Anda di halaman 1dari 39

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN

REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN
SISTEM ONLINE SINGLE
SUBMISSION
&
POKOK POKOK PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 24
TAHUN 2018

Batam, 24 September 2018

1
Kebijakan Percepatan Pelaksanaan Berusaha
2

PEMBENTUKAN SATGAS K/L/P:


mengidentifikasi seluruh perizinan kegiatan sektor

TAHAP 1
mengawal dan menyelesaikan hambatan perizinan

Penerapan Sistem CHECKLIST di KEK, FTZ, Kawasan Industri,


KSPN* yang telah beroperasi
Penerapan DATA SHARING untuk perizinan

PERATURAN PRESIDEN REFORMASI REGULASI di Pusat dan Daerah


REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 91 TAHUN 2017 TAHAP 2
TENTANG Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara
PERCEPATAN PELAKSANAAN BERUSAHA Elektronik (Sistem OSS)
Penyusunan Arsitektur
dan Peta Jalan Sistem OSS
Uji Coba Sistem & Pelaksanan
*) KSPN: Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional Tahap II berjalan paralel dengan Tahap I
Penyelenggaraan Pemerintahan
3
Pemerintahan dan Pembagian Wilayah berdasarkan
UUD 1945 UUD 1945:
1. Presiden memegang kekuasaan Pemerintahan
(Pasal 4).
2. NKRI dibagi atas Daerah Provinsi yang terdiri dari
Legislatif Eksekutif Yudikatif Kabupaten dan Kota (Pasal 18).

Prinsip dasar dalam UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Presiden & Pemerintahan Daerah:
Wakil Presiden 1. Urusan Pemerintahan adalah kewenangan Presiden dan
dilaksanakan oleh Kementerian/Lembaga dan Pemda (K/L/P)
Kementerian/ --- (Pasal 1 angka 5).
Lembaga 2. Pemda adalah Kepala Daerah dan DPRD (Pasal 1 angka 2).
3. Presiden:
Pemda • menetapkan kebijakan penyelenggaraan urusan
pemerintahan (Pasal 6).
KDH DPRD • melakukan pembinaan dan pengawasan (Pasal 7 ayat 1).
• memegang tanggung jawab akhir atas penyelenggaraan
urusan pemerintahan (Pasal 7 ayat 2).

OSS sebagai bentuk pelaksanaan kewenangan Presiden sebagai pemegang kekuasaan Pemerintahan dalam
pemberian kesatuan layanan perizinan berusaha kepada masyarakat dan pelaku usaha
Struktur Pengawalan OSS

 SATGAS Nasional bertanggung jawab terhadap


pemantauan proses perizinan berusaha dan
melaporkannya kepada Presiden.

 SATGAS Leading Sector wajib: (1) mengawal


dan membantu penyelesaian setiap perizinan
berusaha; (2) mengidentifikasi perizinan yang
perlu direformasi; (3) melaporkan kegiatan
berusaha dan permasalahannya kepada
SATGAS Nasional.

 SATGAS Provinsi, Kab/Kota adalah SATGAS


yang bertanggung jawab terhadap pelayanan
perizinan berusaha yang menjadi tanggung
jawabnya.

 SATGAS Pendukung adalah SATGAS yang


memberikan dukungan untuk penyelesaian
perizinan usaha sektor atau daerah.
Perubahan Bisnis Proses Perizinan Berusaha
5

PERIZINAN BERUSAHA PADA DAERAH YANG MEMILIKI RDTR ATAU KAWASAN (KEK, KI, FTZ)

Komitmen & Komitmen & Izin Komersial/


Pendaftaran Compliance Izin Usaha Compliance Operasional

• Izin Lingkungan (UKL- • Izin Usaha • SNI Wajib (14 hari)


• Pengesahan •Izin Edar
UPL) - (12 hari) Sektoral • SNI Sukarela (14
Badan Usaha (Pendaftaran):
• Pemenuhan Standar (otomatis) hari)
• Nomor Induk  Pangan
IMB (Standar Komposit • SIUP (otomatis) • CPOB (35 hari)
Berusaha (NIB)**  Obat
atau per Bagian (SNI)) - • CPOTB (35 hari)
• NPWP  Suplemen
(30 hari) • CPAKB (5 hari)
•BPJS  Kosmetika
• Pemenuhan Standar
•Izin Lokasi  Obat Tradisional
SLF (3 hari)
•Fasilitas Fiskal*  Alat Kesehatan
•RPTKA* •Sertifikasi/ Lisensi

* Sesuai kebutuhan investor


** NIB berlaku sebagai TDP & API
Keterangan:
• Baru ada 40 Perda RDTR . UKL-UPL: Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup -Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Perubahan Bisnis Proses Perizinan Berusaha
6

