Anda di halaman 1dari 94

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
1. Pengantar.............................................................................................................................1
2. Konsep dasar.......................................................................................................................4
BAB 1 PERENCANAAN MANAJEMEN TIK DALAM PENDIDIKAN..............................15
1. Analisis kebutuhan TIK dalam institusi Pendidikan....................................................15
2. Pengembangan Strategi....................................................................................................30
3. Anggaran dan Sumber Daya...........................................................................................38
BAB 2 IMPLEMENTASI TIK DALAM PENDIDIKAN........................................................42
1. Integrasi Kurikulum............................................................................................................42
2. Pelatihan dan Pengembangan SDM...................................................................................43
3. Keamanan TIK.....................................................................................................................45
BaB 3 EVALUASI DAN PENINGKATAN...............................................................................48
1. Evaluasi Kinerja...................................................................................................................48
2. Perbaikan Berkelanjutan....................................................................................................52
BAGIAN 4 STUDI KASUS DAN CONTOH IMPLEMENTASI............................................55
1. Studi Kasus – Contoh implementasi TIK dalam berbagai Institusi Pendidikan...........55
BAGIAN 5 ISU DAN TANTANGAN........................................................................................61
1. Tantangan TIK dalam Pendidikan....................................................................................61
PENUTUP....................................................................................................................................86
1. Kesimpulan...........................................................................................................................86
2. Rekomendasi Masa Depan..................................................................................................86
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................87

ii
PENDAHULUAN
1. Pengantar
 Latar belakang dan signifikansi TIK dalam pendidikan

Era Informasi dimulai pada tahun 1957. Saat itulah informasi mulai relevan
dengan sebagian besar tugas manusia. Pemanfaatan teknologi sederhana merupakan awal
mula berkembangnya teknologi informasi. Namun seiring dengan kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi, perangkat komunikasi berukuran kecil namun berperforma
tinggi kini banyak digunakan. Dulu, banyak daerah terpencil yang tidak mempunyai
akses terhadap teknologi informasi dan komunikasi. Keberadaan teknologi informasi
yang canggih kini dapat dirasakan hingga ke daerah-daerah terpencil. Teknologi
informasi terlihat dimana-mana. Perkembangan tersebut membawa dampak besar pada
berbagai bidang kehidupan manusia. Perkembangan informasi diawali dengan munculnya
komputer di masyarakat. Faktanya, tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan istilah
komputer mulai populer. Namun perkembangannya semakin melibatkan proses
komputasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menciptakan situasi
yang disebut “ledakan informasi”. Ledakan informasi sebenarnya merupakan gejala
adanya peluang dan tantangan baru yang akan dihadapi umat manusia di masa depan.
Jumlah informasi yang dihasilkan dan dikelola akan terus meningkat. Akibatnya, jumlah
dan variasi informasi pun meningkat. Pada saat itu, masyarakat hidup dalam tatanan
sosial baru yang disebut masyarakat informasi (Kusmayadi, 2015).
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) atau Information and
Communication Technology (ICT) dalam bahasa Inggris mengacu pada semua perangkat
teknologi untuk memproses, memanipulasi dan mengirimkan informasi, atau untuk
menciptakan, mengelola dan mendistribusikan komunikasi dan informasi (UNESCO
2004 dalam Fauzi & Arifin, 2023).
Kemajuan di bidang TIK merupakan sebuah kesuksesan dan salah satu kunci
untuk menguasainya. Dunia pendidikan telah merasakan dampak kemajuan ICT dalam
mengatasi learning loss siswa pada masa pandemi Covid-19 (Ahmady et al., 2020).
Dengan berkembangnya teknologi informasi, dunia pendidikan juga mulai mengalami
perubahan besar, sehingga perkembangan teknologi informasi mulai memberikan
dampak positif juga bagi dunia pendidikan. Banyak hal yang terasa berbeda atau
berubah. Saat ini jarak dan waktu tidak menjadi kendala besar dalam perolehan
pengetahuan, dan berbagai aplikasi telah dikembangkan untuk memfasilitasi hal tersebut
(Fitria, 2013).
Kemajuan teknologi telah lama dimanfaatkan dalam dunia pendidikan. Penemuan
seperti kertas, mesin cetak, radio, film, televisi, dan komputer digunakan dalam
pendidikan. Pada dasarnya alat-alat tersebut tidak dirancang khusus untuk tujuan
pendidikan, namun ternyata dapat digunakan dalam dunia pendidikan. Perkembangan

1
teknologi informasi yang semakin pesat di era globalisasi tidak dapat menghindari
dampaknya terhadap dunia pendidikan. Kebutuhan global menuntut dunia pendidikan
untuk senantiasa menyesuaikan perkembangan teknologi dengan upaya peningkatan
mutu pendidikan, khususnya pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran
(Budiman, 2017).
Globalisasi telah menyebabkan terjadinya pergeseran dunia pendidikan dari
pertemuan tatap muka yang tradisional menjadi pendidikan yang lebih terbuka.
Pendidikan di masa depan akan bersifat fleksibel, terbuka dan tersedia bagi semua yang
membutuhkannya, tanpa memandang usia atau pengalaman pendidikan sebelumnya.
Masa depan pendidikan tidak lagi bergantung pada gedung sekolah dan lebih dipengaruhi
oleh jaringan informasi yang memungkinkan terjadinya interaksi dan kolaborasi
(Baharudin, 2010). Tren perubahan dan inovasi dalam dunia pendidikan akan terus
berlanjut dan berkembang memasuki abad ke-21. Perubahan tersebut antara lain:
Semakin mudahnya mencari sumber belajar, semakin banyak pilihan dalam penggunaan
dan pemanfaatan TIK, serta meningkatnya peran media dan multimedia dalam kegiatan
pembelajaran. Tren perubahan dan inovasi ini mempunyai implikasi luas bagi dunia
pendidikan. Diantaranya adalah program reformasi dan perubahan teknologi
pembelajaran, perubahan program pembelajaran dan pembelajaran dengan metode
eksperimen, kontrol yang lebih besar terhadap pembelajaran siswa, dan peningkatan IQ
(intelligence quotient). Kami mengupayakan keseimbangan dengan mengedepankan EQ
(Emotional Quotient) dan SQ (Spiritual Quotient) serta mewajibkan integrasi ICT ke
dalam kegiatan pembelajaran. Dalam buku ini, TIK tidak hanya digunakan sebagai media
pembelajaran, tetapi juga dalam dunia pendidikan, manajemen pendidikan, dan segala
situasi lain yang berkaitan dengan dunia Pendidikan (Hariningsih, 2005).
Buku ini berfungsi sebagai bahan bacaan atau bahan acuan kajian dan pengajaran
bagi pembaca yang mencari ilmu manajemen teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
dalam bidang pendidikan, dan sebagai bahan rujukan kajian dan pengajaran bagi
pembaca yang mencari ilmu teknologi informasi dan komunikasi. (TIK) dalam bidang
pendidikan, dan sebagai bahan acuan mutu pendidikan yang memerlukan SKS pada
bidang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, semoga dapat membantu Anda untuk
meningkatkannya. Fasilitas pengelolaan sekolah/pendidikan. Tidak hanya dapat
meningkatkan kualitas pendidikan, namun juga kualitas kehidupan sehari-hari. Buku ini
merupakan sumber pengetahuan mendasar tentang pengelolaan TIK di bidang pendidikan
dan dapat digunakan sebagai panduan bagi kelompok mana pun yang
membutuhkannya.Tujuan dan struktur buku.
Berdasarkan uraian di atas, maka buku “Manajemen Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) dalam Pendidikan'' bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan
wawasan ilmiah tentang bagaimana TIK digunakan sebagai media pembelajaran dalam
inovasi. Tentu saja, kami juga bertujuan untuk mendukung kualitas pendidikan.

2
Penguasaan konsep dasar, analisis kebutuhan, pengembangan strategi, anggaran dan
sumber daya, integrasi kurikulum, keamanan ICT, evaluasi kinerja, perbaikan
berkelanjutan berdasarkan evaluasi faktual. Buku kuliah ini juga menjelaskan berbagai
konsep dasar dan peran manajemen teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam
proses pendidikan.
a. Tujuan Umum
Tujuan umum buku TIK dalam Manajemen Pendidikan ini adalah untuk
memberikan kepada pembaca pengetahuan/materi pemanfaatan TIK sebagai media
pembelajaran yang kreatif dan inovatif, dan untuk membekali pembaca dengan
pengetahuan/materi pemanfaatan TIK sebagai media pembelajaran yang kreatif dan
inovatif, media pembelajaran, dan menyediakan satuan pendidikan dasar, menengah,
dan tinggi, termasuk lembaga pengelola pendidikan, adalah untuk mendukung
pengelolaan .
Dalam pengertian tersebut (Mustari, 2022) menyatakan bahwa tujuan
pendidikan meliputi siswa yang dapat berpikir kritis dan memecahkan masalah,
siswa yang kreatif dan inovatif, siswa yang dapat berkomunikasi dan berkolaborasi,
siswa yang dapat memanfaatkan peluang yang ada. Kepada mereka, beliau
menyatakan bahwa hal ini termasuk mengembangkan peserta didik dengan karakter
yang dimiliki dan dapat dimanfaatkan. Karena revolusi industri 4.0. Mempelajari
konsep dasar, analisis kebutuhan, pengembangan strategi, penganggaran dan sumber
daya, integrasi kurikulum, keamanan ICT, evaluasi kinerja, dan perbaikan
berkelanjutan untuk kepentingan manajemen ICT dalam pendidikan..
b. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti membaca dan memahami Manajemen TIK dalam
Pendidikan diharapkan para pembaca dapat:
1). Mengenal TIK sebagai alat/media pembelajaran dan pengelolaan satuan
pendidikan.
2). Memahami kegunaan dan fungsi peralatan TIK dalam inovasi pembelajaran.
3). Memahami bagaimana memanfaatkan dan mengoptimalkan TIK sebagai media
pembelajaran.
4). Meningkatkan motivasi belajar dan mempermudah pelayanan dalam melakukan
praktek di dalam implementasi pembelajaran dan pendidikan.
5). Memahami dan mempraktekkan manfaat manajemen TIK dalam pendidikan.
Buku ini terdiri dari:
Konsep Dasar TIK dalam Pendidikan memberikan gambaran mengenai
pengertian TIK dalam pendidikan, hubungan TIK dengan pembelajaran, serta
perkembangan dan tren TIK dalam pendidikan.
Rencana Pengelolaan TIK dalam Pendidikan. Pelajari lebih lanjut tentang
menganalisis kebutuhan TIK dan merancang infrastruktur TIK di lembaga
pendidikan. Pengembangan strategi dengan membuat rencana strategis TIK dan

