Anda di halaman 1dari 35

OLEH :

SULISTYANDARI
OLEH :
SULISTYANDARI
Materi Perkuliahan:
1. Sumber hukum dan Pengertian perjanjian
2. Perjanjian dan Perikatan
3. Asas-asas Hukum Perjanjian
4. Jenis-Jenis Perjanjian
5. Sahnya Pernjanjian
6. Perjanjian Simulasi
7. Akibat Perjanjian
8. Hapusnya Perikatan
9. Hapusya Perjanjian
10. Ciber Notary Dlm Transaksi Elektronik
Capaian Pembelajaran Umum:
Setelah menempuh mata kuliah Hukum Perjanjian ini mahasiswa
mampu menguasai norma dan teori hukum perjanjian,
menganalisis, memecahkan masalah-masalah dan memberikan
solusinya yang berkaitan dengan Hukum Perjanjian serta mampu
mengembangkannya melalui penelitian ilmiah.
Kepustakaan:
1. Subekti, 1990, Hukum Perjanjian, PT Intermasa, Jakarta.
2. J. Satrio, 1993, Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Pertama,
Citra Aditya Bakti, Bandung.
3. Munir Fuadi, 2003, Hukum Kontrak Dari sudut Pandang Hukum Bisnis,
Citra Aditya Bakti, Bandung.
4. Subekti, 1995, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung.
5. Salim HS, 2003, Perkembangan Hukum Kontrak Innominat Di
Indonesia,Sinar Grafika, Jakarta.
6. H.R Daeng Raja, 2006, Contract Drafting, Citra Aditya Bakti, Bandung.
7. Y. Sogar Simamora, 2013, Prinsip dan Pengaturan Kontrak Pemerintah Di
Indonesia, Unair, Surabaya.
8. Suharnoko, 2004, Hukum Perjanjian Teori dan Analisis Kasus, Prenada
Media, Jakarta
8. Peraturan PerUUan
9. Dll.
Tatap muka direncanakan 7 pertemuan (5 TM penyampaian materi, 2 TM
presentasi tugas terstruktur)

Evaluasi : Ujian/UTS (25%) dan Tugas (25% terdiri dr Analisis kasus 10%,
presentasi 5%, keaktifan 10%)

Tugas : Mencari dan menganalis putusan pengadilan (kalau bisa PN, PT, MA
atau PK) tentang perjanjian Bernama/Tidak Bernama.
Cara menganalisis:
- Sebutkan siapa para pihak yg bersengketa,
- Sebutkan duduk perkara scr ringkas,
- Sebutkan tuntutannya,
- Sebutkan pertimbangan hukum hakim,
- Sebutkan putusan hakim,
- Analisis pertimbangan hukum hakin putusan tsb berdasarkan PerUUan
danTeori/Dotrin, uraikan pendapat saudara terhadap perbedaan pertimbangan
hukum hakim kalau ada.
Ketentuan yang perlu ditaati: Dalam kuliah
a. Dipersiapkan sarana perkuliahan, spy bisa mengikuti dg
lancar.
b. Mhs hrs berpakaian rapi dan sopan
c. Setiap perkuliahan mhs mengisi presensi di eldiru dan
manual
d. Setiap akhir perkuliahan akan di absen oleh Dosen, dan
70% kehadiran untuk bisa ikut ujian.
e. Usahakan untuk ikut UTS, UAS dan mengerjakan Tugas &
Tidak PLAGIAT.
Sumber hk perjanjian di Indonesia adalah KUHPdt Bk III ttg
perikatan (Bab I,II,IV).titel V-XVIII,KUHPdt

Bab I (Pasal 1233-1312) tentang perikatan- perikatan pada


umumnya.
Bab II (Pasal 1313-1351) tentang perikatan-perikatan yang
timbul dari perjanjian atau kontrak
Bab IV (Pasal 1381-1456) tentang hapusnya perikatan-perikatan.
Bab V-XVIII ditambah Bab VII A (Pasal 1457-1864) tentang
perjanjian-perjanjian khusus.
Bab I, II, dan IV merupakan ketentuan umum, sedangkan Bab V-
XVIII ditambah Bab VII A merupakan ketentuan khusus.
 Pengertian Perjanjian:
Ps.1313 KUHPdt : perjanjian adalah suatu perbuatan dimana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya thd satu orang lain
atau lebih.