PERIZINAN BERUSAHA PADA DAERAH YANG BELUM MEMILIKI RDTR

Komitmen & Komitmen & Izin Komersial/


Pendaftaran Izin Lokasi Compliance Izin Usaha Compliance Operasional

• Pengesahan • Perizinan Lingkungan • Izin Usaha • SNI Wajib •Izin Edar


Badan Usaha (UKL-UPL/Amdal ) Sektoral • SNI Sukarela (Pendaftaran):
• Nomor Induk • Pemenuhan Standar (otomatis) • CPOB  Pangan
Berusaha IMB (Standar • SIUP • CPOTB  Obat
(NIB)** Komposit atau per (otomatis) • CPAKB  Suplemen
• NPWP Bagian (SNI))  Kosmetika
•BPJS • Pemenuhan Standar  Obat
•Izin Lokasi SLF Tradisional
•Fasilitas  Alat
Fiskal* Kesehatan
•RPTKA* •Sertifikasi/
Lisensi

* Sesuai kebutuhan investor


** NIB berlaku sebagai TDP & API
Sistem OSS
7
Sistem OSS merupakan sistem yang mengintegrasikan seluruh pelayanan perizinan
berusaha yang menjadi kewenangan Menteri/Pimpinan Lembaga, Gubernur, atau
Bupati/Walikota yang dilakukan melalui elektronik.
Prinsip Dasar Pelaksanan Sistem OSS

TERSTANDARISASI KEMUDAHA
N AKSES

TERINTEGRASI

OSS 

KEPERCAYAAN
KPD PELAKU
USAHA UNTUK
MEMENUHI
STANDAR
PENGAWASAN !
OLEH PROFESI
BERSERTIFIKAT TERPENUHINYA
ASPEK K3L
Gambaran Sistem Dalam Proses Pelayanan Perizinan Berusaha Melalui OSS,
Layanan OSS tersedia secara cloud di http://oss.go.id 8
OSS
Pemrosesan Pendaftaran, Checklist Compliance/Komitmen atas Izin Usaha, Penerbitan Izin Usaha, Checklist Compliance/Komitmen
atas Izin Komersial, Notifikasi atas semua Izin.

OSS
Pelaku Usaha
Investor lainnya
Pemrosesan Izin
Pengawasan & Komersial di
Pengendalian Delegasi PTSP Daerah/KL
SPIPISE SiCANTIK
investasi K/L
(BKPM) (kominfo)
Investasi/ berusaha Sektor
yang didelegasikan/
BKO Delegasi
DPMPTSP SKPD
Investasi (Pasal 30 ayat
(7) UU 25/2017) Investasi/Urusan Urusan

AHU - NPWP
Proses validasi pengesahan badan hukum di Kemenkum HAM yang terintegrasi dengan sistem NPWP dari Ditjen Pajak. Sistem
ADMINDUK – NIK Lainnya Yang
Proses validasi atas investor perorangan berdasar data NIK KTP-el dan KK. Terintegrasi
INSW didalam OSS
Proses perizinan komersial terkait impor/ekspor, logistik dan Cross Border Trade Facilitation.
Regulasi Perizinan Berusaha Melalui OSS 9

1. Presiden telah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 2018 tentang
Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Eletronik (OSS) sebagai dasar regulasi
pelaksanaan pelayanan perizinan berusaha melalui OSS

2. PP Nomor 24 Tahun 2018, mengatur kembali ketentuan mengenai:


a. Jenis Perizinan, Pemohon Perizinan, dan Penerbit Perizinan
b. Mekanisme Pelaksanaan Perizinan: Pengaturan kembali fungsi K/L/P
c. Reformasi Perizinan: menghapus, menggabungkan, menyederhanakan, mengelompokan
bentuk dan jenis perizinan dalam bentuk daftar perizinan (postif list)
d. OSS: Kelembagaan dan Operasional Sistem OSS.
e. Insentif Atau Disinsentif Pelaksanaan Perizinan Melalui OSS.
f. Penyelesaian Permasalahan dan Hambatan Perizinan Melalui OSS.
g. Pengenaan Sanksi.
Pokok-Pokok PP Nomor 24 Tahun 2018 9

1. Jenis Perizinan, Pemohon Perizinan, dan Penerbit Perizinan.

2. Mekanisme Pelaksanaan Perizinan: Pengaturan kembali fungsi K/L/P.

PP 3. Reformasi Perizinan
24/2018
4. OSS: Kelembagaan, Sistem, dan Pendanaan.

5. Insentif atau Disinsentif Pelaksanaan Perizinan Melalui OSS.

6. Penyelesaian Permasalahan dan Hambatan Perizinan Melalui OSS.

7. Pengenaan Sanksi.
Pengelompokan Jenis Perizinan Berusaha
11

Pengelompokan Jenis Perizinan Berusaha :


1. Izin Usaha; dan
2. Izin Komersial atau Operasional.
Seluruh perizinan berusaha yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan
sektor, dikelompokan sebagai Izin Usaha
atau Izin Komersial atau Operasional.

1
1
Pemohon Perizinan Berusaha (Pasal 6)
12

Siapa Pemohon Perizinan Berusaha (Pasal 6):


1. Pelaku Usaha Perseorangan.
2. Pelaku Usaha Non Perseorangan:
a. Perseroan Terbatas;
b. Perusahaan Umum;
c. Perusahaan Umum Daerah;
d. Badan Hukum Lainnya Yang Dimiliki Oleh Negara;
e. Badan Layanan Umum;
f. Lembaga Penyiaran;
g. Badan Usaha Yang Didirikan Oleh Yayasan;
h. Koperasi;
i. Persekutuan Komanditer (Commanditaire Vennootschap);
j. Persekutuan Firma (Venootschap Onder Firma);
k. Persekutuan Perdata
1
2
Penerbit Perizinan Berusaha (Pasal 18 & 19)
13

Siapa Penerbit Perizinan Berusaha (Pasal 18 & 19):


1. Perizinan Berusaha diterbitkan oleh menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, atau bupati/wali kota sesuai kewenangannya yang
pelaksanaannya wajib dilakukan melalui Lembaga OSS.
2. Lembaga OSS berdasarkan ketentuan dalam PP Nomor 24 Tahun
2018 untuk dan atas nama menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
bupati/wali kota menerbitkan Perizinan Berusaha.
3. Penerbitan Perizinan Berusaha oleh Lembaga OSS dilakukan dalam
bentuk Dokumen Elektronik yang disertai dengan Tanda Tangan
Elektronik.
4. Dokumen Elektronik berlaku sah dan mengikat berdasarkan hukum
serta merupakan alat bukti yang sah.

1
3
Pelaksanaan Perizinan (Pasal 20):
14

Lembaga OSS Pelaku Usaha melakukan K/L/D melakukan pengawasan


Pelaku Usaha menerbitikan Izin pemenuhan Komitmen Pelaku Usaha Lembaga OSS atas pemenuhan Komitmen Izin
melakukan Usaha dan penerbitan Izin Usaha dan melakukan fasilitasi Usaha dan pemenuhan
Pendaftaran Izin Komersial atau pemenuhan Komitmen pembayaran biaya Komitmen Izin Komersial atau
Operasional Izin Komersial atau Operasional dan pelaksanaannya
berdasarkan Komitmen Operasional oleh Pelaku Usaha

1. Pelaku Usaha melakukan Pendaftaran.


2. Lembaga OSS menerbitikan Izin Usaha dan penerbitan Izin Komersial atau Operasional berdasarkan Komitmen.
3. Pelaku Usaha melakukan pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau
Operasional.
4. Pelaku Usaha melakukan pembayaran biaya (PNBP atau Pajak/Retribusi Daerah).
5. Lembaga OSS melakukan fasilitasi kepada Pelaku Usaha (terutama UMKM) untuk mendapatkan Perizinan
Berusaha melalui Sistem OSS.
6. Kementerian, Lembaga, Pemerintah Daerah melakukan pengawasan atas pemenuhan Komitmen Izin Usaha dan
pemenuhan Komitmen Izin Komersial atau Operasional, pembayaran, dan pelaksanaannya. 1
4
Pendaftaran
15

Pelaksanaan Pendaftaran pada Sistem OSS (Pasal 21 – 30):


1. Pendaftaran dilakukan dengan cara mengakses laman OSS dan
melakukan pengisian data yang diperlukan.
2. Lembaga OSS menerbitkan Nomor Induk Berusaha (NIB) yang
merupakan identitas berusaha dan digunakan oleh Pelaku
Usaha untuk mendapatkan Izin Usaha dan Izin Komersial atau
Operasional termasuk untuk pemenuhan persyaratan Izin
Usaha dan Izin Komersial atau Operasional.
3. NIB berlaku juga sebagai TDP, API, dan hak akses kepabeanan.
4. Pelaku Usaha yang telah mendapatkan NIB sekaligus terdaftar
sebagai peserta jaminan sosial kesehatan dan jaminan sosial
ketenagakerjaan serta mendapatkan pengesahan RPTKA
(dalam hal Pelaku Usaha akan mempekerjakan tenaga kerja
asing) serta mendapatkan informasi mengenai fasilitas fiskal
yang akan didapat.

1
5
Penerbitan Izin Usaha (1)
16

Lembaga OSS menerbitkan Izin Kawasan.


Usaha berdasarkan Komitmen c. IMB  tidak dipersyaratkan
(Pasal 31-38): sepanjang telah ditetapkan
1. Lembaga OSS berdasarkan pedoman bangunan (estate
Komitmen menerbitkan: regulation).
a. Izin Lokasi; 3. Izin Usaha berlaku untuk seluruh
b. Izin Lokasi Perairan; wilayah Indonesia.
c. Izin Lingkungan; dan/atau 4. Izin Usaha dan/atau Izin
d. IMB; dll Komersial atau Operasional
2. Kegiatan berusaha di KEK: berlaku efektif setelah Pelaku
Usaha menyelesaikan Komitmen
a. Izin Lokasi  diberikan
dan melakukan pembayaran
langsung tanpa komitmen.
biaya Perizinan Berusaha sesuai
b. Izin Lingkungan  Tidak dengan ketentuan peraturan
dipersyaratkan, hanya perundang-undangan
menyusun RKL-RPL rinci
berdasarkan RKL-RPL 1
6
Penerbitan Izin Usaha (2)
17

4. Pelaku Usaha yang telah 5. Pelaku Usaha yang telah


mendapatkan Izin Usaha dapat mendapatkan Izin Usaha namun
melakukan kegiatan: belum menyelesaikan:
a. pengadaan tanah; a. Amdal; dan/atau
b. perubahan luas lahan; b. rencana teknis bangunan
c. pembangunan bangunan gedung,
gedung dan pengoperasiannya; belum dapat melakukan kegiatan
d. pengadaan peralatan atau pembangunan bangunan gedung.
sarana;
e. pengadaan sumber daya
manusia;
f. penyelesaian sertifikasi atau
kelaikan;
g. pelaksanaan uji coba produksi
(commisioning); dan/atau
h. pelaksanaan produksi.
1
7
Penerbitan Izin Komersial atau Operasional
18

Penerbitan Izin Komersial atau Operasional (Pasal 39-41):


1. Lembaga OSS menerbitkan Izin Komersial atau Operasional
berdasarkan Komitmen untuk:
a. standar, sertifikat, dan/atau lisensi; dan/atau
b. pendaftaran barang/jasa,
sesuai dengan jenis produk dan/atau jasa yang dikomersialkan
oleh Pelaku Usaha melalui sistem OSS.
2. Lembaga OSS membatalkan Izin Usaha dan/atau Izin Komersial
atau Operasional yang sudah diterbitkan dalam hal Pelaku Usaha
tidak menyelesaikan pemenuhan Komitmen.
3. Izin Komersial atau Operasional berlaku efektif setelah Pelaku
Usaha menyelesaikan Komitmen dan melakukan pembayaran
biaya Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

1
8
Pemenuhan Komitmen Izin (1)
19

a. Pelaku Usaha wajib menyampaikan jangka waktu 2 Hari menyetujui pemenuhan


permohonan pemenuhan Komitmen Izin Komitmen Izin Lokasi, dalam hal kantor
1. Izin Lokasi (Pasal 42-46): Lokasi paling lama 10 Hari sejak Lembaga pertanahan memberikan persetujuan dalam
OSS menerbitkan Izin Lokasi dengan pertimbangan teknis atau lebih dari 10 Hari
menyampaikan persyaratan pertimbangan tidak memberikan pertimbangan teknis.
teknis pertanahan kepada kantor d. Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat
pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam
kegiatan. jangka waktu 2 Hari menolak pemenuhan
b. Pertimbangan teknis diberikan kantor Komitmen Izin Lokasi dalam hal kantor
pertanahan tempat lokasi usaha dan/atau pertanahan memberikan penolakan dalam
kegiatan dalam jangka waktu paling lama 10 pertimbangan teknis.
Hari untuk selanjutnya disampaikan kepada e. Dalam hal kantor pertanahan dan/atau
Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat
lokasi usaha dan/atau kegiatan. Dalam hal lokasi usaha dan/atau kegiatan memberikan
kantor pertanahan tempat lokasi usaha penolakan, Izin Lokasi dinyatakan batal.
tidak memberikan pertimbangan teknis f. Dalam hal Pemerintah Daerah
dalam jangka waktu tersebut pertimbangan kabupaten/kota tidak memberikan
teknis dianggap telah diberikan sesuai persetujuan dalam jangka waktu tersebut
permohonan Pelaku Usaha. Izin Lokasi yang diterbitkan oleh Lembaga
c. Pemerintah Daerah kabupaten/kota tempat OSS efektif berlaku
lokasi usaha dan/atau kegiatan dalam
1
9
Pemenuhan Komitmen Izin (2)
20

a. Izin Lokasi Perairan diberikan kepada Perikanan atau pemerintah daerah


2. Izin Lokasi Perairan (Pasal 47-49): Pelaku Usaha yang melakukan sesuai kewenangan masing-masing.
kegiatan di sebagian perairan di d. Menteri Kelautan dan Perikanan
wilayah pesisir dan/atau pulau-pulau atau Pemerintah Daerah dalam
kecil sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu paling lama 10 Hari
undang-undang mengenai menyetujui atau menolak
pengelolaan wilayah pesisir dan pemenuhan Komitmen Izin Lokasi
pulau-pulau kecil. Perairan.
b. Pelaku Usaha wajib menyampaikan e. Dalam hal Menteri Kelautan dan
permohonan pemenuhan Komitmen Perikanan atau Pemerintah Daerah
Izin Lokasi Perairan di wilayah pesisir memberikan penolakan, Izin Lokasi
dan pulau-pulau kecil paling lama 10 Perairan dinyatakan batal.
Hari sejak Lembaga OSS f. Dalam hal Menteri Kelautan dan
menerbitkan Izin Lokasi. Perikanan atau Pemerintah Daerah
c. Pemenuhan Komitmen dilakukan tidak memberikan persetujuan atau
oleh Pelaku Usaha melalui Lembaga penolakan dalam jangka waktu
OSS dengan menyampaikan tersebut Izin Lokasi perairan yang
persyaratan Izin Lokasi Perairan di diterbitkan oleh Lembaga OSS
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil efektif berlaku.
kepada Menteri Kelautan dan
2
0
Pemenuhan Komitmen Izin (3)
21