3
mengintegrasikan TIK dengan tujuan pendidikan. Selain itu, kami mengelola
anggaran dan sumber daya dengan mengelola anggaran ICT, sumber daya
manusia, dan infrastruktur. Mempromosikan penerapan TIK dalam pendidikan
dengan merinci integrasi kurikulum dengan menyelaraskan TIK dengan
kurikulum dan penggunaan peralatan dan aplikasi pendidikan. Pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia melalui pelatihan guru dan staf administrasi,
pemeliharaan dan dukungan teknis. Keamanan ICT dengan manajemen risiko
keamanan, kebijakan privasi dan etika.
Evaluasi dan Peningkatan' merinci evaluasi kinerja melalui pengukuran
dampak TIK dalam pendidikan dan mengevaluasi program dan inisiatif TIK.
Perbaikan berkelanjutan dengan memasukkan umpan balik ke dalam pengambilan
keputusan dan berfokus pada perbaikan berkelanjutan.
Penjelasan kasus pengenalan dan implementasi TIK di berbagai institusi
pendidikan. Permasalahan dan tantangan, menjelaskan tantangan TIK dalam
pendidikan (keterbatasan dan hambatan, masalah etika dan hukum, dll..
2. Konsep dasar
 Definisi TIK dalam Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci terpenting bagi manusia untuk bertahan hidup di


muka bumi ini. Pendidikan tetap menentukan dan memandu masa depan dan arah hidup
seseorang. Meski tidak semua orang berpendapat demikian, namun pendidikan
merupakan kebutuhan terpenting bagi umat manusia. Bakat dan kemampuan seseorang
juga dibentuk dan disempurnakan melalui Pendidikan (Agustian & Salsabila, 2021).
Pendidikan juga biasa digunakan sebagai ukuran kualitas seseorang. Melalui
pendidikan, kualitas hidup manusia dapat dilihat dan dijadikan sumber informasi yang
terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. TIK telah mengubah proses pembelajaran
tradisional. Setidaknya ada lima lapisan. Jadi dari pelatihan hingga kinerja. Dari ruang
kelas mobilitas (di mana saja). Mulai dari media kertas hingga media online. Dari
peralatan fisik hingga peralatan jaringan. Dan dari waktu siklus ke waktu nyata. Oleh
karena itu, tidak menutup kemungkinan proses pembelajaran saat ini tidak berlangsung
di kelas tatap muka. Dengan bantuan perangkat TIK guru dan siswa atau instruktur dan
siswa dapat berjejaring dalam proses pembelajaran. TIK dapat meningkatkan efisiensi
dari segi waktu dan biaya. Dan proses pembelajaran online (e-learning) saat ini terus
berkembang. E-learning sekaligus dapat merancang pembelajaran online, tugas, dan
tempat mengumpulkan tugas (Rivalina & Siahaan, 2020).
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bermitra dengan Televisi Pendidikan
Indonesia (TPI) pada tahun 1990 mengembangkan rangkaian materi pembelajaran untuk
satuan pendidikan melalui Media TV dan PUSTEKOM (Pusat Telekomunikasi) sebagai
hak siar pelajaran sekolah. Seiring berjalannya waktu, TPI tidak lagi memiliki

4
penggemar yang menontonnya, kemudian beralih ke televisi komersial, mengakhiri
siaran pendidikan. Sebaliknya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui
Pusdatin (Pusat Data dan Informasi Kementerian Pendidikan, Riset, dan Teknologi)
kembali melakukan inovasi dan kemajuan baru melalui pemanfaatan TIK dengan
menciptakan aplikasi pembelajaran bernama portal Rumah Belajar. Pada tahun 2000,
dimulailah perkembangan media pembelajaran berbasis ICT dan persaingan dengan
penyedia media pembelajaran berbasis digital seperti portal Ruang Guru yang dibuat oleh
perusahaan swasta dan bersaing dengan portal Rumah Belajar yang gratis (Mustari,
2023).
Seiring berkembangnya dunia teknologi digital, hal ini dapat berdampak pada
pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, sektor pendidikan menjadi aset bisnis digitalisasi
sekolah. Sejauh ini, ICT telah menjadi lahan bisnis bagi perusahaan swasta untuk
mendapatkan manfaat dari kebijakan digitalisasi sekolah. Selain itu, teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) merupakan perpanjangan dari teknologi informasi yang
menggabungkan konsep teknologi informasi dan teknologi komunikasi, karena terdapat
keterkaitan yang kuat antara keduanya. TIK adalah alat dan teknologi yang mengubah
aktivitas manusia, menciptakan cara-cara baru untuk berkomunikasi, menemukan,
membuat keputusan dan memecahkan masalah, memproses, mengumpulkan dan
mengidentifikasi, memperjelas dan mengatur, merangkum dan mensintesis, dan membuat
kesimpulan. Kurikulum TIK mencakup konsep-konsep yang saling terkait yaitu:
1. Komunikasi, penemuan (inkuiri), pengambilan keputusan, dan pemecahan masalah:
Menggunakan berbagai proses untuk mengevaluasi informasi secara kritis, mengelola
pertanyaan, memecahkan masalah, melakukan penelitian, dan memecahkan berbagai
masalah pada kemampuan berkomunikasi dengan audiens. Buku ICT 'British
National Curriculum, Key Stages 1-4' (dalam Mustari, 2023) menyatakan bahwa ICT
dapat mengarah pada pembangunan. Kedua, pengembangan moral melalui refleksi
terhadap isu-isu etika seputar penyalahgunaan informasi. Yang ketiga adalah
pembangunan masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana ICT mendorong
komunikasi dan berbagi informasi. Keempat, Pengembangan budaya melalui diskusi
tentang bagaimana.
2. Konsep, Pengetahuan dan Pengoperasian: Siswa akan memperoleh pemahaman
mendalam tentang hakikat dan makna TIK, etika dan moralitas dalam penggunaan
teknologi, media massa digital, masalah ergonomi dan keselamatan, dasar-dasar
komputer dan pengoperasian teknologi multimedia.
3. Mengolah informasi untuk meningkatkan produktivitas. Siswa akan dapat mengetahui
dan menerapkan berbagai jenis alat produktivitas teknis dan memanfaatkan
keterampilan mereka. Peran teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia
pendidikan,
TIK mempunyai peranan penting dalam bidang pendidikan, antara lain:

5
1. TIK sebagai keterampilan dan kompetensi. Artinya pemanfaatan TIK harus
proporsional. Jika tidak, TIK dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat
sesuai proporsinya masing-masing.
2. TIK sebagai infrastruktur pembelajaran. Prasarana pembelajaran di sini mengacu
pada ketersediaan materi pembelajaran dalam format digital, jaringan sekolah,
sehingga pembelajaran dapat diakses kapan saja dan di mana saja.
3. TIK sebagai sumber materi pembelajaran. Ini adalah buku dan materi
pembelajaran yang terus diperbarui menggunakan teknologi. Karena tanpa
teknologi, pembelajaran modern akan memakan waktu lama.
4. TIK sebagai sarana dan fasilitas pembelajaran. Seperti diketahui, perangkat TIK
sangat mendukung proses pembelajaran. Misalnya jika menggunakan peralatan
multimedia untuk menyampaikan informasi, maka informasi yang disampaikan
akan lebih cepat dan sampai kepada siswa secara akurat.
5. TIK mendukung manajemen pembelajaran. TIK dapat sangat membantu dalam
pengendalian pembelajaran, karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan
dukungan pembelajaran yang berkesinambungan.
6. TIK sebagai sistem pendukung keputusan. Setiap orang mempunyai alasan
masing-masing dalam mengambil keputusan. Oleh karena itu, pengambilan
keputusan memerlukan informasi.
Yang dimaksud dengan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia
pendidikan adalah tersedianya saluran dan peralatan yang dapat digunakan untuk
menyiarkan program pendidikan. Namun pemanfaatan TIK di Indonesia baru pada tahap
menjajaki berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan TIK dalam pendidikan
pada milenium ketiga. Sebenarnya pemanfaatan TIK bukanlah hal baru di Negeri Paman
Sam. Penggunaan TIK dalam pendidikan telah menjadi hal yang lumrah di Amerika
Serikat selama dekade terakhir. Hal ini menjadi salah satu bukti utama bahwa Indonesia
merupakan negara yang terbelakang dibandingkan negara lain di dunia. Informasi yang
berpusat di sekitar komputer yang terhubung ke Internet dapat memberikan kontribusi
yang signifikan terhadap proses Pendidikan (Rivalina & Siahaan, 2020).
Dilihat dari peningkatan mutu pendidikan nasional di Indonesia, banyak aspek
yang mendukung pengembangan dan penerapan TIK di bidang pendidikan. Salah satu
aspeknya adalah letak geografis Indonesia yang banyak pulau dan kontur medan yang
seringkali tidak bersahabat, yang umumnya diusulkan untuk mendukung pengembangan
dan penerapan TIK di bidang pendidikan. Begitu dahsyatnya TIK sehingga disebut-sebut
sebagai sarana utama dalam mendorong kesetaraan pendidikan di nusantara, karena
berbasis pada kemampuan pembelajaran jarak jauh dan tidak dipisahkan oleh ruang,
jarak, atau waktu. Tentunya penerapan ini diharapkan dapat dilakukan secepatnya.

6
Terdapat 6 peranan TIK dalam bidang Pendidikan (Budiman, 2017), antara lain:
1. TIK sebagai keterampilan dan kompetensi. Penggunaan TIK harus proporsional.
Artinya, TIK dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat sesuai proporsinya.
2. TIK sebagai infrastruktur pembelajaran: Tersedianya bahan ajar dalam format digital,
jaringan sekolah, pembelajaran kapan saja dan dimana saja.
3. TIK sebagai Bahan Pembelajaran: Ilmu pengetahuan berkembang pesat. Ada banyak
guru hebat di seluruh dunia. Buku dan bahan ajar diperbarui secara berkala. Inovasi
membutuhkan kerja sama spiritual. Tanpa teknologi, pembelajaran modern akan
memakan waktu lama.
4. TIK sebagai alat dan perlengkapan pembelajaran: Menyampaikan pengetahuan
dengan mempertimbangkan situasi dunia nyata, menyediakan 15 diagram berbagai
fenomena ilmiah untuk memudahkan penyerapan materi, dan membantu siswa
menjadi lebih komprehensif dan mandiri. sumber berikut: Interaksi Siswa-Guru
Hubungan guru-siswa menentukan proses pemberian fasilitas.
5. TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran: Semua individu memerlukan
dukungan pembelajaran berkelanjutan setiap hari. Transaksi dan interaksi antar
pemangku kepentingan memerlukan manajemen back-office yang kuat. Kualitas
pelayanan dalam manajemen manajemen secara bertahap akan meningkat. Manusia
adalah sumber daya yang berharga.
6. TIK sebagai sistem pendukung keputusan: Setiap individu mempunyai kepribadian
dan bakat belajar yang unik, guru memperluas kemampuannya dalam berbagai bidang
ilmu, dan profil lembaga pendidikan diketahui pemerintah..
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi telah mengubah cara
masyarakat Indonesia dalam beraktivitas, bercita-cita, serta gaya hidup secara signifikan.
Kehadiran dan peran teknologi informasi dalam sistem pendidikan telah mengantarkan
era baru perkembangan dunia pendidikan, namun perkembangan tersebut tidak dibarengi
dengan peningkatan sumber daya manusia yang menjadi penentu keberhasilan sektor
pendidikan Indonesia.
Hal ini terutama disebabkan oleh masih tertinggalnya sumber daya manusia dalam
pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pendidikan. Dalam rangka meningkatkan
kinerja pendidikan di masa depan, sistem informasi dan teknologi informasi dituntut tidak
hanya sebagai alat pendukung, tetapi juga sebagai senjata utama yang menunjang
keberhasilan dunia pendidikan dalam bersaing di pasar global. Untuk mengikuti
perkembangan pesat di bidang TI, Anda perlu mengembangkan pola pikir. Ide yang
dimaksud adalah berpikir out of the box. Salah satu cara untuk mengilustrasikan ide ini
adalah dengan memecahkan masalah menggunakan metode yang tidak pernah terpikirkan
oleh kebanyakan orang.
Ketika pesawat terbang belum ditemukan, banyak orang percaya bahwa mustahil
menerbangkan sesuatu yang lebih berat daripada udara, dan karena itu mustahil
menerbangkan benda sebesar pesawat terbang masa kini. Ini adalah ide orang dahulu

7
sebelum ditemukannya pesawat terbang, namun dengan ditemukannya pesawat jet,
pembangkit tenaga listrik pesawat masa kini, ide ini mulai runtuh. Dengan cara ini, kita
dapat melatih siswa menjadi kreatif, inovatif, pemikir kritis, pemecah masalah, dan
berwirausaha. Hal ini tentunya erat kaitannya dengan peran TIK dalam dunia pendidikan
saat ini.
Posisi TIK harus digambarkan sedemikian rupa sehingga keberadaannya jelas.
Kedudukan TI sering disamakan atau dianggap lebih luas dibandingkan ICT, dan
kedudukannya sering disalahartikan. TIK tidak hanya berhubungan dengan teknologi
informasi dan komputer, tetapi juga teknologi komunikasi dan komunikasi, sehingga ada
berbagai bidang akademik. Penelitian ICT yang dilakukan (Diat, Prasojo, 2011) adalah:
1) e-pembelajaran, 2) Manajemen informasi, 3) Teknologi informasi, 4) Teknologi
computer, 5) Sistem informasi manajemen, 6) Internet, 7) Teknologi telekomunikasi
(ponsel, telepon, kabel dan teknologi nirkabel), 8) Teknologi jaringan computer, 9)
Sistem keamanan jaringan computer, 10) Sistem basis data. Oleh karena itu, TI dapat
dikatakan merupakan salah satu cabang lmu ICT dan penerapannya saling berkaitan.
Perubahan pada segala aspek kehidupan manusia saat ini terutama disebabkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Perubahan besar ini terjadi karena
sumber kekuatan dan kesejahteraan masyarakat dan bangsa tidak lagi ditentukan oleh
luas wilayah atau kekayaan sumber daya alamnya, namun sudah bergeser pada
penguasaan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Christine E.
Sleeter dan Peter L. (dalam Tilaar, AR, 2012), terdapat tiga kekuatan dominan: 1). sains,
2) teknologi sebagai penerapan pengetahuan, dan 3) informasi. Ketiga kekuatan ini tidak
lagi berkaitan langsung dengan kebangsaan. Ilmu pengetahuan dan pengetahuan tidak
perlu lagi melintasi batas negara, sehingga tidak diperlukan paspor atau visa. Demikian
pula informasi menyebar kemana-mana tanpa batas dan tidak dapat dibendung atau
dihalangi. Era informasi menawarkan skenario baru yang penuh kemungkinan.
Kemungkinan-kemungkinan ini akan terus dijajaki seiring.
Teknologi informasi telah menghilangkan hambatan yang memisahkan kehidupan
berbagai komunitas dan negara, mengubah budaya suatu negara menjadi budaya global.
Kemajuan teknologi telah mempercepat proses globalisasi sehingga memerlukan
restrukturisasi kehidupan manusia di berbagai aspek, termasuk perekonomian,
perdagangan, arus modal, dan lembaga kerja sama internasional lainnya. Teknologi
informasi dan komunikasi adalah istilah luas yang mencakup semua perangkat teknologi
untuk memproses dan mengirimkan informasi. TIK mencakup dua aspek: teknologi
informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi mencakup segala sesuatu yang
berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat, serta manipulasi dan pengelolaan
informasi. Teknologi komunikasi kini mencakup segala sesuatu yang melibatkan
penggunaan alat untuk memproses dan mentransfer data dari satu perangkat ke
perangkat lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi
merupakan dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu teknologi informasi

8
dan komunikasi mempunyai arti luas yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan
pengolahan, manipulasi, pengelolaan dan transmisi informasi.
Pemanfaatan TIK dalam pendidikan mempunyai sejarah yang cukup panjang.
Upaya penyelenggaraan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan untuk
menyebarkan informasi ke satuan pendidikan di seluruh Indonesia merupakan bentuk
peningkatan kesadaran mengenai pemanfaatan TIK secara optimal untuk mendukung
proses pendidikan lokal. Kelemahan utama siaran radio dan televisi pendidikan adalah
kurangnya interaksi dua arah langsung antara guru dan peserta kelas. Transfer bersifat
satu arah dari sumber belajar atau fasilitator kepada peserta didik. Pengenalan komputer
dengan kemampuan mengolah dan menampilkan tampilan multimedia (teks, grafik,
gambar, audio, film) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan penyiaran
radio dan televisi. Bagaimana jika televisi hanya mampu menyajikan informasi satu arah?
Pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang.
Keuntungan utama pembelajaran sinkron adalah pembelajar dan moderator tidak
perlu berada di lokasi yang sama. Memanfaatkan teknologi video conference berbasis
teknologi internet, peserta dapat belajar tatap muka dan tutorial lengkap dari mana saja
selama memiliki koneksi internet. Selain itu, kami memanfaatkan teknologi informasi
untuk menciptakan berbagai bahan ajar yang tidak hanya mencakup teks tetapi juga audio
dan video untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Siswa yang mempelajari gunung
dapat melihat pemandangan gunung dari atas, dari samping, bahkan dari bawah hanya
dengan memutar jari telunjuknya pada gambar yang dipelajarinya. Penggunaan teknologi
multimedia dapat memudahkan belajar (Huda, 2020).
 Hubungan antara TIK dan pembelajaran

