Anda di halaman 1dari 184

KATA PENGANTAR

PRAKATA

DAFTAR ISI

BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum, Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan Teori


Kurikulum Desain dan Rekayasa Kurikulum

TEORI KURIKULUM DESAIN DAN REKAYASA KURIKULUM


Faqih Maulana Al-Haq
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, FITK Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK
Desain kurikulum adalah pengembangan proses perencanaan, validasi,
implementasi, dan evaluasi kurikulum. Rekayasa kurikulum merupakan
seluruh cara serta aktivitas yang dibutuhkan buat menjaga serta melengkapi
sistem kurikulum yang melingkupi kepemimpinan oleh banyak orang yang
mendiami kedudukan semacam pengawas sekolah, kepala sekolah serta
developer kurikulum yang diketahui selaku otorita yang berhak mengutip
ketetapan serta memutuskan tindakan- tindakan operasional.penelitan
menggunakan reseacrh jurnal ilmiah dan bukuKurikulum ialah salah satu
faktor yang membagikan kontribusi untuk mewujudkan proses
berkembangannya mutu kemampuan partisipan didik. Pengembangan
kurikulum butuh dicoba sebab terdapatnya bermacam tantangan yang
dialami, baik tantangan intrernal ataupun tantangan eksternal. Tantangan
internal anatara lain standar pengelolaan, standar bayaran, standar fasilitas
prasarana, standar pendidik, tenaga kependidikkan, standar isi, standar
proses, standar evaluasi, serta standar kompetensi lulusan. Sedangkan
tantangan eksternal yang dialami dunia pembelajaran antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang dibutuhkan di masa depan,
anggapan warga, serta pertumbuhan pengetahuan. Seperti yang telah
disebutkan sebelumnya, bahwa perubahan dan pengembangan kurikulum
menunjukkan bahwa sistem pendidikan itu dinamis. Semangat perubahan
dalam perkembangan zaman. Tujuan desain dan Rekayasa kurikulum untuk
mendorong siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya,
bernalar dan mengomunikasikan (mempresentasikan), apa yang diperoleh
atau diketahui setelah menerima materi pelajaran.

PENDAHULUAN
Kurikulum ialah salah satu faktor yang membagikan kontribusi untuk
mewujudkan proses berkembangannya mutu kemampuan partisipan didik.
Pengembangan kurikulum butuh dicoba sebab terdapatnya bermacam
tantangan yang dialami, baik tantangan intrernal ataupun tantangan eksternal.
Tantangan internal anatara lain standar pengelolaan, standar bayaran, standar
fasilitas prasarana, standar pendidik, tenaga kependidikkan, standar isi,
standar proses, standar evaluasi, serta standar kompetensi lulusan. Sedangkan
tantangan eksternal yang dialami dunia pembelajaran antara lain berkaitan
dengan tantangan masa depan, kompetensi yang dibutuhkan di masa depan,
anggapan warga, serta pertumbuhan pengetahuan.
Kurikulum bukan cuma ialah sekumpulan catatan mata pelajaran karena
mata pelajaran cuma ialah sumber modul pendidikan buat menggapai
kompetensi. Kompetensi lulusan yang diresmikan buat satu satuan
pembelajaran, jenjang pembelajaran, serta program pembelajaran. Penilaian
serta evaluasi hasil belajar diperuntukan buat mengenali dan memperbaiki
pencapain kompetensi. evaluasi hasil belajar merupakan perlengkapan buat
mengenali kekurangan yang dipunyai tiap partisipan didik ataupun
sekelompok partisipan didik.
Dengan demikian, dalam perkembangannya kurikulum hadapi pengertian
yang bermacam-macam dari para pakar pembelajaran. Lebih dahulu,
kurikulum sempat dimaksud selaku "Rencana pelajaran", yang dibagi jadi
rencana pelajaran minumum serta rencana pelajaran terurai. pada tataran
implementasinya, rencana pelajaran tersebut tidak sekedar cuma
membicarakan proses pengajaran saja melainkan pula mangulas cakupan
yang lebih luas lagi, ialah berdialog menimpa permasalahan pembelajaran.
Secara terminologis, kurikulum berarti sesuatu progam pembelajaran yang
berisikan bermacam bahan ajar serta pengalaman belajar yang diprogamkan,
direncanakan serta dirancangkan secara sistemik atas bawah norma- norma
yang berlaku serta dijadikan pedoman dalam proses pendidikan untuk tenaga
kependidikan serta partisipan didik buat menggapai tujuan pendidikan (Dakir
2004).
Dari uraian di atas, kurikulum merupakan seperangkat konsep yang berisi
rencana serta pengaturan menimpa tujuan, isi serta bahan pelajaran dan
metode yang digunakan selaku pedoman penyelenggaraan pendidikan buat
menggapai tujuan pembelajaran tertentu. Kurikulum ialah rencana tertulis
yang berisi tentang ide- ide serta gagasan- gagasan yang diformulasikan oleh
pengembang kurikulum. Rencana tertulis setelah itu jadi dokumen kurikulum
yang membentuk sesuatu sistem kurikulum yang terdiri dari komponen-
komponen yang silih berkaitan serta silih mempengaruhi satu sama lain.
komponen- komponen yang membentuk sistem kurikulum berikutnya
melahirkan sistem pengajaran serta sistem pengajaran seperti itu yang jadi
pedoman guru dalam proses belajar mengajar dikelas.1

1
Dr. Fauzan, M.A., Fatkhul Arifin, M.Pd., “Desain Kurikulum dan Pembelajaran Abad 21”
(Jakarta: Kencana, 2022), hlm. 3.
PEMBAHASAN
Desain Kurikulum
Dalam teori kurikulum terdapat dua dimensi utama yaitu: desain
kurikulum dan kurikulum rekayasa, menurut George A. Beauchamp
(1975:101) “….Curriculum design may be defined as the substance and
organization of goal and culture content so arranged as to reveal potential
progression through levels of schooling”. (Desain kurikulum bisa
digambarkan sebagai unsur pokok, komponen hasil atau sasaran dan kultur
yang membudaya). Menurut Oemar Hamalik (1993) pengertian Desain
adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan teknik yang
ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan.2 Fred Percival dan
Henry Ellington (1984), pada Hamalik mengemukakan bahwa desain
kurikulum adalah pengembangan proses perencanaan, validasi,
implementasi, dan evaluasi kurikulum.

Menurut Nana S. Sukmadinata desain kurikulum adalah menyangkut pola


pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain
kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan
vertikal.3 Dimensi horizontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi
kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens
bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Ada banyak pola kurikulum
yang berbeda, namun secara umum, desain kurikulum dapat dikategorikan
menjadi tiga jenis:4

1. Subject Centered Design


Subject centered design ataupun yang lebih diketahui dengan konsep
kurikulum yang berfokus pada mata pelajaran ialah wujud konsep
kurikulum yang sangat terkenal, sangat berumur serta sangat banyak

2
Oemar Hamalik, “Dasar-dasar Pengembangan kurikulum” (Bandung: PT. Remaja Rodakarya,
2011), hlm. 258.
3
Nana S. Sukmadinata, “Pengembangan Kurikulum” (Bandung: PT. Remaja Rodakarya, 2011),
hlm. 172-185
4
Muhammad Suardi, “Pengantar Pendidikan Teori dan Aplikasi” (Jakarta: PT. Indeks).
dipakai. Dalam subject centered design, kurikulum dipusatkan pada
beberapa isi ataupun modul yang hendak diajarkan.
2. Learner Centered Design
Kurikulum yang berfokus pada andil anak didik. Konsep ini muncul
selaku respon sekalian penyempurnaan kepada sebagian kelemahan
subject centered design. Learner centered muncul dari para pakar
kurikulum yang membagikan penafsiran kalau kurikulum didesain serta
terbuat buat partisipan ajar. Konsep ini membagikan tempat penting pada
partisipan ajar. Didalam pembelajaran ataupun pengajaran yang berlatih
serta bertumbuh merupakan partisipan ajar sendiri. Guru ataupun
pengajar cuma berfungsi menghasilkan suasana belajar- mengajar,
mendesak, serta membagikan edukasi cocok dengan keinginan partisipan
ajar. Terdapat dua karakteristik penting yang melainkan konsep ini
dengan subject centered, ialah: awal, learner centered meningkatkan
kurikulum dengan berfokus pada partisipan ajar serta bukan dari isi.
Kedua, learner centered bertabiat not- preplanned (tidak direncanakan
lebih dahulu).
3. Problem Centered Design
Problem centered design berakar pada metafisika yang mengutamakan
andil orang (man centered). Berlainan dengan learner centered yang
mengutamakan orang ataupun partisipan ajar dengan cara perseorangan,
problem centered design menekankan orang dalam kesatuan golongan
ialah keselamatan warga.
Rancangan pembelajaran para developer bentuk kurikulum ini pergi dari
anggapan kalau orang selaku insan social senantiasa hidup bersama serta
kerapkali orang pula mengalami permasalahan yang wajib dipecahkan
bersama- sama. Rancangan ini jadi alas pula dalam pembelajaran serta
pengembangan kurikulum. Berlainan dengan learner centered, kurikulum
ini disusun terlebih dulu (preplanned).
Isi kurikulum berbentuk permasalahan sosial yang dialami partisipan
didik saat ini serta yang hendak tiba. Kurikulum disusun bersumber pada
keinginan, kebutuhan, serta keahlian partisipan ajar saat ini serta yang
hendak tiba. Problem centered design menekankan pada isi ataupun
kemajuan partisipan didik.

Karakteristik Desain Kurikulum


Desain Cara Mengorganisisir
Sumber Tujuan
kurikulum Pembelajaran

Subject Mata pelajaran Disiplin ilu (contoh:


Matter yang harus kimia)
dipelajari

Kompetensi Kompetensi yang Elemen kompetensi


dipersyaratkan (blok pembelajaran)

Humanistik Sifat yang dipelajari Klasifikasi nilai

Rekontruksi Kebutuhan sosial Aktivitas


Sosial Kemasyarakatan

Prinsip-Prinsip Desain Kurikulum


Saylor (Hamalik: 2007) mengemukakan delepan prinsip konsep kurikulum.
Prinsip- prinsip ini merupakan:
1) Design melingkupi bermacam pengalaman berlatih yang berarti buat
menolong Kamu menggapai tujuan pembelajaran kamu.
2) Paling utama berarti untuk golongan anak didik yang berlatih di dasar
edukasi seseorang guru.
3) Konsep wajib membagikan peluang serta kesempatan untuk guru buat
mempraktikkan prinsip- prinsip penataran dalam penentuan, pengajaran
serta pengembangan bermacam aktivitas penataran di sekolah.
4) Konsep wajib membolehkan guru membiasakan pengalaman dengan
keinginan, keahlian, serta kematangan anak didik.
5) Konsep wajib mendesak guru buat memikirkan bermacam pengalaman
berlatih anak di luar sekolah serta menghubungkannya dengan aktivitas
berlatih di sekolah.
6) Konsep wajib membagikan pengalaman berlatih yang berkelanjutan
alhasil kegiatan berlatih anak didik bertumbuh searah dengan
pengalaman lebih dahulu serta bersinambung ke pengalaman
selanjutnya.
7) Kurikulum wajib didesain buat menolong partisipan ajar meningkatkan
kepribadian, karakter, pengalaman, serta nilai- nilai kerakyatan yang
mengaktifkan adat.
8) Konsep kurikulum wajib realistis, bisa dicoba serta bisa diperoleh.

Rekayasa Kurikulum
Rekayasa kurikulum merupakan seluruh cara serta aktivitas yang
dibutuhkan buat menjaga serta melengkapi sistem kurikulum yang
melingkupi kepemimpinan oleh banyak orang yang mendiami kedudukan
semacam pengawas sekolah, kepala sekolah serta developer kurikulum yang
diketahui selaku otoritas yang berhak mengutip ketetapan serta memutuskan
tindakan- tindakan operasional.
Sistem kurikulum ialah sesuatu sistem pengumpulan ketetapan serta aksi
buat memfungsikan kurikulum dalam persekolahan. Guna penting sistem
kurikulum merupakan:
1) Meningkatkan kurikulum.
2) Mempraktikkan kurikulum serta.
3) Memperhitungkan daya guna kurikulum serta sistem kurikulum.
Dengan begitu sebutan rekayasa kurikulum dipakai buat melukiskan cara
dinamik sistem kurikulum serta sistem persekolahan.
Tujuan biasa sistem kurikulum dari bermacam dari bermacam sistem
persekolahan merupakan membagikan kerangka kegiatan buat memastikan
apa yang wajib diajarkan disekolah serta buat menggunakan kebijakan-
kebijakan yang digariskan oleh penguasa selaku bawah buat meningkatkan
strategi penataran. Tiap sekolah serta atau ataupun biro pembelajaran
membuat pemograman buat cara penataran, melakukan konsep itu serta
memperhitungkan hasilnya. Kehadiran sesuatu sistem kurikulum diisyarati
terdapatnya pengorganisasian wewenang yang nyata serta dijalani dengan
cara teratur.

Pendapat Para Ahli


Bennie dan Newstead (1999) menerangkan kalau tiap pergantian
senantiasa menemui hambatan dalam implementasinya. Terpaut dengan
pergantian kebijaksanaan kurikulum, sebagian aspek yang menimbulkan
tampaknya hambatan melingkupi antara lain durasi, harapan- harapan dari
pihak orangtua, kelangkaan materi penataran tercantum buku-buku pelajaran
pada dikala aplikasi kurikulum yang terkini, kekurang jelasan rancangan
kurikulum yang terkini, serta guru- guru kurang mempunyai keahlian serta
wawasan berhubungan dengan kurikulum terkini itu.
Menurut Middleton (1999), sukses tidaknya aplikasi kurikulum yang
diperbaharui mengarah didetetapkan oleh anggapan ataupun agama yang
dipunyai oleh guru. Pergantian kurikulum berkait dengan pergantian
paradigma penataran. Pergantian paradigma bagus langsung ataupun tidak
langsung hendak membagikan akibat untuk para guru di mana mereka butuh
melaksanakan adaptasi. Amat bisa jadi adaptasi yang dicoba hendak
membagikan ketidaknyamanan area penataran untuk guru yang berhubungan.
Sebagian permasalahan membuktikan kalau para guru hendak berlagak
mensupport aplikasi diartikan bila mereka menguasai kurikulum terkini itu
dengan cara logis serta praktikal.
Sedangkan itu bagi Hamalik (2008), Rekayasa kurikulum merupakan cara
invensi kurikulum yang dicoba dalam suasana yang jelas di sekolah yang
mengaitkan bermacam badan yang menuntut keahlian para kontestan serta
bermacam bagian supaya bisa menciptakan kurikulum yang di idamkan.
Proses Rekaya Kurikulum
Rekayasa kurikulum berlangsung melalui tiga proses, yakni: konstruksi
kurikulum, pengembangan kurikulum dan implementasi kurikulum.
Kontruksi kurikulum adalah proses pembuatan keputusan yang menentukan
hakikat dan rancangan kurikulum. Pengembangan kurikulum adalah prosedur
pelaksanaan pembuatan konstruksi kurikulum, dan implementasi kurikulum
adalah proses pelaksanaan kurikulum yang dihasilkan oleh konstruksi dan
pengembangan kurikulum.
Berdasarkan berbagai teori tersebut, dapat dikatakan bahwa pendidikan
yang mampu mendukung pembangunan di masa yang akan datang adalah
pendidikan yang mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga
yang bersangkutan berani menghadapi, mampu memecahkan, dan berhasil
mengatasi masalah kehidupan yang dihadapinya. Oleh karena itu, pendidikan
harus menyentuh potensi nurani maupun potensi kompetensi peserta didik.
Konsep pendidikan tersebut terasa semakin penting, ketika seseorang harus
memasuki kehidupan di masyarakat dan dunia kerja.
Proses konstruksi kurikulum pada umumnya mendapat perhatian yang
luas dalam pembahasannya, karena menjadi landasan dalam pembuatan
keputusan. Dalam proses pengembangan kurikulum mencakup dua hal
pokok, yaitu:
1. Fondasi atau landasan pengembangan kurikulum.
2. Komponen-komponen kurikulum.
Pembahasan tentang pengembangan kurikulum dititikberatkan pada
dinamika pengembangan kurikulum, dan ketika itu lebih banyak berbicara
tentang berbagai model pengembangan kurikulum dalam berbagai model dan
versi, sesuai dengan kepakaran yang bersangkutan. Sementara itu
implementasi lebih banyak memperhatikan berbagai faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan dan perubahan kurikulum.
SIMPULAN
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa perubahan dan
pengembangan kurikulum menunjukkan bahwa sistem pendidikan itu
dinamis. Semangat perubahan dalam perkembangan zaman. Tujuan desain
dan Rekayasa kurikulum untuk mendorong siswa mampu lebih baik dalam
melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengomunikasikan
(mempresentasikan), apa yang diperoleh atau diketahui setelah menerima
materi pelajaran. Struktur kurikulum dalam hal perumusan desain kurikulum,
menjadi amat penting dalam penyusunan isi kurikulum. Karena begitu
struktur yang disiapkan tidak mengarah sekaligus menopang pada apa yang
ingin dicapai dalam kurikulum, maka bisa dipastikan implementasinya tidak
akan tercapai.

KONSEP DAN KEDUDUKAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA


ISLAM DI SEKOLAH MADRASAH DALAM UU SISDIKNAS 2003

Salma Maulida Agustina,

Manajemen Pendidikan Islam, FITK Universitas Islam Negeri Sunan


Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia

ABSTRACT

Curriculum is very important in the implementation of education. formal


and informal educational institutions. directly related curriculum class,
school, community,Certainly very centrally located both regionally and
nationally Determine the educational process. Islamic religious education
Plans to better understand and prepare students practice Islamic teachings.
That's why we have Islamic religious education To be at the heart of a pre-
planned learning process, Must continuously improve to position the
curriculum depending on level.

ABSTRAK
Kurikulum sangat penting baik dalam pelaksanaan pelatihan maupun
pelaksanaan pelatihan lembaga pendidikan formal dan informal. Kurikulum
yang berhubungan langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan
pendidikan dan kelas, sekolah, wilayah, baik secara regional maupun
nasional tentunya memiliki posisi yang sangat sentral menentukan jadwal
pelatihan. Pendidikan agama Islam menjadi syarat untuk itu dirancang untuk
mempersiapkan siswa untuk pemahaman yang lebih baik dan mengamalkan
ajaran Islam. Itulah sebabnya pendidikan agama Islam ada menjadi inti dari
proses pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya Positioning
kurikulum harus terus ditingkatkantergantung levelnya.

PENDAHULUAN

Kurikulum sebagai produk politik bersifat dinamis, kontekstual dan relatif.


Ia mengatakan dinamis karena terus berkembang dan telah beradaptasi
dengan zaman serta bersifat terbuka melawan kritik. Kontekstual karena
sangat dibutuhkan dan berdasarkan konteks zaman, danrelatif, karena
kurikulum yang dibuat dinilai baik atau sempurna pada saat itu, dan menjadi
tidak relevan di kemudian hari. Oleh karena itu prinsip dasar dalam Kebijakan
kurikulum adalah tentang perubahan dan kesinambungan, perubahan yang
terus-menerus dilakukan terus menerus (Machali, 2014).

Dampak dari perubahan ini merupakan tantangan bagi semua orang tidak
terkecuali strata sosial dalam hal pendidikan (Julianto, dkk, 2022). Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa Pendidikan mempunyai tugas mengembangkan
keterampilan dan membentuk watak serta peradaban suatu bangsa sangat
berharga dalam kaitannya dengan pendidikan yang ditujukan untuk
pembentukan dan pengembangan kehidupan bangsa Kesempatan bagi siswa
untuk menjadi orang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa Berakhlak mulia, sehat, berpengalaman, cakap, kreatif, mandiri dan
warga negara yang baik demokrasi dan akuntabilitas.
Kurikulum memegang peranan yang sangat penting dalam dunia
pendidikan Dikatakan bahwa kurikulum memainkan peran sentral dalam
pendidikan, ini ada hubungannya dengan itu menentukan arah, isi dan alur
pelatihan, yang pada akhirnya menentukan sifat dan alur pelatihan Kualifikasi
lulusan lembaga pendidikan. Kurikulum berkaitan dengan perencanaan dan
pelaksanaan Pendidikan baik di tingkat kelas, sekolah, daerah, regional
maupun nasional.

PEMBAHASAN

Pengertian Kurikulum

Kurikulum merupakan istilah yang kurang dikenal dalam dunia


pendidikan lebih dari satu abad (S. Nasution, 2011). Kurikulum di Roma kuno
di Yunani diartikan sebagai currere, artinya jarak yang ditempuh oleh pelari
(Sudirman, 1987). Pada saat yang sama, Herman H. Horn mengungkapkan
rencana pendidikan tersebut dalam arti sebenarnya berasal dari bahasa latin
yaitu arena pacuan kuda kecil lomba lari yang harus ditempuh (M. Arifin,
1993). Pada Pengajaran 1855 menggunakan istilah kurikulum yang artinya
banyak sekali Kurikulum mencakup berbagai mata pelajaran universitas.

Di kamus Kamus Internasional Baru Webster mendefinisikan kurikulum


sebagai kumpulan Ada beberapa mata pelajaran yang juga harus diselesaikan
siswa Mata pelajaran yang ditentukan oleh lembaga pendidikan. Pada tahun
1855, pengajaran menggunakan istilah kurikulum, der berarti bahwa
kurikulum mencakup mata pelajaran pendidikan yang lebih tinggi Mengacu
pada Kamus Internasional Baru Webster, Kurikulum Pendidikan dicirikan
dengan dua cara, yaitu:

Pertama beberapa hal yang Siswa harus mengambil atau belajar untuk
menerimanya kedua, mata pelajaran yang diusulkan oleh lembaga pendidikan
atau Kementerian Pendidikan (Sholeh Hidayat, 2013). Secara tradisional,
kurikulum dapat didefinisikan sebagai serangkaian item instruksi yang
diberikan kepada siswa. Pahami silabus ini masih tersebar luas, bahkan di
Indonesia. Kurikulum modern memiliki berarti tidak hanya dalam bidang mata
pelajaran (program studi), tetapi juga dalam Juga bereksperimen dengan faktor
eksternal, mis. B. kecepatan pendidikan

Istilah kurikulum bahasa Arab dapat diartikan sebagai manhaj, yaitu jalan
cahaya atau cara mudah. Diwariskan kepada orang-orang di bidang
pendidikan kehidupan mereka. Dalam konteks pendidikan, kurikulum berarti
jalan yang jelas guru dan siswa untuk mengembangkan pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan Nilai (Hasan Baharun, 2017).5

Komponen Kurikulum

Fungsi kurikulum dalam siklus atau proses pendidikan adalah mencapai


tujuan pendidikan sehingga kurikulum memuat komponen-komponen penting
dan penunjang yang tepat untuk menunjang kemampuannya. Bagian-bagian
tersebut disebut bagian-bagian yang saling berhubungan dan berinteraksi
untuk mencapai sesuatu tujuan pendidikan (Oemar Hamalik, 2001).
Kurikulum sekolah memiliki tiga komponennya yaitu tujuan, isi dan strategi.
Tujuannya sendiri ada dua tujuan, yaitu:

1. Tujuan Kursus;
Pertama, tujuan yang harus dicapai sekolah dan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa. Kedua, tujuan yang
ingin dicapai dalam setiap mata pelajaran, yaitu pengetahuan,
keterampilan dan sikap.
2. Isi Kurikulum;
harus didaftarkan oleh pengembang atau siswa untuk mencapai suatu
tujuan pendidikan (Muhammad Ali, 1992).
3. Media Massa (sumber daya dan infrastruktur);
sebagai fasilitator untuk belajar bagaimana menggambarkan kurikulum
dengan cara ini dengan cara yang lebih mudah dipahami oleh siswa.

5
(Sholeh Hidayat, 2013) Pengertian Kurikulum
4. Strategi;
mengacu pada pendekatan dan metode pengajaran serta teknik yang
digunakan (M. Ahmad, 1998).
5. Proses Pembelajaran;
Komponen ini sangat penting karena mengubah perilaku siswa
Hasilnya harus menjadi indikator keberhasilan implementasi kurikulum
proses pembelajaran.
6. Evaluasi;
melalui evaluasi Anda bisa mengetahuinya bagaimana mencapai tujuan
6
(Muhammad Ali, 1992).

Tujuan dan Landasan Kurikulum Pendidikan

Kurikulum sebagai bagian dari pendidikan memegang peranan penting


dalam pendidikan agama Islam, tujuan pendidikan harus ditetapkan Fondasi,
yaitu kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi dan membentuk capacity
building untuk siswa. Konsep dasar pembuatan kurikulum pendidikan agama
Islam adalah sebagai berikut:

1. Agama, semua sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk


sistem pendidikan Meletakkan dasar filosofi, tujuan dan kurikulum
ajaran Islam, termasuk iman, ibadah, Masalah dan hubungan dalam
masyarakat. Artinya, harus mengacu pada dua di bagian akhir sumber
utama hukum Islam, yaitu Alquran dan As-Sunnah.
2. Filosofi yang ditawarkan yayasan ini arah dan tujuan pendidikan Islam
yang memiliki landasan filosofis, demikian susunan kurikulumnya.
Islam mengandung kebenaran, terutama jika menyangkut nilai-nilai
seperti visi hidup untuk mempercayai kebenaran.
3. Psikologis, dasar ini menyatakan bahwa kurikulum pendidikan Islam
hendaknya direncanakan dengan mempertimbangkan tahap-tahap
pertumbuhan dan perkembangan yang telah berlangsung untuk siswa.

6
(Oemar Hamalik, 2001) Komponen Kurikulum
Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang sesuai dengan
karakteristiknya Perkembangan siswa, pematangan fisik, mental,
bahasa, emosional dan bakat Masalah sosial, kebutuhan dan keinginan,
minat, keterampilan dan kemampuan, perbedaan individu untuk siswa.
4. Sosial, lantai ini memberikan gambaran rencana pendidikan Islam
yang mana tercermin dalam landasan sosial yang meliputi karakteristik
masyarakat Islam dan kebudayaannya. Ada juga dalam hal
pengetahuan, nilai-nilai ideal, cara berpikir dan kebiasaan dalam
kaitannya dengan seni. Karena tidak ada masyarakat yang tidak
berbudaya dan tidak ada bukan sosial budaya. Kaitannya dengan
kurikulum Islam, kurikulum ini Tentu harus mengakar pada
masyarakat dan perubahan serta perkembangannya.
5. Penyelenggara, Landasan inilah yang menjadi dasar dalam pembuatan
7
dan penyajian materi pembelajaran (M. Ahmad,1998).

Konsep Manajeman Kurikulum

Manajemen adalah proses khas yang terdiri dari perencanaan,


pengorganisasian, implementasi,dan pemantauan dilakukan untuk
menentukan dan Pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
Penggunaan sumber daya manusia dan lainnya (Jaja Jahari & Amirulloh
Syarbini, 2013:. Kepemimpinan merupakan hal penting yang menyentuh,
mempengaruhi dan bahkanmenembus hampir setiap aspek kehidupan
manusia.Meskipun kurikulum secara etimologis kurikulum berasal dari dari
bahasa Yunani kurir, yang berarti "pelari" dan "penyembuh". yang berarti
"hippodrome". Oleh karena itu istilah masa studi orang Romawi kuno
menandainya sebagai jarak Pelari harus membawanya dari garis start hingga
garis finish. Baru pada tahun 1855 istilah kurikulum digunakan dalam dunia
professional Pendidikan, jadi beberapa jurusan Universitas Hal ini juga

7
(M. Ahmad, 1998). Tujuan dan Landasan Kurikulum Pendidikan
disebutkan dalam Kamus Kurikulum Webster diinterpretasikan dengan dua
cara, yaitu:

1. Beberapa mata pelajaran yang akan dilaksanakan, atau Siswa belajar


di sekolah atau perguruan tinggi untuk mendapatkan gelar tertentu.
2. Beberapa topik disediakan oleh lembaga atau departemen Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan tentang tujuan, isi dan
materi pembelajaran serta metode yang digunakan sebagai panduan
untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran mencapai tujuan
pendidikan tertentu.

Alexander dan kurikulum Lewis (1974) adalah semua yang dicita-citakan


sekolah mempengaruhi kemampuan siswa untuk belajar baik di dalam kelas,
atau di luar sekolah. Sementara Harold B. Alberty (1965) memahami
kurikulum sebagai semua kegiatan yang ditawarkan untuk siswa yang
bertanggung jawab atas sekolah (semua kegiatan yang ditawarkan sekolah
kepada siswa) 8

Asas Asas Pengembangan Kurikulum

Secara bahasa kata Asas dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan
landasan. dasar pengembangan kurikulum seperti kata Nana Syaodih
Sukmadinata bahwa asas asas adalah bidang-bidang yang dapat dijadikan
dasar keputusan yang paling penting tentang kurikulum. berbagai laporan
dasar Pengembangan kurikulum menurut Omar Mohammad Al-Toumy Al-
Syaibany mengidentifikasi empat prinsip umum yang menjadi dasar
Kurikulumnya meliputi agama, filsafat, yayasan sosial. Landasan keagamaan
ini terjadi terutama melalui para pemikir pendidikan Islam pada umumnya
memiliki sikap yang serba sistem masyarakat, termasuk dalam sistem
pendidikan Meletakkan dasar filosofi, tujuan dan kurikulum Agama (baca
Islam). Islam, sumber utama ajaran agama adalah Al-Quran dan As-Sunna,

8
Sholeh Hidayat, Pengembangan Kurikulum Baru, (Bandung: PT Rosdakarya, 2013), hlm. 19-20
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 2012), hlm. 3
dan sumber lainnya adalah ijtihad. Berdasarkan sumber-sumber tersebut,
aspek/elemen pelatihan dikembangkan sebagai tujuan pendidikan, bahan dan
strategi implementasi Alasan di balik dasar agama ini adalah sama dengan
landasan filosofis yang tercermin dalam kegiatan pendidikan pertanyaan yang
sangat mendasar seperti ke mana harus pergi Pendidikan harus berpedoman
pada siapa pembelajar, apa adanya harus diajarkan kepada siswa dan
sebagainya, apa semua itu membutuhkan jawaban dasar. Agama dan filsafat
melakukannya lengkapi satu sama lain dengan jawaban ini. dasar filosofis
Landasan filosofis mengkaji urgensi atau kepentingan Filsafat dalam
pengembangan kurikulum pendidikan.44 Pelatihan berfokus pada interaksi
antara orang-orang, terutama interaksi di antara mereka Guru dan murid
untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada banyak masalah mendasar dengan
interaksi ini. apa tujuan pendidikan, siapa pendidik dan Siswa, apa isi
pelatihan dan bagaimana proses interaktifnya Pendidikan. Pertanyaan-
pertanyaan ini membutuhkan jawaban dasar dan esensial adalah jawaban
filosofis. Filsafat berasal dari kata philein yang berarti cinta atau sejenisnya
sekali untuk sesuatu. Kata Shopia berarti kebajikan atau kebijaksanaan.
Mereka yang belajar filsafat menjadi orang bijak dalam perilaku dan tindakan
45 orang belajar berfilsafat sehingga menjadi manusia yang berakal budi dan
berakal budi. Jadi Orang bisa memahami politik dan bertindak bijak, dia harus
untuk mengetahui atau menyadari. Informasi diperoleh melalui proses
Pemikiran, yaitu pola berpikir sistematis, logis dan mendalam Jenis
pemikiran seperti ini disebut pemikiran radikal atau berpikir sampai ke akar-
akarnya (radical artinya akar).46 Seperti yang dijelaskan oleh Imam Barnadib
itu; Filsafat adalah ilmu yang melakukan segalanya sebagai material sebagai
objek dan alam sebagai objek formal atau sudut pandang lihat artikelnya. Jadi,
dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain, ada kesamaan objek material9

PENUTUP

9
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, Terjemah: Hasan
Langgulung, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), hal. 523.
Kesimpulan

Pada tahun 1855, pengajaran menggunakan istilah kurikulum, dan berarti


bahwa kurikulum mencakup mata pelajaran pendidikan yang lebih tinggi
Mengacu pada Kamus Internasional Baru Webster, Kurikulum Pendidikan
dicirikan dengan dua cara, yaitu: Pertama beberapa hal yang Siswa harus
mengambil atau belajar untuk menerimanya kedua, mata pelajaran yang
diusulkan oleh lembaga pendidikan atau Kementerian Pendidikan (Sholeh
Hidayat, 2013). Komponen Kurikulum Fungsi kurikulum dalam siklus atau
proses pendidikan adalah mencapai tujuan pendidikan sehingga kurikulum
memuat komponen-komponen penting dan penunjang yang tepat untuk
menunjang kemampuannya. Tujuannya sendiri ada dua tujuan, yaitu: tujuan
kursus; tujuan yang harus dicapai sekolah dan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa.

Tujuan dan Landasan Kurikulum Pendidikan Kurikulum sebagai bagian


dari pendidikan memegang peranan penting dalam pendidikan agama Islam,
tujuan pendidikan harus ditetapkan Fondasi, yaitu kekuatan-kekuatan yang
mempengaruhi dan membentuk capacity building untuk siswa. Konsep dasar
pembuatan kurikulum pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:
Agama, semua sistem yang ada dalam masyarakat Islam, termasuk sistem
pendidikan Meletakkan dasar filosofi, tujuan dan kurikulum ajaran Islam,
termasuk iman, ibadah, Masalah dan hubungan dalam masyarakat. Konsep
manajeman kurikulum Manajemen adalah proses khas yang terdiri dari
perencanaan, pengorganisasian, implementasi,dan pemantauan dilakukan
untuk menentukan dan Pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan
Penggunaan sumber daya manusia dan lainnya (Jaja Jahari & Amirulloh
Syarbini, 2013)

Kepemimpinan merupakan hal penting yang menyentuh, mempengaruhi


dan bahkanmenembus hampir setiap aspek kehidupan manusia. Meskipun
kurikulum secara etimologis kurikulum berasal dari dari bahasa Yunani kurir,
yang berarti "pelari" dan "penyembuh". Baru pada tahun 1855 istilah
kurikulum digunakan dalam dunia professional Pendidikan, jadi beberapa
jurusan Universitas Hal ini juga disebutkan dalam Kamus Kurikulum
Webster diinterpretasikan dengan dua cara, yaitu: Beberapa mata pelajaran
yang akan dilaksanakan, atau Siswa belajar di sekolah atau perguruan tinggi
untuk mendapatkan gelar tertentu. Beberapa topik disediakan oleh lembaga
atau departemen Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
tentang tujuan, isi dan materi pembelajaran serta metode yang digunakan
sebagai panduan untuk menyelenggarakan kegiatan pembelajaran mencapai
tujuan pendidikan tertentu.

Landasan keagamaan ini terjadi terutama melalui para pemikir pendidikan


Islam pada umumnya memiliki sikap yang serba sistem masyarakat, termasuk
dalam sistem pendidikan Meletakkan dasar filosofi, tujuan dan kurikulum
Agama (baca Islam). Berdasarkan sumber-sumber tersebut, aspek/elemen
pelatihan dikembangkan sebagai tujuan pendidikan, bahan dan strategi
implementasi Alasan di balik dasar agama ini adalah sama dengan landasan
filosofis yang tercermin dalam kegiatan pendidikan pertanyaan yang sangat
mendasar seperti ke mana harus pergi Pendidikan harus berpedoman pada
siapa pembelajar, apa adanya harus diajarkan kepada siswa dan sebagainya,
apa semua itu membutuhkan jawaban dasar. Informasi diperoleh melalui
proses Pemikiran, yaitu pola berpikir sistematis, logis dan mendalam Jenis
pemikiran seperti ini disebut pemikiran radikal atau berpikir sampai ke akar-
akarnya (radical artinya akar).46 Seperti yang dijelaskan oleh Imam Barnadib
itu; Filsafat adalah ilmu yang melakukan segalanya sebagai material sebagai
objek dan alam sebagai objek formal atau sudut pandang lihat artikelnya.

PEMBAHASAN TENTANG PENGERTIAN KURIKULUM

Ubaidah Dwi Nur Khasanah,


Manajemen Pendidikan Islam, FITK Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga, Yogyakarta, Indonesia
ABSTRAK
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen
penting di dalamnya yaitu kurikulum. Kurikulum merupakan suatu system
yang mempunyai komponen –komponen penting yang saling berkaitan dan
menunjang satu sama lain. Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri
dari tujuan, mata pelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk system
tersebut kurikulum bertujuan untuk pendidikan dengan adanya saling kerja
sama diantara seluruh sistemnya. Proses administrasi kurikulum meliputi
perencanaan, pengawasan dan evaluasi. Dengan proses tersebut maka
kurikulum juga dapat terlaksana dengan semestinya. Dan dalam proses
kurikulum guru juga berperan penting dalam administrasi kurikulum.

PENDAHULUAN
Salah satu faktor perubahan kurikulum di indonesia adalah dengan adanya
perkembangan pembangunan dan teknologi yang pesat. Oleh karena itu
dengan memahami sejarah perkembangan kurikulum di indonesia kita bisa
mengambil pelajaran pelajaran guna untuk terus menyempurnakan kurikulum
pendidikan di indonesia.
Perubahan kurikulum di indonesia sangat mempengaruhi perkembangan
pendidikan di indonesia dan guna untuk memperbaiki sistem pembelajaran
pendidikan di indonesia. Dan selain itu kurikulum juga mempunyai
kekurangan dan perlu dievaluasi serta diperbaiki agar tujuan pendidikan
tercapai dengan baik.
Dengan pengembangan kurikulum yang merupakan proses dinamika sehingga
dapat merspon terhadap tuntunan struktur pemerintah tentang proses
pendidikan di indonesia, perkembangan ilmu teknologi maupun globalisasi.
Kurikulum menjadi dasar dan cermin falsafah pandangan hidup bangsa yang
akan diarahkan ke ranah masa depan.

