Anda di halaman 1dari 4

Tugas.

Opened: Monday, 30 October 2023, 12:00 AM


Due: Monday, 13 November 2023, 3:00 PM
To do: Make a submission
Penyerobotan Tanah

Pengembangan Serpong Town Square membangun di atas tanah Ahli Waris Gouw O Tjo Kami
anak dari keturunan Gouw O Tjo dan Lim Na Nio ada 4 orang , anak pertama Gouw Sun Gwan
. Kedua Gouw O Ko alias Go Oh Ko alias OKOH. Ketiga Gouw Gwat Nio. Orang tua engkong
kami Gouw O Tjo dan Lim Na Nio memiliki kebun dan sawah dengan Girik C. 416 yang berada
di desa/kelurahan Panunggangan. Kecamatan Cipondoh /Pinang Kota Tangerang, Luas
tanahnya sekitar 2 hektar lebih. Mulai tahun 80-an tanah itu diserobot oleh pengusaha bernama
Dewanto yang membangun pertokoan dan Kantor Green Garden di Kebon Nanas samping
jalan tol Jakarta-Merak.

Orang tua dan engkong kami tidak pernah menjual dan menggadai sama orang lain, tanah itu
diserobot oleh Dewanto dan terus dibangun sampai sekarang oleh Sepong Town Square. Kami
mulai tahun 80-an terus mengurus hak warisan baik ke kantor desa Panunggangan dan kantor
Ipeda tetapi mentok terus, hal ini dikarenakan tanah orang tua dan engkong kami sudah ada
yang menjualnya, namun ketika ditanyakan mengenai bukti-bukti tidak ada yang bisa
menjelaskannya. Sebagai pewaris kami tidak tinggal diam sudah 25 tahun memperjungkan hak
tanah itu, zaman Orde Baru segala cara dilakukan orang, karena tau pewaris tidak tinggal di
Tangerang, Gouw O Tjo meninggal 17 Aprill 1943, namanya tercantum di Girik C. 416 Lim
Na Nio (nenek) sebelum meninggalnya menyatakan tanah sawah dan darat di Kebon Nanas
tidak pernah dijual atau digadaikan kepada siapapun. Gouw O Ko yang dipercaya oleh keluarga
untuk mengurus tanah warisan mulai tahun 80-an sampai sekarang 25 tahun, sudah mengurus
surat IPEDA dari Serang tanggal 18 Januari 1982 dan surat-surat lainnya, juga fatwa waris
1991, 2 September 1991 dari Pengadilan Negeri Tangerang, permohonan bantuan hukum ke
Pengacara H. PAR. Dari penjelasan saudara Surya GS juru bicara dan perundingan masalah
tanah kami yang ditunjuk Jiku, Gouw O Ko mulai 31 Agustus 2004, tanah itu berkali-kali
pindah tangan. Saat ini tanah kami tersebut telah dimasukkan ke HGB No. 233/1995 atas nama
PT. TMB, milik direktur AWS, itupun kami ketahui setelah dilaporkan ke Polisi Polres
Tangerang, dituduh dengan perkara perbuatan tidak menyenangkan pasal 335 KUHP yang
dilaporkan oleh Asep Sumarman pegawai PT TMB. BPN Kota Tangerang yang kami surati
pada 7 Maret 2005 belum memberikan jawaban sampai sekarang.

(Sumber:https://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl6840/penyerobotan-tanah-oleh-
developer-setos)

Jawaban Tugas

a. Bagaimanakah legalitas perjanjian antara Dawanto dan PT DKT tersebut apabila


didasarkan pada perbuatan melawan hukum?
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), khususnya dalam Pasal
1320, terdapat empat syarat sahnya suatu perjanjian yakni ada suatu hal yang menjadi
pokok perjanjian (kesepakatan), kesanggupan untuk membuat suatu perjanjian, adanya
suatu sebab yang halal, dan mengenai suatu hal (obyek) yang halal dan tegas.
Oleh karena itu menurut analisis saya perjanjian antara Dawanto dan PT DKT telah
melanggar salah satu syarat tersebut yaitu syarat ‘adanya suatu sebab yang halal’. Sebab
yang halal adalah salah satu alasan para pihak untuk membuat perjanjian. Sebabnya harus
halal, artinya tidak bertentangan dengan hak-hak orang lain, peraturan perundang-
undangan, moralitas dan kesusilaan, serta ketertiban umum.
Dalam kaitannya dengan kasus tersebut, perbuatan melawan hukum dari perjanjian itu
dalah melanggar Pasal 1365 KUHPerdata, dimana suatu perbuatan tersebut merugikan
orang lain, oleh karena itu menjadi kewajiban bagi yang bersalah untuk mengganti kerugian
tersebut. Dalam suatu perjanjian, perbuatan melawan hukum bisa saja terjadi dalam bentuk
manipulasi, penipuan, bahkan tindakan ilegal lainnya yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan atau merugikan pihak lainnya.
Implikasi pada Perjanjian Dawanto dan PT DKT Jika benar terdapat perbuatan melawan
hukum dalam perjanjian antara Dawanto dan PT DKT, maka perjanjian tersebut menjadi
batal demi hukum, sesuai dengan Pasal 1338 KUHPerdata. Artinya, perjanjian tersebut
tidak memiliki kekuatan hukum dan tidak dapat ditegakkan. Kerusakan yang diakibatkan
oleh perbuatan melawan hukum tersebut harus diganti oleh pihak yang melanggar hukum
tersebut, seperti yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata.
b. Apakah kasus tersebut di atas dapat diselesaikan melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa
(APS)? Jelaskan analisa Anda berdasarkan karaktersitik APS!

Menurut Analisis saya kasus tersebut dapat diselesaikan melalui Alternatif Penyelesaian
Sengketa (APS) sebab dalam Pasal 2 UU Arbitrase mengatur penyelesaian sengketa atau
beda pendapat antar para pihak dalam suatu hubungan hukum tertentu yang telah
mengadakan perjanjian arbitrase yang secara tegas menyatakan bahwa semua sengketa atau
beda pendapat yang timbul atau yang mungkin timbul dari hubungan hukum tersebut akan
diselesaikan dengan cara arbitrase atau melalui alternatif penyelesaian sengketa.

Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 2 UU Arbitrase tersebut, dengan adanya frasa yang
berbunyi yang mungkin timbul dari hubungan hukum tersebut, dijadikan dasar bagi pihak
yang merasa dirugikan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada melalui arbitrase.

c. Jelaskan perbedaaan penyelesaian kasus di pengadilan biasa dengan Alternatif


Penyelesaian Sengketa (APS)

Penyelesaian kasus melalui pengadilan biasa (litigasi)

Litigasi menempatkan para pihak saling berlawanan satu sama lain. Dengan demikian bisa
dikatakan, proses litigasi adalah penyelesaian sengketa di antara para pihak yang dilakukan
di muka pengadilan. Penyelesaian sengketa dalam bentuk litigasi banyak terjadi di dunia
bisnis, seperti dalam perdagangan, perbankan, proyek pertambangan, minyak dan gas,
energi, infrastruktur, dan sebagainya. Proses litigasi melibatkan aktivitas pengumpulan
bukti hingga penyampaian informasi mengenai sebuah perkara agar hakim bisa
mendapatkan gambaran lengkap mengenai permasalahan yang ada untuk membuat
keputusan. Nantinya, hasil akhir dari litigasi adalah kekuatan hukum yang mengikat pihak-
pihak yang terkait dalam perkara tersebut.
Umumnya, pelaksanaan gugatan disebut litigasi. Gugatan adalah suatu tindakan sipil yang
dibawa di pengadilan hukum di mana penggugat, pihak yang mengklaim telah mengalami
kerugian sebagai akibat dari tindakan terdakwa, menuntut upaya hukum atau adil.
Terdakwa diperlukan untuk menanggapi keluhan penggugat. Jika penggugat berhasil,
penilaian akan diberikan dalam mendukung penggugat, dan berbagai perintah pengadilan
mungkin dikeluarkan untuk menegakkan hak, kerusakan penghargaan, atau
memberlakukan perintah sementara atau permanen untuk mencegah atau memaksa
tindakan. Cara ini berlaku bagi orang yang memiliki kecenderungan untuk litigasi daripada
mencari solusi non-yudisial yang disebut sadar hukum.

Penyelesaian kasus melalui APS (non-litigasi)

Proses penyelesaian sengketa di luar persidangan atau Alternatif Penyelesaian Sengketa


dapat dilakukan Melalui Arbitrase dan ADR

Penyelesaian sengketa melalui lembaga arbitrase

Salah satu syarat yang harus didahului yakni dengan kesepakatan para pihak secara tertulis
untuk melakukan penyelesaian menggunakan lembaga arbitrase. Para pihak menyepakati
dan mengikat diri untuk menyelesaikan perselisihan yang akan terjadi oleh arbitrase
sebelum terjadi perselisihan yang nyata dengan menambahkan klausul pada perjanjian
pokok. Namun apabila para pihak belum memasukkannya pada klausul perjanjian pokok,
para pihak dapat melakukan kesepakatan apabila sengketa telah terjadi dengan
menggunakan akta kompromis yang ditandatangani kedua belah pihak dan disaksikan oleh
Notaris. Penyelesaian sengketa dengan menggunkan lembaga arbitrase akan menghasilkan
Putusan Arbitrase.

Menurut undang-undang nomor 30 tahun 1999, arbiter atau majelis arbitrase untuk segera
menjatuhkan putusan arbitrase selambat-lambatnya 30 hari terhitung sejak selesainya
pemeriksaan sengketa oleh arbiter. Jika didalam putusan yang dijatuhkan tersebut terdapat
kesalahan administratif, para pihak dalam waktu 14 hari terhitung sejak putusan dijatuhkan
diberikan hak untuk meminta dilakukannya koreksi atas putusan tersebut. Putusan arbitrase
merupakan putusan pada tingkat akhir (final) dan langsung mengikat para pihak. Putusan
arbitrase dapat dilaksanakan setelah putusan tersebut didaftarkan arbiter atau kuasanya ke
panitera pengadilan negeri. Setelah didaftarkan, ketua pengadilan negeri diberikan waktu
30 hari untuk memberikan perintah pelaksanaan putusan arbitrase.

Penyelesaian Sengketa melalui Alternative Dispute Resolution (ADR).


Alternatif penyelesaian sengketa adalah suatu bentuk penyelesaian sengketa diluar
pengadilan berdasarkan kata sepakat (konsensus) yang dilakukan oleh para pihak yang
bersengketa baik tanpa ataupun dengan bantuan para pihak ketiga yang netral.

Menurut Undang-Undang nomor 30 tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif


Penyelesaian Sengketa, pada pasal 1 angka 10, alternatif penyelesaian sengketa adalah
lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para
pihak, yakni penyelesaian diluar pengadilan dengan cara konsultasi, negosiasi, mediasi,
konsiliasi, atau penilaian ahli. Penyelesaian sengketa melalui ADR mempunyai keungulan-
keunggulan dibandingkan dengan penyelesaian sengketa melalui litigasi, diantaranya ialah
adanya sifat kesukarelaan dalam proses karena tidak adanya unsur pemaksaan, prosedur
yang cepat, keputusannya bersifat non judicial, prosedur rahasia, fleksibilitas dalam
menentukan syarat-syarat penyelesaian masalah, hemat waktu dan hemat biaya, tingginya
kemungkinan untuk melaksanakan kesepakatan dan pemeliharaan hubungan kerja.

Anda mungkin juga menyukai