Di era digital, pembelajaran berbasis web menjadi sangat penting karena


perangkat web merupakan penunjang utama dalam pembelajaran. Merupakan kegiatan
atau proses pembelajaran yang dilakukan sebagian atau seluruhnya melalui Portal Rumah
Belajar, Ruang Staf, Google Classroom, atau platform lainnya sebagai sarana penyediaan
materi pembelajaran dan fungsi pengelolaan pembelajaran. Makna web learning dalam
perancangan ini hanya sebatas pada bagian e-learning yang digunakan sebagai sarana
pendistribusian dan penayangan materi pembelajaran dengan menggunakan platform
diatas dan sebagai sarana pengelolaan keseluruhan proses pembelajaran termasuk
mekanisme interaksi. Pembelajaran berbasis WEB memungkinkan pembelajaran online
antara siswa dan guru kapan saja dan di mana saja menggunakan platform pembelajaran
yang dibuat khusus.
Menurut (Arends, 2008), teknologi dapat berperan penting dalam mendukung
proses pembelajaran guru. Pada waktu-waktu tertentu yang ditentukan oleh guru, siswa
dapat mengikuti pembelajaran daring bersama guru melalui alat komunikasi sinkron
(chat, konferensi video, konferensi audio, desktop sharing, whiteboarding, dll). Selain itu,
siswa dapat mempelajari konten pembelajaran secara sinkron dan mandiri. Strategi

9
pembelajaran berbasis WEB yang dikembangkan merupakan strategi pembelajaran
konstruktivis, pembelajaran aktif, dan berpusat pada siswa untuk meningkatkan
kompetensi siswa. Menurut Richard, pembelajaran berbasis web virtual adalah cara
ampuh untuk menghadirkan dunia luar ke dalam kelas dan memberikan representasi
visual dan auditori dari berbagai konsep abstrak. Digunakan platform yang
dikembangkan untuk menjawab tantangan pendidikan abad 21, yaitu pendidikan dengan
proses pembelajaran interdisipliner dan secara keseluruhan. Mampu memecahkan dan
beradaptasi dengan berbagai masalah. Proses pembelajaran berpusat pada siswa dan
partisipatif dan interaktif.
Berbasis penelitian dan berorientasi pada pekerjaan. Konsisten, progresif dan
reflektif terhadap lingkungan. Proses pembelajaran ini dapat terlaksana apabila guru
menggunakan platform yang sudah ada sebagai sarana pembelajaran. Beberapa
karakteristik spesifik dikaitkan dengan perbedaan signifikan antara pembelajaran berbasis
web dan pembelajaran tradisional (tatap muka). Fitur-fitur pembelajaran berbasis web
yang dikelola dengan software LMS antara lain: Menurut (Arends, 2008), penyajian
materi pembelajaran dilakukan dengan menampilkan berbagai jenis objek pembelajaran,
teks, audio, video, atau gabungan berbagai unsur media. Perangkat lunak CD-ROM dan
website virtual bersifat interaktif dan merangsang minat siswa dengan merangsang
berbagai indera.
Teknologi komputer modern dan jaringan internet telah memungkinkan penyajian
materi pembelajaran audiovisual dengan kualitas yang cukup tinggi. Materi pembelajaran
disajikan dalam potongan-potongan kecil yang dapat dilihat secara full screen atau
dengan video/audio dengan durasi 20 menit atau kurang. Ada alasan teknis, psikologis,
dan ergonomis dalam menentukan ukuran materi pembelajaran. Blok teks kecil (melihat
keseluruhan lapisan tanpa menggulir) memungkinkan Anda mentransfer file dengan
cepat. Begitu pula dengan cuplikan audio/video yang berdurasi kurang dari satu menit,
membuat siswa tidak perlu menunggu lama untuk menonton acara melalui proses
download atau streaming. Dari sudut pandang ergonomis, mata lebih mudah melihat teks
lengkap tanpa menelusuri lapisan. Jika materi terlalu panjang (lebih dari 3 halaman),
siswa akan cenderung mencetak materi sebelum membacanya. Siswa dapat belajar
dengan kecepatan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya serta mengakses
materi pembelajaran secara non-linier. Ciri ini berbeda dengan pembelajaran tradisional,
dimana siswa bekerja sama di bawah bimbingan seorang fasilitator. Dalam konteks ini,
perancang materi pembelajaran perlu menyediakan sarana bagi siswa untuk berinteraksi
dengan materi pembelajaran dan memungkinkan siswa mengaksesnya secara non-linier.
Interaksi antara siswa dan moderator (guru) biasanya tidak sinkron kecuali opsi obrolan
atau konferensi telepon/video digunakan. Hampir semua program LMS (misalnya Rumah
Belajar, Moodle, Claroline, dll menggunakan opsi komunikasi asynchronous dalam
bentuk email, email internal, dan chat internal. Ini disebut "email internal" dan "obrolan
internal" karena merupakan fungsi yang hanya dapat diakses ketika siswa mendaftar (log
10
in) ke website. Diskusi berlangsung dalam format teks dan menggunakan fitur yang mirip
dengan milis. Ini hanya berlaku secara internal (hanya di halaman pembelajaran,
sehingga siswa harus mendaftar terlebih dahulu sebelum mengikuti). Mekanisme ini
mirip dengan mekanisme yang digunakan untuk mengirim surat elektronik (email).
Komentar/pertanyaan akan dikomunikasikan kepada seluruh komunitas (siswa,
moderator, administrator) melalui email ke alamat forum diskusi. Anggota komunitas
juga akan mengirimkan balasan melalui email ke alamat forum diskusi. Oleh karena itu,
karena pembelajaran berbasis web tidak selalu melibatkan interaksi langsung (sinkron
atau real-time) antara guru dan siswa, maka alternatif interaksi melalui media
komunikasi elektronik berbasis web seperti email adalah tepat. Forum diskusi,
percakapan online (chat), konferensi video, dll. Sebagai bagian dari pembelajaran
berbasis web, materi pembelajaran dapat berupa gambar, teks, audio, video, dan/atau
animasi. Membuat atau mengembangkan materi pembelajaran merupakan bagian penting
dalam proses pengembangan pembelajaran berbasis web. Materi pembelajaran adalah file
digital yang dapat dibuat sendiri oleh guru atau dicari di Internet. Jika file yang Anda
gunakan berasal dari Internet, Anda harus mengikuti aturan ilmiah penggunaan hak cipta,
seperti meminta izin dari pemilik dan menyebutkan sumbernya.
Teknologi informasi dan komunikasi mempunyai tiga fungsi utama yang
digunakan dalam kegiatan pembelajaran (Harahap, 2019):
1. Teknologi informasi sebagai alat. TIK digunakan sebagai alat oleh guru dan siswa
untuk mendukung pembelajaran mereka, termasuk mengelola kosakata, mengelola
angka, membuat elemen grafis, membuat database, dan membuat program
pengelolaan siswa, guru, staf, dan sumber daya manusia data, Keuangan, dll.
2. Teknologi berfungsi sebagai ilmu pengetahuan. Teknologi merupakan salah satu
bidang keilmuan yang wajib dikuasai siswa. Misalnya, TIK telah menjadi muatan
lokal baik di sekolah negeri maupun swasta.
3. Teknologi informasi menjadi bahan dan alat proses pembelajaran. Teknologi
dimaknai sebagai bahan pembelajaran sekaligus alat untuk mencapai kompetensi
berbasis komputer. Dalam hal ini, komputer diprogram untuk membantu siswa
memperoleh keterampilan secara bertahap, mengikuti prinsip pembelajaran
mendalam. Dalam hal ini kedudukan teknologi tidak berbeda dengan guru yang
berperan sebagai fasilitator, komunikator, motivator, dan evaluator.
4. TIK juga dapat membantu mengurangi kesenjangan dalam penguasaan teknologi
terkini khususnya di bidang pendidikan. Penerapan pendidikan berbasis TIK
setidaknya mempunyai dua manfaat. Pertama, sebagai insentif bagi praktisi
pendidikan (termasuk guru) agar lebih apresiatif dan inovatif. Kedua, memberikan
peluang yang luas bagi pendidik dan peserta didik untuk memanfaatkan segala
peluang yang ada dan mengakses sumber informasi yang tiada habisnya (Nuryana,
2019). Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi serta berbagai program yang
ditawarkan telah mengubah kehidupan jutaan orang di dunia ini. Beragamnya
11
pemanfaatan TIK membawa berbagai manfaat dan aspek positif. Banyak hal yang
tadinya tak terbayangkan kini hadir dan memperkaya kehidupan kita. Faktanya,
kehidupan manusia saat ini mengalami kemajuan yang pesat akibat pengaruh
teknologi informasi dan komunikasi. Namun, banyak juga orang yang takut dengan
dampak negatif teknologi. Kita harus jujur mengakui bahwa teknologi informasi dan
komunikasi tidak hanya membawa aspek positif, namun juga aspek negatif. Misalnya
saja dari segi moral, TIK menjadi media propaganda berbagai tindakan yang
melanggar norma agama dan sosial. Teknologi informasi dan komunikasi jika
digunakan secara bijak.
 Perkembangan dan tren TIK dalam Pendidikan

Globalisasi telah menyebabkan tren perubahan paradigma dalam dunia


pendidikan, yang bertujuan beralih dari pendidikan tradisional tatap muka ke pendidikan
terbuka. Hal ini didukung dengan peran teknologi informasi dalam dunia pendidikan.
Proses pembelajaran saat ini cenderung terfokus pada proses pengajaran yang
berorientasi pada konten, abstrak, dan menyasar kelompok tertentu saja (dalam proses ini
pengajaran cenderung pasif). Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
TIK, proses pembelajaran menjadi semakin berbasis kasus dan situasional, serta tidak
lagi terbatas pada kelompok tertentu. Proses pembelajaran yang demikian menuntut siswa
untuk lebih aktif dalam mengoptimalkan sumber belajar yang ada. Peran teknologi
informasi dan komunikasi dalam pendidikan dapat dikategorikan menjadi tujuh aspek:
1. Peningkatan produktivitas Teknologi informasi dan komunikasi telah terbukti mampu
melaksanakan tugas-tugas yang berkaitan dengan proses pengolahan data menjadi
informasi dan pengalihan data. Proses pengubahan menjadi informasi dan penyebaran
data/informasi dalam batas ruang dan waktu. Dalam dunia pendidikan, peningkatan
produktivitas melalui teknologi informasi dapat dicapai dengan cara:
a. Pengolah kata (Word)
b. Pemrosesan numerik (spreadsheet)
c. Pengeditan gambar (grafik)
d. Pemrosesan Audio dan Video
e. Pengolahan data statistik
2. Alat peraga (media)
a. Media Pembelajaran Interaktif Berbasis Komputer Salah satu penerapan
teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan adalah penggunaan
media pembelajaran interaktif multimedia berbasis komputer. Meningkatnya
ketersediaan kemampuan komputer membawa kemungkinan multimedia pada
sistem untuk menyajikan materi pembelajaran. Layanan media pembelajaran
tradisional seperti papan tulis, tape recorder, transparansi, proyektor slide,
proyektor film, dan bahkan materi pembelajaran langsung dapat disampaikan
dengan kualitas yang sebanding, atau setidaknya mendekati kualitas komputer.

12
Keunggulan utama komputer adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan
berbagai media (teks, suara, gambar, animasi, video) ke dalam satu media. Selain
itu, melalui teknik simulasi, komputer juga dapat merepresentasikan permasalahan
kehidupan nyata yang tidak dapat direpresentasikan di kelas dengan menggunakan
media pembelajaran tradisional. Komputer juga dapat menyingkat masalah-
masalah abstrak.
b. E-Learning E-Learning merupakan salah satu bentuk pembelajaran jarak jauh
yang menggunakan media elektronik sebagai media penyampaian materi
pendidikan dan komunikasi antara guru dan siswa. (Goran dkk., 1996).
Pembelajaran berbasis e-learning memungkinkan pembelajaran jarak jauh dalam
mode sinkron atau asinkron. Pilihan yang ditawarkan dalam e-learning meliputi
email, forum diskusi, konferensi video, dan ceramah langsung.
c. Forum Diskusi Salah satu kendala dalam pembelajaran adalah meningkatnya
aktivitas pembelajaran. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan
pembelajaran aktif, antara lain penelitian tindakan kelas, penataan akademik yang
memasukkan unsur aktif dalam penilaian, presentasi di kelas, microteaching, dan
metode lainnya, namun hasil yang dicapai masih belum maksimal. Permasalahan
diatas dapat diatasi dengan mengembangkan forum.
3. Akses Informasi
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat
menuntut semua orang untuk dapat mengakses informasi melalui media yang ada.
Berbagai sekolah atau universitas telah mengembangkan sarana akses informasi ke
internet dengan menyediakan layanan internet secara gratis bagi dosen, guru,
karyawan, mahasiswa, dan siswa. Media yang digunakan dapat menggunakan kabel
atau Wifi (Hotspot). Sarana dan prasarana ini terbukti memberikan peningkatan
kualitas pendidikan dan pembelajaran dengan meningkatnya produktivitas, prestasi
akademik dan non akademik, dan pencapaian hibah (PHKI, Imhere, TIK, PGSD dll).
4. Manajemen Pendidikan
Dalam hal manajemen pendidikan, beberapa sekolah dan universitas telah
mengembangkan beberapa sistem informasi. SIAKAD (Sistem Informasi Akademik)
Sistem informasi akademik berbasis web saat ini merupakan tuntutan dalam
penyelenggaraan pendidikan khususnya di perguruan tinggi. SIOLA (Sistem
Informasi Online Library) SIOLA atau sistem informasi perpustakaan merupakan
dapat digunakan untuk mengelola perpustakaan. Proses transaksi perpustakaan
sekarang ini dapat dilakukan secara online melalui internet dengan alamat SIPEN
(Sistem Informasi Penelitian) Sistem informasi penelitian merupakan manajemen
informasi berkaitan dengan kegiatan penelitian dan pengabdian pada masyarakat.
SIPEN dikembangkan untuk memberikan informasi yang uptodate mengenai
penelitian dan hasil-hasilnya sehingga dapat dipublikasikan secara luas.
5. Penelitian

13
Kegiatan penelitian sekarang ini dapat menggunakan teknologi informasi
dalam bentuk E-survey E-quisionery Analisis data dll.

6. Kerja Kolaborasi
Kerja kolaborasi merupakan kerja kelompok antar pengakses sistem informasi
yang ada di internet. Salah satu situs yang banyak dikembangkan untuk keperluan
kerja kolaborasi adalah Wiki.
7. Hiburan (Musik, Video dan Games)
Teknologi informasi dan komunikasi juga mendukung fasilitas hiburan yang
dapat berupa game, musik atau video yang dapat diakses oleh pengguna. Hiburan
yang dapat diakses tentu saja hiburan yang legal.

14
BAB 1

PERENCANAAN MANAJEMEN TIK DALAM PENDIDIKAN

1. Analisis kebutuhan TIK dalam institusi Pendidikan


Bidang pendidikan menggunakan berbagai alat TIK untuk mengkomunikasikan,
membuat, mendistribusikan, menyimpan dan mengelola informasi. Dalam beberapa
konteks, TIK menjadi bagian integral dalam interaksi belajar mengajar, seperti
penggantian papan tulis dengan papan tulis digital interaktif atau siswa menggunakan
telepon pintar dan perangkat lain untuk belajar di kelas. Jika guru melek digital dan
terlatih dalam penggunaan TIK, pendekatan ini akan mengembangkan keterampilan
berpikir tingkat tinggi, memberikan siswa peluang kreatif dan individual untuk
mengekspresikan pemahaman mereka, dan pendekatan ini dapat lebih mempersiapkan
siswa menghadapi perubahan teknologi yang terjadi di masyarakat. Dalam konteks
institusi pendidikan, TIK mempunyai dampak yang signifikan terhadap pengajaran,
pembelajaran, penelitian dan manajemen. Selama dua dekade terakhir, banyak institusi
pendidikan di seluruh dunia telah banyak berinvestasi dalam penerapan TIK dan
pembangunan infrastruktur. Sistem pendidikan di negara kita tidak terkecuali dan sedang
menyaksikan banyak perubahan yang mengarah pada perluasan pasar industri pendidikan
di India. Pemerintah telah melakukan banyak upaya untuk mengembangkan infrastruktur
pendidikan, termasuk pengembangan dan penerapan aplikasi TIK, yang diakui sebagai
katalis transformasi negara dari ekonomi berbasis produksi menjadi ekonomi berbasis
pengetahuan. Pendidikan adalah proses seumur hidup, sehingga akses terhadap TIK
merupakan kebutuhan (Pathak & Manoj, 2018).
1. Ledakan informasi adalah fenomena yang terus meningkat sehingga ada kebutuhan
untuk mendapatkan akses informasi.
2. Pendidikan harus memenuhi kebutuhan siswa dan guru yang beragam; oleh karena itu
TIK penting untuk memenuhi kebutuhan ini.kebutuhan ini.
3. TIK merupakan kebutuhan masyarakat yang mengharuskan setiap individu untuk
melek teknologi.

