Rig
Kapal
Pengeboran
• Pada umur tertentu, kapal sudah tidak berfungsi dengan baik sehingga
kapal dijadikan besi tua dengan cara badan kapal dipotong-potong.
• Akibat proses ini, banyak kandungan logam dan lainnya termasuk
kandungan minyak yang terbuang ke laut. Diperkirakan sekitar 1.500 ton
minyak per tahun terbuang akibat proses ini yang menyebabkan kerusakan
lingkungan setempat.
SUMBER TUMPAHAN MINYAK :
Buangan Bilge Ilegal
• Bilge adalah saluran buangan air, minyak dan pelumas hasil proses
mesin yang merupakan limbah.
• Menurut aturan internasional, buangan air bilge sebelum
dipompakan ke laut, harus terlebih dahulu ke dalam separator,
pemisah minyak dan air. Namun pada kenyataannya, banyak
buangan bilge illegal yang tidak memenuhi aturan internasional
yaitu dengan dibuang begitu saja ke laut.
SUMBER TUMPAHAN MINYAK :
Rig Pengeboran
Contoh :
pipa yang bocor atau pecah
pada saluran pipa bawah laut
milik PPEJ Petrochina di
perairan Tuban, Jawa Timur
Pipa minyak bawah laut milik
Pertamina di Balikpapan,
Kalimantan Timur.
SUMBER TUMPAHAN MINYAK :
Pipa Minyak Bocor
20
SUMBER TUMPAHAN MINYAK :
Rembesan dari darat
• Akibat rembesan minyak yang berasal dari sumur minyak yang berada di
darat.
• Contoh : Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Minyak yang
mencemari Sungai Musi, berasal dari sumur minyak yang ditinggalkan
perusahaan yang kemudian dikelola masyarakat. Kasus pencemaran :
kebocoran, pembuangan lumpur, dan pencurian pipa. Tumpahan minyak
menjadi mata pencaharian bagi masyarakat yang menguras tumpahan
minyak dengan alat sederhana. Mereka menguunakan batang kayu
sebagai oil boom untuk menghimpun minyak lalu mengangkat minyak
dengan kain kemudian diperas.
KONVENSI PENCEMARAN LAUT
(MARINE POLLUTION CONVENTION/ MARPOL)
1945 : Prakarsa Pemerintah Inggris melahirkan Oil Pollution Convention, yang
mencari cara untuk mencegah pembuangan campuran minyak dan pengoperasian
kapal tanker dan dari kamar mesin kapal lainnya.
Ship mean a vessel of any type whatsoever operating in the marine environment and
includes hydrofoil boats, air cushion vehicles, submersibles, ficating Craft and fixed or
floating platform.
Semua jenis bangunan yang berada di laut, apakah bangunan itu mengapung, melayang
atau tertanam tetap di dasar laut.
2. Protocol of 1978
Merupakan aturan tambahan Tanker Safety and Pollution Prevention (TSPP) yang
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan kapal tanker dan melaksanakan peraturan
pencegahan dan pengontrolan pencemaran laut yang berasal dari kapal, terutama kapal
tanker dengan melakukan modifikasi dan petunjuk tambahan untuk melaksanakan
secepat mungkin peraturan pencegahan pencemaran yang dimuat dalam Annex
konvensi.
MAURITZ H.M. SIBARANI 24
Protocol 1978
a. Protocol I
Berisi kewajiban untuk melaporkan kecelakaan yang melibatkan barang beracun dan
berbahaya dan peraturan mengenai kewajiban semua pihak untuk melaporkan
kecelakaan kapal yang melibatkan barang-barang beracun dan berbahaya.
Pemerintah negara anggota diminta untuk membuat petunjuk guna membuat laporan
yang diperlukan sedapat mungkin sesuai dengan petunjuk yang dimuat dalam Annex
Protocol I.
Sesuai Article II Marpol 73/78, Article III “Contents of Report”, laporan berisi :
- Identifikasi kapal yang terlibat dalam pencemaran
- Waktu, tempat dan jenis kejadian
- Jumlah dan jenis bahan pencemar yang tumpah
- Bantuan dan jenis penyelematan yang dibutuhkan.
MAURITZ H.M. SIBARANI 25
Protocol 1978
Kategori :
1. Peraturan pencegahan terjadinya pencemaran
2. Pembatasan pembuangan minyak
3. Monitoring dan control pembuangan minyak
4. Kontrol pembuangan minyak dari ruang muatan semua kapal
5. Pengumpulan sisa minyakKOntrol pembuangan minyak dari ruangan mesin semua kapal
6. Oil Record Book
7. Slop Tank
Setelah Pemerintah meratifikasi Konvensi Marpol 73/78 dengan Keputusan Presiden No. 46
tahun 1986 tanggal 9 September 1986 maka kapal-kapal berbendera Indonesia yang
berlayar ke luar negeri harus dilengkapi dengan sertifikat internasional pencegahan.
Setelah Amendment STCW 2010 di Manila pada tanggal 26 Mei 2000, seluruh anggota IMO
harus mematuhi seluruh hasil Konvensi IMO dan diberikan waktu hinggal tanggal 1 Januari
2012 untuk meratifikasi seluruh Konvensi IMO yang pelaksanaannya dimulai pada tanggal 1
Januari 2014.
Memuat tugas dan wewenang sebagai jaminan yang relevan bagi setiap negara anggota
untuk memberlakukan dan melaksanakan peraturan sebagai negara bendera kapal, negara
Pelabuhan atau negara Pantai.
Negara bendera kapal : menjamin kapal mereka memenuhi standar Teknik dalam MARPOL
73/78, yakni :
1. Memeriksa kapal-kapal secara periodic
2. Menerbitkan sertifikat yang diperlukan
Negara Pelabuhan : memberlakukan peraturan konvensi pada semua kapal yang memasuki
teritorialnya dan Tindakan ini dibenarkan oleh peraturan UNCLOS 1982, asalkan memenuhi
peraturan konvensi yang berlaku untuk lintas damai (innocent passage) dan ada bukti yang
jelas bahwa telah terjadi pelanggaran.
Negara Pantai : wajib memberlakukan peraturan bagi semua kapal yang berkunjung ke
palabuhannya. Tidak ada perlakukan khusus bagi kapal-kapal yang bukan anggota.
MAURITZ H.M. SIBARANI 35
IMPLEMENTASI PERATURAN MARPOL 73/78