Anda di halaman 1dari 3

JAWABAN TUGAS

HUKUM ACARA PIDANA

MOEKTI PRASTOWO
NIM:_________________
KELAS:_________________

1. Perkara perdata merupakan perkara mengenai perselisihan antar kepentingan


perseorangan atau antara kepentingan suatu badan pemerintah dengan kepentingan
perseorangan. Sedangkan hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur
proses penyelesaian perkara perdata lewat hakim (pengadilan) sejak dimajukannya
gugatan sampai dengan pelaksanaan keputusan hakim.
2. Asas actor sequitur forum rei (forum domicile) ialah yang berwenang mengadili sengketa
adalah Pengadilan Negeri di daerah hukum tempat tergugat bertempat tinggal.
3. Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu
perkara sesuai dengan wilayah hukumnya. Contohnya : persoalan perceraian untuk warga
negara yang beragama Islam dalam hal ini yang mempunyai wewenang untuk
menyelesaikan persoalan tersebut adalah peradilan agama. Sedangkan kompetensi
absolut adalah kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara menurut obyek,
materi atau pokok sengketa. Contohnya : kasus perceraian yang hanya bisa ditangani
oleh peradilan agama dan tidak bisa ditangani oleh peradilan umum atau peradilan
lainnya.
4. Kasus perbuatan melawan hukum PT Indorayon dengan Masyarakat : Kasus yang
mencuat pada tahun 2019 ini berawal dari dibukanya PT Indorayon atas rekomendasi
Wakil Presiden Republik Indonesia, yang saat itu dijabat oleh Ibu Megawati
Soekarnoputri. Perusahaan yang pernah ditutup pada tahun 1999 oleh Menteri Negara
Lingkungan Hidup, yang saat itu dijabat oleh Sonny Keraf harus berhenti beroperasi
karena dianggap mencemari lingkungan. Pada Bulan Maret 2002, PT Indorayon berganti
nama menjadi PT Toba Pulp Lestari (PT TPL). PT TPL akhirnya kembali beroperasi
selama sepuluh tahun, namun masyarakat Porsea kembali merasakan dampak yang tidak
menyenangkan. Perusahaan itu telah mencemari lingkungan dan mendatangkan banyak
masalah sosial. Konflik mulai timbul dan terjadinya intimidasi dari aparat tak terelakkan
lagi. Selain itu, dampak terberat yang dialami masyarakat Porsea adalah penurunan
tingkat kesehatan akibat limbah yang mencemari udara. Banyak hasil panen menurun
karena bulir padi menjadi kosong dan tidak berisi. Masyarakat Porsea kembali khawatir
akan kejadian yang pernah menimpa mereka 10 tahun sebelumnya, saat itu mereka juga
sangat terganggu dengan pencemaran dari limbah uap yang sangat mengganggu aktivitas
mereka. Kualitas kesehatan semakin menurun akibat tingginya pasien penderita Infeksi
saluran Pernapasan Atas (ISPA) pada Januari 2021 yang mencapai hingga 92 orang. Pada
tahun Februari kasus kembali meningkat menjadi 103 orang, dan pada Januari 2003
mencapai 128 orang.
Kasus Wanprestasi : Pada bulan September 2014 Penggugat bernama Bapak Langsang
menyewa tanah selama satu tahun dengan melakukan perjanjian sewa tanah dengan
Pemilik Tanah bernama Ibu Katharina Suban Raya untuk membangun sebuah kios
dengan bangunan darurat berukuran ± 10m x 20m. Setelah masa sewa tersebut habis
pada bulan September 2015, akan dilanjutkan lagi sewa tersebut oleh Ibu Dorce Ndoen,
yang dalam kasus ini disebut sebagai Tergugat. Pada bulan April 2015, Penggugat
melakukan penyerahan kios tersebut kepada Tergugat, yang saat itu masih dalam
tenggang waktu sewa antara Penggugat dengan Pemilik Tanah. Penggugat menjual kios
tersebut beserta segala isi dagangannya yang terdiri dari 1 (satu) unit depot air minum, 2
(dua) buah kulkas/lemari es, 6 (enam) buah etalase, dan barang dagangan kios dengan
total penjualan sejumlah Rp. 125.000.000,- (“seratus dua puluh lima juta rupiah”) kepada
Tergugat. Keduanya telah sepakat apabila setelah ditandatanganinya surat perjanjian jual
beli sesuai akta di bawah tangan yakni tanggal 21 April 2015, Tergugat akan mentransfer
sejumlah uang Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) sebagai tahap pertama dan sisanya
akan dibayar kemudian yakni sebesar Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah).
Bahwa setelah jatuh tempo sesuai dengan perjanjian jual beli ternyata Tergugat belum
menyetor uang tahap pertama tersebut, hingga pada bulan November 2015 setelah
Penggugat menemui dan menagih Tergugat akhirnya Tergugat menyerahkan uang panjar
tahap pertama sejumlah Rp. 27.000.000,- (dua puluh juta rupiah) dan Tergugat berjanji
akan membayar lagi sisa panjar pada tanggal 5 Desember 2015. Kemudian, pada tanggal
5 Desember 2015 Penggugat mendatangi Tergugat untuk menagih sisa uang panjar
tersebut, tetapi Tergugat mengusir Penggugat dengan meminta kembali uang yang telah
dibayarnya dan menyuruh Tergugat untuk mengangkat kembali barang-barang
dagangannya, padahal barang dagangan milik Penggugat telah dijual oleh Tergugat dan
Tergugat telah mengisi kembali barang dagangan yang telah dijualnya dengan barang
dagangan baru. Sampai dengan gugatan tersebut diajukan ke Pengadilan Negeri Kelas IA
Kupang, Tergugat belum membayar kepada Penggugat sesuai dengan isi Surat Perjanjian
Jual Beli tertanggal 21 April 2015.
5. – Tanggal Gugatan
– Alamat Pengadilan
– Nama dan alamat Para Pihak
– Penegasan Para Pihak dalam perkara
– Uraian posita atau dalil gugatan
– Perumusan hal-hal yang bersifat assesor
– Pencantuman Permintaan untuk Dipanggil dan Diperiksa
– Petitum Gugatan

Anda mungkin juga menyukai