Anda di halaman 1dari 2

Apa kabar Indonesia

Informasi terkini yang tentunya aktual dan terpercaya, akan kami hadirkan untuk anda, bersama saya Lailia
Zahra Afida, inilah kabar Indonesia selengkapnya

Sebuah studi baru di Nature Communications mengungkapkan pengaruh signifikan pemanasan global di
lautan. Pemanasan global dinilai telah meningkatkan gelombang seismik yang bisa mengakibatkan semakin
banyak badai dan gelombang tinggi di lautan.
Para peneliti melakukan pelacakan tentang peningkatan gelombang yang mengakibatkan getaran atau
guncangan pada dasar laut.

Ketika terjadi peningkatan gelombang laut, maka akan terdapat gaya yang diberikan ke dasar laut dan
menghasilkan gelombang seismik. Gelombang tersebut begitu kuat hingga muncul getaran.

Getaran tersebut dideteksi dengan alat seismograf dan selama beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan
sinyal gelombang. Hal itu menandakan banyaknya badai yang terjadi karena peningkatan suhu global.

Jaringan Seismik Menangkap Sinyal dari Gelombang Laut


Jaringan gelombang seismograf digunakan untuk merekam berbagai macam fenomena seismik yang
disebabkan oleh alam dan manusia, seperti letusan gunung, ledakan nuklir, hantaman meteor, tanah longsor,
dan gempa.

"Jaringan ini juga mampu menangkap sinyal seismik dari angin, air, dan aktivitas manusia. Sebagai contoh
pada saat pandemi COVID-19 ketika manusia melakukan lockdown, maka jaringan seismograf mengamati
kondisi sunyi masa itu," tulis Richard Aster, Profesor Geofisika dan Kepala Departemen, Colorado State
University, dikutip dari Science Alert.

Secara global, jaringan seismik ini menangkap sinyal dari gelombang laut yang menghasilkan getaran dan
didorong oleh badai dengan disebut sebagai mikroseisme global.

Jenis Sinyal Seismik


Gelombang laut menghasilkan dua sinyal mikroseisme yang berbeda, yaitu mikroseisme primer dan
sekunder. Di antara keduanya, mikroseisme sekunder bersifat paling dahsyat.

Mikroseisme sekunder berdenyut selama 8 dan 14 detik dalam satu periode. Tekanan di dasar laut dapat
berbeda-beda karena adanya serangkaian gelombang dalam berbagai arah dan terkadang saling
mengganggu.

Sedangkan mikroseisme primer adalah cara gelombang laut menghasilkan sinyal seismik dengan adanya
gelombang laut yang secara langsung mendorong dan menarik dasar laut.

Pergerakan air dalam gelombang dapat menurun dengan cepat ketika berada di kedalaman sekitar 300
meter. Sinyal akan muncul sebagai dengungan stabil dengan periode 14 dan 20 detik.

Peningkatan Gelombang Laut


Tim peneliti juga mengkaji data intensitas mikroseisme primer di masa lampau pada akhir tahun 1980-an di
52 lokasi seluruh dunia. Mereka menemukan bahwa 79 persen menunjukkan adanya peningkatan energi
secara signifikan selama beberapa dekade.

Rata-rata energi gelombang laut sejak akhir abad ke-20 telah meningkat dengan rata-rata 0,27 persen per
tahun. Namun sejak tahun 2000, angka tersebut naik menjadi 0,35 persen.

Energi mikroseisme terbesar secara global berada di wilayah Samudera Selatan dekat semenanjung
Antartika. Namun kemudian di wilayah utara, yaitu Atlantik juga mengalami peningkatan gelombang
beberapa dekade terakhir.
Hal ini menunjukkan bahwa intensitas badai Atlantik Utara meningkat. Salah satu akibat yang ditimbulkan
adalah terjadinya badai Ciaran dan angin topan yang melanda Eropa pada bulan November 2023 ini.

Catatan mikroseisme akhir-akhir ini juga menunjukkan perubahan musiman badai di belahan Bumi utara
dan selatan. Data ini menangkap dampak peredam gelombang dari pertumbuhan dan penyusutan es laut
Antartika serta pasang surutnya yang berkaitan dengan siklus El Nino dan La Nina terhadap gelombang
laut.

Peringatan bagi Manusia


Menurut Aster, kini lautan telah menyerap sekitar 90 persen kelebihan panas terkait dengan peningkatan
emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia dalam beberapa tahun terakhir. Hal itu menyebabkan
gelombang yang lebih dahsyat.

Hasil penelitian ini memberikan peringatan bagi masyarakat pesisir bahwa peningkatan gelombang laut
berpotensi menghantam garis pantai dan merusak lingkungan pesisir.

Dampak peningkatan energi gelombang tersebut semakin parah dengan terjadinya kenaikan permukaan air
laut karena perubahan iklim dan penurunan tanah.

"Oleh karena itu pentingnya mitigasi perubahan iklim dan membangun ketahanan perlindungan lingkungan
di pesisir," tutup Aster.

Anda mungkin juga menyukai