15
4. Kita perlu meningkatkan akses dan menurunkan biaya pendidikan untuk menjawab
tantangan buta huruf dan kemiskinan-TIK adalah jawabannya.
TIK disebut sebagai kumpulan peralatan dan sumber daya teknologi yang
bervariasi yang digunakan untuk berkomunikasi. TIK juga digunakan untuk
menghasilkan, mendistribusikan, mengumpulkan, dan mengelola informasi. Ini terdiri
dari perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, dan media untuk pengumpulan,
penyimpanan, pemrosesan, transmisi, dan presentasi informasi yaitu; suara, data, teks,
gambar, serta layanan terkait.
1. Akses ke berbagai sumber belajar,
2. Kesegeraan informasi dan akses ke sumber informasi,
3. Pembelajaran - Kapan saja, di mana saja, dan Pembelajaran Kolaboratif,
4. Pendekatan multimedia untuk pendidikan, informasi yang otentik dan terkini,
5. Akses ke Perpustakaan Online, Repositori, akses ke Open Courseware dan Sumber
Daya Pendidikan Terbuka,
6. Pengajaran berbagai mata pelajaran yang dibuat menarik, dan penyimpanan data
pendidikan,
7. Pendidikan Jarak Jauh, Pendidikan Online,

16
8. Berbagai saluran komunikasi, e-mail, chatting, forum, blog, dll.,
9. Akses yang lebih baik untuk anak-anak penyandang cacat, dan
10. Mengurangi waktu pada banyak tugas rutin.
 Infrastruktur TIK

Sampai saat ini, belum ada standar baku yang digunakan sebagai acuan dalam
pengadaan sarana atau infrastruktur maupun aplikasi untuk mendukung pembelajaran
berbasis TIK. Namun, dari beberapa sumber referensi, terdapat variasi infrastruktur dan
aplikasi pendukung pembelajaran berbasis TIK dari setiap referensi tersebut. Berikut
adalah penjelasan perangkat atau komponen TIK yang diambil dari beberapa sumber.
1. Komputer
Perangkat keras berupa komputer diklasifikasikan menjadi dua yaitu komputer
Server dan komputer client. Kemdiknas (dalam Anwas, 2023) menjelaskan daftar
perangkat keras TIK dan spesifikasi teknis untuk mendukung pembelajaran berbasis
TIK. Berikut penjelasan perangkat keras dan spesifikasi teknis menurut Kementrian
Pendidikan Nasional tahun 2011 (Anwas, 2023):
a. Komputer Personal
Komputer Personal digunakan untuk mendukung pembelajaran berbasis
TIK yang dapat berupa personal computer (PC) dapat juga berupa komputer
jinjing (laptop/notebook). Komputer personal ini berfungsi sebagai alat untuk
mengakses program komputer berbasis jaringan yang dipasang di koputer Server.
Processor komputer personal yang digunakan tidak dibatasi tetapi sebaiknya
menggunakan standar processor terbaru di pasaran dengan kecepatan tidak kurang
dari 2.2 Ghz.. Untuk kebutuhan akses Server yang lebih baik minimal RAM yang
dibutuhkan adalah 2GB. Berikut ini adalah spesifikasi minimum komputer client:
Tabel 1. Spesifikasi Komputer Personal untuk Mendukung Pembelajaran berbasis
TIK

Nama Perangkat Spesifikasi Teknis Sistem Operasi dan


Aplikasi

Personal Computer 1. Processor kecepatan 1. Semua jenis sistem


(PC), minimal 2.2GHz. operasi
Notebook/laptop 2. RAM mimimal 2GB 2. Aplikasi browser
3. Storage minimal 500 3. Aplikasi perkantoran
GB 4. Aplikasi grafis
4. NIC gigabit Ethernet.
5. Wireless LAN.
6. DVD R/W.

17
7. Monitor LCD.

a. Komputer Server
Komputer Server berfungsi sebagai mesin yang merespon setiap
permintaan dari komputer client. Tugasnya sangat berat, maka dari itu spesifikasi
komputer Serverharus sangat tinggi. Processor yang digunakan adalah processor
kelas Server, dengna memori RAM minimum 8 GB. Sistem operasi yang
dipasang dalam komputer Server berbeda dengan sistem operasi yang dipasang di
komputer client. Minimal harus menggunakan web Server multidomain, database
Server, dan DNS Server. Web Server multidomain adalah platform sistem operasi
yang memungkinkan aplikasi berbasis jaringan di Server dapat diakses leh
komputer client melalui intranet maupun internet. Database Server adalah
fungsional sistem operasi Server yang mewujudkan Server sebagai pangkalan
data. DNS Server adalah platform sistem operasi Server yang menterjemahkan
nomor IP komputer menjadi nama domain sehingga mudah dihafalkan. Secara
umum, Server harus dinyalakan selama 24 jam sehari, 7 hari per minggu.
Ketentuan ini mengharuskan sekolah menempatkan komputer Server di ruangan
Server dengan pendingin yang memadahi. Ruangan Server minimal berukuran 3m
x 2m dengan pendingin yang menyala terus menerus. Untuk menghindari
kerusakan perangkat karena listrik padam, sebuah Server harus dilengkapi dengan
UPS (uninterrupted power supply). Secara detail spesifiaksi komputer Server
yang dibutuhkan untuk mendukung pembelajaran berbasis TIK adalah:
Tabel 2. Spesifikasi Komputer Server untuk Mendukung Pembelajaran berbasis
TIK

Nama Perangkat Spesifikasi Teknis Sistem Operasi dan


Aplikasi

Komputer Server 1. Processor kelas Server 1. Open Source.


2. RAM minimum 8 GB. 2. WebServer
3. NIC minimum 2 port Multidomain/Hosting.
gigabit Ethernet. 3. Database Server.
4. Storage minimum 4 4. DNS Server.
TB.
5. DVD R/W.
6. Monitor LCD 15’

2. Laboratorimun Komputer

18
Intensitas siswa dalam memanfaatkan laboratorium komputer harus bisa
maksimal agar mereka sadar bahwa internet tidak hanya bisa digunakan sebagai
sarana bermain, tetapi dapat digunakan sebagai sarana mencari informasi dan
pengetahuan sebanyak-banyaknya. Maka dari itu perlunya standarisasi dalam
menyediakan fasilitas laboratorium komputer. Sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008 tentang Sarana dan Prasarana
SMK/MAK, menjelaskan bahwa setiap SMK/MAK harus memiliki laboratorium
komputer yang dikategorikan sebagai ruang pembelajaran umum. Dijelaskan secara
rinci pada Sub Butir 1.7 Permendiknas Nomor 40 Tahun 2008 (Menteri Pendidikan
Nasional, 2008) yang isinya:
a. Ruang laboratorium komputer berfungsi sebagai tempat berlangsungnya kegiatan
pembelajaran yang berbasis teknologi informasi dan komunkasi.
b. Ruang laboratorium komputer dapat menampung minimum setegah dari
rombongan belajar.
c. Rasio minimum ruang laboratorium komputer adalah 3 m 2/peserta didik. Luas
minimum ruang laboratorium adalah 64 m 2 termasuk ruang penyimpanan dan
perbaikan. Lebar minimum ruang laboratorium adalah 8 m.
d. Ruang laboratorium komputer pada Program Keahlian Teknik Gambar Bangunan
yang dimana sekarang istilahnya diganti dengan Program Keahlian DPIB (Desain
Pemodelan dan Interior Bangunan) harus memenuhi syarat dalam kelengkapan
sarana dan prasarana. Berikut sarana prasana pada Program Keahlian DPIB
(Desain Pemodelan dan Interior Bangunan) menurut Permendiknas Nomor 40
Tahun 2008:
Tabel 3. Standar Sarana pada Laboratorium Komputer Program Keahlian DPIB

No. Jenis Ruang Rasio Deskripsi

1. Perabot

 Meja Komputer 1 set/ruang Untuk minimum 16 peserta


 Kursi Kerja didik pada pekerjaan
 Lemari simpan alat menggambar teknik,
dan perhitungan bahan, dan
 Bahan menghitung anggara biaya
dengan komputer.

2. Peralatan

 Komputer untuk 1 set/ruang Untuk minimum 16 peserta


pekerjaan didik pada pekerjaan
menggambar menggambar teknik,
perhitungan bahan, dan

19
menghitung anggara biaya
dengan komputer.

3. Media Pendidikan

 Papan Tulis 1 set/ruang Untuk mendukung minimum 16


 LCD peserta didik pada pelaksanaan
kegatan belajar mengajar yang
bersifat teoritis.

4. Perlengkapan Lain

 Kotak Kontak Minimum 8 Untuk mendukung operasional


 Tempat sampah buah/ruang. peralatan yang memerlukan
Minimum 1 daya listrik.
buah/ruang

3. Jaringan Intranet dan Internet


Jaringan intranet sering disebut sebagai jaringan area lokal (LAN). Intranet ini
menghubungkan seluruh komputer milik sekolah ke dalam jaringan komputer.
Intranet ini memungkinkan siapa pun di area sekolah mana pun untuk mengakses
aplikasi yang diinstal di server. Idealnya, setiap ruangan di sekolah akan terhubung ke
intranet melalui kabel serat optik, dan titik akses akan dipasang di area tertentu,
sehingga warga sekolah dapat mengakses intranet dan Internet melalui area hotspot.
Membangun intranet memerlukan perangkat keras seperti kabel UTP, konektor RJ45,
switch/hub, toolkit jaringan komputer, dan titik akses. Akses internet dan jaringan
internet diperlukan untuk menghubungkan server ke fasilitas luar kampus lainnya.
Anda juga dapat menggunakan akses Internet dan jaringan Anda untuk
mempublikasikan aplikasi yang diinstal pada server Anda dan membuatnya tersedia
untuk orang-orang di luar sekolah Anda. Dengan kata lain, dengan mengakses
internet, siswa dapat mengakses aplikasi pembelajaran yang memanfaatkan TIK
kapanpun dan dimanapun dari luar sekolah. Minimal akses internet yang harus
dimiliki sekolah adalah 1 Mbps. Dilengkapi dengan setidaknya satu IP statis publik
yang disediakan oleh ISP Anda. Dari pembahasan di atas, Kementerian Pendidikan
Nasional (dalam Anwas, 2023) menguraikan daftar spesifikasi perangkat jaringan
intranet.

Berikut daftar spesifikasi jaringan intranet dan internet yang kan dijelaskan pada tabel
4.

20
Perangkat Fungsi Spesifikasi Minimal Spesifikasi
Maksimal

Access Komponen jaringan 802.11 g. 802. n.


Point untuk memberikan
layanan koneksi pada
jaringan komputer
menggunakan media
tanpa kabel (wireless)

Switch/Hub Komponen jaringan 4 port, 10/100 48 port, 1 gbps.


yang berfungsi untuk mbps.
membagi koneksi
internet menggunakan
media kabel.

Router Berfungsi untuk Wireless-G 9


mengatur lalu lintas Router.
data
pada jaringan.
Biasanya
digunakan untuk
menghubungkan LAN
dengan internet.

Kabel Menghubungkan antar


Jaringan perangkat dalam
jaringan

RJ-45 Konektor pada ujung


kabel jaringan

Server Komputer yang 1. Prosesor 2.13 1. Processor


berspesifikasi tinggi GHz, FSB 4.80 2.40 GHz,
yang berfungsi GT/s, Cache 4 FSB 5.86
melayani Mb. GT/s, Cache
komputer-komputer 2. RAM minimum 4 12 Mb.
klien. Contoh: web GB 2. RAM 8 GB
Server, file Server, 3. HDD 500 GB, 3. HDD 4 Tb
dan Serial ATA Serial
database Server (SATA). Attached
4. LAN Card. SCSI (SAS).
5. Monitor LCD 4. LAN Card

21
15”. (Gigabit
Ethernet)
5. Monitor 17”.

Modem Menghubungkan
komputer/jaringan
dengan internet.

4. Website/Situs Sekolah
Website sekolah memiliki nilai yang sangat strategis karena berfungsi untuk
mempromosikan sekola menjadi ajang diskusi serta adu gagasan dalam
mengembangkan ide-ide yang kreatif dan orisinal. Efektivitas dari website sekolah
juga harus didukung oleh manajemen yang transparan, akuntabel, dan profesional;
yang mampu mengelola website sekolah sesuai dengan tujuan yang positif. Di era
global seprerti sekarang, sudah banyak informasi yang dapat diakses melalui Internet.
Internet yang pada awalnya hanya ditujukan untuk membantu para peneliti dalam
mengolah dan bertukar data, kini dapat digunakan oleh setiap orang untuk saling
bertukar informasi dan data dari berbagai macam komputer yang telah dihubungkan.
Menurut (Wijaya, 2007) website atau situs dapat:
Sebagai kumpulan halaman yang menampilkan informasi data teks, data
gambar diam atau gerak, data animasi, suara, video dan atau gabungan dari
semuanya, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk satu
rangkaian bangunan yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan
dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa website sekolah merupakan salah
satu media yang memuat serangkaian informasi, data, dan berita sekolah yang
terangkum dalam kumpulan halaman di Internet, dan dapat dilihat oleh semua orang
ketika membuka alamat situs.
a. Unsur-unsur Website Sekolah
Seperti benda lainnya, website juga memiliki unsur atau komponen untuk
berjalannya suatu sistem yang terdapat di dalamnya. Unsur-unsur dalam
penyediaan website atau situs, antara lain (Wijaya, 2007): nama domain (domain
name/URL); rumah tempat (web hosting); bahasa program (script program);
desain website; program transfer data ke pusat data; publikasi website; serta
pemeliharaan website.
b. Indikator Website Sekolah yang Baik
Dalam memanfaatkan suatu hal, pasti terdapat indikator yang merupakan
kunci untuk mengukur suatu hal tersebut, apakah telah sesuai dengan tujuan awal,

22
atau belum. Begitu pula yang terjadi dalam website sekolah. Website sekolah
memiliki indikator untuk melihat apakah website sekolah sudah bernilai guna,
sudah tepat sasaran, dan sesuai dengan tujuan diadakannya website sekolah atau
belum. Menurut Sugeng (dalam Ningtyas, 2019) menambahkan parameter yang
menunjukkan nilai guna sebuah situs, adalah:
1). Readability
Readability menjelaskan tentang keterbacaan situs. Sebagai media
informasi, sebaiknya situs harus memperhatikan faktor kenyamanan dan
kemudahan pengguna ketika mengunjungi situs tersebut. Ada beberapa
parameter yang harus diperhatikan dalam membuat situs yang nyaman dibaca,
seperti:
a). Siapa target pengguna, dengan memperhatikan target pengguna, situs yang
ada dapat dibuat menyesuaikan kondisi pengguna. Sebagai contoh, jika
pengunjung situs berusia 30 tahun ke atas, maka penyajian informasi
menggunakan huruf yang sekiranya dapat dibaca. Menurut Sugeng (dalam
Ningtyas, 2019) pengkategorian mengikuti target pengunjung seringkali
diperlukan untuk situs berskala besar seperti situs institusi pendidikan,
situs pemerintahan, dan situs komunitas. Hal ini semata-mata untuk
memudahkan pengunjung supaya mereka bisa dengan mudah mengakses
informasi yang mereka butuhkan.
b). Pemilihan warna, warna merupakan salah satu elemen yang penting dalam
tampilan sebuah situs. Situs dengan pemilihan warna yang baik akan
membuat pengakses nyaman dan mempunyai kesenangan tersendiri pada
saat dia mengakses situs dan membaca isi di dalamnya.
c). Desain struktur content, struktur content yang baik adalah bisa membuat
pengunjung merasa mudah dalam mencari sebuah informasi. Strukur
content ini bila digambarkan meliputi: isi dari situs, menu utama dan sub
menu yang ditampilkan, serta aplikasi web apa yang diletakkan di situs.
d). Desain tata letak situs, meliputi bagaimana penempatan isi situs secara
umum. Isi situs secara umum seperti ada sebuah menu, lalu ada isi
(content), header, (title), footer, dan isi-isi lainnya menyesuaikan struktur
situs yang sudah kita rancang sebelumnya.
e). Desain grafis, merupakan elemen utama yang diperhatikan oleh
pengunjung situs karena terdapat sebuah konsisi dimana akan
berkomentar, situs ini bagus atau tidak.
f). Navigasi, navigasi yang baik tergantung dari struktur menu yang disusun
pada saat pembuatan struktur content secara menyeluruh. Untuk
implementasinya di situs bisa menggunakan berbagai macam cara, seperti:
 Pull down menu
 Jump menu (select form)

23
 Tree menu
2). Speed (kecepatan).
Faktor kecepatan tampilnya sebuah situs sangat berpengaruh terhadap
pengakses. Pengakses cenderung malas dan langsung menutup browser pada
saat mereka membuka sebuah situs yang lambat diakses, sehingga mereka
harus menunggu beberapa lama untuk melihat tampilan situs tersebut.
Pengakses cenderung tidak mau menunggu terlalu lama untuk melihat sebuah
situs. Berikut merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan situs pada saat
diakses:
a). Ukuran file yang digunakan, sebuah situs yang menampilkan banyak
gambar dan animasi dengan ukuran file yang besar akan menyebabkan
kelambatan situs pada saat diakses.
b). Pemilihan Hosting Server yang tepat.
c). Algoritma program untuk sebuah web aplikasi, pemilihan program yang
tepat untuk membuat web aplikasi akan membuat situs semakin lebih
nyaman dibaca.
3). Accuracy (ketepatan isi)
Dengan melihat ketepatan isi sebuah situs dapat diketahui apakah situs
tersebut telah bebas dari broken link dan error.
4). Mobilitas Content
Berisi mengenai frekuensi berita baru tampil, pembaruan informasi,
dan adakah kolom interaktif antara antara pemilik situs dengan pengunjung
situs atau bahkan antar pengunjung itu sendiri. Pengunjung tentunya selalu
ingin melihat sesuatu yang baru terutama informasi yang ditampilkan. Bila
mereka melihat isi situs selalu sama dan tidak berubah dalam jangka waktu
tertentu maka pengguna akan menilai situs ini statis dan tidak menarik lagi
untuk dikunjungi.
5). Efficiency
Efficiency membicarakan konsistensi penempatan dan tampilan untuk
content desain di setiap halaman. Hal ini akan mempermudah pengunjung
dalam pencarian informasi, tidak membingungkan dan dengan adanya
konsistensi tersebut akan mempercepat loading time halaman web.
c. PageSpeed Insight
Untuk mengukur tingkat kecepatan (speed) pada webite dapat diukur
menggunakan aplikasi google page speed. Dalam pengukuran kecepatan website,
google menggunakan istilah PageSpeed Insight (PSI). PageSpeed Insight (PSI)
adalah perangkat lunak atau aplikasi yang merupakan produk dari google. Fungsi
dari dari PageSpeed Insight (PSI) adalah melaporkan kinerja suatu website pada

