REPUBLIK INDONESIA
TAHAP 1
mengawal dan menyelesaikan hambatan perizinan
KEMUDAHAN
TERSTANDARISASI
AKSES
TERINTEGRASI
• New REGIME
• New FASHION
KEPERCAYAAN KPD
OSS
PELAKU USAHA
UNTUK MEMENUHI
• 100% IT Based
STANDAR
PENGAWASAN !
OLEH PROFESI
BERSERTIFIKAT TERPENUHINYA
ASPEK K3L
Proses & Mekanisme Kerja Sistem OSS (2)
4
OSS
Pemrosesan Pendaftaran, Checklist Compliance/Komitmen atas Izin Usaha, Penerbitan Izin Usaha, Checklist Compliance/Komitmen
atas Izin Komersial, Notifikasi atas semua Izin.
OSS
Pelaku Usaha
Pemrosesan Izin
Pengawasan & Komersial di
Pengendalian Delegasi PTSP Daerah/KL
SPIPISE SiCANTIK
investasi K/L
(BKPM) (kominfo)
Investasi/ berusaha Sektor
yang didelegasikan/
BKO Delegasi
DPMPTSP SKPD
Investasi (Pasal 30 ayat
(7) UU 25/2017) Investasi/Urusan Urusan
AHU - NPWP
Proses validasi pengesahan badan hukum di Kemenkum HAM yang terintegrasi dengan sistem NPWP dari Ditjen Pajak. Sistem
ADMINDUK – NIK Lainnya Yang
Proses validasi atas investor perorangan berdasar data NIK KTP-el dan KK. Terintegrasi
INSW didalam OSS
Proses perizinan komersial terkait impor/ekspor, logistik dan Cross Border Trade Facilitation.
SUBSTANSI POKOK
PP NOMOR 24 TAHUN 2018
5
Pokok-Pokok PP Nomor 24 Tahun 2018 9
PP 3. Reformasi Perizinan
24/2018
4. OSS: Kelembagaan, Sistem, dan Pendanaan.
7. Pengenaan Sanksi.
1. Pengelompokan Jenis Perizinan Berusaha (1/3)
7
7
Pemohon Perizinan Berusaha (2/3)
8
8
Penerbit Perizinan Berusaha (3/3)
9
9
2. PELAKSANAAN PERIZINAN (Pasal 20):
10
1
1
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (5) : Tahap Penerbitan Izin
Usaha (1) 12
3. Izin Lingkungan
(Pasal 50-71): a. Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh
Lembaga OSS dengan melengkapi UKL UPL atau dokumen Amdal.
b. UKL-UPL:
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi UKL-UPL sesuai formulir UKL-UPL.
2) Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan UKL-UPL paling lama 10 Hari sejak
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan.
3) Pemeriksaan atas UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak disampaikan oleh Pelaku Usaha.
4) Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat perbaikan UKL-UPL, ditetapkan
persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada Pelaku Usaha
melalui sistem OSS.
5) Dalam hal hasil pemeriksaan terdapat perbaikan UKL-UPL, Pelaku Usaha wajib
melakukan perbaikan UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak diterimanya hasil
pemeriksaan.
6) Berdasarkan perbaikan UKL-UPL ditetapkan persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan
menyampaikannya kepada Pelaku Usaha melalui OSS.
7) Penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL merupakan pemenuhan Komitmen
Izin Lingkungan.
1
5
Pemenuhan Komitmen Izin (4)
16
AMDAL
c. Dokumen Amdal
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi dokumen Amdal.
2) Penyusunan dokumen Amdal harus dimulai dilakukan paling lama 30 Hari
sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan.
3) Dokumen Amdal dilakukan melalui kegiatan:
a) penyusunan Andal dan RKL-RPL;
b) penilaian Amdal dan RKL-RPL; dan
c) keputusan kelayakan
4) Penyusunan Andal dan RKL-RPL berdasarkan formulir kerangka acuan.