 Bagaimana pendapat doktrin thd pengertian Perjanjian dlm


Ps.1313 KUHPdt?

 Bagaimana pengertian Hukum Perjanjian?

 Apakah istilah Perjanjian = Kontrak ? Dasar hukumnya ?

 Apakah pengertian Hukum Perjanjian = Hukum Kontrak?


 Istilah hukum kontrak menurut doktrin
mempunyai konotasi :
a. mengatur ttg perjanjian tertulis;
b. mengatur ttg perjanjian dlm dunia bisnis
c. mengatur tentang perjanjian internasional;
multinasional atau perjanjian dg perusahaan-
perusahaan multinasional;
d. mengatur ttg perjanjian yg prestasinya dilakukan oleh
kedua belah pihak.

 Apa alasan judul mata kuliah ini Hukum Perjanjian?


 Pengertian perikatan
 Subyek perikatan
 Obyek perikatan (Ps.1234 KUHPdt)
 Sumber perikatan (Ps. 1233 KUHPdt)

Perikatan adalah Isi Perjanjian


Apa yang dimaksud asas/prinsip hukum ?

Asas Kebebasan Berkontrak (Ps.1338 ay 1 KUHPdt)

Asas Konsesualisme (Ps.1338 ay 1 jo 1320 KUHPdt)

Asas Pakta Sunt Servanda (Ps.1338 ay 1 KUHPdt)

Asas Personalia (Asas 1338 ay 1 jo 1317 jo 1340 KUHPdt)

Asas Kesetaraan (Ps.1338 ay 2 KUHPdt)

Asas Keseimbangan/Proposionalitas (Ps.1338 ay 2 KUHPdt)

Asas Iktikad baik (Ps. 1338 ay 3 KUHPdt)


1. Perjanjian atas beban dan perjanjian cuma-cuma (Ps.1314 KUHPdt)
Pentingnya pembedaan:
- kewajiban pembuktian dlm actio pauliana (Ps.1341 KUHPdt)
- inbreng dan legitime portie (Ps.916 a, 920, 921, 1086, 1087 KUHPdt)
2. Perjanjian sepihak dan perjanjian timbal balik
Pentingnya pembedaan:
- ajaran ttg resiko (Ps.1237, 1444, 1264, 1266 KUHPdt)
3. Perjanjian konsensuil, riil, dan formil
Pentingnya pembedaan:
- menentukan saat lahirnya perjanjian
4. Perjanjian liberatoir dan perjanjian obligatoir
Pentingnya pembedaan:
- Novasi (Ps.1441, 1442 KUHPdt)
- pembebasan utang sepanjang diberikan melalui perjanjian
5. Perjanjian bernama dan tidak bernama
Pentingnya pembedaan:
- pengaturannya (Ps.1319 KHPdt)
6. Perjanjian pokok dan perjanjian assesoir.
Mis. Perjanjian pinjam uang dan perjanjian jaminan
Pentingnya pembedaan: pada terjadinya dan berakhirnya perjanjian

-7. Perjanjian pendahuluan dan perjanjian pokok


-Mis.

-- Perjanjian kredit dan perjanjian pinjam uang.

-- Perjanjian Pengikatan Jual Beli (PPJB) dan Akta Jual Beli (AJB)

TUGAS MANDIRI: mencari dan menganalisis contoh perjanjian


bernama dan tidak bernama
 1320 KUHPdt:
Sahnya perjanjian ada 4 syarat yaitu:
1. sepakat mereka yg mengikatkan dirinya;
2. kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
3. suatu hal ttt;
4. suatu sebab yg halal

 Syarat 1 dan 2 merupakan syarat subyektif, jika tidak terpenuhi , maka


perj cacat pada subyeknya, akibat hknya dapat dibatalkan
(vernietigbaar). (Ps.1449 – 1450 KUHPdt)

 Syarat 3 dan 4 merupakan syarat obyektif, jika tidak terpenuhi, maka perj
cacat pada obyeknya, akibat hknya perj menjadi batal demi hukum (nietig,
null and void) (Ps.1335 KUHPdt)
Ad 1) Sepakat mereka yg mengikatkan dirinya (1321-1328 KUHPdt).
Apa yg dimaksud sepakat?
Kapan timbulnya kesepakatan?
Apa arti penting menentukan saat kesepakatan?
Bagaimana sepakat yang sah?
Beberapa permasalahan berkaitan dg kesepakanan:
- Bagaimana jika kesepakatan dilakukan dg guyon, dihipnotis, oleh orang
gila ?
- Bagaimana jika kesepakatannya dilakukan dg perantara seorang
kuasa/suatu alat eletronik dan terjadi salah tulis, salah ucap, error alat?
- Bagaimana menentukan saat timbulnya kesepakatan kalau para pihaknya
tidak berhadapan sedang penawaran dilakukan dengan surat melalui media
kertas atau media elektronik?
Ad 2) kecakapan untuk membuat suatu perikatan (1329 – 1331 KUHPdt)
Apa yg dimaksud kecakapan berbuat, kewenangan hk, kewenangan berbuat?
Apa syaratnya seorang itu dinyatakan cakap membuat perjanjian?
Bagaimana jika perjanjian hrs dilakukan oleh yg tdk cakap ttp perjanjian tsb
supaya tetap sah?
Apa syaratnya kalau itu badan hukum dinyatakan cakap membuat perjanjian?

Ad3) suatu hal tertentu (Ps. 1332 - 1334 KUHPdt.)


Apa yg dimaksud suatu hal ?
Apa yg dimaksud tertentu?

Ad4) Kausa yg halal (Ps.1335 – 1337 KUHPdt)


Apa yg dimaksud kausa?
Apa yg dimaksud halal?
 Perjanjian simulasi = perjanjian pura-pura = perjanjian persekongkolan,
diartikan sbg perjanjian yg keadaan yuridisnya disembunyikan.

 Perjanjian simulasi terjadi bilamana ada 2 persetujuan yaitu pesetujuan


lanjutan (akta lanjutan) dibuat berbeda dg persetujuan semula (akta aslinya)
dan keadaan yuridis dr perbuatan hk lanjutan disembunyikan dr pihak ketiga.

 Persetujuan lanjutan jika kausanya terlarang, mk disebut perj simulasi


absolut, ttp jika persetujuan lanjutan kausanya tdk terlarang disebut perj
simulasi relatif.

 Perjanjian simulasi scr teknis yuridis krn ada perbedaan antara kehendak dan
pernyataan yg tdk diketahui oleh pihak ketiga.

 Akibat hk dr perj simulasi yg keadaan yuridis dr perb hk yg disembunyikan


dr pihak ketiga tdk berlaku dr thd pihak ketiga yg beriktikad baik (Ps. 1873
KUHPdt)
 Bentuk-bentuk Perjanjian Simulasi dan akibat
hukumnya:
a. Kuasa menjual dg kausa sbg jaminan
b. Perjanjian pengosongan dg ganti rugi
c. Pengikatan jual beli dg kausa pengakuan hutang
d. Jual beli dan pernyataan
e. Kuasa menjual sbg bentuk penyelundupan hk
pemindahan hak atas tanah
Ad a. Kuasa menjual dg kausa sbg jaminan
Put MA No.1904K/K/SIP/1982 tgl.30 Juli 1985 bhw akta kuasa menjual yg
dibuat scr terpisah dg tujuan sbg jaminan u melunasi hutang debitur kpd
kreditur yg timbul dr akta pengakuan hutang, mrpk perjanjian semu d
diklasifikasikan sbg suatu kehendak debitur dlm posisi yg lemah shg terpaksa
menanda tangani akta yg memberatkan dirinya.
Menurut Van Dunne, sbg penyalahgunaan keadaan karena keunggulan
ekonomi d kejiwaan, kuasa menjual mrpk kesepakatan semu (cacat
kehendak), akibat hknya dapat dibatalkan oleh Debitur/ahli warisnya.
Menurut Herlim Budiono, bukanlah pemberian kuasa scr sukarela d itu
mrpk penyelundupan hk sbg bentuk pelanggaran hk penjualan benda jaminan
melalui lelang, shg kausa nya terlarang d bertentangan dg ketertiban umum

Tugas: ringkas dr materi yg diberikan ttg Perjanjian simulasi!


Dlm perj ada 3 tahapan yaitu:
pra kontraktual: penawaran – akseptasi (proses negosiasi)
kontraktual : pembentukan kontrak/perj
post kontraktual: pelaksanaan kontrak/perj

Akibat perj = pelaksanaan perjanjian (Ps.1338-1341 KUHPdt)


Ps.1338 KUHPdt:
- kt “sah” termasuk dianggap sah
- berlaku spt UU = mengikat isinya dan hrs dilaksanakan, krn sdh mengikat
mk tdk dpt dibatalkan, kecuali dg sepakat dr para pihak
- bagi mereka sendiri = para pihak sj
-perj hrs dilaksanakan dg etikad baik (scr subyektif: kejujuran, scr obyektif:
kepatutan). Suatu perj yg telah disepakati ketika dilaksanakan menimbulkan
ketdk patutan, hakim dg alasan etikad baik dpt meluruskan atau mengubah isi
perj.
Ps.1339 KUHPdt: Isi perj ditentukan oleh UU , kebiasaan dan kepatutan.
 Ps. 1341 KUHPdt: Kreditur diberi hak untuk menuntut pembatalan atas
perbuatan debitur yg dilakukan oleh debitur yg tdk diwajibkan yg
merugikan kreditur, asal dibuktikan ketika perb itu dilakukan, baik
debitur maupun si pihak ketiga mengetahui bhwa perbuatan itu
membawa akibat yg merugikan orang2 yg berpiutang/kreditur, jika
perbuatan debitur berupa perjanjian atas beban

 Jika tuntutan pembatalan atas perb debitur tsb berupa perj uma-cuma,
maka kreditur hrs membuktikan bhw debitur tahu bhw perb debitur
merugikan krediturnya.

 Tuntutan kreditur tsb disebut Actio Pauliana.

Penafsiran Perjanjian (Ps.1342-1351 KUHPdt)


Perikatan hapus karena:
1)Pembayaran

2)Penawaran pembayaran tunai, diikuti penyimpanan atau penitipan

3)Pembaharuan hutang

4)Perjumpaan utang atau kompensasi

5)Percampuran utang

6)Pembebasan utang

7)Musnahnya barang yang terutang

8)Kebatalan dan pembatalan

9)Berlakunya syarat batal

10)Lewatnya waktu
 Hapusya perjanjian dibedakan hapusnya perikatan (Ps.1381 KUHPdt)
 Hapusnya Perjanjian, karena:
1. Ditentukan dlm perjanjian oleh para pihak. Mis. Perj untuk waktu ttt
2. UU menentukan batas berlakunya suatu perjanjian. Mis. Ps.1066 ayat (3) KUHPdt.
Bhw ahli waris dpt mengadakan perj untuk selama waktu ttt untuk tdk melakukan
pemecahan harta warisan, akan ttp perj tsb oleh Ps.1066 ayat (4) dibatasi
berlakunya hanya 5 tahun.
3. Para pihak atau UU dpt menetukan bhw dg terjadinya peristiwa ttt, maka perj akan
hapus. Mis. – perjanjian perseroan Ps. 1646 ayat 4 KUHPdt
- Perjanjian pemberian kuasa Ps.1813 KUHPdt.

- Perjanjian kerja Ps.1603j KUHPdt.

4. Pernyataan menghentikan perjanjian (opzegging)


Opzegging hanya pd perjanjian yg bersifat sementara. Mis. Perj kerja, Perj sewa
menewa.
5. Perjanjian kapus karena Putusan Hakim.
6 Tujuan perjanjian telah tercapai
7. Dengan perjanjian para pihak. (herroeping)
 UU No.11 Tahun 2008 jo UU No.19 Tahun 2016 ttg Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE). Bab V (Ps.17 – 22) ttg. Transaksi Elektronik. PP No.71
Tahun 2019 ttg Penyelenggaraan Sistem Transaksi Elektronik (PP PSTE).

 Transaksi Elektronik: perb hk yg dilakukan dg menggunakan komputer, jaringan


komputer, dan/atau media elektronik lainnya (Ps.1 angka 2).

 Kontrak elektronik: perjanjian yg dibuat melalui sistem elektronik (Ps.1 angka 17).

 Sahnya kontrak elektronik berdasarkan pasal 1320 jo 1338 ayat (1) KUHPdt, yg hrs
memenuhi syarat subyektif d obyektif.

 Pembuktian adanya transaksi elektronik tidak semata-mata bukti elektronik, krn


Ps.5 ayat (1) UU ITE: “Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik
dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah.”
Kapan lahirnya kontrak elektronik?

Kecuali ditentukan lain oleh para pihak, transaksi elektronik terjadi pada saat
penawaran transaksi yg dikirim Pengirim telah diterima dan disetujui Penerima.
Persetujuan atas penawaran transaksi elektronik tsb. hrs dilakukan dg pernyataan
penerimaan scr elektronik (Ps.20 UU ITE). Penjelasan trans. elektronik terjadi pd
saat kesepakatan antara para pihak yg dpt dibaca al. pd pengecekan data, identitas,
PIN atau password.

Ketika penjual menjajakan produknya atau membuka “lapak/toko”


di antaranya melalui gambar dan/atau teks yang dikirim ke alat elektronik, lalu pembeli
memesan produk tersebut melalui komunikasi teks yang dikirim ke media elektronik
atau Personal Chat yang ditujukan kepada penjual, maka pada saat ini belum terjadi
kontrak elektronik antara penjual dan pembeli.

Pada tahap ini, penjual belum terikat untuk memenuhi pesanan tersebut. Penjual
masih dapat menolak atau menyetujui pesanan pembeli tersebut karena ada
kemungkinan stoknya sudah tidak tersedia atau terdapat kesalahan secara tidak
sengaja (salah ketik) pada harga yang tertera pada produk.
 Tindakan penjual yang memperlihatkan (display)/menjajakan
produknya/membuka “lapak/toko” melalui media
elektronik, (atau portal/website atau media [publik] elektronik lainnya) tanpa
keterangan tambahan (misalnya, berupa pernyataan penawaran) pada dasarnya
bukan penawaran, tetapi lebih kepada promosi/iklan. Tindakan penjual tersebut
merupakan ajakan/undangan bagi pembeli untuk melakukan negosiasi
atau penawaran terhadap produk yang disajikan (invitation to treat).

 Oleh karena itu, kontrak elektronik tersebut baru lahir ketika


penjual menyetujui pesanan pembeli tersebut yang dilakukan melalui
komunikasi teks yang dikirim ke alat elektronik atau Personal Chat yang
ditujukan kepada pembeli. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 20 ayat (1)
dan ayat (2) UU ITE

 Dalam kondisi tertentu, kegiatan promosi atau iklan dapat mengikat penjual jika
dinyatakan dengan tegas oleh penjual di dalam iklan tersebut dengan semacam
pemberitahuan bahwa setiap pemesanan dari siapapun akan langsung
diterima/dipenuhi, maka dalam hal ini penjual telah melakukan penawaran,
bukan iklan/promosi, maka ketika pembeli melakukan pemesanan, lahirlah
kontrak elektronik dan penjual sudah terikat untuk memenuhi pesanan tersebut,
tanpa perlu konfirmasi dari penjual lagi.
 Asasnya para pihak wenang memilih hk yg berlaku dlm transaksi elektronik internas, jk
tdk ada pilihan, asasnya hk yg berlaku berdsrkan HPI (Ps. 18 UU ITE)

 Pd asasnya para pihak wenang memilih forum yg menyelesaikan sengketa dlm transaksi
elektronik Internas, jk tdk ada pilihan, asasnya forum yg berwenang didsrkan HPInya
(Ps. 18 UU ITE).

 Pihak yg bertanggung jawab atas akibat hukum pelaksanaan


transaksi elektronik, diatur dlm Ps.21 UU ITE.

- jk dilakukan sendiri, segala akibat hukum dlm pelaks transaksi


elektronik menjadi tanggung jwb para pihak yg bertransaksi.

- Jk dilakukan melalui pemberian kuasa segala akibat hk dlm pelaks trans


elektronik menjadi tanggung jwb pemberi kuasa; atau

- Jk dilakukan melalui agen eletronik, segala akibat hk dlm pelaks trans


elektronik menjadi tanggung jwb penyelenggara agen elektronik.
Apa Cyber Notary ?
Istilah
cyber notary terdapat dlm penjelasan Ps.15 ayat (3) UUJN (UU No.2
Tahun 2014), ttp tidak ada penjelasan apa itu cyber notary.

Ps.15 UUJN:
(1) Notaris berwenang membuat akta otentik mengenai suatu perbuatan,
perjanjian...
(2) Notaris berwenang pula mengesahkan tanda tangan dan.....
(3) Notaris mempunyai kewenangan lain yg diatur dlm UU

Penjelasan Ps.15 ay (3) UUJN:


yang dimaksud dengan “kewenangan lain yang diatur dalam peraturan
perundang-undangan”, antara lain, kewenangan mensertifikasi transaksi
yang dilakukan secara elektronik (cyber notary), membuat Akta ikrar wakaf,
dan hipotek pesawat terbang.”
 Dokumen Elektronik adalah setiap Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik,
optikal, atau sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui
Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan, suara,
gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka, Kode Akses,
simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat dipahami oleh orang
yang mampu memahaminya (Ps.1 angka 4 UU ITE)

 Ps.6 UU ITE:
Dlm hal terdapat ketentuan lain selain yg diatur dalam Ps 5 ayat (4) yg mensyaratkan
bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dianggap sah sepanjang informasi yang tercantum di
dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin keutuhannya, dan dapat
dipertanggungjawabkan sehingga menerangkan suatu keadaan.

Pasal 42 PP No.71 tahun 2019 (1) Penyelenggaraan Transaksi Elektronik wajib


menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan oleh Penyelenggara Sertifikasi
Elektronik Indonesia. (2) Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat menggunakan
Sertifikat Keandalan. (3) Dalam hal menggunakan Sertifikat Keandalan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), Penyelenggaraan Transaksi Elektronik wajib menggunakan
Sertifikat Keandalan yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi Keandalan yang
terdaftar.
 Sertifikat elektronik ini menurut pasal 1 angka 20 PP No.71 Tahun 2019 sebagai
sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat Tanda Tangan Elektronik dan
identitas yang menunjukkan status subjek hukum para pihak dalam Transaksi
Elektronik yang dikeluarkan oleh penyelenggara sertifikasi elektronik
(Penyelenggara Sertifikasi Elektronik adalah badan hukum yang berfungsi
sebagai pihak yang layak dipercaya, yang memberikan dan mengaudit Sertifikat
Elektronik).

 l,embaga Sertifikasi Keandalan adalah lembaga independen yang dibentuk oleh


profesional yang diakui, disahkan, dan diawasi oleh Pemerintah dengan
kewenangan mengaudit dan mengeluarkan Sertilikat.

 Menurut pasal 41 ayat (3) PP No.71 Tahun 2019 Penyelenggaraan Transaksi


Elektronik dalam lingkup privat (antar pelaku usaha, pelaku usaha dg konsumen,
antar pribadi). Men.Ps.42 PP tsb Penyelenggaraan Transaksi Elektronik wajib
menggunakan Sertifikat Elektronik yang diterbitkan oleh Penyelenggara Sertifikasi
Elektronik Indonesia. (2) Penyelenggaraan Transaksi Elektronik dapat
menggunakan Sertifikat Keandalan. (3) Dalam hal menggunakan Sertifikat
Keandalan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Penyelenggaraan Transaksi
Elektronik wajib menggunakan Sertifikat Keandalan yang diterbitkan oleh
Lembaga Sertifikasi Keandalan yang terdaftar.
 Berdasarkan definisi sertifikat elektronik yang hanya berisikan Tanda
Tangan Elektronik dan identitas yang menunjukkan status subjek hukum
para pihak dalam Transaksi Elektronik, maka tugas utama Notaris disini
hanya memastikan kebenaran dari Tanda Tangan Elektronik yang ada
dalam Sertifikat Elektronik tersebut adalah benar benar tanda tangan dari
para pihak, dan memastikan kebenaran dari status berikiut identitas para
pihak dalam sertifikat elektronik tersebut dan juga memastikan tanggal
pada sertifikat elektronik tersebut. Apakah posisi Notaris sebagai
l,embaga Sertifikasi Keandalan ?

 Tanda tangan elektronik adalah tanda tangan yang terdiri atas Informasi
Elektronik yang dilekatkan, terasosiasi atau terkait dengan Informasi
Elektronik lainnya yang digunakan sebagai alat verifikasi dan autentikasi
(Pasal 1 butir 12 UU ITE).

 Dalam perkembangannya saat ini tanda tangan elektronik dapat dikenal


dalam berbagai jenis sesuai dengan perkembangan teknologi yaitu:
1. kata kunci (passwords) ataupun kombinasinya (hybrid method);
2. tanda tangan yang dipindai secara elektronik (scanned signatures) atau
pengetikan nama pada suatu informasi;
3. penggunaan fitur tombol tanda persetujuan atau tanda penerimaan secara
elektronik (OK button atau Accept button) yang ditunjang dengan saluran
komunikasi yang aman (secure socket layer);
4. penggunaan tanda unik pada anggota badan (biometric) seperti:
a. sidik jari (fingerprint);
b. retina mata (iris);
c. telapak tangan (hand);
d. suara (voice);
e. wajah (face)
f. DNA
Diperlukan pengaturan lebih lanjut tentang pengaturan Cyber Notary
Dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 ttg Perseroan Terbatas (UU PT)
dimungkinkan cyber Notary

Ps 77 ayat (1) UUPT: selain penyelenggaran RUPS sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 76, RUPS juga dapat dilakukan melalui media telekonferensi, video konferensi,
atau sarana media elektronik lainnya yang memungkinkan semua peserta RUPS
saling melihat dan mendengar secara langsung serta berpartisipasi dalam rapat..

Ps. 77 ayat (4) UUPT:: Setiap penyelenggaraan RUPS bgmn dlm Ps.77 ayat (1) harus
dibuat rapat risalah yg disetujui dan ditanda tangani oleh semua peserta RUPS.
Penjelasan Pasal 77 ayat (4) UU PT: yang dimaksud dengan disetujui dan
ditandatangani adalah disetujui dan ditandatangani secara fisik atau secara
elektronik

Ps.1868 KUHPdt: Suatu akta otentik ialah suatu akta yang dibuat dalam bentuk yang
ditentukan undang-undang oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum yang berkuasa
untuk itu, di tempat dimana akta itu dibuat.
Unsur akta otentik menurut Ps.1868 KUHPdt:
1. Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang,
2. Akta itu dibuat oleh atau di hadapan Pejabat Umum yg
berwenang, ditempat dimana akta itu dibuat.

Ketentuan Ps.1868 KUHPdt mengharuskan kehadiran scr fisik


dr kata “dihadapan”
Ketentuan perUUan harus disesuaikan.

Anda mungkin juga menyukai