PRAKATA
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
ABSTRAK
Desain kurikulum adalah pengembangan proses perencanaan, validasi,
implementasi, dan evaluasi kurikulum. Rekayasa kurikulum merupakan
seluruh cara serta aktivitas yang dibutuhkan buat menjaga serta melengkapi
sistem kurikulum yang melingkupi kepemimpinan oleh banyak orang yang
mendiami kedudukan semacam pengawas sekolah, kepala sekolah serta
developer kurikulum yang diketahui selaku otorita yang berhak mengutip
ketetapan serta memutuskan tindakan- tindakan operasional.penelitan
menggunakan reseacrh jurnal ilmiah dan bukuKurikulum ialah salah satu
faktor yang membagikan kontribusi untuk mewujudkan proses
berkembangannya mutu kemampuan partisipan didik. Pengembangan
kurikulum butuh dicoba sebab terdapatnya bermacam tantangan yang
dialami, baik tantangan intrernal ataupun tantangan eksternal. Tantangan
internal anatara lain standar pengelolaan, standar bayaran, standar fasilitas
prasarana, standar pendidik, tenaga kependidikkan, standar isi, standar
proses, standar evaluasi, serta standar kompetensi lulusan. Sedangkan
tantangan eksternal yang dialami dunia pembelajaran antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang dibutuhkan di masa depan,
anggapan warga, serta pertumbuhan pengetahuan. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, bahwa perubahan dan pengembangan kurikulum
menunjukkan bahwa sistem pendidikan itu dinamis. Semangat perubahan
dalam perkembangan zaman. Tujuan desain dan Rekayasa kurikulum untuk
mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar dan mengomunikasikan (mempresentasikan), apa yang diperoleh
atau diketahui setelah menerima materi pelajaran.
PENDAHULUAN
Kurikulum ialah salah satu faktor yang membagikan kontribusi untuk
mewujudkan proses berkembangannya mutu kemampuan partisipan didik.
Pengembangan kurikulum butuh dicoba sebab terdapatnya bermacam
tantangan yang dialami, baik tantangan intrernal ataupun tantangan eksternal.
Tantangan internal anatara lain standar pengelolaan, standar bayaran, standar
fasilitas prasarana, standar pendidik, tenaga kependidikkan, standar isi,
standar proses, standar evaluasi, serta standar kompetensi lulusan. Sedangkan
tantangan eksternal yang dialami dunia pembelajaran antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang dibutuhkan di masa depan,
anggapan warga, serta pertumbuhan pengetahuan.
Kurikulum bukan cuma ialah sekumpulan catatan mata pelajaran karena
mata pelajaran cuma ialah sumber modul pendidikan buat menggapai
kompetensi. Kompetensi lulusan yang diresmikan buat satu satuan
pembelajaran, jenjang pembelajaran, serta program pembelajaran. Penilaian
serta evaluasi hasil belajar diperuntukan buat mengenali dan memperbaiki
pencapain kompetensi. evaluasi hasil belajar merupakan perlengkapan buat
mengenali kekurangan yang dipunyai tiap partisipan didik ataupun
sekelompok partisipan didik.
Dengan demikian, dalam perkembangannya kurikulum hadapi pengertian
yang bermacam-macam dari para pakar pembelajaran. Lebih dahulu,
kurikulum sempat dimaksud selaku "Rencana pelajaran", yang dibagi jadi
rencana pelajaran minumum serta rencana pelajaran terurai. pada tataran
implementasinya, rencana pelajaran tersebut tidak sekedar cuma
membicarakan proses pengajaran saja melainkan pula mangulas cakupan
yang lebih luas lagi, ialah berdialog menimpa permasalahan pembelajaran.
Secara terminologis, kurikulum berarti sesuatu progam pembelajaran yang
berisikan bermacam bahan ajar serta pengalaman belajar yang diprogamkan,
direncanakan serta dirancangkan secara sistemik atas bawah norma- norma
yang berlaku serta dijadikan pedoman dalam proses pendidikan untuk tenaga
kependidikan serta partisipan didik buat menggapai tujuan pendidikan (Dakir
2004).
Dari uraian di atas, kurikulum merupakan seperangkat konsep yang berisi
rencana serta pengaturan menimpa tujuan, isi serta bahan pelajaran dan
metode yang digunakan selaku pedoman penyelenggaraan pendidikan buat
menggapai tujuan pembelajaran tertentu. Kurikulum ialah rencana tertulis
yang berisi tentang ide- ide serta gagasan- gagasan yang diformulasikan oleh
pengembang kurikulum. Rencana tertulis setelah itu jadi dokumen kurikulum
yang membentuk sesuatu sistem kurikulum yang terdiri dari komponen-
komponen yang silih berkaitan serta silih mempengaruhi satu sama lain.
komponen- komponen yang membentuk sistem kurikulum berikutnya
melahirkan sistem pengajaran serta sistem pengajaran seperti itu yang jadi
pedoman guru dalam proses belajar mengajar dikelas.1
1
Dr. Fauzan, M.A., Fatkhul Arifin, M.Pd., “Desain Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21”
(Jakarta: Kencana, 2022), hlm. 3.
PEMBAHASAN
Desain Kurikulum
Dalam teori kurikulum terdapat dua dimensi utama yaitu: desain
kurikulum dan kurikulum rekayasa, menurut George A. Beauchamp
(1975:101) “….Curriculum design may be defined as the substance and
organization of goal and culture content so arranged as to reveal potential
progression through levels of schooling”. (Desain kurikulum bisa
digambarkan sebagai unsur pokok, komponen hasil atau sasaran dan kultur
yang membudaya). Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain
adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang
ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.2 Fred Percival dan
Henry Ellington (1984), pada Hamalik mengemukakan bahwa desain
kurikulum adalah pengembangan proses perencanaan, validasi,
implementasi, dan evaluasi kurikulum.
2
Oemar Hamalik, “Dasar-dasar Pengembangan kurikulum” (Bandung: PT. Remaja Rodakarya,
2011), hlm. 258.
3
Nana S. Sukmadinata, “Pengembangan Kurikulum” (Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2011),
hlm. 172-185
4
Muhammad Suardi, “Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi” (Jakarta: PT. Indeks).
dipakai. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada
beberapa isi ataupun modul yang hendak diajarkan.
2. Learner Centered Design
Kurikulum yang berfokus pada andil anak didik. Konsep ini muncul
selaku respon sekalian penyempurnaan kepada sebagian kelemahan
subject centered design. Learner centered muncul dari para pakar
kurikulum yang membagikan penafsiran kalau kurikulum didesain serta
terbuat buat partisipan ajar. Konsep ini membagikan tempat penting pada
partisipan ajar. Didalam pembelajaran ataupun pengajaran yang berlatih
serta bertumbuh merupakan partisipan ajar sendiri. Guru ataupun
pengajar cuma berfungsi menghasilkan suasana belajar- mengajar,
mendesak, serta membagikan edukasi cocok dengan keinginan partisipan
ajar. Terdapat dua karakteristik penting yang melainkan konsep ini
dengan subject centered, ialah: awal, learner centered meningkatkan
kurikulum dengan berfokus pada partisipan ajar serta bukan dari isi.
Kedua, learner centered bertabiat not- preplanned (tidak direncanakan
lebih dahulu).
3. Problem Centered Design
Problem centered design berakar pada metafisika yang mengutamakan
andil orang (man centered). Berlainan dengan learner centered yang
mengutamakan orang ataupun partisipan ajar dengan cara perseorangan,
problem centered design menekankan orang dalam kesatuan golongan
ialah keselamatan warga.
Rancangan pembelajaran para developer bentuk kurikulum ini pergi dari
anggapan kalau orang selaku insan social senantiasa hidup bersama serta
kerapkali orang pula mengalami permasalahan yang wajib dipecahkan
bersama- sama. Rancangan ini jadi alas pula dalam pembelajaran serta
pengembangan kurikulum. Berlainan dengan learner centered, kurikulum
ini disusun terlebih dulu (preplanned).
Isi kurikulum berbentuk permasalahan sosial yang dialami partisipan
didik saat ini serta yang hendak tiba. Kurikulum disusun bersumber pada
keinginan, kebutuhan, serta keahlian partisipan ajar saat ini serta yang
hendak tiba. Problem centered design menekankan pada isi ataupun
kemajuan partisipan didik.
Rekayasa Kurikulum
Rekayasa kurikulum merupakan seluruh cara serta aktivitas yang
dibutuhkan buat menjaga serta melengkapi sistem kurikulum yang
melingkupi kepemimpinan oleh banyak orang yang mendiami kedudukan
semacam pengawas sekolah, kepala sekolah serta developer kurikulum yang
diketahui selaku otoritas yang berhak mengutip ketetapan serta memutuskan
tindakan- tindakan operasional.
Sistem kurikulum ialah sesuatu sistem pengumpulan ketetapan serta aksi
buat memfungsikan kurikulum dalam persekolahan. Guna penting sistem
kurikulum merupakan:
1) Meningkatkan kurikulum.
2) Mempraktikkan kurikulum serta.
3) Memperhitungkan daya guna kurikulum serta sistem kurikulum.
Dengan begitu sebutan rekayasa kurikulum dipakai buat melukiskan cara
dinamik sistem kurikulum serta sistem persekolahan.
Tujuan biasa sistem kurikulum dari bermacam dari bermacam sistem
persekolahan merupakan membagikan kerangka kegiatan buat memastikan
apa yang wajib diajarkan disekolah serta buat menggunakan kebijakan-
kebijakan yang digariskan oleh penguasa selaku bawah buat meningkatkan
strategi penataran. Tiap sekolah serta atau ataupun biro pembelajaran
membuat pemograman buat cara penataran, melakukan konsep itu serta
memperhitungkan hasilnya. Kehadiran sesuatu sistem kurikulum diisyarati
terdapatnya pengorganisasian wewenang yang nyata serta dijalani dengan
cara teratur.
ABSTRACT
ABSTRAK
Kurikulum sangat penting baik dalam pelaksanaan pelatihan maupun
pelaksanaan pelatihan lembaga pendidikan formal dan informal. Kurikulum
yang berhubungan langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan dan kelas, sekolah, wilayah, baik secara regional maupun
nasional tentunya memiliki posisi yang sangat sentral menentukan jadwal
pelatihan. Pendidikan agama Islam menjadi syarat untuk itu dirancang untuk
mempersiapkan siswa untuk pemahaman yang lebih baik dan mengamalkan
ajaran Islam. Itulah sebabnya pendidikan agama Islam ada menjadi inti dari
proses pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya Positioning
kurikulum harus terus ditingkatkantergantung levelnya.
PENDAHULUAN
Dampak dari perubahan ini merupakan tantangan bagi semua orang tidak
terkecuali strata sosial dalam hal pendidikan (Julianto, dkk, 2022). Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa Pendidikan mempunyai tugas mengembangkan
keterampilan dan membentuk watak serta peradaban suatu bangsa sangat
berharga dalam kaitannya dengan pendidikan yang ditujukan untuk
pembentukan dan pengembangan kehidupan bangsa Kesempatan bagi siswa
untuk menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa Berakhlak mulia, sehat, berpengalaman, cakap, kreatif, mandiri dan
warga negara yang baik demokrasi dan akuntabilitas.
Kurikulum memegang peranan yang sangat penting dalam dunia
pendidikan Dikatakan bahwa kurikulum memainkan peran sentral dalam
pendidikan, ini ada hubungannya dengan itu menentukan arah, isi dan alur
pelatihan, yang pada akhirnya menentukan sifat dan alur pelatihan Kualifikasi
lulusan lembaga pendidikan. Kurikulum berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan Pendidikan baik di tingkat kelas, sekolah, daerah, regional
maupun nasional.
PEMBAHASAN
Pengertian Kurikulum
Pertama beberapa hal yang Siswa harus mengambil atau belajar untuk
menerimanya kedua, mata pelajaran yang diusulkan oleh lembaga pendidikan
atau Kementerian Pendidikan (Sholeh Hidayat, 2013). Secara tradisional,
kurikulum dapat didefinisikan sebagai serangkaian item instruksi yang
diberikan kepada siswa. Pahami silabus ini masih tersebar luas, bahkan di
Indonesia. Kurikulum modern memiliki berarti tidak hanya dalam bidang mata
pelajaran (program studi), tetapi juga dalam Juga bereksperimen dengan faktor
eksternal, mis. B. kecepatan pendidikan
Istilah kurikulum bahasa Arab dapat diartikan sebagai manhaj, yaitu jalan
cahaya atau cara mudah. Diwariskan kepada orang-orang di bidang
pendidikan kehidupan mereka. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti
jalan yang jelas guru dan siswa untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan Nilai (Hasan Baharun, 2017).5
Komponen Kurikulum
1. Tujuan Kursus;
Pertama, tujuan yang harus dicapai sekolah dan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa. Kedua, tujuan yang
ingin dicapai dalam setiap mata pelajaran, yaitu pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
2. Isi Kurikulum;
harus didaftarkan oleh pengembang atau siswa untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan (Muhammad Ali, 1992).
3. Media Massa (sumber daya dan infrastruktur);
sebagai fasilitator untuk belajar bagaimana menggambarkan kurikulum
dengan cara ini dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh siswa.
5
(Sholeh Hidayat, 2013) Pengertian Kurikulum
4. Strategi;
mengacu pada pendekatan dan metode pengajaran serta teknik yang
digunakan (M. Ahmad, 1998).
5. Proses Pembelajaran;
Komponen ini sangat penting karena mengubah perilaku siswa
Hasilnya harus menjadi indikator keberhasilan implementasi kurikulum
proses pembelajaran.
6. Evaluasi;
melalui evaluasi Anda bisa mengetahuinya bagaimana mencapai tujuan
6
(Muhammad Ali, 1992).
6
(Oemar Hamalik, 2001) Komponen Kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang sesuai dengan
karakteristiknya Perkembangan siswa, pematangan fisik, mental,
bahasa, emosional dan bakat Masalah sosial, kebutuhan dan keinginan,
minat, keterampilan dan kemampuan, perbedaan individu untuk siswa.
4. Sosial, lantai ini memberikan gambaran rencana pendidikan Islam
yang mana tercermin dalam landasan sosial yang meliputi karakteristik
masyarakat Islam dan kebudayaannya. Ada juga dalam hal
pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir dan kebiasaan dalam
kaitannya dengan seni. Karena tidak ada masyarakat yang tidak
berbudaya dan tidak ada bukan sosial budaya. Kaitannya dengan
kurikulum Islam, kurikulum ini Tentu harus mengakar pada
masyarakat dan perubahan serta perkembangannya.
5. Penyelenggara, Landasan inilah yang menjadi dasar dalam pembuatan
7
dan penyajian materi pembelajaran (M. Ahmad,1998).
7
(M. Ahmad, 1998). Tujuan dan Landasan Kurikulum Pendidikan
disebutkan dalam Kamus Kurikulum Webster diinterpretasikan dengan dua
cara, yaitu:
Secara bahasa kata Asas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
landasan. dasar pengembangan kurikulum seperti kata Nana Syaodih
Sukmadinata bahwa asas asas adalah bidang-bidang yang dapat dijadikan
dasar keputusan yang paling penting tentang kurikulum. berbagai laporan
dasar Pengembangan kurikulum menurut Omar Mohammad Al-Toumy Al-
Syaibany mengidentifikasi empat prinsip umum yang menjadi dasar
Kurikulumnya meliputi agama, filsafat, yayasan sosial. Landasan keagamaan
ini terjadi terutama melalui para pemikir pendidikan Islam pada umumnya
memiliki sikap yang serba sistem masyarakat, termasuk dalam sistem
pendidikan Meletakkan dasar filosofi, tujuan dan kurikulum Agama (baca
Islam). Islam, sumber utama ajaran agama adalah Al-Quran dan As-Sunna,
8
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Rosdakarya, 2013), hlm. 19-20
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012), hlm. 3
dan sumber lainnya adalah ijtihad. Berdasarkan sumber-sumber tersebut,
aspek/elemen pelatihan dikembangkan sebagai tujuan pendidikan, bahan dan
strategi implementasi Alasan di balik dasar agama ini adalah sama dengan
landasan filosofis yang tercermin dalam kegiatan pendidikan pertanyaan yang
sangat mendasar seperti ke mana harus pergi Pendidikan harus berpedoman
pada siapa pembelajar, apa adanya harus diajarkan kepada siswa dan
sebagainya, apa semua itu membutuhkan jawaban dasar. Agama dan filsafat
melakukannya lengkapi satu sama lain dengan jawaban ini. dasar filosofis
Landasan filosofis mengkaji urgensi atau kepentingan Filsafat dalam
pengembangan kurikulum pendidikan.44 Pelatihan berfokus pada interaksi
antara orang-orang, terutama interaksi di antara mereka Guru dan murid
untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada banyak masalah mendasar dengan
interaksi ini. apa tujuan pendidikan, siapa pendidik dan Siswa, apa isi
pelatihan dan bagaimana proses interaktifnya Pendidikan. Pertanyaan-
pertanyaan ini membutuhkan jawaban dasar dan esensial adalah jawaban
filosofis. Filsafat berasal dari kata philein yang berarti cinta atau sejenisnya
sekali untuk sesuatu. Kata Shopia berarti kebajikan atau kebijaksanaan.
Mereka yang belajar filsafat menjadi orang bijak dalam perilaku dan tindakan
45 orang belajar berfilsafat sehingga menjadi manusia yang berakal budi dan
berakal budi. Jadi Orang bisa memahami politik dan bertindak bijak, dia harus
untuk mengetahui atau menyadari. Informasi diperoleh melalui proses
Pemikiran, yaitu pola berpikir sistematis, logis dan mendalam Jenis
pemikiran seperti ini disebut pemikiran radikal atau berpikir sampai ke akar-
akarnya (radical artinya akar).46 Seperti yang dijelaskan oleh Imam Barnadib
itu; Filsafat adalah ilmu yang melakukan segalanya sebagai material sebagai
objek dan alam sebagai objek formal atau sudut pandang lihat artikelnya. Jadi,
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, ada kesamaan objek material9
PENUTUP
9
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemah: Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 523.
Kesimpulan
PENDAHULUAN
Salah satu faktor perubahan kurikulum di indonesia adalah dengan adanya
perkembangan pembangunan dan teknologi yang pesat. Oleh karena itu
dengan memahami sejarah perkembangan kurikulum di indonesia kita bisa
mengambil pelajaran pelajaran guna untuk terus menyempurnakan kurikulum
pendidikan di indonesia.
Perubahan kurikulum di indonesia sangat mempengaruhi perkembangan
pendidikan di indonesia dan guna untuk memperbaiki sistem pembelajaran
pendidikan di indonesia. Dan selain itu kurikulum juga mempunyai
kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan
tercapai dengan baik.
Dengan pengembangan kurikulum yang merupakan proses dinamika sehingga
dapat merspon terhadap tuntunan struktur pemerintah tentang proses
pendidikan di indonesia, perkembangan ilmu teknologi maupun globalisasi.
Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup bangsa yang
akan diarahkan ke ranah masa depan.
PEMBAHASAN
Pengertian Kurikulum
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengemukakan
pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Pengertian kurikulum merupakan suatu
perencanaan kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa
atau peserta didik ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai
hingga perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa/peserta didik. (Wiji
Hidayati, 2021)
Kurikulum dapat diartikan secara singkat dan secara luas. Secara singkat,
kurikulum merupakan sejumlah magta pelajaran yang harus diikuti atau
diambil siswa untuk dapat manamatkan pendidikannya pada lembaga tertentu.
Sedangkan secara luas kurikulum merupakan semua pengalaman belajar yang
diberikan sekolah kepada siswa selama mengikuti pendidikan pada jenjang
pendidikan tertentu. Usaha-usaha untuk memberikan pengalaman belajar
kepada siswa dapat berlangsung didalam kelas maupun luar kelas baik
dirancang secara tertulis maupun tidak, dengan arti ditujukan untuk
mmebentuk lulusan yang berkualitas. (Astuti, 2018)
Kurikulum merupakan suatu komponen yang sangat penting dan yang
menentukan penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai alat
untuk pencapaian tujuan pendidikan, apabila tujuan pendidikan berubah maka
secara otomatis kurikulum juga harus dirubah. Kurikulum juga berfungsi bagi
peserta didik sebagai alat untuk mengembangkan potensi-potensi yang
dimilikinya ke arah yang lebih baik di bawah bimbingan guru sekolah.
Sedangkan bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Jadi, kurikulum adalah bahan
pengalaman belajar siswa dengan segala pedoman pelaksanaannya yang
terusun secara sistematik dan berpedoman oleh sekolah dalam kegiatan
mendidik siswa. (Hairunisa Jeflin, 2020)
1. Proses Administrasi Kurikulum
Proses administrasi kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi.
1) Perencanaan
Perencanaan kurikulum dilakukan dan dintentukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional tingkat pusat, karena pada
ditingkat daerah dan sekolah tidak ada kurikulum.
2) Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan
kurikulum di sekolah meliputi :
a. Penyusunan program pengajaran semesteran
b. Penyusunan persiapan mengajar yang akan digunakan dan
dipedomani oleh guru dalam melaksanak proses belajar
mengajar di kelas
c. Pelaksanaannya proses belajar mengajar
d. Kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler
3) Pengawasan
Menurut simbolon, pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan
pekerjaan diperoleh secara efisien dan efektif sesuai dengan
rencana yang telah dikemukakan sebelumnya. Simbolon
mengemukakan bahwa, fungsi dari pengawasan yaitu :
a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang
diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan prosedur yang ditentukan
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan,
kelalaian dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak
diinginkan
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar
pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan
pemborosan.
4) Evaluasi
Dari evaluasi sendiri terdiri dari evaluasi hasil belajar dan evaluasi
program pembelajaran.
2. Peran Guru Dalam Administrasi Kurikulum
Menurut Sri Herlina bahwa di sekolah, guru
berada dalam kegiatan administrasi sekolah. Sekolah harus
melaksanakan kegiatan untuk menghasilkan lulusan dengan jumlah
dan mutu yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam lingkup
administrasi pendidikan inilah peran guru sangatlah penting untuk
mencerdaskan peserta didik.
Guru juga berperan penting dalam menetapkan kebijakan semua
proses perencanaan, penkoordinasian, pengarahan, pengorganisasian,
pembiayaan, penilaian kegiatan kurikulum, sarana dan prasarana,
personalia sekolah dan keuanagan hingga hubungan sekolah dengan
masyrakat.
Dalam kegiatan administrasi pendidikan dan peranan guru dalam
administrasi pendidikan adalah :
1) Administrasi kurikulum
2) Administrasi kesiswaan
3) Administrasi sarana dan prasarana
4) Administrasi personal
PENUTUP
Kesimpulan
e-mail: 21104090011@student.uin-suka.ac.id
ABSTRACT
kurikulum tersebut. Tujuan dari kajian ini adalah adanya pemahaman yang
kurikulum baik pada tahap ide, rencana, pengalaman maupun sebagai hasil
kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan
PENDAHULUAN
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.
PEMBAHASAN
Landasan Organisatoris
10
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, hal. 14.
11
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, hal. 107-108.
selain itu dapat mengandung hal-hal yang saling bertentangan, sehingga
harus diadakan pilihan sesuai dengan kebutuhan, cita-cita pendidikan yang
diharapkan dan perkembangan yang ada di masyarakat. Setiap pilihan tentu
akan menghasilkan kurikulum yang berbeda-beda. Kompleksitas masing-
masing landasan tersebut menyangkut landasan filsafat. Banyak aliran atau
cabang filsafat yang masing-masing mempunyai faham dan pandangan yang
berbeda menyangkut aspek metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Aliran
rasionalisme akan mempunyai pandangan yang berbeda dengan empirisme
atau pragmatisme. Perbedaan-perbedaan tersebut tentu akan berpengaruh
terhadap bentuk kurikulum yang dihasilkan baik terkait dengan rumusan
tujuan, pengorganisasian materi, strategi pembelajaran, maupun sistem
penilaiannya.
Demikian pula kondisi sosial budaya antara satu masyarakat antara satu
bangsa dengan yang lainnya. Bahkan, satu masyarakat dalam kurun yang
berbeda juga akan berbeda situsai dan kondisinya. Hal ini akan berpengaruh
terhadap bentuk kurikulum yang dihasilkan. Idealnya landasan-landasan di
atas dijadikan pertimbangan secara keseluruhan dalam proses
pengembangan kurikulum pendidikan, yang mencakup komponen-
komponen kurikulum.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
landasan organisatoris adalah landasan pengembangan kurikulum yang
berhubungan dengan pola penyusunan bahan mata pelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik.
Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis adalah landasan yang menjadi tumpuan berfikir yang
berdasarkan kepentingan nilai-nilai masyarakat serta norma-norma tradisi
yang melekat pada masyarakat. Sosial-budaya yang terdapat nilai-milai
masyarakat bersumber dari manusia dengan karyanya melalui nalar akal
budinya sehingga dalam melestarikan dan menyebarluaskannya. Pada
pendidikan juga terdapat proses interaksi antara manusia sehingga
menjadikan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Pada konteks ini
peserta didik berada di fenomena budayanya, diharapkan siswa bisa dibina
serta dikembangakan sinkron dengan nilai budayanya Kebudayaan yang
diharapkan siswa merupakan budaya yang positif memiliki efek baik
bermanfaat bagi insan dan warga (Halim, 2016). Asas sosial budaya sebagai
landasan kurikulum pendidikan tentuanya berperan besar dalam mendasari
bagaimana kurikulum tersebut dapat diimplementasikan peserta didik
kepada masyarakat. Fakta bahwa terdapat beragam budaya tentunya
mempengaruhi konsep kurikulum pendidikan. Aspek terpenting dalam
sosial budaya adalah system nilai yang mengatur kehidupan bermasyarakat,
maka dari itu pada kurikulum pendidikan dengan asas sosial budaya menjadi
solusi untuk merangkai kurikulum yang tepat agar setiap perbedaan budaya
dapat dilakasanakan peserta didik dengan baik sehingga tercapainya
pendidikan yang sesuai kondisi sosial budaya khususnya di Indonesia
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat heterogen di tiap daerah dan
masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat merupakan suatu faktor yang
begitu penting dalam pengembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis
dijadikan salah satu asas. Dalam hal ini pun kita harus menjaga, agar asas
ini jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang
berpusat pada masyarakat atau “ society centered curriculum “. Di Indonesia
belum tertuju kearah itu, tetapi perhatian terhadap perkembangan
kebudayaan yang ada di masyarakat sudah diwujudkan dalam bentuk
kurikulum muatan lokal di tiap daerah. Dengan dijadikannya sosiologis
sebagai landasan pengembangan kurikulum, maka peserta didik nantinya
diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu alasan yang lain adalah, bahwa pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menuju pada suatu masyarakat terbuka dengan
mobilitas tinggi yang mempercepat pertemuan antar suku, antar bangsa, dan
membuka daerah- daerah yang terisolasi, pertemuan berbagai tradisi,
kebudayaan dan kepentingan. Maka terjadilah proses pembauran, atau
bahkan pertentangan antar sektor sosial budaya. Melalui proses akulturasi
dalam pendidikan, pembauran semakin solid diupayakan, berikut
pertenangan atau konflik semakin berkurang. Hal ini berarti bahwa
kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan bagi pendidikan. Dengan kata lain bahwa dalam
penyusunan kurikulum selalu memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan dari
masyarakat tempat suatu lembaga pendidikan didirikan
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi
yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan
kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu pada
landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan
pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan
masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala
karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan
pendidikan.
Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan
individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan. Pendidikan
adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antrofologi,
pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan. “Dengan pendidikan,
kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing
terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan
mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik
kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut” (Sukmadinata,
1997:58). Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat
yang diharapkan, maka pendidikan memiliki peranan penting. Oleh karena
itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu
bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di
masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk yang berbudaya.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju
manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan
dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai
budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.
Dilihat dari substansinya faktor sosiologis sebagai landasan dalam
mengembangkan kurikulum dapat dikaji dari dua sisi yaitu dari sisi
kebudayaan dan kuriklulum serta dari unsur masyarakat dan kurikulum.
1. Kebudayaan dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam
pengembangan kurikulum dengan pertimbangan:
1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hai kebiasaan, cita-cita,
sikap, pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya. Semua itu
dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan
budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan tentu saja sekolah /
lembaga pendidikan. Oleh karena itu sekolah lembaga pendidikan
mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada
para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2) Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan
refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita- cita, atau
kebiasaan-kebiasaan. mengembangkan suatu kurikulum Karena
perlu itu dalam memahami kebudayaan. Kebudayaan adalah pola
kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu masyarakat yang
meliputi keseluruhan ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara
berpikir, kesenian, dan lain sebagainya.
Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut
kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu
konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Kebudayaan adalah hasil dari
cipta, rasa dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:
1. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dan lain- lain. Wujud
kebudayaan ini bersifat abstrak dan adanya dalam alam pikiran
manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.
2. Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
Tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial, aktivitas
manusia sifatnya konkrit, bisa dilihat dan diobservasi. Tindakan
berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang
pertama. Artinya sistem sosial dalam bentuk aktivitas manusia
merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai dan norma yang
telah dimilikinya.
3. Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah
seluruh fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat. Oleh
karena itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari
wujud kebudayaan yang pertama dan kedua.
Secara umum pendidikan dan khususnya persekolahan pada dasamya
bermaksud mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi
dengan anggota masyarakat yang lain. Hal ini membawa implikasi bahwa
kurikulum sebagai salah satu alat mencapai tujuan pendidikan bermuatan
kebudayaan yang bersifat umum pula, seperti: nilai-nilai, sikap-sikap.
Dengetahuan kecakapan dan kegiatan yang bersifat umum pula, seperti: nilai-
nilai, sikap-sikap, pengetahuan, kecakapan dan kegiatan yang bersifat umum
yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Selain pendidikan yang
bermuatan kebudayaan yang bersifat umum di atas, terdapat pula pendidikan
yang bermuatan kebudayaan khusus, yaitu untuk aspek-aspek kehidupan
tertentu dan berkenaan dengan kelompok yang sifatnya vokasional. Keadaan
seperti itu menuntut kurikulum yang bersifat khusus pula. Misalnya untuk
pendidikan vokasional, biasanya berkenaan dengan latar belakang
pendidikan, status ekonomi, dan cita-cita tertentu, sehingga mempunyai batas
waktu dan daerah ajar tertentu pula. Landasan sosiologis mengalami
perkembangan sangat dinamis, sehingga menuntut evaluasi untuk melakukan
pengembangan serta perubahan kurikulum secara periodik. Namun, karena
aspek sosiologis ini juga berbeda antara satu tempat dengan tempat lain, maka
di samping penyeragaman kurikulum secara nasional, perlu juga
pengembangan kurikulum sesuai dengan kondisi dan potensi lokal masing-
masing lembaga pendidikan.
KESIMPULAN
Landasan yang dipilih untuk dijadikan dasar pijakan dalam
mengembangkan kurikulum sangat tergantung atau dipengaruhi oleh
pandangan hidup, kultur, kebijakan poltik yang dianut oleh negara dimana
kurikulum itu dikembangkan. Akan tetapi secara umum kedua landasan yang
sudah dibahas diatas, yaitu landasan organisatoris dan sosiologis adalah
sebagai pokok dasar pijakan dalam mengembangkan kurikulum.
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. Kurikulum jika
dikembangkan tidak didasarkan pada landasan yang tepat dan kuat, maka
kurikulum tersebut tidak bisa bertahan lama, dan bahkan dengan mudah dapat
ditinggalkan oleh para pemakainya. Dengan demikian dalam
mengembangkan kurikulum, terlebih dahulu harus diidentifikasi dan dikaji
secara selektif, akurat, mendalam dan menyeluruh landasan apa saja yang
harus dijadikan pijakan dalam merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum. Dengan landasan yang kokoh kurikulum
yang dihasilkan akan kuat, yaitu program pendidikan yang dihasilkan akan
dapat menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiaannya,
baik untuk kehidupan masa kini maupun menyongsong kehidupan jauh
kemasa yang akan datang.
PEMBAHASAN
1. Landasan Agama
Landasan agama dalam mengembangkan kurikulum artinya
pengembangan dan penerapan kurikulum berdasarkan nilai-nilai
ilahiyah sehingga dengan adanya dasar ini kurikulum diharapkan
dapat membimbing peserta didik untuk mebina iman yag kuat,
teguh terhadap ajaran agama, berkhlak mulia dan
melengkapinya dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaatdi
dunia dan di akhirat12. Landasan agama ini relevan dengan tujuan
Pendidikan Nasional sebagaiman yang termaktub dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003
12
Sholeh Hidayat, Pengembangan..., hlm. 34
yakni Pendikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab13.
Dasar berpikir bagi landasan agama ini adalah seperti dalam landasan
filsafat, bahwa dalam kegiatan pendidikan akan muncul persoalan-
persoalan yang sangat mendasar seperti ke arah mana pendidikan
harus diarahkan, siapakah peserta didik itu, apa yang harus diajarkan
ke peserta didik, dan sebagainya, yang semua ini memerlukan
jawaban-jawaban mendasar. Agama dan filsafat akan saling
melengkapi dalam memberikan jawaban-jawaban tersebut14(Hidayati
et al., 2021).
2. Landasan Filosofis
Filsafat berasal dari kata-kata philein yang berarti cinta atau
sukasekali akan sesuatu. Kata shopia berarti kebajikan atau
kebijaksanaan. Orang yang mempelajari filsafat akan menjadi orang
bijaksana dalam tingkah laku dan perbuatannya. Orang belajar
berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara
bijak. Agar manusia dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara
bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan diperoleh
melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara sistematis, logis, dan
mendalam, pola berfikir seperti ini disebut pemikiran radikal, atau
berpikir sampai ke akar-akarnya (radic berarti akar) (Hidayati et al.,
2021).
Landasan filosofis yaitu suatu landasan yang belum pasti atau belum
jelas yang akan dijadikan tolak ukur dalam mengembangkan
kurikulum. Tujuan pendidikan nasional indonesia bersumber pada
13
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
14
Hidayati, W., Syaefudin, & Muslimah, U. (2021). Manajemen Kurikulum dan
Program Pendidikan (Konsep dan Strategi Pengembangan).
pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, sebagaiman yang
sering kita dengar yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan
di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang
berpancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin
diwujudukan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai
dengan kandungan falsafah pancasila itu sendiri. Oleh sebab itu,
dengan adanya landasan filosofis dalam perubahan pengembangan
kurikulum menurut pandangan Noeng Muhajirin, dapat kita pastikan
bahwa nilai dasar yang digunakan adalah falsafah pendidikan
manusia seutuhnya. Landasan filosofis dalam perubahan
pengembangan kurikulum setidaknya adalah idealisme. Idealisme
adalah salah satu aliran filsafat tertua yang digagas oleh Plato. Ciri
utama aliran ini adalah pendekatan rasio terhadap semua masalah
dengan menggunakan cara berpikir deduktif. Dapat disimpulkan
bahwa landasan filosofis berperan sebagai sudut pandang dari
pemikiran pola pikir kita, yang akan dilaksanakan dalam proses
pemecahan masalah pendidikan. Serta dijadikan salah satu dasar
dalam penentuan rencana kurikulum agar supaya tercapainya segala
15
cita-cita yang dibuat di Indonesia sendiri (Posangi Said, 2020).