5) Jangka waktu, penyampaian rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL,
penilaian akhir serta penyampaian hasil penilaian akhir, dan penetapan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
1
6
Pemenuhan Komitmen Izin (5)
17
UKL-UPL
d. Penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL sekaligus dilakukan
dengan penyusunan Andal Lalin
Pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang
akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban,
dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
e. Izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup tersebut
diintegrasikan ke dalam Izin Lingkungan
Pelaku Usaha dalam memerlukan izin di bidang pengelolaan
lingkungan hidup untuk kegiatan:
1) menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun
bahan berbahaya dan beracun, penyusunan dokumen Amdal
dilakukan termasuk pengelolaan limbah bahan berbahaya dan
beracun;
2) pembuangan air limbah ke laut;
3) pembuangan air limbah ke sumber air; dan/atau
4) memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah,
1
7
Pemenuhan Komitmen Izin (6)
18
4.IMB dan SLF a. Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS d. Pemerintah Daerah kabupaten/kota
mengajukan penyelesaian IMB menyampaikan surat keterangan
paling lama 30 Hari sejak Lembaga rencana kabupaten/kota dalam
OSS menerbitkan IMB. bentuk digital ke Lembaga OSS dan
b. Dalam hal IMB memerlukan Surat keterangan rencana
penyelesaian dokumen Amdal, kabupaten/kota tersebut menjadi
Pelaku Usaha mengajukan dasar penyusunan rencana teknis
penyelesaian IMB paling lama 30 bangunan gedung untuk kegiatan
(tiga puluh) Hari sejak Komitmen berusaha.
Amdal dipenuhi. e. Dalam rangka pengoperasian
c. Pemenuhan Komitmen IMB bangunan gedung pemilik bangunan
dilakukan oleh Pelaku Usaha dengan gedung wajib memiliki sertifikat laik
melengkapi: fungsi.
1) tanda bukti status kepemilikan f. Sertifikat laik diterbitkan oleh
hak atas tanah atau tanda bukti Lembaga OSS berdasarkan hasil
perjanjian pemanfaatan tanah; pemeriksaan kelaikan fungsi
2) data pemilik bangunan gedung; bangunan gedung oleh profesi ahli
dan bangunan gedung bersertifikat
paling lama 3 (tiga) Hari
3) rencana teknis bangunan 1
gedung. 8
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (6) : Tahap Penerbitan Izin
Usaha (2) 19
2
2
Pelaksanaan Perizinan melalui OSS (9) : Pengawasan atas
Pelaksanaan Perizinan Berusaha 23
Wajib dilakukan Pengawasan (Pasal 81-83):
1. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah wajib melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen;
b. pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran; dan/atau
c. usaha dan/atau kegiatan,
2. Dalam hal hasil pengawasan ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan,
kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah mengambil tindakan berupa:
a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan berusaha;
c. pengenaan denda administratif; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha,
3. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan
dapat bekerja sama dengan profesi sesuai dengan bidang pengawasan yang dilakukan
oleh kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah.
4. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur dan/atau bupati/wali kota wajib melakukan
pengawasan terhadap aparatur sipil negara dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha.
5. Aparatur sipil negara yang tidak melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan
Perizinan Berusaha. 2
3
3. Reformasi Perizinan Berusaha (1)
24
1 2 3 4 5 6 7
8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20
3
2
6. Insetif dan Disinsentif
33
INSENTIF DISINSENTIF
1. Pemerintah Pusat dapat menetapkan 1. Disinsentif bagi kementerian/lembaga dapat
insentif atau mengenakan disinsentif bagi berupa pengurangan anggaran dan/atau bentuk
kementerian/lembaga, pemerintah daerah lain sesuai dengan ketentuan peraturan
provinsi, atau pemerintah daerah perundang-undangan.
kabupaten/kota yang melaksanakan 2. Disinsentif bagi pemerintah daerah provinsi atau
Perizinan Berusaha melalui sistem OSS.
pemerintah daerah kabupaten/kota dapat
2. Insentif bagi kementerian/lembaga dapat
berupa penundaan DAU dan/atau DBH yang
berupa tambahan anggaran dan/atau
bentuk lain sesuai dengan ketentuan menjadi hak daerah bersangkutan dan bentuk
peraturan perundang-undangan. lain sesuai dengan ketentuan peraturan
3. Insentif bagi pemerintah daerah provinsi perundang-undangan.
atau pemerintah daerah kabupaten/kota 3. Penundaan DAU dan/atau DBH dilakukan
dapat berupa Dana Insentif Daerah setelah mempertimbangkan besaran penyaluran
berdasarkan penilaian atas kinerja DAU/DBHl, sanksi pemotongan dan/atau
pelayanan Pelaksanaan Berusaha. penundaan lainnya, serta Kapasitas Fiskal
4. Pemberian insentif dilaksanakan sesuai Daerah yang bersangkutan
dengan kemampuan keuangan negara 3
3
7. Mekanisme Penyelesaian Permasalahan (Pasal 98-99):
34
Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota wajib menyelesaikan hambatan dan
1 permasalahan dibidangnya dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam hal peraturan perundang-undangan belum mengatur atau tidak jelas mengatur kewenangan untuk
2 penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan sistem OSS, menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, dan bupati/wali kota berwenang untuk menetapkan keputusan dan/atau melakukan tindakan
yang diperlukan dalam rangka penyelesaian hambatan dan permasalahan dimaksud sepanjang sesuai
dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik.
Dalam hal terdapat laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat kepada menteri, pimpinan lembaga,
3 gubernur, atau bupati/wali kota sebagai pelaksana sistem OSS atau kepada Kejaksaan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia mengenai penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang dalam
pelaksanaan sistem OSS, penyelesaian dilakukan dengan mendahulukan proses administrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang administrasi pemerintahan.
Dalam hal laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
4 disampaikan kepada Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia meneruskan/menyampaikan laporan masyarakat tersebut kepada menteri,
3
pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota untuk dilakukan pemeriksaan
4
8. Pengenaan Sanksi (Pasal 100-101)
35
1. Gubernur dan bupati/wali kota yang tidak 3. Dalam hal gubernur dan bupati/wali kota tidak
memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan
Izin Komersial atau Operasional sesuai OSS Izin Komersial atau Operasional dan teguran
kepada Pelaku Usaha yang telah memenuhi tertulis telah disampaikan 2 kali berturut-
persyaratan berdasarkan ketentuan Peraturan turut:
Pemerintah ini dan peraturan perundang- a. Menteri Dalam Negeri mengambil alih
undangan terkait dikenai sanksi, berupa:teguran pemberian Izin Komersial atau Operasional
tertulis kepada: yang menjadi kewenangan gubernur dan
a. gubernur oleh menteri yang melimpahkannya kepada Lembaga OSS; atau
menyelenggarakan urusan pemerintahan b. gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
dalam negeri; dan mengambil alih pemberian Izin Komersial
b. bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil atau Operasional yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat. bupati/wali kota dan melimpahkannya
kepada Lembaga OSS.
2. Teguran tertulis diberikan sebanyak 2 kali dengan
jangka waktu masing-masing paling lama 2 Hari. 4. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
dan/atau bupati/ wali kota mengenakan
sanksi kepada pejabat yang tidak memberikan
pelayanan OSS sesuai standar OSS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang aparatur sipil negara
36
TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI ATR/KEPALA BPN NOMOR 14
TAHUN 2018 TENTANG IZIN LOKASI
3
7
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG IZIN LOKASI
OSS
Pelaku usaha
Izin
IZIN LOKASI
Lokasi
TANPA
efektif
KOMITMEN
berlaku
Tanah lokasi usaha Memenuhi 7 kriteria:
a) Sesuai RDTR
b) KEK
c) Sudah ada IL Kantor Pertanahan
d) Otorita/ Kws pengembangan tertentu
e) Perluasan usaha Pertimbangan Teknis
f) Batasan luas Pertanahan
- <25 Ha utk tnh pertanian 10 Hari
- <5 Ha utk permukiman MBR
- <1 Ha utk tnh Non pertanian
g) Proyek Strategis Nasional
Menggunakan dan
memanfaatkan tanah
Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Persetujuan atau Penolakan
Izin Lokasi Berdasarkan Komitmen
Pemda
Pelaku Usaha Kantor Pertanahan
Kab/kota
Dari 508 kabupaten/kota, hanya terdapat 38 kabupaten/kota yang telah menetapkan Perda RDTR.
44
PERATURAN MENTERI ATR/KEPALA BPN NOMOR 15
TAHUN 2018 TENTANG PERTIMBANGAN TEKNIS
PERTANAHAN
4
5
X. Perbandingan Perkaban Nomor 2 Tahun 2011 dengan
Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN Nomor 15 Tahun 2018 ttg PTP (1/2)
9
Perbandingan Perkaban Nomor 2 Tahun 2011 dengan
Peraturan Menteri ATR/ Kepala BPN Nomor 15 Tahun 2018 ttg PTP (2/2)
10
Alur Proses Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Persetujuan atau Penolakan
Izin Lokasi Berdasarkan Komitmen
Pemda
Pelaku Usaha Kantor Pertanahan
Kab/kota