3. Izin Lingkungan
(Pasal 50-71): a. Pelaku Usaha wajib memenuhi Komitmen Izin Lingkungan yang telah diterbitkan oleh
Lembaga OSS dengan melengkapi UKL UPL atau dokumen Amdal.
b. UKL-UPL:
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi UKL-UPL sesuai formulir UKL-UPL.
2) Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS mengajukan UKL-UPL paling lama 10 Hari sejak
Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan.
3) Pemeriksaan atas UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak disampaikan oleh Pelaku Usaha.
4) Dalam hal hasil pemeriksaan tidak terdapat perbaikan UKL-UPL, ditetapkan
persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan menyampaikannya kepada Pelaku Usaha
melalui sistem OSS.
5) Dalam hal hasil pemeriksaan terdapat perbaikan UKL-UPL, Pelaku Usaha wajib
melakukan perbaikan UKL-UPL paling lama 5 Hari sejak diterimanya hasil
pemeriksaan.
6) Berdasarkan perbaikan UKL-UPL ditetapkan persetujuan rekomendasi UKL-UPL dan
menyampaikannya kepada Pelaku Usaha melalui OSS.
7) Penetapan persetujuan rekomendasi UKL-UPL merupakan pemenuhan Komitmen
Izin Lingkungan.
2
1
Pemenuhan Komitmen Izin (4)
22

AMDAL

c. Dokumen Amdal
1) Pelaku Usaha wajib melengkapi dokumen Amdal.
2) Penyusunan dokumen Amdal harus dimulai dilakukan paling lama 30 Hari
sejak Lembaga OSS menerbitkan Izin Lingkungan.
3) Dokumen Amdal dilakukan melalui kegiatan:
a) penyusunan Andal dan RKL-RPL;
b) penilaian Amdal dan RKL-RPL; dan
c) keputusan kelayakan
4) Penyusunan Andal dan RKL-RPL berdasarkan formulir kerangka acuan.
5) Jangka waktu, penyampaian rekomendasi hasil penilaian Andal dan RKL-RPL,
penilaian akhir serta penyampaian hasil penilaian akhir, dan penetapan
keputusan kelayakan atau ketidaklayakan lingkungan hidup diatur dalam
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

2
2
Pemenuhan Komitmen Izin (5)
23

UKL-UPL
d. Penyusunan dokumen Amdal atau UKL-UPL sekaligus dilakukan
dengan penyusunan Andal Lalin
Pembangunan pusat kegiatan, permukiman, dan infrastruktur yang
akan menimbulkan gangguan keamanan, keselamatan, ketertiban, dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.
e. Izin di bidang pengelolaan lingkungan hidup tersebut diintegrasikan
ke dalam Izin Lingkungan
Pelaku Usaha dalam memerlukan izin di bidang pengelolaan
lingkungan hidup untuk kegiatan:
1) menghasilkan, mengangkut, mengedarkan, menyimpan,
memanfaatkan, membuang, mengolah, dan/atau menimbun bahan
berbahaya dan beracun, penyusunan dokumen Amdal dilakukan
termasuk pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun;
2) pembuangan air limbah ke laut;
3) pembuangan air limbah ke sumber air; dan/atau
4) memanfaatkan air limbah untuk aplikasi ke tanah,

2
3
Pemenuhan Komitmen Izin (6)
24

4.IMB dan SLF a. Pelaku Usaha melalui Lembaga OSS d. Pemerintah Daerah kabupaten/kota
mengajukan penyelesaian IMB menyampaikan surat keterangan
paling lama 30 Hari sejak Lembaga rencana kabupaten/kota dalam
OSS menerbitkan IMB. bentuk digital ke Lembaga OSS dan
b. Dalam hal IMB memerlukan Surat keterangan rencana
penyelesaian dokumen Amdal, kabupaten/kota tersebut menjadi
Pelaku Usaha mengajukan dasar penyusunan rencana teknis
penyelesaian IMB paling lama 30 bangunan gedung untuk kegiatan
(tiga puluh) Hari sejak Komitmen berusaha.
Amdal dipenuhi. e. Dalam rangka pengoperasian
c. Pemenuhan Komitmen IMB bangunan gedung pemilik bangunan
dilakukan oleh Pelaku Usaha dengan gedung wajib memiliki sertifikat laik
melengkapi: fungsi.
1) tanda bukti status kepemilikan f. Sertifikat laik diterbitkan oleh
hak atas tanah atau tanda bukti Lembaga OSS berdasarkan hasil
perjanjian pemanfaatan tanah; pemeriksaan kelaikan fungsi
2) data pemilik bangunan gedung; bangunan gedung oleh profesi ahli
dan bangunan gedung bersertifikat
paling lama 3 (tiga) Hari
3) rencana teknis bangunan 2
gedung. 4
Pembayaran Biaya Perizinan Berusaha (Pasal 77)
25

Pelaku Usaha wajib Melakukan Pembayaran (Pasal 77):


1. Segala biaya Perizinan Berusaha yang merupakan:
a. penerimaan negara bukan pajak;
b. bea masuk dan/atau bea keluar;
c. cukai; dan/atau
d. pajak daerah atau retribusi daerah, wajib dibayar oleh Pelaku
Usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Biaya dibayarkan oleh Pelaku Usaha sebagai bagian dari pemenuhan
Komitmen.
3. Pelaku Usaha yang telah melakukan pembayaran biaya mengunggah
bukti pembayaran ke dalam sistem OSS.
4. Pelaksanaan pembayaran biaya dapat difasilitasi melalui sistem OSS.
5. Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban pembayaran biaya,
Izin Usaha dan Izin Komersial atau Operasional yang telah diberikan
dinyatakan batal.

2
5
Fasilitasi Perizinan Berusaha (Pasal 78):
26

Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah


wajib memberikan fasilitasi Perizinan Berusaha
(Pasal 78):

1. Fasilitasi terutama usaha mikro, kecil, dan


menengah
2. Fasilitasi berupa:
a. pelayanan informasi yang berkaitan dengan
Perizinan Berusaha; dan
b. bantuan untuk mengakses laman OSS dalam
rangka mendapatkan Perizinan Berusaha

2
6
Pengawasan atas Pelaksanaan Perizinan Berusaha (Pasal 81-83):
27
Wajib dilakukan Pengawasan (Pasal 81-83):
1. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah wajib melakukan pengawasan atas:
a. pemenuhan Komitmen;
b. pemenuhan standar, sertifikasi, lisensi dan/atau pendaftaran; dan/atau
c. usaha dan/atau kegiatan,
2. Dalam hal hasil pengawasan ditemukan ketidaksesuaian atau penyimpangan,
kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah mengambil tindakan berupa:
a. peringatan;
b. penghentian sementara kegiatan berusaha;
c. pengenaan denda administratif; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha,
3. Kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah dalam melakukan pengawasan
dapat bekerja sama dengan profesi sesuai dengan bidang pengawasan yang dilakukan
oleh kementerian, lembaga, dan/atau Pemerintah Daerah.
4. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur dan/atau bupati/wali kota wajib melakukan
pengawasan terhadap aparatur sipil negara dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha.
5. Aparatur sipil negara yang tidak melaksanakan tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan
Perizinan Berusaha. 2
7
Pelaksanaan Reformasi peraturan Perizinan Berusaha (Pasal
84-89) (1) 28

1. Reformasi peraturan Perizinan Berusaha meliputi:


a. pengaturan kembali jenis perizinan, pendaftaran, rekomendasi,
persetujuan, penetapan, standar, sertifikasi, atau lisensi yang
melingkupi:
1) pengklasifikasian;
2) penghapusan;
3) penggabungan;
4) perubahan nomenklatur; atau
5) penyesuaian persyaratan.
b. penahapan untuk memperoleh perizinan; dan
c. pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan.

2. Pemberlakuan Komitmen pemenuhan persyaratan dilakukan untuk


melakukan usaha dan/atau kegiatan sesuai dengan Izin Usaha atau Izin
Komersial atau Operasional yang telah diterbitkan
2
8
Pelaksanaan Reformasi peraturan Perizinan Berusaha (Pasal 84-89)
(2)
29
Pelaksanaan Reformasi Peraturan dan Perizinan Berusaha pada:

1 2 3 4 5 6 7

Ketenaga Kelautan Dan Obat dan


Pertanian LHK PUPR Kesehatan
listrikan Perikanan Makanan

8 9 10 11 12 13 14

Komunikasi & Keuangan Pariwisata Pendidikan dan


Perindustrian Perdagangan Perhubungan
Informatika Kebudayaan

15 16 17 18 19 20

Pendidikan Ketenaga Koperasi &


Keagamaan Kepolisian Nuklir
Tinggi Kerjaan UMKM
Reformasi Perizinan Berusaha pada Leading Sectors (1)
30
Jumlah Izin Jumlah Izin
No Sektor Keterangan
Saat Ini Reform
Izin 68 Izin 46 • Terdapat pengintegrasian Izin dan
penghapusan izin
• Terdapat pengintegrasian non-izin dan
1 Perhubungan
Non-Izin 129 Non-Izin 73 penghapusan non-izin. Persetujuan
dikategorikan sebagai izin. Sudah
dikonfirmasi oleh sektor
Izin 26 Izin 12 • 29 Digabungkan*
2 Pertanian
Non-Izin 35 Non-Izin 18 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 32 Izin 11 • Terdapat pengintegrasian dan penghapusan
Izin. SIUP merupakan izin dasar untuk setiap
sub-sektor
3 Kelautan dan Perikanan
Non-Izin 47 Non-Izin 33 • Terdapat pengintegrasian dan penghapusan
non-izin
• Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 15 Izin 5 • 5 Digabung*, 2 diintegrasikan prosesnya
Pekerjaan Umum dan
4 dengan AMDAL dan 3 dihapus
Perumahan Rakyat Non-Izin 8 Non-Izin 3 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Non-Izin: Standar, Rekomendasi, Pendaftaran, Sertifikasi dan Penetapan
*Digabungkan dengan catatan : Terdapat persyaratan yang berbeda untuk tipe yang berbeda
Reformasi Perizinan Berusaha pada Leading Sectors (2)
Jumlah Izin Jumlah Izin
No Sektor Keterangan
Saat Ini Reform
Izin 39 Izin 16 • 20 digabung
Lingkungan Hidup dan
5 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor untuk
Kehutanan Non-Izin 5 Non-Izin 7 subsektor lingkungan
Izin 86 Izin 41 • 68 digabung* dan 14 dihapus
6 Perdagangan
Non-Izin 55 Non-Izin 4 • 10 Dihapuskan
Izin 6 Izin 5 • Beberapa izin digabung dan 3 dihapus
7 Perindustrian
Non-Izin 44 Non-Izin 15 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Komunikasi dan Izin 36 Izin 10 • 32 digabungkan*, 1 diubah menjadi standar
8
Informatika Non-Izin 1 Non-Izin 8 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 31 Izin 15 • 22 digabungkan*, 3 diubah menjadi standar
9 Kesehatan dan 6 penambahan standar
Non-Izin 2 Non-Izin 10 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 1 Izin 1
10 Pariwisata • Sudah dikonfirmasi oleh sector
Non-Izin 2 Non-Izin 2

Non-Izin: Standar, Rekomendasi, Pendaftaran, Sertifikasi dan Penetapan


*Digabungkan dengan catatan : Terdapat persyaratan yang berbeda untuk tipe yang berbeda
Reformasi Perizinan Berusaha pada Leading Sectors (3)

Jumlah Izin Jumlah Izin


No Sektor Keterangan
Saat Ini Reform
Pendidikan dan Izin 16 Izin 6 • 2 digabung dan 2 dihapus
11
Kebudayaan Non-Izin 1 Non-Izin 3 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Riset dan Pendidikan Izin 5 Izin 3 • 2 dihapuskan
12
Tinggi Non-Izin 0 Non-Izin 0 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 9 Izin 9 • 2 pendaftaran dihapus
13 Ketenagakerjaan
Non-Izin 4 Non-Izin 2 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 12 Izin 8 • 6 digabung dan 1 dihapus
14 Keuangan
Non-Izin 8 Non-Izin 2 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 43 Izin 6 • 3 diubah menjadi standar
15 ESDM
Non-Izin 30 Non-Izin 3 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Izin 6 Izin 6
16 Agama • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Non-Izin 0 Non-Izin 0
Izin 12 Izin 11 • 4 digabung dan 3 dihapus
17 Obat dan Makanan
Non-Izin 8 Non-Izin 6 • Sudah dikonfirmasi oleh sektor
Non-Izin: Standar, Rekomendasi, Pendaftaran, Sertifikasi dan Penetapan
Reformasi Perizinan Berusaha (3)
33

1. Pelaksanaan Perizinan Berusaha yang belum masuk dalam


PP Nomor 24 Tahun 2018 dilaksanakan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan sektor
bersangkutan (c.q. khusus Sektor Pertambangan dan
Sektor Perbankan)

2. Menteri dan pimpinan lembaga menyusun dan


menetapkan standar Perizinan Berusaha di sektornya
masing-masing berupa Norma, Standar, Prosedur, Dan
Kriteria (NSPK).

3. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali


kota mencabut dan menyatakan tidak berlaku seluruh
peraturan dan/atau keputusan yang mengatur mengenai
NSPK Perizinan Berusaha yang menjadi kewenangannya,
yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah ini.
3
3
Online Single Submission (Pasal 90-96):
34

1. Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah provinsi, dan


Pemerintah Daerah kabupaten/kota menggunakan sistem
OSS dalam rangka pemberian Perizinan Berusaha yang
menjadi kewenangannya masing-masing.
2. Penggunaan sistem OSS mengikuti standar integrasi sistem
OSS.
3. Sistem OSS dikelola oleh Lembaga OSS.
4. Lembaga OSS berwenang untuk:
a. menerbitkan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS;
b. menetapkan kebijakan pelaksanaan Perizinan Berusaha
melalui sistem OSS;
c. menetapkan petunjuk pelaksanaan penerbitan Perizinan
Berusaha pada sistem OSS;
d. mengelola dan mengembangkan sistem OSS; dan
e. bekerja sama dengan pihak lain dalam pelaksanaan,
pengelolaan, dan pengembangan sistem OSS.
3
4
Insetif dan Disinsentif
35

INSENTIF DISINSENTIF
1. Pemerintah Pusat dapat menetapkan 1. Disinsentif bagi kementerian/lembaga dapat
insentif atau mengenakan disinsentif bagi berupa pengurangan anggaran dan/atau bentuk
kementerian/lembaga, pemerintah daerah lain sesuai dengan ketentuan peraturan
provinsi, atau pemerintah daerah perundang-undangan.
kabupaten/kota yang melaksanakan 2. Disinsentif bagi pemerintah daerah provinsi atau
Perizinan Berusaha melalui sistem OSS.
pemerintah daerah kabupaten/kota dapat
2. Insentif bagi kementerian/lembaga dapat
berupa penundaan DAU dan/atau DBH yang
berupa tambahan anggaran dan/atau
bentuk lain sesuai dengan ketentuan menjadi hak daerah bersangkutan dan bentuk
peraturan perundang-undangan. lain sesuai dengan ketentuan peraturan
3. Insentif bagi pemerintah daerah provinsi perundang-undangan.
atau pemerintah daerah kabupaten/kota 3. Penundaan DAU dan/atau DBH dilakukan
dapat berupa Dana Insentif Daerah setelah mempertimbangkan besaran penyaluran
berdasarkan penilaian atas kinerja DAU/DBHl, sanksi pemotongan dan/atau
pelayanan Pelaksanaan Berusaha. penundaan lainnya, serta Kapasitas Fiskal
4. Pemberian insentif dilaksanakan sesuai Daerah yang bersangkutan
dengan kemampuan keuangan negara 3
5
Mekanisme Penyelesaian Permasalahan (Pasal 98-99):
36

Menteri, pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota wajib menyelesaikan hambatan dan
1 permasalahan dibidangnya dalam pelaksanaan Perizinan Berusaha melalui sistem OSS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal peraturan perundang-undangan belum mengatur atau tidak jelas mengatur kewenangan untuk
2 penyelesaian hambatan dan permasalahan dalam pelaksanaan sistem OSS, menteri, pimpinan lembaga,
gubernur, dan bupati/wali kota berwenang untuk menetapkan keputusan dan/atau melakukan tindakan
yang diperlukan dalam rangka penyelesaian hambatan dan permasalahan dimaksud sepanjang sesuai
dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik.

Dalam hal terdapat laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat kepada menteri, pimpinan lembaga,
3 gubernur, atau bupati/wali kota sebagai pelaksana sistem OSS atau kepada Kejaksaan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia mengenai penyimpangan atau penyalahgunaan wewenang dalam
pelaksanaan sistem OSS, penyelesaian dilakukan dengan mendahulukan proses administrasi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang administrasi pemerintahan.

Dalam hal laporan dan/atau pengaduan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
4 disampaikan kepada Kejaksaan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia, Kejaksaan atau Kepolisian
Negara Republik Indonesia meneruskan/menyampaikan laporan masyarakat tersebut kepada menteri,
3
pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/wali kota untuk dilakukan pemeriksaan
6
Pengenaan Sanksi (Pasal 100-101)
37
1. Gubernur dan bupati/wali kota yang tidak 3. Dalam hal gubernur dan bupati/wali kota tidak
memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan memberikan pelayanan dan/atau menerbitkan
Izin Komersial atau Operasional sesuai OSS Izin Komersial atau Operasional dan teguran
kepada Pelaku Usaha yang telah memenuhi tertulis telah disampaikan 2 kali berturut-
persyaratan berdasarkan ketentuan Peraturan turut:
Pemerintah ini dan peraturan perundang- a. Menteri Dalam Negeri mengambil alih
undangan terkait dikenai sanksi, berupa:teguran pemberian Izin Komersial atau Operasional
tertulis kepada: yang menjadi kewenangan gubernur dan
a. gubernur oleh menteri yang melimpahkannya kepada Lembaga OSS; atau
menyelenggarakan urusan pemerintahan b. gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
dalam negeri; dan mengambil alih pemberian Izin Komersial
b. bupati/wali kota oleh gubernur sebagai wakil atau Operasional yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat. bupati/wali kota dan melimpahkannya
kepada Lembaga OSS.
2. Teguran tertulis diberikan sebanyak 2 kali dengan
jangka waktu masing-masing paling lama 2 Hari. 4. Menteri, pimpinan lembaga, gubernur,
dan/atau bupati/ wali kota mengenakan
sanksi kepada pejabat yang tidak memberikan
pelayanan OSS sesuai standar OSS sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang aparatur sipil negara
Transisi Pelaksanaan Sistem OSS (Pasal 105):
38

1. Dalam hal Lembaga OSS (c.q. BKPM) belum dapat


melaksanakan pelayanan Perizinan Berusaha dan
pengelolaan sistem OSS sebagaimana dimaksud
dalam Peraturan Pemerintah ini, pelayanan
Perizinan Berusaha dan pengelolaan sistem OSS
dimaksud dilaksanakan oleh Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian.

2. Pelayanan Perizinan Berusaha dan pengelolaan


sistem OSS dilaksanakaan sampai dengan
ditetapkannya pengalihan pengelolaan sistem
OSS kepada BKPM.

3
8
39

TERIMA KASIH
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN
REPUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai