Anda di halaman 1dari 9

PENGEMBANGAN MATERI AJAR BERDASARKAN

PENDEKATAN KONTEKSTUAL
Tri Riya Anggraini, tri260211@gmail.com

Abstrak
Pengembangan materi pembelajaran pada prinsipnya berpedoman pada silabus yang
termuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dituangkan ke dalam materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Melalui
silabus, guru dapat menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat
belajar. Pengembangan materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting
dalam pembelajaran. Persepsi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran terdapat
dua persepsi, yaitu persepsi yang pertama menggangap pentingnya pengembangan materi
pembelajaran yang dituangkan di dalam RPP secara lengkap, jelas dan rinci sedangkan
persepsi yang kedua, yaitu menganggap pengembangan materi pembelajaran tidak perlu
untuk dituangkan ke dalam RPP secara lengkap, jelas dan rinci karena guru cukup hanya
dengan pengembangan materi di dalam buku teks.

Kata Kunci: Pengembangan, Materi Ajar, Pendekatan Kontekstual

1. Pendahuluan
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam usaha pembentukan sumber
daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru sebagai bagian dari unsur
kependidikan dituntut berperan secara aktif dan memiliki rasa tanggung jawab dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Persepsi menurut KBBI (2005:863) adalah tanggapan
(penerimaan) langsung dari sesuatu. Dalam makalah ini yang dimaksudkan dengan
persepsi adalah tanggapan atau penerimaan guru terhadap pengembangan materi ajar.
Pengembangan materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting dalam
pembelajaran. Pada umumnya guru sudah mengetahui pentingnya materi ajar dalam
pembelajaran karena materi ajar yang dikembangkan akan mempengaruhi keberhasilan
atau pencapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan berdasarkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar. Akan tetapi, pada kenyataannya di beberapa sekolah menunjukkan
bahwa tidak semua guru dapat mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan
kriteria yang ditentukan.
Berdasarkan wawancara singkat yang dilakukan kepada beberapa guru yang
mengajar mata pelajaran Bahasa Indonesia di SLTP di Kota Bandar Lampung, ada dua
persepsi yang dikemukakan, yaitu; (1) materi pembelajaran sangat penting, sehingga

1
materi pembelajaran dikembangkan secara rinci, jelas dan lengkap di dalam RPP bahkan
disertai lampiran jika diperlukan, dan (2) menganggap materi pembelajaran tidak perlu
dituangkan ke dalam RPP secara lengkap, rinci, dan jelas. Guru cukup hanya menyebutkan
judul materi pembelajaran secara garis besar di dalam RPP selanjutnya guru akan melihat
buku teks, dan menjadikan buku teks sebagai satu-satunya sumber materi pembelajaran.
Menurut Komalasari (2010:27) bahwa pengembangan materi pembelajaran tidak
semata-mata hanya melihat buku teks, tetapi materi pembelajaran dapat dikembangkan dari
konteks lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, baik lingkungan fisik, kehidupan sosial,
budaya, ekonomi maupun psikologis, dan keterpaduan antarmateri pelajaran. Dengan
demikian guru hendaknya memiliki kemampuan mengorganisasikan materi pembelajaran,
mulai dari memilih buku teks berbasis pembelajaran kontekstual hingga mengembangkan
keterkaitan materi dengan konteks lingkungan kehidupan siswa serta materi pembelajaran
lain, baik dalam satu mata pelajaran maupun di luar mata pelajaran.
Pengembangan materi pembelajaran pada prinsipnya berpedoman pada silabus
yang termuat dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dituangkan ke dalam materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi. Melalui
silabus, guru dapat menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran,
indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/ bahan/ alat
belajar.
Beberapa masalah yang akan dibahas dalam adalah sebagai berikut:
1. Apakah hakikat materi pembelajaran?
2. Bagaimanakah pengembangan materi pembelajaran yang berbasis kontekstual?
3. Bagaimanakah guru SLTP mengembangkan materi pembelajaran Bahasa
Indonesia dalam RPP?
2. Pembahasan
2.1 Hakikat Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang
memegang peranan penting dalam membantu siswa mencapai kompetensi dasar dan
standar kompetensi. Komalasari (2010:28) mengemukakan materi pembelajaran
(instructional materials) adalah bahan yang diperlukan untuk pembentukan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai siswa dalam rangka memenuhi standar
kompetensi yang ditetapkan.

2
Materi pembelajaran mengacu pada KTSP yang dikembangkan oleh masing-
masing sekolah. Menurut Komalasari (2010:28) bahwa materi pembelajaran yang termuat
di dalam KTSP merupakan materi esensial dalam suatu ilmu yang harus dimiliki oleh
siswa. Karhami (dalam Komalasari, 2010:28) mengemukakan beberapa kriteria materi
esensial dari suatu ilmu yang dimuat dalam ke dalam kurikulum sekolah, antara lain: (1)
materi yang mengungkapkan gagasan kunci dari ilmu, (2) materi sebagai struktur pokok
suatu mata pelajaran, (3) materi menerapkan penggunaan metode inquiry secara tepat pada
setiap mata pelajaran, (4) konsep dan prinsip memuat pandangan global secara luas dan
lengkap terhadap dunia, (5) keseimbangan antara materi teoretis dengan materi praktis; dan
(6) materi yang mendorong daya imajinasi peserta didik.
Selanjutnya Taba ( dalam Komalasari, 2010:28) mengemukakan bahwa pemilihan
materi pembelajaran untuk dituangkan dalam kurikulum senantiasa berdasarkan pada
analisis scope dan sequence. Scope atau ruang lingkup isi kurikulum dimaksudkan untuk
menyatakan keleluasaan dan kedalaman bahan, sedangkan sequence menyangkut urutan isi
kurikulum. Kriteria-kriteria menentukan scope bahan pelajaran menurut Nasution
(1994:233-235) adalah sebagai berikut:
1. Bahan pelajaran harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.
2. Bahan pelajaran dipilih karena dianggap berharga sebagai warisan generasi yang
lampau.
3. Bahan pelajaran dipilih karena berguna untuk menguasai suatu disiplin ilmu.
4. Bahan pelajaran dipilih karena dianggap berharga bagi manusia.
Menentukan sequence atau urutan isi kurikulum dilakukan dengan
mempertimbangkan aspek perkembangan kognitif siswa. Salah satu diantaranya mengacu
pada tahap-tahap perkembangan kognitif menurut Piaget dan perkembangan moral dari
Kohlberg (Komalasari, 2010:29).
Berdasarkan struktur batang tubuh ilmu, maka proses pengembangan materi
pembelajaran dapat digambarkan sebagai berikut:

3
Apakah kompetensi Materi pembelajaran berupa fakta.
dasar berupa Contoh jenis-jenis paragraf, tokoh-
mengangkat fakta? tokoh sastrawan Indonesia,
Kata kunci: nama, jenis, jumlah

Apakah kompetensi Materi pembelajaran berupa konsep.


dasar berupa kegiatan Contoh: drama adalah cerita yang
mengemukakan suatu dimainkan di atas pentas dengan
definisi, menjelaskan, ekspresi, gerak dan mimik sesuai
mengklasifikasikan dengan watak dan karakter tokoh yang
beberapa contoh/sesuai diperankan.
dengan definisi Kata kunci: definis, klasifikasi,
identifikasi, ciri-ciri
Menganalisis
kompetensi dasar
yang harus dikuasai Apakah kompetensi Materi pembelajaran berupa prinsip.
siswa yang tercantum dasar berupa Contoh: jika permintaan naik
dalam kurikulum menjelaskan sedangkan penawaran tetap maka,
hubungan antara harga akan naik.
berbagai konsep Kata kunci: hubungan sebab-akibat,
sebab-akibat jika...., maka....,

Apakah kompetensi Materi pembelajaran berupa prosedur.


dasar yang harus Contoh: cara menulis biografi tokoh
dikuasai berupa yaitu mengumpulkan data dengan
menjelaskan langkah- melakukan wawancara terlebih dahulu,
langkah mengerjakan menuliskan hasil wawancara,
sesuatu sesuai dengan menyunting tulisan, dan publikasi.
prosedur tertentu Kata kunci: langkah-langkah
mengerjakan/ prosedural

Skema Proses Pemilihan Materi Pembelajaran (Depdiknas, 2004:34).

Lebih lanjut Komalasari (2010:33) mengemukakan bahwa materi pelajaran perlu


dikembangkan dengan tepat agar seoptimal mungkin membantu siswa dalam mencapai
standar kompetensi dan kompetensi dasar. Terdapat lima jenis materi pembelajaran, yaitu:
1. Materi fakta: segala hal yang berwujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-nama
objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau
komponen suatu benda, dan sebagainya.
2. Materi konsep: segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul
sebagi hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi, dan
sebagainya.
3. Materi prinsip: berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting, meliputi
dalil, rumus, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antarkonsep yang
menggambarkan implikasi sebab-akibat.
4. Materi prosedur: meliputi langkah-langkah secara sistematis atau berurutan dalam
mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.
5. Sikap atau nilai: merupakan hasil belajar aspek afektif, misalnya nilai kejujuran, kasih
sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar.

4
Materi yang tertuang dalam kurikulum hendaknya dikembangkan oleh guru untuk
tujuan pembelajaran. Dalam pengembangan materi pembelajaran tentunya dituntut
kreativitas guru dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Prinsip relevansi
Materi pembelajaran hendaknya relevan dengan pencapaian standar kompetensi
dan kompetensi dasar. Jika kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa berupa menghafal
fakta maka materi pembelajaran yang diajarkan harus berupa fakta, bukan konsep atau
prinsip atau pun jenis materi yang lain.
2. Prinsip konsistensi
Jika kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa ada empat macam maka materi
yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam.
3. Prinsip kecukupan
Artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa
menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Materi tidak boleh terlalu sedikit, dan
tidak boleh terlalu banyak (Komalasari, 2010:37)
Komalasari (2010:37) mengemukakan bahwa urutan materi pembelajaran, guru
dapat menggunakan beberapa alternatif pola pendekatan berikut ini:
1. Pendekatan prosedural
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-langkah secara
urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan tugas. Misalnya langkah-langkah
sebelum bermain drama, cara membaca puisi, dan sebagainya.
2. Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan yang bersifat
berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah. Materi sebelumnya harus
dipelajari lebih dahulu sebagai prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya.
Misalnya sebelum menulis cerita pendek siswa terlebih dahulu sudah menerima materi
unsur-unsur yang membangun cerita pendek.
Penyampaian materi pembelajaran dapat dirutkan berdasarkan dua alternatif pola
pendekatan, yaitu: (1) penyampaian simultan, materi secara keseluruhan disajikan
secara serentak, kemudian diperdalam satu demi satu; (2) penyampaian suksesif, yaitu
materi satu demi satu disajikan secara mendalam (Komalasari, 2010:37).
Dengan demikian, guru hendaknya dapat memilih materi ajar, mengembangkan
materi ajar dan menyampaikannya secara tepat agar siswa dapat dengan mudah menerima

5
materi ajar sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dalam standar kompetensi dan
kompetensi dasar akan dapat mudah tercapai.
3.2 Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis Kontekstual
Menurut Komalasari (2010:38) materi pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik tersendiri, di
mana dalam pemilihan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dibelajarkan kepada
siswa hendaknya memperhatikan beberapa hal berikut ini:
1. Keterkaitan dengan konteks lingkungan di mana siswa berada yang meliputi:
a. Lingkungan fisik, berkenaan dengan aspek alamiah muka bumi seperti sumber
daya alam,flora, fauna, sungai, limbah, iklim dan sebagainya, termasuk pula
pelestarian lingkungan yang ada di sekitar kehidupan siswa.
b. Lingkungan sosial, berkenaan dengan interaksi siswa dengan kehidupan
kemasyarakatan.
c. Lingkungan budaya, berkenaan dengan budaya materi dan nonmateri yang ada di
lingkungan sekitar siswa. Budaya materi berkaitan dengan bangunan, gedung,
candi, prasasti, cagar alam, peralatan senjata, alat transportasi dan sebagainya.
Lingkungan budaya berupa nonmateri, meliputi: sistem kepercayaan dan agama
yang dianut masyarakat, sistem norma yang berlaku di masyarakat, sistem mata
pencaharian hidup, sistem kemasyarakatan, sistem ilmu pengetahuan, kesenian,
bahasa, keragaman suku dan ras.
d. Lingkungan politis, berkenaan dengan pemerintahan dan segenap lembaga
pemerintahan, serta kekuasaan dan wewenang yang melekat pada jabatan/
kedudukan lembaga pemerintahan tertentu yang ada di lingkungan siswa.
e. Lingkungan psikologis, berkenaan dengan suasana psikologis manusia yang hidup
dan bertempat tinggal pada wilayah tertentu.
f. Lingkungan ekonomis, berkenaan dengan mata pencaharian penduduk sekitar, rata-
rata penghasilan penduduk, status ekonomi penduduk, pemenuhan kebutuhan
sehari-hari, dan ketersediaan sarana dan prasarana sesuai dengan status ekonomi
yang dimiliki masyarakat.
Kesemua lingkungan tersebut sebaiknya menjadi bahan pertimbangan guru ketika
mengorganisasikan materi pembelajaran, sehingga materi pembelajaran terkait dengan
kehidupan siswa, bermanfaat bagi siswa dalam memecahkan masalah di lingkungan
kehidupannya, sesuai dengan kebutuhan, sehingga materi pembelajaran bermakna secara
luas bagi kehidupan siswa dan masyarakat di sekitarnya.

6
2. Keterkaitan dengan materi pelajaran lain secara terpadu.
Keterkaitan dengan materi lain dalam satu pelajaran dan dengan pelajaran lain sering
kali menggunakan pendekatan pembelajaran terpadu atau pendekatan interdisipliner.
Salah satu dintaranya adalah dengan memadukan Kompetensi Dasar. Melalui
pembelajaran terpadu peserta didik dapat memperoleh pengalaman langsung, sehingga
dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi kesan-
kesan tentang hal-hal yang dipelajarinya.
3. Mampu diaplikasikan dalam kehidupan siswa.
Fakta, konsep, prinsip, dan prosedur dikembangkan sedemikian rupa dari kehidupan
siswa dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Guru seyogianya
menggali contoh-contoh materi dari realita kehidupan siswa dan materi yang
dikembangkan dapat digunakan oleh siswa dalam praktik kehidupan sehari-hari,
sehingga sesuai kebutuhan dan bermakna bagi kehidupan siswa.
4. Memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan inquiry.
Materi seyogianya ditemukan dan dikembangkan sendiri oleh siswa melalui
pengalaman langsung dan kegiatan penemuan (inquiry).
5. Mengembangkan kemampuan kooperatif sekaligus kemandirian.
Materi mampu mengembangkan kemampuan siswa melakukan kerja sama dan
sekaligus mengatur diri sendiri. Artinya, guru hendaknya mengorganisasikan materi
sedemikian rupa sehingga siswamampu menemukan dan mengembangkan materi
melalui sharing materi dan pengalaman belajar dalam suasana kerja sama.
6. Mengembangkan kemampuan melakukan refleksi.
Materi mampu mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan refleksi berupa
kemampuan umpan balik terhadap penguasaan dirinya terhadap fakta, konsep, prinsip,
dan prosedur dikembangkannya materi dan refleksi terhadap penerapannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian pengembangan materi dalam pembelajaran kontekstual pada
hakikatnya sangat memperhatikan kedekatan lingkungan siswa dan kebermaknaan materi
pembelajaran bagi kehidupan siswa.

3.3 Pengembangan Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia SLTP dalam RPP


Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis terhadap dua RPP mata
pelajaran Bahasa Indonesia Kelas IX SLTP Semester Ganjil yang dibuat oleh masing-
masing guru dari dua sekolah yang berbeda yang berada di Bandar Lampung telah

7
ditemukan perbedaan dalam mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan
pendekatan kontekstual di dalam RPP.
RPP yang pertama yang dibuat oleh guru sudah dapat dikatakan cukup baik. Hal
ini terlihat dari langkah-langkah pengembangan materi ajar dan dimuatnya cerpen dalam
RPP. Akan tetapi, sayangnya pada RPP ini masih terdapat kekurangan pada pemilihan
cerpen yang sebetulnya tidak tepat diberikan kepada siswa SMP karena dilihat dari isi
cerpen tersebut belum kontekstual dengan keadaan siswa SMP. Sebaiknya guru memilih
cerpen yang benar-benar dekat dengan kehidupan siswa SMP sehingga siswa dapat dengan
mudah mencerna dan memahami isi cerpen tersebut, misalnya cerpen yang berjudul
“Gerobok” karya Yadhi Rusmiadi Jashar (terlampir). Cerpen “Gerobok” ini sangat cocok
digunakan untuk siswa SMP dilihat dari kosakata yang digunakan masih memuat bahasa
Bandar Lampung juga isi cerita yang sangat kontekstual dengan kehidupan siswa SMP.
Berbeda halnya pada RPP yang kedua belum dapat dikatakan baik karena guru
hanya menuliskan cerpen tanpa menyediakan cerpen yang akan diajarkan sehingga
terkesan guru tidak mampu memilih cerpen yang tepat dan sesuai dengan usia siswa SMP
yang akan diajarkannya. Kesamaan pada kedua RPP, yaitu penyusunan RPP sudah sesuai
dengan panduan perencanaan pembelajaran yaitu mengidentifikasi SK, KD, dan indikator
yang dirumuskan didasarkan pada kajian materi pokok yang dikembangkan dari SK KD
sudah spesifik menggambarkan kemampuan siswa yang menujukkan ketercapaian SK KD.
Begitu pula dalam melakukan kegiatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran, guru
melakukan langkah-langkah mengajar dan evaluasi yang sejalan dengan RPP yang dibuatnya.

4. Penutup

Pengembangan materi pembelajaran merupakan salah satu komponen penting


dalam pembelajaran. Persepsi guru dalam mengembangkan materi pembelajaran terdapat
dua persepsi, yaitu persepsi yang pertama menggangap pentingnya pengembangan materi
pembelajaran yang dituangkan di dalam RPP secara lengkap, jelas dan rinci sedangkan
persepsi yang kedua, yaitu menganggap pengembangan materi pembelajaran tidak perlu
untuk dituangkan ke dalam RPP secara lengkap, jelas dan rinci karena guru cukup hanya
dengan pengembangan materi di dalam buku teks.
Guru hendaknya dapat memilih materi ajar, mengembangkan materi ajar dan
menyampaikannya secara tepat agar siswa dapat dengan mudah menerima materi ajar
sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dalam standar kompetensi dan kompetensi
dasar akan dapat mudah tercapai. Materi pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan

8
pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki karakteristik tersendiri, di mana dalam
pemilihan fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang harus dibelajarkan kepada siswa
hendaknya memperhatikan beberapa hal, yaitu; (1) keterkaitan dengan konteks lingkungan
di mana siswa berada, (2) keterkaitan dengan materi pelajaran lain secara terpadu, (3)
mampu diaplikasikan dalam kehidupan siswa, (4) memberikan pengalaman langsung
melalui kegiatan inquiry, (5) mengembangkan kemampuan kooperatif sekaligus
kemandirian, dan (6) mengembangkan kemampuan melakukan refleksi.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. (2004). Pedoman pengembangan bahan ajar. Jakarta: Dikmenum

Komalasari, Kokom. (2010). Pembelajaran kontekstual. Bandung: Refika Aditama.

Nasution, S. (1994). Berbagai pendekatan dalam proses belajar mengajar. Jakarta:Bumi


Aksara

Pusat Bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai