standar
8
Informatika Non-Izin 1 Non-Izin 8 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 31 Izin 15 • 22 digabungkan*, 3 diubah menjadi standar
9 Kesehatan dan 6 penambahan standar
Non-Izin 2 Non-Izin 10 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 1 Izin 1
10 Pariwisata • Sudah dikonfirmasi oleh sector
Non-Izin 2 Non-Izin 2

Non-Izin: Standar, Rekomendasi, Pendaftaran, Sertifikasi dan Penetapan


*Digabungkan dengan catatan : Terdapat persyaratan yang berbeda untuk tipe yang berbeda
Reformasi Perizinan Berusaha pada Leading Sectors (5)

Jumlah Izin Jumlah Izin


No Sektor Keterangan
Saat Ini Reform
Pendidikan dan Izin 16 Izin 6 • 2 digabung dan 2 dihapus
11
Kebudayaan Non-Izin 1 Non-Izin 3 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Riset dan Pendidikan Izin 5 Izin 3 • 2 dihapuskan
12
Tinggi Non-Izin 0 Non-Izin 0 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 9 Izin 9 • 2 pendaftaran dihapus
13 Ketenagakerjaan
Non-Izin 4 Non-Izin 2 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 12 Izin 8 • 6 digabung dan 1 dihapus
14 Keuangan
Non-Izin 8 Non-Izin 2 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 43 Izin 6 • 3 diubah menjadi standar
15 ESDM (Ketenagalistrikan)
Non-Izin 30 Non-Izin 3 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 6 Izin 6
16 Agama • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Non-Izin 0 Non-Izin 0
Izin 12 Izin 11 • 4 digabung dan 3 dihapus
17 Obat dan Makanan
Non-Izin 8 Non-Izin 6 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Non-Izin: Standar, Rekomendasi, Pendaftaran, Sertifikasi dan Penetapan
Reformasi Perizinan Berusaha pada Leading Sectors (6)

Jumlah Izin Jumlah Izin


No Sektor Keterangan
Saat Ini Reform
Izin 1 Izin 1
18 Kepolisian • -
Non-Izin 0 Non-Izin 0
Perkoperasian dan UMKM Izin 5 Izin 5
19 • -
Perkoperasian dan UMKM Non-Izin 0 Non-Izin 0
Ketenaganukliran Izin 129 Izin 39
20 • 90 Izin dihapus dan diintegrasikan
Ketenaganukliran Non-Izin 0 Non-Izin 0

Non-Izin: Standar, Rekomendasi, Pendaftaran, Sertifikasi dan Penetapan


Reformasi Perizinan Berusaha (7)
30

1. Pelaksanaan Perizinan Berusaha yang belum masuk dalam


PP Nomor 24 Tahun 2018 dilaksanakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan sektor
bersangkutan (c.q. khusus Sektor Pertambangan dan
Sektor Perbankan)

2. Menteri dan pimpinan lembaga menyusun dan


menetapkan standar Perizinan Berusaha di sektornya
masing-masing berupa Norma, Standar, Prosedur, Dan
Kriteria (NSPK).

3. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali


kota mencabut dan menyatakan tidak berlaku seluruh
peraturan dan/atau keputusan yang mengatur mengenai
NSPK Perizinan Berusaha yang menjadi kewenangannya,
yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini.
3
0
4. OSS : Kelembagaan, Sistem, dan Pendanaan (1)
31

1. Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, dan


Pemerintah Daerah kabupaten/kota menggunakan sistem
Online Single Submission (Pasal 90-96): OSS dalam rangka pemberian Perizinan Berusaha yang
menjadi kewenangannya masing-masing.
2. Penggunaan sistem OSS mengikuti standar integrasi sistem
OSS.
3. Sistem OSS dikelola oleh Lembaga OSS.
4. Lembaga OSS berwenang untuk:
a. menerbitkan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS;
b. menetapkan kebijakan pelaksanaan Perizinan Berusaha
melalui sistem OSS;
c. menetapkan petunjuk pelaksanaan penerbitan Perizinan
Berusaha pada sistem OSS;
d. mengelola dan mengembangkan sistem OSS; dan
e. bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan,
pengelolaan, dan pengembangan sistem OSS.
3
1
OSS : Kelembagaan, Sistem, dan Pendanaan (2) : Transisi
Pelaksanaan Sistem OSS (Pasal 105) 32

1. Dalam hal Lembaga OSS (c.q. BKPM) belum dapat


melaksanakan pelayanan Perizinan Berusaha dan
pengelolaan sistem OSS sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini, pelayanan
Perizinan Berusaha dan pengelolaan sistem OSS
dimaksud dilaksanakan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Pelayanan Perizinan Berusaha dan pengelolaan


sistem OSS dilaksanakaan sampai dengan
ditetapkannya pengalihan pengelolaan sistem
OSS kepada BKPM.

3
2
6. Insetif dan Disinsentif
33

INSENTIF DISINSENTIF
1. Pemerintah Pusat dapat menetapkan 1. Disinsentif bagi kementerian/lembaga dapat
insentif atau mengenakan disinsentif bagi berupa pengurangan anggaran dan/atau bentuk
kementerian/lembaga, pemerintah daerah lain sesuai dengan ketentuan peraturan
provinsi, atau pemerintah daerah perundang-undangan.
kabupaten/kota yang melaksanakan 2. Disinsentif bagi pemerintah daerah provinsi atau
Perizinan Berusaha melalui sistem OSS.
pemerintah daerah kabupaten/kota dapat
2. Insentif bagi kementerian/lembaga dapat
berupa penundaan DAU dan/atau DBH yang
berupa tambahan anggaran dan/atau
bentuk lain sesuai dengan ketentuan menjadi hak daerah bersangkutan dan bentuk
peraturan perundang-undangan. lain sesuai dengan ketentuan peraturan
3. Insentif bagi pemerintah daerah provinsi perundang-undangan.
atau pemerintah daerah kabupaten/kota 3. Penundaan DAU dan/atau DBH dilakukan
dapat berupa Dana Insentif Daerah setelah mempertimbangkan besaran penyaluran
berdasarkan penilaian atas kinerja DAU/DBHl, sanksi pemotongan dan/atau
pelayanan Pelaksanaan Berusaha. penundaan lainnya, serta Kapasitas Fiskal
4. Pemberian insentif dilaksanakan sesuai Daerah yang bersangkutan
dengan kemampuan keuangan negara 3
3
7. Mekanisme Penyelesaian Permasalahan (Pasal 98-99):
34

Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota wajib menyelesaikan hambatan dan
1 permasalahan dibidangnya dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal peraturan perundang-undangan belum mengatur atau tidak jelas mengatur kewenangan untuk
2 penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan sistem OSS, menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, dan bupati/wali kota berwenang untuk menetapkan keputusan dan/atau melakukan tindakan
yang diperlukan dalam rangka penyelesaian hambatan dan permasalahan dimaksud sepanjang sesuai
dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik.

Dalam hal terdapat laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat kepada menteri, pimpinan lembaga,
3 gubernur, atau bupati/wali kota sebagai pelaksana sistem OSS atau kepada Kejaksaan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia mengenai penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang dalam
pelaksanaan sistem OSS, penyelesaian dilakukan dengan mendahulukan proses administrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang administrasi pemerintahan.

Dalam hal laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
4 disampaikan kepada Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia meneruskan/menyampaikan laporan masyarakat tersebut kepada menteri,
3
pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota untuk dilakukan pemeriksaan
4
8. Pengenaan Sanksi (Pasal 100-101)
35
1. Gubernur dan bupati/wali kota yang tidak 3. Dalam hal gubernur dan bupati/wali kota tidak
memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan
Izin Komersial atau Operasional sesuai OSS Izin Komersial atau Operasional dan teguran
kepada Pelaku Usaha yang telah memenuhi tertulis telah disampaikan 2 kali berturut-
persyaratan berdasarkan ketentuan Peraturan turut:
Pemerintah ini dan peraturan perundang- a. Menteri Dalam Negeri mengambil alih
undangan terkait dikenai sanksi, berupa:teguran pemberian Izin Komersial atau Operasional
tertulis kepada: yang menjadi kewenangan gubernur dan
a. gubernur oleh menteri yang melimpahkannya kepada Lembaga OSS; atau
menyelenggarakan urusan pemerintahan b. gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
dalam negeri; dan mengambil alih pemberian Izin Komersial
b. bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil atau Operasional yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat. bupati/wali kota dan melimpahkannya
kepada Lembaga OSS.
2. Teguran tertulis diberikan sebanyak 2 kali dengan
jangka waktu masing-masing paling lama 2 Hari. 4. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
dan/atau bupati/ wali kota mengenakan
sanksi kepada pejabat yang tidak memberikan
pelayanan OSS sesuai standar OSS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang aparatur sipil negara
36

TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI ATR/KEPALA BPN NOMOR 14
TAHUN 2018 TENTANG IZIN LOKASI

3
7
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG IZIN LOKASI

Tersusun dalam 9 (sembilan) bab dan 30 (tiga puluh) pasal :


BAB I : KETENTUAN UMUM terdiri atas 1 (satu) pasal;
BAB II : MAKSUD, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP terdiri atas 2 (dua) pasal;
BAB III : OBJEK DAN SUBJEK IZIN LOKASI terdiri atas 3 (tiga) pasal;
BAB IV : TATA CARA PEMBERIAN DAN JANGKA WAKTU terdiri atas 14 (empat belas) pasal;
BAB V : HAK DAN KEWAJIBAN PEMEGANG IZIN LOKASI terdiri atas 4 (empat) pasal;
BAB VI : PEMBIAYAAN IZIN LOKASI terdiri atas 1 (satu) pasal;
BAB VII : MONITORING DAN EVALUASI terdiri atas 1 (satu) pasal;
BAB VIII : KETENTUAN PERALIHAN terdiri atas 2 (dua) pasal; dan
BAB IX : KETENTUAN PENUTUP terdiri atas 2 (dua) pasal.
BAGAN ALUR PENERBITAN IZIN LOKASI
OUTPUT DARI OSS
Pelaku usaha
Tidak
INPUT KE SISTEM OSS Sesuai IZIN LOKASI DITOLAK
RDTR
RDTR
Nomor Induk Berusaha Sesuai IZIN LOKASI TANPA
Izin Usaha Berdasarkan RDTR KOMITMEN + PETA
Komitmen
Luas dan letak tanah yang NOTIFIKASI
dimohon IZIN LOKASI KE ATR/BPN
Jalan, nomor, RT/RW Tanah lokasi usaha Memenuhi 7
Desa/Kelurahan kriteria:
BERDASARKAN
Kecamatan a) Sesuai RDTR KOMITMEN + PETA
Kabupaten/Kota b) KEK
Provinsi c) Sudah ada IL
d) Otorita/ Kws pengembangan
Rencana kegiatan Form Pernyataan Pemenuhan
tertentu
Deteksi e) Perluasan usaha Komitmen Izin Lokasi INPUT KE
Upload Peta lokasi yg f) Batasan luas
ketersediaan LOKET/
dimohon: - <25 Ha utk tnh pertanian
data dan
- Upload shapefile - <5 Ha utk permukiman MBR
Form Permohonan Pemenuhan SISTEM
kesesuaian - <1 Ha utk tnh Non pertanian
- Digitasi on-screen KKP
tata ruang: g) Proyek Strategis Nasional Komitmen Izin Lokasi

PROPOSAL Rencana RTRW


kegiatan usaha Form Pernyataan Luas Tanah
yang dikuasai Pertimbangan
Teknis
Pertanahan
BAGAN ALUR MEKANISME PENERBITAN IZIN LOKASI BERDASARKAN KOMITMEN

Pelaku usaha Tidak


menyerahkan
persyaratan Izin
OSS Dlm waktu 10 Lokasi
hari Menolak Menolak Batal
IZIN LOKASI
BERDASARKAN
KOMITMEN Kantor Pemerintah
Pertanahan Daerah
Pernyataan Pemenuhan Pertimbangan Persetujuan
Komitmen Izin Lokasi Teknis Per- Pemenuhan
tanahan Komitmen
10 Hari 2 Hari
Penyerahan Persyaratan
Pertimbangan Teknis tidak
Pertanahan dalam waktu
tidak memberikan
menerbitkan
10 Hari persetujuan Lebih
PTP Lebih
Menyerahkan dari 2 Hari
dari 10 Hari
Syarat Permohonan : persyaratan Izin
• Peta yang memuat koordinat
Dlm waktu Lokasi
polygon batas letak lokasi;
• Rencana kegiatan usaha tidak lebih efektif
• Surat pernyataan mengenai dari 10 hari Menyetujui Menyetujui berlaku
letak dan luas tanah dan
• NIB*, Keputusan Pemberian
Izin Lokasi *NIB = Nomor Induk Berusaha
BAGAN ALUR MEKANISME PENERBITAN IZIN LOKASI TANPA KOMITMEN

OSS
Pelaku usaha
Izin
IZIN LOKASI
Lokasi
TANPA
efektif
KOMITMEN
berlaku
Tanah lokasi usaha Memenuhi 7 kriteria:
a) Sesuai RDTR
b) KEK
c) Sudah ada IL Kantor Pertanahan
d) Otorita/ Kws pengembangan tertentu
e) Perluasan usaha Pertimbangan Teknis
f) Batasan luas Pertanahan
- <25 Ha utk tnh pertanian 10 Hari
- <5 Ha utk permukiman MBR
- <1 Ha utk tnh Non pertanian
g) Proyek Strategis Nasional

Menggunakan dan
memanfaatkan tanah
Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Persetujuan atau Penolakan
Izin Lokasi Berdasarkan Komitmen
Pemda
Pelaku Usaha Kantor Pertanahan
Kab/kota

Pengajuan berkas Loket Pelayanan/ Tim Pertimbangan Kepala Kantor


Permohonan PTP OSS Teknis Pertanahan Pertanahan Bupati/
Walikota/
Syarat Permohonan : Ka.PTSP
• Peta yang memuat Pelaksanaan PTP :
koordinat polygon batas Pemeriksaan Berkas
letak lokasi;
a. Peninjauan Lokasi; Pertimbangan
• Rencana kegiatan usaha b. Pengolahan data dan Teknis
• Surat pernyataan analisa; Persetujuan
Lengkap Pertanahan
mengenai letak dan luas c. Rapat pembahasan; /Penolakan
tanah dan Izin Lokasi
d. Penyusunan risalah
• NIB, Izin Lokasi
Berdasarkan Komitmen Penerbitan SPS & dan peta;
Penyimpanan
• persetujuan atau Pembayaran e. Penetapan
Data dlm Penyerahan
penolakan dari pejabat
sistem KKP Hasil
pimpinan tinggi madya di
bidang penataan agraria kepada
untuk Izin Lokasi dengan Penyusunan Risalah dan Peta
pemohon/
luasan melebihi batasan PTP
Permen ttg Izin Lokasi
OSS
Penerimaan bukti
(maksimal 10 hari sejak pembayaran
diterbitkannya Izin Lokasi) Jangka Waktu Pelaksanaan dimulai sejak penerimaan bukti
maksimal 2 hr
pembayaran s/d Penetapan PTP maksimal 10 hr
*NIB = Nomor Induk Berusaha
Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka
Penggunaan dan Pemanfaatan tanah Izin Lokasi Tanpa Komitmen

Pelaku Usaha Kantor Pertanahan

Pengajuan berkas Loket Pelayanan/ Tim Pertimbangan Kepala Kantor


Permohonan PTP OSS Teknis Pertanahan Pertanahan

Akan menggunakan Pelaksanaan PTP :


dan memanfaatkan Pemeriksaan Berkas Penyerahan
a. Peninjauan Lokasi; Pertimbangan
tanah Hasil
b. Pengolahan data dan Teknis
kepada
Lengkap analisa; Pertanahan
pemohon
Syarat Permohonan : c. Rapat pembahasan;
• Peta yang memuat d. Penyusunan risalah
koordinat polygon Penerbitan SPS & dan peta;
batas letak lokasi; Penyimpanan
Pembayaran e. Penetapan
Data dlm
• Rencana kegiatan
sistem KKP
usaha
• Surat pernyataan Penyusunan Risalah dan Peta
mengenai letak dan PTP
luas tanah dan Penerimaan bukti
• NIB, Izin Lokasi Tanpa pembayaran
Komitmen Jangka Waktu Pelaksanaan dimulai sejak penerimaan bukti
pembayaran s/d Penetapan PTP maksimal 10 hr
*NIB = Nomor Induk Berusaha
VIII. Status Perda RDTR Kabupaten/Kota (1/2)

Kalimantan Timur Sulawesi Tengah


Sumatera Utara 1 RDTR 3 RDTR
1 RDTR Papua
Gorontalo 1 RDTR
1 RDTR

Bangka Belitung Status Perda RDTR


1 RDTR 2,2% Sudah Perda
Sumatera Barat RDTR
1 RDTR

DKI Jawa Tengah


1 RDTR 1 RDTR 97,8%
97,8% Belum Perda
Jawa Timur Sulawesi Selatan RDTR
Banten 16 RDTR 4 RDTR
1 RDTR
Jawa Barat
2 RDTR DIY NTB
1 RDTR NTT
1 RDTR
5 RDTR

Dari 508 kabupaten/kota, hanya terdapat 38 kabupaten/kota yang telah menetapkan Perda RDTR.

44
PERATURAN MENTERI ATR/KEPALA BPN NOMOR 15
TAHUN 2018 TENTANG PERTIMBANGAN TEKNIS
PERTANAHAN

4
5
X. Perbandingan Perkaban Nomor 2 Tahun 2011 dengan
Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN Nomor 15 Tahun 2018 ttg PTP (1/2)

No. Uraian Perkaban 2/2011 PerMen ATR/Kepala BPN 15/2018


1. Dasar Menimbang PP 16 tahun 2004 PP 16 tahun 2004 dan
PP 24 tahun 2018
2. Muatan PTP dalam rangka : PTP dalam rangka :
 Penerbitan Izin Lokasi  Persetujuan /penolakan Izin Lokasi
 Penetapan Lokasi  Pemberian/perpanjangan atau
 Izin Perubahan Penggunaan Tanah pembaharuan hak atas tanah;
 Penegasan status dan rekomendasi
penguasaan tanah timbul; atau
 Perubahan penggunaan dan pemanfaatan
tanah
3. Posisi PTP  Terbit sebelum Izin Lokasi diterbitkan  Setelah Izin Lokasi diterbitkan oleh
oleh Kepala PTSP/Bupati/ Walikota Lembaga OSS
 Sebagai dasar pertimbangan  Sebagai dasar pertimbangan Izin Lokasi
penerbitan Izin Lokasi efektif berlaku
4. Tata Cara Pemohon datang langsung ke kantor Melalui Sistem OSS secara elektronik bagi
PELAKU USAHA

9
Perbandingan Perkaban Nomor 2 Tahun 2011 dengan
Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN Nomor 15 Tahun 2018 ttg PTP (2/2)

No. Uraian Perkaban 2/2011 PerMen ATR/Kepala BPN 15/2018


5. Jangka waktu 14 (empat belas ) hari 10 ( sepuluh) hari
penyelesaian
6. Subjek/Pemohon perusahaan, instansi pemerintah, subyek • BUMN/BUMD/BUMDes;
pemohon lainnya yang sah • Perorangan atau Badan Hukum; atau
• Pelaku Usaha
7. Output Risalah dan Risalah, Pertimbangan Teknis Pertanahan dan
Lampiran 7 Peta: 1 Lampiran Peta
 Petunjuk Letak Lokasi;
 Penggunaan Tanah;
 Gambaran Umum Penguasaan Tanah;
 Kemampuan Tanah;
 Kesesuaian Penggunaan Tanah;
 Ketersediaan Tanah;
 Pertimbangan Teknis Pertanahan
8. Kewenangan Berjenjang Kantah-Kanwil-Pusat Kantor Pertanahan Kab/Kota
9. Pelaksana Struktural Struktural dan Fungsional

10
Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Persetujuan atau Penolakan
Izin Lokasi Berdasarkan Komitmen
Pemda
Pelaku Usaha Kantor Pertanahan
Kab/kota

Pengajuan berkas Loket Pelayanan/ Tim Pertimbangan Kepala Kantor


Permohonan PTP OSS Teknis Pertanahan Pertanahan Bupati/
Walikota/
Syarat Permohonan : Ka.PTSP
• Peta yang memuat Pelaksanaan PTP :
koordinat polygon batas Pemeriksaan Berkas
letak lokasi;
a. Peninjauan Lokasi; Pertimbangan
• Rencana kegiatan usaha b. Pengolahan data dan Teknis
• Surat pernyataan analisa; Persetujuan
Lengkap Pertanahan
mengenai letak dan luas c. Rapat pembahasan; /Penolakan
tanah dan Izin Lokasi
d. Penyusunan risalah
• NIB, Izin Lokasi
Berdasarkan Komitmen Penerbitan SPS & dan peta;
Penyimpanan
• persetujuan atau Pembayaran e. Penetapan
Data dlm Penyerahan
penolakan dari pejabat
sistem KKP Hasil
pimpinan tinggi madya di
bidang penataan agraria kepada
untuk Izin Lokasi dengan Penyusunan Risalah dan Peta
pemohon/
luasan melebihi batasan PTP
Permen ttg Izin Lokasi
OSS
Penerimaan bukti
(maksimal 10 hari sejak pembayaran
diterbitkannya Izin Lokasi) Jangka Waktu Pelaksanaan dimulai sejak penerimaan bukti
maksimal 2 hr
pembayaran s/d Penetapan PTP maksimal 10 hr
*NIB = Nomor Induk Berusaha
Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Persetujuan atau Penolakan
Izin Lokasi Tanpa Komitmen (akan menggunakan dan memanfaatkan tanah)

Pelaku Usaha Kantor Pertanahan

Pengajuan berkas Loket Pelayanan/ Tim Pertimbangan Kepala Kantor


Permohonan PTP OSS Teknis Pertanahan Pertanahan

Akan menggunakan Pelaksanaan PTP :


dan memanfaatkan Pemeriksaan Berkas Penyerahan
a. Peninjauan Lokasi; Pertimbangan
tanah Hasil
b. Pengolahan data dan Teknis
kepada
Lengkap analisa; Pertanahan
pemohon
Syarat Permohonan : c. Rapat pembahasan;
• Peta yang memuat d. Penyusunan risalah
koordinat polygon Penerbitan SPS & dan peta;
batas letak lokasi; Penyimpanan
Pembayaran e. Penetapan
Data dlm
• Rencana kegiatan
sistem KKP
usaha
• Surat pernyataan Penyusunan Risalah dan Peta
mengenai letak dan PTP
luas tanah dan Penerimaan bukti
• NIB, Izin Lokasi Tanpa pembayaran
Komitmen Jangka Waktu Pelaksanaan dimulai sejak penerimaan bukti
pembayaran s/d Penetapan PTP maksimal 10 hr
*NIB = Nomor Induk Berusaha
Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka rangka Pemberian/perpanjangan atau pembaharuan hak atas
tnh, Penegasan status dan rekomendasi penguasaan tnh timbul; atau Perubahan penggunaan dan pemanfaatan tnh

Pemohon Kantor Pertanahan

Pengajuan berkas Tim Pertimbangan Kepala Kantor


Loket Pelayanan Teknis Pertanahan Pertanahan
Permohonan PTP

Pelaksanaan PTP : Penyerahan


Pemeriksaan Berkas
a. Peninjauan Lokasi; Pertimbangan
Hasil
b. Pengolahan data dan Teknis
Syarat Permohonan : kepada
Lengkap analisa; Pertanahan
• Peta yang memuat pemohon
c. Rapat pembahasan;
koordinat polygon d. Penyusunan risalah
batas letak lokasi; Penerbitan SPS & dan peta;
• Rencana kegiatan Pembayaran e. Penetapan
Penyimpanan
usaha Data dlm
sistem KKP
• Surat pernyataan
mengenai letak dan
Penyusunan Risalah dan Peta
luas tanah dan PTP
• NIB (bagi Pelaku
Penerimaan bukti
Usaha)
pembayaran
Jangka Waktu Pelaksanaan dimulai sejak penerimaan bukti
pembayaran s/d Penetapan PTP maksimal 10 hr
*NIB = Nomor Induk Berusaha

Anda mungkin juga menyukai