Anda di halaman 1dari 7

RESUME TINDAKAN PRAKTIK KLINIK KMB

PERAWATAN KATETER
DI RUANG ANGGREK RSU BLUD KOTA
BANJAR
Untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah

Disusun Oleh :

Samsul munajat
P20620122031
2A D3 Keperawatan

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN


POLTEKKES KEMENKES TASIKMALAYA 2023/2024
A. PENGERTIAN TINDAKAN PERAWATAN KATETER
Katerisasi dalam pemasangan dan perawatan menjadi hal yang harus terus
menerus mengalami perkembangan baik karena pengaruh device yang terus update
berdasarkan kebutuhan, ataupun upaya penurunan efek samping dari prosedur
pemasangan dan perawatan kateter (APSIC, 2022).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Konstipasi
2. Gangguan eliminasi urin
3. Retensi urin

C. TUJUAN TINDAKAN PERAWATAN KATETER


1. Mencegah infeksi saluran kemih
2. Menjaga kebersihan dan kenyamanan pasien
3. Mencegah sumbatan dan memastikan aliran urin yang lancar
4. Mencegah komplikasi lain seperti perdarahan atau kerusakan pada saluran kemih
5. Memantau jumlah urin yang diproduksi, warna urin, dan kejernihan urin, yang
dapat memberikan petunjuk tentang kondisi Kesehatan pasien

D. INDIKASI TINDAKAN PERAWATAN KATETER


Pemasangan kateter dilakukan dengan indikasi salah satu dibawah ini (Nhs, 2023)
a. Acute urinary retention
b. Bypassing an obstruction
c. Chronic urinary retention bila ada gejala gangguan ginjal
d. Tujuan diagnostic seperti urodinamik
e. Pemberian obat seperti kemoterapi
f. Pemantauan fungsi ginjal
g. Perioperative
h. Diperlukan dalam perawatan yang lebih baik, seperti palliative care,
disabilitas
i. Pengambilan specimen (Guidelines and standard operating procedures the
management of uurinary catheterisation (Adults), 2021
j. Pressure injury pada perineum atau sacrum yang mengalami inkontinensia.
(WCON, 2016 dalam Guidelines And Standard Operating Procedures The
Management Of Uninary Catheterisation (Adults),2021)
E. PRINSIP DAN RASIONAL TINDAKAN PERAWATAN KATETER
1. Teknik steril
Rasional : untuk menghindari terjadinya infeksi nosocomial
2. Pastikan balon fiksasi sudah berada di kandung kemih sebelum diisi
air Rasional : untuk menghindari atau mencegah terjadinya rupture
uretra
3. Jangan memaksakan masuknya kateter jika ada tahanan saat akan memasukannya
Rasional : untuk menghindari terjadinya trauma atau kerusakan pada uretra
Adapun rasional tindakan dalam pemasangan kateter urin khususnya pada pasien
Perempuan menurut urinary catheter care guidelines tahun 2017,
a. Jelaskan dan diskusikan prosedur dengan pasien serta meminta persetujuan
pasien (pastikan persetujuan tersebut di dokumentasikan). Pastikan apakah
pernah dipasangi kateter urin sebelumnya, jika pernah tanyakan apakah ada
masalah pada pemasangan kateter sebelumnya, misalnya terdapat alergi pada
lateks atau jelly Lidocaine (gel anestesi).
Rasional: untuk memastikan bahwa pasien mengerti dengan prosedur yang
akandilakukan dan pasien memberikan persetujuan yang sah atau valid
b. Membantu pasien untuk merubah posisi menjadi terlentang/supine dengan
lutut dan pinggul ditekuk serta kedua kaki diregangkan sekitar 60 cm atau
posisi dorsal recumbent. Jangan mengekspos bagian privasi pasien selama
prosedur. Rasional: untuk memungkinkan akses yang aman ke daerah
genital pasien selama prosedur serta untuk menjaga martabat pasien dan
memberikan kenyamanan.
c. Pastikan bahwa pencahayaan yang baik tersedia.
Rasional: untuk memastikan area genital terlihat jelas selama prosedur.
d. Mencuci tangan dengan air dan sabun atau alkohol menggunakan prinsip
mencuci tangan yang baik dan benar.
Rasional: untuk mengurangi resikoinfeksi silang menggunakan celemek sekali
pakai/ dispossible
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang dari mikroorganisme pada
pakaian.
e. Siapkan peralatan di dekat tempat tidur pasien. Pastikan pilihan kateter benar
dan cek kadaluarsa alat. Pastikan permukaan kerja (meja/troli) yang digunakan
untuk menempatkan peralatan yang dibutuhkan selama prosedur telah bersih
dan bebas dari mikroorganisme.
Rasional: Untuk meminimalkan kontaminasi udara. Untuk memastikan kateter
yang digunakan benar. Untuk dekontaminasi permukaan kerja sehingga
mengurangi risiko infeksi.
f. Menggunakan teknik aseptik.
Rasional: untuk memastikan item tetap steril.
g. Dekontaminasi tangan menggunakan sabun dan air atau menggunakan alkohol
pembersih tangan.
Rasional: tangan mungkin saja bisaterkontaminasi oleh peralatan yang tidak
steril, dan lain-lain.
h. Menggunakan sarung tangan atau handglove
steril. Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi
silang.
i. Lepaskan penutup (baju/celana) yang menjaga privasi pasien. Pasang
perlak/pengalas sekali pakai di bawah bokong pasien.
Rasional: pastikan area yang dibuka tadi tidak terpajan terlalu lama untuk
menjaga agar pasien tetap merasa privasinya aman. Untuk memastikan urin
tidak bocor keseprai.
j. Gunakan penyeka untuk memisahkan labia minora sehingga meatus uretra
terlihat. Gunakan satu tangan untuk mempertahankan pemisahan labial sampai
kateterisasi selesai.
Rasional: agar akses ke lubang uretra lebih baik dan jelas.
k. Bersihkan uretra dengan Nacl 0,9% dari arah depan ke
belakang. Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
l. Ganti sarung tangan atau handglove dan bersihkan tangan dengan air dan
sabun atau alkohol.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
m. Kenakan sarung tangan steril.
Rasional: untuk mengurangi resiko infeksi silang.
n. Berikan jelly anestesi sebagai pelumas ke dalam uretra. Biarkan 5 menit untuk
efek anestesi.
Rasional: pelumasan membantu untuk mencegah trauma uretra dan infeksi,
serta meminimalkan ketidaknyamanan pasien.
o. Sambungkan selang kateter dengan kantong drainase urin.
Rasional: untuk menampung drainase urin setelah kateter dimasukkan.
p. Masukkan ujung kateter ke dalam lubang uretra dengan arah ke atas dan ke
belakang.
Rasional: arah penyisipan dan panjang kateter yang dimasukkan harus sesuai
dengan struktur anatomi pada lokasi tersebut.
q. Inflasi balon atau kembangkan balon setelah memastikan bahwa kateter telah
berada pada kandung kemih. Minta pasien untuk melaporkan rasa tidak
nyaman. Menarik sedikit kateter keluar.
Rasional: mencegah agar balon tidak terjebak dalam uretra. Inflasi yang tidak
disengaja pada balon yang berada dalam uretra dapat
menyebabkan trauma uretra.
r. Tutup kembali daerah genital pasien. Pastikan bahwa area genital dibiarkan
kering dan bersih.
Rasional: untuk menjaga martabat dan kenyamanan pasien. Jika daerah yang
tersisa basah atau lembab, infeksi sekunder daniritasi kulit dapat terjadi.
s. Pastikan urin mengalir ke kantong urin/urinal bag. Mengukur jumlah urin
yang digunakan.
Rasional: untuk memantau fungsi ginjal dan keseimbangan cairan.
t. Buang celemek yang digunakan, mencuci tangan atau menggunakan
gelalkohol. Rasional: untuk mencegah dekontaminasi lingkungan.
u. Dokumentasi (mencakup persetujuan yang diberikan, alasan untuk
kateterisasi, tanggal dan waktu kateterisasi, jenis kateter,panjang dan ukuran,
nomor batch, jumlah air yang ditanamkan ke dalam balon, produsen &
nomor batch gel anestesi yang digunakan, dan masalah yang dinegosiasikan
selama prosedur. Rasional: sebagai dasar atau perbandingan pada tindakan
berikutnya.

F. BAHAYA YANG MUNGKIN TERJADI DAN PENCEGAHAN PERAWATAN


KATETER
a. Infeksi Struktur uretra
b. Ruptur uretra
c. Perforasi buli-buli
d. Pendarahan.
e. Balon pecah atau tidak bisa dikempeskan
Pencegahan : lakukan pemasangan kateter uretra sesuai dengan prosedur tindakan
yang telah ditetapkan dengan memperhatikan prinsip tindakan,seperti pengecekan
balon kateter sebelum pemasangan, memperhatikan Teknik Steril, pemasangan
secara gentle, pemberian lubrikasi dan menggunakan kateter yang sesuai.
DAFTAR PUSTAKA

Ns. Hamka, M. R. (2023). Pemasangan dan Perawatan Kateter. Binangun Cilacap , Jawa
Tengah: PT MEDIKA PUSTAKA INDO.
Alimul. (2016). Buku Dasar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta : Salemba Medika Eni
Kusyanti. (2014). Keterampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan
Dasar. Jakarta : EGC Perry & Potter. (2010). Fundamental Keperawatan.
Buku 1 & 2. Jakarata Salemba Medika Rebeiro dkk. (2015). Manual
Keterampilan Klinis Keperawatan Dasar. Jakarta: Elseiver
Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan
Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai