Anda di halaman 1dari 6

PENDAPAT HUKUM (Legal Opinion)

Tentang Gugatan Perdata Wanprestasi yang didaftarkan di PN Tangerang Kelas IA


No.247/Pdt.G/2021/PN.Tng
Penggugat : DRS ALFONS LOEMAU, S.H., M.Si, M.Bus

PENDAHULUAN
Dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, dikenal tata cara untuk mengajukan tuntutan
hak. Adapun tuntutan hak merupakan tindakan yang bertujuan memperoleh hak yang
diberikan oleh Pengadilan untuk mencegah Eigenrichting. Orang yang mengajukan tuntutan
hak memerlukan atau berkepentingan akan perlindungan hukum. Jadi, Ketika kepentingan
seseorang itu terganggu atau dirugikan atau haknya terlanggar oleh perbuatan orang lain,
maka disitulah orang tersebut dapat mengajukan tuntutan hak yang berujung pada
perlindungan hukum. Oleh karena itu ia mengajukan tuntutan hak ke Pengadilan. Dan hal
menuntut hak tersebut, tidak setiap orang yang terganggu kepentingannya dapat diterima dan
suatu kepentingan yang cukup dan layak serta yang mempunyai dasar hukum sajalah yang
dapat dipakai/diterima sebagai dasar tuntutan hak.
Selanjutnya perlu dimengerti dan di pahami oleh semua orang bahwa tidak setiap
tuntutan hak dikabulkan oleh pengadilan. Hal ini masih tergantung pada Pembuktian. Baru
kalau tuntutan hak itu terbukti didasarkan atas suatu hak pasti akan dikabulkan. Berdasarkan
Putusan Mahkamah Agung tanggal 7 juli 1971 Nomor 294K/SIP/1971 mensyaratkan bahwa
gugatan harus diajukan oleh orang yang mempunyai hubungan hukum.
Hal membuktikan benar tidaknya ada kepentingan seseorang yang terganggu sampai
ada suatu tuntutan hak, maka dalam hukum perdata diperlukan adanya upaya atau langkah-
langkah :
a. Membuktikan dalam arti yuridis yaitu, upaya mengkonstatir suatu peristiwa konkrit
ke dalam peristiwa yuridis atau hukum (memberi dasar yang cukup kepada hakim
yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang
kebenaran peristiwa yang diajukan);
b. Menunjukkan fakta-fakta pun harus fakta yuridis.

HAL, PERJANJIAN YANG PENERAPANNYA DITUANGKAN DALAM AKTA


NOTARIIL
Untuk memberikan kepastian hukum serta kekuatan pembuktian yang kuat biasanya
suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak mengenai apa saja yang dikehendaki, dituangkan
dalam bentuk Akta Notariiil/ Otentik yaitu akta yang dibuat oleh dan dihadapan notaris.
Berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris untuk selanjutnya disebut sebagai
UUJN Nomor 2 Tahun 2014, Pasal 1 angka 1, notaris adalah pejabat umum yang berwenang
untuk membuat Akta Otentik dan memiliki kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini atau berdasarkan Undang-Undang Lainnya. Dalam Pasal 1 angka
7 UUJN Akta Notaris yang selanjutnya disebut Akta adalah Akta Otentik yang dibuat oleh
atau dihadapan notaris menurut bentuk dan tata cara yang ditetapkan dalam Undang-Undang
ini.
BERIKUT BEBERAPA PERTANYAAN YANG TERKAIT DENGAN AKTA
NOTARIIL

1. Apakah semua perjanjian yang dituangkan dalam Akta Otentik dapat


mengabaikan asas-asas perjanjian yang dikenal dalam hukum perjanjian
(Buku ketiga KUHPerdata) ?

Jawaban :

1. Walaupun dalam sebuah akta otentik tidak dijumpai/ditemukan secara tersurat


adanya asas-asas hukum perjanjian seperti yang diajarkan dalam ilmu hukum
perdata khususnya hukum perjanjian seperti :
- Asas Konsensuil (Pasal 1320 KUH Perdata)
- Asas kebebasan berkontrak (Pasal 1338 KUH Perdata )
- Asas I’tikad baik
- Asas Kepatutan
- Asas kewajaran
Tetap harus digunakan dalam membuat akta (tercermin/ tersirat dalam akta);
2. Semua asas-asas seperti tersebut diatas merupakan satu-kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan satu sama lain;

3. Hadirnya asas-asas hukum itu memberikan kepastian dan perlindunga hukum


bagi para pihak. Contoh :
perjanjian jual beli motor , A (Sebagai Penjual motor) dan B (sebagai
pembeli). A berjanji kepada B akan menjual mobil miliknya seharga 300 juta
dan akan dibayar tiga kali masing-masing ditetapkan setiap tanggal 10 dari
bulan tertentu akan dibayar sebesar 100 juta sampai harga genap 300 juta.
Dalam hal ini A dan B saling sepakat harga dan barang.
Itu artinya telah terpenuhi asas konsensuil yaitu sepakat dari para pihak dalam
hal ini sesuai ketentuan Pasal 1320 KUHPerdata yaitu syarat sahnya
perjanjian:

- Sepakat para pihak;


- Kecakapan bertindak;
- Hal tertentu;
- Kausa yang halal.
Keempat unsur itu harus dipenuhi secara kumulatif artinya sepakat para pihak
harus dimaknai sebagai sepakat yang bebas artinya tidak ada paksaan,
kekhilafan dan penipuan (Pasal 1321 KUHPerdata).
Kausa yang halal artinya tidak melanggar Undang-Undang, dan ketertiban
umum dalam hal ini motor tersebut harus milik penjual bukan hasil curian.
Kemudian Pasal 1338 KUHPerdata tertulis dalam bab nya adalah akibat suatu
perjanjian yang menyatakan :
Ayat (1) : “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-
Undang bagi mereka yang membuatnya”
Ini oleh para ahli hukum perdata dijelaskan dalam doktrin yaitu asas
kebebasan berkontrak (Pacta Sun Servanda)
Ayat (2) : “Suatu perjanjian tidak dapat ditarik Kembali selain sepakat dari
kedua belah pihak”
Ayat (3) : “Semua perjanjian harus dilaksanakan dengan I’tikad baik. Ruang
lingkup itikad baik ada di ‘moral dan etik’ dapat diketahui atau tampak dalam
niat, perilaku konkrit”
Perlu ditegaskan bahwa dalam Pasal 1339 KUHperdata menyatakan :
“Suatu perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas
dinyatakan didalamnya tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat
perjanjian diharuskan oleh Kepatutan atau kewajaran, kebiasaan dan Undang-
Undang”

2. Apakah akta perdamaian yang dibuat oleh Notaris mempunyai kekuatan


Eksekutorial ? Mohon ahli jelaskan.

Jawaban :

Ada 2 macam Akta Perdamaian yaitu :


1. Akta perdamaian yang dibuat atau lahir Ketika para pihak yang bersengketa di
Pengadilan berhasil didamaikan oleh Hakim untuk meyelesaikan sengketanya
di Pengadilan. Akta perdamaian ini harus mencantumkan irah-irah “Demi
keadilan berdasarakan Ketuhanan yang Maha Esa”, Irah-irah tersebut
menandakan adanya kekuatan eksekutorial artinya sama dengan putusan
pengadilan. Pelaksanaannya dapat dipaksakan menggunakan aparat atau
penegak hukum.

2. Akta Perdamaian yang dibuat oleh Notaris dan tidak dijumpai Irah-irah “Demi
keadilan berdasarakan Ketuhanan yang Maha Esa”, maka akta perdamaian
tersebut tidak dapat dipaksakan pelaksanaanya.

3. Mohon ahli jelaskan tetang komisi/Fee yang dapat diberikan atau diterima
oleh seseorang dalam suatu perjanjian

Jawaban :
Istilah komisi dalam hukum perdata tidak dikenal. Itu dikenal dalam
kebiasaan artinya pemberian uang jasa atas pekerjaan yang telah dilaksanakan
dengan baik memuaskan pihak yang meminta jasanya, maka diberikanlah uang
jasa tersebut. Kebiasan memberi komisi didalam praktik atau kenyataan dapat
diterima oleh masyarakat.
Contoh :
A (sebagai pemilik rumah/ penjual) meminta kepada B untuk menjualkan rumah
miliknya seharga 3 Milyar. Kebiasaan yang terjadi dalam masyarakat jika B
berhasil mendapatkan pembeli rumah dengan harga 3 Milyar tersebut, maka
komisi yang diterima dari A yaitu 2,5% dari harga jual rumah. Karena 2,5% dari
harga jual dianggap pantas, wajar dan patut maka berlaku di masyarakat bahwa
komisi atas penjaualan rumah seharga 3 Milyar dianggap benar.

4. Mohon ahli jelaskan tentang hukum waris yang berlaku di indonesia ?

Jawaban :

Sistem hukum waris di Indonesia merupakan hukum positif. Hukum waris ada
3 yaitu :
- Hukum waris adat;
- Hukum waris islam;
- Hukum waris BW.

Keberlakuan hukum waris BW adalah untuk WNI keturunan (Tionghoa,


Eropa). Kemudian ada istilah yang dikenal dengan pewarisan yaitu beralihnya
hak dan kewajiban dari pewaris (si meninggal dunia) kepada sekalian ahli
warisnya yang masih hidup (830 BW). Hak dan kewajiban dalam pewarisan
BW sama dengan segala hutang dan piutang, jadi yang dapat diwariskan
adalah seluruh harta peninggalan si pewaris.

5. Siapa saja yang disebut sebagai ahli waris ? Mohon Ahli menjelaskan.

Jawaban :

Yang disebut sebagai ahli waris adalah semua anak-anak sah dan luar kawin yang
diakui dan suami atau istri yang hidup terlama.

Contoh :

Keterangan :
A : Pewaris
B : Istri Pewaris
K : Bapak Pewaris
L : Ibu Pewaris
M : Bapak Istri Pewaris
N : Ibu Istri Pewaris
C : Anak Kandung / Sah – C1,C2,C3
D : Anak Kandung / Sah
E : Anak Kandung / Sah
F : Anak Kandung / Sah – F1,F2
Penjelasan :

Dalam bagan hubungan keluarga tesebut diatas A meninggal dunia. Maka Ahli
waris A yaitu :
- B = Istri
- C, D, E, F = Anak A
Orang inilah yang berhak menerima warisan
Orang tua A walaupun mereka Ahli Waris juga, namun tidak dapat menerima
warisan karena terhalang oleh istri dan anak.
C1, C2, C3 bukan Ahli Waris A, tetapi mereka dapat menjadi ahli waris
pengganti C. apabila C mati lebih dulu dari A, demikian juga F1 dan F2 bukan ahli
waris A tetapi mereka dapat menjadi ahli waris pengganti F.

6. Apakah dengan terbukanya warisan otomatis para ahli waris menjadi


pemilik harta warisan ? mohon Ahli menjelaskan.

Jawaban :

a. Secara yuridis terbukanya warisan maka sesuai pasal 833 BW, demi
hukum atau otomatis semua harta kekayaan beralih kepada sekalian ahli
waris;

b. Selanjutnya harta warisan disebut dengan budel warisan yaitu semua harta
meliputi barang bergerak, tak bergerak atau tanah, surat berharga, dll;
c. Untuk warisan berupa tanah tentu tidak seperti barang-barang bergerak ,
peralihannya harus dilakuakn dengan balik nama;

d. Diperlukan surat penetapan waris dari pejabat yang berwenang;

e. Seorang ahli waris hanya boleh atau dapat mengajukan hak warisnya
sesuai dengan bagiannya sehingga seorang ahli waris hanya dapat
mengalihkan , menjualnya sebatas bagiannya saja, kecuali ada surat kuasa
dari para waris maka seorang ahli waris dapat mewakili urusan sesama ahli
waris berdasakan surat kuasa.

Contoh :

ISTRI C D E F
Penjelasan :
Harta warisan berupa tanah seluas 2000 M2 akan dibagi rata antara
sesama Ahli Waris masing-masing menerima 1/5 bagian x 2000 M2 maka
masing-masing mendapat 400 M2.
Ketika tanah warisan hendak dijual, tentu hak atas tanah masing-
masing. Jika dibuat surat kuasa menjual oleh 3 ahli waris kepada 1 saja
ahli waris, harus dibuat dengan Akta Otentik.

Anda mungkin juga menyukai