PEMBAHASAN
Pengertian Kurikulum
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengemukakan
pengertian kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai isi
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Pengertian kurikulum merupakan suatu
perencanaan kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa
atau peserta didik ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai
hingga perubahan-perubahan telah terjadi pada diri siswa/peserta didik. (Wiji
Hidayati, 2021)
Kurikulum dapat diartikan secara singkat dan secara luas. Secara singkat,
kurikulum merupakan sejumlah magta pelajaran yang harus diikuti atau
diambil siswa untuk dapat manamatkan pendidikannya pada lembaga tertentu.
Sedangkan secara luas kurikulum merupakan semua pengalaman belajar yang
diberikan sekolah kepada siswa selama mengikuti pendidikan pada jenjang
pendidikan tertentu. Usaha-usaha untuk memberikan pengalaman belajar
kepada siswa dapat berlangsung didalam kelas maupun luar kelas baik
dirancang secara tertulis maupun tidak, dengan arti ditujukan untuk
mmebentuk lulusan yang berkualitas. (Astuti, 2018)
Kurikulum merupakan suatu komponen yang sangat penting dan yang
menentukan penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum berfungsi sebagai alat
untuk pencapaian tujuan pendidikan, apabila tujuan pendidikan berubah maka
secara otomatis kurikulum juga harus dirubah. Kurikulum juga berfungsi bagi
peserta didik sebagai alat untuk mengembangkan potensi-potensi yang
dimilikinya ke arah yang lebih baik di bawah bimbingan guru sekolah.
Sedangkan bagi guru, kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
penyelenggaraan pembelajaran di sekolah. Jadi, kurikulum adalah bahan
pengalaman belajar siswa dengan segala pedoman pelaksanaannya yang
terusun secara sistematik dan berpedoman oleh sekolah dalam kegiatan
mendidik siswa. (Hairunisa Jeflin, 2020)
1. Proses Administrasi Kurikulum
Proses administrasi kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan dan evaluasi.
1) Perencanaan
Perencanaan kurikulum dilakukan dan dintentukan oleh
Departemen Pendidikan Nasional tingkat pusat, karena pada
ditingkat daerah dan sekolah tidak ada kurikulum.
2) Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan
kurikulum di sekolah meliputi :
a. Penyusunan program pengajaran semesteran
b. Penyusunan persiapan mengajar yang akan digunakan dan
dipedomani oleh guru dalam melaksanak proses belajar
mengajar di kelas
c. Pelaksanaannya proses belajar mengajar
d. Kegiatan ekstrakulikuler dan intrakulikuler
3) Pengawasan
Menurut simbolon, pengawasan bertujuan agar hasil pelaksanaan
pekerjaan diperoleh secara efisien dan efektif sesuai dengan
rencana yang telah dikemukakan sebelumnya. Simbolon
mengemukakan bahwa, fungsi dari pengawasan yaitu :
a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang
diserahi tugas dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan prosedur yang ditentukan
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan,
kelalaian dan kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak
diinginkan
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar
pelaksanaan pekerjaan tidak mengalami hambatan dan
pemborosan.
4) Evaluasi
Dari evaluasi sendiri terdiri dari evaluasi hasil belajar dan evaluasi
program pembelajaran.
2. Peran Guru Dalam Administrasi Kurikulum
Menurut Sri Herlina bahwa di sekolah, guru
berada dalam kegiatan administrasi sekolah. Sekolah harus
melaksanakan kegiatan untuk menghasilkan lulusan dengan jumlah
dan mutu yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam lingkup
administrasi pendidikan inilah peran guru sangatlah penting untuk
mencerdaskan peserta didik.
Guru juga berperan penting dalam menetapkan kebijakan semua
proses perencanaan, penkoordinasian, pengarahan, pengorganisasian,
pembiayaan, penilaian kegiatan kurikulum, sarana dan prasarana,
personalia sekolah dan keuanagan hingga hubungan sekolah dengan
masyrakat.
Dalam kegiatan administrasi pendidikan dan peranan guru dalam
administrasi pendidikan adalah :
1) Administrasi kurikulum
2) Administrasi kesiswaan
3) Administrasi sarana dan prasarana
4) Administrasi personal

PENUTUP

Kesimpulan

Kurikulum merupakan sekumpulan alat untuk merencanakan suatu bahan


dan isi pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses belajar mengajar. Kurikulum juga memiliki proses dalam
administrasi kurikulum. Dan dalam proses tersebut, guru lah yang berperan
pentingdalam menetapkan kebijakan-kebijakan pendidikan dan dalam proses
belajar mengajar.
B. Landasan Pengembangan Kurikulum

LANDASAN ORGANISATORIS DAN LANDASAN SOSIOLOGIS


DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN

Rizka Amalia Yasmin

Manajemen Pendidikan Islam, FITK, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

e-mail: 21104090011@student.uin-suka.ac.id

ABSTRACT

Kurikulum sebagai bagian dari faktor penting dalam pendidikan memiliki

posisi strategis dalam mewarnai dan menentukan kualitas output pendidikan.

Kualitas pendidikan sesungguhnya sangat ditentukan oleh eksistensi

kurikulum tersebut. Tujuan dari kajian ini adalah adanya pemahaman yang

luas tentang landasan-landasan pengembangan kurikulum; mengidentifikasi

beberapa landasan kurikulum yang menjadi dasar pijakan dalam

mengembangkan kurikulum oleh berbagai pihak terkait. Perumusan

kurikulum baik pada tahap ide, rencana, pengalaman maupun sebagai hasil

dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang

kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan

sesuai dengan tuntutan pendidikan sesuai UU No. 20 Tahun 2003. Disini

menjelaskan 2 landasan pokok yang menjadi dasar pengembangan kurikulum

yaitu : landasan organisatoris dan landasan sosiologis.

PENDAHULUAN
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat.

Dengan demikian dalam mengembangkan kurikulum, terlebih dahulu


harus diidentifikasi dan dikaji secara selektif, akurat, mendalam dan
menyeluruh landasan apa saja yang harus dijadikan pijakan dalam
merancang, mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum. Dengan
landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan akan kuat, yaitu program
pendidikan yang dihasilkan akan dapat menghasilkan manusia terdidik sesuai
dengan hakikat kemanusiannya, baik untuk kehidupan masa kini maupun
menyongsong kehidupan jauh kemasa yang akan datang.

Landasan yang dipilih untuk dijadikan dasar pijakan dalam


mengembangkan kurikulum sangat tergantung atau dipengaruhi oleh
pandangan hidup, kultur, kebijakan politik yang dianut oleh negara dimana
kurikulum itu dikembangkan. Akan tetapi secara umum kedua landasan yang
akan dibahas dalam modul ini, yaitu landasan organisatoris dan landasan
sosiologis adalah salah satu landasan umum dan pokok sebagai dasar pijakan
dalam mengembangkan kurikulum.

PEMBAHASAN

Landasan Organisatoris

Landasan ini berkenaan dengan masalah dalam bentuk yang bagaimana


bahan pelajaran dalam kurikulum akan disusun, dikelompokkan, dan
disajikan. Apakah dalam bentuk mata pelajaran yang terpisah-pisah, ataukah
diusahakan adanya hubungan antara pelajaran yang diberikan, misalnya
dalam bentuk broad-field. Hubungan diusahakan secara lebih mendalam,
dengan menghapuskan segala batas-batas mata pelajaran dalam bentuk
kurikulum yang terpadu.10

Adapun jenis organisasi kurikulum sebagaimana dikemukakan oleh S.


Nasution, yang mengelompokkan organisasi kurikulum menjadi dua
kelompok besar, yaitu:11

1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (Subject curriculum), yang


meliputi:
1) Kurikulum mata pelajaran terpisah-pisah (separate subject
curriculum)
2) Kurikulum mata pelajaran gabungan (correlated curriculum)
2. Kurikulum terpadu (integrated curriculum), yang antara lain meliputi:
1) kurikulum inti (core curriculum)
2) kurikulum pengalaman (activity curriculum)
Bentuk pengorganisasian dipengaruhi oleh pandangan-pandangan
psikologis tentang jiwa manusia. Ilmu jiwa asosiasi beranggapan bahwa
keseluruhan itu ialah jumlah bagian-bagiannya, menganjurkan bentuk
kurikulum yang terdiri dari mata pelajaran-mata pelajaran yang terpisah-
pisah (sparated subjec curriculum). Sedangkan ilmu jiwa Gestalt dengan
prinsip keseluruhan menganjurkan penyajian bahan pelajaran dalam bentuk
unit (integral) dengan menghilangkan batas-batas antara berbagai mata
pelajaran.
Perlu dipahami bahwa setiap jenis organisasi kurikulum mempunyai
kebaikan. Akan tetapi, tidak terlepas dari kekurangan yang ditinjau dari
segi-segi tertentu. Selain itu, bermacam-macam organisasi kurikulum dapat
dijalankan secara bersama di satu sekolah, bahkan yang satu dapat
membantu atau melengkapi yang satu lagi. Sebagai penutup dari uraian
tentang landasan-landasan pengembangan kurikulum ini perlu ditekankan
bahwa semua landasan di atas secara sendiri-sendiri cukup kompleks dan

10
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, hal. 14.
11
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum, hal. 107-108.
selain itu dapat mengandung hal-hal yang saling bertentangan, sehingga
harus diadakan pilihan sesuai dengan kebutuhan, cita-cita pendidikan yang
diharapkan dan perkembangan yang ada di masyarakat. Setiap pilihan tentu
akan menghasilkan kurikulum yang berbeda-beda. Kompleksitas masing-
masing landasan tersebut menyangkut landasan filsafat. Banyak aliran atau
cabang filsafat yang masing-masing mempunyai faham dan pandangan yang
berbeda menyangkut aspek metafisika, epistemologi, dan aksiologi. Aliran
rasionalisme akan mempunyai pandangan yang berbeda dengan empirisme
atau pragmatisme. Perbedaan-perbedaan tersebut tentu akan berpengaruh
terhadap bentuk kurikulum yang dihasilkan baik terkait dengan rumusan
tujuan, pengorganisasian materi, strategi pembelajaran, maupun sistem
penilaiannya.
Demikian pula kondisi sosial budaya antara satu masyarakat antara satu
bangsa dengan yang lainnya. Bahkan, satu masyarakat dalam kurun yang
berbeda juga akan berbeda situsai dan kondisinya. Hal ini akan berpengaruh
terhadap bentuk kurikulum yang dihasilkan. Idealnya landasan-landasan di
atas dijadikan pertimbangan secara keseluruhan dalam proses
pengembangan kurikulum pendidikan, yang mencakup komponen-
komponen kurikulum.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
landasan organisatoris adalah landasan pengembangan kurikulum yang
berhubungan dengan pola penyusunan bahan mata pelajaran yang akan
disampaikan kepada peserta didik.

Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis adalah landasan yang menjadi tumpuan berfikir yang
berdasarkan kepentingan nilai-nilai masyarakat serta norma-norma tradisi
yang melekat pada masyarakat. Sosial-budaya yang terdapat nilai-milai
masyarakat bersumber dari manusia dengan karyanya melalui nalar akal
budinya sehingga dalam melestarikan dan menyebarluaskannya. Pada
pendidikan juga terdapat proses interaksi antara manusia sehingga
menjadikan manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Pada konteks ini
peserta didik berada di fenomena budayanya, diharapkan siswa bisa dibina
serta dikembangakan sinkron dengan nilai budayanya Kebudayaan yang
diharapkan siswa merupakan budaya yang positif memiliki efek baik
bermanfaat bagi insan dan warga (Halim, 2016). Asas sosial budaya sebagai
landasan kurikulum pendidikan tentuanya berperan besar dalam mendasari
bagaimana kurikulum tersebut dapat diimplementasikan peserta didik
kepada masyarakat. Fakta bahwa terdapat beragam budaya tentunya
mempengaruhi konsep kurikulum pendidikan. Aspek terpenting dalam
sosial budaya adalah system nilai yang mengatur kehidupan bermasyarakat,
maka dari itu pada kurikulum pendidikan dengan asas sosial budaya menjadi
solusi untuk merangkai kurikulum yang tepat agar setiap perbedaan budaya
dapat dilakasanakan peserta didik dengan baik sehingga tercapainya
pendidikan yang sesuai kondisi sosial budaya khususnya di Indonesia
Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat heterogen di tiap daerah dan
masyarakatnya. Oleh sebab itu, masyarakat merupakan suatu faktor yang
begitu penting dalam pengembangan kurikulum sehingga aspek sosiologis
dijadikan salah satu asas. Dalam hal ini pun kita harus menjaga, agar asas
ini jangan terlampau mendominasi sehingga timbul kurikulum yang
berpusat pada masyarakat atau “ society centered curriculum “. Di Indonesia
belum tertuju kearah itu, tetapi perhatian terhadap perkembangan
kebudayaan yang ada di masyarakat sudah diwujudkan dalam bentuk
kurikulum muatan lokal di tiap daerah. Dengan dijadikannya sosiologis
sebagai landasan pengembangan kurikulum, maka peserta didik nantinya
diharapkan mampu bekerja sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Selain itu alasan yang lain adalah, bahwa pengaruh perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi menuju pada suatu masyarakat terbuka dengan
mobilitas tinggi yang mempercepat pertemuan antar suku, antar bangsa, dan
membuka daerah- daerah yang terisolasi, pertemuan berbagai tradisi,
kebudayaan dan kepentingan. Maka terjadilah proses pembauran, atau
bahkan pertentangan antar sektor sosial budaya. Melalui proses akulturasi
dalam pendidikan, pembauran semakin solid diupayakan, berikut
pertenangan atau konflik semakin berkurang. Hal ini berarti bahwa
kehidupan masyarakat dengan segala karakteristik dan kekayaan budayanya
menjadi landasan bagi pendidikan. Dengan kata lain bahwa dalam
penyusunan kurikulum selalu memperhitungkan kebutuhan-kebutuhan dari
masyarakat tempat suatu lembaga pendidikan didirikan
Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi
yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan
kurikulum. Mengapa pengembangan kurikulum harus mengacu pada
landasan sosiologis? Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan
pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan
masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan
bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala
karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan
pendidikan.
Jika dipandang dari sosiologi, pendidikan adalah proses mempersiapkan
individu agar menjadi warga masyarakat yang diharapkan. Pendidikan
adalah proses sosialisasi, dan berdasarkan pandangan antrofologi,
pendidikan adalah “enkulturasi” atau pembudayaan. “Dengan pendidikan,
kita tidak mengharapkan muncul manusia-manusia yang lain dan asing
terhadap masyarakatnya, tetapi manusia yang lebih bermutu, mengerti, dan
mampu membangun masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun
proses pendidikan harus disesuaikan dengan kondisi, karakteristik
kekayaan, dan perkembangan masyarakat tersebut” (Sukmadinata,
1997:58). Untuk menjadikan peserta didik agar menjadi warga masyarakat
yang diharapkan, maka pendidikan memiliki peranan penting. Oleh karena
itu kurikulum harus mampu memfasilitasi peserta didik agar mereka mampu
bekerja sama, berinteraksi, menyesuaikan diri dengan kehidupan di
masyarakat dan mampu meningkatkan harkat dan martabatnya sebagai
mahluk yang berbudaya.
Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju
manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan
dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai
budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.
Dilihat dari substansinya faktor sosiologis sebagai landasan dalam
mengembangkan kurikulum dapat dikaji dari dua sisi yaitu dari sisi
kebudayaan dan kuriklulum serta dari unsur masyarakat dan kurikulum.
1. Kebudayaan dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam
pengembangan kurikulum dengan pertimbangan:
1) Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hai kebiasaan, cita-cita,
sikap, pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya. Semua itu
dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan
budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan tentu saja sekolah /
lembaga pendidikan. Oleh karena itu sekolah lembaga pendidikan
mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada
para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2) Kurikulum dalam setiap masyarakat pada dasarnya merupakan
refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita- cita, atau
kebiasaan-kebiasaan. mengembangkan suatu kurikulum Karena
perlu itu dalam memahami kebudayaan. Kebudayaan adalah pola
kelakuan yang secara umum terdapat dalam satu masyarakat yang
meliputi keseluruhan ide, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara
berpikir, kesenian, dan lain sebagainya.
Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut
kebudayaan. Oleh karena itu kebudayaan dapat dikatakan sebagai suatu
konsep yang memiliki kompleksitas tinggi. Kebudayaan adalah hasil dari
cipta, rasa dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:
1. Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan dan lain- lain. Wujud
kebudayaan ini bersifat abstrak dan adanya dalam alam pikiran
manusia dan warga masyarakat di tempat kebudayaan itu berada.
2. Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
Tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial, aktivitas
manusia sifatnya konkrit, bisa dilihat dan diobservasi. Tindakan
berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan yang
pertama. Artinya sistem sosial dalam bentuk aktivitas manusia
merupakan refleksi dari ide, konsep, gagasan, nilai dan norma yang
telah dimilikinya.
3. Benda hasil karya manusia. Wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah
seluruh fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat. Oleh
karena itu wujud kebudayaan yang ketiga ini adalah produk dari
wujud kebudayaan yang pertama dan kedua.
Secara umum pendidikan dan khususnya persekolahan pada dasamya
bermaksud mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi
dengan anggota masyarakat yang lain. Hal ini membawa implikasi bahwa
kurikulum sebagai salah satu alat mencapai tujuan pendidikan bermuatan
kebudayaan yang bersifat umum pula, seperti: nilai-nilai, sikap-sikap.
Dengetahuan kecakapan dan kegiatan yang bersifat umum pula, seperti: nilai-
nilai, sikap-sikap, pengetahuan, kecakapan dan kegiatan yang bersifat umum
yang sangat penting bagi kehidupan bermasyarakat. Selain pendidikan yang
bermuatan kebudayaan yang bersifat umum di atas, terdapat pula pendidikan
yang bermuatan kebudayaan khusus, yaitu untuk aspek-aspek kehidupan
tertentu dan berkenaan dengan kelompok yang sifatnya vokasional. Keadaan
seperti itu menuntut kurikulum yang bersifat khusus pula. Misalnya untuk
pendidikan vokasional, biasanya berkenaan dengan latar belakang
pendidikan, status ekonomi, dan cita-cita tertentu, sehingga mempunyai batas
waktu dan daerah ajar tertentu pula. Landasan sosiologis mengalami
perkembangan sangat dinamis, sehingga menuntut evaluasi untuk melakukan
pengembangan serta perubahan kurikulum secara periodik. Namun, karena
aspek sosiologis ini juga berbeda antara satu tempat dengan tempat lain, maka
di samping penyeragaman kurikulum secara nasional, perlu juga
pengembangan kurikulum sesuai dengan kondisi dan potensi lokal masing-
masing lembaga pendidikan.

KESIMPULAN
Landasan yang dipilih untuk dijadikan dasar pijakan dalam
mengembangkan kurikulum sangat tergantung atau dipengaruhi oleh
pandangan hidup, kultur, kebijakan poltik yang dianut oleh negara dimana
kurikulum itu dikembangkan. Akan tetapi secara umum kedua landasan yang
sudah dibahas diatas, yaitu landasan organisatoris dan sosiologis adalah
sebagai pokok dasar pijakan dalam mengembangkan kurikulum.

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN


Fatah Khurohman
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta
e-mail: 21104090017@student.uin-suka.ac.id

ABSTRAK

Kurikulum adalah inti dari pendidikan dimana kurikulum dapat diartikan


sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis
dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan
manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa
menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. Adapun metode penulisan
karya tulis ini menggunakan metode literatur pustaka dengan mengumpulkan
sumber-sumber literatur baik itu dari jurnal,artikel, maupun e-book.

PENDAHULUAN
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang
sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat
pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan
kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan
tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. Kurikulum jika
dikembangkan tidak didasarkan pada landasan yang tepat dan kuat, maka
kurikulum tersebut tidak bisa bertahan lama, dan bahkan dengan mudah dapat
ditinggalkan oleh para pemakainya. Dengan demikian dalam
mengembangkan kurikulum, terlebih dahulu harus diidentifikasi dan dikaji
secara selektif, akurat, mendalam dan menyeluruh landasan apa saja yang
harus dijadikan pijakan dalam merancang, mengembangkan, dan
mengimplementasikan kurikulum. Dengan landasan yang kokoh kurikulum
yang dihasilkan akan kuat, yaitu program pendidikan yang dihasilkan akan
dapat menghasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiaannya,
baik untuk kehidupan masa kini maupun menyongsong kehidupan jauh
kemasa yang akan datang.

Penggunaan landasan yang tepat dan kuat dalam mengembangkan


kurikulum tidak hanya diperlukan oleh para penyusun kurikulum ditingkat
pusat (makro), akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar
pertimbangan oleh para pengembang kurikulum ditingkat operasional (satuan
pendidikan), yaitu para guru, kepala sekolah, pengawas pendidikan
(supervisor) dewan sekolah atau komite pendidikan dan para guru serta
pihak- pihak lain yang terkait (stacke holder). Landasan yang dipilih untuk
dijadikan dasar pijakan dalam mengembangkan kurikulum sangat tergantung
atau dipengaruhi oleh pandangan hidup, kultur, kebijakan poltik yang dianut
oleh negara dimana kurikulum itu dikembangkan.

PEMBAHASAN

Dasar berarti sesuatu yang menjadi tumpuan berfikir atau berpendapat 1.


Landasan berarti alas, dasar atau tumpuan 2. Menurut Siregar dan Nara yang
dikutip oleh Rahmat Raharjo mengatakan bahwa landasan adalah a). Sebuah
pondasi yang diatasnya dibangun sebuah bangunan, b). Pikiran-pikiran
abstrak yang dijadikan titik tolak atau titik berangkat bagi pelaksanaan suatu
kegiatan, c). Pandangan-pandangan abstrak yang telah teruji, yang
dipergunakan sebagai titik tolak dalam menyusun konsep, melaksanakan
konsep, dan mengevaluasi konsep. Istilah kurikulum muncul untuk pertama
kalinya dan digunakan dalam bidang olahraga Secara etimologi curriculum
yang berasal dari bahasa yunani, yaitu currir yang artinya “pelari” dan curere
yang berarti “tempat berpacu”. Jadi istilah kurikulum pada zaman Romawi
Kuno mengandung pengertian sebagai suatu jarak yang harus ditempuh oleh
pelari dari garis star sampai garis finish. Baru pada tahun 1855, istilah
kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan yang mengandung arti sejumlah
mata pelajaran pada perguruan tinggi.

Berdasarkan uraian diatas maka landasan pengembangan kurikulum dapat


diartikan sebagai suatu gagasan, asumsi atau prinsip yang menjadi sandaran
atau titik tolak dalam mengembangkan kurikulum dengan tetap
mempertimbangkan landasan filosofi, landasan yuridis, landasan psikologis,
landasan sosiologis, Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada bagian
ini akan dibahas tentang landasan Agama dan Landasan Filosofis sebagai
landasan dalam pengembangan kurikulum.

1. Landasan Agama
Landasan agama dalam mengembangkan kurikulum artinya
pengembangan dan penerapan kurikulum berdasarkan nilai-nilai
ilahiyah sehingga dengan adanya dasar ini kurikulum diharapkan
dapat membimbing peserta didik untuk mebina iman yag kuat,
teguh terhadap ajaran agama, berkhlak mulia dan
melengkapinya dengan ilmu pengetahuan yang bermanfaatdi
dunia dan di akhirat12. Landasan agama ini relevan dengan tujuan
Pendidikan Nasional sebagaiman yang termaktub dalam Undang-
Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003

12
Sholeh Hidayat, Pengembangan..., hlm. 34
yakni Pendikan Nasional bertujuan mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab13.
Dasar berpikir bagi landasan agama ini adalah seperti dalam landasan
filsafat, bahwa dalam kegiatan pendidikan akan muncul persoalan-
persoalan yang sangat mendasar seperti ke arah mana pendidikan
harus diarahkan, siapakah peserta didik itu, apa yang harus diajarkan
ke peserta didik, dan sebagainya, yang semua ini memerlukan
jawaban-jawaban mendasar. Agama dan filsafat akan saling
melengkapi dalam memberikan jawaban-jawaban tersebut14(Hidayati
et al., 2021).
2. Landasan Filosofis
Filsafat berasal dari kata-kata philein yang berarti cinta atau
sukasekali akan sesuatu. Kata shopia berarti kebajikan atau
kebijaksanaan. Orang yang mempelajari filsafat akan menjadi orang
bijaksana dalam tingkah laku dan perbuatannya. Orang belajar
berfilsafat agar ia menjadi orang yang mengerti dan berbuat secara
bijak. Agar manusia dapat mengerti kebijakan dan berbuat secara
bijak, ia harus tahu atau berpengetahuan. Pengetahuan diperoleh
melalui proses berpikir, yaitu berpikir secara sistematis, logis, dan
mendalam, pola berfikir seperti ini disebut pemikiran radikal, atau
berpikir sampai ke akar-akarnya (radic berarti akar) (Hidayati et al.,
2021).
Landasan filosofis yaitu suatu landasan yang belum pasti atau belum
jelas yang akan dijadikan tolak ukur dalam mengembangkan
kurikulum. Tujuan pendidikan nasional indonesia bersumber pada

13
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003
14
Hidayati, W., Syaefudin, & Muslimah, U. (2021). Manajemen Kurikulum dan
Program Pendidikan (Konsep dan Strategi Pengembangan).
pandangan dan cara hidup manusia Indonesia, sebagaiman yang
sering kita dengar yakni Pancasila. Hal ini berarti bahwa pendidikan
di Indonesia harus membawa peserta didik agar menjadi manusia yang
berpancasila. Dengan kata lain, landasan dan arah yang ingin
diwujudukan oleh pendidikan di Indonesia adalah yang sesuai
dengan kandungan falsafah pancasila itu sendiri. Oleh sebab itu,
dengan adanya landasan filosofis dalam perubahan pengembangan
kurikulum menurut pandangan Noeng Muhajirin, dapat kita pastikan
bahwa nilai dasar yang digunakan adalah falsafah pendidikan
manusia seutuhnya. Landasan filosofis dalam perubahan
pengembangan kurikulum setidaknya adalah idealisme. Idealisme
adalah salah satu aliran filsafat tertua yang digagas oleh Plato. Ciri
utama aliran ini adalah pendekatan rasio terhadap semua masalah
dengan menggunakan cara berpikir deduktif. Dapat disimpulkan
bahwa landasan filosofis berperan sebagai sudut pandang dari
pemikiran pola pikir kita, yang akan dilaksanakan dalam proses
pemecahan masalah pendidikan. Serta dijadikan salah satu dasar
dalam penentuan rencana kurikulum agar supaya tercapainya segala
15
cita-cita yang dibuat di Indonesia sendiri (Posangi Said, 2020).
Filsafat memegang peranan penting dalam pengembangan kuikulum.
Sama halnya seperti dalam Filsafat Pendidikan, kita dikenalkan pada
berbagai aliran filsafat, seperti : perenialisme, essensialisme,
eksistesialisme, progresivisme, dan rekonstruktivisme. Dalam
pengembangan kurikulum pun senantiasa berpijak pada aliran – aliran
filsafat tertentu, sehingga akan mewarnai terhadap konsep dan
implementasi kurikulum yang dikembangkan. Di bawah ini diuraikan

15
Posangi Said, S. (2020). Landasan Kurikulum Pendidikan Islam. Al-Minhaj:
Jurnal Pendidikan Islam, 4(1), 1–11.
http://ineusintiawati.blogspot.co.id/2012/03/pengertian-landasan.html.
tentang isi dari masing-masing aliran filsafat, kaitannya dengan
pengembangan kurikulum. Perenialisme lebih menekankan pada
keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan
budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih
penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan
yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut ,
kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran
ini lebih berorientasi ke masa lalu.
1) Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan
pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar
dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika,
sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar
substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat.
Kehidupan masyarakat dapat ditingkatkan dan diperbaiki dengan
pertolongan ilmu pengetahuan karenan peranan ilmu
pengetahuan bagi masyarakat dapat mengembangkan masyarakat
menjadi berbudaya.
2) Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber
pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami
kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri.
3) Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan
individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman
belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi
pengembangan belajar peserta didik aktif. Konsep yang didasari
oleh pengetauan dan kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai
kemampuan-kemampuan yang wajar dan dapat menghadapi serta
mengatasi masalah-masalah yang bersifat menekan atau
mencancam adanya manusia itu sendiri.
4) Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran
progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa
depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang
perbedaan individual seperti pada progresivisme,
rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan
masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan
mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah
dan melakukan sesuatu.

Dalam pendekatan filosofi pengembangan kurikulum di Negara


Indonesia harus mengacu pada visi, misi dan tujuan Pendidikan
Nasional, sehingga tidak bertentangan dengan falsafah negara yaitu
Pancasila.17 karena Pancasila merupakan dasar Negara, pandangan
hidup (way of lofe), dan sekaligus menjadi ideologi bangsa dan negara
indonesia (Kajian et al., 2015). Landasan filsafat dalam
pengembangan kurikulum memilki empat fungsi yaitu :

1) Filsafat dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan


2) Filsafat dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus
dipelajari
3) Filsafat dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan
4) Filsafat dapat menentukan tolak ukur keberhasilan proses
pendidikan

KESIMPULAN
Kurikulum adalah inti dari pendidikan dimana kurikulum dapat diartikan
sebagai seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan. Penyusunan
kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan
kuat. Kurikulum jika dikembangkan tidak didasarkan pada landasan yang
tepat dan kuat, maka kurikulum tersebut tidak bisa bertahan lama, dan bahkan
dengan mudah dapat ditinggalkan oleh para pemakainya. Maka dari itu,
dalam penyusunan kurikulum harus memiliki landasan yang jelas agar
kualitas pendidikan yang tercipta adapun landasan-landasan yang digunakan
dalam pengembangan kurikulum itu sendiri diantaranya adalah landasan
agama dan landasan filosofis. Dimana landasan agama itu sendiri
berdasarkan nilai-nilai regilius didalamnya. Sedangkan secara filosofis
sendiri sebagai sudut pandang dari pemikiran pola pikir kita, yang akan
dilaksanakan dalam proses pemecahan masalah pendidikan.

ASAS-ASAS PENGEMBANGAN KURIKULUM


LANDASAN PSIKOLOGI DAN LANDASAN ILMU PENGETAHUAN
DAN TEKNOLOGI

Lukluk Nur Imamah


Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga,
Yogyakarta

ABSTRAK:
Pada hakikatnya pendidikan adalah instrument yang dipergunakan
manusia untuk memajukan berbagai aspek kehidupan manusia. Pendidikan
merupakan instrumen yang digunakan manusia untuk memajukan peradaban
manusia. Perubahan dan perkembangan pendidikan terasa sangat cepat
yang merupakan dampak dari globalisasi. Dengan demikian dibutuhkan
asas-asas yang sesuai untuk diterapkan pada proses perkembangan
kurikulum pendidikan. Asas-asas tersebut antara lain asas teologi, filosofis,
psikologi, sosia-budaya, sains dan teknologi. Penulisan ini bertujuan untuk
memaparkan komponen dari asas pengembangan kurikulum khususnya
landasan psikologis serta landasan sains teknologi yang menentukan
kemampuan sesuai jenjang dan landasan sains teknologi Metode penulisan
ini menggunakan kajian studi kepustakaan dengan mengelola data melalui
analisis deskriptif serta disajikan dengan sistematis dan objektif. Dari hasil
penelitian ada banyak penjelasan yang dapat memberikan pemahaman
kepada para pembaca. Hasil kajian menjelaskan bahwa Kurikulum yang
dibuat membutuhkan landasan psikologis untuk menentukan bahan ajar dan
metode yang sesuai berdasarkan usia siswa. Selain itu, lembaga pendidikan
juga harus mampu menunjang dan mengantisipasi kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bahan ajar atau materi sepatutnya hasil
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kontemporer, baik berkaitan
dengan hasil perolehan informasi, ataupun cara memperoleh informasi
tersebut dan memanfaatkannya untuk masyarakat.
Kata Kunci: Asas, Kurikulum, Psikologi, Teknologi

ABSTRACT:
In essence, education is an instrument used by humans to advance various
aspects of human life. Education is an instrument used by humans to advance
human civilization. Changes and developments in education are felt very fast
which is the impact of globalization. Thus, appropriate principles are needed
to be applied to the educational curriculum development process. These
principles include theological, philosophical, psychological, socio-cultural,
science and technology principles. This writing aims to describe the
components of the curriculum development principle, especially the
psychological basis and the basis of science and technology which determine
abilities according to the level and basis of science and technology. This
writing method uses a literature study by managing data through descriptive
analysis and presented systematically and objectively. From the research
results there are many explanations that can provide understanding to the
reader. The results of the study explain that the curriculum created requires
a psychological basis to determine appropriate teaching materials and
methods based on the age of the students. In addition, educational institutions
must also be able to support and anticipate advances in science and
technology. Teaching materials or materials should be the result of
contemporary scientific and technological developments, both related to the
results of obtaining information, or how to obtain this information and use it
for society.
Keywords: Principles, Curriculum, Psychology, Technology
PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peran besar dalam transformasi kehidupan manusia


seperti yang dapat kita saksikan yaitu banyak perubahan besar ketika ilmu
pengetahuan manusia meningkat. Manusia memiliki potensi berupa akal
sehat yang dapat digunakan untuk bernalar, menganalisa dan berfikir dalam
menghadapi persoalan hidup. Pendidikan adalah proses ganda, yang pertama
melibatkan ilmu ke jiwa seseorang dan yang kedua melibatkan jiwanya pada
ilmu tersebut. Pendidikan memiliki cakupan makna yang luas, merujuk
kbbi.kemdikbud.go.id pendidikan berupa proses sikap tata laku permanusiaan
atau kelompok yang dirubah dengan usaha pengajaran dan pelatihan.
Pendidikan juga merupakan usaha yang terencana dalam rangka menciptakan
situasi belajar yang menarik dengan proses pembelajaran yang baik agar
peserta didik dapat mengembangkan potensi diri namun tetap memiliki
kekuatan spiritual, pengendalian diri, akhlak mulia dan kecerdasan sosial
maupun kecerdasan pemikiran.

Poin utama dari pendidikan adalah adanya proses pengajaran, pelatihan


dan pembelajaran dari seseorang yang dapat dijadikan rujukan ilmu seperti
guru, dosen maupun ulama kepada peserta didik dengan tujuan mereka
menjadi manusia yang memiliki pandangan yang luas dengan adanya ilmu
pengetahuan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan pendidikan tentu
tidaklah mudah sehingga diperlukan adanya rangkaian konsep yang
sistematis dan tepat agar proses pendidikan dapat terlaksana yaitu dengan
menggunakan kurikulum. Kurikulum dalam sistem pedidikan menjadi
mekanisme dalam mentransfer ilmu pengetahuan dari satu manusia ke
manusia lain.

Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 itu kurikulum terdiri dari


seperangkat rencana, peraturan mengenai isi, bahan pelajaran serta cara yang
tepat sebagai pedoman dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.16 Dalam

16
Indira Falasifa, Umdaturrosyidah.. Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum. hal
86-87.
kurikulum terdapat seperangkat rencana pembelajaran, materi dan bahan serta
panduan proses pmbelajaran. Kurikulum juga mengatur standar yang tepat
dalam memberikan penilaian bagi pendidik maupun peserta didik sehingga
dengan menggunakan kurikulum maka pendidikan berlangsung secara teratur
dan terstruktur. Untuk mewujudkan kurikulum tersebut perlu penelaahan
lebih lanjut bagaimana menyusun kurikulum yang tepat. Dalam penyusunan
kurikulum perlu mempertimbangkan aspek psikologi, sebab usia merupakan
salah satu tanda untuk mendapat tingkatan perkembangan kemampuan dan
daya serap siswa.Teknologi dan ilmu pengetahuan yang terus berkembang
juga memengaruhi penyusunan dan pelaksanaan kurikulum maka diperlukan
asas atau landasan yang tepat sebagai pondasi bagi pengembangan kurikulum
pendidikan. Asas-asas kurikulum menjadi pijakan bagaimana kurikulum
disusun serta dikembangkan. Asas menuntun kurikulum agar dapat
berkembang sesuai prinsip dan tujuan pendidikan yang dibutuhkan selain itu
berguna agar proses perkembangannya tidak lepas dari tujuan pendidikan
nasional. Dengan demikian penulis akan membahas tentang landasan
pengembangan kurikulum, khususnya dalam aspek psikologis pengembangan
kurikulum dan aspek sains teknologi.

PEMBAHASAN

Landasan Psikologis

Landasan psikologis dapat didefenisikan sebagai suatu landasan yang


dijadikan sebagai titik tolak dalam proses pendidikan yang membahas
berbagai informasi tentang jiwa atau psikis manusia yang selalu mengalami
perkembangan dari bayi hingga usia lanjut sehingga dapat memudahkan
pelaksanaan proses pendidikan. Landasan psikologis dalam pengembangan
kurikulum yang dimaksudkan adalah faktor-faktor psikologis yang harus
dijadikan dasar pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.17 Kurikulum
sebagai program pendidikan secara umum terdiri dari empat unsur yaitu

17
Suharsimi Arikunto, dkk., Manajemen Kurikulum, (Yogyakarta: Jurusan Administrasi Pendidikan
FIP UNY, 2000), hal. 48
tujuan, materi, strategi pembelajaran serta penilaian. Menurut Nana Syaodih
Sukmadinata, landasan psikologis ini sangat diperlukan dalam merumuskan
semua unsur kurikulum di atas, baik perumusan tujuan, materi, strategi
pembelajaran maupun teknik-teknik penilaiannya.18 Menurut S. Nasution,
landasan psikologis ini dalam pengembangan kurikulum sangat diperlukan,
terutama dalam:

1. Seleksi dan organisasi bahan pelajaran;


2. Menentukan kegiatan belajar yang paling serasi
3. Merencanakan kondisi belajar yang optimal agar tujuan belajar
tercapai.

Menurut kedua pendapat di atas, dapatlah dipahami bahwa landasan


psikologis dalam pengembangan kurikulum dapat memberikan acuan dalam
merumuskan keempat unsur kurikulum. Akan tetapi, yang paling pokok dari
keempat unsur tersebut adalah dalam kaitannya dengan pemilihan dan
penentuan bahan atau materi pelajaran dan strategi pembelajaran.19

Landasan psikologis juga diartikan sebagai landasan kurikulum yang


berdasarkan pertimbangan terhadap kondisi jiwa peserta didik. Berhubungan
dengan hal ini, maka kurikulum harus disesuaikan menurut usia tingkatan
peserta didik, sebab usia merupakan salah satu tanda untuk mendapat
tingkatan perkembangan kemampuan dan daya serap siswa. Pemilihan dan
penentuan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tahap perkembangan
peserta didik. Sehingga, bahan atau materi pelajaran dan strategi
pembelajaran akan fungsional dalam upaya membantu perkembangan peserta
didik. Demikian pula, agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan efektif,
harusnya disesuai dengan taraf perkembangan mereka. Menurut Nana
Sudjana, ada dua cabang psikologi yang penting sebagai landasan dalam

18
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum…, 46.
19
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 57.
pengembangan kurikulum, yaitu: psikologi perkembangan dan psikologi
pembelajaran.20

1. Psikologi Perkembangan
Psikologi perkembangan membahas perkembangan individu sejak
masa konsepsi, yaitu masa pertemuan spermatozoid dengan sel telur
sampai dengan dewasa atau cabang psikologi yang membahas tentang
perkembangan individu dari rentang kehidupan masa kanak-kanak,
masa dewasa atau usia lanjut. Dalam psikologi perkembangan dikaji
tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-
aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-
hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang
semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari
pengembangan kurikulum.21 Psikologi perkembangan diperlukan
terutama dalam menetapkan isi kurikulum yang diberikan kepada
peserta didik agar tingkat keluasan dan kedalaman bahan pelajaran
sesuai dengan taraf perkembangan mereka. Adanya jenjang atau
tingkat pendidikan dalam sistem persekolahan merupakan satu bukti
bahwa psikologi perkembangan menjadi landasan dalam pendidikan,
khususnya kurikulum. Ahli psikologi perkembangan mencoba
membagi tahap-tahap perkembangan anak dari sudut yang beragam.
Namun pada prinsipnya, semua itu akan membantu proses pendidikan
termasuk dalam pengembangan kurikulumnya. Setiap individu
mempunyai karakteristik yang berbeda. Manusia mempunyai beberapa
aspek diantaranya yaitu aspek jasmani, intelektual, sosial, emosional,
moral, namun kemudian menciptakan satu kesatuan. Ada tiga
pendekatan yang dikenal dalam teori perkembangan tentang
pendekatan individu (Nana Syaodih Sukmadinata , 2005), yaitu :
1) Pendekatan pentahapan (stage approach)

20
Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah, 14.
21
Ahmad Taufik, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam, 86-89.
Menurut pendekatan ini, seorang individu harus melalui beberapa
tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan yang dilalui oleh
individu memiliki karakteristik masing-masing.
2) Pendekatan diferensial (dif-ferential approach)
Menurut pendekatan ini individu memiliki perbedaan maupun
persamaan. Perbedaan serta persamaan tersebut menyebabkan
dikelompokkannya individu menurut kategori masing-masing.
Pengelompokkan ini biasanya berdasarkan jenis kelamin, agama,
ras, status sosialekonomi danlain-lain. Ada juga pengelompokan
individu berdasarkan atas kesamaan karakteristiknya. Berkaitan
dengan hal tersebut, ada juga pengelompokan yang bersifat
bipolar,
3) Pendekatan ipsatif (ipsative approach)
Menurut pendekatan ini ada individu-individu yang memiliki sifat
individual, yaitu sifat yang hanya dimiliki oleh seorang individu
dan tidak dimiliki oleh individu lainnya. Dari ketiga pendekatan
diatas, para ahli psikologi perkembangan lebih banyak menganut
pendekatan pentahapan, karena dianggap lebih jelas dalam
menggambarkan urutan atau proses perkembangan yang dialami
oleh individu.22
2. Psikologi pembelajaran
Psikologi pembelajaran pada prinsipnya adalah suatu cabang psikologi
yang mengkaji tentang bagaimana individu itu belajar. Jika sudah
diketahuinya secara betul bagaimana proses belajar itu berlangsung,
dalam keadaan yang bagaimana belajar itu memberikan hasil yang
sebaik-baiknya, maka kurikulum dapat direncanakan dan dilaksanakan
dengan cara yang seefektif-efektifnya.23 Terdapat berbagai teori dalam
psikologi pembelajaran, salah satunya teori daya. Pada teori ini

22
Indira Falasifa, Umdaturrosyidah, Landasan Psikologis dalam Pengembangan Kurikulum, 86-87
23
S. Nasution, Asas-Asas Kurikulum, 13
disebutkan bahwa manusia mempunyai berbagai daya yaitu melihat,
meraba, mengingat, berpikir dan lain sebagainya. Daya-data tersebut
bisa dilatih sehingga dapat digunakan untuk berbagai bidang
pengetahuan. Dalam pelatihan tersebut tentu diperlukan adanya
transfer pengetahuan.Sebagai implikasinya, berbagai mata pelajaran
yang ada dalam kurikulum harus memiliki unsur yang dapat memupuk
banyak daya yang ada dalam jiwa orang yang belajar. Penyusunan
kurikulum adalah diperuntukkan bagi seluruh peserta didik tanpa
menghiraukan kebutuhan serta minatnya (Zainal Arifin, 2011).
Apabila psikologi perkembangan bermanfaat bagi penyusunan isi
kurikulum agar sesuai dengan taraf perkembangan anak, maka
psikologi pembelajaran memberikan sumbangan terhadap kurikulum
dalam hal bagaimana kurikulum itu diberikan kepada peserta didik,
dan bagaimana pula peserta didik harus mempelajarinya. Ini berarti,
sumbangan psikologi belajar terhadap, kurikulum berkenaan dengan
pelaksanaan kurikulum di sekolah, yakni melalui strategi belajar
mengajar. Psikologi pembelajaran berkenaan proses perubahan
tingkah laku manusia itu terjadi. Hal ini diperlukan dalam pendidikan,
terutama bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran. Sebab, proses
belajar mengajar atau pembelajaran pada hakikatnya mengubah
tingkah laku baru peserta didik. Asas psikologis berperan memberikan
berbagai prinsip-prinsip tentang perkembangan anak didik dalam
berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar
dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap
perkembangannya. 24

Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Asas ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu landasan yang menjadi


tumpuan berfikir yang berdasarkan kumpulan gagasan atau penemuan yang
sudah dilalui berbagai proses ilmiah sehingga menghasilkan suatu produk

24
Nata, Ilmu Pendidikan, 177
baik barang atau pedoman yang dapat menjadi sumber pengembangan ilmu
lainnya serta sebagai alat yang memudahkan manusia dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Pengetahuan berasal dari akar kata “ilm” yang artinya
lambang atau penunjuk agar dapat dikenali dan diketahui. Sama halnya
dengan ma'lam, artinya rambu jalan agar sesemanusia bisa menuntun diri
sendiri atau sesemanusia. Selain itu, “Alam juga diartikan sebagai pedoman
25
Ilmu dapat diartikan sebagai arah mata angin, dimana mata angin
memudahkan manusia untuk mencapai tujuan dalam berpergian. Begitu juga
ilmu bagi manusia dengan ilmu manusia dapat mengembangkan potensiya
sesuai bidang ilmu masing-masing. Ilmu adalah kesadaran mengenai
pengetahuan yang berfungsi untuk menyelediki dan menelaah suatu temuan
sementara. Ilmu juga dimaknai pengetahuan yang dihasilkan dengan proses
pembelajaran dari pengalaman yang ditempuh. Memperoleh pengetahuan
dapat dilakukan dengan cara pengalaman yang didapat serta manusia-
manusia dengan informasi yang diberikan. Namun dalam hal ini tidak dapat
disebut ilmu jika pengetahuan belum teruji kebenarannya. Dari makna
tersebut dapat diketahui bahwa ilmu pengetahuan merupakan proses atau
upaya dalam penemuan baru dengan berbagai bentuk cara seperti penelitian,
eksperiman dan observasi sehingga ditemukanlah teori baru yang disepakati
bersama.

Teknologi hakikatnya merupakan implementasi dari ilmu pengetahuan


dan menduduki peranan penting dalam kehidupan manusia. Teknologi lahir
dari karya pikir manusia melalui proses ilmiah guna mencapai tujuan yang
optimal, teknologi juga dapat diartikan sebagai sarana manusia untuk
menyediakan kebutuhan. Produk IPTEK beraneka ragam dan sifatnya
dinamis, seiring berkembangnya zaman kemajuan IPTEK sangat
mempengaruhi perannya dalam kehidupan manusia. IPTEK juga
berpengaruh sabagai landasan kurikulum pendidikan. Karya dari manusia
melahirkan teknologi melalui proses ilmiah agar tercapainya tujuan
kehidupan manusia yang paling baik. Teknologi memiliki kontribusi dalam
semua aspek kehidupan manusia. Teknologi tentunya berperan besar
memudahkan dalam mengembangkan sumber daya alam yang ada bagi
manusia, akan tetapi sering kali melampaui batas tanpa dilakukan dengan
bijak sehingga sering terjadi tidak beraturan dalam penggunaannya.26

Beberapa tahun terakhir terjadi pola pikir terkait mendidik anak, di mana
sebelumnya para orang tua mempercayakan tentang pendidikan anaknya
sepenuhnya kepada guru, padahal waktu di luar sekolah lebih banyak
dihabiskan oleh anak, artinya seorang lebih sering di rumah dan bersama
keluarga dan yang seharusnya orang tua lah yang mendidik anaknya bukan
menyerahkannya kepada guru. Oleh karena semakin berkembangnya IPTEK
membuat kurikulum sekolah harus terus mengikuti kemajuan tersebut,
sehingga akhirnya kurikulum memiliki banyak tanggung jawab dan
permasalahan yang harus diselesaikan untuk dapat menyesuaikan
pembelajaran dengan kemajuan dari IPTEK. Beberapa penjelasan tersebut
menunjukkan betapa luas pengertian kurikulum. Supaya mendapatkan
pelajaran yang luas, seorang siswa harus memiliki pengalaman dalam bergaul
dengan semua anggota atau orang yang terlibat di sekolah dan alat-alat yang
ada.27

Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya menyertakan orang yang


terlibat langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya
melibatkan banyak orang, di antaranya: politikus, pengusaha, orang tua
peserta didik, serta unsur-unsur masyarakat lainnya yang memiliki
kepentingan dengan pendidikan. Dalam hal ini, lembaga sekolah bertanggung
jawab menerapkan kerangka kerja dalam mengoptimalkan kurikulum. Di
dalam kerangka kerja tersebut berisi informasi mengenai:

1. Apa yang harus dipelajari dan dipahami peserta didik (subyek)


2. Apa kompetensi peserta didik

26
F, Camelia. Analisis Landasan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi. l 59
27
Ibid. hal 58
3. Berapa lama mereka dapat belajar (jam belajar)
4. Dengan cara bagaimana peserta didik belajar (tatap muka, tugas
individu, tugas terstruktur).

Pada hakikatnya kurikulum mengarah pada tujuan pendidikan nasional yakni


mencerdaskan kehidupan bangsa. Cerdas yang ingin dicapai di sini bukan
hanya pandai dan terampil tetapi mempunyai kemampuan dan kemauan untuk
memanfaatkan kepandaian serta keterampilan tersebut dalam menyelesaikan
berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.

Proses penyempurnaan kurikulum atau pengembangan kurikulum menjadi


otonomi sekolah. Sekolah diberi hak penuh dalam mengembangkan
kurikulum, supaya kurikulum sekolah dicocokkan dengan kondisi sekolah
masing-masing, yaitu menyesuaikan kondisi peserta didiknya dan potensi
daerah yang ada. Pendapat tersebut selaras dengan penyempurnaan yang terus
dilakukan oleh pengembang kurikulum di Indonesia. Seringkali kita
mendengar istilah “ganti menteri pendidikan, ganti kurikulum”, padahal
pergantian kurikulum sudah menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja bagi
negara di dunia dengan pendidikan yang maju. Hal itu dilakukan untuk
mendorong relevansi pendidikan terhadap tantangan zaman, sehingga
kurikulum yang diterapkan di lembaga pendidikan Indonesia tidak mungkin
stagnan.

Pengembangan kurikulum bukan tentang abstraksi, akan tetapi


mempersiapkan berbagai alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi
dari ide-ide dan beberapa penyesuaian lain yang dinilai penting. Supaya
kurikulum sesuai dengan perkembangan IPTEK maka harus memperhatikan
kebutuhan masyarakat, industri, menyesuaikan dengan teknologi yang
berkembang saat itu, menyesuaikan pola hidup, syarat dan tuntunan tenaga
kerja, serta menginterpretasi kebutuhan individu dalam kerangka kepentingan
IPTEK. Audrey Nicholls dan Howard Nicholls berpendapat bahwa
pengembangan kurikulum ialah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar
agar membawa peserta didik ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan
dan mengukur sampai di mana perubahan tersebut telah terjadi dalam diri
peserta didik.

Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua
dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi
jangkauan pemikiran manusia sebelumnya.Oleh karena itu, kurikulum
seyogyanya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi
dan sekaligus mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
kemaslahatan dan kelangsungan hidup manusia.

Prinsip Pengembangan Kurikulum Nana syaodih S. membagi prinsip


pengembangan kurikulum menjadi dua, yaitu prinsip umum dan khusus.
Prinsip Umum Pengembangan kurikulum mempunyai lima prinsip
kurikulum. Pertama, relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki
kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu
sendiri. Relevansi ke luar maksudnya adalah tujuan, isi dan proses belajar
yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan,
kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Selain itu kurikulum juga harus
memiliki relevansi di dalam, yaitu ada kesesuaian atau konsistensi antara
komponen-komponen kurikulum (antara tujuan, isi, proses penyampaian dan
penilaian). Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
Kedua, fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau
fleksibel kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal solid,
tetapi dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-
penyesuaian yang berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan
dan latar belakang peserta didik. Ketiga, kontinuitas atau kesinambungan.
Perkembangan dan proses belajar peserta didik hendaknya berlangsung
secara berkesinambungan. Keempat, praktis. Kurikulum hendaknya mudah
dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana, dan berbiaya murah.
Kelima, efektivitas.Walaupun kurikulum tersebut harus murah dan
sederhana, tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan.28

PENUTUP

Kesimpulan
Landasan psikologis dapat didefenisikan sebagai suatu landasan yang
dijadikan sebagai titik tolak dalam proses pendidikan yang membahas
berbagai informasi tentang jiwa atau psikis manusia yang selalu mengalami
perkembangan dari bayi hingga usia lanjut sehingga dapat memudahkan
pelaksanaan proses pendidikan. Landasan psikologis juga diartikan sebagai
landasan kurikulum yang berdasarkan pertimbangan terhadap kondisi jiwa
peserta didik. Berhubungan dengan hal ini, maka kurikulum harus
disesuaikan menurut usia tingkatan peserta didik, sebab usia merupakan salah
satu tanda untuk mendapat tingkatan perkembangan kemampuan dan daya
serap siswa. Menurut Nana Sudjana, ada dua cabang psikologi yang penting
sebagai landasan dalam pengembangan kurikulum, yaitu: psikologi
perkembangan dan psikologi pembelajaran. Asas psikologis berperan
memberikan berbagai prinsip-prinsip tentang perkembangan anak didik
dalam berbagai aspeknya, serta cara menyampaikan bahan pelajaran agar
dapat dicerna dan dikuasai oleh anak didik sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Asas ilmu pengetahuan dan teknologi yaitu landasan yang menjadi
tumpuan berfikir yang berdasarkan kumpulan gagasan atau penemuan yang
sudah dilalui berbagai proses ilmiah sehingga menghasilkan suatu produk
baik barang atau pedoman yang dapat menjadi sumber pengembangan ilmu
lainnya serta sebagai alat yang memudahkan manusia dalam memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Teknologi hakikatnya merupakan implementasi dari
ilmu pengetahuan dan menduduki peranan penting dalam kehidupan manusia.
Oleh karena semakin berkembangnya IPTEK membuat kurikulum sekolah
harus terus mengikuti kemajuan tersebut, sehingga akhirnya kurikulum

28
Ahmad Taufik, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Islam. Hal 86-89
memiliki banyak tanggung jawab dan permasalahan yang harus diselesaikan
untuk dapat menyesuaikan pembelajaran dengan kemajuan dari IPTEK.

C. Jenis Jenis Kurikulum dan Model Model Kurikulum

JENIS-JENIS KURIKULUM PENDIDIKAN

Gita Pratiwi

Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

e-mail: gitaaapratiwi945@gmail.com

ABSTRAK

Kurikulum merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan.


Dari itu, idealnya setiap satuan pendidikan menyusun kurikulum yang
berbasis pada kebutuhan dengan mengikuti prinsip relevansi/kerelevansian
dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut terdapat tiga pola modern dalam pengorganisasian kurikulum,
ketiga pola ini (Separated Subject Curriculum, Correlated Curriculum,
Integrated Curriculum) menjadi patron minimal bagi penanggung jawab
pendidikan dalam mengelola kurikulum. Namun demikian, ada aspek-aspek
yang harus diperhatikan, termasuk keunggulan dan kelemahannya.Lebih dari
itu, sejalan dengan pola kurikulum yang diterapkan agar diiringi juga oleh
guru- guru berkompeten dalam mengikuti kurikulum. Karena dilihat dari
sudut pola tersebut masih terdapat kelemahan-kelemahan guru seperti yang
terkait dengan Correlated Curriculum, Integrated Curriculum. Model ini
menuntut agar guru mampu menghubungkan dan memadukan serta
mengintegrasikan antar satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain
PENDAHULUAN

Kurikulum merupakan perangkat program pengajaran yang wajib


disusun oleh setiap lembaga satuan pendidikan. Kurikulum juga bagian dari
unsur terpenting dalam Pendidikan dan tiap lembaga pendidikan memiliki ciri
dan modelnya masing-masing sehingga penetapan kurikulum harus
disesuaikan dengan model satuan lembaga pendidikan.1

Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan


sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanakan pengajaran pada semua jenis
dan tingkat pendidikan. Dalam dunia pendidikan kurikulum bisa diartikan
secara sempit maupun secara luas. Secara sempit kurikulum bisa diartikan
hanya sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau
diselesaikan siswa di sekolah atau di perguruan tinggi. Secara lebih luas
kurikulum diartikan tidak terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi lebih
luas daripada itu, kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan di
sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar mengajar, mengatur
strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program pengembangan
pengajaran. 2

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai


tujuan, isi, dan bahanpelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan
tertentu (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
Dalam tulisan ini akan dijelaskan tentang jenis kurikulum. Berkaitan dengan
pembahasan ini pada dasarnya pola organisasi kurikulum memiliki banyak
jenis namunpenulis merangkai 3 jenis saja.
PEMBAHASAN

Jenis-Jenis Kurikulum.

Kurikulum mempunyai jenis yang bermacam-macam. Jenis yang paling


dikenal dan banyak digunakan adalah subject curriculum. Subject artinya
mata pelajaran. Subject curriculum berarti kurikulum yang terdiri atas
sejumlah mata pelajaran, disebut juga subject centered curriculum yang
artinya kurikulum yang berpusat pada mata pelajaran.

Secara umum ada dua jenis bentuk kurikulum, yaitu sebagai berikut3

1. Kurikulum berdasarkan mata pelajaran (subject curriculum)

2. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject curriculum)


Jenis kurikulum ini sudah lama digunakan dalam pendidikan Indonesia
karena mempunyai karakteristik yang sederhana dan mudah dilaksanakan.
Subjectseprated curriculum bertujuan agar generasi muda mengenal hasil-
hasil kebudayaan dan pengetahuan manusia yang telah dikumpulkan, agar
mereka tidak perlu mencari dan menemukan kembali apa yang telah
ditperoleh generasi terdahulu. Efektivitas pembelajaran dengan kurikulum
jenis ini cenderung tidak diperhatikan bahkan diabaikan. Karena, yang
dianggap tidak penting adalah upaya sejumlah informasi sebagai bahan
pelajaran untuk dapat diterima dan dihafal siswa.
Secara fungsional jenis kurikulum ini mempunyai kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan kurikulum separated subject curriculum adalah
1. Bahan pelajaran yang diberikan atau dipelajari secara terpisah-pisah,
yang menjadikan tidak ada hubungannya antara materi satu dengan
yanglainnya
2. Bahan pelajaran yang diberikan atau yang dipelajari siswa tidak
actual
3. Proses belajar lebih mengutamakan aktivitas guru, sedangkan
siswacenderung pasif.
4. Bahan pelajaran tidak berdasarkan pada aspek permasalahan social
yangdihadapi siswa maupun kebutuhan masyarakat
5. Bahan pelajaran merupakan informasi maupun pengetahuan dari
masalalu yang terlepas dengan kejadian masa sekarang dan yang akan
datang.
6. Proses dan bahan pelajaran sangat kurang memperhatikan bakat,
minatdan kebutuhan siswa.

Kemudian kelebihan dari kurikulum jenis ini adalah

1. Bahan pelajaran disusun secra sistematis, logis, sederhana, dan


mudahdipelajari.
2. Kurikulum dapat dilaksanakan untuk mewariskan nilai-nilai dan
budayaterdahulu.
3. Kurikulum ini mudah diubah dan dikembangkan.

4. Bentuk kurikulum ini mudah dipola, dibentuk, didesain, bahkan


mudah untuk diperluas dan dipersempit sehingga mudah disesuaikan
dengan waktu yang ada.

Bahan pelajaran yang sifat informasi nya diperoleh siswa dari buku
pelajaran. Siswa akan lebih banyak menghafal dalam mempelajari
pengetahuan yang sifatnya terlepas- lepas sehingga kemampuan siswa kurang
berkembang dan cenderung kurang mengoptimalkan potensi siswa sebagai
individu.

1. Mata pelajaran gabungan (correlated curriculu)


Kurikulum jenis ini sebagai upaya penggabungan dari mata pelajaran
yang terpisah-pisah dengan maksud untuk mengurangi
kekurangannya yang terdapat dalam bentuk mata pelajaran. Korelasi
kurikulum merupakan penggabungan dari mata pelajaran yang sejenis
secara insidental. Bahan kurikulum yang terlepas-lepasini diupayakan
untuk disatukan dengan bahan kurikulum atau mata pelajaran yang
sejenis. Sehingga, dapat memperkaya wawasan siswa dari berbagai
disiplin limu. Ada beberapa kelebihan dan kekurangan kurikulum ini.
Kekurangannya sebagaiberikut:
1) Bahan pelajaran yang diberikan kurang sistematis serta kurang
begitu mendalam
2) Kurikulum ini kurang memperhatikan bakat, minat, dan
kebutuhan siswa.
Kelebihan kurikulum jenis ini yaitu.
1) Bahan bersifat korelasi walau sebatas beberapa mata pelajaran
2) Memberikan wawasan yang lebih luas dalam lingkup satu bidang
studi
3) Menambah minat siswa berdasarkan korelasi mata pelajaran yang
sejenis
Bahan pelajaran dalam kurikulum ini memungkinkan substansi
pelajarannya memiliki pengertian-pengertian yang lebih mendalam
dibanding dengan mata pelajran yang terpisah-pisah.
3. Kurikulum terpadu (integrated curriculum)
Kurikulum ini memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar secara
kelompok maupun secara individu, lebih memberdayakan masyarakat
sebagai sumber belajar, serta dapat melibatkan siswa dalam
mengembangkan program pembelajaran.
Bahan pelajaran selalu actual dan sesuai perkembangan dan kebutuhan
masyarakat maupun siswa sebagai individu yang utuh sehingga bahan
pelajran yang dipelajari selalu sesuai dengan bakat, minat dan potensi
siswa. Terdapat kekurangan dan kelebihan dari kurikulum ini.
Kekurangannya adalah

1) Kurikulum ini tidak memiliki aturan yang logis dan sistematis

2) Diperlukan waktu yang banyak dan bervariasi sesuai dengan

3) kebutuhan siswa maupun kelompok Guru belum memiliki

4) Masyarakat, orang tua dan siswa belum terbiasa dengan


kurikulum.
Kelebihan dari kurikulum jenis ini yaitu
1) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan
bakat minta, dan potensi yang dimilikinya secara individu
2) Memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan
permasalahan secara komprehensif dan dapat mengembangkan
belajar secara bekerja sama.
3) Mempraktikkan nilai-nilai demokrasi dalam pembelajaran
4) Memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar berdasarkan
pada pengalaman langsung
5) Menghilangkan batas-batas yang terdapat dalam pola kurikulum
yang lain.
Kemampuan dalam memecahkan masalah secara ilmiah merupakan
bagian dari karakteristik pembelajaran dalam kurikulum ini. Masalah
yang diselesaikan biasanya berkaitan dengan masalah social budaya
maupun dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan kurikulum
ini memberikan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan
kemampuan, bakat dan minat siswa.

PENUTUP
Kesimpulan
Kurikulum diartikan merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan di
sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar mengajar, mengatur
strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program pengembangan
pengajaran. Ada berbagai jenis kurikulum namun yang paling banyak
digunakan yaitu Mata pelajaran yang terpisah-pisah (separated subject
curriculum), Mata pelajaran gabungan (correlated curriculum) dan
Kurikulum terpadu (integrated curriculum). Dari masing-masing kurikulum
tersebut terdapat kelebihan dan kekurangan masing-masing.
MODEL-MODEL KURIKULUM PENDIDIKAN

Farhan Yahya Mahendra

Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta

e-mail:.farhanmahendra8383@gmail.com

ABSTRAK

Model-model kurikulum mengarahkan kurikulum sekarang ketujuan


pendidikan yang diharapkan karena adanya berbagai pengaruh yang
sifatnya positif yang datangnya dari luar atau dari dalam sendiri, dengan
harapan agar peserta didik dapat menghadapi masa depannya dengan baik.
Oleh karena itu pengembangan kurikulum hendaknya bersifat adaptif,
jantisipatif,dan, aplikatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model-
model pengembangan kurikulum. Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian Pustaka atau library research. Sumber data didapatkan data
melalui jurnal-jurnal dan buku. Data penelitian menggunakan tekhnik
analisis isi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada beberapa model
yang digunakan untuk mengembangkan kurikulum diantaranya : Roger’s
interpersonal relation model, Emerging technical models, The Systematic
action-research model, The Administrative (Line-Staff) Model, The Grass-
Roots Model, Model Tyler, Taba’s Inverted Model, Beauchamp’s System
Model. Hal ini berarti kegiatan pengembangan kurikulum diperlukan suatu
model yang dijadikan landasan teoritis untuk melaksanakn kegiatan yang
sesuai.
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam


pembangunan bangsa, pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia. Pendidikan di sekolah-sekolah telah menunjukkan bahwa
perkembangan pesat dalam berbagai bidang termasuk pada bidang
kurikulum. Pendidikan tidak lepas dari kurikulum, karena kurikulum
merupakan suatu program yang direncanakan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini
sesuai dengan tujuan pendidikan. Kurikulum yang awalnya dipandang
sebagai kumpulan dari mata pelajaran kemudian berubah makna menjadi
kumpulan semua kegiatan atau semua pengalaman belajar yang diberikan
kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan hal ini bahwa
kurikulum telah mengalami perkembangan sesuai zaman.

Hal ini sesuai dengan pengembangan kurikulum dilakukan dengan


mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional dan kurikulum ada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan peserta didik. Model pengembangan kurikulum
merupakan suatu alternatif prosedur atau cara yang dilakukan dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi
(evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan
kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan
pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan agar pendidikan
dapat dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Terlepas dari elemen pendidikan yang selalu terkait antar siswa dan
tenaga pendidik perkembangan zaman begitu pesat serta cepat sehingga mau
tak mau pendidikan sebagai pondasi fundamental setiap individu agar tidak
tergerus oleh adanya globalisasi juga harus mengambil tindakan dalam
adaptasi pada era ini. Perkembangan tersebut memicu adanya perubahan
sistem dalam kurikulum agar lebih relevan guna memudahkan pelaksanan
pembelajaran. Karena sejatinya kurikulum ialah menjadi pedoman sekolah
dalam mencapai target pembelajaran, lalu terbentuklah beberapa model model
kurikulum yang beragam sebagai untuk kesesuaian serta menjadikan
pembelajaran menjadi efektif dan efisien. Maka penulis disini akan
membahas secara detil pengertian serta model model kurikulum yang
digunakan dalam pendidikan.

PEMBAHASAN

Pengertian Model Kurikulum

Kurikulum adalah sebuah perangkat pengaturan mengenai isi, bahan


pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu dengan
memperhatikan media yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan dalam
mewujudkan tujuan pendidikan, sedangkan Model adalah konstruksi yang
bersifat teoritis dari konsep. Maka model kurikulum ialah dapat diartikan
sebagai model yang digunakan untuk mengembangkan suatu kurikulum,
dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik
dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.4 Banyak model
yang dapat digunakan dalam pengembangan kurikulum. Di dalam pemilihan
suatu model kurikulum bukan hanya didasarkan pada kelebihan dan
kekurangan-kekurangannya saja, tetapi juga harus mempertimbangkan
dengan sistem pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan mana yang
dianut serta model pendidikan mana yang digunakan.
Model-Model Pengembangan Kurikulum
Pemilihan suatu model pengembangan kurikulunm bukan saja didasarkan
atas kelebihan dan kebaikan-kebaikannya serta kemungkinan pencapaian
hasil yang optimal, tetapi juga perlu disesuaikan dengan sistem pendidikan dan
sistem pengelolaanpendidikan yang di anut serta model konsep pendidikan
mana yang digunakan5.
1. The administrative model
Model administratif diistilahkan juga model garis staf atau topdown
dari ataskebawah. Model ini menggunakan prosedur “garis-staf” atau
garis komando “dari atas ke bawah” (top-down). Maksudnya, inisiatif
pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas),
kemudian secara struktural dilaksanakan di tingkat bawah. Dalam
model ini pejabat pendidikan membentuk panitia pengarah (steering
commitee) yang biasanya terdiri atas pengawas pendidikan, kepala
sekolah, dan guru-guru inti. Panitia pengarah ini bertugas
merumuskan rencana umum, prinsip-prinsip, landasan filosofis, dan
tujuan umum pendidikan. Adapun langkah-langkah model
pengembangan kurikulum ini dilaksanakan melalui atasan
membentuk tim yang terdiri atas pejabat teras yang berwenang
(pengawas pendidikan, Kepsek, danpengajar inti), tim merencanakan
konsep rumusan tujuan umum dan rumusan falsafah yang diikuti,
dibentuk beberapa kelompok kerja yang anggotanya terdiri atas para
spesialis kurikulum dan staf pengajar yang bertugas untuk
merumuskan tujuan khusus kegiatan belajar.

2. Tim grass roots model

Model ini didasarkan pada dua pandangan pokok. Pertama,


implementasi kurikulum akan lebih berhasil apabila guru-guru
sebagai pelaksana sudah sejak semula terlibat secara langsung dalam
pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan kurikulum bukan
hanya melibatkan personel yang profesional (guru) saja, tetapi juga
siswa, orang tua, dan anggota masyarakat. Dalam kegiatan
pengembangan kurikulum ini, kerja sama dengan orang tua murid dan
masyarakat sangat penting dilaksanakan. Model pengembangan ini
merupakan lawan dari model pertama. Insiatif dan upaya
pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari bawah,
yaitu guru-guru atau sekolah. Dalam model pengembangan
kuruikulum yang bersifat grass roots seorang guru, sekelompok guru
atau keseluruhan guru suatu sekolah mengadakan uapaya
pengembangan kurikulum. Adapun langkah model ini yaitu, Inisiatif
pengembangan datang dari bawah (para pengajar), tim pengajar dari
beberapa sekolah ditambah nara sumber lain dari orangtua siswa atau
masyarakat luas yang relevan, Pihak atasan memberikan bimbingan
dan dorongan. Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah
dirintisnya diadakan lokakarya untuk input yang diperlukan.
3. Beaucamph’ s system

Tahap perkembangan kurikulum model beauchamps’s menurut


(Bisri, t.t., 109) yaitu memutuskan arena atau lingkup wilayah
pengembangan kurikulum, suatu keputusan yang menjabarkan ruang
lingkup upaya pengembangan suatu gagasan pengembangan
kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas diperluas di sekolah-
sekolah di daerah tertentu baik bersekala regional atau nasional yang
disebut arena, menetapkan personalia atau tim para ahli kurikulum,
yaitu siapa- siapa saja yang ikut terlibat dalam pengembangan
kurikulum, tim menyusun tujuan pengajaran kurikulum dan
pelaksanaan proses belajar mengajar, untuk tugas tersebut perlu
dibentuk dewan kurikulum sebagai koordinator yang bertugas juga
sebagai penilai pelaksanaan kurikulum, memilih materi pelajaran baru,
menentukan berbagai kriteria untuk memilih kurikulum mana yang
akan dipakai dan menulis secara menyeluruh mengenai kurikulum
yang akan dikembangkan, implementasi kurikulum, yakni kegiatan
untuk menerapkan kurikulum seperti yang sudah diputuskan dalam
ruang lingkup pengembangan kurikulum, dan evaluasi kurikulum.

4. Emerging technical models.

Adapun langkah model perkembangan ini yaitu : Model analisis


tingkah lakumemulai kegiatan dengan jalan melatih kemampuan anak
mulai dari yng sederhanasampai pada yang kompleks secara bertahap,
model analisis sistem memulai kegiatannya dengan jalan
menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus (output), kemudian
menyusun alat-alat ukur untuk menilai keberhasilannya, selanjutnya
mengidentifikasi sejumlah factor yang berpengaruh terhadap proses
penyelenggaraannya, model berdasarkan komputer memulai
kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi sejumlah unit kurikulum
lengkap dengan tujuan-tujuan pembelajaran khususnya. Setelah itu,
guru dan murid diwawancarai tentang pencapaian tujuan-tujuan
tersebut dan data itu disimpan dalam komputer untuk dimanfaatkan
dalam menyusun materi pembelajaran untuk murid.
5. Model Tyler

Sebagai bapak pengembang kurikulum, Tyler telah menanamkan atas


perlunya hal yang lebih rasional, sistematis, dan pendekatan yang
berarti dalam tugas mereka. Dia telah menguraikan dan menganalisis
sumber-sumber tujuan yang datang dari anak didik, mempelajari
kehidupan kontemporer, mata pelajaran yang bersifat akademik,
filsafat, dan psikologi belajar. Model pengembangan kurikulum
menurut tyler adalah sebagai berikut6 :

1) Menentukan tujuan

2) Menentukan pengalaman belajar

3) Pengorganisasian pengalaman belajar

4) Evaluasi dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa


sesuai atautidaknya dengan tujuan yang ditetapkan.
6. The Systematic action-research model.

Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan


kurikulum merupakan perubahan sosial. Hal itu mencakup suatu
proses yang melibatkan kepribadian orang tua, siswa guru, struktur
sistem sekolah, pola hubungan pribadi dan kelompok dari sekolah
dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi tersebut model ini
menekankan pada tiga hal itu: hubungan insani, sekolah dan
organisasi masyarakat, serta wibawa dari pengetahuan profesional.
Kurikulumdikembangkan dalam konteks harapan warga masyarakat,
para orang tua, tokoh masyarakat, penguasaha, siswa, guru dan lain-
lain.
7. Taba’s Inverted Model.

Model ini dengan cara melaksanakan eksperimen, diteorikan,


kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan
antara teori dan praktik, serta menghilangkan sifat keumuman dan
keabstrakan kurikulum sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan
tanpa kegiatan eksperimental. Taba memiliki argumen untuk sesuatu
yang rasional, sebagai pendekatan berikutnya dalam pengembangan
kurikulum. Selanjutnya, agar lebih rasional dan ilmiah dan suatu
pendekatan, Taba mengklaim bahwa keputusan –keputusan pada
elemen mendasar harus dibuat berdasarkan yang valid. Langkah-
langkah dalam proses pengembangan kurikulum menurut Taba
kelompok guru terlebih dahulu menghasilkan unit-unit kurikulum
untuk dieksperimenkan, uji coba unit-unit eksperimen untuk
menemukan validitas dan kelayakan pembelajaran, merevisil ujicoba,
dan mengonsolidasikan unit-unit kurikulum, mengembangkan
kerangka kerja teoretis, dan pengasemblingan dan deseminasi hasil
yang telah diperoleh. Berdasarkan hal tersebut, kita dapat mengetahui
bahwa langkah-langkah yang digunakan Taba dalam
mengembangkan kurikulum adalah diagnosis kebutuhan, formulasi
pokok-pokok, seleksi isi, organisasi isi, seleksi pengalaman belajar,
organisasi pengalaman belajar, dan penentuan tentang apa yang harus
dievaluasi dan cara untuk melakukannya
8. Roger’s interpersonal relation model.

Menurut Rogers manusia berada dalam proses perubahan (becoming


developing, changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan
potensi untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada
hambatanhambatan tertentu ia membutuhkan orang lain untuk
membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut.
Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya guru untuk
memperlancar dan mempercepat perubahan tersebut. guru serta
pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi penentu
perkembangan anak, mereka hanayalah pendorong dan pemelancar
perkembangan anak. Model-model tersebut disusun sedemikian rupa
sehingga model yang berikutnya sebenarnya merupakan
penyempurnaan dari model-model sebelumnya. Adapun model
tersebut dikemukakan sebagai berikut7 :
1) Model I (Model Yang Paling Sederhana)
Menggambarkan bahwa kegiatan pendidikan semata-mata
terdiri atas kegiatan memberikan informasi (isi pelajaran) dan
ujian. Hal ini berdasarkan asumasi bahwa pendidikan adalah
evaluasi, dan evaluasi adalah pendidikan, serta pengetahuan
adalah akumulasi materi dan informasi. Model ini mengabaikan
cara-cara (metode) dalam proses berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar dan urutan atau organisasi bahan pelajaran
secara sistematis.
2) Model II

Model II dilakukan dengan menyempurnakan model I yaitu


tentang metode dan organisasi bahan pelajaran. Dalam
pengembangan kurikulum pada model II sudah dipikirkan
pemilihan metode yang efektif bagi berlangsungnya proses
belajar. Di samping itu bahan pelajaran juga sudahdisusun secara
sistematis, dari yang mudah ke yang lebih sukar dan juga
memperhatikan luas dan dalamnya bahan pelajaran. Akan tetapi
model IIbelum memperhatikan masalah teknologi pendidikan
yang sangat menunjang keberhasilan kegiatan pengajaran.
3) Model III

Model III menyempurnakan model II. Dalam model III


memasukkan unsur teknologi pendidikan. Hal ini berdasarkan
pertimbangan bahwa teknologi pendidikan merupakan faktor
yang sangat menunjang dalam keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Pengembangan kurikulum yang berorientasi pada
bahan pelajaran hanya akan sampai pada model III. Padahal
masih ada satu lagi masalah pokok yang harus diperhatikan,
yaitu yang berkaitan dengan masalah tujuan.
4) Model IV

Pengembangan kurikulum merupakan penyempurnaan model


III, yaitu dengan memasukkan unsur tujuan ke dalamnya.
Tujuan itulah yang bersifat mengikat semua komponen yang
lain, baik metode, organisasi bahan, teknologi pengajaran, isi
pelajaran maupun kegiatan penilaian yang dilakukan.

PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa model pengembangan
kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu
kurikulum, dimana pengembangankurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki
atau menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri
baik dari pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah. Adapun model-
model pengembangan kurikulum terdiri dari Roger’ s interpersonal relation
model, Emerging technical models, The Systematic action-research model,
The Administrative (Line-Staff) Model, The Grass-Roots Model, Model
Tyler, Taba’s Inverted Model, Beauchamp’s System Model. Untuk itu dalam
kegiatan pengembangan kurikulum diperlukan suatu model yang dijadikan
landasan teoritis untuk melaksanakn kegiatan yang sesuai agar tujuan
pendidikan dapat tercapai sebagaimana mestinya.

D. Pendekatan Pendekatan dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan

PENDEKATAN REKONTRUKSIONISME DAN PENDEKATAN


AKUNTABILITAS (ACCOUNTABILITY)
Arya Sholahudin Ahmad
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta

ABSTRAK
Pendekatan dalam pengembanagan kurikulum menjadi faktor penting
dalam menentukan kurikulum yang akan digunakan dalam lembaga
pendidikan, kurikulum yang merupakan rancangan pembelajaran menjadi
titik penting bagi pendidikan. Maka, jika pendekatan yang digunakan tepat,
hasil dari kurikulum yang dijalankan akan menjadi baik. pendekatan
rekontruksionisme dinilai sebagai salah satu pendekatan baik yang akan
menjadikan peserta didik lebih bermutu. Kemudian pendekatan
accountability yang memiliki sistem penilaian kualitas peserta didik.
Kata Kunci: pendekatan, rekontruksionisme, accountability
PENDAHULUAN
Kurikulum secara etimologis berasal dari kata Yunani curir, yang berarti
pelari, dan curere, yang berarti balapan. Dalam dunia
pendidikan, terminologi kurikulum mengacu pada seperangkat pengetahuan
yang harus diperoleh siswa untuk memperoleh tingkat lanjutan atau diploma.
Kurikulum merupakan seperangkat atau suatu sistem rencana dan pengaturan
mengenai bahan pembelajaran yang dapat dipedomani dalam aktivitas belajar
mengajar. Intinya kurikulum adalah rencana pembelajaran. Pengertian
Kurikulum yang lain adalah program pendidikan partisipatif siswa
yang dirancang oleh lembaga pendidikan dan mencakup program
pembelajaran, pengalaman, layanan, dan kurikulum tersembunyi. Oleh
karena itu, kurikulum merupakan rangkaian program yang dikembangkan
oleh lembaga pendidikan, dimana program tersebut diajarkan Kurikulum
ialah rencana tertulis yang berisi tentang ide- ide serta gagasan- gagasan yang
diformulasikan oleh pengembang kurikulum. Pendekatan dalam
pengembangan kurikulum berarti cara kerja atau strategi yang digunakan
dalam menerapakan kurikulum agar tercapainya kurikulum yang baik.

PEMBAHASAN
Pendekatan Rekontruksionisme

Pendekatan Rekontruksionisme atau bisa disebut pendekatan rekonstruksi sosial


merupakan pendekatan yang didasarkan kepada analisa-analisa dari kegiatan dalam
masyarakat. Pendekatan ini menganggap bahwa pendidikan adalah upaya yang
dilakukan bersama, sehingga tidak bersifat sendirian/individual. Upaya yang
dilakukan dalam pendekatan ini bersifat interaksi dan kerja sama antar murid dengan
murid lainnya, guru, dan masyarakat disekitar. Pendekatan rekonstruksi sosial
memiliki asumsi bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang dalam hidupnya
selalu membutuhkan manusia lain.29

29
Wiji Hidayati, Syaefudin, Umi Muslimah. “MANAJEMEN KURIKULUM DAN PROGRAM
PENDIDIKAN (Konsep dan Strategi Pengembangan)”. (Yogyakarta: Semesta Aksara, 2021), hlm.
74.
1. Tujuan
Pendekatan rekonstruksi sosial bertujuan untuk membentuk peserta didik
untuk berhadapan dengan tantangan dan permasalahan sosial yang
dihadapi manusia(masyarakat).
2. Metode
Metode yang digunakan dalam membangun Pendekatan rekonstruksi
sosial adalah para pengembang kurikulum menyelaraskan antara tujuan
nasional/Negara dengan tujuan dari peserta didik yang mana peserta didik.
Kemudian pendidik akan membantu menemukan minat dan bakat peserta
didik sesuai dengan kebutuhannya. Selanjutnya peserta didik akan
berusaha memecahkan permasalahan yang dihadapimya. Biasanya
kerjasama juga akan terjadi antar peserta didik yang mana hal tersebut
merupakan pembelajaran yang baik bagi peserta didik. Bagi Pendekatan
rekonstruksi sosial, belajar merupakan kegiatan bersama, yang mana
belajar tersebut tidak ada kompetisi, hanya kooperasi atau kerja sama,
pengertian dan consensus.
3. Pola Organisasi
Dalam Pendekatan rekonstruksi sosial, pola organisasi disusun seperti
roda, yang mana bagian tengah sebagai poros merupakan masalah utama
yang menjadi tema utama, kemudian jari jari dari roda merupakan
sejumlah topic yang dibahas dalam diskusi/belajar kelompok, latihan-
latihan dan yang lainnya.
4. Evaluasi
Dalam kegiatan evaluasi, peserta didik juga turut dilibatkan, yang mana
peserta didik akan memilih, menyusun dan menilai bahan yang akan
diujikan. Evaluasi bertujuan menilai kegiatan peserta didik dan juga
pengaruh kegiatan sekolah terhadap masyarakat.

Pendekatan Akuntabilitas (accountability)


Pendekatan accountability atau pendekatan yang akuntabel merupakan
pendekatan yang memiliki standard dan tujuan yang spesifik, Pendekatan
accountability mengukur efektabilitas suatu kegiatan pembelajaran dengan melihat
taraf keberhasilan peserta didik dalam mencapai standar akademis yang ditentukan
sebelumnya. Pengembang kurikulum akan mendesain tujuan pembelajaran yang
dapat mengukur prestasi peserta didik. Pendekatan ini dapat dicontohkan dengan
ujian akademis yang ketat dan telah ditentukan standar untuk mencapai keberhasilan
atau kelulusan.30

PENUTUP

Kesimpulan
Pendekatan Rekontruksionisme atau bisa disebut pendekatan rekonstruksi sosial
merupakan pendekatan yang didasarkan kepada analisa-analisa dari kegiatan dalam
masyarakat. Pendekatan ini menganggap bahwa pendidikan adalah upaya yang
dilakukan bersama, sehingga tidak bersifat sendirian/individual, sedangkan
Pendekatan accountability atau pendekatan yang akuntabel merupakan pendekatan
yang memiliki standard dan tujuan yang spesifik

PENDEKATAN HUMANISTIK DAN PENDEKATAN TEKNOLOGIS


DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM

Zalfaa’ Izzah Annisa

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia

ABSTRAK

Komponen yang paling krusial dalam peningkatan kualitas pembelajaran


adalah pengembangan kurikulum. Karena kurikulum berperan dalam
peningkatan mutu pendidikan, maka pengembangannya sangat penting bagi
keberhasilan sistem pendidikan secara keseluruhan. Pemerintah senantiasa
melakukan berbagai perbaikan seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta upaya dan penyempurnaan materi dan
kurikulum program pendidikan. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik
tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses tertentu. Istilah

30
Abdullah Idi. “Pengembanagan Kurikulum Teori dan Praktik”. (Yogyakarta: Ar Ruzz Media,
2007).
pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan
kurikulum menunjuk pada titik tolak atau sudut pandang secara umum
tentang proses pengembangan kurikulum.

PENDAHULUAN

Metode yang digunakan untuk membahas atau menyusun kurikulum


sering dimunculkan dalam kajian kurikulum. Kurikulum mengambil bentuk
dan pola tertentu ketika menggunakan jenis pendekatan (atau orientasi)
tertentu. Pandangan terjadinya suatu proses yang masih sangat umum disebut
sebagai pendekatan. Pengembangan kurikulum dimaksudkan untuk bekerja
dengan strategi dan metode yang tepat dengan mengikuti langkah-langkah
pengembangan yang sistematis untuk mendapatkan kurikulum yang lebih
baik. Para pengembang telah menemukan beberapa pendekatan. Dua
diantaranya adalah pendekatan humanistik dan pendekatan teknologis.
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized
education), yaitu John Dewey (progressive Education) dan J.J. Roasseau
(Romantic Education). Perspektif teknologi sebagai kurikulum menekankan
pada seberapa baik metode dan materi membantu siswa berhasil. Ada dua
cara teknologi mempengaruhi kurikulum: melalui aplikasi dan teori. Sebuah
strategi untuk memanfaatkan berbagai media dan alat, juga dikenal sebagai
langkah basis instruksi, adalah penerapan teknologi. Sebagai teori, teknologi
digunakan dalam pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan
instruksional

PEMBAHASAN

Pendekatan Humanistik

Pendekatan humanistik adalah sebuah pendekatan pendidikan yang


mengacu pada filosofis belajar humanisme. Jenis pendidikan ini
berpandangan bahwa belajar lebih dari sekedar perolehan keterampilan
kognitif; sebaliknya, itu adalah proses yang terjadi dalam diri individu dan
melibatkan semua domain mereka saat ini (kognitif, afektif, dan
psikomotorik). sehingga nilai-nilai kemanusiaan yang melekat pada diri siswa
dapat dipupuk selama proses pembelajaran.31 Siswa diberi prioritas lebih
tinggi dalam aliran ini. Mereka mulai dengan menganggap bahwa siswa atau
anak-anak adalah bagian terpenting dari pendidikan. Dia adalah subjek di
jantung dari semua upaya pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa memiliki
kapasitas, potensi, dan kekuatan untuk berkembang. para pendidik humanis
juga menganut gagasan Gestalt bahwa seorang anak adalah satu kesatuan yang
lengkap dan bahwa setiap orang adalah seorang individu. Pendidikan
bertujuan untuk menjadikan seseorang yang utuh tidak hanya secara
intelektual dan fisik, tetapi juga secara sosial dan emosional (emosi, sikap,
perasaan, nilai, dll).

Gagasan kurikulum humanistik melihat kurikulum sebagai cara untuk


membantu setiap siswa tumbuh sebagai individu32. Siswa diberi kesempatan
untuk hidup sampai potensi penuh mereka. Dari yang paling mendasar hingga
yang paling kompleks, setiap orang memiliki persyaratan yang harus dipenuhi.
Kurikulum yang berpusat pada anak atau berpusat pada siswa muncul dari ide
ini. Setiap siswa memiliki kesempatan untuk belajar sesuai dengan minat dan
kebutuhannya masing-masing. Hal utama adalah rencana pembelajaran yang
dibuat oleh guru dan siswa secara bersama-sama. Kurikulum humanistik
menekankan pada otonomi individu, integrasi, dan pengembangan pribadi
dalam tujuannya. Tujuan: Aktualisasi diri dapat dicapai melalui ini.

31
Afifah, N. (2011). Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum Dan Pembelajaran
Fiqih. Akademika: Jurnal Pemikiran Islam, 16(2), 265-282.
32
Suprihatin, S. (2017). Pendekatan Humanistik Dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Agama Islam. POTENSIA: Jurnal Kependidikan Islam, 3(1), 82-104.
Dari berbagai penjelasan tersebut kesimpulan yang dapat
diambil bahwasannya yang dimaksud dengan pendekatan humanistik yaitu
sebagai berikut (Kurdi, 2018):

1. Output terpenting dalam aktivitas belajar mengajar dalam


pendidikan adalah keaktifan peserta didik. Dengan hal ini guru
mengajarkan berkaitan dengan cara atau prosedur dalam
pembelajaran, meningkatkan potensi dan seluruh kreativitas yang
dipunyai oleh peserta didik.
2. Peserta didik mempunyai andil dan bertanggung jawab dalam
menentukan proses pembelajaran serta mampu menjadi individu yang
dapat mengarahkan dirinya sendiri. Kemandirian peserta didik
merupakan hasil dari pembelajaran dalam pendekatan humanistik.
3. Guru dan peserta didik dalam pendekatan humanistik memiliki
kesetaraan sehingga pembelajaran dapat terjadi dari segala arah dan
metode pembelajaran yang dipergunakan dalam pendekatan ini
yaitu pengkombinasian metode pembelajaran yang bersifat individu
dengan kelompok.
4. Dalam proses belajar mengajar, peserta didik mempunyai
kemerdekaan (bebas) untuk tumbuh dan mengembangkan potensi
serta terhindar dari berbagai ancaman baik itu dari keluarga,
masyarakat maupun dari lingkungan tempat peserta didik belajar
merupakan tujuan utama dalam pendekatan humanistik.
5. Pendekatan humanistik dalam pembelajaran dapat menjadikan
peserta didik sebagai sosok individual yang mempu untuk
mengaktualisasikan dirinya.33

33
Handayani, I. P., & Hamami, T. (2022). PENDEKATAN HUMANISTIK DALAM
PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA KMA 183 TAHUN
2019. Jurnal Tarbiyatuna: Kajian Pendidikan Islam, 6(2), 244-260.
Kurikulum humanistik mempunyai beberapa karakteristik, berkenaan
dengan tujuan dan fungsi, metode, organisasi isi, dan evaluasi.34 Masing-
masing karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tujuan dan fungsi


Menurut para humanis, kurikulum berfungsi menyediakan
pengalaman (pengetahuan) berharga untuk membantu memperlancar
perkembangan pribadi peserta didik. Tujuan pendidikan bagi mereka
adalah proses perkembangan pribadi yang dinamis yang diarahkan
pada pertumbuhan, integritas dan otonomi kepribadian, sikap yang
sehat terhadap diri sendiri, orang lain, dan belajar. Semua itu
merupakan bagian dari cita-cita perkembangan manusia yang
teraktualisasi (self actualizing person). Seseorang yang telah mampu
mengakutalisasikan diri adalah orang yang telah mencapai
keseimbangan (harmoni) perkembangan seluruh aspek pribadinya
baik aspek kognitif, estetika, maupun moral. Seorang dapat bekerja
dengan baik bila memiliki karakter yang baik pula.
2. Metode
Kurikulum humanistik menuntut konteks hubungan emosional yang
baik antara pendidik dan peserta didik. Pendidik/guru selain harus
mampu menciptakan hubungan yang hangat dengan peserta didik,
juga mampu menjadi sumber. Ia harus mampu memberikan materi
yang menarik dan mampu menciptakan situasi yang memperlancar
proses belajar. Pendidik harus memberikan dorongan kepada peserta
didik atas dasar saling percaya. Peran mengajar bukan saja dilakukan
oleh pendidik tetapi juga oleh peserta didik. Pendidik tidak
memaksakan sesuatu yang tidak disengani peserta didik.
3. Organisasi isi

34
Hidayati, W., Syaefudin, M. P., & Muslimah, U. (2021). Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan (Konsep dan Strategi Pengembangan) (Vol. 1). Semesta Aksara.
Salah satu kekuatan besar kurikulum humanistik terletak di dalam
tekanannya pada integrasi, yaitu kesatuan perilaku bukan saja yang
bersifat intelektual tetapi juga emosional dan tindakan. Kurikulum
humanistik juga menekankan keseluruhan. Kurikulum harus mampu
memberikan pengalaman yang menyeluruh, bukan pengalaman yang
terpenggal. Kurikulum ini kurang menekankan sekuens, karena
dengan sekuens par karena dengan sekuens peserta didik kurang
mempunyai kesempatan untuk memperluas dan memperdalam aspek-
aspek perkembangannya.
4. Evaluasi
Evaluasi ini lebih mengutamakan proses daripada hasil. Kurikulum
konvensional, subjek akademik penilaian ditentukan secara objektif
dan mempunyai kriteria pencapaian. Sedangkan dalam kurikulum
humanistik tidak ada kriteria. Ahli humanis lebih tertarik dalam
pertumbuhan tanpa memperhatikan tentang bagaimana pertumbuhan
diukur atau ditentukan. Sasaran mereka adalah perkembangan anak
supaya menjadi manusia yang lebih terbuka, lebih berdiri sendiri.
Kegiatan yang mereka lakukan hendaknya bermanfaat bagi peserta
didik. Kegiatan belajar yang baik adalah yang memberikan
pengalaman yang akan membantu peserta didik memperluas
kesadaran akan dirinya dan orang lain dan dapat mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya.
Ketika diminta untuk mempertimbangkan efektifitas kurikulum
mereka, ahli humanis biasanya percaya kepada penilaian subjektif
oleh guru dan peserta didik

Pendekatan Teknologis

Menurut pandangan pertama, penggunaan teknologi lebih terfokus pada


bagaimana cara mengajarkannya daripada pada apa yang diajarkan.
Sebaliknya, sudut pandang kedua menegaskan bahwa tahapan instruksional
adalah fokus teknologi. Pendekatan teknologis dalam pengembangan
kurikulum atau program pendidikan betolak dari asumsi analisis
kompetensi yang dibutuhkan untuk melakukan tugas-tugas tertentu35.
Materi yang di ajarkan, kriteria evaluasi sukses, dan strategi
belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis) tersebut.

Disamping itu, pendekatan teknologi berusaha untuk mencapai sejumlah


manfaat dan menuntut siswa untuk dapat menyelesaikan sejumlah tugas agar
dapat memprogram proses dan rencana produk (hasil) sedemikian rupa
sehingga tercapainya tujuan (goals) pembelajaran. dapat dievaluasi dan diukur
dengan jelas dan tepat. Diharapkan segala sesuatu mulai dari rancangan proses
pembelajaran hingga mendapatkan hasil tersebut dapat dilakukan dengan baik,
efisien, dan menarik.

Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan,


memiliki beberapa ciri khusus36, yaitu:

1. Tujuan.
Kurikulum rekonstruksi sosial, tujuan diarahkan pada penguasaan
kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk perilaku. Tujuan-tujuan yang
bersifat umum yaitu kompetensi dirinci menjadi tujuan-tujuan khusus,
yang disebut objektif atau tujuan instruksional atau indikator. Objektif atau
indikator ini menggambarkan perilaku, perbuatan atau kecakapan
keterampilan yang dapat diamati atau diukur. Oleh karena itu tujuan
pembelajarn sistem teknologi cenderung memperkuat pentingnya gagasan
konvensional dan bagian tradisional dari subjek akademik.
2. Metode
Belajar dipandang sebagai proses mereaksi terhadap rangsangan,
memperhatikan dan merenungkan petunjukpetunjuk yang relevan dan

35
Irsad, M. (2016). Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam Di Madrasah (Studi Atas
Pemikiran Muhaimin. Jurnal Iqra': Kajian Ilmu Pendidikan, 1(2), 230-245.
36
Hidayati, W., Syaefudin, M. P., & Muslimah, U. (2021). Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan (Konsep dan Strategi Pengembangan) (Vol. 1). Semesta Aksara.
apabila terjadi respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
Tujuan-tujuan pengajaran telah ditentukan sebelumnya. Pengajaran
bersifat individual, tiap peserta didik menghadapi serentetan tugas yang
harus dikerjakannya, dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.
Setiap peserta didik harus menguasai secara tuntas tujuan-tujuan program
pengajaran.
3. Organisasi bahan ajar
Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu, tetapi
telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan sesuatu
kompetensi. Tujuan akhir program dinyatakan secara tepat dan
operasional dan tujuan ini merupakan dasar untuk mengorganisasikan
bahan pembelajaran. Bahan ajar atau kompetensi yang luas/besar dirinci
menjadi bagian-bagian atau sub-kompetensi yang lebih kecil, yang
menggambarkan objek atau indikator. Urutan dari objektif-objektif atau
indikator-indikator ini pada dasarnya menjadi inti organisasi bahan.
4. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilakukan setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, dan
pada suatu unit atau semester. Fungsi evaluasi ini bermacam-macam,
sebagai umpan balik bagi peserta didik dalam penyempurnaan penguasaan
satuan pelajaran (evaluasi formatif), umpan balik bagi peserta didik pada
akhir program atau semester (evaluasi sumatif). Evaluasi juga dapat
menjadi umpan balik bagi pendidik dan pengembang kurikulum untuk
penyempurnaan kurikulum. Evaluasi yang mereka gunakan umumnya
berbentuk tes objektif. Sesuai dengan landasan pemikiran mereka, bahwa
model pengajarannya menekankan sifat ilmiah, bentuk ini tes dipandang
yang paling cocok.
Teknologi yang diharapkan adakalanya berupa PPSI (Prosedur
Pengembangan SistemIntruksional), pelajaran berprogram dan modul37.
Dalam setiap kebijakan teknis-praktis, Islam memberikan otonomi seluas-

37
Hanafi, M. (2014). Pengembangan Kurikulum Perguruan Tinggi Agama
Islam. Islamuna: Jurnal Studi Islam, 1(2).
luasnya kepada pendidik, termasuk kemampuan untuk menggunakan alat-
alat tambahan. Bentuk dan model yang dapat digunakan dapat diterima
sepanjang memiliki nilai maslahah.Saat membuat program atau kurikulum
pendidikan, pendekatan teknologi bertolak dari pemeriksaan keterampilan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu. Teknologi
pendidikan terdiri dari dua komponen dalam kurikulum model teknologi:
perangkat keras berupa alat benda keras seperti proyektor, televisi, LCD,
radio, dan sebagainya. Adapun teknik penyusunan kurikulum makro dan
mikro membuat perangkat lunak.

PENUTUP

Kesimpulan

Titik tolak atau perspektif keseluruhan mengenai proses pengembangan


kurikulum disebut sebagai pendekatan pengembangan kurikulum. Sebagai
kerangka konseptual, model pengembangan kurikulum berfungsi sebagai
pedoman atau acuan bagi pengembangan kurikulum. oleh karena itu
membutuhkan beberapa pendekatan untuk pengembangan diantaranya dengan
pendekatan humanistik dan pendekatan teknologis.

E. Komponen Kurikulum KTSP, Kurikulum Merdeka, dan MBKM

KOMPONEN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN


Mohammad Asbiq Kafabihi
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
e-Mail: 21104090044@student.uin-suka.ac.id

ABSTRAK
Kurikulum merupakan subsistem pendidikan. Sebagai subsistem
pendidikan, kurikulum merupakan sebuah program yang direncanakan secara
sistematis, yakni perangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pengajaran. Oleh sebab itu, kurikulum memiliki komponen yang saling
berkaitan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Komponen Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan tersebut secara garis besar mencakup visi dan misi
satuan pendidikan, tujuan satuan pendidikan, struktur muatan kurikulum
tingkat satuan pendidikan, kalender pendidikan, silabus dan rencana
pelaksanaan pembelajaran. Melaksanakan kebijakan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) adalah untuk mewujudkan kurikulum yang sesuai
dengan karakteristik, kondisi, potensi, kebutuhan, permasalahan daerah,
satuan pendidikan dan peserta didik dengan mengacu pada tujuan pendidikan
nasional. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang disusun dan
dikembangkan sendiri oleh sekolah atau satuan pendidikan lebih menekankan
pada kompetensi dengan mengacu pada standar nasional serta panduan
penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Kata Kunci : Kurikulum, Komponen, Satuan Pendidikan

PENDAHULUAN

Pola sentralistik yang digunakan pada masa orde baru terbukti kurang
efektif dalam membangun sistem pendidikan kita, sehingga diperlukan pola
desentralistik. Kondisi geografis Indonesia yang begitu luas serta penduduk
yang banyak tidak dapat dikelola dengan baik jika hanya oleh pemerintah
pusat. Daerah memiliki peluang yang cukup luas untuk menentukan kebijakan
dalam penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya
masing-masing. Implikasi dari kebijakan desentralisasi itu diantaranya
berkaitan dengan kurikulum sebagai komponen yang sangat penting dalam
pendidikan. Desentralisasi kurikulum, terutama dalam kaitannya dengan
pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang didukung
oleh manajemen berbasis sekolah, memungkinkan setiap sekolah untuk
merancang dan mengembangkan pembelajaran yang disesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan siswa, keadaan sekolah dan kondisi daerah masing-masing.
Hasil pengembangan kurikulum yang didesentralisasikan adalah kurikulum
yang dijadikan sebagai pedoman pelaksanaan pendidikan di tingkat satuan
pendidikan yang bersangkutan. Kurikulum yang dikembangkan oleh masing-
masing satuan pendidikan dan dilaksanakan di tingkat satuan pendidikan yang
bersangkutan disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Penerapan KTSP diharapkan menjadikan penyelenggara pendidikan di setiap
satuan pendidikan lebih mengenal dan memahami kurikulum,
mengembangkannya secara kreatif, serta melaksanakannya di sekolah dengan
penuh tanggung jawab.

PEMBAHASAN

Visi dan Misi Satuan Pendidikan

Setiap satuan pendidikan harus memiliki visi. Visi itulah yang kemudian
menjadi acuan dalam mengembangkan misi dan program-program pendidikan
di setiap satuan pendidikan.

Visi adalah representasi apa yang diyakini sebagai bentuk organisasi masa
depan dalam pandangan pelanggan, karyawan, pemilik dan pemangku
kepentingan lainnya.38 Visi juga merupakan wawasan yang menjadi sumber
arahan bagi sekolah dan digunakan untuk memandu perumusan misi sekolah,
pandangan jauh ke depan ke mana sekolah akan di bawa serta gambaran masa
depan yang diinginkan oleh sekolah agar sekolah dapat menjamin
kelangsungan hidup dan perkembangannya.

Visi sekolah harus mengacu pada kebijakan pendidikan nasional dengan


tetap memperhatikan kesesuaiannya dengan kebutuhan siswa. Tujuan
pendidikan nasional yang digunakan rujukan setiap sekolah pasti sama. Akan

38
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
tetapi, karena kebutuhan masyarakat yang dilayani oleh masing-masing
sekolah berbeda-beda, maka visi setiap sekolah pun tidak mesti sama.

Rumusan visi harus singkat, tetapi mampu menggambarkan ancangan ke


depan ke arah yang dicita-citakan sekolah. Visi juga harus sesuai dengan
kondisi setiap sekolah serta tujuan pendidikan nasional. Berdasarkan visi yang
telah ditetapkan, dirumuskan misi sekolah.

Misi adalah tindakan untuk mewujudkan atau merealisasikan visi yang


telah ditetapkan. Misi juga merupakan bentuk layanan atau tugas untuk
memenuhi tuntutan yang dituangkan dalam visi dengan berbagai
indikatornya.39

Tujuan Satuan Pendidikan

Tujuan adalah apa yang akan dicapai atau dihasilkan oleh suatu sekolah
dan waktu pencapaiannya. Tujuan pendidikan Satuan Pendidikan merupakan
tahapan wujud sekolah menuju visi yang telah ditetapkan. Oleh sebab itu,
rumusan tujuan satuan pendidikan harus jelas, mudah dipahami oleh semua
pihak, mengacu pada visi yang telah dirumuskan, serta mewadahi semua
kebutuhan warga sekolah.

Dalam pengembangan KTSP, satuan pendidikan harap mampu menyusun


program peningkatan umum yang mencakup tujuan, sasaran dan target yang
akan dicapai untuk program jangka pendek maupun jangka panjang.

Tujuan pendidikan dirumuskan mengacu kepada tujuan umum


pendidikan. Menurut Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi,
tujuan umum satuan pendidikan dasar dan menengah adalah sebagai berikut:40

39
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta:Dirjen
Dikdasmen.
40
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah
1. Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Berdasarkan rumusan tujuan umum pendidikan pada satuan pendidikan, di
rumuskanlah tujuan khusus pendidikan yang sesuai dengan visi dan kondisi
serta kebutuhan warga sekolah.

Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata pelajaran yang


harus ditempuh oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kedalaman dan
keluasan muatan kurikulum untuk setiap mata pelajaran pada setiap satuan
pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa
sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum.
Kompetensi tersebut mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar,
yang dikembangkan berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan
kegiatan pengembangan diri merupakan bagian integral dari struktur
kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Struktur Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan memuat:41

1. Mata Pelajaran
Mata pelajaran beserta alokasi waktu untuk masing-masing tingkat
satuan pendidikan tertera pada struktur kurikulum yang tercantum
dalam standar isi meliputi lima kelompok mata pelajaran yaitu

41
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Kelompok mata
pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian. Kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Kelompok mata pelajaran
estetika. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
2. Muatan Lokal
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah,
termasuk keunggulan daerah. Materi muatan lokal bukanlah bagian
dari materi mata pelajaran lain. Substansi muatan lokal ditentukan
oleh satuan pendidikan, tidak terbatas pada mata pelajaran
keterampilan. Muatan lokal merupakan mata pelajaran, sehingga
satuan pendidikan harus mengembangkan Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar untuk setiap jenis muatan lokal yang
diselenggarakannya. Satuan pendidikan dapat menyelenggarakan satu
mata pelajaran muatan lokal setiap semester. Ini berarti bahwa dalam
satu tahun satuan pendidikan dapat menyelenggarakan dua mata
pelajaran muatan lokal.
3. Pengembangan Diri
Pengembangan diri adalah kegiatan yang bertujuan memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat
setiap siswa, sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan
diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru atau tenaga
kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan antara
lain melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan
masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan
karier siswa serta kegiatan kepramukaan, kepemimpinan dan
kelompok ilmiah remaja. Khusus untuk sekolah menengah kejuruan,
pengembangan diri terutama ditujukan untuk pengembangan
kreativitas dan bimbingan karier. Pengembangan diri untuk satuan
pendidikan khusus menekankan pada peningkatan kecakapan hidup
dan kemandirian sesuai dengan kebutuhan khusus siswa.
Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran. Penilaian
kegiatan pengembangan diri dilakukan secara kualitatif, tidak
kuantitatif seperti pada mata pelajaran.
4. Pengaturan Beban Belajar
Satuan pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
menyelenggarakan program pendidikan dengan menggunakan sistem
paket atau sistem kredit semester. Kedua sistem tersebut dipilih
berdasarkan jenjang dan kategori satuan pendidikan yang
bersangkutan. Satuan pendidikan SD/MI/SDLB melaksanakan
program pendidikan dengan menggunakan sistem paket. Satuan
pendidikan SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/ SMALB dan SMK/MAK
kategori standar menggunakan sistem paket atau dapat menggunakan
sistem kredit semester. Satuan pendidikan SMA/MA/SMALB dan
SMK/MAK kategori mandiri menggunakan sistem kredit semester.
Sistem paket adalah sistem penyelenggaraan program pendidikan
yang siswanya diwajibkan mengikuti seluruh program pembelajaran
dan beban belajar yang sudah ditetapkan untuk setiap kelas sesuai
dengan struktur kurikulum yang berlaku pada suatu satuan
pendidikan. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem paket
dinyatakan dalam satuan jam pembelajaran. Beban belajar
dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan oleh siswa
untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka,
penugasan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur. Semua
itu dimaksudkan untuk mencapai standar kompetensi lulusan dengan
memperhatikan tingkat perkembangan siswa.
5. Kenaikan Kelas dan Kelulusan
Kenaikan kelas dilaksanakan pada setiap akhir tahun ajaran, dengan
kriteria yang diatur oleh masing-masing direktorat teknis. Sesuai
dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 72 Ayat (1), siswa dinyatakan
lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah
setelah menyelesaikan seluruh program pembelajaran. Memperoleh
nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika,
dan kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan. Lulus
ujian sekolah atau madrasah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi serta lulus ujian nasional.

6. Pendidikan Kecakapan Hidup


Kurikulum untuk SD/MI/SDLB, SMP/MTs/SMPLB, SMA/MA/
SMALB, SMK/MAK dapat memasukkan pendidikan kecakapan
hidup, yang mencakup kecakapan pribadi, kecakapan sosial,
kecakapan akademik dan atau kecakapan vokasional. Pendidikan
kecakapan hidup dapat merupakan bagian integral dari pendidikan
semua mata pelajaran dan/atau berupa paket atau modul yang
direncanakan secara khusus. Pendidikan tersebut dapat diperoleh
siswa dari satuan pendidikan yang bersangkutan dan atau dari satuan
pendidikan formal lain dan atau nonformal.
7. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal dan Global
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah pendidikan
yang memanfaatkan keunggulan lokal dan kebutuhan daya saing
global dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan
komunikasi, ekologi dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi
pengembangan kompetensi siswa. Kurikulum untuk semua tingkat
satuan pendidikan dapat memasukkan pendidikan berbasis
keunggulan lokal dan global. Pendidikan berbasis keunggulan lokal
dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan
juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Pendidikan berbasis
keunggulan lokal dapat diperoleh siswa dari satuan pendidikan formal
lain dan atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi.

Kalender Pendidikan

Kurikulum satuan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang


diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada setiap tahun
ajaran. Kalender pendidikan adalah pengaturan waktu untuk kegiatan
pembelajaran siswa selama satu tahun ajaran yang mencakup permulaan
tahun pelajaran, minggu efektif belajar, waktu pembelajaran efektif dan hari
libur.42 Satuan pendidikan dasar dan menengah dapat menyusun kalender
pendidikan sesuai dengan kebutuhan daerah, karakteristik sekolah, kebutuhan
siswa dan masyarakat, dengan memperhatikan kalender pendidikan
sebagaimana yang dimuat dalam Standar Isi.

Silabus

Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu dan atau kelompok


mata pelajaran atau tema tertentu yang mencakup standar kompetensi,
kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber bahan atau alat belajar.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke
dalam materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.43

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang


menggambarkan prosedur dan manajemen pembelajaran untuk mencapai satu
atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan

42
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Pendidikan
Dasar dan Menengah
43
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:BSNP.
dalam silabus.44 RPP merupakan jabaran operasional silabus yang telah
dikembangkan untuk digunakan sebagai panduan guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Karena fungsi yang diembannya, setiap guru harus menyusun
RPP sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hal ini merupakan
komponen penting KTSP sehingga harus dilaksanakan secara profesional.

PENUTUP

Sebagai perangkat rencana pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan


pengajaran, KTSP memiliki komponen visi dan misi satuan pendidikan,
tujuan satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan,
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Komponen-komponen
tersebut saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai
tujuan penyelenggaraan pendidikan dan dalam rangka mewujudkan
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Oleh sebab itu, dalam pengembangan
dan pelaksanaan KTSP, kepala sekolah maupun guru harus mampu
mensinergikan komponen-komponen tersebut secara komprehensif.

KOMPONEN KURIKULUM MERDEKA


Sayyidah Malthuvah
Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta
e-Mail: 21104090043@student.uin-suka.ac.id

ABSTRAK

Pendidikan adalah salah satu cara manusia untuk “bertahan hidup” agar
dapat beradaptasi dengan perubahan zaman yang begitu pesat. Pendidikan
yang ada di Indonesia tercantum pada UU No. 20 Tahun 2003. Untuk

44
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Suatu Panduan Praktis. Bandung:PT
Remaja Rosdakarya.
mencapai tujuan pendidikan, dibutuhkan kurikulum yang mempermudah
proses pendidikan. Nadiem Makarim merupakan Mendikbud yang
mencetuskan kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM).
Konsep merdeka belajar bertujuan untuk memerdekakan pendidikan dengan
cara bebas berpikir dan bebas berinovasi. Kebijakan Merdeka Belajar
memiliki karakteristik yang menekankan pada kreativitas, orientasi
pembelajaran pada pemecahan masalah, pembelajaran berbasis tuntutan
kebutuhan masyarakat dan dunia kerja, serta sistem penilaian yang
komprehensif. Maka dari itu terdapat komponen-komponen dari kurikulum
merdeka belajar dengan memuat tentang tujuan, isi materi/ struktur, strategi,
dan evaluasi. Metode yang digunakan adalah metode studi kepustakaan atau
library research dengan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang
relevan, kemudian menyaring sumber yang paling relevan dengan tema yang
akan dikaji atau diangkat, selanjutnya membuat kesimpulan dan mencatat
berbagai hal-hal yang penting, dan barulah nanti diimplementasikan di
dalam bentuk tulisan.

Kata Kunci : Pendidikan, Komponen, Kurikulum Merdeka

PENDAHULUAN

Pendidikan yang tidak lepas dari peradaban manusia harus turut berubah
sesuai perubahan dan kebutuhan zaman ini. Pendidikan dijadikan tolak ukur
kemajuan suatu bangsa, hal tersebut menunjukkan bahwa pentingnya
pendidikan itu sendiri. Perubahan yang terjadi dalam dunia pendidikan
haruslah sesuai dengan keadaan dan kebutuhan untuk mempersiapkan
generasi-generasi pekerja di masa depan. Inovatif, inspiratif, dan kreatif
merupakan sistem pembelajaran dalam pendidikan yang harus dilakukan agar
terbentuk peserta didik yang berkarakter dan mandiri sesuai dengan
ketertarikan dan kemampuan yang mereka miliki.

UU No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan kurikulum adalah


seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Di negara
kita sendiri Indonesia, kurikulum pendidikan beberapa kali telah melakukan
perubahan setiap pergantian menteri. Dimana saat ini sedang digencarkan
kurikulum pendidikan "Merdeka Belajar” yang dicetuskan oleh
Kemendikbud Ristek, Bapak Nadiem Anwar Makarim. Kurikulum Merdeka
Belajar mengedepankan suasana belajar yang nyaman, bahagia, dan
terstruktur bagi peserta didik maupun tenaga pendidik. Menteri Pendidikan
Nadiem Makarim mentransformasi K13 (Kurikulum 2013) menjadi
kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) pada tahun 2019.
Kurikulum ini terdiri dari 2 konsep yakni "Merdeka Belajar & Kampus
Merdeka".45

Kurikulum merdeka merupakan kurikulum pemulihan pembelajaran


karena kurikulum ini merujuk pada pandemi yang memiliki banyak kendala
serta hambatan dalam proses pembelajaran di dalam satuan pendidikan.
Kurikulum sebelumnya yaitu kurikulum 2013 yang telah diimplementasikan
dalam pembelajaran sebelum pademi covid 19 dan ketika pandemic covid 19
mewabah, pemerintah dalam hal ini kemendikbud ristek mengeluarkan
kebijakan penggunaan kurikulum darurat dalam pembelajaran yang menjadi
bahan rujukan di setiap satuan pendidikan dalam menerapkan pembelajaran
jarak jauh (PJJ) atau belajar dari rumah (BDR).46

PEMBAHASAN

Komponen Kurikulum Merdeka


1. Komponen Kurikulum
Komponen kurikulum adalah unsur-unsur yang harus ada dalam
bangunan sebuah kurikulum. Nana Syaodih Sukmadinata

45
Hasanuddin, dkk. 2022. Perencanaan Pembelajaran (Kurikulum Merdeka Belajar. Sada Kurnia
Pustaka: Serang.
46
Saryanto, dkk. 2022. Inovasi Pembelajaran Merdeka Belajar. Media Sains Indonesia: Bandung.
Hal 147-148
menyebutkan komponen kurikulum meliputi tujuan, bahan ajar,
strategi mengajar, media mengajar, evaluasi pengajaran dan
penyempurnaan pengajaran. Sedangkan, menurut Nana Sudjana yang
menyebutkan bahwa komponen kurikulum meliputi tujuan, isi dan
struktur kurikulum, strategi, dan evaluasi. Dari pendapat tentang
komponen kurikulum di atas maka komponen umum dalam kurikulum
terbagi menjadi empat bagian yaitu, tujuan kurikulum, isi dan struktur
kurikulum, strategi kurikulum, evaluasi Kurikulum47
2. Komponen Kurikulum Merdeka
Mendikbud Nadiem Makarim mengubah kurikulum 2013 menjadi
kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) pada
tahun 2019. Konsep MBKM terdiri dari dua konsep yaitu “Merdeka
Belajar” dan “Kampus Merdeka”. Merdeka belajar adalah kebebasan
berpikir dan kebebasan inovasi. Sedangkan kampus merdeka
adalah lanjutan program merdeka belajar untuk pendidikan
tinggi.
Transformasi pendidikan melalui kebijakan merdeka belajar
merupakan salah satu langkah untuk mewujudkan SDM Unggul
Indonesia yang memiliki Profil Pelajar Pancasila. Sejalan dengan
World Economic Forum (2016), pelajar harus memiliki 16 keahlian
di abad ke-21. Secara garis besar, 16 keahlian ini terbagi menjadi tiga
yaitu literasi, kompetensi, dan kualitas karakter. Selain itu,
untuk menghadapi perubahan sosbud, dunia kerja, dunia usaha, dan
kemajuan teknologi yang begitu pesat, mahasiswa harus dipersiapkan
untuk dapat mengikuti perubahan ini. Oleh sebab itu, setiap instansi
pendidikan harus mempersiapkan literasi bari dan orientasi terbimbing
dalam bidang pendidikan. Persiapan Perguruan Tinggi dapat
dilakukan dengan cara merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian

47
Wiji Hidayati, dkk. 2021. Manajemen Kurikulum dan Program Pendidikan. Semesta Aksara:
Yogyakarta. Hal 57-58
pembelajaran mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
secara optimal dan selalu relevan melalui Kurikulum MBKM.48
Dibawah ini terdapat komponen-komponen kurikulum merdeka:
1) Tujuan Kurikulum
Tujuan dari kurikulum merdeka belajar adalah untuk
percepatan pencapaian tujuan nasional Pendidikan, yaitu
meningkatnya kualitas sumber daya manusia Indonesia yang
mempunyai keunggulan dan daya saing dibandingkan dengan
negara-negara lainnya. Kualitas sumber daya manusia yang
unggul dan berdaya saing diwujudkan pada siswa-siswi yang
berkarakter mulia dan memiliki penalaran tingkat tinggi
khususnya dalam literasi dan numerasi.49
b) Isi dan Struktur Kurikulum
Struktur kurikulum dibagi menjadi 2 (dua) kegiatan
pembelajaran utama, yaitu: (1) pembelajaran reguler atau rutin
yang merupakan kegiatan intrakurikuler, dan (2) projek
penguatan profil pelajar Pancasila. Jam Pelajaran (JP) diatur
per tahun. Satuan pendidikan dapat mengatur alokasi waktu
pembelajaran secara fleksibel untuk mencapai JP yang
ditetapkan. Satuan pendidikan dapat menggunakan
pendekatan pengorganisasian pembelajaran mata pelajaran,
tematik, atau berbasis terintegrasi.
Dimensi pembelajaran kurikulum merdeka untuk SD/MI:
Mata pelajaran IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial)
merupakan paduan dari IPA dan IPS. Bahasa Inggris menjadi
mata pelajaran pilihan, tergantung kesiapan satuan pendidikan.
Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih sekurang-

48
Heroza Firdaus. 2022. Analisis Evaluasi Program Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka. Jurnal
Pendidikan dan Konseling, Vol. 4 No. 4 Hal. 690
49
Purwadi Sutanto. Buku Saku Merdeka Belajar. Kemendikbud
kurangnya satu dari empat mata pelajaran Seni dan Budaya:
Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, atau Seni Tari.
Untuk SMP/MTs.: Mata pelajaran Informatika merupakan
mata pelajaran wajib. Satuan pendidikan atau peserta didik
dapat memilih sekurang-kurangnya satu dari 5 (lima) mata
pelajaran Seni dan Prakarya: Seni Musik, Seni Rupa, Seni
Teater, Seni Tari, atau Prakarya.
Untuk SMA/MA: Satuan pendidikan atau peserta didik dapat
memilih sekurang-kurangnya satu dari lima mata pelajaran Seni dan
Prakarya: Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau
Prakarya. Di kelas X peserta didik mempelajari mata pelajaran
umum (belum ada mata pelajaran pilihan). Peserta didik memilih
mata pelajaran sesuai minat di kelas XI dan XII. Peserta didik
memilih mata pelajaran dari kelompok mata pelajaran yang tersedia.
Peserta didik menulis esai ilmiah sebagai syarat kelulusan.
Untuk SMK: Satuan pendidikan atau peserta didik dapat memilih
sekurang-kurangnya satu dari lima mata pelajaran Seni dan
Prakarya: Seni Musik, Seni Rupa, Seni Teater, Seni Tari, atau
Prakarya. Kelompok mata pelajaran kejuruan terdiri atas mata
pelajaran-mata pelajaran matematika dan bahasa inggris yang
diselenggarakan di fase E dan F, mata pelajaran informatika, projek
ilmu pengetahuan alam dan sosial, serta dasar-dasar program
keahlian yang diselenggarakan di fase E, dan mata pelajaran projek
kreatif dan kewirausahaan, konsentrasi keahlian, praktek kerja
lapangan, dan mata pelajaran pilihan yang diselenggarakan di fase
F.
Untuk PAUD: Khusus untuk Struktur Kurikulum pada PAUD
(TK/RA/BA, KB, SPS, TPA), terdiri atas:
1) Kegiatan pembelajaran intrakurikuler yaitu Kegiatan
pembelajaran intrakurikuler dirancang agar anak dapat
mencapai kemampuan yang tertuang di dalam capaian
pembelajaran. Intisari kegiatan pembelajaran intrakurikuler
adalah bermain bermakna sebagai perwujudan "Merdeka
Belajar, Merdeka Bermain". Kegiatan yang dipilih harus
memberikan pengalaman yang menyenangkan dan bermakna
bagi anak. Kegiatan perlu didukung oleh penggunaan sumber-
sumber belajar yang nyata dan ada di lingkungan sekitar anak.
Sumber belajar yang tidak tersedia secara nyata dapat
dihadirkan dengan dukungan teknologi dan buku bacaan anak.
2) projek penguatan profil pelajar Pancasila yaitu Projek
penguatan profil pelajar Pancasila bertujuan untuk
memperkuat upaya pencapaian profil pelajar Pancasila yang
mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (Standar Tingkat
Pencapaian Perkembangan Anak untuk PAUD). Penguatan
profil pelajar Pancasila di PAUD dilakukan dalam konteks
perayaan tradisi lokal, hari besar nasional, dan internasional.
Pelaksanaan proyek penguatan profil pelajar Pancasila
menggunakan alokasi waktu kegiatan di PAUD. Alokasi
waktu pembelajaran di PAUD usia 4-6 tahun paling sedikit
900 (sembilan ratus) menit per minggu. Alokasi waktu di
PAUD usia 3-4 tahun paling sedikit 360 (tiga ratus enam
puluh) menit per minggu.50
1. Strategi Kurikulum
Kurikulum merdeka menerapkan beberapa strategi, yakni Rute
Adopsi Kurikulum Merdeka Secara Bertahap. Dalam pendekatan
strategi ini berfokus pada upaya bagaimana memfasilitasi satuan
pendidikan untuk mengenali kesiapannya sebagai dasar dalam
menentukan pilihan IKM serta untuk memberikan umpan balik
berkala setiap 3 bulan. Hal tersebut dilakukan untuk memetakan

50
Fauzan, dan Fatkhul Arifin. 2022. Desain Kurikulum Merdeka untuk Era Revolusi Industri 4.0
dan Society 5.0. DESAIN KURIKULUM MERDEKA UNTUK ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0 DAN
SOCIETY 5.0. Prenada Media: Jakarta
kebutuhan penyesuaian dukungan IKM baik dari Pemerintah Pusat
maupun Pemerintah Daerah.
Strategi kedua, yakni Menyediakan Asesmen dan Perangkat Ajar
(High Tech). Pada strategi kedua ini, pendekatan strategi difokuskan
pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang
berfungsi dalam menyediakan beragam pilihan asesmen dan
perangkat ajar (buku teks, modul ajar, contoh proyek, contoh
kurikulum) dalam bentuk digital. Asesmen dan perangkat ajar
tersebut dapat digunakan satuan pendidikan dalam melakukan
pembelajaran berdasarkan Kurikulum Merdeka.
Strategi ketiga, yakni dengan Menyediakan Pelatihan Mandiri dan
Sumber Belajar Guru (High Tech), di mana pada pendekatan strategi
ini juga menggunakan teknologi informasi dan komunikasi sebagai
alat bantunya. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi ini
berfungsi dalam melakukan pelatihan mandiri Kurikulum Merdeka
yang dapat diakses secara daring oleh guru dan tenaga kependidikan
untuk memudahkan adopsi Kurikulum Merdeka disertai sumber
belajar dalam bentuk video, podcast, atau ebook yang juga dapat
didistribusikan melalui media penyimpanan.
Pada strategi kedua dan ketiga ini, lebih difokuskan pada
penggunaan teknologi untuk implementasi Kurikulum Merdeka. Di
masa pandemi COVID-19, teknologi memegang peranan yang
begitu penting dalam pelaksanaan pendidikan. Keberadaan
teknologi ini menjadi jembatan baik dalam segi teknis pelaksanaan
maupun sumber belajar agar terjadi pembelajaran jarak jauh yang
terjadi karena adanya batasan dalam pelaksanaan pendidikan akibat
pandemi.
Strategi keempat, yakni Menyediakan Narasumber Kurikulum
Merdeka (High Touch). Pada strategi keempat ini, pendekatan
strategi yang digunakan adalah dengan menyediakan narasumber
kurikulum merdeka dari Sekolah yang telah mengimplementasikan
Kurikulum Merdeka. Dalam pelaksanaan strategi ini dapat dilakukan
dalam bentuk webinar atau pertemuan luring yang diadakan
Pemerintah Daerah atau satuan pendidikan baik dalam bentuk
seminar tatap muka, lokakarya, maupun pertemuan lainnya.
Strategi kelima, yakni Memfasilitasi Pengembangan Komunitas
Belajar (High Touch). Strategi kelima ini berfokus pada
pemanfaatan komunitas belajar dibentuk oleh lulusan Guru
Penggerak maupun diinisiasi pengawas sekolah sebagai wadah
saling berbagi best practice dalam mengadopsi Kurikulum Merdeka
di internal satuan pendidikan maupun lintas satuan pendidikan.
Komunitas belajar dapat menciptakan ruang berbagi dan terbuka
dalam proses pembelajaran.
Pada strategi keempat dan kelima, strategi difokuskan pada
pertemuan-pertemuan baik dengan pertemuan yang menghadirkan
narasumber maupun dengan komunitas belajar, bahwa untuk
menciptakan ruang terbuka antara guru, siswa, dan akademisi ketika
melaksanakan aktivitas pembelajaran termasuk saling berbagi dalam
implementasi Kurikulum Merdeka dapat dilakukan dengan pelibatan
komunitas51
2. Komponen Evaluasi
Komponen evaluasi ini digunakan untuk menilai efektivitas suatu
kurikulum dalam mencapai tujuan dan untuk menilai proses
pembelajaran. Melalui evaluasi maka dapat ditentukan nilai suatu
kurikulum apakah perlu dipertahankan atau tidak, atau bisa juga
bagian mana saja di dalam kurikulum yang perlu diperbaiki supaya
lebih sempurna dan lebih baik lagi.

51
Tono Supriatna Nugraha . 2022. Kurikulum Merdeka untuk Pemulihan Krisis Pembelajaran.
Jurnal Upi Inovasi Kurikulum, Vol. 19 No. 2 Hal. 255-259
Evaluasi dilakukan terhadap komponen kurikulum pada satuan
pendidikan pelaksana Kurikulum Merdeka, yaitu:52
1) Struktur kurikulum;
2) Capaian pembelajaran;
3) Pembelajaran dan asesmen;
4) Penggunaan perangkat ajar; dan
5) Kurikulum operasional satuan pendidikan.

Landasan Hukum Kurikulum Merdeka Belajar


Landasan penerapan kurikulum merdeka yaitu:
1. Permen nomor 05 tahun 2022 tentang kompetensi standar lulusan.
2. Permen nomor 07 tahun 2022 tentang standar isi.
3. Permen nomor 16 tahun 2022 tentang standar proses.
4. Permen nomor 21 tahun 2022 standar penilaian.
5. Keputusan menteri pendidikan nomor 56 tahun 2022 tentang
pedoman penerapan kurikulum dalam rangka pemulihan
pembelajaran yaitu kurikulum 2013 secara utuh, kurikulum darurat
dan kurikulum merdeka.
6. Keputusan kepala badan standar, kurikulum dan asesmen pendidikan
kemendikbud ristek nomor 033/H/KR/2022 tentang perubahan atas
keputusan kepala badan standar, kurikulum dan asesmen pendidikan
kemendikbud ristek nomor 008/H/KR/22 tentang capaian belajar
dan permen no 09 tahun 2022 tentang evaluasi sistem pendidikan
oleh pemerintah pusat dan daerah terhadap pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Landasan di atas merupakan dasar Implementasi kurikulum oleh satuan
pendidikan dapat menggunakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
pembelajaran peserta didik dan harus memperhatikan ketercapaian
kompetensi peserta didik di satuan pendidikan dalam rangka pemulihan

52
Hadi Soekamto, dan Budi Handoyo. 2022. PERENCANAAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI
(Dilengkapi Kurikulum Merdeka). Bayfa Cendekia Indonesia: Madiun
pembelajaran. Maka satuan pendidikan diberikan opsi dalam
melaksanakan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran
bagi peserta didik. Tiga opsi kurikulum tersebut yaitu Kurikulum 2013,
Kurikulum Darurat (yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan oleh
Kemendikbud Ristek) dan Kurikulum Merdeka.
Kriteria satuan dalam menerapkan kurikulum merdeka yakni adanya
keinginan dan minat menerapkan kurikulum merdeka untuk memperbaiki
pembelajaran dalam satuan pendidikan. Kepala sekolah/madrasah yang
ingin menerapkan kurikulum merdeka akan diminta untuk mempelajari
materi yang disiapkan oleh Kemendikbud Ristek tentang konsep
kurikulum merdeka. Setelah mempelajari materi tersebut satuan
pendidikan memutuskan untuk mencoba menerapkannya, satuan
pendidikan akan diminta untuk mengisi formulir pendaftaran dan sebuah
survei singkat. Jadi, prosesnya adalah pendaftaran dan pendataan, bukan
seleksi. Proses belajar menjadi kunci penting karena proses belajar ini
menjadi fondasi transformasi pendidikan yang kita cita- citakan serta
tujuan perubahan kurikulum adalah untuk mengatasi krisis belajar
(learning crisis). Besar keinginan menjadikan sekolah sebagai tempat
belajar yang aman, inklusif, dan menyenangkan.53

PENUTUP

Kesimpulan

Dilihat dari apa yang telah dibahas dan disampaikan di atas, seiring
beembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin marak. Oleh
karena dilihat dari dunia pendidikan bahwa memang benar efektivitas dalam
pembelajaran merupakan sebuah tuntutan, tuntutan dalam artian hal yang
sangat penting demi meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia
sehingga dapat mengimbangi perkembangan dari Iptek ini sendiri dan juga

53
Saryanto, dkk. 2022. Inovasi Pembelajaran Merdeka Belajar. Media Sains Indonesia: Bandung.
Hal 148-151
efektivitas dalam pembelajaran inilah yang nantinya akan turut
mempengaruhi tujuan serta capaian dalam akhir pembelajaran.

Semakin tinggi tingkat efektifnya sebuah pembelajaran maka semakin


jelas juga tujuan dan capaian yang akan diraih di akhir, namun tentunya
tidak mudah untuk menciptakan suasana pembelajaran dengan efektif
melihat peranan dari guru yang semakin kompleks dan reaksi dari para
murid ketika menerima pembelajaran merupakan faktor penting demi
terwujudnya tingkat efektivitas yang tinggi pada kegiatan pembelajaran.
Tidak heran juga seiring berkembangnya zaman, maka dunia pendidikan
sendiri harus dapat menyesuaikan diri mengikuti perkembangan yang
semakin marak seperti saat ini. Oleh karena itu tidak diherankan bahwa
salah satu aspek dasar dan sebagai pegangan atau pedoman dari seorang
guru yakni kurikulum akan mengalami berbagai perubahan demi
menyesuaikan dengan perkembangan yang ada.

Hal inilah yang membuat adanya kurikulum merdeka belajar yang mana
fokus pengembangan kurikulum turut berpengaruh kepada seluruh elemen
yang ada khususnya bagi bidang akademik. Dengan begitu hadirnya
kurikulum merdeka belajar ini dapat memberikan suatu perubahan dan arah
yang jelas bagi pendidikan di Indonesia yang saat ini tentunya masih
tertinggal dengan pendidikan di negara-negara lainnya. Merdeka belajar
juga memiliki nilai representatif yang mana peserta didik diberikan
keaktifan serta kebebasan untuk belajar, sesuai dengan namanya yakni
kurikulum merdeka belajar.

F. Fungsi Manajemen Kurikulum Pendidikan, Perencanaan kurikulum,


Implementasi Kurikulum

FUNGSI MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN


Fawwaz Nadhor Mazini
Manajemen Pendidikan Islam, FITK UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
21104090046@student.uin-suka.ac.id
Abstrak
Alam dunia pendidikan kita sering mendengar istilah kurikulum, yang mana
kurikulum ini akan mempermudah bagi pengajar dalam menyusun program
yang hendak dilakukan dan apa saja yang hendak disampaikan kepada anak
didiknya Manajemen kurikulum merupakan salah satu bagian dari
manajemen pendidikan. Sebelum lebih jauh berbicara tentang manajemen
kurikulum, maka terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian
manajemen itu sendiri. Dalam Manajemen Kurikulum ada beberapa ruang
lingkup diantaranya Manajemen perencanaan kurikulum, Manajemen
pengorganisasian dan pelaksanaan kurikulum. Disamping itu terdapat pula
beberapa fungsi dari manajemen kurikulum pendidikan yang diterapkan demi
tercapainya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum yang efektif,
efisien, dan optimal.
Kata Kunci: Kurikulum, Manajemen, Pendidikan.

PENDAHULUAN
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum
yang kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya,
manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan
dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan
kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan
tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. Dapat
disimpulkan bahwa manajemen kurikulum adalah suatu kegiatan yang
dirancang untuk memudahkan mengelola pendidikan dalam pelaksanaan
kegiatan belajar mengajar yang diawali dari tahap perencanaan dan diakhiri
dengan evaluasi program agar kegiatan belajar mengajar dapat terarah dengan
efektif.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum
agar perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif,
efisien dan optimal dalam memberdayakan berbagi sumber belajar,
pengalaman belajar, maupun komponen kurikulum. Manajemen kurikulum
sendiri bertujuan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumberdaya
kurikulum, meningkatkan keadilan dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, meningkatkan relevansi pembelajaran sesuai
dengan kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran, meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses
belajar mengajar dan meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum. Pada dasarnya penerapan manajemen memang
ditujukan untuk mengoptimalkan pencapaian terhadap tujuan yang sudah
ditetapkan oleh suatu lembaga pendidikan.

PEMBAHASAN
PENGERTIAN MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN

Manajemen kurikulum merupakan salah satu bagian dari manajemen


pendidikan. Sebelum lebih jauh berbicara tentang manajemen kurikulum, maka
terlebih dahulu akan dijelaskan tentang pengertian manajemen itu sendiri.

Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur.


Manajemen bisa diartikan sebagai seni, ilmu dan profesi. Follet mengartikan
“manajemen sebagai seni, karena untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif dan efisien, seorang manajer harus bisa mengatur dan menggerakkan
orang untuk melakukan tugas-tugasnya”. Dikatakan sebagai ilmu oleh Gulick
karena “manajemen dipandang sebagai suatu bidang ilmu pengetahuan yang
secara sistematik berusaha memahami dan bagaimana orang bekerjasama.
Dikatakan suatu profesi karena untuk menjadi manajer seseorang
membutuhkan keahlian khusus dan profesional”.1

Secara etimologis, istilah kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu


curricula berarti "pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu".
Kurikulum
1
Ahmad Sayuti, STRATEGI MANAJEMEN KURIKULUM DALAM
PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN (Studi kasus di MTS Nurul Islam
Airbakoman). Jurnal AL FATIH Volume 1, Nomor 1, 2021

berarti suatu jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari dari garis start
sampai dengan finish untuk memperoleh medali atau penghargaan (Zainal
Arifin, 2011: 2). Sementara menurut etimologi kata pendidikan dalam bahasa
inggris disebut dengan education, dalam bahasa latin pendidikan disebut
dengan educatum yang tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco dimana kata E
berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit banyak,
sedangkan Duco berarti perkembangan atau sedang berkembang. Jadi, Secara
Etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan
diri sendiri dan kekuatan individu. Menurut Kamus Bahasa Indonesia,
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan.

Jadi yang dimaksud dengan Manajemen Kurikulum Pendidikan


merupakan suatu sistem pengelolaan kurikulum pendidikan yang dilaksanakan
secara sistemastis demi mencapainya tujuan kurikulum pendidikan tersebut
dengan menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Mengenai Kurikulum Pendidikan telah dijelaskan dalam UU. Nomor


20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada UU ini disebutkan
bahwasanya kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, serta bahan dan metode pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman pelaksanaan kegiatan belajar untuk mencapai tujuan tertentu.

Otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan dalam mengelola


kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan tidak
mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan. Keterlibatan
masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami,
membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain

kurikulum, mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik


kepada masyarakat maupun pemerintah.2
RUANG LINGKUP DAN PRINSIP MANAJEMEN KURIKULUM
PENDIDIKAN
Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Lingkup
manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pendidikan, kegiatan kurikulum
mengutamakan keterwujudan dan relevansi kurikulum nasional (standar
kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah
yang bersangkutan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang
berintegritas dengan peserta didik dan peserta didik. dengan lingkungan di
mana sekolah itu berada.3

Mengenai prinsip-prinsip manajemen kurikulum Sukmadinata


menjelaskan bahwa terdapat lima prinsip umum dalampengembangan
kurikulum, yaitu: 4

1) Prinsip Relevansi
Prinsip relevansi artinya prinsip kesesuaian. Prinsip ini adadua jenis, yaitu
relevansi eksternal artinya kurikulum harus sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat yang ada pada masa kini maupun kebutuhan yang
diprediksi untuk masa depan, dan relevansi internal, yaitu kesuaian antar
komponen kurikulum itu sendiri.
2) Prinsip Fleksibel
Prinsip fleksibel berarti suatu kurikulum harus lentur (tidak kaku), terutama
dalam hal pelaksanaannya.
3) Prinsip Kontinuitas
2
Ibrahim Nasibi, MANAJEMEN KURIKULUM: Sebuah Kajian Teoritis
JURNAL IDAARAH, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2017
3
Hidayati, Wiji, Syaefudin, dan Umi Muslimah. Manajemen Kurikulum dan
Program Pendidikan (Konsep dan Strategi pengembangan). Vol. 1. Semesta
Aksara, 2021.
4
Fatkhul Ma’arif, MANAJEMEN KURIKULUM Prosiding Pascasarjana IAIN
Kediri Volume 3, November 2020

Prinsip Kontinuitas artinya kurikulum dikembangkan secara


berkesinambungan, yang meliputi sinambung antarkelas maupun sinambung
antar jenjang pendidikan.
4) Prinsip Praktis dan Efisiensi
Kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan prinsip praktis, yaitu dapat
dan mudah diterapkan di lapangan. Kurikulum harus bisa diterapkan dalam
praktikpendidikan, sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.
5) Prinsip Efektivitas
Prinsip ini menunjukkan pada suatu pengertian bahwa kurikulum selalu
berorientasi pada tujuan tertentu yang ingin dicapai [2, pp. 67–69].
Sementara dalam proses pelaksanaannya, terdapat lima prinsip yang
harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen kurikulum yaitu sebagai
berikut:5

1) Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan


aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum.
Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai
dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran dalam manajemen kurikulum.
2) Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subyek didik pada
posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung
jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
3) Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai
pihak yang terlibat.
4) Efektivitas dan efisiesi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi untuk mencapai tujuan kurikulum
sehingga kegiatan manajemen tersebut memberikan hasil yang berguna dengan
biaya, tenaga, dan waktu yang relatif singkat.

5
Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Press, 2012), hlm. 4

5) Mengarahkan visi, misi dan tujuan, yang di tetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi
dan tujuan kurikulum.
Selain prinsip-prinsip tersebut juga perlu dipertimbangkan
kebijaksanaan pemerintah maupun departemen pendidikan, seperti USPN No.
20 tahun 2003, kurikulum pola nasional, pedoman penyelenggaraan program,
kebijaksanaan penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, kebijaksanaan
penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, keputusan dan peraturan
pemerintah yang berhubungan dengan lembaga pendidikan atau jenjang/ jenis
sekolah yang bersangkutan.
FUNGSI MANAJEMEN KURIKULUM PENDIDIKAN

Kegiatan manajemen kurikulum perlu diterapkan dalam proses


pendidikan demi tercapainya perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
kurikulum yang efektif, efisien, dan optimal. Adapun beberapa fungsi dari
manajemen kurikulum adalah sebagai berikut: 6

a. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan


sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan
yang terencana dan efektif.
b. Meningkatkan keadilan (equality) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai
hasil yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik
tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan
ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan
kurikulum.
c. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan, kurikulum yang dikelola secara efektif dapat
memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta
didik maupun lingkungan sekitar.
d. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang professional,

6
Ibrahim Nasibi, MANAJEMEN KURIKULUM: Sebuah Kajian Teoritis
JURNAL IDAARAH, VOL. I, NO. 2, DESEMBER 2017. hlm. 320-321

efektif, dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun
aktivitas siswa dalam belajar.
e. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain
yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian,
ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.
Disamping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif
yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
Dengan tercapainya proses pendidikan yang bermutu, maka dipastikan
pula dapat menghasilkan output yang berkualitas sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional, seperti yang terdapat dalam UUSPN No 20 Tahun 2003
Pasal 3 yang berbunyi: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untukberkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis
serta bertanggung jawab.

PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen kurikulum adalah seperangkat keterampilan dalam mengelola
kurikulum, mulai dari perencanaan kurikulum hingga evaluasi kurikulum.
Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi berdasarkan komunitas. Kegagalan untuk
mengelola kurikulum akan berdampak fatal bagi keberhasilan dunia
pendidikan. Oleh karena itu, setiap penanggung jawab lembaga pendidikan dan
semua pemangku kepentingan pendidikan harus memiliki visi yang sama
dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan mengevaluasi sebuah
kurikulum.

FUNGSI MANAJEMEN KURIKULUM; IMPLEMENTASI


KURIKULUM DALAM LEMBAGA PENDIDIKAN
Sinta Khofifah Robbi
Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Indonesia
21104090047@student.uin-suka.ac.id
Abstract
This study uses a qualitative research method with a literature study
data collection technique, namely by collecting data related to the theory of
curriculum implementation in educational institutions through the Google
Scholar website, Digilib Un-Such and so on. The data that has been collected
is then analyzed, so that the result is that the educational curriculum is
everything that educational institutions provide to their students during the
educational process, be it lesson schedules, teaching teachers, infrastructure
and others. The purpose of the curriculum is so that educational activities can
run well. In its implementation, the curriculum does not only involve the
principal but all interested stakeholders. So that the implementation of the
curriculum can run effectively and can make changes (modifications),
adjustments (adaptation) and renewal (innovation). Thus in its implementation
it is also necessary to have a curriculum approach model, implementation
procedures which include; planning, implementation, and evaluation as well as
administration of curriculum implementation.

KEY WORDS: Implementation, Curriculum, Educational Institutions

ABSTRAK

Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik


pengumpulan data studi literatur yaitu dengan mengumpulkan data yang
berkaitan dengan teori implementasi kurikulum dalam lembaga pendidikan
melalui situs web google scholar, digilib un-suka dan lain sebagainya. Data-
data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga diperoleh hasil
bahawasanya kurikulum pendidikan merupakan segala sesuatu yang
diberikan lembaga pendidikan kepada anak didiknya selama dalam proses
pendidikan, baik itu jadwal pembelajaran, mengajar guru, sarana prasarana
dan lain-lain. Tujuan adanya kurikulum yaitu supaya kegiatan pendidikan
dapat berjalan dengan baik. Dalam pelaksanaannya kurikulum tidak hanya
melibatkan kepala sekolah saja namun seluruh stakeholder yang
berkepentingan. Sehingga pelaksanaan kurikulum dapat berjalan efektif dan
dapat melakukan perubahan (modification), penyesuaian (adaptation) dan
pembaharuan (innovation). Dengan demikian dalam pelaksanaannya
diperlukan juga adanya model pendekatan kurikulum, prosedur- prosedur
pelaksanaan yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dan juga
administrasi pelaksanaan kurikulum.
KATA KUNCI: Pelaksanaan, Kurikulum, Lembaga Pendidikan

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia.
Setiap manusia pasti menginginkan pendidikan yang berkualitas supaya
mudah dalam menjalani kehidupan seperti halnya mudah dalam pekerjaan
yang baik, mendapat status sosial tinggi dan sebagainya. Karena semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin tinggi juga statusnya di
masyarakat. Pendidikan yang berkualitas merupakan sebuah jalan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Namun, pada kenyataannya
pendidikan di Indonesia belum mampu menuju pada peningkatan kuantitas.
Hal tersebut dikarenakan masih banyak dijumpai lembaga pendidikan yang
kondisi sarana prasarananya belum memadai, masih kurangnya tenaga
pendidik yang kompeten, sistem pembelajaran yang belum bisa
menyesuaikan kondisi peserta didik dan masalah pelik lainnya. Masalah
tersebut tak lain dikarenakan manajemen kurikulum pada lembaga pendidikan
yang belum berjalan baik.

Pada hakikatnya kurikulum adalah mengatur dan bertanggung jawab


atas semua kegiatan pendidikan. Kurikulum pendidikan sendiri merupakan
segala sesuatu yang diberikan lembaga pendidikan kepada anak didiknya
selama dalam proses pendidikan, baik itu jadwal pembelajaran, mengajar
guru, sarana prasarana dan lain-lain. Tujuan adanya kurikulum yaitu supaya
kegiatan pendidikan dapat berjalan dengan baik. Kesalahan dan manajemen
kurikulum akan berimbas kepada mutu lulusan. Jika kurikulum yang
digunakan kurang berjalan baik maka mutu lulusan yang dihasilkanpun juga
kurang berkualitas. Maka dari itu dalam artkel ini dijelaskan bagaimana
implementasi kurikulum yang baik bagi lembaga pendidikan.

PEMBAHASAN

Pengertian Implementasi Kurikulum


Implementasi atau pelaksanaan merupakan salah satu fungsi
manajemen yang paling penting. Pengertian implementasi sebagaimana
terdapat didalam kamus Oxford Advance Learner’s Dictionary adalah
“outsome thing into effect” atau penerapan sesuatu yang bisa memberikan
efek.7 Pelaksanaan menurut George
R. Terry merupakan suatu usaha menggerakkan anggota dalam organisasi
supaya timbul keinginan untuk bekerja sama mencapai tujuan atau sasaran
yang telah ditentukan. Kata kurikulum berasal dari bahasa Arab yaitu kata
manhaj yang berarti jalan yang dilalui manusia pada bidang kehidupan.8
Sedangkan kurikulum pendidikan adalah segala sesuatu yang diberikan
lembaga pendidikan kepada anak didiknya selama dalam proses pendidikan.9
Implementasi kurikulum adalah proses pelaksanaan atau pengelolaan progam
kurikulum yang telah dikembangkan sebelumnya, yang kemudian dilakukan
pengujian dengan melaksanakan progam yang disesuaikan terhadap situasi,
kondisi, dan karakteristik peserta didik baik melalui pengembangan
intelektual, fisik maupun emosional. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Miller and Seller, bahwa “in some case implementation has
been edentified with intruction” atau implementasi kurikulum merupakan
penerapan konsep ide progam atau tatanan kurikulum kedalam praktk
pembelajaran sehingga terjadi perubahan terhadap suatu kelompok.10
Pendekatan dan Model Pelaksanaan Kurikulum
Pendekatan menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) metode
ata proses dalam mencapai sesuatu. Kaitannya dengan implementasi
kurikulum memiliki pengertian yaitu suatu proses, atau metode yang
digunakan oleh pelaksana kurikulum untuk menciptakan kurikulum sebagai
pedoman dalam proses pembelajaran.11 Dalam pelaksanaan kurikulum tidak
hanya melibatkan kepala sekolah saja namun seluruh stakeholder yang
berkepentingan. Sehingga pelaksanaan kurikulum dapat melakukan
perubahan (modification), penyesuaian (adaptation) dan pembaharuan
(innovation). Dengan demikian perlu adanya model impelementasi kurikulum
supaya dapat berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
Model implementasi kurikulum menurut Allah C. Orntein dan Francis
P. Hunkins dalam bukunya Curriculum Fundations, Principles, and Issues
menjelaskan bahwa model implementasi kurikulum terdiri atas empat model,
diantaranya:
a. Overcoming resistance to change (ORC)
Model penanggulangan resistensi perubahan didasarkan pada asumsi
Neal Gross yang menyatakan bahwa keberhasilan atau kegagalan upaya
perubahan yang terorganisir secara rencana pada dasarnya merupakan
fungsi dari kemampuan pemimpin dalam menanggulangi penolakan staf
terhadap perubahan pada saat sebelum dan selama inovasi diperkenalkan.
b. Organization development (OD)
Model pengembangan organisasi ini menurut Schmuck dan Miles
secara khusus diarahkan untuk menjembatani perubahan dan
pengembangan dalam suatu organisasi.

c. Model bagian, unit, dan lingkaran organisasi

Model ini menyadari bahwa sekolah merupakan suatu organisasi yang


secara nyata terdiri dari unit-unit seperti jurusan, kelas dan personalia,
bagian-bagian ini mempunyai hubungan yang fleksibel walaupun sistem
administrasi bersifat sentralistik, kebanyakan sekolah memiliki
pengendalian sentralistik demikian kecil khususnya apa yang terjadi di
ruang kelas.
d. Model perubahan pendidikan
Seseorang yang akan mengimplementasi kurikulum perlu memahami
karakteristik perubahan yang akan dihadapi.12
Prosedur Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum tentunya diperlukan sebuah prosedur-
prosedur yang sistematis yang saling terkait dan berkelanjutan. Adapun
prosedur dalam pelaksanaan kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi.
a. Perencanaan
Perencanaan dilakukan untuk menguraikan dengan jelas visi dan misi
atau tujuan dari implementasi kurikulum yang ingin dicapai. Dalam
menetapkan perencanaan yang akan dicapai harus meliputi: identifikasi
masalah yang dihadapi (tujuan yang ingin dicapai), pengembangan setiap
alternatif metode, evaluasi, personalia, anggaran dan waktu, evaluasi
setiap alternatif tersebut, penentuan alternatif yang paling tepat
b. Pelaksanaan
Kegiatan ini dilakukan untuk melaksanakan progan yang telah disusun
dalam perencanaan dengan menggunakan metode/teknik dan sumber
daya yang dimiliiki.
c. Evaluasi
Proses evaluasi dilakukan dengan melihat dua hal yaitu apakah proses
pelaksanaan berjalan sesuai dengan rencana atau malah sebaliknya. Jika
dalam pelaksaaannya tidak sesuai dengan rencana awal maka perlu
adanya evaluasi dengan menggunakan metode, sarana prasarana,
anggaran dan waktu yang ditentukan diawal.
Administrasi Pelaksaaan Kurikulum
Pengertian administrasi menurut Sondang P. Siagian adalah bentuk
kerjasama yang didasarkan rasionalisme tertentu untuk mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Administrasi pelaksanaan kurikulum berkaitan dengan
seluruh prilaku yang bertugas untuk terlaksananya sebuah kurikulum. Tugas
dari administrasi yaitu menyediakan fasilitas material, personal, dan seluruh
kondisi supaya kurikulum dapat terlaksana.

Kegiatan yang dilaksanakan dalam impelementasi kurikulum


meliputi; a) menyusun rencana kegiatan tahunan;

a. menyusun rencana pelaksanaan program/unit


b. menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan
c. melaksanakan kegiatan proses belajarmengajar
d. mengatur pelaksanaan pengisian buku laporan pribadi
e. melaksanakan kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler
f. melaksanakan evaluasi belajar tahap akhir
g. mengatur alat perlengkapan pendidikan
h. melaksanakan kegiatan bimbingan dan penyuluhan
i. merencanakan usaha-usaha penigkatan mutu guru.
Atau kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikelompokkan menjadi
sembolan pokok yaitu;

a. kegiatan yang berhubungan dengan tugas kepala sekolah


b. kegiatan yang berhubungan dengan tugas guru
c. kegiatan yang berhubungan dengan siswa
d. kegiatan yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar
e. kegiatan ekstrakulikuler
f. kegiatan pelaksanaan evaluasi belajar
g. kegiatan pelaksanaan pengaturan alat perlengkapan sekolah
h. kegiatan dalam bimbingan dan penyuluhan
i. kegiatan yang berkenaan dengan usaha peningkatan mutu profesional
guru.
KESIMPULAN

Pada hakikatnya kurikulum mengatur dan bertanggung jawab atas


semua kegiatan pendidikan. Kurikulum pendidikan sendiri merupakan segala
sesuatu yang diberikan lembaga pendidikan kepada anak didiknya selama
dalam proses pendidikan, baik itu jadwal pembelajaran, mengajar guru,
sarana prasarana dan lain-lain. Tujuan adanya kurikulum yaitu supaya
kegiatan pendidikan dapat berjalan dengan baik. Dalam pelaksanaannya
kurikulum tidak hanya melibatkan kepala sekolah saja namun seluruh
stakeholder yang berkepentingan. Sehingga pelaksanaan kurikulum dapat
berjalan efektif dan dapat melakukan perubahan (modification), penyesuaian
(adaptation) dan pembaharuan (innovation). Dengan demikian dalam
pelaksanaannya diperlukan juga adanya model pendekatan kurikulum,
prosedur-prosedur pelaksanaan yang meliputi; perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi dan juga administrasi pelaksanaan kurikulum.

MANAJEMEN PERENCANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN


Muhammad Rifqi Fawaiz, 21104090079
Prodi Manajemen Pendidikan Islam, FITK, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta
21104090079@student.uin-suka.ac.id

ABSTRAK
Penelitian ini mengunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik
pengumpulan data studi literatur yaitu dengan mengumpulkan data yang
berkaitan dengan teori implementasi kurikulum dalam lembaga pendidikan
melalui situs web google scholar, digilib un-suka dan lain sebagainya. Data-
data yang telah dikumpulkan kemudian dianalisis, sehingga diperoleh hasil
bahawasanya Kurikulum pendidikan merupakan segala sesuatu yang
diberikan lembaga pendidikan kepada anak didiknya selama dalam proses
pendidikan, baik itu jadwal pembelajaran, mengajar guru, sarana prasarana
dan lain-lain. Maka dari itu perencanaan kurikulum merupakan suatu proses
tatkala peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tujuan
pembelajaran, cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar belajar,
serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode. Sehingga diperoleh
tujuan dari perencanaan kurikulum ini merupakan sebuah pedoman,
penggerak, dan juga sebagai motivasi dalam implementasi kurikulum.
Pendidikan pun demikian, jika kurikulum yang diterapkan adalah kurikulum
yang tidak direncanakan dengan baik, sudah tentu tujuan pembelajaran tidak
akan pernah tercapai dengan baik pula
KATA KUNCI: Perencanaan, Kurikulum, Manajemen Pendidikan

PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, salah satu komponen
penting di dalamnya adalah kurikulum. Kurikulum adalah suatu sistem yang
mempunyai komponen-komponen yang saling berkaitan dan menunjang satu
sama lain.

Komponen-komponen kurikulum tersebut terdiri dari tujuan, materi


pembelajaran, metode, dan evaluasi. Dalam bentuk sistem ini kurikulum akan
berjalan menuju suatu tujuan pendidikan dengan adanya saling kerja sama di
antara seluruh sub sistemnya. Jika salah satu dari variabel kurikulum tidak
berfungsi dengan baik, maka sistem kurikulum akan berjalan kurang optimal.
Selain itu dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan suatu perencanaan dan
pengorganisasian pada seluruh komponennya14.

Perencanaan kurikulum adalah suatu proses sosial yang kompleks dan


menuntut berbagai jenis tingkat pembuatan keputusan
kebutuhan untuk mendiskusikan dan mengkoordinasikan proses
penggunaan model-model aspek penyajian kunci. Sebagaimana pada
umumnya rumusan model perencanaan harus berdasarkan asumsi-asumsi
rasionalitas dengan pemrosesan secara cermat. Proses ini dilaksanakan
dengan pertimbangan sistematik tentang relevansi pengetahuan secara
filosofis (isu-isu pengetahuan yang berarti), sosiologis (argumen-argumen
kecenderungan sosial), dan psikologi (dalam menentukan urutan materi
pelajaran). Perencanaan kurikulum dijadikan sebagai pedoman yang berisi
petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan, media
penyampaian, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya, tenaga, sarana
yang diperlukan, sistem kontrol, dan evaluasi untuk mencapai tujuan
organisasi. Dengan perencanaan akan memberikan motivasi pada
pelaksanaan sistem pendidikan sehingga dapat mencapai hasil yang optimal.
Kegiatan inti pada perencanaan adalah merumuskan isi kurikulum yang
memuat seluruh materi dan kegiatan yang dalam bidang pengajaran,
mata pelajaran, masalah-masalah,
proyek-proyek yang perlu dikerjakan. Sedangkan
isi kurikulum dapat disusun sebagai berikut: 1) Bidang- bidang keilmuan
yang terdiri atas ilmu-ilmu sosial, administrasi, ekonomi, komunikasi, IPA,
matematika, dan lain-lain; 2) Jenis-jenis mata pelajaran disusun dan
dikembangkan bersumber dari bidang-bidang tersebut sesuai dengan tuntutan
program; 3) Tiap mata pelajaran dikembangkan menjadi satuan-satuan
bahasan atau standar kopetensi dan kopetensi dasar; 4) Tiap-tiap mata
pelajaran dikembangkan dalam bentuk silabus dan RPP15. Sehingga dalam
penulisan artikel ini, akan dibahas mengenai manajemen perencanaan dalam
merancang kurikulum pendidikan.

14
(Islam,…. 2017)
PEMBAHASAN
Pengertian Perencanaan dan Fungsi Kurikulum
a. Pengertian
Perencanaan kurikulum merupakan suatu perencanaan kesempatan
belajar yang dimaksudkan untuk membina siswa atau peserta didik ke arah
perubahan tingkah laku yang diinginkan dan menilai hingga mana perubahan-
perubahan telah terjadi pada diri siswa/peserta didik16.
Perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan sasaran yang hendak
dicapai dan menetapkan jalam dan sumber yang diperlukan untuk seefisien
dan seefektif mungin. Perencanaan harus disusun sebelum pelaksanaan
fungsi-fungsi menajemen lainnya sebab menentukan kerangka untuk
melaksanakan fungsi-fungsi manajemen lainnya17. Perencanaan kurikulum
merupakan proses yang melibatkan kegiatan pengumpulan, penyortiran,
sintesis dan seleksi informasi yang relevan dari berbagai sumber. Informasi ini
kemudian digunakan untuk merancang dan mendesain pengalaman-
pengalaman belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Mendefinisikan perencanaan kurikulum sebagai suatu proses yang
melibatkan berbagai unsur peserta dalam banyak tingkatan membuat
keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan, situasi belajar-
mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut 18.
Sehingga Tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagai pengalaman
belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang
diharapkan. Berikut pernyataanya: Curriculum planning is a process in which
participants at many levels make decisions about what the purposes of
learning ought to be, how those purposes might be carried out through
teaching-learning situations, and whether

15
Dadang Suhardan dkk, Manajemen Pendidikan, . Hlm,193.
16
Dra Hj Wiji Hidayati et al., ‘Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan’, n.d., hlm. 86
17
Meneurut kauffman dalam Purwanto dalam Hermino (2014:38)
18
James (1986:32)

the purposes and means are both appropriate and effective Menurut Zenger
and Zenger perencanaan kurikulum dibuat untuk menjadi petunjuk kerja.
Curriculum Planning is intended as a “how_to-do-it guide” for curriculum
planners in the school system or as a textbook for college-level courses in
curriculum planning and development.

Perencanaan kurikulum melibatkan semua pihak baik guru, supervisor,


administrator dan lainnya, dilibatkan dalam usaha kurikulum. Semua guru
dilibatkan dalam perencanaan kurikulum tingkat kelas. Bahkan pada tingkat
(wilayah/daerah/distrik), ditingkat nasional harus ada representasi guru.
Level perencanaan kurikulum dimulai dari level kelas, kemudian individual
school, school district, state, region, nation dan world19. Representasi guru
harus dominan dalam level kelas dan departemen. Perencanaan kurikulum
pendidikan Islam mensyaratkan adanya muatan materi kurikulum yang
memiliki jangkauan yang lebih jauh yaitu tidak hanya membekali siswa
dengan seperangkat kompetensi akademik saja melainkan dengan kompetensi
lainnya, tetapi juga muatan mata pelajaran yang membekali siswa untuk siap
dalam menghadapi kehidupan yang lebih abadi/ kekal yaitu menghadap
kehadirat Allah SWT. Sehingga jangkauan perencanaan kurikulumnya tidak
hanya berbunyi dunia kerja, tetapi dunia akhirat.
b. Fungsi
perencanaan kurikulum Pimpinan perlu menyusun perencanaan
kurikulum secara cermat, teliti, menyeluruh dan rinci, karena memiliki multi
fungsi sebagai berikut:20
1) Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai pedoman atau alat manajemen,
yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber peserta yang diperlukan,
media penyampaiannya, tindakan yang perlu dilakukan, sumber biaya,
tenaga, sarana yang diperlukan, sistem kontrol dan evaluasi, peran unsur-
unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen organisasi.
2) Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai penggerak roda organisasi dan
tata laksana untuk menciptakan perubahan dalam masyarakat sesuai

19
menurut Oliva (1992:58)
20
Dra Hj Wiji Hidayati et al., ‘Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan’, n.d., hlm. 87

dengan tujuan organisasi. Perencanaan kurikulum yang matang besar


sumbangannnya terhadap pembuatan keputusan oleh pimpinan, dan oleh
karena itu perlu memuat informasi kebijakan yang relevan, selain seni
kepemimpinan dan pengetahuan yang telah dimilikinya.
3) Perencanaan kurikulum berfungsi sebagai motivasi untuk melaksanakan
sistem pendidikan sehingga mencapai hasil yang optimal.

Prinsip-Prinsip dan Karakteritik Perencanaan Kurikulum

Ini selanjutnya juga dapat menjadi catatan bahwa sebuah perencanaan


kurikulum yang realistis disusun berdasarkan prinsip-prinsip penting yang
harus diperhatikan.
a) Prinsip-prinsip perencanaan kurikulum
Semua jenis perencanaan kurikulum terjadi pada semuatingkat
pendidikan dan disesuaikan dengan tingkat kelas21. Secara umum, sebuah
perencanaan kurikulum yang realistis disusun berdasarkan prinsip-
prinsip berikut:
 Prinsip 1, perencanaan kurikulum berkenaan dengan pengalaman-
pengalaman para siswa.
 Prinsip 2, perencanaan kurikulum dibuat berdasarkan berbagai keputusan
tentang konten dan proses.
 Prinsip 3, perncanaan kurikulum mengandung keputusan_keputusan
tentang berbagai isu dan topik.
 Prinsip 4, perencanaan kurikulum melibatkan banyak kelompok.
 Prinsip 5, perencanaan kurikulum dilaksanakan pada berbagai tingkatan
(level)
 Prinsip 6, perncanaan kurikulum adalah sebuah proses yang
berkelanjutan. Pengalaman-pengalaman siswa ketika mengikuti
pembelajaran di kelas dan pengalaman siswa dalam menjalani kehidupan
sehari-hari harus dipertimbangkan dalam perencanaan kurikulum.
Pembelajaran akan lebih berarti dan lebih menyentuh siswa ketika
berkenaan dan berkaitan dengan pengalamannya dalam

21
Menurut Hamalik (2016:172)

menjalani kehidupan sehari-hari. Pengembangan kurikulum di Indonesia


diarahkan kepada penguasaan kecakapan hidup (life skill) yang sebenarnya
jika kita kaji lebih mendalam arahnya kepada penguasaan berbagai
keterampilan yang bermanfaat untuk mempertahankan hidup22.
Isu-isu yang “up to date” juga harus menjadi prioritas dalam
perencanaan kurikulum, mengingat pengembangan kurikulum diarahkan
untuk menjawab berbagai persoalan dan permasalahan yang sedang dihadapi
bangsa Indonesia saat ini. Kurikulum akan dengan mudah dapat diterima oleh
masyarakat dan akan bertahan sampai kurikulum tersebut tidak lagi relevan
atau tidak mampu lagi menjawab permasalahan-permasalahan yang dihadapi
masyarakat.
b) Karekteristik Perencanaan Kurikulum Aspek-aspek yang menjadi
karakteristik perencanaan kurikulum tersebut adalah sebagai berikut23.
 Perencanaan kurikulum harus berdasarkan konsep yang jelas tentang
berbagai hal yang menjadikan kehidupan menjadi lebih baik, karakteristik
masyarakat sekarang dan masa depan, serta keutuhan dasar manusia.
 Perencanaan kurikulum harus dibuat dalam kerangka kerja yang
komprehensif, yang mempertimbangkan dan mengodinasi unsur esensial
belajar-mengajar efektif.
 Perencanaan kurikulum harus bersifat reaktif dan antisipasif. Pendidikan
harus responsif terhadap kebutuhan individu siswa, untuk membantu siswa
tersebut menuju kehidupan yang kondusif.
 Tujuan-tujuan pendidikan harus meliputi rentang yang luas akan
kebutuhan dan minat yang berkenaan dengan individu dan masyarakat.
 Rumusan berbagai tujuan pendekatan haus diperjelas dengan ilustrasi
kongkrit, agar dapat digunakan dalam pengembangan rencana kurikulum
yang spesifik.
 Masyarakat luas mempunyai hak dan tanggung jawab untuk mengetahui
berbagai hal yang ditujuakan bagi anak-anak mereka melalui perumusan
tujuan pendidikan.

22
Dra Hj Wiji Hidayati et al., ‘Manajemen Kurikulum dan Program
Pendidikan’, n.d., hlm. 89
23
(Hamalik, 2016:172)

 Dengan kaahlian profesional mereka, pendidik berhak dan bertanggung


jawab mengidentifikasi program sekolah yang akan membimbing siswa ke
arah pencapaian tujuan pendidikan.
 Perncanaan dan pengembangan kurikulum paling efektif jika dikerjakan
secara bersama-sama. Hal ini dikarenakan beragamnya unsur-unsur
kurikulum, yang menuntut tentang keahlian secara luas.
 Perencanaan kurikulum harus menuat artikulasi program sekolah dan
siswa pada setiap jenjang dan tingkatan sekolah.
 Program sekolah harus dirancang untuk mengordinasikan semua unsur
dalam kurikulum.
 Masing-masing sekolah mengembangkan dan memperhalus suatu struktur
organisasi yang memfasilitasi masalah-masalah kurikulum dan
mensponsori kegiatan perbaikan kurikulum.
 Perlunya penelitian tindakan dan evaluasi, untuk menyediakan revitalisasi
rencana dan program kurikulum.
 Partisipasi kooperatif harus dilaksanakan dalam kegiatan-kegiatan
perncanaan kurikulum, terutama keterlibatan masyarakat dan para siswa
dalam perencanaan situasi belajar-mengajar yang spesifik.
 Dalam perencanaan kurikulum, harus diadakanevaluasi secara kontinu
terhadap semua aspek pembuatan keputusan kurikulum, yang juga
meliputi analisis terhadap proses dan konten kegiatan kurikulum.
 Berbagai jenjang sekolah, dari Taman Kanak-Kanak sampai perguruan
tinggi, hendaknnya merespon dan mengakomodasi perubahan,
pertumbuhan dan perkembangan siswa. Untuk itu direfleksikan organisasi
dan prosedur secara bervariasi.

Komponen Perencanaan Kurikulum

Seperti telah disampaikan sebelumnya bahwa aspek dalam perencanaan


kurikulum meliputi perencanaan terhadap desain, implementasi dan evaluasi.
Tiga komponen tersebut terintegrasi dalam satu kesatuan yang disebut
produk. Produk inilah yang selanjutnya dijadikan pegangan dan pedoman
dalam menjalankan pendidikan di sekolah. Jika dikaji lebih dalam tentang
komponen-komponen apa saja yang perlu direncanakan, secara sederhana
dapat dideskripsikan sebagai berikut24: 1) tujuan, diperlukan untuk
memberikan arah pada kegiatan yang dilakukan; 2) isi, merupakan susunan
bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan; 3) aktivitas
belajar, adalah berbagai aktivitas yang diberikan pembelajar dalam situasi
belajar mengajar; 4) sumber belajar, sumber yang dapat digunakan untuk
mencapai tujuan antara lain buku dan bahan cetak, perangkat lunak komputer,
media audio visual; 5) evaluasi, berguna untuk mengetahui tingkat
ketercapaian pelaksanaan tujuan, dilakukan secara bertahap,
berkesinambungan, dan terbuka.

KESIMPULAN
Maka dari itu perencanaan kurikulum merupakan suatu proses tatkala
peserta dalam banyak tingkatan membuat keputusan tujuan pembelajaran,
cara mencapai tujuan tersebut melalui situasi mengajar belajar, serta
penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut. Tanpa adanya
perencanaan kurikulum, sebuah sistematika sebagai pengalaman belajar tidak
akan pernah saling berhubungan dan tidak akan mengarah pada sebuah tujuan
yang benar-benar diharapkan. Jadi perumusan perencanaan dapat
disimpulkan bahwa kurikulum itu tidak hanya memuat pada rangkaian
susunan mata pelajaran, namun juga memuat seluruh aspek kegiatan
pendidikan dan pendukung_pendukungnya. Hanya saja dalam perumusan
lebih banyak difokuskan pada perencanaan pengajaran dengan menyusun
materi ajar. Karena materi pelajaran adalah sesuatu yang dianggap urgen
dalam kurikulum. Maka dalam perumusannya juga diperlukan adanya
landasan yang kokoh sebagai pedoman.

G. Fungsi Manajemen Kurikulum Pendidikan pengarahan dan Evaluasi


Kurikulum
Fungsi manajemen kurikulum pendidikan pengarahan kurikulum
Anggita Rahadatul Bukhori
Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

ABSTRAK
Penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan. Teknik yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah dengan mengambil berbagai rujukan yang berhubungan
dengan tema penelitian yang dimaksud yaitu fungsi manajemen dalam
pengelolaan kurikulum. Seluruh rangkaian manajemen pengelolaan
pembelajaran tersebut bertujuan untuk menciptakan kondisi dimana para
siswa secara aktif dalam pembelajaran dan dapat mengembangkan nalar yang
dimilikinya, meningkatkan mutu pembelajaran dan menciptakan
pembelajaran yang efektif dan efisien serta tujuan pembelajaran atau
komptensi dapat tercapai sesuai yang direncanakan. Manajemen mempunyai
tugas-tugas yang harus dilaksanakan. Tugas itulah yang biasa disebut sebagai
fungsifungsi manajemen. Terdapat lima kombinasi fungsi fundamental
manajemen dalam rangka mencapai tujuan. Dari kelima kombinasi tersebut
dapat disaring menjadi tiga fungsi utama manajemen, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, dan pengawasan. Seluruh rangkaian manajemen
pengelolaan kurikulum tersebut bertujuan untuk menciptakan kondisi dimana
membantu meningkatkan mutu pembelajaran dan menciptakan pembelajaran
yang efektif dan efisien serta tujuan pendidikan nasional.

Kata Kunci : Fungsi Manajemen, Pengelolaan Kurikulum

PENDAHULUAN

Pada dasarnya kemampuan suatu negara dalam menghasilkan sumber daya


pendidikan yang berdaya saing dalam skala lokal, nasional, regional, dan
internasional menentukan kemampuannya untuk tetap eksis dan bertahan di
masa depan. Oleh karena itu, agar bangsa yang sedang berkembang berubah
menjadi bangsa yang maju, pendidikan harus terus ditingkatkan dalam rangka
transformasi budaya yang dilakukan melalui proses pendidikan dan belajar
dari keadaan negara berkembang. Sistem persekolahan memainkan peran
strategis dalam mempraktekkan kurikulum sebagai mikrokosmos budaya
suatu negara yang secara konsisten mengutamakan kehidupan intelektualnya
sebagai tujuan kemerdekaan.

Sistem pendidikan bangsa belum mencapai potensi peningkatan kualitasnya.


Persoalan kualitas sistem pendidikan yang menyangkut masukan (input),
proses, keluaran (output), dan hasil (results). interaksi dengan sumber
Diharapkan prosedur yang terorganisir dengan baik akan menghasilkan
pendidikan berkualitas tinggi. Suatu lembaga harus memberikan pelayanan
yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan klien pendidikan untuk
menghasilkan pendidikan yang unggul. Siswa adalah konsumen utama
layanan pendidikan, diikuti oleh pengguna. Pendidikan memiliki dampak
baik bagi masyarakat maupun pemerintah.

Menurut satu sudut pandang, manajemen kurikulum khususnya membuat


sebagian besar administrasi sekolah. Prinsip mendasar dari manajemen
kurikulum adalah untuk mendorong guru untuk menciptakan dan terus
meningkatkan metode pengajaran mereka sementara juga bekerja untuk
memastikan bahwa proses pembelajaran dapat diukur dengan pencapaian
tujuan siswa. Empat tingkatan manajemen kurikulum di sekolah adalah
sebagai berikut: Perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengendalian.54

Manajemen kurikulum memiliki peran strategis yang krusial dalam semua


aspek pendidikan berbasis aktivitas. Mengingat pentingnya kurikulum dalam
pendidikan dan pertumbuhan kehidupan siswa, tidak mungkin menyusun
kurikulum tanpa dasar yang kuat. Salah satu pilar penguatan konstruksi
kurikulum adalah landasan manajerial, oleh karena itu manajemen kurikulum
harus dibangun apakah membuat kurikulum baru atau memperbarui
kurikulum yang sudah ada selama ini.

Manajemen kurikulum mengacu pada cara di mana kurikulum dibuat,


dilakukan (atau dilakukan), dikendalikan (atau ditinjau dan diperbaiki), oleh
siapa, kapan, dan sejauh mana. Manajemen Kebijakan yang mengatur siapa
yang diberi tugas, wewenang, dan tanggung jawab menetapkan,
melaksanakan, dan mengendalikan kurikulum juga terkait dengan kurikulum.
Bagaimana kewenangan dan tanggung jawab didistribusikan dalam
pembentukan kurikulum. Bedakan antara administrasi pengembangan
kurikulum top-down atau terpusat (juga dikenal sebagai manajemen
pengembangan kurikulum terpusat) dan manajemen pengembangan
kurikulum bottom-up atau desentralisasi (juga dikenal sebagai manajemen
pengembangan kurikulum terdesentralisasi).

54
Dinn Wahyudin.(2014). Manajemen Kurikulum. Bandung: Remaja Rosdakarya, h. 18-19.
PEMBAHASAN

Ruang Lingkup dan Fungsi Manajemen Kurikulum


Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan manajemen berbasis
sekolah sama-sama memasukkan manajemen kurikulum sebagai komponen
fundamental (MBS). Perencanaan, pengorganisasian, implementasi
kurikulum, dan evaluasi semuanya termasuk dalam ruang lingkup manajemen
kurikulum. Perwujudan dan relevansi kurikulum nasional (standar
kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan dan kondisi daerah sekolah
yang bersangkutan diprioritaskan pada tingkat satuan kegiatan pendidikan,
sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang berintegritas dengan
peserta didik maupun dengan sekolah. lingkungan. Menyangkut prinsip, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum, yakni sebagai berikut :

1. Produktivitas atau outcome yang diharapkan dari kegiatan kurikulum


merupakan faktor yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kurikulum.

2. Demokratisasi; pelaksanaan manajemen kurikulum harus


berlandaskan demokrasi, menempatkan pengelola, pelaksana, dan mata
pelajaran yang diajarkan pada posisi yang seharusnya melaksanakan
tugas dengan penuh tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikuler.

3. Bekerja sama untuk mencapai efek yang diinginkan dalam kegiatan


Pengelolaan kurikulum membutuhkan partisipasi semua pemangku
kepentingan yang terlibat.

4. Serangkaian tindakan pengelolaan kurikulum harus memperhatikan


efektifitas dan efisiensi guna mencapai tujuan kurikulum.

5. Menetapkan visi, misi, dan tujuan kurikulum. Manajemen kurikulum


melayani berbagai tujuan, seperti: 1) meningkatkan efektivitas
penggunaan sumber daya kurikulum; 2) meningkatkan kewajaran dan
kesepakatan kepada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal; 3)
meningkatkan relevansi dan efektifitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan siswa dan lingkungannya; 4) meningkatkan kinerja guru serta
aktivitas siswa; 5) meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengajaran.55

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik


perencanaan kurikulum perlu diperhatikan oleh para perencana kurikulum,
baik dalam rangka pengembangan kurikulum baru (formulasi awal) maupun
dalam kerangka pengembangan kurikulum, untuk memastikan bahwa tujuan
perencanaan kurikulum memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan
pendidikan serta pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.

Manajemen Pengembangan Kurikulum


Pengelolaan pengembangan kurikulum bersifat sentralistik, yaitu bersumber
dari pusat (pemerintah). Sentralisasi ini terjadi pada tingkat pemerintah pusat
di negara kesatuan seperti Indonesia, sedangkan pada negara federal terjadi
pada tingkat pemerintah federal (pusat) atau bagian tingkat negara bagian.
Tidak hanya tugas, wewenang, dan kewajiban pengembangan kurikulum
yang dipegang oleh pejabat pusat, tetapi juga inisiatif, konsep, bahkan model
kurikulum yang akan dibentuk, bisa saja berasal dari makelar kekuasaan
pusat. Biasanya, pemerintah daerah atau lembaga pendidikan hanya
mengembangkan kurikulum yang sudah ada.

Manajemen kurikulum yang terdesentralisasi melibatkan satuan pendidikan


lokal yang membuat, melaksanakan, dan mengendalikan kurikulum
(penilaian dan perbaikan). Guru menyiapkan desain kurikulum dengan
bantuan para profesional, komite sekolah/madrasah, dan anggota masyarakat
lainnya yang tertarik dengan kurikulum. Pengembangan kurikulum berbasis
sekolah, sering disebut SBCD atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jenis penciptaan
kurikulum (KTSP). Kurikulum setiap satuan pendidikan disusun menurut
jenis, jalur, dan jenjang pengajaran.

55
Ibid., h. 20-21.
Perencanaan Kurikulum

Seiring dengan pengorganisasian, tindakan, dan pengawasan, perencanaan


adalah salah satu tugas inti manajemen. Perencanaan dianggap dalam
penelitian ini sebagai prosedur mendasar yang digunakan untuk memilih
target dan menetapkan jangkauan pencapaian. Merencanakan adalah mencari
cara untuk menggunakan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan
sumber daya lainnya untuk mencapai tujuan.56

Pengertian manajemen meliputi perencanaan, sedangkan konsep ilmu


pendidikan meliputi kurikulum. Dengan kata lain, perencanaan kurikulum
adalah proses di mana peserta di semua tingkatan memutuskan tujuan
pembelajaran, bagaimana mencapai tujuan ini melalui keadaan belajar-
mengajar, dan bagaimana mengevaluasi kemanjuran dan signifikansi metode
tersebut. Tanpa kurikulum, pengorganisasian yang sistematis dari
kesempatan belajar yang berbeda tidak akan berhubungan dengan cara yang
eksklusif satu sama lain dan tidak akan menghasilkan hasil yang diinginkan.

Dapat dikatakan bahwa pekerja kurikulum mengambil keputusan dan


mengambil tindakan untuk menetapkan rencana yang akan digunakan oleh
guru dan siswa sebagai langkah awal dalam mengembangkan kurikulum.
Karena pengembangan kurikulum memerlukan perencanaan, supervisi,
pemantauan, dan evaluasi, penting agar ilmu manajemen digunakan untuk
memandu semua tugas.57

PENUTUP
Manajemen kurikulum memiliki peran strategis yang krusial dalam semua
aspek pendidikan berbasis aktivitas. Perwujudan dan relevansi kurikulum
nasional (standar kompetensi/kompetensi dasar) dengan kebutuhan dan
kondisi daerah sekolah yang bersangkutan diprioritaskan pada tingkat satuan

56
H.B Siswanto.(2015).Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. h.42.
57
Zainal Arifin. Op.cit. h.25.
kegiatan pendidikan, sehingga kurikulum tersebut merupakan kurikulum
yang berintegritas dengan peserta didik maupun dengan sekolah. Manajemen
kurikulum yang terdesentralisasi melibatkan satuan pendidikan lokal yang
membuat, melaksanakan, dan mengendalikan kurikulum (penilaian dan
perbaikan).

EVALUASI KURIKULUM
Nafisah Tsabita Putri
Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
21104090048@student.uin-suka.ac.id

ABSTRAK
Evaluasi merupakan suatu proses memberikan pertimbangan mengenai
nilai dan arti sesuatu yang dipetimbangkan (evaluand). Dan sesuatu yang
dipertimbangkan itu bisa berupa orang, benda, kegiatan, keadaan atau sesuatu
kesatuan tertentu. Sedangkan kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
.mencapai tujuan pendidikan tertentu
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis
menyimpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang
sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari
kurikulum yang diterapkan. Evaluasi kurikulum memiliki peran penting
dalam dunia pendidikan. Tanpa evaluasi kita tidak akan tahu kelemahan dan
kelebihan dalam proses perencanaan dan pelaksanaan kurikulum yang telah
.digunakan
evaluasi, kurikulum, pendidikan :Kata kunci

ABSTRACT

Evaluation is a process of giving consideration to the value and


meaning of something being considered (evaluation). And something that is
considered can be a person, object, activity, situation or a certain entity.
set of plans and arrangements regarding While the curriculum is a
objectives, content, and learning materials as well as the methods used as
guidelines for organizing learning activities to achieve certain educational
.goals
the authors ,From the definition of evaluation and curriculum above
conclude that the notion of curriculum evaluation is a systematic study of the
benefits, suitability of the effectiveness and efficiency of the applied
curriculum. Curriculum evaluation has an important role in the world of
education. Without evaluation we will not know the weaknesses and strengths
in the process of planning and implementing the curriculum that has been
.used
evaluation, curriculum, education :Keywords

PENDAHULUAN
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting dalam proses pendidikan
dengan tujuan mengetahui sampai mana peserta didik mencapai kemajuan ke
arah tujuan yang telah ditentukan. Namun dalam hal evaluasi kurikulum
harus dilaksanakan dengan sistematis yang sesuai dengan konsep dasar
evaluasi kurikulum, sehingga hasil evaluasi kurikulum sesuai dengan
pelaku dunia pendidikan dan masyarakat -kebutuhan dan kemampuan pelaku
secara umum
Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara komprehensif agar mencapai tujuan
.yang maksimal58Evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen
kurikulum yang perlu dikuasai oleh guru sebagai pelaksana kurikulum. Hal
ini tentunya membuat penulis membahas tentang definisi evaluasi kurikulum,
tujuan dan fungsi evaluasi kurikulum, model evaluasi kurikulum serta ruang
.lingkup evaluasi kurikulum59

PEMBAHASAN
Pengertian Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus sehingga di dalam
proses kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya
suatu kesalahan. Evaluasi mencakup kegiatan yang sangat luas, kompleks,
dan terus menerus untuk mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem
.pendidikan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan

58
Mohammad Mustaf Hamdi, “Evalusi Kurikulum Pendidikan,” Intizam, Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam 4, no. 1 (2020): 66–75,
http://ejournal.staidakrempyang.ac.id/index.php/intizam/article/view/248.
59 Evaluasi Kurikulum, “E v a l u a s i k u r i k u l u M,” n.d., 1–22.
Menurut Hamid Hasan, evaluasi kurikulum dan evaluasi pendidikan
merupakan karakteristik yang tidak terpisahkan

untuk suatu istilah teknis yan Karakteristik itu adalah lahirnya definisi
sama. Demikian dengan evaluasi yang diartikan oleh berbagai pihak
.dengan pengertian yang berbeda60

Evaluasi kurikulum memegang peranan penting baik dalam penentuan


kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan
hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan -keputusan dalam kurikulum. Hasil
oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan para pengembang
kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijaksanaan pengembangan
sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Evaluasi kurikulum sulit dirumuskan secara tegas, hal tersebut disebabkan
:oleh beberapa faktor antara lain yaitu

1. fenomena yang -Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena


.terus berubah
2. ubah sesuai -Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah
.dengan konsep kurikulum yang digunakan
3. Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh
.manusia yang sifatnya juga berubah

Evaluasi kurikulum dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau


masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode -masing
pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Evaluasi kurikulum dapat
disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan
penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode
.penelitian61

60 Wiji Hidayati, Syaefudin, and Umi Muslimah, Manajemen Kurikulum Dan Program Pendidikan
(Konsep Dan Strategi Pengembangan), 2021.
61 Riska Ariana, “Pengembangan Kurikulum,” 2016, 1–23.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Kurikulum
Tujuan dari evaluasi adalah untuk menyempurnakan kurikulum dengan cara
mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai
.kriteria62Menurut Ibrahim diadakannya evaluasi kurikulum untuk keperluan
:sebagai berikut

1) Perbaikan program

Peranan evaluasi, yaitu lebih bersifat konstruktif, informasi hasil evaluasi


dijadikan masukan perbaikan yang diperlukan di dalam program
kurikulum yang sedang dikembangkan. Evaluasi kurikulum dipandang
sebagai proses dan hasil yang relevan untuk dijadikan acuan
.pengembangan kurikulum yang akan dilaksanakan

2) Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak

Evaluasi kurikulum menjadi bentuk laporan yang harus dipertanggung


pihak yang -jawaban dari pengembang kurikulum kepada pihak
bersangkutan, diantaranya: Pemerintah, orang tua, pelaksana satuan
secara langsung maupun pendidikan, masyarakat, dan semua pihak yang
tidak langsung ikut serta dalam pengembangan kurikulum yang
.bersangkutan

3) Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan

Tindak lanjut hasil pengembang kurikulum dapat berbentuk jawaban atas


kurikulum baru tersebut apakah ,Pertama .dua kemungkinan pertanyaan
,Kedua akan atau tidak akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada dan
dalam kondisi yang bagaimana dan dengan cara yang bagaimana pula
.kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan ke dalam sistem yang ada

62
Hidayati, Syaefudin, and Muslimah, Manajemen Kurikulum Dan Program Pendidikan (Konsep
Dan Strategi Pengembangan).
Fungsi dari evaluasi kurikulum begitu penting karena dengan adanya
evaluasi dapat mengetahui kinerja selama melaksanakan proses belajar
mengajar dan dapat memberikan informasi untuk perencanaan perbaikan
kurikulum yang akan ditetapkan dan dimasukkan ke dalam sistem. Ada
:fungsi evaluasi kurikulum antara lain yaitu beberapa

a) Sebagai umpan balik bagi peserta didik

b) Sebagai alat untuk mengetahui ketercapaian peserta didik mencapai tujuan


yang telah ditetapkan
c) Memberi informasi dan acuan untuk pengembangan program kurikulum
d) dasar peserta didik secara individual untuk memutuskan masa Sebagai
depan sehubungan dengan bidang pekerjaan dan pengembangan karir
e) .Untuk pengembang kurikulum khusus yang ingin dicapai63

Prinsip-Prinsip Evaluasi Kurikulum


Prinsip prinsip dalam evaluasi kurikulum yaitu

a. Tujuan tertentu, artinya setiap program evaluasi kurikulum terarah dalam


.mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik
b. Bersifat obyektif, dalam artian berpijak pada keadaan yang sebenarnya,
bersumber dari data yang nyata dan akurat, yang diperoleh melalui
.instrumen yang handal
c. Bersifat komprehensif, yaitu mencakup semua dimensi atau aspek yang
.terdapat dalam ruang lingkup kurikulum
d. Kooperatif dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan, Pelaksanaan dan
keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung
pihak yang terlibat dalam proses pendidikan -jawab bersama pihak
seperti guru, kepala sekolah, orang tua, bahkan siswa itu sendiri, selain
merupakan tanggung jawab utama lembaga penelitian dan
.pengembangan

63 Hamdi, “Evalusi Kurikulum Pendidikan.”


e. khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan ,Efisien
.yang menjadi unsur penunjang
f. Berkesinambungan, diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan luar
.sistem sekolah, yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum64

Model Evaluasi Kurikulum


Dilihat dari berbagai fenomena sejarah dengan segala situasi dan
kondisinya, evaluasi kurikulum berkembang sebagaimana perkembangan
dunia pendidikan yang memiliki banyak model. Dibawah akan disebutkan
:beberapa model evaluasi kurikulum antara lain

a) Measurement

Evaluasi pada dasarnya adalah pengukuran perilaku siswa untuk


mengungkapkan perbedaan individual maupun kelompok. Hasil evaluasi
digunakan terutama untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan pendidikan
.dan perbandingan efektifitas antara dua atau lebih metode pendidikan

b) Congruence

Evaluasi pada dasarnya merupakan pemeriksaan kesesuaian atau


congruence antara tujuan pendidikan dan hasil belajar yang dicapai, untuk
melihat sejauh mana perubahan hasil pendidikan telah terjadi. Hasil
evaluasi diperlukan dalam rangka penyempurnaan program, bimbingan
pihak di luar -pendidikan dan pemberian informasi kepada pihak
.pendidikan

c) Illumination

Evaluasi pada dasarnya merupakan studi mengenai: pelaksanaan program,


kebaikan dan kelemahan program -pengaruh faktor lingkungan, kebaikan
serta pengaruh program terhadap perkembangan hasil belajar. Evaluasi

64
Hidayati, Syaefudin, and Muslimah, Manajemen Kurikulum Dan Program Pendidikan (Konsep
Dan Strategi Pengembangan).
lebih didasarkan pada judgment (pertimbangan) yang hasilnya diperlukan
.untuk penyempurnaan program

d) Educational system evaluation

antara performance setiap Evaluasi pada dasarnya adalah perbandingan


dimensi program dan kriteria, yang akan berakhir dengan suatu deskripsi
dan judgment. Hasil evaluasi diperlukan untuk penyempurnaan program
.dan penyimpulan hasil program secara keseluruhan65
Selain keempat model di atas, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum
yang dapat dijadikan pertimbangan dalam pemilihan model pelaksanaan
:kurikulum yaitu

1. Evaluasi model penelitian

Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan


serta eksperimen lapangan. Tes pada teori dan metode tes psikologis
psikologis atau tes psikometrik umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes
intelegensi yang ditujukan untuk mengukur kemampuan bawaan, dan tes
.hasil belajar untuk mengukur perilaku skolastik

2. Evaluasi model objektif

Terdapat dua perbedaan model objektif dengan model komparatif. Pertama,


dalam model objektif, evaluasi adalah bagian yang sangat penting dari
proses pengembangan kurikulum. Evaluasi dilakukan pada akhir
evaluasi pengembangan kurikulum, kegiatan penilaiaan ini sering disebut
sumatif. Kedua, kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lainnya
tetapi diukur dengan seperangkat objektif (tujuan khusus), keberhasilan
tujuan –pelaksanaan kurikulum diukur oleh penguasaan siswa akan tujuan
.tersebut

3. Model campuran multivariasi

65 Kurikulum, “E v a l u a s i k u r i k u l u M.”
Model ini merupakan strategi evaluasi yang menyatukan unsurunsur dari
dua pendekatan tersebut (comparative approach dan model Tylor dan model
Bloom). Strategi ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu
keberhasilan tiap kurikulum dan dapat mengukur secara bersamaan
masing kurikulum -kurikulum berdasarkan kriteria khusus dari masing
.tersebut66

Kriteria Evaluasi Kurikulum


Kriteria yang dapat dipertanggungjawabkan adalah ukuran yang akan
digunakan dalam menilai suatu kurikulum. Kriteria penilaian harus relevan
dengan kriteria keberhasilannya, sedangkan kriteria harus dilihat dalam
.hubungannya dengan sasaran program

Kriteria evaluasi menurut Morrison harus memenuhi persyaratan sebagai


:berikut

 Relevan dengan kerangka rujukan dan tujuan evaluasi program


kurikulum
 Ditetapkan pada data deskriptif yang relevan dan mneyangkut
program/kurikulum

Beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat


komprehensif yang didalamnya meliputi pengukuran (measurement).
Disamping itu, evaluasi pada hakekatnya merupakan suatu proses membuat
.keputusan tentang nilai suatu objek

KESIMPULAN
Evaluasi merupakan suatu proses terus menerus sehingga di dalam proses
kegiatannya dimungkinkan untuk merevisi apabila dirasakan adanya suatu
Hamid Hasan, evaluasi kurikulum dan evaluasi kesalahan. Menurut
.pendidikan merupakan karakteristik yang tidak terpisahkan

66Jennifer Brier and lia dwi jayanti, Pengembangan Kurikulum, Kajian Teori&Praktik, vol. 21,
2020, http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203.
Tujuan dari evaluasi adalah untuk menyempurnakan kurikulum dengan cara
mengungkapkan proses pelaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Fungsi dari evaluasi kurikulum begitu penting
karena dengan adanya evaluasi dapat mengetahui kinerja selama
melaksanakan proses belajar mengajar dan dapat memberikan informasi
dan untuk perencanaan perbaikan kurikulum yang akan ditetapkan
.dimasukkan ke dalam sistem

Kriteria penilaian harus relevan dengan kriteria keberhasilannya,


sedangkan kriteria harus dilihat dalam hubungannya dengan sasaran
program. Dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih bersifat komprehensif
yang didalamnya meliputi pengukuran (measurement). Disamping itu,
evaluasi pada hakekatnya merupakan suatu proses membuat keputusan
.tentang nilai suatu objek

H. Fungsi dan Peranan Manajer dalam Membuat Perencanaan,


Pelaksanaan, Pengarahan, dan Evaluasi Kurikulum Pendidikan

Fungsi dan peranan manajer dalam membuat perencanaan kurikulum


Pendidikan
Beta Agustina
Prodi Manajemen Pendidikan Islam, FITK, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
21104090019@student.uin-suka.ac.id

Abstarct

Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar mengajar. Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Peran kepala madrasah sebagai manajer
merupakan kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan
menggerakkan anak buah untuk mencapai tujuan bersama, hal ini karena
kepala madrasah memiliki kemampuan untuk menyukseskan suatu kebijakan
yang mendukung atau bahkan menjadi penghambat dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut. Peran kepala madrasah sebagai manajer merupakan
kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan
anak buah untuk mencapai tujuan bersama, hal ini karena kepala madrasah
memiliki kemampuan untuk menyukseskan suatu kebijakan yang mendukung
atau bahkan menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Dalam melakukan peran dan fungsi sebagai manajer kepala madrasah harus
memiliki strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan
memalui kerjasama kooperatif, memberi kesempatan kepada sekolah, para
tenaga kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong
keterlibatan seluruh tenaga dalam kegiatan yang menunjang progam
sekolahManajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya
bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha
meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar.

Pendahuluan

Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam upaya – upaya tersebut diperlukan
adanya evaluasi, perencanaan, dan pelaksanaan yang merupakan satuan
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan manajemen pembelajaran
ialah suatu sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan.
Komponen-komponen pembelajaran meliputi: peserta didik, guru, bahan ajar,
kurikulum, sarana prasarana, serta strategi pembelajaran. Dengan demikian
manajemen kurikulum dan pembelajaran saling berkaitan satu sama lain
dalam suatu pendidikan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Manajemen adalah proses bekerja sama antara individu dan kelompok


serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai
aktivitas majerial (Harsey, 1988: 4). Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009: 3). Manajemen
kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif,
komperhensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis
sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh
karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan tidak
mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan (Rusman, 2009:
3).67

Manajemen tidak akan terlepas dari kegiatan pembelajaran karena


manajemen tersebut merupakan usaha untuk mensukseskan suatu tujuan
dalam pendidikan. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan
ataupun kegiatan yang sejenis yang masih berkaitan dengan lembaga
pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia agar dapat
memenuhi tujuan daripada pendidikan tersebut seoptimal mungkin.

Pembahasan

Pengertian Manajemen Kurikulum

Manajemen kurikulum merupakan bagian integral dari kurikulum tingkat


satuan pendidikan (KTSP) dan manajemen berbasis sekolah (MBS). Ruang
lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan dan evaluasi kurikulum. Pada tingkat satuan pendidikan kegiatan
kurikulum lebih mengutamakan untuk merealisasikan dan merelevansikan
antara kurikulum nasional (standar kompetensi/ kompetensi dasar) dengan
kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga

67
Wahyu Bagja Sulfemi, Modul Pembelajaran Program Studi Administrasi Pendidikan STKIP
Muhammadiyah Bogor, Bogor, hal.3
kurikulum tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta
didik maupun dengan lingkungan sekolah (Rusman, 2009: 4).

Manajemen adalah proses bekerja sama antara individu dan kelompok


serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai
aktivitas majerial (Harsey, 1988: 4). Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009: 3). Manajemen
kurikulum adalah suatu sistem pengelolaan kurikulum yang kooperatif,
komperhensif, sistemik dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya, manajemen berbasis
sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Oleh
karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan dalam
mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan tidak
mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan (Rusman, 2009:
3)

1. Prinsip Manajemen Pendidikan

Terdapat 5 prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan


manajemen kurikulum, yaitu:

a. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum


merupakan aspek yang harus dipertimbangkan dalam manejemen
kurikulum. Pertimbangan bagaimana agar peserta didik dapat mencapai
hasil belajar sesuai dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasaran
dalam manajemen kurikulum.
b. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berdasarkan
demokrasi yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik
pada posisi yang seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh
tanggung jawab untuk mencapai tujuan kurikulum.
c. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan
manajemen kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari
berbagai pihak yang terlibat.
d. Efektivitas dan efisiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum
harus mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi untuk mencapai
tujuan kurikulum sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut
memberikan hasil yang berguna dengan biaya, tenaga, dan waktu yang
relatif singkat.
e. Mengarahkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum,
proses manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan
mengarahkan visi,misi dan tujuan kurikulum.
2. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum berarti menentukan hal-hal yang berkaitan
dengan kurikulum itu sendiri, dan sebelumnya apa yang harus dilakukan dan
bagaimana melakukannya. Perencanaan kurikulum adalah proses manajerial
dalam menentukan apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya
(Amri Yusuf Lubis, 2015: 17 No 3 Vol 1). Perencanaan kurikulum berfungsi
sebagai pedoman atau alat manajemen yang berisi petunjuk tentang jenis dan
sumber individu yang diperlukan, sumber biaya, tenaga, dan sarana yang
diperlukan, sistem monitoring dan evaluasi, peran unsur-unsur ketenagaan
untuk mencapai tujuan manajemen lembaga pendidikan (Rusman, 2012:21).
Meneurut kauffman dalam Purwanto dalam Hermino (2014:38)
perencanaan adalah proses penentuan tujuan dan sasaran yang hendak dicapai
dan menetapkan jalam dan sumber yang diperlukan untuk seefisien dan
seefektif mungin. Perencanaan harus disusun sebelum pelaksanaan fungsi-
fungsi menajemen lainnya sebab menentukan kerangka untuk melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen lainnya. Perencanaan kurikulum merupakan proses
yang melibatkan kegiatan pengumpulan, penyortiran, sintesis dan seleksi
informasi yang relevan dari berbagai sumber. Informasi ini kemudian
digunakan untuk merancang dan mendesain pengalaman-pengalaman belajar
yang memungkinkan peserta didik dapat mencapai tujuan pembelajaran.
James (1986:32) mendefinisikan perencanaan kurikulum sebagai suatu proses
yang melibatkan berbagai unsur peserta dalam banyak tingkatan membuat
keputusan tentang tujuan belajar, cara mencapai tujuan, situasi belajar-
mengajar, serta penelaahan keefektifan dan kebermaknaan metode tersebut.
Sehingga Tanpa perencanaan kurikulum, sistematika berbagai pengalaman
belajar tidak akan saling berhubungan dan tidak mengarah pada tujuan yang
diharapkan. Berikut pernyataanya:
Curriculum planning is a process in which participants at many levels
make decisions about what the purposes of learning ought to be, how those
purposes might be carried out through teaching-learning situations, and
whether the purposes and means are both appropriate and effective.
3. Peranan dan fungsi manajer dalam membuat perencanaan kurikulum
Pendidikan
Kepala madrasah adalah pimpinan tertinggi dalam sebuah lembaga
pendidikan. Pola kepemimpinananya akan sangat berpengaruh bahkan sangat
menentukan kemajuan madrasah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern
kepemimpinan kepala sekolah merupakan jabatan strategis dalam mencapai
tujuan pendidikan. Salah satu permasalahan yang sering ditemui pada
lembaga pendidikan di Indonesia adalah faktor lemahnya kepemimpinan
lembaga, dalam hal ini adalah kepala madrasah. Hal itu dipengaruhi oleh
kompetensi dan kemampaun kepala madrasah dalam mengelola lembaga
pendidikan tersebut. Kepala madrasah harus mampu memenuhi permintaan
konsumen dalam hal ini adalah siswa dan orang tua/wali siswa sebagai
stakeholder dalam sebuah lembaga pendidikan. Oleh karena itu peran dan
fungsi kepala sekolah sebagai manajer menjadi sangat penting untuk
mengelola pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan yang ingin
dicapai.68

68
Nurul Mufidah, Peran Manajer Kepala MIN Jejeran Bantul dalam Implementasi Manajemen
Berbasis Madrasah, Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Mei
2017/1438, hal 46
Peran kepala madrasah sebagai manajer merupakan kemampuan seorang
pemimpin untuk mempengaruhi dan menggerakkan anak buah untuk
mencapai tujuan bersama, hal ini karena kepala madrasah memiliki
kemampuan untuk menyukseskan suatu kebijakan yang mendukung atau
bahkan menjadi penghambat dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Dalam
melakukan peran dan fungsi sebagai manajer kepala madrasah harus memiliki
strategi yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan memalui
kerjasama kooperatif, memberi kesempatan kepada sekolah, para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan
seluruh tenaga dalam kegiatan yang menunjang progam sekolah.69
Dalam melakukan peran fungsinya sebagai manajer, kepala madrasah harus
memiliki strategi yang tepat dalam memberdayakan tenaga kependidikan
melalui kerjasama atau kooperatif, memberi kesempatan kepada para tenaga
kependidikan untuk meningkatkan profesinya dan mendorong keterlibatan
seluruh tenaga kependidikan dalam kegiatan yang menunjang progam
madrasah.70
Perencanaan merupakan proses menentukan tujuan sekolah dan apa yang
harus dilakukan untuk mencapainya. Diantara perencanaan yang dilakukan
kepala madrasah dalam merealisasikan MBM, kepala madrasah berupaya
melakukan penataan manajemen sistem dengan membentuk team untuk
menyusun Standard Operating Procedure (SOP), membuat progam kerja
kepala madrasah, membuat Rencana Kerja Madrasah, dan juga membuat
Rencana Strategis untuk Rintisan Madraah Unggul. Kepala madrasah juga
melakukan pengembangan saranaprasarana untuk menunjang proses
pembelajaran.
Standard Operating Procedure (SOP) ini dibuat pada bulan Februari 2014
oleh tim penyusun SOP yang beranggotakan kepala madrasah, guru, staff, dan
karyawan. SOP ini dibuat untuk diterapkan dalam rangka mewujudkan

69
E. Mulyasa, Menjadi Kepala madrasah Profesinal: Dalam Konteks Menyukseskan MBM dan
KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 103.
70
E. Mulyasa, Menjadi Kepala madrasah Profesinal: Dalam Konteks Menyukseskan MBM dan
KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 103.
lembaga yang profesional, efektif dan efisien. Pengembangan dari
penyusunan SOP adalah:
(a) memberikan pedoman bagi lembaga dalam mengidentifikasi, merumuskan,
menyusun mengembangkan memonitor serta mengevaluasi Standar
Operasional Prosedur (SOP) sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang
dilaksanakan, dan
(b) menciptakan komitmen mengenai suatu prosedur yang dikerjakan oleh satuan
unit kerja instansi/ lembaga/ madrasah dalam mewujudkan pelayanan prima.

Dalam SOP memuat Tujuan Pendidikan yang terdiri dari Visi, Misi, dan
Tujuan Madrasah; Standar ISI, SKL, Proses, dan Evaluasi Pendidikan;
Standar Pengelolaan; Standar PTK; Standar Pembiayaan; dan Standar Sarana
Prasarana. Di dalam SOP juga sudah dijelaskan peraturan- peraturan dan
pembagian tugas serta tanggungjawab guru, karyawan, dan stakeholder.
Dalam menentukan sasaran yang dituju dan target yang ingin dicapai dalam
kerjasama yang harmonis, sinkron, mantap dan terarah, kepala madrasah
membuat Progam Kerja Kepala Madrasah.71

4. Komponen perencanaan manajemen Pendidikan


Jika dikaji lebih dalam tentang komponen-komponen apa saja yang perlu
direncanakan, secara sederhana dapat dideskripsikan ebagai berikut:
1) tujuan, diperlukan untuk memberikan arah pada kegiatan yang
dilakukan;
2) isi, merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan;
3) aktivitas belajar, adalah berbagai aktivitas yang diberikan pembelajar
dalam situasi belajar mengajar;

71
Nurul Mufidah, Peran Manajer Kepala MIN Jejeran Bantul dalam Implementasi Manajemen
Berbasis Madrasah, Manageria: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 2, Nomor 1, Mei
2017/1438 P-ISSN : 2502-9223; E-ISSN : 2503-4383, hal.51
4) sumber belajar, sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan
antara lain buku dan bahan cetak, perangkat lunak komputer, media audio
visual;
5) evaluasi, berguna untuk mengetahui tingkat ketercapaian pelaksanaan
tujuan, dilakukan secara bertahap, berkesinambungan, dan terbuka.72

Kesimpulan

Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya bersama untuk
memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha meningkatkan
kualitas interaksi belajar mengajar. Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Peran kepala madrasah sebagai manajer
merupakan kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi dan
menggerakkan anak buah untuk mencapai tujuan bersama, hal ini karena
kepala madrasah memiliki kemampuan untuk menyukseskan suatu kebijakan
yang mendukung atau bahkan menjadi penghambat dalam pelaksanaan
kebijakan tersebut.

Fungsi dan Peranan Manajer dalam membuat Pengarahan dan Evalusi


Kurikulum

Awla Putri Adibah


Prodi Manajemen Pendidikan Islam, FITK, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
21104090052@student.uin-suka.ac.id

Abstark
Manajemen kurikulum adalah suatu system pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komperhensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka

72
Wiji Hidayati, Kurikulum PendidikanI, (Semesta Aksara, Jalan Garuda, Kepanjen Banguntapan,
Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta), hal.86
mewujudkan ketercapaian tujuan kurikulum. Dalam pelaksanaannya,
manajemen berbasis sekolah (MBS) dan kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP). Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan
dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan
kebutuhan dan ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan
tidak mengabaikan kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum agar dapat memahami,
membantu, dan mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga
pendidikan selain dituntut kooperatif juga mampu mandiri dalam
mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada
masyarakat maupun pemerintah. Dalam dunia Pendidikan, kurikulum
menjadi hal yang sangat penting. Tanpa adanya Kurikulum yang tepat, para
peserta didik tak akan memperoleh target pembelajaran yang sesuai.
Semuanya disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik di eranya masing-
masing untuk menjadi pedoman bagi setiap pengajar supaya bisa mencapai
target dan tujuan pembelajaran dengan baik. Kurikulum menjadi sangat
penting untuk dimiliki setiap sekolah sebagai pedoman bagi para guru.
Terutama bagi sekolah-sekolah formal, di mana kurikulum akan menjadi
pedoman dan memberikan arah dalam mengajar. Sesuai dengan pengertian
kurikulum, yaitu sesuatu yang terencana, maka dalam dunia pendidikan
segala kegiatan siswa dapat diatur dengan sedemikian rupa. Sehingga tujuan
adanya pendidikan dapat tercapai.
Pendahuluan

Manajemen adalah proses bekerja sama antara individu dan kelompok serta
sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah sebagai
aktivitas majerial (Harsey, 1988: 4). Kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan,isi dan bahan pelajaran serta bahan yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu (Rusman, 2009: 3). Kurikulum adalah
jantung darinpendidikan. Keberhasilan sedikit banyak terletak pada
keberhasilan kurikulum. Dalam hal ini kurikulum dari hal perencanaan
sampai pelaksanaan dan penilaiannya yang berperan dalam pengambilan
keputusan mengenai kurikulum itu sendiri. Untuk itu dalam rangka menjamin
keberhasilan kurikulum diperlukan pengelolaan yang tepat dan sistematis.
Pengelolaan atau manajemen kurikulum yang terkoordinasi dengan baik akan
menunjang keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.

Manajemen tidak akan terlepas dari kegiatan pembelajaran karena


manajemen tersebut merupakan usaha untuk mensukseskan suatu tujuan
dalam pendidikan. Diperlukan adanya pengelolaan, penataan, dan pengaturan
ataupun kegiatan yang sejenis yang masih berkaitan dengan lembaga
pendidikan guna mengembangkan sumber daya manusia agar dapat
memenuhi tujuan daripada pendidikan tersebut seoptimal mungkin.

Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk usaha atau upaya


bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran khususnya usaha
meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam upaya – upaya
tersebut diperlukan adanya evaluasi, perencanaan, dan pelaksanaan yang
merupakan satuan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan
manajemen pembelajaran ialah suatu sistem dengan komponen-komponen
yang saling berkaitan. Komponen-komponen pembelajaran meliputi: peserta
didik, guru, bahan ajar, kurikulum, sarana prasarana, serta strategi
pembelajaran. Dengan demikian manajemen kurikulum dan pembelajaran
saling berkaitan satu sama lain dalam suatu pendidikan, untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.73

Pembahasan

Fungsi dan Manajer

Hasibuan (2006: 44-45) berpendapat bahwa manajer adalah sumber aktivitas


dan mereka harus merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan

73
Rusman (2013). Manajemen kurikulum bandung. PT. Raja Grafindo
mengendalikan semua kegiatan, agar tujuannya tercapai. Manajer harus
memberikan arah kepada organisasi/perusahaan yang dipimpinnya. Manajer
harus memikirkan secara tuntas misi organisasi/perusahaaan itu, menetapkan
sasaran-sasaran, strategi, dan mengorganisasi sumber-sumber daya untuk
tujuan-tujuan yang telah digariskan. Manajer bertanggung jawab dalam
mengarahkan visi serta sumber-sumber daya ke arah yang dapat
menghasilkan hal-hal yang paling efektif dan efisien. 74
Dalam hal ini manajer harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain,
bertanggung jawab atas hasil yang dicapai. Tegasnya manajer harus
bertanggung jawab atas perkembangan dan kesinambungan
organisasi/perusahaan yang dipimpinnya itu. Fungsi manajemen sendiri
adalah merencanakan, mengorganisasikan, serta menyusun sumber daya
manusia, menggerakkan dan mengendalikan sumber daya yang dimiliki
secara efesien dan efektif. Fungsi manajer di dalam suatu organisasi atau
perusahaan menitikberatkan pada tugas pokok manajer untuk menjalankan
fungsi manajemen pada suatu organisasi. Berikut ada beberapa fungsi
manajer kurikulum :
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum,
pemberdayaan sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan
melalui pengelolaan yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk
mencapai hasil yang maksimal, Kemampuan yang maksimal dapat
dicapai peserta didik tidak hanya melalui kegiatan intrakurikuler, tetapi
juga perlu melalui kegiatan ekstra dan kokurikuler yang dikelola secara
integritas dalam mencapai tujuan kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik,
Kurikulum yang dikelola secara efektif dapat memberikan kesempatan

74
Hasibuan 2006 Hal. 44-45
dan hasil yang relevan dengan kebutuhan peserta didik maupun
lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa
dalam mencapai tujuan pembelajaran, Pengelolaan kurikulum yang
profesional, efektif dan terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja
guru maupun aktivitas siswa dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar,
Proses pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi
antara desain yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran.
Ketidak-sesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan.
Guru dan siswa akan termotivasi untuk melaksanakan pembelajaran yang
efektif dan efisien, karena adanya dukungan kondisi positif yang
diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
6. Meningkatkan pertisipasi masyarakat untuk membantu
mengembangkan kurikulum, Kurikulum yang dikelola secara profesional
akan melibatkan masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau
sumber belajar perlu disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan
pembangunan daerah setempat.

Fungsi manajemen menurut Henry Fayol dibagi menjadi 5 fungsi yaitu

1. Planning atau Perencanaan adalah suatu proses melaksanakan dan


membuat perencanaan untuk mencapai target dan tujuan dalam
perusahaan. Dimana fungsi dilakukan dengan cara menyusun strategi
bisnis yang akan digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan dan/atau
organisasi.
2. Organizing atau Pengorganisasian adalah kegiatan
mensinkronkan sumber daya alam, sumber daya fisik, sumber daya
modal, dan sumber daya manusia yang digunakan untuk mencapai
tujuan dan/atau target yang ditetapkan perusahaan. Sinkronisasi ini
sangat penting dilakukan, agar sumber daya bisa dimanfaatkan
perusahaan dengan maksimal
3. Commanding atau Pengarahan adalah fungsi manajemen dalam
mengarahkan para karyawan atau anggota untuk dapat bisa
mengerjakan tugas masing-masing yang telah ditentukan, berdasarkan
keahlian masing-masing. Pemberian pengarahan ini penting untuk
perusahaan dalam mencapai tujuan dan target mereka. Controling atau
Pengendalian adalah suatu kegiatan dalam memberikan arahan kepada
karyawan atau anggota untuk melaksanakan tugasnya, agar kegiatan itu
sesuai dengan standar dan/atau prosedur dalam perusahaan.
4. Coordinating atau Pengkoordinasian adalah fungsi manajemen
dalam menyelaraskan dan menghubungkan semua karyawan, agar
saling berkesinambungan supaya kerjanya tidak terjadi bentrok,
kekacauan, ataupun kekosongan dalam kegiatan kerja.75

Peran Manajer
Peran Manajemen Kurikulum, yakni untuk meningkatkan efisiensi
pemanfaatan sumber daya kurikulum, meningkatkan keadilan dan
kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil yang maksimal, meningkatkan
efektivitas pembelajaran serta kinerja guru dalam proses belajar mengajar.

Ada 3 peran penting dalam manajer kurikulum yaitu :

1. Peranan Konservatif, dimana kurikulum diperuntukann sebagai


sarana untuk menerapkan nilai-nilai warisan budaya yang masih
relevan dengan generasi saat ini, khususnya para siswa sebagai generasi
muda Indonesia. Di era yang semakin pesat terhadap kemajuan
teknologi ini, para generasi muda perlu dibiasakan untuk tetap
melestarikan budaya Indonesia. Ada beberapa pandangan generasi
muda bahwa budaya Indonesia itu kuno dan tidak sesuai dengan
perkembangan zaman. Oleh karena itu, dengan adanya kurikulum,
dapat memasukan aspek-aspek budaya yang relevan dengan zaman

75
Henry Fayol 1949, 1987
sekarang, sehingga generasi muda dapat melestarikan budaya Indonesia
tanpa terhalang dengan perkembangan zaman.
2. Peranan kreatif Pada era global ini dunia telah memasuki Revolusi
Industri 4.0, dimana masyarakat dituntut kreatif menciptakan suatu
inovasi, yang tidak hanya bertahan pada saat ini, tapi juga dapat
bertahan pada masa depan. Dalam hal ini, kurikulum memiliki peranan
yang penting untuk menggali potensi siswa dalam memperoleh
kreatifitas. Dengan adanya kurikulum, generasi muda dapat menjadi
masyarakat yang berkompeten untuk menghadapi perkembangan
zaman yang terus meningkat.
3. Peranan kritis dan evaluatif. Adanya perubahan zaman
mengharuskan kita, untuk cepat tanggap dalam mengelola suatu hal.
Sesuatu yang terbaik akan bertahan, sedangkan sesuatu yang biasa-
biasa saja akan tergeser. Itulah mengapa, di dalam kurikulum terancang
segala upaya untuk membentuk karakter siswa yang kritis dan evaluatif.
Dengan demikian, siswa dapat siap terjun ke dunia masyarakat dan
mampu bersaing dengan baik.

Fungsi dan Peranan Manajer dalam Membuat Pengarahan


dan Evaluasi Kurikulum
Pengarahan adalah suatu keinginan atau proses untuk membuat orang lain
mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang suatu organisasi. George R. Terry, berpendapat bahwa
pengarahan adalah suatu proses untuk menggerakkan anggota kelompok
untuk mau bekerja sama dan bekerja dengan ikhlas serta bersemangat untuk
mencapai tujuan organisasi sesuai dengan perencanaan dan usaha
pengorganisasian.76
 Bagian penting dari pengarahan
 Perintah

76
George R. Terry nov 2019
 Perintah tertulis
 Perintah informal
 Intruksi
 Tujuan Pengarahan
 Sebagai alat motivasi
 Memprakarsai aksi
 Penggunaan sumber daya dengan efesien
 Koping perubahan
 Mengintegrasikan upaya
 Menyediakan stabilisasi
 Fungsi Pengarahan
 Kepemimpinan
 Moralitas diri
 Cara komunikasi
 Incetive
 Melakukan supervise
 Disiplin

Evaluasi adalah serangkaian tindakan sistematis dalam mengumpulkan


informasi, pemberian pertimbangan dan keputusan mengenai nilai dan makna
kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang dilakukan sejak
awal pengembangan ide kurikulum, pengembangan dokumen, implementasi,
dan sampai kepada saat di mana hasil kurikulum sudah memiliki dampak di
masyarakat. Evaluasi atau penilaian kurikulum dimaksudkan untuk melihat
atau menaksir keefektifan kurikulum yang digunakan oleh guru yang
mengaplikasikan kurikulum tersebut. Evaluasi kurikulum dapat dijadikan
umpan balik dari pencapaian tujuan kurikulum secara maksimal. Evaluasi di
sekolah dapat dibagi menjadi dua yaitu, (1) evaluasi formatif, evaluasi yang
dilakukan oleh guru setelah pokok bahasan selesai dipelajari oleh siswa, (2)
evaluasi sumatif, evaluasi yang dilakukan oleh guru setelah satu jangka waktu
trtentu (semester).
Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum sebagai berikut :
 Evaluasi kurikulum didasarkan atas tujuan : setiap program evaluasi
kurikulum terarah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
jelas dan spesifik. Tujuan-tujuan itu pula yang mengarah kegiatan-
kegiatan sepanjang proses evaluasi kurikulum itu dilaksanakan.
 Evaluasi kurikulum harus bersifat objektif : pelaksanaan dan hasil
evaluasi kurikulum harus bersifat objektif, berpijak pada apa adanya dan
bersumber dari data yang nyata dan akurat yang diperoleh melalui
instrument yang terandalkan.
 Evaluasi kurikulum bersifat komprehensif : pelaksanaan mencakup
semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum.
Seluruh kompenen kurikulum harus mendapatkan perhatian dan
pertimbangan secara seksama sebelum pengambilan keputusan.
 Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara kooperatif (Kerjasama)
tanggung jawab dalam perencanaan, pelaksanaan dan keberhasilan.
Suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama
pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala
sekolah, penilik, orang tua bahkan siswa senidi, disamping menjadi
tanggung jawab utama lembaga penelitian dan pengembangan.
 Evaluasi kurikulum harus dilaksanakan secara efesien : pelaksaan
evaluasi kurikulum harus memperhatikan faktor efesiensinya khususnya
dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, peralatan yang menjadi unsur
penunjang, oleh karenanya harus diupayakan agar hasil evaluasi lebih
tinggi atau paling tidak berimbang dengan material yang digunakan.
 Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara berkesinambungan : hal ini
perlu mengingat tuntunan didalam dan diluar sistem sekolah yang
meminta diadakannya perbaikan kurikulum, untuk itu peran guru dan
kepala sekolah sangat penting karena merekalah yang peling mengetahui
tentang keterlaksanaan dan keberhasilan kurikulum serta permasalahan
yang dihadapi.
Tujuan Evaluasi menurut (Reece dan Walker, 1997 : 420)
 Memeperkuat kegiatan belajar
 Menguji pemahaman dan kemampuan siswa
 Memastikan pengetahuan prasyarat yang sesuai
 Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran
 Memotivasi siswa
 Memberi umpan balik bagi siswa
 Memberi umpan balik bagi guru
 Memelihara standar mutu
 Mencapai kamajuan proses dan hasil belajar
 Memprediksi kinerja pembelajaran selanjutnya
 Menilai kualitas belajar

Kesimpulan

Pengarahan adalah suatu keinginan atau proses untuk membuat orang


lain mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau
kekuasaan jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan
jangka panjang suatu organisasi. Tujuan Pengarahan : Sebagai alat motivasi,
Memprakarsai aksi, Penggunaan sumber daya dengan efesien, Koping
perubahan, Mengintegrasikan upaya, Menyediakan stabilisasi. Fungsi
Pengarahan : Kepemimpinan, Moralitas diri, Cara komunikasi, Incetive,
Melakukan supervise, Disiplin

Evaluasi adalah serangkaian tindakan sistematis dalam


mengumpulkan informasi, pemberian pertimbangan dan keputusan mengenai
nilai dan makna kurikulum. Evaluasi kurikulum merupakan kegiatan yang
dilakukan sejak awal pengembangan ide kurikulum, pengembangan
dokumen, implementasi, dan sampai kepada saat di mana hasil kurikulum
sudah memiliki dampak di masyarakat.Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum
sebagai berikut : Evaluasi kurikulum didasarkan atas tujuan tertentu,Evaluasi
kurikulum harus bersifat objektif, Evaluasi kurikulum bersifat komprehensif,
Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara kooperatif, Evaluasi kurikulum
harus dilaksanakan secara efisien, Evaluasi kurikulum dilaksanakan secara
berkesinambungan. Tujuan Evaluasi : Memperkuat kegiatan belajar, Menguji
pemahaman dan kemampuan siswa, Memastikan pengetahuan prasyarat yang
sesuai, Mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran, Memotivasi siswa,
Memberi umpan balik bagi siswa, Memberi umpan balik bagi guru,
Memelihara standar mutu, Mencapai kemajuan proses dan hasil belajar,
Memprediksi kinerja pembelajaran selanjutnya, Menilai kualitas belajar

Fungsi dan Peran Manajer dalam membuat pelaksanaan


Kurikulum
Cici Laras Jabil
Manajemen Pendidikan Islam, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

ABSTRAK
Manajemen kurikulum ialah suatu proses kegiatan seperti perencanaan,
pengaplikasian, penerapan dan pengevaluasaian suatu pedoman
pembelajaran yang berisikan bahan ajar dan kagiatan pembelajaran yang
sudah direncakan atau dibuat sebagai suatu upaya untuk membantu peserta
didik dan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru merupakan
peran terpenting terhadap kurikulum karena ia merupakan penyelenggara
kurikulum, sehingga ia harus mampu menjelaskan, memaparkan,
mengimplementasikan bahkan memanajemen kurikulum. Kurikulum
merupakan alat pendidikan yang mana dalam pengimplemenasiannya
diperlukannya manajemen kurikulum agar dapat mempermudah pencapaian
tujuan pembelajaran. Langkah langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan
pengembangan kurikulum ini kemudian di atur dengan sedemikian rupa
sesuai dengan hakekatnya agar nantinya peserta didik yang merupakan
komponen pembelajaran mendapatkan kompensasi yang membuat mereka
dapat menguasai dan memanfaatkan teknologi yang ada. Dapat dilihat
betapa pentingnya peran dan tugas seorang guru dalam manajemen
kurikulum pada kegiatan pembelajatan, yang mana hal ini dilakukan sebagai
upaya membantu memperlancar mencapai tujuan pembelajaran yang ingin
diacapai karena tanpa peran seorang guru kurikulum sebagai pedoman
pembelajaran tidak akan efektif.

Kata Kunci : Kurikulum, Guru, Pendidikan, Pembelajaran

Pendahuluan
Seorang manajer boleh jadi sangat berbeda dengan apa yang Anda bayangkan.
Mereka dapat berusia di bawah 18 tahun hingga di atas 80 tahun. Mereka
menjalankan perusahaan-perusahaan korporasi besar hingga usaha-usaha
swasta kecil yang baru berjalan. Mereka dapat dijumpai di departemen-
departemen pemerintahan, rumah-rumah sakit, perusahaan-perusahaan kecil,
badan-badan nirlaba, museum, sekolah, dan bahkan pada organisasi-
organisasi tradisional semisal lembaga kampanye politik dan koperasi-
koperasi konsumen. Manajer dapat pula dijumpai menjalankan tugas-tugas
manajerial diberbagai negara diseluruh penjuru dunia. Selain itu, sebagian
manajer menduduki jajaran pimpinan perusahaa, sedangkan sebagian lainnya
hanya bertanggung jawab atas fungsi-fungsi yang spesifik. Dan dimasa kini,
peluang para wanita untuk menjadi manajer sudah sama besarnya dengan
peluang pria, meski jumlah wanita yang menduduki posisi manajemen
puncak masih sedikit. Sebagai contoh, pada tahun 2007 hanya terdapat 12
orang wanita yang menduduki posisi CEO (Direktur Utama) di perusahaan-
perusahaan besar di Amerika Serikat. Tetapi dimanapun kita menjumpai para
manajer atau apa pun jenis kelamin mereka, fakta mengatakan bahwa menjadi
manajer adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan dan menantang. Dan
organisasi-organisasi dimasa kini jauh lebih membutuhkan manajer
ketimbang dimasa-masa lampau, untuk mengelola di era yang penuh
ketidakpastian, kompleks dan kacau ini. Manajer sangat menentukan !
Bagaimana kita dapat meyakini hal ini? Gallup Organization, sebuah badan
yang melakukan polling dari jutaan karyawan dan puluhan ribu manajer
diseantero negeri, baru-baru ini mengungkapkan bahwa faktor utama yang
menentukan produktivitas dan kesetiaan karyawan disebuah tempat kerja
bukanlah besarnya upah atau manfaat-manfaat material atau pun kondisi
lingkungan kerja; melainkankualitas kualitas hubungan antara sang karyawan
dan atasan langsungnya (direct line manager).1 Seorang manajer adalah
seseorang yang melakukan koordinasi

Pembahasan

FUNGSI MANAJER

Menurut James A. F. Stoner, Edward Freeman dan Daniel R. Gilbert


(1996), klasifikasi utama yang lain untuk manajer didasarkan pada cakupan
aktivitas manajemen yang mereka lakukan. Organisasi sering kali
digambarkan sebagai seperangkat fungsi. Sebuah fungsi, dalam arti ini,
adalah koleksi aktivitas yang serupa. Fungsi adalah suatu klasifikasi yang
merujuk pada sekelompok aktivitas serupa dalam suatu organisasi, seperti
pemasaran atau operasi. Manajer Fungsional adalah seorang manajer yang
bertanggung jawab hanya atas satu aktivitas organisasi, seperti manajemen
keuangan atau manajemen sumber daya manusia. Manajer Umum adalah
seseorang yang bertanggung jawab atas semua aktivitas, seperti produksi,
penjualan, pemasaran, dan keuangan untuk sebuah organisasi seperti
perusahaan atau anak perusahaan.

Manajer adalah seseorang yang melakukan koordinasi dan pengawasan


terhadap pekerjaan orang lain demi mencapai sasaran organisasi. Pekerjaan
manajer adalah berupaya membantu orang lain menyelesaikan tugas-tugas
mereka dengan baik. Wujudnya dapat berupa koordinasi atas pekerjaan
suatu kelompok dari departemen tertentu di dalam perusahaan, atau
mengawasi pekerjaan individutertentu. Fungsi-Fungsi Manajemen adalah
serangkaian kegiatan yang dijalankan dalam manajemen berdasarkan
fungsinya masing-masing dan mengikuti satu tahapan-tahapan tertentu
dalam pelaksanaannya. Fungsi-fungsi manajemen, sebagaimana
diterangkan oleh Nickels, McHug and McHugh (1997), terdiri dari empat
fungsi, yaitu:
1. Perencanaan/Planning: proses yang menyangkut upaya untuk
mengantisipasi kecenderungan di masa yang akan datang dan
penentuan strategidan taktik yang tepat untuk mewujudkan target
dan tujuan organisasi. Di antara kecenderungan dunia bisnis
sekarang, misalnya, bagaimana merencanakan bisnis yang ramah
lingkungan, bagaimana merancang organisasi bisnis yang mampu
bersaing dalam persaingan global, dan lain sebagainya.

2. Pengorganisasian/Organizing: proses bagaimana strategi dan taktik


yang telah dirumuskan dalam perencanaan didesain dalam sebuah
struktur organisasi yang cepat dan tangguh, sistem dan lingkungan
organisasi yang kondusif, dan bisamemastikan bahwa semua pihak
dalam organisasi bisa bekerja secara efektif dan efisien guna
pencapaian tujuan organisasi.

3. Pengimplementasian/Directing: proses implementasi program agar


bisa dijalankan oleh seluruh pihak dalam organisasi serta proses
memotivasi agar semua pihak tersebut dapat menjalankan tanggung-
jawabnya dengan penuh kesadaran dan produktivitas yang tinggi.

1) Fungsi Perencanaan (Planning)

 Menetapkan tujuan dan target bisnis


 Merumuskan strategi untuk mencapai tujuan dan target
bisnistersebut
 Menentukan sumber-sumber daya yang diperlukan
 Menetapkan standar/indikator keberhasilan dalam
pencapaiantujuan dan target bisnis

2) Fungsi Pengorganisasian (Organizing)

 Mengalokasikan sumber daya, merumuskan dan menetapkan


tugas,dan menetapkan prosedur yang diperlukan
 Menetapkan struktur ornganisasi yang menunjukkan adanya
gariskewenangan dan tanggungjawab
 Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan, dan
pengembangansumber daya mansuia/tenaga kerja
 Kegiatan penempatan SDM pada posisi yang paling tepat

3) Fungsi pengimplementasian (Directing)

 Mengimplementasikan proses kepemimpinan, pembimbingan,


dan pemberian motivasi kepada tenaga kerja agar dapat bekerja
secara efektifdan efisien dalam pencapaian tujuan
 Memberikan tugas dan penjelasan rutin mengenai pekerjaan
menjelaskankebijakan yang ditetapkan
4) Fungsi Pengawasan (Controlling)

 Mengevaluasi keberhasilan dalam pencapaian tujuan dan


target bisnissesuai dengan indikator yang telah ditetapkan
 Mengambil langkah klarifikasi dan koreksi atas
penyimpangan yangmungkin ditemukan
 Melakukan berbagai alternatif solusi atas bnerbagai masalah
yang terkait dengan pencapaian tujuan dan target bisnis dan
pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga sasaran-sasaran
organisasi dapat dicapai. Pekerjaan manajer bukanlah menyelesaikan
tugas- tugasnya pribadi – melainkan berupaya membantu orang lain
menyelesaikan tugas-tugas mereka dengan baik. Wujudnya dapat
berupa koordinasi atas pekerjaan suatu kelompok dari departemen
tertentu di dalam perusahaan, dapatpula berupa mengawasi pekerjaan
individu tertentu. Tindakan manajerial dapat melibatkan aktivitas
sekelompok orang dari berbagai departemen dalam perusahaan atau
bahkan orang-orang dari luar organisasi, misalnya para pekerja
kontrak atau para karyawan dari perusahaan-perusahaan pemasok
(supplier). Pahami pula dengan baik bahwa para manajer boleh jadi
juga memiliki tugas- tugas yang tidak berkaitan dengan pengelolaan
dan pengawasan pekerjaan orang lain. Sebagai contoh, seorang
penyelia bagian klaim asuransi boleh jadi juga harus mengerjakan
sendiri tugas pemrosesan klaim, selain mengerjakan tugas
mengawasi pekerjaan para juru catat klaim.

Salah satu hal yang terpenting dalam dunia pendidikan adalah kurikulum.
Kurikulum merupakan suatu system yang sangat penting pada dunia
pendidikan. Kurikulum juga merupakan seperangkat rencana serta
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran yang di terapkan guna
untuk mencapai tujuan tertentu (Rusman, 2009: 3). Dengan penerapan
kurikulum yang baik diharapkan juga hasil belajar yang dilakukan akan
berjalan dengan baik. Di Indonesia sendiri kurikulum disusun dan berlaku
secara Nasional untuk dapat di terapkan di seluruhsector pendidikan yang
ada. Setiap kurikulum pasti selalu berisikan sasaran yang di cita-citakan
dalam bidang pendidikan dalam artian sesuai dengan hasil belajar yang
diinginkan oleh para peserta didik. Peningkatan mutu pendidikan
merupakanproses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kompetensi
manusia itu sendiri.2

FUNGSI DAN PERANAN MANAJER DALAM MEMBUAT


PELAKSANAAN KURIKULUM
Pelaksana kurikulum secara langsung dan operasional adalah para guru
yang diberikan amanah menjadi guru, baik guru kelas, maupun guru mata
pelajaran. Karena itu tugas atau pekerjaan mengajar adalah profesi yang
menuntut pemenuhan kompetensi utama guru, baik kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi
profesional. Berdasarkan pengertian profesi, dapat dipaham bahwa profesi
merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian yang dipelajari. Ada
beberapa ciri pekerjaan professional7,diantaranya:

a. Pertama; setiap profesi dapat dipastikan adanya imbalan atau


penghargaan yang diberikan akibat pekerjaan yang
dilakukannya. Imbalan yang diberikan bukan atas dasar belas
kasihan seseorang akantetapi didasarkan atas tindakatan tertentu
atau pekerjaannya.
b. Kedua; pekerjaan profesional bukan sekedar pekerjaan,
melainkan pekerjaan itu adalah pekerjaan yang spesial.
Artinya pekerjaan yangtidak dapat dilakukan oleh orang lain
yang tidak memiliki profesi tersebut.
c. Ketiga; pengetahuan dan kemampuan itu diperoleh melalui
pendidikantertentu. Artinya, pekerjaan profesional didapatkan
dari pendidikan dan latihan baik formal maupun non formal.
d. Keempat; pekerjaan profesional dibingkai oleh kode etik
yang dikeluarkan oleh organisasi profesi. Artinya, dalam
melaksanakan

7
Wina Sanjaya dan Andi Budimanjaya.(2017).Paradigma Baru Mengajar,
Jakarta: Prenada, h.32- 33.

tugas pekerjaannya, seorang profesional tidak akan terlepas dari


aturanyang jelas sebagai prosedur standar pelayanan.
e. Kelima; suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga
memiliki dampak sosial kemasyarakatan, sehingga masyarakat
memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap efek yang
ditimbulkannya dari pekerjaan profesi itu.

Dalam konteks ini pelaksana kurikulum adalah guru yang diberikan


amanah bertugas mengajar dan mendidik siswa. Pelaksanaan pembelajaran
merupakan implementasi dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan penutup. Berikut
penjelasan daritiap-tiap kegiatan. Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap
satuan pendidikan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi,


perkembangan dankondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh
kesempatan untuk mengekspresikan dirinya secarabebas, dinamis dan
menyenangkan.

2. Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar,


yaitu
(1) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Esa, (2) belajar
untukmemahami dan menghayati (3) belajar untuk mampu melaksanakan
dan berbuat secara efektif, (4) belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi
orang lain, (5) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

3. Pelaksanaan kurikulum memungkinkan peserta didik mendapat


pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai
denganpotensi, tahap perkembangan dan kondisi peserta didik dengan tetap
memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang
dimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan dan moral.

4. Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik


dan pendidik yang saling menerima dan menghargai, akrab terbuka dan
hangat dengan prinsip tutwuri handayani, ing madia mangun karsa, ing
ngarsa sung tulada (dibelakang memberikan daya dan kekuatan, di tengah
membangun semangat danprakarsa, di depan memberikan contoh teladan)

5. Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan kedekatan multi


strategidan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai dan
memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar, dengan prinsip
alam takambang jadi guru (semua yang terjadi, tergelar dan berkembang di
masyarakat dan lingkungansekitar serta lingkungan alam semesta dijadikan
sumber belajar, contoh dan teladan).

6. Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam


sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan
dengan muatanseluruh bahan kajian secara optimal.

7. Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi


mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri diselenggarakan
dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan
memadai antarkelas dan jenis serta jenjang Pendidikan.8

Pelaksaan kurikulum dan pembelajaran merupakan perwujudan


kurikulum yang masih bersifat dokumen tertulis menjadi aktual dalam
serangkaian aktivitas pembelajaran. Perencanaan kurikulum dan
pembelajaran (yang berupa kebijakan) tidak akan memberikan makna
apapun apabila kebijakan tersebut tidak diimpelementasikan dalam bentuk
program kurikuler dan kegiatan pembelajaran. Untuk
mengimplementasikan kebijakan tersebut, rekomendasi kebijakan yang
telah dirumuskan perlu dimasukkan kedalam program kurikulum atau
kegiatan pembelajaran. Bagaimanapun, proses pengembangan kurikulum
nasional dituangkan dalam kebijakan pendidikan. Di sini dipahami bahwa
penyusunan

8
Kunandar. (2011). Guru Profesional: Implementasi KTSP dan Sukses
dalam Sertifikasi guru. Jakarta: Rajawali Press, h.142-143.

kebijakan pendidikan, harus dengan dukungan hasil penelitian lapangan,


sehinggaatas dasar itu maka dapat disusun suatu program kurikulum untuk
dilaksanakan oleh kebanyakan pendidik. Bahkan pelaksanaan kurikulum
oleh guru untuk membelajarkan peserta didik sehingga kurikulum
terlaksana dalam sistem kelas dan anak didik dapat mengikuti program yang
disajikan dalam kurikulum tingkat pendidikan tertentu.

Dalam kerangka melaksanakan kurikulum pada setiap satuan


pendidikan dan pembelajaran harus sesuai dengan perencanaan, maka
dibutuhkan kesiapan, terutama kesiapan pelaksanaan. Apapun desain atau
perencanaan kurikulum dan pembelajaran yang dimiliki, maka keberhasilan
pelaksanaan pembelajaran sangat tergantung pada pelaksana sebagaimana
halnya tugas kepala sekolah, guru, atau pengawas. Meskipun kurikulum
masih sederhana, apabila guru memiliki kemampuan, semangat dan
dedikasi yang tinggi maka hasilnya akan lebih lanjut dari pada desain
kurikulum yang hebat, tetapi kemampuan, semangat dan dedikasi guru
rendah. Itu artinya guru profesional menjadi syarat bagi efektivitas
pelaksanaan kurikulum pada tingkat pembelajaran yang unggul.

Berikut Model-model pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran :

1. The Concers-Based Adoption Model (CBAM) CBAM adalah sebuah


model deskriptif yang dikembangkan melalui identifikasi tingkat
kepedulian guruterhadap inovasi kurikulum. Perubahan dalam inovasi
ini dibagi menjadi dua dimensi, yaitu tingkatan-tingkatan kepedulian
terhadap inovasi dan tingkatan- tingkatan penggunaan inovasi.
Perubahan yang terjadi merupakan proses, bukan peristiwa yang
terjadi ketika program baru diberikan kepada guru, merupakan
pengalaman pribadi dan individu melakukan perubahan. Model ini
menjadikan guru sebagai agen dalam melakukan inovasi kurikulum.
Kurikulum yang merupakan dokumen dalam pelaksanaanya
sebenarnya membutuhkan guru untuk melaksanakan (pembelajaran).
Proses (pembelajaran) ini tentu saja banyak dipengaruhi oleh
pengalaman pribadi guru. Oleh karena itu, perlu disiapkan sungguh-
sungguh guru yang akan melaksanakan kurikulum ini, terutama
memperkuat kepedulian guru untuk melakukan inovasi kurikulum.
2. Model Leithwood Model ini difokuskan pada guru. Asumsi yang
mendasari model ini antara lain (a) setiap guru mempunyai kesiapan
yang berbeda (b) pelaksanaan merupakan proses timbal balik dan (c)
pertumbuhan dan perkembangan dimungkinkan adanya tahap-tahap
individu untuk identifikasi. Mengembangkan profil yang merupakan
hambatan untuk perubahan dan bagaimana para guru dapat mengatasi
hambatan tersebut. Model ini tidak hanya menggambarkan hambatan dan
pelaksanaan, tetapi juga menawarkan cara dan strategi kepada para guru
dalam mengatasi hambatan yang dihadapi. Setiap guru mempunyai kesiapan
yang berbeda ketika akan melaksanakan kurikulum sehinggaperlu adanya
persiapanpersiapan ketika akan melaksanakan kurikulum. Persiapan-
persiapan dapat dilakukan melalui aktivitas pembelajaran mandiri,
pelatihan, seminar dan magang.
3. Model Teori Model ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat
dalam mengadakan perubahan. Dengan model ini diharapkan adanya
minat (interest) dalam diri guru untuk memanfaatkan perubahan.
Esensi model teori yaitu:

a. Trusting-menumbuhkan kepercayaan diri

b. Opening-menumbuhkan dan membuka keinginan

c. Realizing-mewujudkan, dalam arti setiap orang bebas berbuat


dan mewujudkan keinginannya untuk perbaikan

d. Interpending-saling ketergantungan dengan lingkungan

Model ini memfokuskan pada perubahan sosial.9Model ini


menyediakan suatu skala yang membantu guru mengidentifikasi,
bagaimana lingkungan akan menerima ide-ide baru sebagai harapan
untuk mengimplementasikan inovasi dalam praktik, serta
menyediakanbeberapa petunjuk untuk menyediakan perubahan

Penutup
Peran Manajer dalam pelaksanaan kurikulum sangatlah penting. Yang
dimaksud manajer dalam pelaksanaan kurikulum dalam Pendidikan ialah
SeorangGuru. Sebagai pelaksana Tugas guru adalah menerapkan kurikulum
yang ada.
Dalam pengembangan kurikulum, guru dianggap sebagai tenaga teknis yang
bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan berbagai peraturan yang ada.
Selainitu juga Guru mampu Menyelaraskan kurikulum dengan karakteristik
dan kebutuhan peserta didik serta kebutuhan masyarakat. Guru memiliki
wewenanguntuk menyesuaikan kurikulum dengan kebutuhan lokal dan detail
sekolah.
Sebagai pengembang kurikulum Guru memiliki kewenangan untuk
merancang kurikulum. Guru tidak hanya dapat menentukan tujuan dan isi
pengajaran, tetapijuga memutuskan strategi mana yang akan dikembangkan
dan sistem penilaian mana yang akan digunakan. Sebagai pengembang
kurikulum, guru dapat mengembangkan kurikulum sepenuhnya sesuai
dengan karakteristik, misi, dan visi sekolah Kristen, serta sesuai dengan
pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa. Peran ini dijalankan dalam
konteks tugas profesional oleh guru yang bertanggung jawab untuk
meningkatkan kinerjanya sebagai guru. Dalam peran ini, guru bertanggung
jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum.

I. Inovasi Kurikulum, Kebijakan Perubahan Kurikulum, Manfaat IT


dalam Pengembangan Kurikulum

Inovasi Kurikulum dan Perubahan Kebijakan Kurikulum


Khoirudin Bashori
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, FITK Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta
21104090054@student.uin-suka.ac.id

Abstrak
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan,
kehidupan masyarakat mengalami banyak perubahan pada setiap
aspeknya. Perubahan kehidupan manusia adalah suatu hal yang wajar
terjadi, bahkan para filosof sendiri berpendapat tidak ada di dunia ini yang
abadi kecuali perubahan. Perubahan dapat terjadi pula pada dunia
pendidikan. Perkembangan pendidikan dapat berjalan seiring dengan
perubahan dan dinamika sosial masyarakat itu sendiri. Dengan demikian
inovasi sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam mengatasi
masalah-masalah yang akan menghambat proses pendidikan. Inovasi sering
dikaitkan dengan perubahan, akan tetapi tidak setiap perubahan dapat
mencantumkan inovasi. Rogers memberikan batasan bahwa inovasi adalah
suatu gagasan, praktek atau objek suatu benda yang dipandang baru oleh
seseorang. Baru dalam pengertian bersifat relatif karena seseorang baru
mengetahui atau baru menerima. Berdasarkan batasan tersebut munculnya
inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, upaya yang dilakukan
adalah melalui inovasi (pembaharuan). Inovasi harus berupa hasil
pemikiran yang orisinil, kreatif dan tidak konvensional. Dalam arti inovasi
merupakan alternatif pemecahan masalah. Identifikasi masalah inilah yang
mendorong dilakukannya penelitian dan pengembangan atau evaluasi
kurikulum yang dirancang untuk menciptakan inovasi. Inovasi pada
umumnya mengacu pada kata memperbarui, mengubah, baik proses ataupun
produk, serta cara dalam melakukan sesuatu sehingga lebih efektif dan
efisien . Hills, Gerald bahwa inovasi didefinisikan sebagai ide, praktek atau
obyek yang dianggap baru oleh seorang individu atau unit pengguna
lainnya.
Pendahuluan
Seiring dengan perkembangan zaman dan perkembangan ilmu pengetahuan,
kehidupan masyarakat mengalami banyak perubahan pada setiap aspeknya.
Perubahan kehidupan manusia adalah suatu hal wajar terjadi, bahkan para
filosof sendiri berpendapat tidak ada satupun di dunia ini yang abadi kecuali
perubahan. Perubahan dapat terjadi pula pada dunia pendidikan.
Perkembangan pendidikan dapat berjalan seiring dengan perubahan dan
dinamika sosial masyarakat itu sendiri. Dengan demikian inovasi sangat
dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam mengatasi masalah-masalah
yang akan menghambat proses pendidikan.

Inovasi sering dikaitkan dengan perubahan, akan tetapi tidak setiap perubahan
dapat dikategorikan inovasi. Rogers memberikan batasan bahwa inovasi
adalah suatu gagasan, praktek atau objek suatu benda yang dipandang baru
oleh seseorang. Baru dalam pengertian bersifat relatif karena seseorang baru
mengetahui atau baru menerima. Berdasarkan batasan tersebut munculnya
inovasi karena ada permasalahan yang harus diatasi, upaya yang dilakukan
adalah melalui inovasi (pembaharuan). Inovasi harus berupa hasil pemikiran
original, kreatif dan tidak konvensional. Dalam arti inovasi merupakan
alterrnatif pemecahan masalah. Identifikasi masalah inilah yang mendorong
dilakukannya penelitian dan pengembangan atau evaluasi kurikulum yang
77
dirancang untuk menciptakan inovasi . Inovasi pada umumnya mengacu
pada kata memperbarui, mengubah, baik proses ataupun produk, serta cara
dalam melakukan sesuatu sehingga lebih efektif dan efisien78. Hills, Gerald
bahwa inovasi didefinisikan sebagai ide, praktek atau obyek yang dianggap
baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya. Kemudian inovasi
juga diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam
rangka memecahkan masalah dan peluang untuk meningkatkan serta
memperkaya kehidupan79.

Inovasi dalam bahasa Inggris disebut innovation artinya segala sesuatu hal
yang baru atau bersifat pembaharuan. Terkadang kata “inovasi”
diterjemahkan sebagai sebuah penemuan, karena biasanya sesuatu yang baru
merupakan hasil dari penemuan. Kemudian kata “penemuan” digunakan pula
untuk makna dari discovery dan invention, sehingga terdapat tiga kata yang
hampir sepadan maknanya yaitu inovasi, discoveri, dan invensi, karena
ketiganya mengandung arti ditemukannya sesuatu yang baru. Discoveri
merupakan penemuan sesuatu yang sebenarnya sudah ada sejak lama hanya
saja baru ditemukan, sedangkan invensi berarti suatu penemuan yang benar-
benar baru dan belum ada sebelumnya. Uraian tersebut menggambarkan
bahwa inovasi dapat terjadi melalui dua cara yaitu dicoveri dan invensi 80.
Inovasi dapat diartikan suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan
atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok
orang (masyarakat), baik itu berupa hasil invensi maupun diskoveri. Inovasi
diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu

77
Rogers. Diffusion of Innovation. New York: Frre Press. 1995:21-22.
78
Rashin, Maraya Azizah. Identifikasi Inovasi dan Kinerja Bisnis dalam Meningkatkan Daya Saing.
Jurnal Penelitian Pendidikan. 2018: 213-219
79
Hadiyati, Ernani. Kreativitas dan Inovasi; Pengaruhnya Terhadap Pemasaran pada Usaha Kecil.
Jurnal Inovasi dan Kewirausahaan. 2012: 135-151.
80
Azis, Abdul. Penerapan Logic Model Pada Evaluasi Program pembelajaran Inovasi Pendidikan.
Ar-Raniry International Conference on Islamic Studies. 2016: 57-67.
masalah tertentu81. Pemahaman inovasi akhirnya menjadi luas tetapi pada
dasarnya inovasi merupakan suatau proses yang tidak hanya sebatas
menciptakan ide atau pemikiran baru. Ide tersebut harus diimpelementasikan
melalui sebuah proses adopsi, dan adopsi adalah keputusan untuk
menggunakan inovasi secara keseluruhan sebagai cara tindakan yang terbaik.
Proses adopsi inovasi biasanya berupa perubahan (change), baik secara
bertahap (incremental), radikal (radical), atau perubahan bentuk
(transformation)82. Senada dengan hal tersebut sejatinya memang inovasi
Pendidikan digulirkan untuk menyelesaikan masalah yang ada, kemudian
efektifitas dan efisiensi, dan menitik beratkan pada sistem83.

Perjalanan perubahan Kurikulum dari mulai tahun 1975, 1984, 1994 ditinjau
masih memfokuskan pada begitu padatnya bahan ajar yang harus dikuasai
oleh para peserta didik, sehingga beban peserta didik menjadi sangat berat.
Walaupun perubahan kurikulum di tahun 2004 (KBK) sudah dilakukan
pengurangan bahan ajar, akan tetapi kesempatan dan partisipasi dari para
orang tua juga masih belum berfungsi secara penuh terhadap proses
pembelajaran baik di tingkat dasar maupun menengah sehingga pengaruh
yang positif terhadap kualitas Pendidikan belum dapat terpenuhi.
Faktor-faktor penyebab perubahan kurikulum itu antara lain adalah84:
1. Adanya perkembangan dan perubahan yang dinamis antara bangsa
yang satu dengan bangsa yang lainnya. Perubahan dan pengembangan
bentuk pembelajaran harus mendapat perhatian yang khusus, begitu
pula halnya dengan perubahan praktek giat pendidikan disuatu negara
harus mendapat perhatian yang serius pula, agar pendidikan di negara

81
Kusnandi. Model Inovasi Pendidikan dengan Strategi Implementasi Konsep “Dare to be different”
. Jurnal Wahana Pendidikan. 2017: 132-144.
82
Sumual, Alvianus K. Pengaruh Knowledge Management dan Corporate Culture Terhadap Inovasi
(Studi pada Bank Sulut Cabang Utama Manado). Jurnal EMBA Vol. 1 No. 3. 2013: 617-625.
83
Prastowo, Andi. Transformasi Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah di Indonesia;
kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Menuju Kurikulum 2013 Hingga Kurikulum Ganda. JIP:
Jurnal Ilmiah PGMI. Vol. 4 N0. 2. 2018: 111125.
84
Setiawati, Fenty. Dampak Kebijakan Perubahan Kurikulum terhadap Pembelajaran di Sekolah.
2-3.
tersebut tidak ketinggalan zaman. Perubahan kurikulum ini harus
disesuaikan dengan kondisi setempat dan tidak bisa mengadopsi
sepenuhnya kurikulum yang berasal dari negara lain karena adanya
perbedaan-perbedaan baik ideologi, agama, ekonomi, sosial maupun
budaya.
2. Berkembangnya industri dan produksi atau teknologi. Pesatnya
kemajuan di bidang teknologi harus disikapi dengan cepat, karena kalau
tidak demikian output dari Lembaga pendidikan akan menjadi
terabaikan yang akan hidup di dunianya tanpa eksistensi. Kurikulum
harus mampu menciptakan manusia-manusia yang siap pakai di segala
bidang yang diminatinya, bahkan mampu menciptakan lapangan
pekerjaan yang baru, yang bukan hanya mampu mengikuti akan tetapi
mampu menghasilkan produk unggulan yang mampu bersaing.
3. Orientasi politik dan praktek kenegaraan. Tidak dapat dipungkiri lagi
bahwa pendidikan termasuk kurikulum itu tidak dapat terlepas dari
kegiatan perpolitikan suatu bangsa, oleh karena itulah orientasi politik
negara harus diarahkan pada pemantapan demokrasi yang sejati,
sehingga sistem pendidikan akan berjalan dengan baik tanpa di bayangi
ketakutan terhadap kekuasaan atau penguasa.
4. Pandangan intelektual yang berubah.Selama ini Pendidikan lebih
diarahkan pada pencapaian materi sebanyak-banyaknya daripada
mencapai suatu kemampuan atau kompetensi tertentu sehingga
outputnya kurang berkualitas dibandingkan dengan negara lain. Untuk
meningkatkan kualitas itulah, maka pemerintah berusaha menjadikan
kurikulum disesuaikan dengan tuntutanperubahan zaman.
Pembahasan
Kurikulum
Kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang
berarti berlari dan currere yang artinya tempat berpacu. Dalam bahasa Latin
”curriculum” semula berarti a running course, or race course, especially a
chariot race course dan terdapat pula dalam bahasa Prancis ”courier” artinya
”to run,berlari”. Kemudian istilah itu digunakan untuk sejumlah “courses”
atau matapelajaran yang harus ditempuh untuk mencapai suatu gelar atau
ijasah. Dalam bahasa Arab, kurikulum diartikan dengan manhaj, yakni jalan
yang terang yang dilalui oleh manusia pada bidang kehidupan dan kemudian
diterapkan dalam bidang pendidikan. UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003
menjelaskan kurikulum sebagai sebagai seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan dan silabusnya pada setiap satuan pendidikan.85
Pengertian kurikulum yang sangat luas dikemukakan oleh Hollis L.
Caswell dan Doak S. Campbell yang memandang kurikulum bukan sebagai
sekelompok mata pelajaran, tetapi kurikulum merupakan semua pengalaman
yang diharapkan dimiliki peserta didik di bawah bimbingan para guru
“curriculum not as a group of courses but as all the experiences children have
under the guidance of teachers”. Sejalan dengan pengertian ini, J. Galen
Saylor, William M. Alexander dan Arthur J. Lewis juga mengungkapkan
pengertian kurikulum yang dikutip oleh Peter F. Oliva “We definecurriculum
as a plan for providing sets of learning opportunities for persons to be
educated”. Demikian pula Harold B, Albertycs memandang kurikulum
sebagai all of the activities that are provided for students by the school. Lebih
lanjut Alice Miel mengemukakan sebagaimana yang dikutip Nasution bahwa
kurikulum juga meliputi keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan,
keyakinan, pengetahuan dan sikap orang-orang yang melayani dan dilayani
sekolah, yakni anak didik, masyarakat, para pendidik dan personalia—
termasukpenjaga sekolah, pegawai administrasi, dan orang lainnya yang ada
hubungannya dengan murid-murid.86
Pengertian kurikulum sebagaimana di atas mencakup semua
pengalaman yang diharapkan dikuasai peserta didik di bawah bimbingan para

85
Imam Machali, Kebijakan Perubahan Kurikulum 2013 dalam Menyongsong Indonesia Emas
Tahun 2045. Hlm 73.
86
S. Nasution, Pengembangan Kurikulum,…hlm. 6
guru. Pengalaman ini bisa bersifat intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstra
kurikuler, baik pengalaman di dalam maupun di luar kelas. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa kurikulum mencakup pengertian yang sangat luas
meliputi apayang disebut dengan kurikulum potensial, kurikulum aktual, dan
kurikulum tersembunyi atau hidden currilum. Kurikulum tersembunyi adalah
hal atau kegiatan yang terjadi di sekolah dan ikut mempengaruhi
perkembangan peserta didik, namun tidak diprogramkan dalam kurikulum
potensial.Dalam pengertian lain kurikulum tersembunyi adalah hasil; dari
suatu proses pendidikan yang tidak direncanakan. Artinya, perilaku yang
muncul dari luar tujuan yang dideskripsikan oleh guru.87
Inovasi Kurikulum
Ketika kita Berbicara tentang inovasi seolah mengingatkan pada
istilah invention dan discovery. Invention adalah penemuan sesuatu yang
benar-benar baru sebagai hasil karya manusia. Sedangkan discovery adalah
penemuan sesuatu ( benda yang sebenarnya telah ada sebelumnya ). Jadi
secara sederhana inovasi dapat diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam
situasi sosial tertentu yang digunakan untuk menjawab atau memecahkan
suatu permasalahan. Atau Inovasi bisa di artikan segala sesuatu yang
diciptakan oleh manusia dan dirasakan sebagai hal yang baru oleh seseorang
atau masyarakat sehingga bermanfaat bagi kehidupannya. Sebagaimana
pendapat Donald P. Ely dalam Sa`ud ( 2012:3) An innovation is an idea for
accomplishing some recognition social and in a new way or for a means of
accomplishing some social.88
Inovasi Kurikulum diartikan sebagai sebuah pembaruan dalam
bidang kurikulum, atau sesuatu yang dianggap baru dan hal itu dilakukan
untuk memecahkan permasalahan pendidikan. Pemahaman mengenai
inovasi kurikulum akan sangat membantu dalam penerapan kaidah-kaidah
pembelajaran pada lembaga pendidikan, karena sejatinya inovasi kurikulum

87
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2008), hlm. 25
88
Julaeha, S., Muslimin, E., Hadiana, E., & Zaqiah, Q. Y. (2021). Manajemn Inovasi Kurikulum:
Karakteristik dan Prosedur Pengembangan Beberapa Inovasi Kurikulum. Hlm 6.
tidak dapat dipisahkan dari keberhasilan sebuah pendidikan. Problematika
inovasi kurikulum berkaitan erat dengan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum yaitu prinsip relevan fleksibel kontinu, praktis, dan efektif.
Prinsip relevan, mengandung dua hal yaitu relevan secara internal dan
eksternal.Relevan secara internal bahwa kurikulum memiliki kesesuaian
atau konsistensi antara komponen-koponen kurikulum yaitu antara tujuan,
isi, metode/strategi dan evaluasi. Sedangkan relevan secara eksternal artinya
bahwa tujuan, isi, metode dan evaluasi sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhan masyarakat. Kurikulum menyiapkan peserta didik untuk dapat
bekerja dan hidup bermasyarakat. Prinsip fleksibel mengandung pengertian
bahwa kurikulum disesuaikan dengan kondisi daerah dan kemampuan
Lembaga pendidikan. Prinsip kontinu, maksudnya bahwa kurikulum harus
mengandung prinsip keberlanjutan dari satu jenjang pendidikan ke jenjang
berikutnya, dan terdapat kontinuitas materi yang dipelajari. Prinsip praktis
berarti bahwa kurikulum yang digulirkan mudah untuk dilaksanakan.
Prinsip efektif maksudnya bahwa kurikulum dapat dilaksanakan dengan
waktu yang singkat, tetapi tetap memperhatikan kualitas.89
Kebijakan Perubahan Kurikulum
Dalam perjalanan dunia pendidikan di Indonesia ,salah satu upaya
pemerintah untuk mencapai tujuan yang diharapkan adalah melakukan
perubahan kebijakan kurikulum pendidikan. Perubahan tersebut merupkan
salah satu langkah pengembangan antara kurikulum yang ada dengan
kurikulum-kurikulum sebelumnya,sampai saat ini pemerintah telah
menerapkan kurang lebih tujuh bentuk kurikulum, yaitu kurikulum 1968,
kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, kurikulum 2004 atau
kurikulum kompetensi,kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dan
yang terakhir adalah kurikulum 2013 (Nasution, 2009).
1. Kurikulum 1968.

89
Julaeha, S., Muslimin, E., Hadiana, E., & Zaqiah, Q. Y. (2021). Manajemn Inovasi Kurikulum:
Karakteristik dan Prosedur Pengembangan Beberapa Inovasi Kurikulum. Hlm 24.
Kurikulum ini bersifat politis,mengganti rencana Pendidikan 1964 yang
telah dibentuk oleh orde lama.Tujuannya pada pembentukan manusia
pancasila sejati.Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi
materi pelajaran,kelompok pembinaan pancasila,pengetahuan dasar
dan pembinaan kecakapan khusus jumlah pelajarannya Sembilan.
Djauzak menyebutnya kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat”
Hanya memuat mata pelajaran yang pokok-pokok saja”. Muatan materi
pelajaran bersifat teoritis dan tidak terkait dengan permasalahan factual
di lapangan dan titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada peserta didik di setiap jenjang pendidikan.
2. Kurikulum 1975.
Kurikulum 1975 menekankan padatujuan,agar pendidikan lebih efisien
dan efektif,metode dan materi pelajaran dirinci dalam prosedur
pengembangan system intruksional ( PPSI). Zaman ini dikenal dengan
satuan pelajaran yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan, setiap
satuan pelajaran dirinci lagi: petunjuk umum,Tujuan Intruksional
khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar
mengajar dan evaluasi, kurikulum model ini banyak ,mendapatkan
kritikan, sebab guru terlalu sibuk membuat rincian apa yang akan
dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran, sehingga konsentrasinya
menjadi tidak focus.

3. Kurikulum 1984.
Kurikulum 1984 mengusung proses skill approach, meski
menggunakan pendekatan proses, akan tetapi faktor tujuan tetap
merupakan hal yang penting. Kurikulum ini juga sering disebut “
Kurikulum 1975 yang disempurnakan”. Peserta didik diposisikan
sebagai subjek belajar, dimulai dari mengamati sesuatu,
mengelompokkan, mendiskusikan hingga melaporkan, model ini
dikenal dengan Cara Belajar Peserta didik Aktif (CBSA) atau Student
Active Learning (SAL).
4. Kurikulum 1994.
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-
kurikulum sebelumnya” Jiwanya ingin mengkombinasikan antara
kurikulum 1975 dan kurikulum 1984 antara pendekatan proses”. Materi
muatan lokal disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing,
berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat mendesakkan
agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum,dan terciptalah kurikulum
1994 menjelma menjadi kurikulum yang super padat akan tetapi
perubahannya lebih pada menambal sejumlah materi.
5. Kurikulum 2004.
Menurut (Ahmadi, 2013), KBK memiliki empat komponen yaitu
kurikulum dan hasil belajar (KHB), penilaian berbasis kelas (PBK),
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dan pengelolaan kurikulum berbasis
sekolah (PKBS), KHB berisi tentang perencanaan pengembangan
kompetensi peserta didik yang perlu dicapai secara keseluruhan sejak
lahir sampai usia 18 tahun. PBK adalah melakukan penilaian secara
seimbang di tiga ranah dengan menggunakan instrument tes dan non
tes yang berupa portofolio, produk, kinerja dan pencil test. KBM
diarahkan pada kegiatan aktif peserta didik dalam membangun makna
dan pemahaman, Guru tidak bertindak sebagai satu-satu nya sumber
belajar, tetapi sebagai motivator yang dapat menciptakan suasana dan
memungkinkan peserta didik dapat belajar secara penuh dan optimal.
6. Kurikulum 2006 (KTSP).
Kurikulum 2006 ini dikenal dengan sebutan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) Awal 2006 uji coba KBK dihentikan maka
muncullah KTSP. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh peserta didik hingga teknis evakuasi tidaklah
banyak perbedaan dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang paling
menonjol adalah guru lebih diberikan kebebasan untuk merencanakan
pembelajaran sesuai dengan Lingkungan dan kondisi sekolah berada.
Hal ini disebabkan Kerangka Dasar (KD), Standar kompetensi Lulusan
(SKL), Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) setiap
mata pelajaran untuk satuan Pendidikan telah ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional.
7. Kurikulum 2013.
Inti dari kurikulum 2013 adalah ada pada upaya penyederhanaan dan
tematik integrati, Kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi
yang siap untuk menghadapi masa depan, karena itu kurikulum disusun
untuk mengantisipasi perkembangan masa depan. Titik beratnya adalah
mendorong peserta didik atau peserta didik mampu lebih baik dalam
melakukan observasi,bertanya,bernalar, dan mengkomunikasikan
(mempresentasikan) apa yang mereka peroleh atau mereka ketahui
setelah menerima materi pembelajaran. Adapun obyek yang menjadi
pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013
menekankan pada fenomena alam,sosial, seni dan budaya. Pelaksanaan
penyusunan Kurikulum 2013adalah bagian dari penyempurnaan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun
2004 dengan mengacu pada kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan secara terpadu, sebagaimana amanat Undang-Undang 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada penjelasan pasal
35 dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan
lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan standar nasional yang telah disepakati.
Penutup
Kurikulum merupakan sebuah perangkat wajib yang menjadi pegangan atau
pedoman dalam pelakasanaan pendidikan dan proses pembelajaran di
sekolah. Adanya perkembangan zaman menjadi latar belakang terjadinya
perubahan kurikulum yang menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
Perubahan kurikulum tersebut seyogyanya dapat menjawab berbagai
permasalahan pendidikan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Kurikulum prototype menjadi wajah baru dalam pendidikan di perubahan
zaman abad ke 21 ini. Dengan ditetapkannya perubahan kebijakan kurikulum
ini tentu membutuhkan kerjasama subjek utama dalam melaksanakan
pendidikan. Peran guru dalam perubahan kebijakan kurikulum ini adalah
meningkatkan kualitas pendidikan sejalan dengan tujuan pendidikan. Namun
dalam perubahan ini tentunya terdapat beberapa tantangan yang harus
dihadapi oleh guru agar pembelajaran terlaksana dengan baik sehingga
menciptakan pembelajaran yang efektif dan bermakna dalam mewujudkan
kualitas pendidikan Indonesia.

Manfaat IT Dalam Pengembangan Kurikulum


Syafrizal.u
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
21104090055@student.uin-suka.ac.id

ABSTRAK

Teknologi informasi memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan metode


tradisional dalam hal efektivitas dan efisiensi. Penguasaan teknologi
informasi merupakan salah satu kompetensi terpenting yang dimiliki oleh
guru. pengelolaan proses pengembangan kurikulum yang mencakup aktivitas
berbagi gagasan, adu argumen, berkontribusi karya tulis ilmiah, memberi
tanggapan, memberi masukan, rasionalitas kebijakan pembuat keputusan,
pengolahan data, cara kerja manajemen kurikulum, dan hasil dari
pengembangan dapat mendayagunakan teknologi informasi .dengan
memanfatkan teknologi informasi dalam pengembangan kurikulum memiliki
beberapa nilai tambah, seperti mudah dalam arti informasi lebih cepat
diperoleh, murah dalam arti tidak memerlukan sumber daya yang besar,
jangkauan luas dalam arti semua orang dapat terlibat, efisien dan efektif untuk
berbagi, dan memberi wadah kebebasan berpendapat yang sekaligus lepas
dari ikatan nilai-nilai atau norma budaya tertentu. gagasan pengembangan
kurikulum dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
sekaligus mendorong pengembang bukan hanya literate teknologi, tetapi juga
mampu memahami, mempersepsi, dan mengaplikasikan arti penting daya
guna teknologi.

PENDAHULUAN

Dalam kegiatan proses pembelajaran, kurikulum sangat dibutuhkan sebagai


pedoman untuk menyususn target dalam proses belajar mengajar. Karena
dengan adanya kurikulum maka akan memudahkan setiap pengajar dalam
porses belajar mengajar, maka dengan itu perlu untuk diketahui apa arti dari
kurikulum itu. Yang dimaksud dengan kurikulum adalah suatu usaha untuk
menyampaikan asas-asas dan ciri-ciri yang penting dari suatu rencana dalam
bentuk yang sedemikian rupa sehingga dapat dilaksanakan guru disekolah.
Setelah mengetahui apa yang dimaksud dengan kurikulum maka perlu untuk
diketahui bagaimana perkembangan kurikulum. Karena seperti halnya
tekhnologi dalam suatu zaman, selalu terjadi perkembangan, begitu juga
halnya dengan perkembangan kurikulum. Untuk itu maka penulis mencoba
untuk membahas tentang perkembangan kurikulum.

PEMBAHASAN

Defenisi Informasi Teknologi


Teknologi informasi berasal dari 2 unsur, yaitu teknologi dan informasi.
Secara etimologis, kata teknologi berasal dari kata (technology) berasal dari
bahasa yunani techne yang berarti seni, kerajinan, atau keterampilan, dan
logia yang berarti kata, studi, atau tubuh ilmu pengetahuan. secara
terminologis, teknologi merupakan pengetahuan untuk membuat sesuatu90.
Istilah teknologi informasi (Information Technology) mulai populer di akhir
dekade 70-an. Pada masa sebelumnya istilah teknologi informasi dikenal
dengan teknologi komputer atau pengolahan data elektronik atau EDP

90
Muhammad Yaumi, Media Dan Teknologi Pembelajaran, Cetakan Pertama,
(Jakarta : Prenadamedia Group, 2018) 24.
(Electronic Data Processing). Menurut kamus Oxford (1995), teknologi
informasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika, terutama
komputer untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi
apa saja, termasuk kata-kata, bilangan, dan gambar91. Menurut Atler, Martin
dan Lucas dalam Abdul Kadir (2003 :13), teknologi informasi mencakup
perangkat keras dan perangkat lunak untuk melaksanakan satu atau sejumlah
tugas pemrosesan data seperti menangkap, mentransmisikan, menyimpan,
mengambil, memanipulasi atau menampilkan data untuk menghasilkan
informasi yang berkualitas Teknologi ini menggunakan seperangkat
komputer untuk mengolah data, sistem jaringan untuk menghubungkan satu
komputer dengan komputer yang lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan
telekomunikasi digunakan agar data dapat disebar dan diakses secara global.
Everett M Rogers dalam bukunya Communication Technology (1986),
mengemukakan bahwa teknologi informasi merupakan perangkat keras yang
bersifat organisatoris dan meneruskan nilai nilai sosial dengan siapa individu
atau khalayak mengumpulkan, memproses dan saling mempertukarkan
informasi dengan individu atau khalayak lain.
Ruang Lingkup Teknologi Informasi
Secara umum teknologi informasi selalu berkaitan dengan dua aspek yaitu
perangkat keras dan perangkat lunak. Hal tersebut sependapat dengan Abdul
Kodir ( 2003 : 14) bahwa teknologi informasi digolongkan menjadi 2 bagian,
yaitu perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware). Perangkat
keras menyangkut pada peralatan-peralatan yang bersifat fisik, seperti
memory, printer, juga keyboard. Sedangkan perangkat lunak terkait dengan
instruksi-intruksi untuk mengatur perangkat keras agar bekerja sesuai dengan
tujuan instruksi-instruksi tersebut92.
Pengertian Kurikulum

91
MUNIR,kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bandung,
Alfabeta 2009.
92
MUNIR,kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bandung,
Alfabeta 2009.
Pengertian tentang kurikulum diungkapkan dalam Undang-Undang no 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan digunakan dalam
Peraturan Pemerintah no. 19 tahun 2005 yang merumuskan bahwa kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, materi/isi atau
bahan pelajaran serta metode cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan.
Pengertian kurikulum ini lebih berbentuk kerangka kerja/rancangan dalam
membantu berkembangnya kemampuan-kemampuan peserta didik melalui
proses pembelajaran. Dalam hal ini, institusi sekolah bertanggung jawab
menggunakan kerangka kerja tersebut dalam mengembangkan kurikulum. Di
dalam kerangka kerja tersebut memuat informasi tentang: (1) Apa yang harus
dipelajari peserta didik (subyek), (2) Apa yang harus peserta didik ketahui
dan mampu lakukan (kompetensi), (3) Berapa lama mereka dapat belajar (jam
belajar, minggu belajar), dan (4) Dengan cara bagaimana peserta didik belajar
(tatap muka, tugas terstruktur, tugas individu)93.

Pengembangan kurikulum
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut
berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid
serta tokoh tokoh masyarakat.94
a. Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan ini terdiri dari: direktur bidang
pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah,
kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan
para administrator si tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam

93
MUNIR,kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bandung,
Alfabeta 2009.
94
MUNIR,kurikulum berbasis teknologi informasi dan komunikasi, bandung,
Alfabeta 2009.
pengembangan kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum,
menyusun kerangka dasar seta program inti kurikulum
b. Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum bukan saja didasarkan atas perubahan
tuntutan kehidupan dalam masyarakat, tetapi juga perlu dilandasi oleh
perkembangan konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu,
pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli,
baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/disiplin
ilmu. Partisipasi para ahli pendidikan dan ahli kurikulum terutama
sangat dibutuhkan dalm pengembangan kurikulum pada tingkat pusat.
Apabila pengembanagan kurikulum sudah banyak dilakukan pada
tingkat daerah atau local, maka pertisipasi mereka pada tingkat daerah,
lokal bahkan sekolah juga sangat diperlukan, sebab apa yang telah
digarikan pada tingkat pusat belum tentu dapat dengan mudah dipahami
oleh para pengembangan dan pelaksana kurikulum di daerah.
c. Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam
perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Dia adalah perencana,
pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya. Peranan guru
bukan hanya menilai perilaku dan prestasi belajar murid-murid dalam
kelas, tetapi juga menilai implementasi kurikulum dalam lingkup yang
lebih luas.
d. Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum
peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam
penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut seta,
hanya terbatas kepada beberapa orang tua saja yang cukup waktu dan
mempunyai latar belakang yang memadai

Informasi teknologi dalam pengembangan kurikulum


Teknologi informasi memegang peran yang penting dalam pengembangan
kurikulum terutama setelah berkembangnya teknologi informasi dan
komunikasi (TIK), dimana komputer menjadi bagian integral di dalamnya.
Teknologi pendidikan dan berbagai alternatif pendidikannya untuk masa
sekarang dan masa yang akan datang mendorong pengajar memanfaatkan
seoptimal mungkin penggunaan komputer tersebut di bidang
pendidikan,termasuk dalam pengembangan kurikulum.95
Kurikulum dan teknologi informasi saling melengkapi. Teknologi informasi
berfungsi memperkuat pengembangan kurikulum. Bagaimana kurikulum
dikembangkan, maka itu menjadi fungsi teknologi informasi . Terminologi
teknologi tidak hanya berkaitan dengan alat-alat atau mesin, namun juga
berkaitan dengan kegiatan menerapkan ilmu atau pengetahuan atau usaha
untuk memecahkan masalah. Dengan demikian, teknologi adalah penerapan
ilmu pengetahuan yang sistematis untuk melakukan suatu kegiatan.
Proses penyempurnaan kurikulum atau pengembangan kurikulum menjadi
otonomi sekolah. Sekolah diberi hak penuh dalam mengembangkan
kurikulum, supaya kurikulum sekolah dicocokkan dengan kondisi sekolah
masing-masing, yaitu menyesuaikan kondisi peserta didiknya dan potensi
daerah yang ada . Pendapat tersebut selaras dengan penyempurnaan yang
terus dilakukan oleh pengembang kurikulum di Indonesia. Seringkali kita
mendengar istilah “ganti menteri pendidikan, ganti kurikulum”, padahal
pergantian kurikulum sudah menjadi sesuatu yang biasa-biasa saja bagi
negara di dunia dengan pendidikan yang maju. Hal itu dilakukan untuk
mendorong relevansi pendidikan terhadap tantangan zaman, sehingga
kurikulum yang diterapkan di lembaga pendidikan Indonesia tidak mungkin
stagnan Pengembangan kurikulum bukan tentang abstraksi, akan tetapi
mempersiapkan berbagai alternatif untuk tindakan yang merupakan inspirasi
dari ide-ide dan beberapa penyesuaian lain yang dinilai penting . Supaya
kurikulum sesuai dengan perkembangan infomasi teknologi maka harus

95
Uswatun hasanah, pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 di MI tarbiyatul athfal
memperhatikan kebutuhan masyarakat, industri, menyesuaikan dengan
teknologi yang berkembang saat itu, menyesuaikan pola hidup, syarat dan
tuntunan tenaga kerja, serta menginterpretasi kebutuhan individu dalam
kerangka kepentingan informasi teknologi. Audrey Nicholls dan Howard
Nicholls berpendapat bahwa pengembangan kurikulum ialah perencanaan
kesempatan-kesempatan belajar agar membawa peserta didik ke arah
perubahan-perubahan yang diinginkan dan mengukur sampai di mana
perubahan tersebut telah terjadi dalam diri peserta didik.96

KESIMPULAN

Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi informasi terus


menerus berkembang ke arah yang lebih baik lagi,di manaperkembangan ini
telah dimulai sejak berabad-abad silam. Pesatnya kemajuap teknologi tidak
bisa dipungkiri semakin memanjakan manusia, contohnya dalam hal
berkomunikasi. Interaksi yang terjadi dengan adanya bantuan teknologi
menjadi semakin mudah dan beragam. Kurikulum merupakan rancangan
pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi
siswa di sekolah. Dalam kurikulum terintregasi filsafat, nila-nilai,
pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli
pendidikan/ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, penjabat pendidikan,
pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Prinsip-prinsip
Pengembangan Kurikulum, yaitu prinsip umum dan prinsip khusus. Didalam
prinsip khusus terdapat beberapa macam pengembangannya yaitu; (a) prinsip
relevansi, (b) prinsip fleksibilitas, (c) prinsip kontinuitas, (d) prinsip praktis,
(e) prinsip efektifitas. Adapun prinsip khusus yaitu; (a) prinsip berkenaan
dengan tujuan pendidikan, (b) prinsip berkenaan dengan isi pendidikan, (c)

96
Camelia, F. (2020). ANALISIS LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN
TEKNOLOGI DALAM PENGEMBANGAN KURIKULUM. SAP
(Susunan Artikel Pendidikan), 57-65.
prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, (d) prinsip
berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran, (e) prinsip berkenaan
dengan pemilihan kegiatan penilaian

Anda mungkin juga menyukai