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum.
Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada
berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme,
eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran
filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Di bawah ini diuraikan
15
Posangi Said, S. (2020). Landasan Kurikulum Pendidikan Islam. Al-Minhaj:
Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 1–11.
http://ineusintiawati.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-landasan.html.
tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum. Perenialisme lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan
budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan
yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut ,
kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran
ini lebih berorientasi ke masa lalu.
1) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan
pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar
dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika,
sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar
substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat.
Kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan dan diperbaiki dengan
pertolongan ilmu pengetahuan karenan peranan ilmu
pengetahuan bagi masyarakat dapat mengembangkan masyarakat
menjadi berbudaya.
2) Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber
pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami
kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
3) Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman
belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif. Konsep yang didasari
oleh pengetauan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta
mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau
mencancam adanya manusia itu sendiri.
4) Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa
depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang
perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah
dan melakukan sesuatu.
KESIMPULAN
Kurikulum adalah inti dari pendidikan dimana kurikulum dapat diartikan
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Penyusunan
kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan
kuat. Kurikulum jika dikembangkan tidak didasarkan pada landasan yang
tepat dan kuat, maka kurikulum tersebut tidak bisa bertahan lama, dan bahkan
dengan mudah dapat ditinggalkan oleh para pemakainya. Maka dari itu,
dalam penyusunan kurikulum harus memiliki landasan yang jelas agar
kualitas pendidikan yang tercipta adapun landasan-landasan yang digunakan
dalam pengembangan kurikulum itu sendiri diantaranya adalah landasan
agama dan landasan filosofis. Dimana landasan agama itu sendiri
berdasarkan nilai-nilai regilius didalamnya. Sedangkan secara filosofis
sendiri sebagai sudut pandang dari pemikiran pola pikir kita, yang akan
dilaksanakan dalam proses pemecahan masalah pendidikan.
ABSTRAK:
Pada hakikatnya pendidikan adalah instrument yang dipergunakan
manusia untuk memajukan berbagai aspek kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan instrumen yang digunakan manusia untuk memajukan peradaban
manusia. Perubahan dan perkembangan pendidikan terasa sangat cepat
yang merupakan dampak dari globalisasi. Dengan demikian dibutuhkan
asas-asas yang sesuai untuk diterapkan pada proses perkembangan
kurikulum pendidikan. Asas-asas tersebut antara lain asas teologi, filosofis,
psikologi, sosia-budaya, sains dan teknologi. Penulisan ini bertujuan untuk
memaparkan komponen dari asas pengembangan kurikulum khususnya
landasan psikologis serta landasan sains teknologi yang menentukan
kemampuan sesuai jenjang dan landasan sains teknologi Metode penulisan
ini menggunakan kajian studi kepustakaan dengan mengelola data melalui
analisis deskriptif serta disajikan dengan sistematis dan objektif. Dari hasil
penelitian ada banyak penjelasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada para pembaca. Hasil kajian menjelaskan bahwa Kurikulum yang
dibuat membutuhkan landasan psikologis untuk menentukan bahan ajar dan
metode yang sesuai berdasarkan usia siswa. Selain itu, lembaga pendidikan
juga harus mampu menunjang dan mengantisipasi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahan ajar atau materi sepatutnya hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer, baik berkaitan
dengan hasil perolehan informasi, ataupun cara memperoleh informasi
tersebut dan memanfaatkannya untuk masyarakat.
Kata Kunci: Asas, Kurikulum, Psikologi, Teknologi
ABSTRACT:
In essence, education is an instrument used by humans to advance various
aspects of human life. Education is an instrument used by humans to advance
human civilization. Changes and developments in education are felt very fast
which is the impact of globalization. Thus, appropriate principles are needed
to be applied to the educational curriculum development process. These
principles include theological, philosophical, psychological, socio-cultural,
science and technology principles. This writing aims to describe the
components of the curriculum development principle, especially the
psychological basis and the basis of science and technology which determine
abilities according to the level and basis of science and technology. This
writing method uses a literature study by managing data through descriptive
analysis and presented systematically and objectively. From the research
results there are many explanations that can provide understanding to the
reader. The results of the study explain that the curriculum created requires
a psychological basis to determine appropriate teaching materials and
methods based on the age of the students. In addition, educational institutions
must also be able to support and anticipate advances in science and
technology. Teaching materials or materials should be the result of
contemporary scientific and technological developments, both related to the
results of obtaining information, or how to obtain this information and use it
for society.
Keywords: Principles, Curriculum, Psychology, Technology
PENDAHULUAN
16
Indira Falasifa, Umdaturrosyidah.. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum. hal
86-87.
kurikulum terdapat seperangkat rencana pembelajaran, materi dan bahan serta
panduan proses pmbelajaran. Kurikulum juga mengatur standar yang tepat
dalam memberikan penilaian bagi pendidik maupun peserta didik sehingga
dengan menggunakan kurikulum maka pendidikan berlangsung secara teratur
dan terstruktur. Untuk mewujudkan kurikulum tersebut perlu penelaahan
lebih lanjut bagaimana menyusun kurikulum yang tepat. Dalam penyusunan
kurikulum perlu mempertimbangkan aspek psikologi, sebab usia merupakan
salah satu tanda untuk mendapat tingkatan perkembangan kemampuan dan
daya serap siswa.Teknologi dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang
juga memengaruhi penyusunan dan pelaksanaan kurikulum maka diperlukan
asas atau landasan yang tepat sebagai pondasi bagi pengembangan kurikulum
pendidikan. Asas-asas kurikulum menjadi pijakan bagaimana kurikulum
disusun serta dikembangkan. Asas menuntun kurikulum agar dapat
berkembang sesuai prinsip dan tujuan pendidikan yang dibutuhkan selain itu
berguna agar proses perkembangannya tidak lepas dari tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian penulis akan membahas tentang landasan
pengembangan kurikulum, khususnya dalam aspek psikologis pengembangan
kurikulum dan aspek sains teknologi.
PEMBAHASAN
Landasan Psikologis
17
Suharsimi Arikunto, dkk., Manajemen Kurikulum, (Yogyakarta: Jurusan Administrasi Pendidikan
FIP UNY, 2000), hal. 48
tujuan, materi, strategi pembelajaran serta penilaian. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata, landasan psikologis ini sangat diperlukan dalam merumuskan
semua unsur kurikulum di atas, baik perumusan tujuan, materi, strategi
pembelajaran maupun teknik-teknik penilaiannya.18 Menurut S. Nasution,
landasan psikologis ini dalam pengembangan kurikulum sangat diperlukan,
terutama dalam:
18
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, 46.
19
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 57.
pengembangan kurikulum, yaitu: psikologi perkembangan dan psikologi
pembelajaran.20
1. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak
masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur
sampai dengan dewasa atau cabang psikologi yang membahas tentang
perkembangan individu dari rentang kehidupan masa kanak-kanak,
masa dewasa atau usia lanjut. Dalam psikologi perkembangan dikaji
tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-
aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-
hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari
pengembangan kurikulum.21 Psikologi perkembangan diperlukan
terutama dalam menetapkan isi kurikulum yang diberikan kepada
peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalaman bahan pelajaran
sesuai dengan taraf perkembangan mereka. Adanya jenjang atau
tingkat pendidikan dalam sistem persekolahan merupakan satu bukti
bahwa psikologi perkembangan menjadi landasan dalam pendidikan,
khususnya kurikulum. Ahli psikologi perkembangan mencoba
membagi tahap-tahap perkembangan anak dari sudut yang beragam.
Namun pada prinsipnya, semua itu akan membantu proses pendidikan
termasuk dalam pengembangan kurikulumnya. Setiap individu
mempunyai karakteristik yang berbeda. Manusia mempunyai beberapa
aspek diantaranya yaitu aspek jasmani, intelektual, sosial, emosional,
moral, namun kemudian menciptakan satu kesatuan. Ada tiga
pendekatan yang dikenal dalam teori perkembangan tentang
pendekatan individu (Nana Syaodih Sukmadinata , 2005), yaitu :
1) Pendekatan pentahapan (stage approach)
20
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 14.
21
Ahmad Taufik, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, 86-89.
Menurut pendekatan ini, seorang individu harus melalui beberapa
tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan yang dilalui oleh
individu memiliki karakteristik masing-masing.
2) Pendekatan diferensial (dif-ferential approach)
Menurut pendekatan ini individu memiliki perbedaan maupun
persamaan. Perbedaan serta persamaan tersebut menyebabkan
dikelompokkannya individu menurut kategori masing-masing.
Pengelompokkan ini biasanya berdasarkan jenis kelamin, agama,
ras, status sosialekonomi danlain-lain. Ada juga pengelompokan
individu berdasarkan atas kesamaan karakteristiknya. Berkaitan
dengan hal tersebut, ada juga pengelompokan yang bersifat
bipolar,
3) Pendekatan ipsatif (ipsative approach)
Menurut pendekatan ini ada individu-individu yang memiliki sifat
individual, yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh seorang individu
dan tidak dimiliki oleh individu lainnya. Dari ketiga pendekatan
diatas, para ahli psikologi perkembangan lebih banyak menganut
pendekatan pentahapan, karena dianggap lebih jelas dalam
menggambarkan urutan atau proses perkembangan yang dialami
oleh individu.22
2. Psikologi pembelajaran
Psikologi pembelajaran pada prinsipnya adalah suatu cabang psikologi
yang mengkaji tentang bagaimana individu itu belajar. Jika sudah
diketahuinya secara betul bagaimana proses belajar itu berlangsung,
dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberikan hasil yang
sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan
dengan cara yang seefektif-efektifnya.23 Terdapat berbagai teori dalam
psikologi pembelajaran, salah satunya teori daya. Pada teori ini
22
Indira Falasifa, Umdaturrosyidah, Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum, 86-87
23
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 13
disebutkan bahwa manusia mempunyai berbagai daya yaitu melihat,
meraba, mengingat, berpikir dan lain sebagainya. Daya-data tersebut
bisa dilatih sehingga dapat digunakan untuk berbagai bidang
pengetahuan. Dalam pelatihan tersebut tentu diperlukan adanya
transfer pengetahuan.Sebagai implikasinya, berbagai mata pelajaran
yang ada dalam kurikulum harus memiliki unsur yang dapat memupuk
banyak daya yang ada dalam jiwa orang yang belajar. Penyusunan
kurikulum adalah diperuntukkan bagi seluruh peserta didik tanpa
menghiraukan kebutuhan serta minatnya (Zainal Arifin, 2011).
Apabila psikologi perkembangan bermanfaat bagi penyusunan isi
kurikulum agar sesuai dengan taraf perkembangan anak, maka
psikologi pembelajaran memberikan sumbangan terhadap kurikulum
dalam hal bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta didik,
dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya. Ini berarti,
sumbangan psikologi belajar terhadap, kurikulum berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum di sekolah, yakni melalui strategi belajar
mengajar. Psikologi pembelajaran berkenaan proses perubahan
tingkah laku manusia itu terjadi. Hal ini diperlukan dalam pendidikan,
terutama bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sebab, proses
belajar mengajar atau pembelajaran pada hakikatnya mengubah
tingkah laku baru peserta didik. Asas psikologis berperan memberikan
berbagai prinsip-prinsip tentang perkembangan anak didik dalam
berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar
dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap
perkembangannya. 24
24
Nata, Ilmu Pendidikan, 177
baik barang atau pedoman yang dapat menjadi sumber pengembangan ilmu
lainnya serta sebagai alat yang memudahkan manusia dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pengetahuan berasal dari akar kata “ilm” yang artinya
lambang atau penunjuk agar dapat dikenali dan diketahui. Sama halnya
dengan ma'lam, artinya rambu jalan agar sesemanusia bisa menuntun diri
sendiri atau sesemanusia. Selain itu, “Alam juga diartikan sebagai pedoman
25
Ilmu dapat diartikan sebagai arah mata angin, dimana mata angin
memudahkan manusia untuk mencapai tujuan dalam berpergian. Begitu juga
ilmu bagi manusia dengan ilmu manusia dapat mengembangkan potensiya
sesuai bidang ilmu masing-masing. Ilmu adalah kesadaran mengenai
pengetahuan yang berfungsi untuk menyelediki dan menelaah suatu temuan
sementara. Ilmu juga dimaknai pengetahuan yang dihasilkan dengan proses
pembelajaran dari pengalaman yang ditempuh. Memperoleh pengetahuan
dapat dilakukan dengan cara pengalaman yang didapat serta manusia-
manusia dengan informasi yang diberikan. Namun dalam hal ini tidak dapat
disebut ilmu jika pengetahuan belum teruji kebenarannya. Dari makna
tersebut dapat diketahui bahwa ilmu pengetahuan merupakan proses atau
upaya dalam penemuan baru dengan berbagai bentuk cara seperti penelitian,
eksperiman dan observasi sehingga ditemukanlah teori baru yang disepakati
bersama.
Beberapa tahun terakhir terjadi pola pikir terkait mendidik anak, di mana
sebelumnya para orang tua mempercayakan tentang pendidikan anaknya
sepenuhnya kepada guru, padahal waktu di luar sekolah lebih banyak
dihabiskan oleh anak, artinya seorang lebih sering di rumah dan bersama
keluarga dan yang seharusnya orang tua lah yang mendidik anaknya bukan
menyerahkannya kepada guru. Oleh karena semakin berkembangnya IPTEK
membuat kurikulum sekolah harus terus mengikuti kemajuan tersebut,
sehingga akhirnya kurikulum memiliki banyak tanggung jawab dan
permasalahan yang harus diselesaikan untuk dapat menyesuaikan
pembelajaran dengan kemajuan dari IPTEK. Beberapa penjelasan tersebut
menunjukkan betapa luas pengertian kurikulum. Supaya mendapatkan
pelajaran yang luas, seorang siswa harus memiliki pengalaman dalam bergaul
dengan semua anggota atau orang yang terlibat di sekolah dan alat-alat yang
ada.27
26
F, Camelia. Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. l 59
27
Ibid. hal 58
3. Berapa lama mereka dapat belajar (jam belajar)
4. Dengan cara bagaimana peserta didik belajar (tatap muka, tugas
individu, tugas terstruktur).
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua
dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi
jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.Oleh karena itu, kurikulum
seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi
dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.
PENUTUP
Kesimpulan
Landasan psikologis dapat didefenisikan sebagai suatu landasan yang
dijadikan sebagai titik tolak dalam proses pendidikan yang membahas
berbagai informasi tentang jiwa atau psikis manusia yang selalu mengalami
perkembangan dari bayi hingga usia lanjut sehingga dapat memudahkan
pelaksanaan proses pendidikan. Landasan psikologis juga diartikan sebagai
landasan kurikulum yang berdasarkan pertimbangan terhadap kondisi jiwa
peserta didik. Berhubungan dengan hal ini, maka kurikulum harus
disesuaikan menurut usia tingkatan peserta didik, sebab usia merupakan salah
satu tanda untuk mendapat tingkatan perkembangan kemampuan dan daya
serap siswa. Menurut Nana Sudjana, ada dua cabang psikologi yang penting
sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: psikologi
perkembangan dan psikologi pembelajaran. Asas psikologis berperan
memberikan berbagai prinsip-prinsip tentang perkembangan anak didik
dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar
dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Asas ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu landasan yang menjadi
tumpuan berfikir yang berdasarkan kumpulan gagasan atau penemuan yang
sudah dilalui berbagai proses ilmiah sehingga menghasilkan suatu produk
baik barang atau pedoman yang dapat menjadi sumber pengembangan ilmu
lainnya serta sebagai alat yang memudahkan manusia dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Teknologi hakikatnya merupakan implementasi dari
ilmu pengetahuan dan menduduki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Oleh karena semakin berkembangnya IPTEK membuat kurikulum sekolah
harus terus mengikuti kemajuan tersebut, sehingga akhirnya kurikulum
28
Ahmad Taufik, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Hal 86-89
memiliki banyak tanggung jawab dan permasalahan yang harus diselesaikan
untuk dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kemajuan dari IPTEK.
Gita Pratiwi
e-mail: gitaaapratiwi945@gmail.com
ABSTRAK
Jenis-Jenis Kurikulum.
Secara umum ada dua jenis bentuk kurikulum, yaitu sebagai berikut3
Bahan pelajaran yang sifat informasi nya diperoleh siswa dari buku
pelajaran. Siswa akan lebih banyak menghafal dalam mempelajari
pengetahuan yang sifatnya terlepas- lepas sehingga kemampuan siswa kurang
berkembang dan cenderung kurang mengoptimalkan potensi siswa sebagai
individu.
PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum diartikan merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan di
sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar mengajar, mengatur
strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program pengembangan
pengajaran. Ada berbagai jenis kurikulum namun yang paling banyak
digunakan yaitu Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject
curriculum), Mata pelajaran gabungan (correlated curriculum) dan
Kurikulum terpadu (integrated curriculum). Dari masing-masing kurikulum
tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing.
MODEL-MODEL KURIKULUM PENDIDIKAN
e-mail:.farhanmahendra8383@gmail.com
ABSTRAK
PEMBAHASAN
1) Menentukan tujuan
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pengembangan
kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu
kurikulum, dimana pengembangankurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki
atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri
baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Adapun model-
model pengembangan kurikulum terdiri dari Roger’ s interpersonal relation
model, Emerging technical models, The Systematic action-research model,
The Administrative (Line-Staff) Model, The Grass-Roots Model, Model
Tyler, Taba’s Inverted Model, Beauchamp’s System Model. Untuk itu dalam
kegiatan pengembangan kurikulum diperlukan suatu model yang dijadikan
landasan teoritis untuk melaksanakn kegiatan yang sesuai agar tujuan
pendidikan dapat tercapai sebagaimana mestinya.
ABSTRAK
Pendekatan dalam pengembanagan kurikulum menjadi faktor penting
dalam menentukan kurikulum yang akan digunakan dalam lembaga
pendidikan, kurikulum yang merupakan rancangan pembelajaran menjadi
titik penting bagi pendidikan. Maka, jika pendekatan yang digunakan tepat,
hasil dari kurikulum yang dijalankan akan menjadi baik. pendekatan
rekontruksionisme dinilai sebagai salah satu pendekatan baik yang akan
menjadikan peserta didik lebih bermutu. Kemudian pendekatan
accountability yang memiliki sistem penilaian kualitas peserta didik.
Kata Kunci: pendekatan, rekontruksionisme, accountability
PENDAHULUAN
Kurikulum secara etimologis berasal dari kata Yunani curir, yang berarti
pelari, dan curere, yang berarti balapan. Dalam dunia
pendidikan, terminologi kurikulum mengacu pada seperangkat pengetahuan
yang harus diperoleh siswa untuk memperoleh tingkat lanjutan atau diploma.
Kurikulum merupakan seperangkat atau suatu sistem rencana dan pengaturan
mengenai bahan pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar
mengajar. Intinya kurikulum adalah rencana pembelajaran. Pengertian
Kurikulum yang lain adalah program pendidikan partisipatif siswa
yang dirancang oleh lembaga pendidikan dan mencakup program
pembelajaran, pengalaman, layanan, dan kurikulum tersembunyi. Oleh
karena itu, kurikulum merupakan rangkaian program yang dikembangkan
oleh lembaga pendidikan, dimana program tersebut diajarkan Kurikulum
ialah rencana tertulis yang berisi tentang ide- ide serta gagasan- gagasan yang
diformulasikan oleh pengembang kurikulum. Pendekatan dalam
pengembangan kurikulum berarti cara kerja atau strategi yang digunakan
dalam menerapakan kurikulum agar tercapainya kurikulum yang baik.
PEMBAHASAN
Pendekatan Rekontruksionisme
29
Wiji Hidayati, Syaefudin, Umi Muslimah. “MANAJEMEN KURIKULUM DAN PROGRAM
PENDIDIKAN (Konsep dan Strategi Pengembangan)”. (Yogyakarta: Semesta Aksara, 2021), hlm.
74.
1. Tujuan
Pendekatan rekonstruksi sosial bertujuan untuk membentuk peserta didik
untuk berhadapan dengan tantangan dan permasalahan sosial yang
dihadapi manusia(masyarakat).
2. Metode
Metode yang digunakan dalam membangun Pendekatan rekonstruksi
sosial adalah para pengembang kurikulum menyelaraskan antara tujuan
nasional/Negara dengan tujuan dari peserta didik yang mana peserta didik.
Kemudian pendidik akan membantu menemukan minat dan bakat peserta
didik sesuai dengan kebutuhannya. Selanjutnya peserta didik akan
berusaha memecahkan permasalahan yang dihadapimya. Biasanya
kerjasama juga akan terjadi antar peserta didik yang mana hal tersebut
merupakan pembelajaran yang baik bagi peserta didik. Bagi Pendekatan
rekonstruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, yang mana
belajar tersebut tidak ada kompetisi, hanya kooperasi atau kerja sama,
pengertian dan consensus.
3. Pola Organisasi
Dalam Pendekatan rekonstruksi sosial, pola organisasi disusun seperti
roda, yang mana bagian tengah sebagai poros merupakan masalah utama
yang menjadi tema utama, kemudian jari jari dari roda merupakan
sejumlah topic yang dibahas dalam diskusi/belajar kelompok, latihan-
latihan dan yang lainnya.
4. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi, peserta didik juga turut dilibatkan, yang mana
peserta didik akan memilih, menyusun dan menilai bahan yang akan
diujikan. Evaluasi bertujuan menilai kegiatan peserta didik dan juga
pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.
PENUTUP
Kesimpulan
Pendekatan Rekontruksionisme atau bisa disebut pendekatan rekonstruksi sosial
merupakan pendekatan yang didasarkan kepada analisa-analisa dari kegiatan dalam
masyarakat. Pendekatan ini menganggap bahwa pendidikan adalah upaya yang
dilakukan bersama, sehingga tidak bersifat sendirian/individual, sedangkan
Pendekatan accountability atau pendekatan yang akuntabel merupakan pendekatan
yang memiliki standard dan tujuan yang spesifik
ABSTRAK
30
Abdullah Idi. “Pengembanagan Kurikulum Teori dan Praktik”. (Yogyakarta: Ar Ruzz Media,
2007).
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan
kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum.
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Pendekatan Humanistik
31
Afifah, N. (2011). Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran
Fiqih. Akademika: Jurnal Pemikiran Islam, 16(2), 265-282.
32
Suprihatin, S. (2017). Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam. POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, 3(1), 82-104.
Dari berbagai penjelasan tersebut kesimpulan yang dapat
diambil bahwasannya yang dimaksud dengan pendekatan humanistik yaitu
sebagai berikut (Kurdi, 2018):
33
Handayani, I. P., & Hamami, T. (2022). PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KMA 183 TAHUN
2019. Jurnal Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam, 6(2), 244-260.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan
dengan tujuan dan fungsi, metode, organisasi isi, dan evaluasi.34 Masing-
masing karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
34
Hidayati, W., Syaefudin, M. P., & Muslimah, U. (2021). Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan (Konsep dan Strategi Pengembangan) (Vol. 1). Semesta Aksara.
Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistik terletak di dalam
tekanannya pada integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang
bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum
humanistik juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu
memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang
terpenggal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens, karena
dengan sekuens par karena dengan sekuens peserta didik kurang
mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-
aspek perkembangannya.
4. Evaluasi
Evaluasi ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kurikulum
konvensional, subjek akademik penilaian ditentukan secara objektif
dan mempunyai kriteria pencapaian. Sedangkan dalam kurikulum
humanistik tidak ada kriteria. Ahli humanis lebih tertarik dalam
pertumbuhan tanpa memperhatikan tentang bagaimana pertumbuhan
diukur atau ditentukan. Sasaran mereka adalah perkembangan anak
supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri.
Kegiatan yang mereka lakukan hendaknya bermanfaat bagi peserta
didik. Kegiatan belajar yang baik adalah yang memberikan
pengalaman yang akan membantu peserta didik memperluas
kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya.
Ketika diminta untuk mempertimbangkan efektifitas kurikulum
mereka, ahli humanis biasanya percaya kepada penilaian subjektif
oleh guru dan peserta didik
Pendekatan Teknologis
1. Tujuan.
Kurikulum rekonstruksi sosial, tujuan diarahkan pada penguasaan
kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang
bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus,
yang disebut objektif atau tujuan instruksional atau indikator. Objektif atau
indikator ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan
keterampilan yang dapat diamati atau diukur. Oleh karena itu tujuan
pembelajarn sistem teknologi cenderung memperkuat pentingnya gagasan
konvensional dan bagian tradisional dari subjek akademik.
2. Metode
Belajar dipandang sebagai proses mereaksi terhadap rangsangan,
memperhatikan dan merenungkan petunjukpetunjuk yang relevan dan
35
Irsad, M. (2016). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Madrasah (Studi Atas
Pemikiran Muhaimin. Jurnal Iqra': Kajian Ilmu Pendidikan, 1(2), 230-245.
36
Hidayati, W., Syaefudin, M. P., & Muslimah, U. (2021). Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan (Konsep dan Strategi Pengembangan) (Vol. 1). Semesta Aksara.
apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
Tujuan-tujuan pengajaran telah ditentukan sebelumnya. Pengajaran
bersifat individual, tiap peserta didik menghadapi serentetan tugas yang
harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan program
pengajaran.
3. Organisasi bahan ajar
Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi
telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu
kompetensi. Tujuan akhir program dinyatakan secara tepat dan
operasional dan tujuan ini merupakan dasar untuk mengorganisasikan
bahan pembelajaran. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci
menjadi bagian-bagian atau sub-kompetensi yang lebih kecil, yang
menggambarkan objek atau indikator. Urutan dari objektif-objektif atau
indikator-indikator ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
4. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, dan
pada suatu unit atau semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam,
sebagai umpan balik bagi peserta didik dalam penyempurnaan penguasaan
satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi peserta didik pada
akhir program atau semester (evaluasi sumatif). Evaluasi juga dapat
menjadi umpan balik bagi pendidik dan pengembang kurikulum untuk
penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka gunakan umumnya
berbentuk tes objektif. Sesuai dengan landasan pemikiran mereka, bahwa
model pengajarannya menekankan sifat ilmiah, bentuk ini tes dipandang
yang paling cocok.
Teknologi yang diharapkan adakalanya berupa PPSI (Prosedur
Pengembangan SistemIntruksional), pelajaran berprogram dan modul37.
Dalam setiap kebijakan teknis-praktis, Islam memberikan otonomi seluas-
37
Hanafi, M. (2014). Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi Agama
Islam. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 1(2).
luasnya kepada pendidik, termasuk kemampuan untuk menggunakan alat-
alat tambahan. Bentuk dan model yang dapat digunakan dapat diterima
sepanjang memiliki nilai maslahah.Saat membuat program atau kurikulum
pendidikan, pendekatan teknologi bertolak dari pemeriksaan keterampilan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Teknologi
pendidikan terdiri dari dua komponen dalam kurikulum model teknologi:
perangkat keras berupa alat benda keras seperti proyektor, televisi, LCD,
radio, dan sebagainya. Adapun teknik penyusunan kurikulum makro dan
mikro membuat perangkat lunak.
PENUTUP
Kesimpulan
ABSTRAK
Kurikulum merupakan subsistem pendidikan. Sebagai subsistem
pendidikan, kurikulum merupakan sebuah program yang direncanakan secara
sistematis, yakni perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pengajaran. Oleh sebab itu, kurikulum memiliki komponen yang saling
berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Komponen Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan tersebut secara garis besar mencakup visi dan misi
satuan pendidikan, tujuan satuan pendidikan, struktur muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Melaksanakan kebijakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai
dengan karakteristik, kondisi, potensi, kebutuhan, permasalahan daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik dengan mengacu pada tujuan pendidikan
nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun dan
dikembangkan sendiri oleh sekolah atau satuan pendidikan lebih menekankan
pada kompetensi dengan mengacu pada standar nasional serta panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
PENDAHULUAN
Pola sentralistik yang digunakan pada masa orde baru terbukti kurang
efektif dalam membangun sistem pendidikan kita, sehingga diperlukan pola
desentralistik. Kondisi geografis Indonesia yang begitu luas serta penduduk
yang banyak tidak dapat dikelola dengan baik jika hanya oleh pemerintah
pusat. Daerah memiliki peluang yang cukup luas untuk menentukan kebijakan
dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya
masing-masing. Implikasi dari kebijakan desentralisasi itu diantaranya
berkaitan dengan kurikulum sebagai komponen yang sangat penting dalam
pendidikan. Desentralisasi kurikulum, terutama dalam kaitannya dengan
pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang didukung
oleh manajemen berbasis sekolah, memungkinkan setiap sekolah untuk
merancang dan mengembangkan pembelajaran yang disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi daerah masing-masing.
Hasil pengembangan kurikulum yang didesentralisasikan adalah kurikulum
yang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan di tingkat satuan
pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum yang dikembangkan oleh masing-
masing satuan pendidikan dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Penerapan KTSP diharapkan menjadikan penyelenggara pendidikan di setiap
satuan pendidikan lebih mengenal dan memahami kurikulum,
mengembangkannya secara kreatif, serta melaksanakannya di sekolah dengan
penuh tanggung jawab.
PEMBAHASAN
Setiap satuan pendidikan harus memiliki visi. Visi itulah yang kemudian
menjadi acuan dalam mengembangkan misi dan program-program pendidikan
di setiap satuan pendidikan.
Visi adalah representasi apa yang diyakini sebagai bentuk organisasi masa
depan dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik dan pemangku
kepentingan lainnya.38 Visi juga merupakan wawasan yang menjadi sumber
arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah,
pandangan jauh ke depan ke mana sekolah akan di bawa serta gambaran masa
depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah dapat menjamin
kelangsungan hidup dan perkembangannya.
38
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
tetapi, karena kebutuhan masyarakat yang dilayani oleh masing-masing
sekolah berbeda-beda, maka visi setiap sekolah pun tidak mesti sama.
Tujuan adalah apa yang akan dicapai atau dihasilkan oleh suatu sekolah
dan waktu pencapaiannya. Tujuan pendidikan Satuan Pendidikan merupakan
tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu,
rumusan tujuan satuan pendidikan harus jelas, mudah dipahami oleh semua
pihak, mengacu pada visi yang telah dirumuskan, serta mewadahi semua
kebutuhan warga sekolah.
39
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:Dirjen
Dikdasmen.
40
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Berdasarkan rumusan tujuan umum pendidikan pada satuan pendidikan, di
rumuskanlah tujuan khusus pendidikan yang sesuai dengan visi dan kondisi
serta kebutuhan warga sekolah.
1. Mata Pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat
satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum
dalam standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran yaitu
41
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok mata pelajaran
estetika. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah. Materi muatan lokal bukanlah bagian
dari materi mata pelajaran lain. Substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga
satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakannya. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu
mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam
satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata
pelajaran muatan lokal.
3. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat
setiap siswa, sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga
kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara
lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan
karier siswa serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan dan
kelompok ilmiah remaja. Khusus untuk sekolah menengah kejuruan,
pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan
kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan
pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup
dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus siswa.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian
kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak
kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
4. Pengaturan Beban Belajar
Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem
paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih
berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang
bersangkutan. Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan
program pendidikan dengan menggunakan sistem paket. Satuan
pendidikan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB dan SMK/MAK
kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan
sistem kredit semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan
SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester.
Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan
yang siswanya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran
dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai
dengan struktur kurikulum yang berlaku pada suatu satuan
pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem paket
dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran. Beban belajar
dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh siswa
untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka,
penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua
itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan
memperhatikan tingkat perkembangan siswa.
5. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran, dengan
kriteria yang diatur oleh masing-masing direktorat teknis. Sesuai
dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), siswa dinyatakan
lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Memperoleh
nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Lulus
ujian sekolah atau madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi serta lulus ujian nasional.
Kalender Pendidikan
Silabus
42
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah
43
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.
dalam silabus.44 RPP merupakan jabaran operasional silabus yang telah
dikembangkan untuk digunakan sebagai panduan guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Karena fungsi yang diembannya, setiap guru harus menyusun
RPP sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini merupakan
komponen penting KTSP sehingga harus dilaksanakan secara profesional.
PENUTUP
ABSTRAK
Pendidikan adalah salah satu cara manusia untuk “bertahan hidup” agar
dapat beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu pesat. Pendidikan
yang ada di Indonesia tercantum pada UU No. 20 Tahun 2003. Untuk
44
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan kurikulum yang mempermudah
proses pendidikan. Nadiem Makarim merupakan Mendikbud yang
mencetuskan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Konsep merdeka belajar bertujuan untuk memerdekakan pendidikan dengan
cara bebas berpikir dan bebas berinovasi. Kebijakan Merdeka Belajar
memiliki karakteristik yang menekankan pada kreativitas, orientasi
pembelajaran pada pemecahan masalah, pembelajaran berbasis tuntutan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, serta sistem penilaian yang
komprehensif. Maka dari itu terdapat komponen-komponen dari kurikulum
merdeka belajar dengan memuat tentang tujuan, isi materi/ struktur, strategi,
dan evaluasi. Metode yang digunakan adalah metode studi kepustakaan atau
library research dengan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang
relevan, kemudian menyaring sumber yang paling relevan dengan tema yang
akan dikaji atau diangkat, selanjutnya membuat kesimpulan dan mencatat
berbagai hal-hal yang penting, dan barulah nanti diimplementasikan di
dalam bentuk tulisan.
PENDAHULUAN
Pendidikan yang tidak lepas dari peradaban manusia harus turut berubah
sesuai perubahan dan kebutuhan zaman ini. Pendidikan dijadikan tolak ukur
kemajuan suatu bangsa, hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya
pendidikan itu sendiri. Perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan
haruslah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan untuk mempersiapkan
generasi-generasi pekerja di masa depan. Inovatif, inspiratif, dan kreatif
merupakan sistem pembelajaran dalam pendidikan yang harus dilakukan agar
terbentuk peserta didik yang berkarakter dan mandiri sesuai dengan
ketertarikan dan kemampuan yang mereka miliki.
PEMBAHASAN
45
Hasanuddin, dkk. 2022. Perencanaan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka Belajar. Sada Kurnia
Pustaka: Serang.
46
Saryanto, dkk. 2022. Inovasi Pembelajaran Merdeka Belajar. Media Sains Indonesia: Bandung.
Hal 147-148
menyebutkan komponen kurikulum meliputi tujuan, bahan ajar,
strategi mengajar, media mengajar, evaluasi pengajaran dan
penyempurnaan pengajaran. Sedangkan, menurut Nana Sudjana yang
menyebutkan bahwa komponen kurikulum meliputi tujuan, isi dan
struktur kurikulum, strategi, dan evaluasi. Dari pendapat tentang
komponen kurikulum di atas maka komponen umum dalam kurikulum
terbagi menjadi empat bagian yaitu, tujuan kurikulum, isi dan struktur
kurikulum, strategi kurikulum, evaluasi Kurikulum47
2. Komponen Kurikulum Merdeka
Mendikbud Nadiem Makarim mengubah kurikulum 2013 menjadi
kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) pada
tahun 2019. Konsep MBKM terdiri dari dua konsep yaitu “Merdeka
Belajar” dan “Kampus Merdeka”. Merdeka belajar adalah kebebasan
berpikir dan kebebasan inovasi. Sedangkan kampus merdeka
adalah lanjutan program merdeka belajar untuk pendidikan
tinggi.
Transformasi pendidikan melalui kebijakan merdeka belajar
merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan SDM Unggul
Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Sejalan dengan
World Economic Forum (2016), pelajar harus memiliki 16 keahlian
di abad ke-21. Secara garis besar, 16 keahlian ini terbagi menjadi tiga
yaitu literasi, kompetensi, dan kualitas karakter. Selain itu,
untuk menghadapi perubahan sosbud, dunia kerja, dunia usaha, dan
kemajuan teknologi yang begitu pesat, mahasiswa harus dipersiapkan
untuk dapat mengikuti perubahan ini. Oleh sebab itu, setiap instansi
pendidikan harus mempersiapkan literasi bari dan orientasi terbimbing
dalam bidang pendidikan. Persiapan Perguruan Tinggi dapat
dilakukan dengan cara merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian
47
Wiji Hidayati, dkk. 2021. Manajemen Kurikulum dan Program Pendidikan. Semesta Aksara:
Yogyakarta. Hal 57-58
pembelajaran mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara optimal dan selalu relevan melalui Kurikulum MBKM.48
Dibawah ini terdapat komponen-komponen kurikulum merdeka:
1) Tujuan Kurikulum
Tujuan dari kurikulum merdeka belajar adalah untuk
percepatan pencapaian tujuan nasional Pendidikan, yaitu
meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
mempunyai keunggulan dan daya saing dibandingkan dengan
negara-negara lainnya. Kualitas sumber daya manusia yang
unggul dan berdaya saing diwujudkan pada siswa-siswi yang
berkarakter mulia dan memiliki penalaran tingkat tinggi
khususnya dalam literasi dan numerasi.49
b) Isi dan Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan
pembelajaran utama, yaitu: (1) pembelajaran reguler atau rutin
yang merupakan kegiatan intrakurikuler, dan (2) projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Jam Pelajaran (JP) diatur
per tahun. Satuan pendidikan dapat mengatur alokasi waktu
pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang
ditetapkan. Satuan pendidikan dapat menggunakan
pendekatan pengorganisasian pembelajaran mata pelajaran,
tematik, atau berbasis terintegrasi.
Dimensi pembelajaran kurikulum merdeka untuk SD/MI:
Mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial)
merupakan paduan dari IPA dan IPS. Bahasa Inggris menjadi
mata pelajaran pilihan, tergantung kesiapan satuan pendidikan.
Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-
48
Heroza Firdaus. 2022. Analisis Evaluasi Program Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Jurnal
Pendidikan dan Konseling, Vol. 4 No. 4 Hal. 690
49
Purwadi Sutanto. Buku Saku Merdeka Belajar. Kemendikbud
kurangnya satu dari empat mata pelajaran Seni dan Budaya:
Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau Seni Tari.
Untuk SMP/MTs.: Mata pelajaran Informatika merupakan
mata pelajaran wajib. Satuan pendidikan atau peserta didik
dapat memilih sekurang-kurangnya satu dari 5 (lima) mata
pelajaran Seni dan Prakarya: Seni Musik, Seni Rupa, Seni
Teater, Seni Tari, atau Prakarya.
Untuk SMA/MA: Satuan pendidikan atau peserta didik dapat
memilih sekurang-kurangnya satu dari lima mata pelajaran Seni dan
Prakarya: Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau
Prakarya. Di kelas X peserta didik mempelajari mata pelajaran
umum (belum ada mata pelajaran pilihan). Peserta didik memilih
mata pelajaran sesuai minat di kelas XI dan XII. Peserta didik
memilih mata pelajaran dari kelompok mata pelajaran yang tersedia.
Peserta didik menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan.
Untuk SMK: Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih
sekurang-kurangnya satu dari lima mata pelajaran Seni dan
Prakarya: Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau
Prakarya. Kelompok mata pelajaran kejuruan terdiri atas mata
pelajaran-mata pelajaran matematika dan bahasa inggris yang
diselenggarakan di fase E dan F, mata pelajaran informatika, projek
ilmu pengetahuan alam dan sosial, serta dasar-dasar program
keahlian yang diselenggarakan di fase E, dan mata pelajaran projek
kreatif dan kewirausahaan, konsentrasi keahlian, praktek kerja
lapangan, dan mata pelajaran pilihan yang diselenggarakan di fase
F.
Untuk PAUD: Khusus untuk Struktur Kurikulum pada PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), terdiri atas:
1) Kegiatan pembelajaran intrakurikuler yaitu Kegiatan
pembelajaran intrakurikuler dirancang agar anak dapat
mencapai kemampuan yang tertuang di dalam capaian
pembelajaran. Intisari kegiatan pembelajaran intrakurikuler
adalah bermain bermakna sebagai perwujudan "Merdeka
Belajar, Merdeka Bermain". Kegiatan yang dipilih harus
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna
bagi anak. Kegiatan perlu didukung oleh penggunaan sumber-
sumber belajar yang nyata dan ada di lingkungan sekitar anak.
Sumber belajar yang tidak tersedia secara nyata dapat
dihadirkan dengan dukungan teknologi dan buku bacaan anak.
2) projek penguatan profil pelajar Pancasila yaitu Projek
penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak untuk PAUD). Penguatan
profil pelajar Pancasila di PAUD dilakukan dalam konteks
perayaan tradisi lokal, hari besar nasional, dan internasional.
Pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar Pancasila
menggunakan alokasi waktu kegiatan di PAUD. Alokasi
waktu pembelajaran di PAUD usia 4-6 tahun paling sedikit
900 (sembilan ratus) menit per minggu. Alokasi waktu di
PAUD usia 3-4 tahun paling sedikit 360 (tiga ratus enam
puluh) menit per minggu.50
1. Strategi Kurikulum
Kurikulum merdeka menerapkan beberapa strategi, yakni Rute
Adopsi Kurikulum Merdeka Secara Bertahap. Dalam pendekatan
strategi ini berfokus pada upaya bagaimana memfasilitasi satuan
pendidikan untuk mengenali kesiapannya sebagai dasar dalam
menentukan pilihan IKM serta untuk memberikan umpan balik
berkala setiap 3 bulan. Hal tersebut dilakukan untuk memetakan
50
Fauzan, dan Fatkhul Arifin. 2022. Desain Kurikulum Merdeka untuk Era Revolusi Industri 4.0
dan Society 5.0. DESAIN KURIKULUM MERDEKA UNTUK ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN
SOCIETY 5.0. Prenada Media: Jakarta
kebutuhan penyesuaian dukungan IKM baik dari Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah.
Strategi kedua, yakni Menyediakan Asesmen dan Perangkat Ajar
(High Tech). Pada strategi kedua ini, pendekatan strategi difokuskan
pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang
berfungsi dalam menyediakan beragam pilihan asesmen dan
perangkat ajar (buku teks, modul ajar, contoh proyek, contoh
kurikulum) dalam bentuk digital. Asesmen dan perangkat ajar
tersebut dapat digunakan satuan pendidikan dalam melakukan
pembelajaran berdasarkan Kurikulum Merdeka.
Strategi ketiga, yakni dengan Menyediakan Pelatihan Mandiri dan
Sumber Belajar Guru (High Tech), di mana pada pendekatan strategi
ini juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
alat bantunya. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini
berfungsi dalam melakukan pelatihan mandiri Kurikulum Merdeka
yang dapat diakses secara daring oleh guru dan tenaga kependidikan
untuk memudahkan adopsi Kurikulum Merdeka disertai sumber
belajar dalam bentuk video, podcast, atau ebook yang juga dapat
didistribusikan melalui media penyimpanan.
Pada strategi kedua dan ketiga ini, lebih difokuskan pada
penggunaan teknologi untuk implementasi Kurikulum Merdeka. Di
masa pandemi COVID-19, teknologi memegang peranan yang
begitu penting dalam pelaksanaan pendidikan. Keberadaan
teknologi ini menjadi jembatan baik dalam segi teknis pelaksanaan
maupun sumber belajar agar terjadi pembelajaran jarak jauh yang
terjadi karena adanya batasan dalam pelaksanaan pendidikan akibat
pandemi.
Strategi keempat, yakni Menyediakan Narasumber Kurikulum
Merdeka (High Touch). Pada strategi keempat ini, pendekatan
strategi yang digunakan adalah dengan menyediakan narasumber
kurikulum merdeka dari Sekolah yang telah mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka. Dalam pelaksanaan strategi ini dapat dilakukan
dalam bentuk webinar atau pertemuan luring yang diadakan
Pemerintah Daerah atau satuan pendidikan baik dalam bentuk
seminar tatap muka, lokakarya, maupun pertemuan lainnya.
Strategi kelima, yakni Memfasilitasi Pengembangan Komunitas
Belajar (High Touch). Strategi kelima ini berfokus pada
pemanfaatan komunitas belajar dibentuk oleh lulusan Guru
Penggerak maupun diinisiasi pengawas sekolah sebagai wadah
saling berbagi best practice dalam mengadopsi Kurikulum Merdeka
di internal satuan pendidikan maupun lintas satuan pendidikan.
Komunitas belajar dapat menciptakan ruang berbagi dan terbuka
dalam proses pembelajaran.
Pada strategi keempat dan kelima, strategi difokuskan pada
pertemuan-pertemuan baik dengan pertemuan yang menghadirkan
narasumber maupun dengan komunitas belajar, bahwa untuk
menciptakan ruang terbuka antara guru, siswa, dan akademisi ketika
melaksanakan aktivitas pembelajaran termasuk saling berbagi dalam
implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilakukan dengan pelibatan
komunitas51
2. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi ini digunakan untuk menilai efektivitas suatu
kurikulum dalam mencapai tujuan dan untuk menilai proses
pembelajaran. Melalui evaluasi maka dapat ditentukan nilai suatu
kurikulum apakah perlu dipertahankan atau tidak, atau bisa juga
bagian mana saja di dalam kurikulum yang perlu diperbaiki supaya
lebih sempurna dan lebih baik lagi.
51
Tono Supriatna Nugraha . 2022. Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran.
Jurnal Upi Inovasi Kurikulum, Vol. 19 No. 2 Hal. 255-259
Evaluasi dilakukan terhadap komponen kurikulum pada satuan
pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka, yaitu:52
1) Struktur kurikulum;
2) Capaian pembelajaran;
3) Pembelajaran dan asesmen;
4) Penggunaan perangkat ajar; dan
5) Kurikulum operasional satuan pendidikan.
52
Hadi Soekamto, dan Budi Handoyo. 2022. PERENCANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI
(Dilengkapi Kurikulum Merdeka). Bayfa Cendekia Indonesia: Madiun
pembelajaran. Maka satuan pendidikan diberikan opsi dalam
melaksanakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
bagi peserta didik. Tiga opsi kurikulum tersebut yaitu Kurikulum 2013,
Kurikulum Darurat (yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan oleh
Kemendikbud Ristek) dan Kurikulum Merdeka.
Kriteria satuan dalam menerapkan kurikulum merdeka yakni adanya
keinginan dan minat menerapkan kurikulum merdeka untuk memperbaiki
pembelajaran dalam satuan pendidikan. Kepala sekolah/madrasah yang
ingin menerapkan kurikulum merdeka akan diminta untuk mempelajari
materi yang disiapkan oleh Kemendikbud Ristek tentang konsep
kurikulum merdeka. Setelah mempelajari materi tersebut satuan
pendidikan memutuskan untuk mencoba menerapkannya, satuan
pendidikan akan diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dan sebuah
survei singkat. Jadi, prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan, bukan
seleksi. Proses belajar menjadi kunci penting karena proses belajar ini
menjadi fondasi transformasi pendidikan yang kita cita- citakan serta
tujuan perubahan kurikulum adalah untuk mengatasi krisis belajar
(learning crisis). Besar keinginan menjadikan sekolah sebagai tempat
belajar yang aman, inklusif, dan menyenangkan.53
PENUTUP
Kesimpulan
Dilihat dari apa yang telah dibahas dan disampaikan di atas, seiring
beembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin marak. Oleh
karena dilihat dari dunia pendidikan bahwa memang benar efektivitas dalam
pembelajaran merupakan sebuah tuntutan, tuntutan dalam artian hal yang
sangat penting demi meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia
sehingga dapat mengimbangi perkembangan dari Iptek ini sendiri dan juga
53
Saryanto, dkk. 2022. Inovasi Pembelajaran Merdeka Belajar. Media Sains Indonesia: Bandung.
Hal 148-151
efektivitas dalam pembelajaran inilah yang nantinya akan turut
mempengaruhi tujuan serta capaian dalam akhir pembelajaran.
Hal inilah yang membuat adanya kurikulum merdeka belajar yang mana
fokus pengembangan kurikulum turut berpengaruh kepada seluruh elemen
yang ada khususnya bagi bidang akademik. Dengan begitu hadirnya
kurikulum merdeka belajar ini dapat memberikan suatu perubahan dan arah
yang jelas bagi pendidikan di Indonesia yang saat ini tentunya masih
tertinggal dengan pendidikan di negara-negara lainnya. Merdeka belajar
juga memiliki nilai representatif yang mana peserta didik diberikan
keaktifan serta kebebasan untuk belajar, sesuai dengan namanya yakni
kurikulum merdeka belajar.
PENDAHULUAN
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum
yang kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya,
manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan
dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan
kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan
tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. Dapat
disimpulkan bahwa manajemen kurikulum adalah suatu kegiatan yang
dirancang untuk memudahkan mengelola pendidikan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang diawali dari tahap perencanaan dan diakhiri
dengan evaluasi program agar kegiatan belajar mengajar dapat terarah dengan
efektif.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum
agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif,
efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagi sumber belajar,
pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum. Manajemen kurikulum
sendiri bertujuan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya
kurikulum, meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, meningkatkan relevansi pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
belajar mengajar dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum. Pada dasarnya penerapan manajemen memang
ditujukan untuk mengoptimalkan pencapaian terhadap tujuan yang sudah
ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan.
PEMBAHASAN
PENGERTIAN MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN
berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start
sampai dengan finish untuk memperoleh medali atau penghargaan (Zainal
Arifin, 2011: 2). Sementara menurut etimologi kata pendidikan dalam bahasa
inggris disebut dengan education, dalam bahasa latin pendidikan disebut
dengan educatum yang tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata E
berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak,
sedangkan Duco berarti perkembangan atau sedang berkembang. Jadi, Secara
Etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan
diri sendiri dan kekuatan individu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia,
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
1) Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini adadua jenis, yaitu
relevansi eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang
diprediksi untuk masa depan, dan relevansi internal, yaitu kesuaian antar
komponen kurikulum itu sendiri.
2) Prinsip Fleksibel
Prinsip fleksibel berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama
dalam hal pelaksanaannya.
3) Prinsip Kontinuitas
2
Ibrahim Nasibi, MANAJEMEN KURIKULUM: Sebuah Kajian Teoritis
JURNAL IDAARAH, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2017
3
Hidayati, Wiji, Syaefudin, dan Umi Muslimah. Manajemen Kurikulum dan
Program Pendidikan (Konsep dan Strategi pengembangan). Vol. 1. Semesta
Aksara, 2021.
4
Fatkhul Ma’arif, MANAJEMEN KURIKULUM Prosiding Pascasarjana IAIN
Kediri Volume 3, November 2020
5
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 4
5) Mengarahkan visi, misi dan tujuan, yang di tetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi
dan tujuan kurikulum.
Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan
kebijaksanaan pemerintah maupun departemen pendidikan, seperti USPN No.
20 tahun 2003, kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program,
kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebijaksanaan
penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, keputusan dan peraturan
pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/ jenis
sekolah yang bersangkutan.
FUNGSI MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN
6
Ibrahim Nasibi, MANAJEMEN KURIKULUM: Sebuah Kajian Teoritis
JURNAL IDAARAH, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2017. hlm. 320-321
efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun
aktivitas siswa dalam belajar.
e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain
yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian,
ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.
Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif
yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
Dengan tercapainya proses pendidikan yang bermutu, maka dipastikan
pula dapat menghasilkan output yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional, seperti yang terdapat dalam UUSPN No 20 Tahun 2003
Pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah seperangkat keterampilan dalam mengelola
kurikulum, mulai dari perencanaan kurikulum hingga evaluasi kurikulum.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan komunitas. Kegagalan untuk
mengelola kurikulum akan berdampak fatal bagi keberhasilan dunia
pendidikan. Oleh karena itu, setiap penanggung jawab lembaga pendidikan dan
semua pemangku kepentingan pendidikan harus memiliki visi yang sama
dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan mengevaluasi sebuah
kurikulum.
ABSTRAK
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia.
Setiap manusia pasti menginginkan pendidikan yang berkualitas supaya
mudah dalam menjalani kehidupan seperti halnya mudah dalam pekerjaan
yang baik, mendapat status sosial tinggi dan sebagainya. Karena semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinggi juga statusnya di
masyarakat. Pendidikan yang berkualitas merupakan sebuah jalan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun, pada kenyataannya
pendidikan di Indonesia belum mampu menuju pada peningkatan kuantitas.
Hal tersebut dikarenakan masih banyak dijumpai lembaga pendidikan yang
kondisi sarana prasarananya belum memadai, masih kurangnya tenaga
pendidik yang kompeten, sistem pembelajaran yang belum bisa
menyesuaikan kondisi peserta didik dan masalah pelik lainnya. Masalah
tersebut tak lain dikarenakan manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan
yang belum berjalan baik.
PEMBAHASAN
ABSTRAK
Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data studi literatur yaitu dengan mengumpulkan data yang
berkaitan dengan teori implementasi kurikulum dalam lembaga pendidikan
melalui situs web google scholar, digilib un-suka dan lain sebagainya. Data-
data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga diperoleh hasil
bahawasanya Kurikulum pendidikan merupakan segala sesuatu yang
diberikan lembaga pendidikan kepada anak didiknya selama dalam proses
pendidikan, baik itu jadwal pembelajaran, mengajar guru, sarana prasarana
dan lain-lain. Maka dari itu perencanaan kurikulum merupakan suatu proses
tatkala peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tujuan
pembelajaran, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar belajar,
serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode. Sehingga diperoleh
tujuan dari perencanaan kurikulum ini merupakan sebuah pedoman,
penggerak, dan juga sebagai motivasi dalam implementasi kurikulum.
Pendidikan pun demikian, jika kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum
yang tidak direncanakan dengan baik, sudah tentu tujuan pembelajaran tidak
akan pernah tercapai dengan baik pula
KATA KUNCI: Perencanaan, Kurikulum, Manajemen Pendidikan
PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen
penting di dalamnya adalah kurikulum. Kurikulum adalah suatu sistem yang
mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan dan menunjang satu
sama lain.
14
(Islam,…. 2017)
PEMBAHASAN
Pengertian Perencanaan dan Fungsi Kurikulum
a. Pengertian
Perencanaan kurikulum merupakan suatu perencanaan kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa atau peserta didik ke arah
perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-
perubahan telah terjadi pada diri siswa/peserta didik16.
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan sasaran yang hendak
dicapai dan menetapkan jalam dan sumber yang diperlukan untuk seefisien
dan seefektif mungin. Perencanaan harus disusun sebelum pelaksanaan
fungsi-fungsi menajemen lainnya sebab menentukan kerangka untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya17. Perencanaan kurikulum
merupakan proses yang melibatkan kegiatan pengumpulan, penyortiran,
sintesis dan seleksi informasi yang relevan dari berbagai sumber. Informasi ini
kemudian digunakan untuk merancang dan mendesain pengalaman-
pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Mendefinisikan perencanaan kurikulum sebagai suatu proses yang
melibatkan berbagai unsur peserta dalam banyak tingkatan membuat
keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan, situasi belajar-
mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut 18.
Sehingga Tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagai pengalaman
belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang
diharapkan. Berikut pernyataanya: Curriculum planning is a process in which
participants at many levels make decisions about what the purposes of
learning ought to be, how those purposes might be carried out through
teaching-learning situations, and whether
15
Dadang Suhardan dkk, Manajemen Pendidikan, . Hlm,193.
16
Dra Hj Wiji Hidayati et al., ‘Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan’, n.d., hlm. 86
17
Meneurut kauffman dalam Purwanto dalam Hermino (2014:38)
18
James (1986:32)
the purposes and means are both appropriate and effective Menurut Zenger
and Zenger perencanaan kurikulum dibuat untuk menjadi petunjuk kerja.
Curriculum Planning is intended as a “how_to-do-it guide” for curriculum
planners in the school system or as a textbook for college-level courses in
curriculum planning and development.
19
menurut Oliva (1992:58)
20
Dra Hj Wiji Hidayati et al., ‘Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan’, n.d., hlm. 87
21
Menurut Hamalik (2016:172)
22
Dra Hj Wiji Hidayati et al., ‘Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan’, n.d., hlm. 89
23
(Hamalik, 2016:172)
KESIMPULAN
Maka dari itu perencanaan kurikulum merupakan suatu proses tatkala
peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tujuan pembelajaran,
cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar belajar, serta
penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut. Tanpa adanya
perencanaan kurikulum, sebuah sistematika sebagai pengalaman belajar tidak
akan pernah saling berhubungan dan tidak akan mengarah pada sebuah tujuan
yang benar-benar diharapkan. Jadi perumusan perencanaan dapat
disimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat pada rangkaian
susunan mata pelajaran, namun juga memuat seluruh aspek kegiatan
pendidikan dan pendukung_pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan
lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun
materi ajar. Karena materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap urgen
dalam kurikulum. Maka dalam perumusannya juga diperlukan adanya
landasan yang kokoh sebagai pedoman.
ABSTRAK
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Teknik yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan mengambil berbagai rujukan yang berhubungan
dengan tema penelitian yang dimaksud yaitu fungsi manajemen dalam
pengelolaan kurikulum. Seluruh rangkaian manajemen pengelolaan
pembelajaran tersebut bertujuan untuk menciptakan kondisi dimana para
siswa secara aktif dalam pembelajaran dan dapat mengembangkan nalar yang
dimilikinya, meningkatkan mutu pembelajaran dan menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien serta tujuan pembelajaran atau
komptensi dapat tercapai sesuai yang direncanakan. Manajemen mempunyai
tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Tugas itulah yang biasa disebut sebagai
fungsifungsi manajemen. Terdapat lima kombinasi fungsi fundamental
manajemen dalam rangka mencapai tujuan. Dari kelima kombinasi tersebut
dapat disaring menjadi tiga fungsi utama manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan. Seluruh rangkaian manajemen
pengelolaan kurikulum tersebut bertujuan untuk menciptakan kondisi dimana
membantu meningkatkan mutu pembelajaran dan menciptakan pembelajaran
yang efektif dan efisien serta tujuan pendidikan nasional.
PENDAHULUAN
54
Dinn Wahyudin.(2014). Manajemen Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 18-19.
PEMBAHASAN
55
Ibid., h. 20-21.
Perencanaan Kurikulum
PENUTUP
Manajemen kurikulum memiliki peran strategis yang krusial dalam semua
aspek pendidikan berbasis aktivitas. Perwujudan dan relevansi kurikulum
nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan dan
kondisi daerah sekolah yang bersangkutan diprioritaskan pada tingkat satuan
56
H.B Siswanto.(2015).Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. h.42.
57
Zainal Arifin. Op.cit. h.25.
kegiatan pendidikan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum
yang berintegritas dengan peserta didik maupun dengan sekolah. Manajemen
kurikulum yang terdesentralisasi melibatkan satuan pendidikan lokal yang
membuat, melaksanakan, dan mengendalikan kurikulum (penilaian dan
perbaikan).
EVALUASI KURIKULUM
Nafisah Tsabita Putri
Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
21104090048@student.uin-suka.ac.id
ABSTRAK
Evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai
nilai dan arti sesuatu yang dipetimbangkan (evaluand). Dan sesuatu yang
dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu
kesatuan tertentu. Sedangkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
.mencapai tujuan pendidikan tertentu
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang
sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari
kurikulum yang diterapkan. Evaluasi kurikulum memiliki peran penting
dalam dunia pendidikan. Tanpa evaluasi kita tidak akan tahu kelemahan dan
kelebihan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kurikulum yang telah
.digunakan
evaluasi, kurikulum, pendidikan :Kata kunci
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting dalam proses pendidikan
dengan tujuan mengetahui sampai mana peserta didik mencapai kemajuan ke
arah tujuan yang telah ditentukan. Namun dalam hal evaluasi kurikulum
harus dilaksanakan dengan sistematis yang sesuai dengan konsep dasar
evaluasi kurikulum, sehingga hasil evaluasi kurikulum sesuai dengan
pelaku dunia pendidikan dan masyarakat -kebutuhan dan kemampuan pelaku
secara umum
Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara komprehensif agar mencapai tujuan
.yang maksimal58Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen
kurikulum yang perlu dikuasai oleh guru sebagai pelaksana kurikulum. Hal
ini tentunya membuat penulis membahas tentang definisi evaluasi kurikulum,
tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum, model evaluasi kurikulum serta ruang
.lingkup evaluasi kurikulum59
PEMBAHASAN
Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus sehingga di dalam
proses kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya
suatu kesalahan. Evaluasi mencakup kegiatan yang sangat luas, kompleks,
dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem
.pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan
58
Mohammad Mustaf Hamdi, “Evalusi Kurikulum Pendidikan,” Intizam, Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 4, no. 1 (2020): 66–75,
http://ejournal.staidakrempyang.ac.id/index.php/intizam/article/view/248.
59 Evaluasi Kurikulum, “E v a l u a s i k u r i k u l u M,” n.d., 1–22.
Menurut Hamid Hasan, evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidikan
merupakan karakteristik yang tidak terpisahkan
untuk suatu istilah teknis yan Karakteristik itu adalah lahirnya definisi
sama. Demikian dengan evaluasi yang diartikan oleh berbagai pihak
.dengan pengertian yang berbeda60
60 Wiji Hidayati, Syaefudin, and Umi Muslimah, Manajemen Kurikulum Dan Program Pendidikan
(Konsep Dan Strategi Pengembangan), 2021.
61 Riska Ariana, “Pengembangan Kurikulum,” 2016, 1–23.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum
Tujuan dari evaluasi adalah untuk menyempurnakan kurikulum dengan cara
mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai
.kriteria62Menurut Ibrahim diadakannya evaluasi kurikulum untuk keperluan
:sebagai berikut
1) Perbaikan program
62
Hidayati, Syaefudin, and Muslimah, Manajemen Kurikulum Dan Program Pendidikan (Konsep
Dan Strategi Pengembangan).
Fungsi dari evaluasi kurikulum begitu penting karena dengan adanya
evaluasi dapat mengetahui kinerja selama melaksanakan proses belajar
mengajar dan dapat memberikan informasi untuk perencanaan perbaikan
kurikulum yang akan ditetapkan dan dimasukkan ke dalam sistem. Ada
:fungsi evaluasi kurikulum antara lain yaitu beberapa
a) Measurement
b) Congruence
c) Illumination
64
Hidayati, Syaefudin, and Muslimah, Manajemen Kurikulum Dan Program Pendidikan (Konsep
Dan Strategi Pengembangan).
lebih didasarkan pada judgment (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan
.untuk penyempurnaan program
65 Kurikulum, “E v a l u a s i k u r i k u l u M.”
Model ini merupakan strategi evaluasi yang menyatukan unsurunsur dari
dua pendekatan tersebut (comparative approach dan model Tylor dan model
Bloom). Strategi ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu
keberhasilan tiap kurikulum dan dapat mengukur secara bersamaan
masing kurikulum -kurikulum berdasarkan kriteria khusus dari masing
.tersebut66
KESIMPULAN
Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus sehingga di dalam proses
kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya suatu
Hamid Hasan, evaluasi kurikulum dan evaluasi kesalahan. Menurut
.pendidikan merupakan karakteristik yang tidak terpisahkan
66Jennifer Brier and lia dwi jayanti, Pengembangan Kurikulum, Kajian Teori&Praktik, vol. 21,
2020, http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk menyempurnakan kurikulum dengan cara
mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi dari evaluasi kurikulum begitu penting
karena dengan adanya evaluasi dapat mengetahui kinerja selama
melaksanakan proses belajar mengajar dan dapat memberikan informasi
dan untuk perencanaan perbaikan kurikulum yang akan ditetapkan
.dimasukkan ke dalam sistem
Abstarct
Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar mengajar. Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Peran kepala madrasah sebagai manajer
merupakan kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan
menggerakkan anak buah untuk mencapai tujuan bersama, hal ini karena
kepala madrasah memiliki kemampuan untuk menyukseskan suatu kebijakan
yang mendukung atau bahkan menjadi penghambat dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut. Peran kepala madrasah sebagai manajer merupakan
kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan
anak buah untuk mencapai tujuan bersama, hal ini karena kepala madrasah
memiliki kemampuan untuk menyukseskan suatu kebijakan yang mendukung
atau bahkan menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Dalam melakukan peran dan fungsi sebagai manajer kepala madrasah harus
memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan
memalui kerjasama kooperatif, memberi kesempatan kepada sekolah, para
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga dalam kegiatan yang menunjang progam
sekolahManajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya
bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha
meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.
Pendahuluan
Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam upaya – upaya tersebut diperlukan
adanya evaluasi, perencanaan, dan pelaksanaan yang merupakan satuan
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan manajemen pembelajaran
ialah suatu sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan.
Komponen-komponen pembelajaran meliputi: peserta didik, guru, bahan ajar,
kurikulum, sarana prasarana, serta strategi pembelajaran. Dengan demikian
manajemen kurikulum dan pembelajaran saling berkaitan satu sama lain
dalam suatu pendidikan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Pembahasan
67
Wahyu Bagja Sulfemi, Modul Pembelajaran Program Studi Administrasi Pendidikan STKIP
Muhammadiyah Bogor, Bogor, hal.3
kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta
didik maupun dengan lingkungan sekolah (Rusman, 2009: 4).
68
Nurul Mufidah, Peran Manajer Kepala MIN Jejeran Bantul dalam Implementasi Manajemen
Berbasis Madrasah, Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Mei
2017/1438, hal 46
Peran kepala madrasah sebagai manajer merupakan kemampuan seorang
pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan anak buah untuk
mencapai tujuan bersama, hal ini karena kepala madrasah memiliki
kemampuan untuk menyukseskan suatu kebijakan yang mendukung atau
bahkan menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Dalam
melakukan peran dan fungsi sebagai manajer kepala madrasah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan memalui
kerjasama kooperatif, memberi kesempatan kepada sekolah, para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan
seluruh tenaga dalam kegiatan yang menunjang progam sekolah.69
Dalam melakukan peran fungsinya sebagai manajer, kepala madrasah harus
memiliki strategi yang tepat dalam memberdayakan tenaga kependidikan
melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan
seluruh tenaga kependidikan dalam kegiatan yang menunjang progam
madrasah.70
Perencanaan merupakan proses menentukan tujuan sekolah dan apa yang
harus dilakukan untuk mencapainya. Diantara perencanaan yang dilakukan
kepala madrasah dalam merealisasikan MBM, kepala madrasah berupaya
melakukan penataan manajemen sistem dengan membentuk team untuk
menyusun Standard Operating Procedure (SOP), membuat progam kerja
kepala madrasah, membuat Rencana Kerja Madrasah, dan juga membuat
Rencana Strategis untuk Rintisan Madraah Unggul. Kepala madrasah juga
melakukan pengembangan saranaprasarana untuk menunjang proses
pembelajaran.
Standard Operating Procedure (SOP) ini dibuat pada bulan Februari 2014
oleh tim penyusun SOP yang beranggotakan kepala madrasah, guru, staff, dan
karyawan. SOP ini dibuat untuk diterapkan dalam rangka mewujudkan
69
E. Mulyasa, Menjadi Kepala madrasah Profesinal: Dalam Konteks Menyukseskan MBM dan
KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 103.
70
E. Mulyasa, Menjadi Kepala madrasah Profesinal: Dalam Konteks Menyukseskan MBM dan
KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 103.
lembaga yang profesional, efektif dan efisien. Pengembangan dari
penyusunan SOP adalah:
(a) memberikan pedoman bagi lembaga dalam mengidentifikasi, merumuskan,
menyusun mengembangkan memonitor serta mengevaluasi Standar
Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang
dilaksanakan, dan
(b) menciptakan komitmen mengenai suatu prosedur yang dikerjakan oleh satuan
unit kerja instansi/ lembaga/ madrasah dalam mewujudkan pelayanan prima.
Dalam SOP memuat Tujuan Pendidikan yang terdiri dari Visi, Misi, dan
Tujuan Madrasah; Standar ISI, SKL, Proses, dan Evaluasi Pendidikan;
Standar Pengelolaan; Standar PTK; Standar Pembiayaan; dan Standar Sarana
Prasarana. Di dalam SOP juga sudah dijelaskan peraturan- peraturan dan
pembagian tugas serta tanggungjawab guru, karyawan, dan stakeholder.
Dalam menentukan sasaran yang dituju dan target yang ingin dicapai dalam
kerjasama yang harmonis, sinkron, mantap dan terarah, kepala madrasah
membuat Progam Kerja Kepala Madrasah.71
71
Nurul Mufidah, Peran Manajer Kepala MIN Jejeran Bantul dalam Implementasi Manajemen
Berbasis Madrasah, Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Mei
2017/1438 P-ISSN : 2502-9223; E-ISSN : 2503-4383, hal.51
4) sumber belajar, sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
antara lain buku dan bahan cetak, perangkat lunak komputer, media audio
visual;
5) evaluasi, berguna untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan
tujuan, dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan terbuka.72
Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar mengajar. Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Peran kepala madrasah sebagai manajer
merupakan kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan
menggerakkan anak buah untuk mencapai tujuan bersama, hal ini karena
kepala madrasah memiliki kemampuan untuk menyukseskan suatu kebijakan
yang mendukung atau bahkan menjadi penghambat dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut.
Abstark
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
72
Wiji Hidayati, Kurikulum PendidikanI, (Semesta Aksara, Jalan Garuda, Kepanjen Banguntapan,
Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta), hal.86
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya,
manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan
dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan
kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan
tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum agar dapat memahami,
membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada
masyarakat maupun pemerintah. Dalam dunia Pendidikan, kurikulum
menjadi hal yang sangat penting. Tanpa adanya Kurikulum yang tepat, para
peserta didik tak akan memperoleh target pembelajaran yang sesuai.
Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di eranya masing-
masing untuk menjadi pedoman bagi setiap pengajar supaya bisa mencapai
target dan tujuan pembelajaran dengan baik. Kurikulum menjadi sangat
penting untuk dimiliki setiap sekolah sebagai pedoman bagi para guru.
Terutama bagi sekolah-sekolah formal, di mana kurikulum akan menjadi
pedoman dan memberikan arah dalam mengajar. Sesuai dengan pengertian
kurikulum, yaitu sesuatu yang terencana, maka dalam dunia pendidikan
segala kegiatan siswa dapat diatur dengan sedemikian rupa. Sehingga tujuan
adanya pendidikan dapat tercapai.
Pendahuluan
Manajemen adalah proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta
sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai
aktivitas majerial (Harsey, 1988: 4). Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009: 3). Kurikulum adalah
jantung darinpendidikan. Keberhasilan sedikit banyak terletak pada
keberhasilan kurikulum. Dalam hal ini kurikulum dari hal perencanaan
sampai pelaksanaan dan penilaiannya yang berperan dalam pengambilan
keputusan mengenai kurikulum itu sendiri. Untuk itu dalam rangka menjamin
keberhasilan kurikulum diperlukan pengelolaan yang tepat dan sistematis.
Pengelolaan atau manajemen kurikulum yang terkoordinasi dengan baik akan
menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Pembahasan
73
Rusman (2013). Manajemen kurikulum bandung. PT. Raja Grafindo
mengendalikan semua kegiatan, agar tujuannya tercapai. Manajer harus
memberikan arah kepada organisasi/perusahaan yang dipimpinnya. Manajer
harus memikirkan secara tuntas misi organisasi/perusahaaan itu, menetapkan
sasaran-sasaran, strategi, dan mengorganisasi sumber-sumber daya untuk
tujuan-tujuan yang telah digariskan. Manajer bertanggung jawab dalam
mengarahkan visi serta sumber-sumber daya ke arah yang dapat
menghasilkan hal-hal yang paling efektif dan efisien. 74
Dalam hal ini manajer harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain,
bertanggung jawab atas hasil yang dicapai. Tegasnya manajer harus
bertanggung jawab atas perkembangan dan kesinambungan
organisasi/perusahaan yang dipimpinnya itu. Fungsi manajemen sendiri
adalah merencanakan, mengorganisasikan, serta menyusun sumber daya
manusia, menggerakkan dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki
secara efesien dan efektif. Fungsi manajer di dalam suatu organisasi atau
perusahaan menitikberatkan pada tugas pokok manajer untuk menjalankan
fungsi manajemen pada suatu organisasi. Berikut ada beberapa fungsi
manajer kurikulum :
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan
melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, Kemampuan yang maksimal dapat
dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi
juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara
integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
Kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan
74
Hasibuan 2006 Hal. 44-45
dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, Pengelolaan kurikulum yang
profesional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja
guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar,
Proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi
antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Ketidak-sesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.
Guru dan siswa akan termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan efisien, karena adanya dukungan kondisi positif yang
diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
6. Meningkatkan pertisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum, Kurikulum yang dikelola secara profesional
akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau
sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan
pembangunan daerah setempat.
Peran Manajer
Peran Manajemen Kurikulum, yakni untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber daya kurikulum, meningkatkan keadilan dan
kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, meningkatkan
efektivitas pembelajaran serta kinerja guru dalam proses belajar mengajar.
75
Henry Fayol 1949, 1987
sekarang, sehingga generasi muda dapat melestarikan budaya Indonesia
tanpa terhalang dengan perkembangan zaman.
2. Peranan kreatif Pada era global ini dunia telah memasuki Revolusi
Industri 4.0, dimana masyarakat dituntut kreatif menciptakan suatu
inovasi, yang tidak hanya bertahan pada saat ini, tapi juga dapat
bertahan pada masa depan. Dalam hal ini, kurikulum memiliki peranan
yang penting untuk menggali potensi siswa dalam memperoleh
kreatifitas. Dengan adanya kurikulum, generasi muda dapat menjadi
masyarakat yang berkompeten untuk menghadapi perkembangan
zaman yang terus meningkat.
3. Peranan kritis dan evaluatif. Adanya perubahan zaman
mengharuskan kita, untuk cepat tanggap dalam mengelola suatu hal.
Sesuatu yang terbaik akan bertahan, sedangkan sesuatu yang biasa-
biasa saja akan tergeser. Itulah mengapa, di dalam kurikulum terancang
segala upaya untuk membentuk karakter siswa yang kritis dan evaluatif.
Dengan demikian, siswa dapat siap terjun ke dunia masyarakat dan
mampu bersaing dengan baik.
76
George R. Terry nov 2019
Perintah tertulis
Perintah informal
Intruksi
Tujuan Pengarahan
Sebagai alat motivasi
Memprakarsai aksi
Penggunaan sumber daya dengan efesien
Koping perubahan
Mengintegrasikan upaya
Menyediakan stabilisasi
Fungsi Pengarahan
Kepemimpinan
Moralitas diri
Cara komunikasi
Incetive
Melakukan supervise
Disiplin
Kesimpulan
ABSTRAK
Manajemen kurikulum ialah suatu proses kegiatan seperti perencanaan,
pengaplikasian, penerapan dan pengevaluasaian suatu pedoman
pembelajaran yang berisikan bahan ajar dan kagiatan pembelajaran yang
sudah direncakan atau dibuat sebagai suatu upaya untuk membantu peserta
didik dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru merupakan
peran terpenting terhadap kurikulum karena ia merupakan penyelenggara
kurikulum, sehingga ia harus mampu menjelaskan, memaparkan,
mengimplementasikan bahkan memanajemen kurikulum. Kurikulum
merupakan alat pendidikan yang mana dalam pengimplemenasiannya
diperlukannya manajemen kurikulum agar dapat mempermudah pencapaian
tujuan pembelajaran. Langkah langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan
pengembangan kurikulum ini kemudian di atur dengan sedemikian rupa
sesuai dengan hakekatnya agar nantinya peserta didik yang merupakan
komponen pembelajaran mendapatkan kompensasi yang membuat mereka
dapat menguasai dan memanfaatkan teknologi yang ada. Dapat dilihat
betapa pentingnya peran dan tugas seorang guru dalam manajemen
kurikulum pada kegiatan pembelajatan, yang mana hal ini dilakukan sebagai
upaya membantu memperlancar mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
diacapai karena tanpa peran seorang guru kurikulum sebagai pedoman
pembelajaran tidak akan efektif.
Pendahuluan
Seorang manajer boleh jadi sangat berbeda dengan apa yang Anda bayangkan.
Mereka dapat berusia di bawah 18 tahun hingga di atas 80 tahun. Mereka
menjalankan perusahaan-perusahaan korporasi besar hingga usaha-usaha
swasta kecil yang baru berjalan. Mereka dapat dijumpai di departemen-
departemen pemerintahan, rumah-rumah sakit, perusahaan-perusahaan kecil,
badan-badan nirlaba, museum, sekolah, dan bahkan pada organisasi-
organisasi tradisional semisal lembaga kampanye politik dan koperasi-
koperasi konsumen. Manajer dapat pula dijumpai menjalankan tugas-tugas
manajerial diberbagai negara diseluruh penjuru dunia. Selain itu, sebagian
manajer menduduki jajaran pimpinan perusahaa, sedangkan sebagian lainnya
hanya bertanggung jawab atas fungsi-fungsi yang spesifik. Dan dimasa kini,
peluang para wanita untuk menjadi manajer sudah sama besarnya dengan
peluang pria, meski jumlah wanita yang menduduki posisi manajemen
puncak masih sedikit. Sebagai contoh, pada tahun 2007 hanya terdapat 12
orang wanita yang menduduki posisi CEO (Direktur Utama) di perusahaan-
perusahaan besar di Amerika Serikat. Tetapi dimanapun kita menjumpai para
manajer atau apa pun jenis kelamin mereka, fakta mengatakan bahwa menjadi
manajer adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan menantang. Dan
organisasi-organisasi dimasa kini jauh lebih membutuhkan manajer
ketimbang dimasa-masa lampau, untuk mengelola di era yang penuh
ketidakpastian, kompleks dan kacau ini. Manajer sangat menentukan !
Bagaimana kita dapat meyakini hal ini? Gallup Organization, sebuah badan
yang melakukan polling dari jutaan karyawan dan puluhan ribu manajer
diseantero negeri, baru-baru ini mengungkapkan bahwa faktor utama yang
menentukan produktivitas dan kesetiaan karyawan disebuah tempat kerja
bukanlah besarnya upah atau manfaat-manfaat material atau pun kondisi
lingkungan kerja; melainkankualitas kualitas hubungan antara sang karyawan
dan atasan langsungnya (direct line manager).1 Seorang manajer adalah
seseorang yang melakukan koordinasi
Pembahasan
FUNGSI MANAJER
Salah satu hal yang terpenting dalam dunia pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu system yang sangat penting pada dunia
pendidikan. Kurikulum juga merupakan seperangkat rencana serta
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang di terapkan guna
untuk mencapai tujuan tertentu (Rusman, 2009: 3). Dengan penerapan
kurikulum yang baik diharapkan juga hasil belajar yang dilakukan akan
berjalan dengan baik. Di Indonesia sendiri kurikulum disusun dan berlaku
secara Nasional untuk dapat di terapkan di seluruhsector pendidikan yang
ada. Setiap kurikulum pasti selalu berisikan sasaran yang di cita-citakan
dalam bidang pendidikan dalam artian sesuai dengan hasil belajar yang
diinginkan oleh para peserta didik. Peningkatan mutu pendidikan
merupakanproses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kompetensi
manusia itu sendiri.2
7
Wina Sanjaya dan Andi Budimanjaya.(2017).Paradigma Baru Mengajar,
Jakarta: Prenada, h.32- 33.
8
Kunandar. (2011). Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses
dalam Sertifikasi guru. Jakarta: Rajawali Press, h.142-143.
Penutup
Peran Manajer dalam pelaksanaan kurikulum sangatlah penting. Yang
dimaksud manajer dalam pelaksanaan kurikulum dalam Pendidikan ialah
SeorangGuru. Sebagai pelaksana Tugas guru adalah menerapkan kurikulum
yang ada.
Dalam pengembangan kurikulum, guru dianggap sebagai tenaga teknis yang
bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan berbagai peraturan yang ada.
Selainitu juga Guru mampu Menyelaraskan kurikulum dengan karakteristik
dan kebutuhan peserta didik serta kebutuhan masyarakat. Guru memiliki
wewenanguntuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal dan detail
sekolah.
Sebagai pengembang kurikulum Guru memiliki kewenangan untuk
merancang kurikulum. Guru tidak hanya dapat menentukan tujuan dan isi
pengajaran, tetapijuga memutuskan strategi mana yang akan dikembangkan
dan sistem penilaian mana yang akan digunakan. Sebagai pengembang
kurikulum, guru dapat mengembangkan kurikulum sepenuhnya sesuai
dengan karakteristik, misi, dan visi sekolah Kristen, serta sesuai dengan
pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa. Peran ini dijalankan dalam
konteks tugas profesional oleh guru yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam peran ini, guru bertanggung
jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum.
Abstrak
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan,
kehidupan masyarakat mengalami banyak perubahan pada setiap
aspeknya. Perubahan kehidupan manusia adalah suatu hal yang wajar
terjadi, bahkan para filosof sendiri berpendapat tidak ada di dunia ini yang
abadi kecuali perubahan. Perubahan dapat terjadi pula pada dunia
pendidikan. Perkembangan pendidikan dapat berjalan seiring dengan
perubahan dan dinamika sosial masyarakat itu sendiri. Dengan demikian
inovasi sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam mengatasi
masalah-masalah yang akan menghambat proses pendidikan. Inovasi sering
dikaitkan dengan perubahan, akan tetapi tidak setiap perubahan dapat
mencantumkan inovasi. Rogers memberikan batasan bahwa inovasi adalah
suatu gagasan, praktek atau objek suatu benda yang dipandang baru oleh
seseorang. Baru dalam pengertian bersifat relatif karena seseorang baru
mengetahui atau baru menerima. Berdasarkan batasan tersebut munculnya
inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, upaya yang dilakukan
adalah melalui inovasi (pembaharuan). Inovasi harus berupa hasil
pemikiran yang orisinil, kreatif dan tidak konvensional. Dalam arti inovasi
merupakan alternatif pemecahan masalah. Identifikasi masalah inilah yang
mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan atau evaluasi
kurikulum yang dirancang untuk menciptakan inovasi. Inovasi pada
umumnya mengacu pada kata memperbarui, mengubah, baik proses ataupun
produk, serta cara dalam melakukan sesuatu sehingga lebih efektif dan
efisien . Hills, Gerald bahwa inovasi didefinisikan sebagai ide, praktek atau
obyek yang dianggap baru oleh seorang individu atau unit pengguna
lainnya.
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan,
kehidupan masyarakat mengalami banyak perubahan pada setiap aspeknya.
Perubahan kehidupan manusia adalah suatu hal wajar terjadi, bahkan para
filosof sendiri berpendapat tidak ada satupun di dunia ini yang abadi kecuali
perubahan. Perubahan dapat terjadi pula pada dunia pendidikan.
Perkembangan pendidikan dapat berjalan seiring dengan perubahan dan
dinamika sosial masyarakat itu sendiri. Dengan demikian inovasi sangat
dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam mengatasi masalah-masalah
yang akan menghambat proses pendidikan.
Inovasi sering dikaitkan dengan perubahan, akan tetapi tidak setiap perubahan
dapat dikategorikan inovasi. Rogers memberikan batasan bahwa inovasi
adalah suatu gagasan, praktek atau objek suatu benda yang dipandang baru
oleh seseorang. Baru dalam pengertian bersifat relatif karena seseorang baru
mengetahui atau baru menerima. Berdasarkan batasan tersebut munculnya
inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, upaya yang dilakukan
adalah melalui inovasi (pembaharuan). Inovasi harus berupa hasil pemikiran
original, kreatif dan tidak konvensional. Dalam arti inovasi merupakan
alterrnatif pemecahan masalah. Identifikasi masalah inilah yang mendorong
dilakukannya penelitian dan pengembangan atau evaluasi kurikulum yang
77
dirancang untuk menciptakan inovasi . Inovasi pada umumnya mengacu
pada kata memperbarui, mengubah, baik proses ataupun produk, serta cara
dalam melakukan sesuatu sehingga lebih efektif dan efisien78. Hills, Gerald
bahwa inovasi didefinisikan sebagai ide, praktek atau obyek yang dianggap
baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya. Kemudian inovasi
juga diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam
rangka memecahkan masalah dan peluang untuk meningkatkan serta
memperkaya kehidupan79.
Inovasi dalam bahasa Inggris disebut innovation artinya segala sesuatu hal
yang baru atau bersifat pembaharuan. Terkadang kata “inovasi”
diterjemahkan sebagai sebuah penemuan, karena biasanya sesuatu yang baru
merupakan hasil dari penemuan. Kemudian kata “penemuan” digunakan pula
untuk makna dari discovery dan invention, sehingga terdapat tiga kata yang
hampir sepadan maknanya yaitu inovasi, discoveri, dan invensi, karena
ketiganya mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru. Discoveri
merupakan penemuan sesuatu yang sebenarnya sudah ada sejak lama hanya
saja baru ditemukan, sedangkan invensi berarti suatu penemuan yang benar-
benar baru dan belum ada sebelumnya. Uraian tersebut menggambarkan
bahwa inovasi dapat terjadi melalui dua cara yaitu dicoveri dan invensi 80.
Inovasi dapat diartikan suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi
diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu
77
Rogers. Diffusion of Innovation. New York: Frre Press. 1995:21-22.
78
Rashin, Maraya Azizah. Identifikasi Inovasi dan Kinerja Bisnis dalam Meningkatkan Daya Saing.
Jurnal Penelitian Pendidikan. 2018: 213-219
79
Hadiyati, Ernani. Kreativitas dan Inovasi; Pengaruhnya Terhadap Pemasaran pada Usaha Kecil.
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 2012: 135-151.
80
Azis, Abdul. Penerapan Logic Model Pada Evaluasi Program pembelajaran Inovasi Pendidikan.
Ar-Raniry International Conference on Islamic Studies. 2016: 57-67.
masalah tertentu81. Pemahaman inovasi akhirnya menjadi luas tetapi pada
dasarnya inovasi merupakan suatau proses yang tidak hanya sebatas
menciptakan ide atau pemikiran baru. Ide tersebut harus diimpelementasikan
melalui sebuah proses adopsi, dan adopsi adalah keputusan untuk
menggunakan inovasi secara keseluruhan sebagai cara tindakan yang terbaik.
Proses adopsi inovasi biasanya berupa perubahan (change), baik secara
bertahap (incremental), radikal (radical), atau perubahan bentuk
(transformation)82. Senada dengan hal tersebut sejatinya memang inovasi
Pendidikan digulirkan untuk menyelesaikan masalah yang ada, kemudian
efektifitas dan efisiensi, dan menitik beratkan pada sistem83.
Perjalanan perubahan Kurikulum dari mulai tahun 1975, 1984, 1994 ditinjau
masih memfokuskan pada begitu padatnya bahan ajar yang harus dikuasai
oleh para peserta didik, sehingga beban peserta didik menjadi sangat berat.
Walaupun perubahan kurikulum di tahun 2004 (KBK) sudah dilakukan
pengurangan bahan ajar, akan tetapi kesempatan dan partisipasi dari para
orang tua juga masih belum berfungsi secara penuh terhadap proses
pembelajaran baik di tingkat dasar maupun menengah sehingga pengaruh
yang positif terhadap kualitas Pendidikan belum dapat terpenuhi.
Faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum itu antara lain adalah84:
1. Adanya perkembangan dan perubahan yang dinamis antara bangsa
yang satu dengan bangsa yang lainnya. Perubahan dan pengembangan
bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian yang khusus, begitu
pula halnya dengan perubahan praktek giat pendidikan disuatu negara
harus mendapat perhatian yang serius pula, agar pendidikan di negara
81
Kusnandi. Model Inovasi Pendidikan dengan Strategi Implementasi Konsep “Dare to be different”
. Jurnal Wahana Pendidikan. 2017: 132-144.
82
Sumual, Alvianus K. Pengaruh Knowledge Management dan Corporate Culture Terhadap Inovasi
(Studi pada Bank Sulut Cabang Utama Manado). Jurnal EMBA Vol. 1 No. 3. 2013: 617-625.
83
Prastowo, Andi. Transformasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia;
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menuju Kurikulum 2013 Hingga Kurikulum Ganda. JIP:
Jurnal Ilmiah PGMI. Vol. 4 N0. 2. 2018: 111125.
84
Setiawati, Fenty. Dampak Kebijakan Perubahan Kurikulum terhadap Pembelajaran di Sekolah.
2-3.
tersebut tidak ketinggalan zaman. Perubahan kurikulum ini harus
disesuaikan dengan kondisi setempat dan tidak bisa mengadopsi
sepenuhnya kurikulum yang berasal dari negara lain karena adanya
perbedaan-perbedaan baik ideologi, agama, ekonomi, sosial maupun
budaya.
2. Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi. Pesatnya
kemajuan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat, karena kalau
tidak demikian output dari Lembaga pendidikan akan menjadi
terabaikan yang akan hidup di dunianya tanpa eksistensi. Kurikulum
harus mampu menciptakan manusia-manusia yang siap pakai di segala
bidang yang diminatinya, bahkan mampu menciptakan lapangan
pekerjaan yang baru, yang bukan hanya mampu mengikuti akan tetapi
mampu menghasilkan produk unggulan yang mampu bersaing.
3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa pendidikan termasuk kurikulum itu tidak dapat terlepas dari
kegiatan perpolitikan suatu bangsa, oleh karena itulah orientasi politik
negara harus diarahkan pada pemantapan demokrasi yang sejati,
sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik tanpa di bayangi
ketakutan terhadap kekuasaan atau penguasa.
4. Pandangan intelektual yang berubah.Selama ini Pendidikan lebih
diarahkan pada pencapaian materi sebanyak-banyaknya daripada
mencapai suatu kemampuan atau kompetensi tertentu sehingga
outputnya kurang berkualitas dibandingkan dengan negara lain. Untuk
meningkatkan kualitas itulah, maka pemerintah berusaha menjadikan
kurikulum disesuaikan dengan tuntutanperubahan zaman.
Pembahasan
Kurikulum
Kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
berarti berlari dan currere yang artinya tempat berpacu. Dalam bahasa Latin
”curriculum” semula berarti a running course, or race course, especially a
chariot race course dan terdapat pula dalam bahasa Prancis ”courier” artinya
”to run,berlari”. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah “courses”
atau matapelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau
ijasah. Dalam bahasa Arab, kurikulum diartikan dengan manhaj, yakni jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupan dan kemudian
diterapkan dalam bidang pendidikan. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
menjelaskan kurikulum sebagai sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.85
Pengertian kurikulum yang sangat luas dikemukakan oleh Hollis L.
Caswell dan Doak S. Campbell yang memandang kurikulum bukan sebagai
sekelompok mata pelajaran, tetapi kurikulum merupakan semua pengalaman
yang diharapkan dimiliki peserta didik di bawah bimbingan para guru
“curriculum not as a group of courses but as all the experiences children have
under the guidance of teachers”. Sejalan dengan pengertian ini, J. Galen
Saylor, William M. Alexander dan Arthur J. Lewis juga mengungkapkan
pengertian kurikulum yang dikutip oleh Peter F. Oliva “We definecurriculum
as a plan for providing sets of learning opportunities for persons to be
educated”. Demikian pula Harold B, Albertycs memandang kurikulum
sebagai all of the activities that are provided for students by the school. Lebih
lanjut Alice Miel mengemukakan sebagaimana yang dikutip Nasution bahwa
kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan,
keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang yang melayani dan dilayani
sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia—
termasukpenjaga sekolah, pegawai administrasi, dan orang lainnya yang ada
hubungannya dengan murid-murid.86
Pengertian kurikulum sebagaimana di atas mencakup semua
pengalaman yang diharapkan dikuasai peserta didik di bawah bimbingan para
85
Imam Machali, Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia Emas
Tahun 2045. Hlm 73.
86
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum,…hlm. 6
guru. Pengalaman ini bisa bersifat intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstra
kurikuler, baik pengalaman di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa kurikulum mencakup pengertian yang sangat luas
meliputi apayang disebut dengan kurikulum potensial, kurikulum aktual, dan
kurikulum tersembunyi atau hidden currilum. Kurikulum tersembunyi adalah
hal atau kegiatan yang terjadi di sekolah dan ikut mempengaruhi
perkembangan peserta didik, namun tidak diprogramkan dalam kurikulum
potensial.Dalam pengertian lain kurikulum tersembunyi adalah hasil; dari
suatu proses pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang
muncul dari luar tujuan yang dideskripsikan oleh guru.87
Inovasi Kurikulum
Ketika kita Berbicara tentang inovasi seolah mengingatkan pada
istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang
benar-benar baru sebagai hasil karya manusia. Sedangkan discovery adalah
penemuan sesuatu ( benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya ). Jadi
secara sederhana inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam
situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan
suatu permasalahan. Atau Inovasi bisa di artikan segala sesuatu yang
diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang
atau masyarakat sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Sebagaimana
pendapat Donald P. Ely dalam Sa`ud ( 2012:3) An innovation is an idea for
accomplishing some recognition social and in a new way or for a means of
accomplishing some social.88
Inovasi Kurikulum diartikan sebagai sebuah pembaruan dalam
bidang kurikulum, atau sesuatu yang dianggap baru dan hal itu dilakukan
untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Pemahaman mengenai
inovasi kurikulum akan sangat membantu dalam penerapan kaidah-kaidah
pembelajaran pada lembaga pendidikan, karena sejatinya inovasi kurikulum
87
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 25
88
Julaeha, S., Muslimin, E., Hadiana, E., & Zaqiah, Q. Y. (2021). Manajemn Inovasi Kurikulum:
Karakteristik dan Prosedur Pengembangan Beberapa Inovasi Kurikulum. Hlm 6.
tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan sebuah pendidikan. Problematika
inovasi kurikulum berkaitan erat dengan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum yaitu prinsip relevan fleksibel kontinu, praktis, dan efektif.
Prinsip relevan, mengandung dua hal yaitu relevan secara internal dan
eksternal.Relevan secara internal bahwa kurikulum memiliki kesesuaian
atau konsistensi antara komponen-koponen kurikulum yaitu antara tujuan,
isi, metode/strategi dan evaluasi. Sedangkan relevan secara eksternal artinya
bahwa tujuan, isi, metode dan evaluasi sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Kurikulum menyiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dan hidup bermasyarakat. Prinsip fleksibel mengandung pengertian
bahwa kurikulum disesuaikan dengan kondisi daerah dan kemampuan
Lembaga pendidikan. Prinsip kontinu, maksudnya bahwa kurikulum harus
mengandung prinsip keberlanjutan dari satu jenjang pendidikan ke jenjang
berikutnya, dan terdapat kontinuitas materi yang dipelajari. Prinsip praktis
berarti bahwa kurikulum yang digulirkan mudah untuk dilaksanakan.
Prinsip efektif maksudnya bahwa kurikulum dapat dilaksanakan dengan
waktu yang singkat, tetapi tetap memperhatikan kualitas.89
Kebijakan Perubahan Kurikulum
Dalam perjalanan dunia pendidikan di Indonesia ,salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai tujuan yang diharapkan adalah melakukan
perubahan kebijakan kurikulum pendidikan. Perubahan tersebut merupkan
salah satu langkah pengembangan antara kurikulum yang ada dengan
kurikulum-kurikulum sebelumnya,sampai saat ini pemerintah telah
menerapkan kurang lebih tujuh bentuk kurikulum, yaitu kurikulum 1968,
kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 atau
kurikulum kompetensi,kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan
yang terakhir adalah kurikulum 2013 (Nasution, 2009).
1. Kurikulum 1968.
89
Julaeha, S., Muslimin, E., Hadiana, E., & Zaqiah, Q. Y. (2021). Manajemn Inovasi Kurikulum:
Karakteristik dan Prosedur Pengembangan Beberapa Inovasi Kurikulum. Hlm 24.
Kurikulum ini bersifat politis,mengganti rencana Pendidikan 1964 yang
telah dibentuk oleh orde lama.Tujuannya pada pembentukan manusia
pancasila sejati.Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran,kelompok pembinaan pancasila,pengetahuan dasar
dan pembinaan kecakapan khusus jumlah pelajarannya Sembilan.
Djauzak menyebutnya kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat”
Hanya memuat mata pelajaran yang pokok-pokok saja”. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis dan tidak terkait dengan permasalahan factual
di lapangan dan titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada peserta didik di setiap jenjang pendidikan.
2. Kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 menekankan padatujuan,agar pendidikan lebih efisien
dan efektif,metode dan materi pelajaran dirinci dalam prosedur
pengembangan system intruksional ( PPSI). Zaman ini dikenal dengan
satuan pelajaran yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan, setiap
satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum,Tujuan Intruksional
khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar
mengajar dan evaluasi, kurikulum model ini banyak ,mendapatkan
kritikan, sebab guru terlalu sibuk membuat rincian apa yang akan
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran, sehingga konsentrasinya
menjadi tidak focus.
3. Kurikulum 1984.
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach, meski
menggunakan pendekatan proses, akan tetapi faktor tujuan tetap
merupakan hal yang penting. Kurikulum ini juga sering disebut “
Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Peserta didik diposisikan
sebagai subjek belajar, dimulai dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan hingga melaporkan, model ini
dikenal dengan Cara Belajar Peserta didik Aktif (CBSA) atau Student
Active Learning (SAL).
4. Kurikulum 1994.
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya” Jiwanya ingin mengkombinasikan antara
kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 antara pendekatan proses”. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing,
berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat mendesakkan
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum,dan terciptalah kurikulum
1994 menjelma menjadi kurikulum yang super padat akan tetapi
perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
5. Kurikulum 2004.
Menurut (Ahmadi, 2013), KBK memiliki empat komponen yaitu
kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian berbasis kelas (PBK),
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dan pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah (PKBS), KHB berisi tentang perencanaan pengembangan
kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak
lahir sampai usia 18 tahun. PBK adalah melakukan penilaian secara
seimbang di tiga ranah dengan menggunakan instrument tes dan non
tes yang berupa portofolio, produk, kinerja dan pencil test. KBM
diarahkan pada kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna
dan pemahaman, Guru tidak bertindak sebagai satu-satu nya sumber
belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan suasana dan
memungkinkan peserta didik dapat belajar secara penuh dan optimal.
6. Kurikulum 2006 (KTSP).
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Awal 2006 uji coba KBK dihentikan maka
muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh peserta didik hingga teknis evakuasi tidaklah
banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan Lingkungan dan kondisi sekolah berada.
Hal ini disebabkan Kerangka Dasar (KD), Standar kompetensi Lulusan
(SKL), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) setiap
mata pelajaran untuk satuan Pendidikan telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional.
7. Kurikulum 2013.
Inti dari kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan dan
tematik integrati, Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi
yang siap untuk menghadapi masa depan, karena itu kurikulum disusun
untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah
mendorong peserta didik atau peserta didik mampu lebih baik dalam
melakukan observasi,bertanya,bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi
pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam,sosial, seni dan budaya. Pelaksanaan
penyusunan Kurikulum 2013adalah bagian dari penyempurnaan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun
2004 dengan mengacu pada kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat Undang-Undang 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal
35 dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
Penutup
Kurikulum merupakan sebuah perangkat wajib yang menjadi pegangan atau
pedoman dalam pelakasanaan pendidikan dan proses pembelajaran di
sekolah. Adanya perkembangan zaman menjadi latar belakang terjadinya
perubahan kurikulum yang menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
Perubahan kurikulum tersebut seyogyanya dapat menjawab berbagai
permasalahan pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kurikulum prototype menjadi wajah baru dalam pendidikan di perubahan
zaman abad ke 21 ini. Dengan ditetapkannya perubahan kebijakan kurikulum
ini tentu membutuhkan kerjasama subjek utama dalam melaksanakan
pendidikan. Peran guru dalam perubahan kebijakan kurikulum ini adalah
meningkatkan kualitas pendidikan sejalan dengan tujuan pendidikan. Namun
dalam perubahan ini tentunya terdapat beberapa tantangan yang harus
dihadapi oleh guru agar pembelajaran terlaksana dengan baik sehingga
menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna dalam mewujudkan
kualitas pendidikan Indonesia.
ABSTRAK
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
90
Muhammad Yaumi, Media Dan Teknologi Pembelajaran, Cetakan Pertama,
(Jakarta : Prenadamedia Group, 2018) 24.
(Electronic Data Processing). Menurut kamus Oxford (1995), teknologi
informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama
komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi
apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar91. Menurut Atler, Martin
dan Lucas dalam Abdul Kadir (2003 :13), teknologi informasi mencakup
perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah
tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan,
mengambil, memanipulasi atau menampilkan data untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas Teknologi ini menggunakan seperangkat
komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu
komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan
telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Everett M Rogers dalam bukunya Communication Technology (1986),
mengemukakan bahwa teknologi informasi merupakan perangkat keras yang
bersifat organisatoris dan meneruskan nilai nilai sosial dengan siapa individu
atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling mempertukarkan
informasi dengan individu atau khalayak lain.
Ruang Lingkup Teknologi Informasi
Secara umum teknologi informasi selalu berkaitan dengan dua aspek yaitu
perangkat keras dan perangkat lunak. Hal tersebut sependapat dengan Abdul
Kodir ( 2003 : 14) bahwa teknologi informasi digolongkan menjadi 2 bagian,
yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat
keras menyangkut pada peralatan-peralatan yang bersifat fisik, seperti
memory, printer, juga keyboard. Sedangkan perangkat lunak terkait dengan
instruksi-intruksi untuk mengatur perangkat keras agar bekerja sesuai dengan
tujuan instruksi-instruksi tersebut92.
Pengertian Kurikulum
91
MUNIR,kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bandung,
Alfabeta 2009.
92
MUNIR,kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bandung,
Alfabeta 2009.
Pengertian tentang kurikulum diungkapkan dalam Undang-Undang no 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan digunakan dalam
Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 yang merumuskan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, materi/isi atau
bahan pelajaran serta metode cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengertian kurikulum ini lebih berbentuk kerangka kerja/rancangan dalam
membantu berkembangnya kemampuan-kemampuan peserta didik melalui
proses pembelajaran. Dalam hal ini, institusi sekolah bertanggung jawab
menggunakan kerangka kerja tersebut dalam mengembangkan kurikulum. Di
dalam kerangka kerja tersebut memuat informasi tentang: (1) Apa yang harus
dipelajari peserta didik (subyek), (2) Apa yang harus peserta didik ketahui
dan mampu lakukan (kompetensi), (3) Berapa lama mereka dapat belajar (jam
belajar, minggu belajar), dan (4) Dengan cara bagaimana peserta didik belajar
(tatap muka, tugas terstruktur, tugas individu)93.
Pengembangan kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid
serta tokoh tokoh masyarakat.94
a. Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri dari: direktur bidang
pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah,
kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan
para administrator si tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam
93
MUNIR,kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bandung,
Alfabeta 2009.
94
MUNIR,kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bandung,
Alfabeta 2009.
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum,
menyusun kerangka dasar seta program inti kurikulum
b. Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan
tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh
perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli,
baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin
ilmu. Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama
sangat dibutuhkan dalm pengembangan kurikulum pada tingkat pusat.
Apabila pengembanagan kurikulum sudah banyak dilakukan pada
tingkat daerah atau local, maka pertisipasi mereka pada tingkat daerah,
lokal bahkan sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang telah
digarikan pada tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami
oleh para pengembangan dan pelaksana kurikulum di daerah.
c. Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam
perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana,
pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru
bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam
kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang
lebih luas.
d. Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum
peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam
penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut seta,
hanya terbatas kepada beberapa orang tua saja yang cukup waktu dan
mempunyai latar belakang yang memadai
95
Uswatun hasanah, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 di MI tarbiyatul athfal
memperhatikan kebutuhan masyarakat, industri, menyesuaikan dengan
teknologi yang berkembang saat itu, menyesuaikan pola hidup, syarat dan
tuntunan tenaga kerja, serta menginterpretasi kebutuhan individu dalam
kerangka kepentingan informasi teknologi. Audrey Nicholls dan Howard
Nicholls berpendapat bahwa pengembangan kurikulum ialah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar agar membawa peserta didik ke arah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan mengukur sampai di mana
perubahan tersebut telah terjadi dalam diri peserta didik.96
KESIMPULAN
96
Camelia, F. (2020). ANALISIS LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM. SAP
(Susunan Artikel Pendidikan), 57-65.
prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, (d) prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran, (e) prinsip berkenaan
dengan pemilihan kegiatan penilaian