PENDAHULUAN
Dalam Ketentuan Umum Undang-undang nomor 4 tahun 1982 dan kemudian berubah
menjadi Undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang Pokok-pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup memberikan definisi bahwa yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukkannya.
Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pencemaran air/laut, adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
air/laut oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air laut turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air laut tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Dapat pula diartikan bahwa pencemaran laut sebagai dampak negatip terhadap kehidupan
biota, sumber daya, dan kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia dan nilai guna
dari ekosistem laut yang disebabkan secara lengsung maupun tidak langsung oleh
pembuangan bahan bahan atau limbah ( termasuk energi ) ke dalam laut yang berasal dari
kegiatan manusia. Tercemarnya suatu perairan laut kontaminasi atau penambahan sesuatu
dari luar perairan laut yang menyebabkan keseimbangan lingkungan terganggu dan
membahayakan kehidupan organisme serta menurunnya nilai guna perairan tersebut.
A. LATAR BELAKANG dan SEJARAH MARPOL 73/78
Sejak munculnya kapal pengangkut minyak yang pertama GLUCKAUF pada tahun
1885 dan penggunaan pertama mesin diesel sebagai penggerak utama kapal pada tahun
1888, maka fenomena pencemaran laut oleh minyak mulai muncul.
Usaha usaha untuk membuat peraturan tentang pencegahan dan penanggulangan
pencemaran laut oleh minyak mulai dilakukan, namun baru benar benar terpikirkan
setelah terbentuk organisasi IMCO (Inter-governmental Maritime Consultative
Organization) pada tahun 1948 sebagai salah satu badan dalam organisasi PBB.
Usaha yang dilakukan tersebut masih banyak ditentang oleh banyak pihak. Konvensi
yang dihasilkan belum masih banyak yang tidak meratifikasi, hanya Negara Negara
maritim tradisional yang memang sudah ada sebelumnya sehingga jumlah Negara yang
meratifikasi konvensi tidak cukup untuk memberlakukannya secara Internasional.
Inisiatip IMCO untuk mengambil alih konvensi pencegahan pencemaran laut oleh
minyak (International Convention for the Prevention of the Pollution of the Sea by Oil)
tahun 1954 yang diprakarsai oleh Pemerintah Inggris dan berhasil memberlakukan
konvensi pada tahun 1958. Konvensi berisi tentang cara untuk mencegah pembuangan
campuran minyak dari pengoperasian kapal tanker dan dari kamat mesin. Cara tersebut
dilakukan dengan :
1. Lokasi tempat pembuangan minyak atau campuran air dan minyak yang melebihi 100
ppm diperluas sejauh 50 mil laut dari daratan terdekat.
2. Negara anggota diharuskan untuk menyediakan fasilitas penampungan di darat guna
menampung campuran air dan minyak.
Selanjutnya disusul dengan amandemen tahun 1962 dan 1969 sebagai penyempurnaan
kedua peraturan tersebut. Jadi sebelum tahun 1970, masalah polusi laut baru pada tingkat
prosedur operasi.
Pada tahun 1967 terjadi pencemaran terbesar, ketika tanker TORREY CANYON yang
kandas di pantai selatan Inggris menumpahkan 35 juta gallon minyak mentah (crude oil)
dan telah merubah pandangan masyarakat Internasional. Sejak saat itu mulai dipikirkan
bersama pencegahan pencemaran secara serius.
Sebagai hasilnya adalah International Convention for the Prevention of Pollution from
Ships tahun 1973, yang kemudian disempurnakan dengan TSPP (Tanker Safety and
Pollution Prevention) protocol tahun 1978. Konvensi ini dikenal dengan nama MARPOL
1973/1978 dan masih berlaku sampai sekarang. Konvensi ini memuat 5 (lima) Annexes
(aturan tambahan) yakni :
1.
2.
Annex I
Annex II
3.
Annex III
4.
5.
6.
7.
Annex IV
Annex V
Annex VI
Annex VII
Oil (Minyak)
Noxious Liquid Substances Carried in Bulk
(Cairan kimia beracun yang diangkut secara curah)
Harmful Substances in Package Form (Bahan Berbahaya dalam
Bentuk Kemasan)
Sewage (Kotoran)
Garbage (Sampah)
Air Pollution (Pencemaran Udara yang berasal dari Cerobong Kapal)
Water Ballast (Pencemaran dari Air Tolak Bara)
hendaknya mencakup khususnya kondisi angin dan laut, lintasan dan kecepatan kapal,
sumbersumber lain dari bekas bekas yang nampak yang mungkin ada didekatnya, dan
catatan catatan lain apapun yang ada kaitannya dengan pembuangan minyak.
Sedangkan bila kapal tersebut berada di dalam daerah khusus, pembuangan air bercampur
minyak harus di larang, kecuali bilamana kadar minyak dari air buangan itu tanpa
pengenceran tidak melampaui 15 PPM atau bilamana semua syarat berikut ini
dipenuhi :
1. Kapal itu meneruskan pelayarannya
2. Kandungan minyak dari air buangan kurang dari 15 PPM
3. Buangan itu dilakukan sejauh mungkin dari daratan tetapi tidak kurang dari 12 mil
dari daratan terdekat.
TABEL 1. METODE PENGAWASAN PEMBUANGAN MINYAK DARI TANGKI MUAT
PADA KAPAL TANKER
Daerah
Kriteria Pembuangan
Pembuangan
Di daerah khusus
Di luar daerah
khusus
Di daerah
khusus
12 mil dari
daratan
terdekat
Kapal ukuran
< 400grt
selain kapal
tanker
lebih dari
12 mil
Di luar
daerah
khusus
12 mil
dari
daratan
terdekat
Kapal tanker
semua ukuran
dan kapal lain
ukuran
400grt
Kapal lain
berukuran
kurang dari
400grt
Lebih dari
12 mil
dari
daratan
terdekat
Semua kapal
tanker
dan
kapal
lain
ukuran
400grt
Kapal
lain
berukuran
< 400grt
dan menangani semua tolak bara kotor dan air bekas cucian tangki dari kapal kapal tangki
minyak.
Bagi Negara yang memiliki jurisdiksi atas jalan jalan masuk ke jalur jalur laut yang batas
kedalamannya rendah yang mungkin memerlukan pengurangan syarat kapal dengan cara
membuang tolak bara, juga wajib menyediakan fasilitas penampungan.
PENGECUALIAN DARI ATURAN PEMBUANGAN MINYAK/AIR YANG
BERCAMPUR MINYAK
Pembuangan atau pelepasan, bagaimanapun terjadinya akan setiap minyak atau campuran
berminyak adalah dilarang dimana saja di semua lautan di dunia ini, kecuali :
a) dianggap perlu untuk membuang minyak atau campuran berminyak ke laut untuk
tujuan melindungi keselamatan sebuah kapal atau menyelamatkan jiwa di laut atau
b) pembuangan minyak atau campuran minyak ke laut yang diakibatkan oleh kerusakan
kapal atau perlengkapannya dengan ketentuan bahwa:
1. Semua tindakan pencegahan yang beralasan diambil setelah kejadian kerusakan
atau ditemukannya tumpahan dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi
tumpahan.
2. Nahkoda atau pemilik belum bertindak apa apa yang dapat menyebabkan
kerusakan atau bertindak ceroboh dengan pengertian bahwa kerusakan dapat
terjadi
c) Pembuangan bahan bahan yang mengandung minyak ke laut, dilakukan dengan
maksud untuk menanggulangi kejadian pencemaran tertentu, atau
d) Pembuangan minyak atau campuran minyak bertujuan untuk kegiatan penelitian
pencegahan pencemaran minyak.
E. FASILITAS PENAMPUNGAN MINYAK, TOLAK BARA TERPISAH, TOLAK BARA
AIR DAN PENAHANAN MINYAK DI KAPAL
Fasilitas penampungan harus tersedia untuk menampung sisa sisa minyak, dan
campuran minyak yang tersisa dari kapal kapal tangki minyak dan kapal lain yang
memadai untuk memenuhi kebutuhan kapalkapal yang digunakan sebagai terminal
terminal pemuatan, pelabuhanpelabuhan tempat perbaikan dan pelabuhanpelabuhan
lain yang ditempat itu kapalkapal membawa bahanbahan sisa yang mengandung
minyak untuk dibuang, tanpa mengakibatkan keterlambatan yang tidak perlu bagi kapal.
Adapun ketentuan tentang fasilitas penampungan minyak harus diadakan sebagai
berikut :
1. Semua pelabuhan dan terminal tempat minyak dimuat kedalam kapal kapal
tangki minyak yang sesaat sebelum tibanya melakukan pelayaran dalam keadaan
bertolak bara selama tidak lebih dari 72 jam atau tidak lebih dari 1200 mil laut
2. Semua pelabuhan dan terminal tempat pemuatan minyak selain minyak mentah
curahan dalam jumlah ratarata lebih dari 1000 metrik ton per hari.
10
BAB II
PERATURAN PENGAWASAN PENCEMARAN
OLEH BAHAN BERACUN CURAHAN
A.
11
B.
12
Berikut ini adalah daftar dari sebagian contoh kategori bahan cair berbahaya:
Nama bahan
Carbon sulpide
Cresilyc acid
Acetone chynohydrin
creosols
dischlorobenzenes
Naphthalene
Nama bahan
Ammonia
Benzyl chloride
Butyric acid
Champor oil
Carbon tetracholoride
Chloroform
Acetic acid
Acetyl choloride
Acrylic acid
Allyl chloride
ailine
Chloroacetic acid
Choloro sulphonic acid
Cyclohexane
Diethyl amine
Diethyl benzene
Ethyl benzene
Acetone
Adiponitrile
Benzyl alcohol
Butylene glycol
Citric acid
Cyclohexanol
Dietyl ether
Ethyl acetate
Ethyl acrylate
kategori
pencemaran
13
C.
Pembuangan ini berlaku bagi kategori A, B, dan C di luar daerah khusus dan kategori D di
semua daerah
a. Kategori A
1. tangki yang berisi bahan bahan atau campuran yang mengandung bahan
kategori A harus dicuci, sisa sisa yang dihasilkan harus dibuang ke fasilitas
penampungan hingga kadar bahan di dalam air buangan tidak lebih dari 0,01 %
terhadap bobotnya. Sedangkan sisa yang tertinggal di dalam tangki harus
diencerkan secara terus menerus dengan menambah sejumlah air yang tidak
kurang dari 5 % dari volume seluruh tangki.
2. Sisa bahan yang sudah diencerkan ini boleh di buang dengan syarat sebagai
berikut:
a) kapal sedang meneruskan pelayarannya dengan kecepatan sekurang
kurangnya 7 knot bagi kapal yang bertenaga penggerak sendiri atau 4 knot
bagi kapal yang tidak bertenaga penggerak sendiri.
b) Pembuangan tersebut dilakukan di bawah garis air, dengan memperhatikan
letak saluran masuk air laut
c) Pembuangan dilakukan pada jarak tidak kurang dari 12 mil dari daratan
terdekat dan dikedalaman air tidak kurang dari 25 meter.
b. Kategori B
1. Pembuangan ke laut bahan bahan kategori B atau yang mengandung bahan
kategori B di larang kecuali memenuhi syarat syarat sebagai berikut:
2. Kapal sedang meneruskan pelayaran dengan kecepatan sekurang kurangnya 7
knot bagi kapal yang bertenaga penggerak sendiri atau 4 knot bagi kapal yang
tidak bertenaga pengerak sendiri
3. Kadar pembuangan pada jejak air belakang kapal tidak melampaui 1 PPM dan
saluran pipa pipa yang berhubungan dengannya tidak melampaui 1 M 3 atau
1/3000dari kapasitas tangki dalam M3.
4. Pembuangan dilakukan dibawah garis air, dengan memperhatikan letak saluran
masuk air laut
5. Pembuangan dilakukan pada jarak tidak kurang dari 12 mil dari daratan terdekat
dan dikedalaman air tidak kurang dari 25 meter.
c. Kategori C
1. Pembuangan ke laut bahan bahan kategori B atau yang mengandung bahan
kategori C di larang kecuali memenuhi syarat syarat sebagai berikut:
2. Kapal sedang meneruskan pelayaran dengan kecepatan sekurang kurangnya 7
knot bagi kapal yang bertenaga penggerak sendiri atau 4 knot bagi kapal yang
tidak bertenaga pengerak sendiri
3. Kadar pembuangan pada jejak air belakang kapal tidak melampaui 1 PPM dan
saluran pipa pipa yang berhubungan dengannya tidak melampaui 1 M 3 atau
1/3000 dari kapasitas tangki dalam M3.
14
15
c. Kategori C
Pembuangan ke laut bahan bahan kategori B atau yang mengandung bahan kategori
C di larang kecuali memenuhi syarat syarat sebagai berikut:
a. Kapal sedang meneruskan pelayaran dengan kecepatan sekurang kurangnya 7
knot bagi kapal yang bertenaga penggerak sendiri atau 4 knot bagi kapal yang
tidak bertenaga pengerak sendiri
b. Kadar pembuangan pada jejak air belakang kapal tidak melampaui 1 PPM dan
saluran pipa pipa yang berhubungan dengannya tidak melampaui 1 M 3 atau
1/3000dari kapasitas tangki dalam M3.
c. Pembuangan dilakukan dibawah garis air, dengan memperhatikan letak saluran
masuk air laut
d. Pembuangan dilakukan pada jarak tidak kurang dari 12 mil dari daratan terdekat
dan dikedalaman air tidak kurang dari 25 meter.
Semua persyaratan pembuangan bahan cair berbahaya tersebut dapat dikecualikan jika:
a. Pembuangan kelaut bahan bahan cair yang merusak atau campuran yang
mengandung bahan bahan demikian itu diperlukan untuk menjamin keselamatan
kapal atau jiwa atau
b. pembuangan kelaut bahan bahan cair yang merusak yang diakibatkan oleh
kerusakan kapal atau perlengkapannya dengan ketentuan bahwa:
1) semua tindakan pencegahan yang beralasan diambil setelah kejadian kerusakan
atau ditemukannya tumpahan dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi
tumpahan.
2) Nahkoda atau pemilik belum bertindak apa apa yang dapat menyebabkan
kerusakan atau bertindak ceroboh dengan pengertian bahwa kerusakan dapat
terjadi
c. Pembuangan bahan bahan yang mengandung bahan bahan cair yang merusak atau
campuran yang mengandung bahan bahan demikian itu ke laut, dilakukan dengan
maksud untuk menanggulangi kejadian pencemaran tertentu, atau
d. Pembuangan itu bertujuan untuk kegiatan penelitian pencegahan pencemaran.
D.
Setiap kapal tangki kimia harus dilengkapi dengan buku catatan muatan sebagai bagian dari
buku harian kapal. Buku catatan ini harus diisi atas dasar dari tangki ke tangki.adapun
kegiatan yang harus dicatat pada buku catatan muatan adalah sebagai berikut:
1. Pemuatan dan pembongkaran muatan
2. Pemindahan muatan
3. Pemindahan muatan, sisa sisa muatan atau campuran yang mengandung muatan ke
tangki limbah
4. Pembersihan tangki tangki muatan
5. Pemindahan dari tangki tangki limbah
6. Pengisian tolakbara ke tangki tangki muatan
7. Pemindahan air tolakbara kotor
8. Pembuangan ke laut
16
Jika terjadi keadaan darurat diatas kapal yang mengharuskan mengecualikan aturan
pembuangan bahan cair berbahaya ini, maka pencatatan harus dilakukan di dalam buku
catatan muatan yang menyatakan keadaan dan alasan alasan pembuangan itu.
Demikian pula bila ditunjuk seorang surveyor untuk mengawasi setiap operasi dan telah
memeriksa kapal, maka surveyor tersebut harus melakukan pencatatan yang layak di dalam
buku catatan muatan.
Masing masing catatan tersebut harus ditandatangani oleh perwira yang bertugas dalam
beroperasi yang bersangkutan dan masing masing halaman harus ditanda tangani oleh
Nahkoda kapal.
Pencatatan dalam buku catatan muatan tersebut harus menggunakan bahasa kebangsaan
resmi dari Negara yang benderanya digunakan oleh kapal disamping bahasa Inggris atau
Perancis.Namun jika terjadi sengketa maka bahasa resmi bendera kapal lebih diutamakan.
Buku catatan muatan tersebut harus disimpan pada suatu tempat yang dapat segera tersedia
untuk keperluan pemeriksaan. Buku tersebut harus disimpan paling sedikit 2 tahun setelah
pencatatan terakhir dilakukan.
E.
Setiap kapal yang mengangkut bahan cair yang merusak harus mempunyai sertifikat
pencegahan pencemaran internasional untuk pengangkutan bahan bahan cair yang
merusak.sertifikat tersebut harus disusun dalam bahasa resmi Negara yang mengeluarkan
sertifikat tersebut dan harus mempunyai terjemahan dalam bahasa Inggris atau Prancis.
Sertifikat ini berlaku tidak lebih dari 5 tahun. Jika sertifikat masa berlakunya berakhir pada
saat kapal sedang tidak di pelabuhan atau terminal lepas pantai, maka sertifikat tersebut dapat
diperpanjang oleh badan pemerintah, tetapi perpanjangan tersebut diberikan dengan maksud
untuk menyelesaikan pelayaran ke Negara bendera atau ke tempat kapal harus
disurvei.perpanjangan demikian ini tidak boleh lebih dari 5 bulan. Bagi kapal yang demikian
ini tidak boleh menggunakan dasar perpanjangan tersebut untuk meninggalkan pelabuhan
atau tersebut tanpa memperoleh sertifikat yang baru.
Sertifikat yang tidak diperpanjang seperti yang dimaksudkan diatas boleh diperpanjang tetapi
tidak melebihi 1 bulan.
Sertifikat dinyatakan tidak berlaku jika terjadi perubahan perubahan penting dalam
bangunan, perlengkapan, peralatan, penataan penataan dan bahan yang disyaratkan.
Sertifikat ini juga tidak berlaku bila kapal tersebut berganti bendera.dalam masa proses
pergantian sertifikat, sertifikat yang lama hanya berlaku selama 5 bulan.
17
BAB III
PERATURAN TENTANG PENCEGAHAN PENCEMARAN OLEH BAHAN
BAHAN YANG MERUGIKAN YANG DIANGKUT MELALUI LAUT DALAM
BENTUK KEMASAN, TERBUNGKUS, TANGKI LEPAS ATAU MOBIL MOBIL
TANGKI DAN
GERBONG GERBONG TANGKI
A. PENATAAN, PEMBERIAN LABEL DAN PENDOKUMENTASIAN
Pada dasarnya setiap bahan bahan yang merugikan yang diangkut melaui laut dalam bentuk
terbungkus,dalam peti kemas, tangki lepas, atau mobil mobil tangki dan gerbong gerbong
tangki harus memadai untuk mengurangi bahaya bagi lingkungan laut.
Bungkusan yang dikapalkan secara sendiri sendiri atau dalam unit unit atau dalam peti
kemas, tangki tangki lepas atau mobil mobil tangki dan gerbong gerbong tangki yang
berisikan bahan bahan yang merugikan, harus ditandai dengan tanda yang tahan lama yang
disertai dengan nama teknis yang tepat
( nama nama niaga tidak boleh digunakan
sebagai nama teknis yang tepat ) dan selanjutnya ditandai dengan label khusus atau cetakan
label, yang menyatakan isinya berbahaya.Bahan bahan tersebut harus diberi tanda dengan
tulisan berbahaya bagi lingkungan laut. Tanda tersebut harus dapat bertahan paling sedikit
3 bulan bila kemasan atau bungkusan tersebut jatuh kelaut.
Setiap kapal yang mengangkut bahan bahan yang merugikan harus mempunyai daftar atau
manifes khusus yang menyebutkan bahan bahan yang merugikan yang ada di kapal dan
letak barang diatas kapal.
Rencana penataan muatan yang terperinci yang menunjukkan letak semua bahan yang
merugikan di kapal boleh digunakan sebagai pengganti daftar.
Salinan dokumen tersebut harus ditahan di darat oleh pemilik kapal atau wakilnya sampai
bahan bahan yang merugikan tersebut dibongkar.
B. PENATAAN DAN PEMBATASAN MUATAN
Setiap pemuatan bahan bahan yang merugikan harus ditata untuk mengurangi bahaya
bahaya bagi lingkungan laut tanpa mengganggu keselamatan kapal maupun orang diatas
kapal.
Bahan bahan yang merugikan atau berbahaya bagi lingkungan laut berdasarkan alasan
alasan ilmiah dan teknis yang kuat, mungkin perlu untuk dilarang untuk diangkut atau
dibatasi jumlahnya yang boleh diangkut di suatu kapal.dalam membatasi jumlah itu harus
berdasarkan pertimbangan pertimbangan yang layak terhadap ukuran, konstruksi, dan
perlengkapan kapal maupun kemasan serta sifat bahan yang bersangkutan.
18
C. PENGECUALIAN PENGECUALIAN
1. Pembuangan keluar kapal bahan bahan yang merugikan yang diangkut dalam
bentuk terbungkus, peti peti kemas, tangki tangki lepas atau mobil mobil
tangki atau gerbong gerbong tangki dilarang kecuali jika pembuangan itu
diperlukan untuk maksud menjamin keselamatan kapal atau keselamatan jiwa
dilaut.
2.
dengan memperhatikan sifat sifat fisik,kimiawi dan biologi bahan- bahan yang
merugikan dapat dilakukan pencucian dari kebocoran keluar kapal dengan
ketentuan bahwa pengambilan langkah langkah demikian tidak akan
mengganggu keselamatan kapal atau orang - orang diatas kapal.
19
BAB IV
PERATURAN PENCEGAHAN PENCEMARAN
OLEH KOTORAN DARI KAPAL
A. DEFENISI DAN PENGERTIAN ISTILAH
1. Kotoran
a. ialah air bilga atau kotoran yang berasal dari toilet tempat tempat buang
air kecil dan saluran saluran buang air besar atau
b. air kotor yang berasal dari ruang ruang medis kapal atau
c. air kotor yang berasal ruang ruang yang berisikan hewan hidup atau
d. air limbah lain yang bercampur dari ketiga air kotor diatas.
2. Tangki penampungan
adalah tangki yang digunakan untuk mengumpulkan dan menyimpan kotoran
B. PENERAPAN ATURAN PEMBUANGAN KOTORAN
Penerapan aturan ini berlaku bagi kapal kapal sebagai berikut:
1. kapal yang berukuran 200 grt atau lebih
2. kapal yang berukuran kurang dari 200 grt tetapi mengangkut penumpang lebih
dari 10 orang
C. SURVEI
Survei awal dilakukan sebelum kapal dioperasikan atau sebelum sertifikat yang
disyaratkan pertama kali dikeluarkan. Survei pertama kali ini harus menjamin bahwa:
1. jika kapal dilengkapi dengan perangkat penanganan kotoran, maka perangkat
tersebut harus memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan.
2. jika kapal dilengkapi dengan suatu sistim untuk menghancurkan dan
membebashamakan kotoran, maka sisitim itu harus dari jenis yang disetujui oleh
pemerintah.
3. jika kapal dilengakapi dengan tangki penampung, kapasitas tangki harus mampu
menahan semua kotoran dengan memperhatikan pengoperasian kapal, jumlah
orang dikapal, dan faktor faktor lain yang berkaitan dengannya.tangki
penampung itu juga harus mempunyai sarana untuk menunjukkan secara visual
volumenya.
4. kapal harus dilengkapi dengan saluran pipa yang menuju keluar kapal yang
sesuai untuk pembuangan kotoran ke fasilitas penampungan dan ujung saluran
pipa keluar tersebut harus dapat dipasangi sambungan darat standar.survei ini
harus menjamin bahwa perlengkapan, peralatan, penataan, dan bahan
sepenuhnya sesuai dengan persyaratan.
Untuk memungkinkan pipa pipa dan fasilitas penampungan di sambung dengan
saluran saluran pipa keluar kapal harus dipasangi sambuangan pembuangan standar
sesuai dengan tabel berikut ini :
20
Uraian
Garis tengah luar
Garis tengah dalam
Garis tengah lingkaran baut
Alur alur di flensa
Ukuran pokok
210 mm
Sesuai dengan garis tengah luar pipa
170 mm
4 lubang dengan garis tengah 18 mm ditempatkan dengan
jarak yang sama dilingkaran baut
Tebal flensa
16 mm
Flensa dirancang untuk dapat disambung dengan pipa pipa sampai dengan maksimum 100
mm dan harus terbuat dari baja atau bahan lain yang sesuai.permukaan flensa harus rata dan
bersama sama dengan paking yang sesuai harus mampu menahan tekanan kerja 6 kg/cm2
Bagi kapal kapal yang mempunyai tinggi rancangan 5 meter atau kurang maka garis tengah
dalam sambungan pembuangan itu boleh 38 mm.
Survei berkala dengan selang waktu tertentu tetapi tidak lebih dari 5 tahun harus
dilakukan.setelah survei dilakukan dan diterbitkan sertifikat pencegahan kotoran maka
tidak boleh melakukan perubahan penting terhadap peralatan, perlengkapan, penataan dan
bahan tanpa persetujuan pemerintah.
Sebagaimana sertifikat yang lain sertifikat pencegahan pencemaran oleh kotoran ini
juga menggunakan bahasa bendera kapal dan harus mempunyai terjemahan dalam bahasa
Inggris atau perancis. Jika terjadi sengketa maka yang diutamakan adalah bahasa bendera
kapal.
D. MASA BERLAKUNYA SERTIFIKAT
Sertifikat internasional pencegahan pencemaran oleh kotoran berlaku untuk jangka
waktu tidak lebih dari 5 tahun.
Jika kapal tidak berada di pelabuhan atau terminal lepas pantai pada saat masa
barlakunya sertifikat berakhir dapat diperpanjang, tetapi perpanjangan itu hanya
untuk memberikan kemungkinan kepada kapal kapal untuk menyelesaikan
pelayarannya ke Negara tempat kapal benderanya digunakan secara sah atau dinegara
tempat kapal akan disurvei perpanjangan sertifikat tersebut tidak boleh melampaui 5
bulan. Perpanjangan sertifikat tersebut tidak digunakan sebagai dasar untuk
meninggalkan pelabuhan tanpa memperoleh sertifikat yang baru.
Jika perpanjangan sertifikat belum pernah dilakukan sesuai ketentuan diatas maka
sertifikat tersebut dapat diperpanjang maksimal 1 bulan.
Sertifikat internasional pencegahan pencemaran oleh kotoran dinyatakan tidak
berlaku jika terjadi perubahan perubahan yang mendasar terhadap perlengkapan,
peralatan, penataan, atau bahan yang disyaratkan.
Begitu juga bila kapal tersebut berganti bendera dengan tenggang waktu berlakunya
sertifikat 5 bulan sebelim memperoleh sertifikat baru.
21
22
BAB V
PERATURAN PENCEGAHAN PENCEMARAN
OLEH SAMPAH DARI KAPAL
A. DEFENISI DAN PENGERTIAN ISTILAH
1. Sampah
ialah semua jenis sisa sisa makanan, bahan bahan buangan rumah tangga,
tetapi tidak termasuk ikan segar dan bagian bagiannya yang terjadi selama
pengoperasian normal kapal dan ada keharusan untuk disingkirkan dan
dibersihkan secara terus menerus atau secara berkala.
2. Daerah khusus
adalah wilayah laut yang berdasarkan alasan alasan teknik yang sah
sehubungan dengan keadaan oseanografi dan ekologi serta sehubungan
dengan sifat khusus lalu lintasnya.adapun daerah khusus yang dimaksud
adalah:
a. laut mediterania ( termasuk teluk dan laut didalamnya yang berbatasan
antara laut mediterania dan laut hitam ).
b. Laut baltik, termasuk teluk bothnia dan teluk finlandia dan jalan masuk ke
laut baltik.
c. Laut hitam
d. Laut merah, termasuk teluk/terusan suez
e. Laut utara,termasuk selat Inggris ( English Channel )
f. Laut antartik
g. Daerah laut karibia
B. ATURAN PEMBUANGAN SAMPAH
( berlaku untuk semua kapal )
1) Pembuangan sampah di luar daerah khusus
a) semua jenis plastik termasuk sintesisnya dilarang dibuang
b) sampah jenis bahan paking,terap dan bahan lain yang mengapung
dapat dibuang dengan 25 mil atau lebih.
c) Sampah jenis sisa sisa makanan dan semua sampah yang termasuk
hasil olahan kertas, majun bersih, kaca, logam, botol botol, tembikar
dan sampah yang serupa dapat dibuang dengan jarak 12 mil atau
lebih.
Pembuangan dengan jarak 3 mil atau lebih dapat diizinkan jika
sampah tersebut melalui suatu alat penghancur atau penggiling dan
harus melewati kisi kisi dengan lubang yang besarnya tidak lebih
dari 25 mm.
2) Pembuangan sampah di daerah khusus
a) Semua jenis plastik termasuk sintesisnya dan semua sampah lainnya,
termasuk hasil olahan kertas, majun, kaca, logam, botol botol,
tembikar, pterap dan yang serupa dilarang dibuang .
23
24
BAB VI
PENCEGAHAN PENCEMARAN
( MARINE POLLUTION )
Menurut Undang Undang nomor 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup
bahwa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh
kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan menjadi kurang atau tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Dari pegertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pencemaran lair / laut, adalah
masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam
air / laut oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air laut turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan air laut tidak berfungsi lagi sesuai peruntukannya.
Dapat pula diartikan bahwa pencemaran laut sebagai dampak negative terhadap kehidupan
biota, sumber daya, dan kenyamanan ekosistem laut serta kesehatan manusia dan nilai guna
dari ekosistem laut yang disebabkan secara lengsung maupun tidak langsung oleh
pembuangan bahan bahan atau limbah ( termasuk energi ) ke dalam laut yang berasal dari
kegiatan manusia. Tercemarnya suatu perairan laut kontaminasi atau penambahan sesuatu
dari luar perairan laut yang menyebabkan keseimbangan lingkungan terganggu dan
membahayakan kehidupan organisme serta menurunnya nilai guna perairan tersebut.
Banyak anggapan bahwa laut merupakan tempat sampah yang ideal, baik yang berupa
sampah domestik maupun limbah industri. Laut yang luas diperkirakan akan mampu
menghancurkan atau melarutkan setiap bahan bahan yang dibuang kelaut.namun laut
mempunyai kemampuan daya urai yang terbatas, disamping itu beberapa bahan ada yang
sulit terurai. Jadi walaupun buangan yang terdahulu telah terurai oleh alam, akan tetapi
dengan adanya penambahan terus menerus tanpa control yang baik menyebabkan
peningkatan pencemaran laut. Komponen pencemar air, dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Bahan buangan cairan berminyak
2. Bahan buangan zat kimia
3. Bahan buangan anorganik
4. Bahan buangan organik
5. Bahan buangan olahan makanan
6. Bahan buangan padat
Sedangkan sumber pencemaran laut oleh minyak dapat disebabkan oleh:
a. Dari ladang minyak bawah laut, baik melalui rembesan maupun kesalahan
pengeboran pada operasi minyak lepas pantai.
b. Dari kecelakaan pelayaran
c. Dari operasi tanker dimana minyak terbuang ke laut sebagai akibat dari
pembersihan tangki atau pembuangan tolakbara.
25
d.
e.
f.
g.
Dari kapal kapal lain selain tanker melalui pembuangan air got
Operasi terminal pelabuhan minyak
Limbah pembuangan / refinery
Sumber sunber dari darat: minyak bekas, atau cairan yang mengandung
hidrokarbon dan industri di darat.
h. Hidrokarbon yang jatuh dari atmosfir, cerobong asap pabrik, kapal dan pesawat
i. Galangan kapal
A. SEJARAH MARPOL
Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama pada tahun 1885 yang
bernama GLUCKAUF dan penggunaan mesin diesel sebagai penggerak utama kapal tiga
tahun kemudian, maka penomena pencemaran laut oleh minyak mulai muncul.
Pencemaran umumnya berasal dari kegiatan operasi normal kapal tanker. Data dari The
National Academy of Sciences ( NAS ) tahun 1980 menunjukkan 3,54 juta ton minyak
mencemari laut setiap tahun.dan 1,5 juta ton diantaranya berasal dari pengangkutan
minyak melalui laut. Sisanya berasal dari aktivitas di darat termasuk limbah industri,
pembuangan limbah melalui sungai yang berasal dari kegiatan pertanian.Sedangkan
tumpahan minyak ke laut dari kapal tanker/kapal lainnya dapat dibagi dalam 4 kelompok:
1. pembuangan minyak yang timbul sebagai akibat dari pengoperasian kapal selama
menyelenggarakan pencucian tangki.
2. pembuangan ail got ( bilge ) yang mengandung minyak
3. tumpahan yang berasal dari kecelakaan pelayaran karena kandas, tubrukan
tenggelam dan lain lain.
4. tumpahan minyak selama memuat,membongkar minyak.
Ketika IMO berdiri pada tahun 1948 dan diberlakukannya konvensi yang
dihasilkan organisasi tersebut masalah pencemaran laut masih dianggap sebagai masalah
lokal atau Negara dengan wilayah perairan masing masing, bukan merupakan masalah
antar Negara. Namun sejak tahun 1950 sejalan dengan memuncaknya perdagangan dunia
meningkat pula pencemaran dilaut yang disebabkan oleh kapal sehingga lahirlah
konvensi tentang Prevention of Oil Pollution of the sea by oil ( OILPOL ) 1954 ).
Seperti diketahui dalam jangka dua dekade kapal yang pada tahun 1950 hanya berbobot
30.000 dwt maka pada akhir tahun 70-an sudah mencapai 500.000 dwt sehingga
merupakan ancaman terjadinya polusi minyak dilaut, baik karena tubrukan maupun
akibat pembersihan tangki kapal yang sisanya dibuang begitu saja dilaut.
Tenggelamnya kapal TORREY CANYON tahun1967 diselat Channel,
menumpahkan 120.000 ton minyak mentah dan mencemari pantai Inggris merupakan
kecelakaan pencemaran terbesar sehingga menarik perhatian dunia menimbulkan
pertanyaan mengenai ukuran atau batasan pencegahan pencemaran minyak dari kapal,
dan juga pembayaran ganti rugi akibat pencemaran tersebut.demikian pula usaha
pembersihan pencemaran membutuhkan biaya yang sangat besar.
Pada tahun 1969 OILPOL 1954 diamandemen dan diberlakukan prosedur Load On Top,
yaitu sisa pembersihan tangki minyak dipompakan ke tangki buangan / slop tank dan
selama pelayaran minyak dan air dipisahkan. Untuk mendeteksi batas antara minyak dan
26
air dalam tangki dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut oil water interface
detector. Diterminal/pelabuhan minyak yang tersisa dipompakan kembali ketangki dan
bercampur dengan minyak mentah yang dimuat.sedang airnya dapat dibuang difasilitas
penampungan minyak atau dibuang ke laut jika memenuhi persyaratan.
Konvensi 1973 lebih luas lagi karena konvensi ini juga berlaku bagi buangan bahan
kimia, sampah limbah kapal, serta benda benda berbahaya lainnya, karena dianggap
sumber pencemaran.
Pada bulan pebruari 1978 diadakan konferensi tentang Tanker Safety and
Pollution Prevention yang mentapkan ukuran atau parameter keselamatan kapal tanker
dan mengadopsi tentang disain kapal tanker dan sisitim operasinya.persyaratan ini
meliputi teknik operasi seperti LOT, inert gas system, konstruksi kapal yaitu pembuatan
segregated ballast tank.
Kasus kandasnya kapal tanker VLCC EXXON VALDES di pantai Alaska
barat pada bulan maret 1989, menumpahkan sekitar 30.000 metrik ton minyak mentah,
mencemari dan merusak pantai Alaska barat berdampak politis di USA sehingga
pemerintah Amerika mengeluarkan peraturan yang di sebut Oil Pollution Act 1990
( OPA 1990 ). Peraturan ini mensyaratkan bahwa kapal yang dibangun sesudah 30 juni
1990 dan serah terima sesudah 1 januari 1994 yang beroperasi di perairan Amerika harus
menggunakan konstruksi Double Hull.
Kontruksi ini menjanjikan bahwa apabila kapal ditabrak dari samping di daerah
tangki muat, dengan wing tank yang lebih lebar dapat melindungi tangki muat, dan
apabila kandas minyak tidak akan tumpah ke laut tetapi air yang mendorong minyak ke
dalam tangki dan air berfungsi sebagai pelapis paling bawah.
Persyaratan ukuran minimal lebar tangki samping ( wing tank = W ):
1. Untuk tanker berukuran 30.000 DWT atau lebih W harus sama atau minimal 2,0 m.
2. Untuk tanker berukuran 10.000 s/d 30.000 DWT, W harus paling sedikit sama dengan
1,0 m s/d 2,0 m ( berdasarkan rumus W = 0,5 + DWT / 20.000 m ).
3. Untuk tanker berukuran di bawah 5000 DWT tidak ada persyaratan wing tank.
Persyaratan tinggi ( H ) minimum double bottom :
1. untuk tanker ukuran lebih dari 5000 DWT, harus sama dengan lebar kapal di
bagi 15 ( B / 15 ) atau 2 m, dipilih yang lebih kecil tetapi minimum 1,0 m.
2. untuk tanker berukuran kurang dari 5000 DWT, H harus sama dengan lebar
kapal di bagi 15 (B/15) dengan nilai minimum 0,75 m.
3. untuk tanker ukuran kurang dari 600 DWT tidak dipersyaratkan.
Sebagaimana pencemaran minyak, penyebab pencemaran laut yang lain diatur
melalui aturan tambahan yang dikenal dengan ANNEX.secara berurutan ANNEX yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. ANNEX 1 mengatur tentang pencegahan pencemaran oleh minyak
2. ANNEX 2 mengatur tentang pencegahan pencemaran oleh bahan bahan cair
berbahaya yang diangkut dalam bentuk curah
27
28
b)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
29
kelompok
Pimpinan
kelompok
Kelompok
pengambil
minyak I
Kelompok
pengambil
minyak II
Di lokasi
tumpahan
minyak yang
terbuang
Kelompok mesin
Kamar mesin
Kelompok
komunikasi
Ruang radio
Contoh diatas adalah merupakan organisasi/bagan minimal dan dapat diperbesar tergantung
jumlah kru diatas kapal.pengembangan bagan ini dapat diperbesar terutama pada kelompok
pengambil minyak mengingat sifat minyak yang cepat menyebar pada permukaan air laut.
C. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPARAHAN
TUMPAHAN MINYAK
1. Tipe minyak yang tertumpah
Sifat fisika dan kimia minyak bervariasi. Komponen minyak yang paling beracun
adalah fraksi aromatis, yang kebanyakan terdapat dalam minyak ringan hasil
penyulingan. Minyak aromatis bersifat volatile ( sangat mudah menguap ) tetapi
mudah larut dalam air dan dalam konsentrasi yang encer dapat mematikan
terhadap beberapa organisme.
Minyak mentah ( crude oil ) merupakan campuran hidrokarbon yang kompleks
dan terdiri dari tiga bahan kimia utama yaitu paraffin, napthenic dan aromatic.
Hidrokarbon dapat berupa ikatan sederhana sehingga mudah menguap hingga
yang bersifat kompleks (lapisan lilin dan aspal)sehingga sangat sulit dipisahkan.
Oksigen,nitrogen,belerang, vanadium, nikel, dan garam mineral adalah
merupakan unsur dasar dengan berbagai komposisi campuran yang berbeda.
Lapisan minyak tebal yang sudah lama bersifat kurang daya racunnya, namun
menimbulkan kerusakan mekanis yang lebih besar. Lapisan yang tebal dapat
30
V minyak
V arus
V minyak
V angin
Dimana :
31
V arus
V angin
32
6. Musim
jika tumpahan minyak terjadi pada saat anak-anak biota baru melahirkan maka
akan menimbulkan kematian yang lebih besar. Hal ini disebabkan karena anakanak biota yang baru dilahirkan lebih sensitif terhadap fraksi minyak yang
beracun dan kerusakan mekanisme dari pada yang sudah dewasa. Migrasi tahunan
dari mamalia dan burung dan dari pada tempat pembiakan sering kali menuju ke
daerah yang terkena tumpahan selama musim dingin, temperatur rendah akan
menyebabkan biodegradasi minyak berjalan lambat.
7. Jenis biota
jenis tanaman dan binatang yang tidak sama menujukkan perbedaan tingkat
reaksi terhadap minyak. Beberapa jenis sangat sensitif terhadap fraksi minyak
beracun dalam kadar yang rendah, sementara itu jenis yang lain tampak tidak
terpengaruh dalam konsentrasi yang tinggi.
Rumput laut biasanya mempunyai lapisan lender yang mencegah menempelnya
minyak,kecuali jika tanaman itu mati dan kering.
Tanaman di daerah payau tidak mempunyai lapisan pelindung dan peka terhadap
kontaminasi minyak. Minyak mempengaruhi kehidupan laut baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengaruh secara langsung (keracunan, mati muda).
Pengaruh secara tidak langsung dapat melalui:
1. Eliminasi sumber bahan makanan
2. Penurunan daya tahan terhadap tekanan lain ( misalnya kontaminasi
minyak menyebabkan penurunan temperature yang dapat mematikan suatu
organisme ).
3. Gangguan gelagat kimia yang perlu untuk tetap hidup
4. Gangguan keseimbangan ekologis
D. PEMBERSIHAN TUMPAHAN MINYAK
Pencemaran yang bersumber dari buangan minyak dapat membahayakan lingkungan
hidup organisme perairan tersebut. Hal disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Minyak mengandung beribu ribu komponen kimia yang berbeda, yang daya
larut dan daya racunnya juga berbeda.
2. Seringkali bahan pencuci yang digunakan ( misalnya dispersan ) juga beracun,
sehingga daya racun minyak menjadi bertambah.
3. Minyak mempunyai daya racun yang bersifat sinergis dengan bahan pencemar
lain, sehingga daya racunnya meningkat.
4. Kejadian yang paling berbahaya adalah apabila minyak tersebut dihalau oleh
angin dan arus pasang surut ke daerah pantai. Pengaruh racun dari tumpahan
minyak yang terperangkap pada sedimen sedimen di daerah pantai dapat
bertahan sampai bertahun tahun.
Sebelum dilakukan pembersihan, perlu diketahui sifat sifat minyak bila tumpah ke
laut yaitu secara umum sebagai berikut:
a.Akan terjadi penguapan kira kira diatas 20 % dalam 24 jam tergantung dari
angin, kondisi laut dan jenis minyak.
b. Oksidasi dan biodegradasi tergantung dari suhu dan kadar garam di laut.
33
34
Kecepatan arus
Kecepatan minyak
Sudut kemiringan boom
0.7 knot
0,35 m/dtk
900
1,0 knot
0,5 m/dtk
450
1,5 knot
0,75 m/dtk
280
2,0 knot
1,0 m/dtk
200
2,5 knot
1,25 m/dtk
160
3,0 knot
1,5 m/dtk
130
Ada berbagai macam jenis boom, namun memiliki konstruksi dasar yang sama
yaitu:
a. Lambung bebas ( free board ), untuk mencegah lewatnya minyak akibat
pengaruh ombak
b. Lengan bawah untuk mencegah minyak keluar melalui bagian bawah
boom
c. Pemberat tegangan memanjang, untuk mencegah pengaruh dari angin,
ombak dan arus.
Jika tumpahan minyak sangat tebal dapat menggunakan alat yang disebut WEIR
SKIMMER.alat ini bekerja mirip seperti sebuah sumur penampungan di kedalaman
isapan dapat diatur ketinggiannya sehingga hanya minyak yang masuk ke sumur
tersebut.selanjutnya minyak yang terkumpul dipompa ke tempat penampungan.
Cara lain yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan:
1. Disc system
2. Drum
3. Belt
4. Rope/brush
5. Sweep system ( merupakan gabungan antara cara tetap dengan cara yang
bergerak )
b) Absorbent
Absorbent digunakan jika tumpahan minyak hanya berupa lapisan minyak yang
sangat tipis, perairan terlalu dangkal atau sulit untuk dijangkau dengan alat yang
besar.begitu pula tumpahan diatas kapal.
Syarat untuk material absorbent adalah:
1. Penyerapan sangat tinggi
2. Mudah penanganannya setelah dipakai
3. Mudah diproses setelah dipakai
Zat untuk menyerap minyak dengan cara ditaburkan diatas tumpahan minyak dan
kemudian zat tersebut diangkut yang berarti minyak akan turut terangkut
bersamanya. Umumnya zat yang digunakan untuk meng-absorb tersebut adalah:
1. Material anorganik ( debu volkanik, vermiculite dan glass wool )
2. Material organik ( tongkol jagung, kulit ari kacang, batang gandum,
selulosa kayu )
3. Jenis sintesis ( polyurethane foam, polyethylene fibre,polypropylene
fibre, polystyrene powder )
Penanganan absorbent yang sudah digunakan dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1.
Dipisahkan kembali antara minyak dan material
absorbent
2.
Dibakar
35
3.
c) Menenggelamkan minyak
Suatu campuran 3000 ton kalsium karbonat yang ditambah dengan 1 % sodium
stearate pernah dicoba dan berhasil menenggelamkan 20.000 ton minyak. Setelah
14 bulan kemudian, tidak lagi ditemukan tanda tanda adanya minyak di dasar laut
tersebut. Cara ini masih dipertentangkan karena dianggap hanya memindahkan
masalah kerusakan oleh minyak ke dasar laut yang relative merusak kehidupan.
Tetapi untuk laut laut yang dalam, hal ini tidak akan memberikan efek.
d) Dispersant
Sejumlah kerusakan dapat terjadi terhadap lingkungan karena penggunaan
dispersan untuk membersihkan minyak dari struktur intertidal. Dari sudut pandang
biologis, bagi tanaman dan binatang mungkin masih lebih baik terlapisi minyak dari
pada kemasukan dispersan. Namun beberapa kasus yang terjadi dilaut terbuka
menunjukkan bahwa dispersan sangat membantu dalam mencegah kerusakan di
area intertidal yang diakibatkan minyak.
Fungsi dispersan adalah guna bercampur dengan dua komponen yang lain dan
masuk ke lapisan minyak dan kemudian membentuk emulsi. Stabilizer akan `
menjaga emulsi tadi tidak pecah. Dispersan ini akan menenggelamkan minyak dari
permukaan air.
Keuntungan cara ini adalah mempercepat hilangnya minyak dari permukaan air dan
mempercepat proses penghancuran secara mikrobiologi. Dispersan tidak akan
berguna di daerah pesisir karena adanya unsur timbal yang terlarut.
Perlu diketahui bahwa semakin baik suatu dispersan akan semakin menggunakan
pelarut yang lebih beracun bagi kehidupan laut. Jika ingin menggunakan dispersan
yang daya racunnya rendah, mau tidak mau dispersan yang dipakai kurang efektif.
e) Pembakaran
Membakar minyak di laut lepas umumnya sedikit sekali dapat berhasil, karena
minyak ringan yang terkandung telah menguap secara cepat. Juga panas yang
dibutuhkan guna menahan tetap berjalan, cepat sekali diserap oleh air sehingga
tidak cukup untuk mendukung pembakaran tersebut.yang banyak dikembangkan
adalah menabur zat zat yang mudah terbakar diatas lapisan minyak tersebut yang
nantinya berfungsi untuk menambahkan api. Namun teknik ini juga mengakibatkan
polusi udara.
Dari segi perlengkapan kapal, guna mengurangi sesedikit mungkin pembuangan minyak
karena kegiatan operasi kapal tanker paling tidak salah satu dari ketiga sistem pencegahan ini
patut di adakan
36
Air got kapal yang terkumpul di Bilge tank dialirkan ke OWS dengan bantuan pompa bilge. Air
got yang mengandung minyak akan dipisahkan di dalam OWS dengan prinsip gaya gravitasi.
Air berminyak akan mengalami pemisahan pada tabung pertama, melalui plat-plat pemisah. Air
yang telah terpisah akan terus bergerak ke bawah akibat tekanan dalam tabung, sedangkan
minyak akan berkumpul pada bagian atas tabung. Dengan bantuan sebuah level sensor, minyak
akan mengalir ke oil collecting tank bila telah mencapai level yang ditentukan. Air yang telah
dipisahkan pada tabung pertama akan masuk ke tabung kedua. Pada tabung kedua air tersebut
air akan mengalami pemisahan dalam suatu saringan halus. Air bersih akan melewati saringan
dan minyak akan tertahan pada bagian luar saringan. Selanjutnya minyak akan mengalir ke atas
dan berkumpul pada bagian atas tabung tersebut dan mengalir ke oil collecting tank jika telah
mencapai level tertentu. Air bersih akn mengalir ke luar lambung kapal melalui suatu sensor.
Bila kandungan minyak air tersebut kurang dari 15 ppm maka katup tiga jalan yang menuju ke
laut akan terbuka. Sedangkan bila kadarnya 15 ppm atau lebih maka katup tiga jalan menuju ke
laut tertutup dan katup ke oil collecting tank terbuka sehingga minyak tidak mencemari laut.
Apakah fungsi dari Oil Water Interface Detector?
Sebagai alat untuk mengetahui batas minyak dan air dalam tangki slop
Gambar dan jelaskan prinsip kerja dari Oil Water Interface Detector
Prinsip kerja:
Batas minyak dengan air biasanya ditentukan pita meteran yang dimodifikasi dan bekerja
37
dengan prinsip bahwa air garam dapat menghantarkan listrik sedangkan minyak tidak. Arus
listrik dihasilkan oleh perbedaan potensi listrik antara seng yang terdapat pada pemberat pita
dan kerangka baja dari tangki. Bila terjadi penyimpangan jarum yang terdapat pada ammeter,
berarti telah dicapai batas antara air dan minyak.
38
Non
return v/v
Hazardous area
Deck water
seal
IG
IG blower
blower
CargoTk
isolating v/v
CargoTk
isolating v/v
CargoTk
isolating v/v
CargoTk
isolating v/v
Prinsip Kerja:
Gas buang dari ketel atau gas buang dari IGG dialirkan ke scrubber dan demister
didinginkan dan dipisahkan partikel padat yang ikut bersama flue gas (misalnya jelaga dan
belerang). Selanjutnya gas lembam tersebut dialirkan ke tangki muatan melalui deck water
seal yang didorong oleh suatu blower. Guna mencegah aliran balik, dipasang katup non
return valve dan katup pengaman guna menghindari tekanan berlebihan pada pipa aliran gas
lembam.
Apakah fungsi dari Sewage Treatment Plant
Sebagai alat yang digunakan untuk mengolah kotaran yang berasal dari kapal sehingga
dapat dibuang sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam MARPOL 73/78
Gambar dan jelaskan prinsip kerja dari Sewage Treatment Plant
39
Prinsip kerja:
Kotoran masuk melewati kasa kasar ke dalam tangki pengumpul pertama dan akan luber ke
tangki berikutnya. Hubungan antara pertama dan kedua dibuat sedemikian rupa dengan
maksud agar memudahkan pemompaan tangki pertama. Penghancuran dalam tangki aerasi
disebabkan oleh adanya bakteri aerob dari udara yang dimasukkan secara paksa dengan
bantuan kompressor udara melalui diffuser pembentuk gelembung halus di bagian bawah.
Gelembung udara selain menyediakan udara juga menghasilkan turbulensi sehingga
40
pengendapan dapat di cegah dan terjadi pencampuran yang baik. Setelah mengalami aerasi,
cairan dipindahkan ke tangki endap(settling tank) dan terbentuk apungan biologi. Oleh gaya
beratnya, lumpur terpisah ke bawah dan secara kontinyu dikembalikan ke tangki aerasi
dengan bantuan tekanan udara untuk diolah kembali bersama limbah baru. Pada
kompartemen terakhir, cairan limbah bersih tersebut diberikan desinfektan sebelum akhirnya
dibuang ke laut.
Penjelasan tambahan:
Kotoran yang di buang ke laut tidak boleh berbentuk padatan, tidak berwarna dan tidak
berbau.
Apakah fungsi dari Incinerator
Sebagai salah satu alat pencegahan pencemaran dengan cara membakar limbah hasl proses
pemisahan pada Oil water separator maupun Sewage Plant sekaligus untuk membakar jenis
sampah tertentu di atas kapal.
Gambarkan penataan serta jelaskan prinsip kerjanya
Prinsip kerja:
Endapan kotoran padat dari Sewage Plant dan limbah minyak ditampung pada Oil Waste
Tank untuk dikeluarkan kandungan airnya dengan cara dipanasi. Selanjutnya limbah dan
minyak tersebut dibakar sekaligus berfungsi sebagai bahan bakar. Sebuah aliran minyak
diesel dipakai untuk pembakaran awal yang berhubungan dengan pilot burner. Pada salah
satu sisi incinerator dapat dimasukkan sampah untuk di bakar bersama-sama dengan minyak
kotor dan lumpur kotoran yang berasal dari sewage plant. Abu hasil pembakaran ditampung
atau di buang ke laut pada jarak tertentu. Sampah plastik yang telah dibakar disimpan pada
wadah tertentu untuk selanjutnya diserahkan ke darat.
41
Waste oil
settling
Tk
Waste oil
service Tk
Incenerator
Air inlet
Waste oil
pump
Pilot burner
Filter
Hasil ceratan
dan bocoran
OWS dan
Purifier
Sewage plant
42
Konpensasi ganti rugi akibat pencemaran dan kerusakan yang ditimbulkannya sudah
diatur di dalam perundang undangan Republik Indonesia dan secara eksplisit
dimuat dalam UU No. 4/1982 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup dan UU No 17 tahun 2008 tentang Pelayaran
Dalam undang undang No 4/1982 Bab VI memuat ketentuan mengenai :
1. Pihak yang melakukan pencemaran juga diharuskan membayar ganti rugi
bagi penderita yang dilanggar haknya atas lingkungan yang baik dan sehat
2. Pihak yang melakukan pencemaran juga diharuskan membayar biaya
pembersihan dan pemulihan kembali lingkungan yang tercemar kepada
Negara.
Kedua ketentuan ini menggambarkan tanggung jawab ganti rugi atau
liability dari pihak yang melakukan pencemaran lingkungan. Pemerintah
bertanggung jawab atas pembersihan dan pemulihan kembali lingkungan yang rusak
akibat pencemaran, dengan konsekuensi pihak yang mencemari yang menanggung
biaya pembersihan dan pemulihannya.
Sedangkan dalam undang undang No. 17 tahun 2008
1. Pasal 227 : Setiap awak kapal wajib mencegah dan menanggulangi terjadinya
pencemaran lingkungan yang bersumber dari kapal.
2. Pasal 324 menyatakan bahwa setiap awak kapal yang tidak melakukan
pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran lingkungan
yang bersumber dari kapal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 227 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).
Kewajiban untuk membayar kompensasi ganti rugi atau Liability atas pencemaran minyak
akibat dari tumpahan muatan minyak ke laut mulai muncul sejak kapal tanker TORREY
CANYON yang memuat minyak mentah kandas dan pecah di pantai Inggris pada bulan
Maret 1967, mencemari dan merusak pantai dan kegiatan ekonomi di lokasi tersebut.
Dampak dari peristiwa tersebut adalah :
1. Kompensasi ganti rugi pencemaran minyak (Oil Pollution Liability) muncul ke
permukaan. Pihak korban dan pemerintah Inggris tidak tahu kemana harus meminta
kompensasi kerugian sedemikian besarnya.
2. Pada waktu itu baru disadari akan keterbatasan peraturan atau hukum Nasional maupun
Internasional yang dapat digunakan sebagai dasar menyelesaikan klaim kompensasi ganti
rugi dari masyarakat dan biaya untuk membersihkan serta memulihkan kembali
lingkungan yang tercemar. Karena itu mulai disadari bahwa dibutuhkan peraturan Negara
yang tercemari.
3. Mulai disadari pula bahwa diperlukan peraturan yang mengatur Negara yang satu dengan
Negara lain yang berbeda mengenai prinsip :Liability sebagai dasar untuk
menyelesaikan masalah klaim yang timbul akibat dari pencemaran.
4. Pada waktu itu juga belum diketahui siapa dari pihak kapal yang harus bertanggung
jawab membayar klaim ganti rugi apakah pemilik kapal atau pencanter kapal.
Keadaan inilah yang menjadi katalisator pemacu bagi International Maritime
Organization (IMO), mengambil inisiatip membentuk regimes atau badan khusus
yang akan menangani kompensasi ganti rugi atau liability for oil pollution damage
43
Karena itu Negara anggota IMO dalam sidang Diplomatic Conference di Brussel
berturut turut pada tahun 1969 dan 1971 membentukregimes yang diformulasikan
secara khusus bagaimana menangani permintaan ganti rugi apabila terjadi tumpahan
minyak tumpahan minyak dalam jumlah ribuan atau lebih dari kapal.
Kompensasi ganti rugi akibat pencemaran yang disebabkan oleh tumpahan minyak dari
kapal tanker yakni :
a. International Convention on Civil Liability for Oil Pollution Damage (Civil Liability
Convention) atau disingkat CLC tahun 1969
b. The International Convention on the Establishment of an International Fund for
Compensation for Oil Pollution Damage (Fund Convention) atau disingkat IOPC
Fund tahun 1971
Kedua konvensi ini telah direncanakan dengan seksama dibawah pengawasan dari IMO
dengan fungsi fungsi sebagai berikut:
a. CCivil Liability Convention (CLC), mengatur kewajiban ganti rugi (liability) oleh
pemilik kapal terhadap kerusakan yang disebabkan karena pencemaran minyak yang
tumpah dari kapal. Konvensi tersebut mengatur prinsip kewajiban pemilik kapal untuk
membentuk sistem asuransi yang diwajibkan. Karena dana asuransi kapal terbatas maka,
pemilik kapal dibatasi kewajibannya dalam jumlah tertentu dan juga berdasarkan
besarnya tonase kapal. Konvensi ini mulai diberlakukan sejak tahun 1975 dan
mendapatkan sumber dana dari asuransi P&I Club.
b. The Fund Convention, sebagai tambahan (supplementary) terhadap CLC Convention
dibentuk guna membayar konpensasi ganti rugi korban akibat pencemaran tumpahan
minyak bila kompensasi dari CLC tidak mencukupi. Maka dibentuklah The
International Oil Pollution Compensation Fund (IOPC Fund) sebagai bagian dari Fund
Convention, pada waktu konvensi tersebut mulai diberlakukan tahun 1978. Sejak saat itu
Indonesia menjadi salah satu anggota dan mendapatkan sumber dana dari Oil Receiver
atau sipenerima muatan minyak.
IOPC Fund adalah organisasi antar pemerintah negara anggota IMO dengan tujuan untuk
mengadministrasikan kompensasi yang ditimbulkan oleh Fund Convention. Negara yang
menjadi anggota Fund Convention otomatis menjadi anggota IOPC Fund. Organisasi ini
bermarkas di London.
Lingkup aplikasi The CLC Convention aplikasinya pada kerusakan pencemaran minyak
mentah (persistent oil) yang tumpah dari muatan kapal tanker. Konvensi tersebut mencakup
kerusakan pencemaran lokasi termasuk perairan negara anggota konvensi, negara bendera
kapal dan kebangsaan pemilik tanker tidak masuk dalam lingkup aplikasi dari CLC
Convention. Notasi kerusakan pencemaran (Pollution Damage) adalah termasuk usaha
melakukan pencegahan atau mengurangi kerusakan akibat pencemaran di daerah teritorial
negara anggota konvensi.
The CLC convention diberlakukan hanya pada kerusakan yang disebabkan oleh tumpahan
muatan minyak dari kapal tanker dan tidak termasuk tumpahan minyak yang bukan muatan
atau usaha pencegahan murni yang dilakukan dimana tidak ada sama sekali minyak yang
tumpah dari kapal tanker. Konvensi ini juga hanya berlaku pada kapal yang mengangkut
minyak sebagai muatan yakni tanker pengangkut minyk. Tumpahan (spill) dari kapal tanker
dalam pelayaran Ballast Condition dan spill dari bunker oil atau kapal lain selain tanker
tidak termasuk dalam konvensi ini. Kerusakan yang disebabkan oleh non persistent oil
seperti gasoline, kerosine, light diesel oil tidak termasuk dalam konvensi.
44
45
mendapatkan kompensasi penuh CLC Convention dengan salah satu alasan sebagai
berikut:
1. Tidak ada kewajiban ganti rugi kerusakan pencemaran sesuai CLC
Convention karena pemilik tidak diwajibkan sesuai alasan yang disebutkan
dalam Strict Liability CLC Convention
2. Pihak pemilik tidak mampu memenuhi kewajiban sesuai CLC Convention
termasuk asuransinya tidak mencukupi untuk memenuhi klaim kompensasi
yang disebabkan oleh kerusakan akibat pencemaran.
3. Kerusakan melebihi batas kewajiban pemilik kapal sesuai CLC Convention
IOPC Fund tidak berkewajiban membayar kompensasi kerusakan pencemaran
yang disebabkan oleh akibat perang atau pencemaran yang datangnya dari
kapal perang. IOPC Fund juga tidak berkewajiban membayar kompensasi
apabila yang mengklaim tidak dapat membuktikan bahwa kerusakan akibat
dari kecelakaan satu atau lebih kapal tanker. Pencemaran dari tanker yang
tidak diketahui tidak dapat diklaim ke Fund Convention.
I. BATAS KOMPENSASI
Kompensasi yang dapat dibayarkan oleh IOPC Fund akibat kecelakaan terbatas pada
jumlah 60 juta SDR atau US$ 83 juta, termasuk yang tidak dibayar oleh pemilik kapal
atau asuransinya sesuai dengan CLC Convention.
J. KOMPENSASI KERUGIAN DARI PEMILIK KAPAL
(Indemnification of Ship Owner)
Pemilik yang kapalnya terdaftar atau berbendera negara anggota Fund Convention,
kompensasi kerugiannya dalam IOPC berjumlah sesuai dengan kewajiban ganti rugi
dalam CLC Convention. Maksimum kompensasi ganti rugi yang dapat dibayarkan
IOPC Fund kepada pemilik kapal adalah 33 SDR ( US$ 45 juta) setiap ton dari
tonase kapal, untuk kapal berukuran sampai dengan 83,33 grt. Untuk kapal yang
tonasenya lebih besar, kompensasi ganti rugi untuk setiap ton, bertambah sampai
batas maksimum 5.667.000 SDR ( US$ 7,8 juta) yang dicapai untuk kapal lebih
besar dari 105.000 grt.
IOPC Fund terbebas dari kewajiban membayar kompensasi ganti rugi kalau terbukti
kerusakan disebabkan oleh kesalahan pemilik kapal itu sendiri dan akibat kelalaian
pemilik kapal, kecelakaan terjadi karena kapal tidak memenuhi persyaratan sesuai
konvensi internasional lainnya (SOLAS 74, MARPOL 73/78, Load Line Convention
1966, COLREG 1972 dan lain lain).
K. PENDANAAN IOPC FUND
1. Kontribusi Ke IOPC Fund
L.
46
PENCEGAHAN POLUSI
PENDAHULUAN
Sejak peluncuran kapal pengangkut minyak yang pertama
GLUCKAUF pada tahun 1885 dan penggunaan mesin diesel kapal pada
tahun 1888, maka fenomena pencemaran laut mulai muncul. Pada tahun
1920 telah dimulai usaha-usaha untuk membuat peraturan tentang
pencegahan dan penanggulangan pencemaran oleh minyak. Namun
peraturan tersebut masih bersifat regional.
Setelah terbentuk organisasi PBB pada tahun 1948, barulah dibuat
peraturan yang dapat dipakai oleh semua pihak. Tahun 1954 atas
prakarsa pemerintah Inggris Oil Pollution Convention mengenai usaha
untuk mencegah pembuangan campuran minyak dari pengoperasian
kapal tanker dan dari kamar mesin kapal lainnya. Berturut-turut tahun
1962, 1967, 1969 dan 1971 dilakukan perubahan (amandemen) isi dari
konvensi tersebut.
The Marine Environment Protection Committee (MPEC) yang
dibentuk pada tahun 1973 bertugas mengkoordinasi kegiatan
pencegahan dan pengontrolan pencemaran laut yang bersumber dari
kapal, telah mengeluarkan konvensi diantaranya MARPOL 1973 dan TSPP
(Tanker safety prevention of pollution) 1978. Oleh IMO kemudian diadopsi
menjadi peraturan. Pemberlakuan peraturan saat ini dikenal dengan
sisitim tacit acceptance. Konvensi MARPOL 73/78 tentang peraturan
pencegahan pencemaran yang bersumber dari kapal berupa annexes
(aturan tambahan) telah diberlakukan dalam kurun waktu yang berbeda
yaitu sebagai berikut:
1 Annex I : pencegahan pencemaran oleh minyak, berlaku sejak 2 Oktober
.
1983
2 Annex II : pencegahan pencemaran oleh bahan kimia beracun dalam
.
bentuk curah, berlaku sejak 2 Oktober 1983
3 Annex
: pencegahan pencemaran oleh bahan berbahaya dalam bentuk
. III
curah, berlaku sejak 1 Juli 1992
4 Annex
: pencegahan pencemaran oleh kotoran, berlaku sejak 27
. IV
September 2003
5 Annex V : pencegahan pencemaran oleh sampah, berlaku sejak 31
.
Desember 1988
6 Annex
: pencegahan pencemaran udara oleh gas buang dari kapal,
. VI
berlaku sejak 19 mei 2005
Beberapa konvensi lain yang dihasilkan selain MARPOL 73/78 dalam
kaitannya dengan pencegahan pencemaran adalah:
47
PROTOCOL I & II
a
.
jawa
b
1.
48
.
jawa
b
c
.
jawa
b
2.
a
.
jawa
b
b.
jawa
b
ANNEX I
Pencegahan pencemaran oleh limbah minyak
4.
51
jawab
8.
jawab
9.
a. Bagaimana ketentuan tentang SLOP Tank
jawab
Setiap kapal tanker ukuran 150 GT atau lebih harus memiliki
slop tank dan bagi kapal tanker baru ukuran 70.000 DWT harus
mempunyai paling sedikit 2 tangki slop.
b. Berapa kapasitas minimal SLOP Tank yang harus dimiliki oleh
sebuah kapal tanker ?
1. kapasitas minimal SLOP TANK 3% dari kapasitas muatan
dan dapat dikurangi dengan ketentuan sebagai berikut:
2. 2% jika kapal tersebut dilengkapi dengan sistim pencucian
tangki atau kapal tersebut dilengkapi dengan segregated
ballast tank atau dedicated clean ballast tank
3. 1,5% jika kapal tersebut dilengkapi dengan kombinasi dari
sistim pencucian tangki dan SBT atau CBT
4. 1% jika kapal tersebut merupakan kapal kombinasi antara
crude carrier dan product carrier
10.
52
jawab
Tuliskan hal-hal apa saja yang harus dicatat di dalam Oil Record
Book I dan Oil Record Book II
jawa catatan yang berkaitan dengan operasi ruang mesin. Berlaku bagi
b
kapal tanker 150 GT atau lebih dan kapal non tanker 400 GT atau
lebih. Hal-hal (kegiatan) yang harus dicatat pada Oil Record Book I
adalah.
1. pencucian tangki bahan bakar atau tolak bara
2. pembuangan tolak bara kotor atau air pencucian tangki
bahan bakar
3. pembuangan residu minyak (sludge)
4. pembuangan air bilga keluar kapal
5. pembuangan residu yang tidak memenuhi persyaratan pada
saat kondisi darurat
Oil Record Book II adalah cacatan yang berkaitan dengan operasi
tolak bara/ muatan. Berlaku bagi kapal tanker ukuran 150 GT atau
lebih. Kegiatan yang harus dicatat adalah:
1. pencucian tangki muatan
2. pembuangan tolak bara kecuali dari SBT
3. pembuangan air dari tangki Slop
4. penutupan katup-katup sesudah operasi pembuangan dari
tangki Slop
5. pembuangan residu/endapan dari tangki
6. pembuangan residu yang tidak memenuhi persyaratan
pada saat kondisi darurat
53
13.
54
jawab
55
jawab
ANNEX II
Pencegahan pencemaran oleh bahan kimia beracun dalam bentuk curah
15.
jawa
b
jawa
b
16.
jawa
b
56
57
17.
58
jawa
b
1. kategori A:
a. acetone cynohyrin
b. acrolein
c. carbon sulphide
d. creosols
e. creslic acid
f. dischlorobenzenes
g. naphthlene
2. kategori B
a. allyl alcohol
b. ammonia
c. benzyl choloride
d. butyric acid
e. champor oil
f. carbon tetrachloride
g. chloroform
h. ethylene dichloride
3. kategori C
a. acetic acid
b. acrylic acid
c. allyl chloride
d. ailine
e. cyclohexane
f. dietylamine
g. ethylbenzene
h. ethylene diamine
4. kategori D
a. acetone
b. benzyl alcohol
c. disobutylene ketone
d. ethyl acetate
e. ethyl acrylate
19. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Procedure and Arrangements Manual?
jawa P and A Manual adalah suatu pedoman tentang prosedur dan tata
b
susunan serta perlengkapan yang yang dibutuhkan agar dapat memenuhi
ketentuan dari Annex II dalam kaitannya dengan penanganan muatan,
pembuangan residu, pengisian dan pembuangan tolak bara.
ANNEX III
Pencegahan pencemaran oleh bahan berbahya dalam bentuk kemasan
20.
Bagaimana cara pemberian tanda dan label pada kemasan yang berisi
bahan berbahaya ?
59
jawa
b
21.
jawa
b
ANNEX IV
Pencegahan Pencemaran Oleh Kotoran
22 a
.
.
jawab
60
24 Survei apa saja yang dilakukan terhadap kapal berkaitan dengan SEWAGE
.
jawab
1. Initial survey, dilakukan sebelum kapal dioperasikan pertama kali
2. Periodical survey dilakukan dalam selang waktu 5 tahun untuk
memastikan peralatan, penataan dan material memenuhi
ketentuan serta sertifikat yang berlaku
25 Bagaimana cara pembuangan kotoran sebagaimana yang diatur dalam
.
peraturan 8 Annex IV MARPOL 73/78 ?
jawa
a. Kapal yang dilengkapi dengan sistem pembebas hama dapat
b
membuang kotoran pada jarak lebih dari 4 mil dari daratan terdekat.
b. Kotoran yang tidak melalui sistem pembebas hama dapat membuang
kotoran dengan jarak lebih dari 12 mil dengan syarat kotoran
tersebut telah ditempatkan sebelumnya dalam tangki penampungan
dan dibuang tidak sekaligus ketika kapal berlayar dengan kecepatan
minimal 4 knot
c. Pembuangan kotoran tersebut tidak menghasilkan padatan yang
mengapung, berbau dan menimbulkan perubahan warna pada
perairan sekitar.
d. Kapal yang berada dalam wilayah hukum suatu negara harus
membuang kotoran sesuai dengan persyaratan negara bersangkutan
26 Tuliskan ukuranukuran standard sambungan pembuangan kotoran dari
.
kapal ke fasilitas penampungan
jawab
Uraian
Ukuran
Diameter luar
210 mm
Diameter dalam
Menyesuaikan dengan diameter luar pipa
Diameter lingkaran baut 170 mm
Lubang
baut
pada 4 lubang dengan diameter 18 mm
flensa
Tebal flensa
18 mm
Mur dan baut
4 buah berdiameter 16 mm dan dengan
panjang yang cukup
Ket: Flensa tersebut berbahan baja atau material lain yang setara dapat
menerima pipa dengan diameter dalam maksimum 125 mm dan. Flensa
ini bersamasama dengan paking anti minyak mampu menahan tekanan
minimal 6 kg/cm2
ANNEX V
Pencegahan Pencemaran Oleh Sampah
27 Apa yang dimaksud dengan sampah (garbage) ?
.
jawab Semua jenis makanan, limbah domestik dan sisa operasional domestik
kapal tidak termasuk ikan segar
61
28 a
.
.
jawab
b
.
jawab
c
.
jawab
29
.
JARAK PEMBUANGAN
Dilarang dibuang
Lebih dari 25 mil dari daratan
terdekat
Lebih dari 12 mil dari daratan
terdekat dan dapat dibuang lebih
dari 3 mil jika sampah tersebut telah
dihancurkan dan dibuang melaui
jaring berukuran 25 mm
Bagaimana aturan pembuangan sampah pada anjungan pengeboran
minyak lepas pantai (flatform) termasuk kapal yang melayaninya ?
JENIS SAMPAH
JARAK PEMBUANGAN
plastik dan sintesisnya
sampah mengapung termasuk Hanya sampah makanan yang boleh
kayu, dan paking
dibuang dengan jarak minimal 12
makanan, produk kertas, majun mil dari daratan terdekat dan
bersih, kaca, botol, dan bahan melalui jaring ukuran 25 mm
pecah belah lainnya
Bagaimana aturan pembuangan sampah di daerah khusus ?
JENIS SAMPAH
plastik dan sintesisnya
sampah mengapung termasuk
kayu, dan paking
makanan, produk kertas, majun
bersih, kaca, botol, dan bahan
pecah belah lainnya
JARAK PEMBUANGAN
Hanya sampah makanan yang
dihancurkan dan melalui jaring
ukuran 25mm yang boleh dibuang
dengan jarak minimal 12 mil dari
daratan terdekat
a
.
jawab
b
.
jawab
c
.
jawab
Setiap kapal yang berukuran 400 GT atau lebih dan setiap kapal yang
disertifikatkan mengangkut 15 orang atau lebih
Setiap kapal yang berukuran 400 GT atau lebih dan setiap kapal yang
disertifikatkan mengangkut 15 orang atau lebih
62
d.
jawab
e
.
jawab
ANNEX VI
Pencegahan Pencemaran Udara Oleh Gas Buang Cerobong Kapal
30 a.
.
Jawab
jawab
64
C.
jawab
d.
jawab
37 a.
.
jawab
65
39 a
.
.
jawab
b
.
jawab
Air got kapal yang terkumpul di Bilge tank dialirkan ke OWS dengan
bantuan pompa bilge. Air got yang mengandung minyak akan
dipisahkan di dalam OWS dengan prinsip gaya gravitasi. Air berminyak
akan mengalami pemisahan pada tabung pertama, melalui plat-plat
pemisah. Air yang telah terpisah akan terus bergerak ke bawah akibat
tekanan dalam tabung, sedangkan minyak akan berkumpul pada bagian
atas tabung. Dengan bantuan sebuah level sensor, minyak akan
mengalir ke oil collecting tank bila telah mencapai level yang ditentukan.
Air yang telah dipisahkan pada tabung pertama akan masuk ke tabung
kedua. Pada tabung kedua air tersebut air akan mengalami pemisahan
dalam suatu saringan halus. Air bersih akan melewati saringan dan
minyak akan tertahan pada bagian luar saringan. Selanjutnya minyak
akan mengalir ke atas dan berkumpul pada bagian atas tabung tersebut
dan mengalir ke oil collecting tank jika telah mencapai level tertentu. Air
bersih akn mengalir ke luar lambung kapal melalui suatu sensor. Bila
kandungan minyak air tersebut kurang dari 15 ppm maka katup tiga
jalan yang menuju ke laut akan terbuka. Sedangkan bila kadarnya 15
ppm atau lebih maka katup tiga jalan menuju ke laut tertutup dan katup
ke oil collecting tank terbuka sehingga minyak tidak mencemari laut.
Apakah fungsi dari Oil Water Interface Detector?
Sebagai alat untuk mengetahui batas minyak dan air dalam tangki slop
Gambar dan jelaskan prinsip kerja dari Oil Water Interface Detector
Prinsip kerja:
Batas minyak dengan air biasanya ditentukan pita meteran yang
dimodifikasi dan bekerja dengan prinsip bahwa air garam dapat
66
40 a
.
.
jawab
b
.
67
41 a
.
.
jawab
b
.
Non
return v/v
jawab
Hazardous area
Deck water
seal
scrubber
Flue
gas
de
mis
ter
IG
IG blower
blower
CargoTk
isolating v/v
CargoTk
isolating v/v
CargoTk
isolating v/v
CargoTk
isolating v/v
Prinsip Kerja:
Gas buang dari ketel atau gas buang dari IGG dialirkan ke scrubber dan
demister didinginkan dan dipisahkan partikel padat yang ikut bersama
flue gas (misalnya jelaga dan belerang). Selanjutnya gas lembam
tersebut dialirkan ke tangki muatan melalui deck water seal yang
didorong oleh suatu blower. Guna mencegah aliran balik, dipasang katup
non return valve dan katup pengaman guna menghindari tekanan
berlebihan pada pipa aliran gas lembam.
Apakah fungsi dari Sewage Treatment Plant
Sebagai alat yang digunakan untuk mengolah kotaran yang berasal dari
kapal sehingga dapat dibuang sesuai dengan persyaratan yang diatur
dalam MARPOL 73/78
Gambar dan jelaskan prinsip kerja dari Sewage Treatment Plant
68
jawab
Prinsip kerja:
Kotoran masuk melewati kasa kasar ke dalam tangki pengumpul pertama
dan akan luber ke tangki berikutnya. Hubungan antara pertama dan
kedua dibuat sedemikian rupa dengan maksud agar memudahkan
pemompaan tangki pertama. Penghancuran dalam tangki aerasi
disebabkan oleh adanya bakteri aerob dari udara yang dimasukkan
69
b.
jawab
70
Waste oil
settling
Tk
Waste oil
service Tk
jawab
Air inlet
Waste oil
pump
Pilot burner
Filter
Sludge
pump
43 a.
.
jawab
b.
Hasil ceratan
dan bocoran
OWS dan
Purifier
Sewage plant
71