Anda di halaman 1dari 11

PROPOSAL PENELITIAN OPSI

Analisis Regulasi Metode Pengambilan Kayu Jalur di Kawasan


Hutan Bagi Masyarakat Desa dalam Upaya Menjaga Tradisi Pacu
Jalur Kabupaten Kuantan Singingi

PENELITI:
ZHAFIRAH WARDANI
CICI AMELIA DEPRITA

Bidang:
Ilmu Sosial dan Humaniora (ISH)

MAN 1 Kuantan Singingi


Kabupaten Kuantan Singingi, Riau
Tahun 2023
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Festival pacu jalur merupakan salah satu tradisi kebanggaan masyarakat Kabupaten Kuantan
Singingi khususnya dan masyarakat Provinsi Riau umumnya. Tradisi Pacu Jalur pada saat ini sekarang
sudah menjadi event nasional (Hasbullah, 2015). Festival Pacu Jalur telah mengukir banyak prestasi
yang membanggakan. Dengan ciri khas dan nilai kebudayaan yang dimilikinya, membuat Pacu Jalur
dinobatkan sebagai pariwisata terpopuler di Indonesia di ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) pada
tahun 2011 lalu. Pada 21 Agustus 2022, Tradisi Pacu Jalur berhasil membuat Menteri Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI Sandiaga Uno datang langsung menyaksikan sekaligus membuka
Festival Pacu Jalur di Tepian Narosa Teluk Kuantan. Beliau menyatakan bahwa festival ini akan
mendapat pembinaan dan bimbingan secara berkala melalui diputi terkait. Sehingga nantinya akan
menjadi salah satu kalender wisata hebat yang akan mendatangkan jutaan pengunjung domestik dan
mancanegara (Kominfo Kuansing, 2023).
Secara singkat, tradisi kebanggaan masyarakat Rantau Kuantan atau Kuansing ini merupakan
festival tahunan yang diselenggarakan untuk memperingati hari-hari besar, seperti hari kemerdekaan
Indonesia. Tradisi Pacu Jalur merupakan ajang perlombaan dayung di Sungai Kuantan. Lomba
mendayung ini dilakukan dengan perahu yang terbuat dari dari kayu gelondongan utuh dengan panjang
20-30 meter yang dikenal dengan sebutan jalur. Kualitas jalur yang dibuat juga menjadi faktor
pendukung dalam meraih kemenangan. Bahan pembuatan kayu jalur ini digunakan berbahan dasar kayu
alam, yaitu Mersawa (Anisoptera marginata Korth), Meranti (Shorea), dan Borneo (Dryobalanops
camphora). Kayu diambil dari kawasan hutan Kabupaten Kuansing yang potensial, seperti kawasan
Hutan Bukit Betabuh Kecamatan Kuantan Mudik, Bukit Tabandang Kecamatan Hulu Kuantan, dan PT
Riau Andalan Pulp & Paper (PT. RAPP).
Bahan pembuat kayu jalur saat ini dikabarkan tengah mengalami kelangkaan. Artinya,
keberlangsungan festival pacu jalur juga akan ikut terancam. Kekhawatiran yang samapun dirasakan
oleh Dinas Kehutanan Kabupaten Kuantan Singingi selaku pengawas hutan. Padahal festival ini
merupakan tradisi besar masyarakat Kuansing yang harus dilestarikan. Menurut Babinsa ramil 02/KT,
bukan tidak mungkin tradisi pacu jalur ini akan hilang dalam lima atau sepuluh tahun kedepan jika tidak
ada upaya mengatasi kelangkaan kayu jalur (Lubis, 2020). Melihat hal tersebut, pemerintah Kabupaten
melalui Dinas dan DLH membuat regulasi terhadap perizinan pengambilan kayu jalur yaag dimulai
pada tahun 2022 silam. Prosedurnya adalah ketika masyarakat ingin mengambil kayu jalur, mereka
harus menisi formulir yang setelahnya dikirimkan Dinas Pariwisata. Selanjutnya, Dinas Pariwisata akan
mengirimkan rekomendasi ke DLHK Provinsi dan dilanjutkan ke Kementerian Kehutanan untuk
ditindaklanjuti.
Di lain sisi, hadirnya regulasi ini menjadi dilemma tersendiri bagi masyarakat desa. Praktik
regulasi telah dilakukan satu kali pada bulan Januari. Berdasarkan wawancara singkat peneliti,
masyarakat desa mengeluhkan beberapa hal terkait proses perizinan ini. Didapati jika proses
pengurusan surat menjelang disetujui memakan waktu yang cukup lama. Sementara kayu jalur harus
segera diambil dari hutan untuk dibuatkan jalur yang juga memakan waktu yang tidak sebentar. Oleh
karena itu, peneliti terkait untuk melihat kembali Bagaimana teknis dari adanya regulasi terkait
perizinan kayu jalur di Kabupaten Kuantan Singingi. akan dilakukan 2 pendekatan kepada pemerintah
kabupaten, yaitu dinas terkait, dan pemerintah desa.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan masalah pada proposal ini adalah:
1. Apa yang menjadi penyebab diterapkannya regulasi perizinan pengambilan kayu jalur?
2. Bagaimana SOP pengambilan kayu jalur di Kabupaten Kuantan Singingi sebelum dan setelah

1
adanya regulasi?
3. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap regulasi perizinan pengambilan kayu jalur?
4. Bagaimana efektivitas penetapan regulasi perizinan pengambilan kayu jalur bagi masyarakat desa?

1.3 TUJUAN PENELITIAN


Tujuan dari penelitia ini adalah:
1. Mengetahui penyebab diterapkannya regulasi perizinan pengambilan kayu jalur?
2. Menjelaskan SOP pengambilan kayu jalur di Kabupaten Kuantan Singingi sebelum dan setelah
adanya regulasi?
3. Memaparkan tanggapan masyarakat terhadap regulasi perizinan pengambilan kayu jalur?
4. Menganalisis efektivitas penetapan regulasi perizinan pengambilan kayu jalur bagi masyarakat
desa?

1.4 MANFAAT PENELITIAN


Manfaat dari penelitian yang akan dilakukan adalah:
1. Bagi pemerintah, menjadi analisis dan evaluasi atas SWOT dari regulasi pengambilan kayu jalur.
2. Bagi masyarakat, melalui regulasi dapat membantu sistematisasi metode pengambilan kayu jalur
dengan tetap menjaga pasokan kayu dan tradisi pacu jalur.
3. Bagi peneliti, berkontribusi dalam menghasilkan kajian dalam bidang budaya, yaitu tradisi pacu
jalur turun temurun.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

3.1 KABUPATEN KUANTAN SINGINGI


Kuantan Singingi (Kuansing) dikenal dengan sebutan Rantau Kuantan (UU. HAMIDY, 1986).
Kuansing merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau yang berdiri pada tanggal 4 oktober 1999.
Ibu kota dari Kabupaten Kuantan Singingi terletak di Kota Teluk Kuantan dan berada di tepian aliran
Sungai Kuantan. Kabupaten Kuansing terletak pada posisi 0⸰00’ – 1⸰00’ Lintang Selatan dan 101⸰02’
– 101⸰55’ Bujur Timur, dengan luas wilayah 7.656,03 km² dan ketinggian berkisar 25 – 30 meter diatas
permukaan laut. Peta Kabupaten Kuantan Singingi dapat di lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 2. Peta Kabupaten Kuansing


(Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi, 2022)
Kabupaten Kuantan Singingi dikenal akan keanekaragaman budaya, terutama tradisi pacu jalur.
Tradisi ini telah menjadi festival nasional disetiap tahunnya. Selain itu, budaya dan tradisi bercorak
kesenian yang berkembang hingga saat ini antara lain: pacu jalur, pencak silat, randai, kayat, saluang,
rarak gondang godang, rarak calempong oham, rarak oguang godang, rarak calempong tingka, rebab,
rebana, dan lainnya (Hasbullah R. A., 2015).

3.2 TRADISI PACU JALUR


Tradisi pacu jalur merupakan salah satu bentuk tradisi turun temurun yang dilestarikan oleh
masyarakat Rantau Kuantan. Pacu jalur ini merupakan tradisi yang berurat dan berakar di kalangan
masyarakat Kuantan Singingi karena telah bertahan selama ratusan tahun sejak abad ke-17 masehi.
Tradisi pacu jalur kini telah menjadi festival nasional (Suwardi, 2007) dan telah dinobatkan sebagai
pariwisata terpopuler di Indonesia di ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) pada tahun 2011 lalu.
Gambar dari jalur dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Dokumentasi dari tradisi pacu jalur yang
diadkan di Sungai Kuantan dapat di lihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tradisi Pacu Jalur (Sumber: (MC PROV RIAU, 2018)


3
Perahu yang digunakan disebut sebagai jalur. Secara fisik, jalur merupakan sebentuk perahu
panjang yang terbuat dari sebatang pohon besar dengan panjangnya 20–30 meter dengan diameter
berkisar antara 1–1,5 meter. Sebuah jalur terlahir sebagai sebuah hasil kebudayaan yang sangat tinggi
karena dibuat setelah melalui berbagai tahapan ritual yang sangat kental dengan unsur-unsur magis.
Pada bagian jalur tersebut terdapat benda-benda budaya yang unik yang merupakan perpaduan dari
beberapa unsur seni seperti seni ukir dan seni rupa (UU. HAMIDY, 1986).
Proses pembuatan jalur tidaklah mudah karena memakan waktu yang realtif lama dan biaya
yang cukup besar. Selain memperhatikan kualitas kayu, kayu yang dipilih juga harus memiliki
mambang (sejenis makhluk halus). Oleh karena itu, sebelum mencari kayu diadakanlah sebuah upacara
khusus. Setiap proses dalam kegiatan pengambilan kayu jalur memiliki ritual tertentu yang
berhubungan dengan hal-hal mistis. Setelah didapatkan kayu yang memenuhi syarat, maka dilanjutkan
dengan penebangan kayu tersebut. Dokumentasi penebangan kayu peneliti dapatkan dari pemerintah
desa seperti tampak pada gambar berikut.

Gambar 2. Penebangan Kayu Jalur di Kawasan Hutan


(Sumber: Dokumentasi Pemerintah Desa)

3.3 HUTAN KUANSING


Hutan berperan penting bagi penghidupan masyarakat di beberapa daerah. Selain itu, hutan juga
menjadi habitat berbagai flora dan fauna. Menurut Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan, Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan yang berisi sumberdaya
alam hayati yang di dominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungan, antara satu dengan
lainnya tidak dapat di pisahkan. Hutan juga berperan sebagai penyedia berbagai kebutuhan sumber daya
alam (SDA) yang dibutuhkan manusia.
Kuantan Singingi memiliki wilayah hutan yang lebih luas dibandingkan dengan kabupaten lain
di Provinsi Riau dengan luas hutan 203.109,2 Ha. Menurut fungsinya hutan di Kuansing dibagi menjadi
tiga, yaitu hutan lindung, hutan produksi terbatas (HPT), dan hutan produksi (HP). Pertama, hutan
lindung memiliki luas 21,74%. Hutan lindung adalah hutan yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan buatan (Pemerintah
Republik Indonesia, 2007). Kedua, hutan produksi terbatas (HPT) memilki luas 27,38%. HPT
merupakan kawasan hutan yang dikhususkan untuk dieksploitasi kayunya dalam intesitas rendah.
Ketiga hutan produksi tetap (HP) sebanyak 50,88%. HP merupakan kawasan hutan untuk memproduksi
hasil hutan bagi kepentingan masyarakat, industri, dan ekspor. HP dapat dieksploitasi dengan cara
tebang pilih maupun tebang habis.
Di Kabupaten Kuantan Singingi, selain sebagai mata pencaharian, hutan juga merupakan
landasan dari tradisi pacu jalur. Karena hutan Kabupaten Kuantan Singingi merupakan tempat
pengambilan kayu yang dijadikan untuk pembuatan jalur. Kawasan hutan yang dijadikan wilayah
pengambilan kayu jalur adalah Kawasan Bukit Batabuh Kec. Kuantan Mudik, Bukit Tabandang Kec.
Hulu Kuantan, dan kawasan hutan PT.RAPP. Kawasan ini ditumbuhi jenis kayu jalur, seperti Mersawa
(Anisptera marginata korth), Meranti (Shorea), dan Borneo (Dryobalanops champhora).
4
BAB 3. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data kualitatif dan analisis deskriptif. Peneliti menggunakan metode
triangulasi sumber dimana peneliti mencoba membandingkan hasil penelitian dari berbagai teknik
pengumpulan data yaitu pengamatan, wawancara dan kuisioner dengan dokumen yang sudah ada.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh desa yang ada di Kabupaten Kuantan Singingi dengan
sampel 69 desa yang dipilih secara purposive sampling. Untuk lebih jelasnya, pemaparan lengkap dapat
dilihat pada poin-poin berikut.

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Kegiatan penelitian akan dimulai dari Bulan Juni – September. Kegiatan itu mencakup 6 poin,
yaitu observasi, validasi kuesioner dan pertanyaan, wawancara, penyebaran kuesioner, pengolahan,
pengolahan dan analisis, serta penulisan laporan hasil penelitian. Lebih lengkapnya, detail waktu dari
setiap kegiatan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Kegiatan dan Waktu Pelaksanaan

WAKTU PELAKSANAAN
NO. KEGIATAN JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Observasi lapangan
2. Validasi kuisioner dan
daftar pertanyaan
wawancara
3. Wawancara dengan DLHK,
Dinas Pariwisata, dan KPH
Singingi
4. Penyebaran dan penarikan
kuisioner kepada 69 desa
5. Pengolahan dan analisis
data hasil penelitian
6. Penulisan laporan hasil
penelitian

Keenam kegiatan seperti pada tabel di atas akan dilakukan langsung dilapangan. Pertama, di
MAN 1 Kuantan Singingi. Kedua, di lokasi setiap pemerintah kabupaten, dinas-dinas terkait. Ketiga,
penyebaran kuesioner kepada pemerintah desa dengan mendatangi langsung lokasi dari desa tersebut.
kegiatan akan didampingi langsung oleh peneliti disertai pembimbing.

3.2 SUMBER DATA, ALAT, DAN BAHAN


Data berasal dari data primer dimana peneliti langsung melakukan wawancara dan penyebaran
kuesioner tersebut. Subjek penelitian adalah pemerintah kabupaten dan pemerintah desa. Pemerintah
kabupaten melalui Dinas Pariwisata, DLH, dan KPH Singingi adalah sumber utama untuk mendapatkan
data terkait regulasi perizinan pengambilan kayu jalur. Sementara desa-desa melalui subjek pemerintah
desa dipilih karena mereka adalah orang-orang yang menjalani regulasi tersebut.
Pada penelitian ini, peneliti bertindak sebagai key instrument dengan instrumen (alat dan bahan)
yang digunakan selama proses penelitian adalah laptop, handphone, kamera, dan ATK. Laptop
digunakan sebagai media studi literatur dan pengolahan data. Handphone digunakan sebagai alat rekam
5
pada saat wawancara. Kamera digunakan untuk melakukan sesi dokumentasi kegiatan. ATK digunakan
untuk penunjang pencatatan data penelitian bersama responden/narasumber.

3.3 METODE PEMEROLEHAN DATA


Dalam upaya memperoleh datam peneliti memakai 2 jenis instrumen penelitian, yaitu:
a. Kuesioner (Angket)
Kuesioner adalah suatu Teknik pengambilan data dengan menyediakan daftar pertanyaan secara
tertulis dan kemudian diajukan kepada responden untuk mendapatkan informasi. Kuesioner dipilih
untuk mendapatkan data secara sistematis kepada setiap sampel yang dipilih. Sampel yang
digunakan adalah 69 desa dari 128 populasi desa. Pertimbangan pengambilan jumlah sampel
dilakukan melalui teori rumusan:
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁𝑒²
Dimana:
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
E = taraf kesalahan (error)

Jika populasi sejumlah 218 desa dan taraf kesalahan sebesar 10% maka:
218 218 218 218
𝑛 = 1+218 .(10%) = = = = 68,55~69
1+218 .0,01 1+2,18 3,18

Sementara untuk menentukan desa yang menjadi populasi dilakukan dengan purposive sampling
atau pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah:
1. Daerah yang lebih dekat dengan tempat peneliti, yaitu sekitar MAN 1 Kuantan Singingi.
2. Daerah yang aktif mengikuti festival pacu jalur setiap tahunnya
3. Daerah yang memiliki hutan yang cukup luas.

Dari pertimbangan tersebut, maka didapatkan nama-nama desa yang menjadi sampel penelitian
seperti pada Lampiran 1. Pada kuesioner akan memuat pertanyaan-pertanyaan tegas untuk diisi oleh
perangkat desa. Terdapat 15 rancangan pertanyaan dan pernyataan yang akan dituliskan seperti pada
poin-poin berikut.
1. Apakah Bapak/Ibu mengetahui adanya pemberitaan kelangkaan kayu jalur yang mengancam
keberlangsungan tradisi pacu jalur?
2. Menurut Bapak/Ibu, apakah illegal logging menjadi salah satu faktor kelangkaan kayu jalur?
3. Menurut Bapak/Ibu, apakah tidak melakukan reboisasi menjadi salah satu faktor kelangkaan kayu
jalur?
4. Apakah Bapak/Ibu setuju peralihan lahan juga termasuk ke dalam faktor kelangkaan kayu jalur?
5. Menurut Bapak/Ibu, apakah polisi hutam cukup efektif dalam menjaga kuantitas hutan?
6. Apakah Bapak/Ibu setuju jika bahan pembuatan jalur berasal dari bahan fiber?
7. Apakah Bapak/Ibu setuju pacu jalur ditiadakan dengan alasan tidak tersedianya lagi kayu jalur?
8. Apakah Bapak/Ibu mengetahui regulasi perizinan pengambilan kayu jalur yang dibuat oleh
pemerintah kabupaten?
9. Apakah Bapak/Ibu meyakini upaya ini efektif dalam mengatasi kelangkaan kayu jalur?
10. Apakah Bapak/Ibu meyakini upaya ini efektif dalam melestarikan tradisi Kabupaten Kuantan
Singingi?

b. Wawancara
Upaya memvalidasi kebenaran data dan fakta peneliti lakukan melalui wawancara bersama
pemerintah kabupaten. Pemerintah yang memiliki keterlibatan erat mengenai topik ini adalah Dinas
Pariwisata, Dinas Lingkungan Hidup, dan UPT KPH Singingi. pertanyaan-pertanyaan yang akan
6
diajukan adalah:
1. Apakah benar sudah diterapkan regulasi perizinan pengambilan kayu jalur untuk setiap desa di
Kabupaten Kuantan Singingi?
2. Apa penyebab dibuatnya regulasi perizinan pengambilan kayu jalur?
3. Bagaimana SOP pengambilan kayu jalur yang harus dilakukan oleh pemerintah desa?
4. Berapa dan dimana lahan yang akan digunakan sebagai sumber pengambilan kayu jalur?
5. Bagaimana efektivitas dari regulasi ini bagi pemerintah desa dan kabupaten?

3.4 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA


Kuesioner menghasilkan data kualitatif berupa interval/jawaban dari responden (sampel yang
telah dipilih) yang kemudian dapat diubah menjadi kuantitatif dengan rating. Pengolahan dan analisi
data ini akan menggukan software IBM SPSS 23. Sementara proses wawancara bersama responden
menghasilkan data kualitatif. Analisis dilakukan secara deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil jawaban
dari narasumber. Data ini akan dianalisis melalui diskusi dan penarikan kesimpulan bersama
pembimbing.

7
BAB 4. DAFTAR PUSTAKA

Hasbullah. (2015). PACU JALUR DAN SOLIDARITAS SOAIAL MASYARAKAT KABUPATEN


KUANTAN SINGINGI. 7.
Hasbullah, R. A. (2015). olahraga dan magis: kajian terhadap tradisi pacu jalur di kabupaten kuantan
singingi. Pekanbaru : CV. Asa Riau.
Kominfo Kuansing. (2023, Januari 30). PACU JALUR DAN RANDAI GUNCANG TAMAN MINI,
SUHARDIMAN: INI UPAYA PEMERINTAHAN AGAR BUDAYA KUANSING LEBIH
TERKENAL. Retrieved Maret 2023, 12, from Kuansing.go.id:
https://kuansing.go.id/id/blog/pacu-jalur-dan-randai-guncang-taman-mini-suhardiman-ini-
upaya-pemerintahan-agar-budaya-kuansing-lebih-terkenal.html
Lubis, N. (2020, Februari 7). Kayu Untuk Kebutuhan Jalur Kian Langka Di Kuansing. Retrieved
Februari 20, 2023, from Pewarta.co: https://pewarta.co/news/sumut/kayu-untuk-kebutuhan-
jalur-kian-langka-di-kuansing
MC PROV RIAU. (2018, September 3). Tukang Tari Pacu Jalur. Retrieved from infopublik.id:
https://infopublik.id/galeri/foto/detail/58870
Pemerintah Kabupaten Kuantan Singingi. (2022). Peta Wilayah Kabupaten Kuantan Singingi .
Retrieved September 20, 2022, from kuansing.go.id: https://kuansing.go.id/id/page/peta-
wilayah.html
Pemerintah Republik Indonesia. (2007). Undang-Undang No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Jakarta.
Suwardi. (2007). Bahan Ajar Kebudayaan Melayu. Pekanbaru: Kampus Pariwisata Engku Puteri
Hamidah.
UU. HAMIDY. (1986). Dukun Melayu Rantau Kuantan Riau. Pekanbaru: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan .

8
Lampiran 1. Sampel Penelitian

1. Banjar benai
2. Benai kecil
3. Gunung kesiangan
4. Pulau ingu
5. Pulau lancang
6. Siberakun
7. Teluk beringin
8. Pulau mungkur
9. Pisang berebus
10. Petapahan
11. Kampung baru
12. Sungai kelilawar
13. Lubuk ambacang
14. Mudik ulo
15. Serosah
16. Sungai alah
17. Sungai pinang
18. Bukit kauman
19. Luai
20. Sungai manau
21. Saik
22. Kinali
23. Pulau binjai
24. Rantau sialang
25. Bukit pedusunan
26. Banjar padang
27. Banjar guntung
28. Kasang
29. Pebaun hilir
30. Pebaun hulu
31. Sangau
32. Koto lubuk jambi
33. Bandar alai kari
34. Koto kari
35. Koto taluk
36. Pintu gobang
37. Pulau godang
38. Pulau aro
39. Pulau banjar
40. Pulau kedundung
41. Sawah
42. Seberang taluk
43. Padang tanggung
44. Pauh angit
45. Banuaran
46. Pulau rengas
9
47. Pulau kumpai
48. Kampung baru sentajo
49. Koto sentajo
50. Pulau komang sentajo
51. Pulau kopung sentajo
52. Sikakak
53. Pulau jambu
54. Pulau panjang
55. Pulau bayur
56. Kampung baru koto
57. Pulau busuk
58. Pulau sipan
59. Sitorajo
60. Banjar nantigo
61. Kampung tengah
62. Pulau panjang hilir
63. Pulau madinah
64. Kepala pulau
65. Pulau kijang
66. Sungai sorik
67. Toar
68. Ketaping jaya
69. Kampung medan

10

Anda mungkin juga menyukai