24
perangkat seluler dan desktop, dan memberikan saran bagaimana website tersebut
dapat ditingkatkan.
d. Skor Kinerja
PSI memberikan skor yang merangkum kinerja suatu website. Skor ni
ditentukan dengan menjalankan mercusuar untuk mengupulkan dan menganalisis
data lab tentang suatu website. Menurut PSI skor kinerja dibagi menjadi tiga
kriteria yaitu: skor lebih dari 90 dianggap cepat, skor 50 hingga 90 dianggap rata-
rata, dan skor dibawah 50 dianggap lambat.
e. Klasifikasi Kecepatan suatu Website
PSI mengklasifikasikan data lapangan menjadi 3 kategori. Klasifikasi
yang dilaporkan menggambarkan pengalaman pengguna website. PSI menetapkan
3 kategori kecepatan yaitu: fast(cepat), average(rata-rata), slow(lambat). Satuan
yang digunakan dalam menghitung kecepatan suatu website adalah millisecond
(seperseribu detik). Berikut tingkat kecepatan yang dikategorikan oleh PSI:
Tabel 5. Kategori Kecepatan Website menurut PageSpeed Insight (PSI)

Cepat Rata-rata Lambat

FCP 0 – 1000 ms 1000 ms – 2500 ms >2500 ms

FID 0 – 50 ms 50 ms – 250 ms >250 ms

FCP (First Contenful First) adalah indikator yang mengukur waktu ketika
browser membuat bit konten pertama dari DOM. Sedangkan FID (First Input
Delay) adalah indikator yang mengukur waktu saat pengguna pertama kali
berinteraksi dengan suatu website (yaitu ketika pengguna mengklik sebuah
tautan) hingga suatu browser dapat menanggapi interaksi tersebut. PSI
menyajikan hasil kategori dengan lambang warna hijau termasuk kategori
cepat(fast) dengan rentang nilai lebih dari 90, warna oranye termasuk kategori
rata-rata(average) dengan rentang nilai 50 hingga 90, dan warna merah yang
termasuk kategori lambat (slow) dengan rentang nilai kurang dari 50.

Gambar 1. Skor penilaian dan kategori penilaian suatu website menurut


PageSpeed
Insight (PSI).
5. Aplikasi dan Multimedia

25
Mengenani aplikasi penunjang pembelajaran berbasis TIK, Kementrian
Pendidikan Nasional (dalam Anwas, 2023) memberikan penjelasan bahwa aplikasi
penunjang pembelajaran berbasis TIK adalah program komputer yang dirancang
untuk menjalankan aturan dan tata kelola pembelajaran berbasis TIK yang disebut
dengan Learning Management System (LMS). Karakteristik dasar LMS adalah:
a. Memberikan layanan student self service, artinya seluruh warga belajar dalam
pembelajaran berbasis TIK ini dapat melayani dirinya sendiri ketinga ingin
menjalani aktivitas belajar. Struktur kurikulum dan bahan ajar dapat diakses
secara mandiri tanpa campur tangan dari pihak lain.
b. Memberikan layanan online learning, artinya seluruh bahan ajar yang disiapkan
oleh pendidik dapat diakses oleh perserta didik secara online melalui internet.
Bahan ajar disajikan dalam bentuk curse yang telah dipaket-paket sesuai dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar.
c. Memberikan layanan online assessment, artinya peserta didik yang telah
melakukan pembelajaran secara online dapat mengetahui apakah dirinya telah
menguasai materi pembelajaran online-nya dengan cara mengikuti layanan
assessment secara online.
d. Memberikan layanan collaborative learning, artinya aplikasi menyediakan
layanan kolaborasi pembelajaran antara pendidik deng pendidin, dan peserta
didik, maupun antar peserta didik.
e. Menyediakan layanan training resources managemen, artinya menyediakan
layanan pengelolaan sumber daya pelataiha secara komputerisasi.
Platform aplikasi LMS harus berbasis Web supaya dapat diakses melalui
berbagai macam platform sistem operasi yang dipasang di komputer client. LMS juga
harus bersifat open system, maksudnya sistem tersebut dapat diintergrasikan dengan
sistem lain. Aplikasi dengna karakteristiik diatas tidak difungsikan sebagai pengganti
pelaksanaan pembelajaran tatap muka di dalam kelas. Walaupun layanan yang
diberikan serupa, seluruh layanan aplikasi ini bersifat pengayaan atas materi
pembelajaran tatap muka di dalam kelas.
Salah satu faktor pendukung pembelajaran berbais TIK selain infrastruktur
dan aplikasi diatas adalah keberadaan konten pembelajaran digital atau disebut konten
digital. Konten digital yang dapat digunakan dalam LMS memiliki banyak forman,
namun setidaknya memiliki lima karakterisktik:
a. Accessibility, artinya konten tersebut dapat diambil dari satu lokasi dan dapat
dikiri ke lokasi lain.
b. Interoperability, artinya konten dapat diambil dari satu lokasi dan digunakan di
tempat lain dengan tool atau platform yang berbeda.
c. Durability, artinya konten dapat bertahan dari perkembangan dan perubahan
teknologi.

26
d. Reusability, artinya konten dapat digunakan kembali untuk pengembangan
selanjutnya.
e. Cost effectiveness, artinya koten dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas
dengan mengurangi biaya dan waktu.
Menurut Kemdiknas (dalam Anwas, 2023) tingkatan sekolah berdasarkan
tingkat kematangan TIK-nya dapat dikategorikan sebagai berikut:
a. Tingkatan A (Advanced)
Merupakan sekolah yang mapan dalam infrastrukutr, tat kelola, SDM, dan
konten. Sekolah dalam tingkatan ini sudah dapat menjadi pusat panutan (center
excellence) bagi sekolah lain di sekitarnya untuk mengingkatkan kualitas
pembelajaran e-learning baik dari segi konten maupun infrastruktur.
b. Tingkatan B (Medium)
Merupakan sekolah yang mapan dalam infrastruktur, sudah terdapat tata
Kelola TIK namun belum maksimal dalam pengembanmgan konten. Sekolah
dalam kategori ini masih perlu fokus pada program pengembangan konten.
c. Tingkatan C (Novice)
Merupakan sekolah yang belum mapan dalam infrastruktur dan aspek-
aspek lain. Sekolah dalam kategori ini masih perlu fokus terhadap pembangunan
infrastruktur terlebih dahulu. Sementara konten dan tata kelola bisa mengacu pada
sekolah yang lebih mapan. Berikut ini adalah tabel pengkategorian sekolah
berdasarkan kriteria diatas:
Tabel 6. Kategori Sekolah berdasarkan Kelengkapan Infrastruktur TIK

Infrastruktu Tingkatan A Tingkatan B Tingkatan C


r

LMS LMS yang LMS hanya LMS hanya


memiliki memiliki fitur memiliki
sharing material,
fitur lengkap fitur sharing
forum, gathering,
material
dan reviewing
assignmen

LMS dapat diakses LMS dapat diakses LMS dapat diakses


dari internet dari LAN dari komputer
standalone

Infrastrukru Mempunyai pusat


t sumber belajar

Mempunyai Mempunyai Mempunyai

27
laboratorium laboratorium laboratorium
Komputer komputer komputer

Bandwidth > 2 Bandwidth > 1 Bandwidth > 1


MBps MBps MBps

Wifi

Satu guru satu Satu guru satu


laptop laptop

LCD proyektor tiap LCD proyektor tiap


kelas kelas

LAN sekolah LAN sekolah LAN sekolah

Server high-end Server medium Server low-end

Konten Referensi lain Konten berbasis Konten yang sama


berupa tautan multimedia (audio, dengan konten ajar
sumber konten ajar, video, animasi) dan konvemsional,
bahan pengayaan, misalnya dalam
interaktif
dan bank soal
format presentasi

Tata kelola Sudah memiliki staf Sudah memiliki staf Belum memiliki
TIK dalam TIK dalam staf
infrastruktur infrastruktur TIK dalam
infrastruktur

Menurut Kemdiknas (Anwas, 2023) beberapa format konten digital diantaranya:


1). E-book, format utamanya adalah bentuk pdf. (portable document format).
Format ini adalah bentk konten digital yang paling mudah untuk dibuat oleh
guru. Guru hanya perlu mengetikkan naskah bahan ajarnya kedalam aplikasi
perkantoran biasa, kemudian disimpan dalam format pdf yang kemudian
dipublikasikan sebagai e-book.
2). E-audio-book, merupakan fungsional sebuah buku yang disimpan dalam
bentuk suara, pembuatan e-audio-book hanya membutuhkan perekam digital
yang sudah banyak disediakan oleh program komputer yang terpasang di
computer maupun laptop. Pendidik hanya perlu merekam suara yang
menjelaskan isi suatu topic mata pelajarandan disipan sebagai konten digial
audio.
3). Animasi, adalah gamber bergerak yang dibuat untuk menggambarkan secara
visual suatu topic mata pelajaran. Untuk membuat animasi dibutuhkan

28
keahlian khusus sehingga tidak semua orang dapat membuat animasi. Maka
dari itu guru diharapkan bekerja sama dengan kreator animasi untuk membuat
animasi pembelajaran atau tutorial pembelajaran yang dikembangkan
sehingga dapat memudahkan siswa belajar sendiri.
4). Video pembelajaran adalah gambar bergerak dari hasil tangkapan video
kamera. Sebuah kejadian yang diabadikan dengan kamera video dapat
dijadikan sebagai video pembelajaran jika sesuai dengan topic mata pelajaran
tertentu dalam suatu kurikulum. Sehingga video pembelajaran dapat
membantu siswa dalam memahami materi pembelajaran. Video pembelajaran
dapat dibuat dengan bekerjasama dengan kreator video sehingga dapat
menghasilkan video pembelajaran yang berkualitas dan mudah dipahami oleh
siswa.
Berdasarkan penjelasan konten digital diatas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran berbasis TIK dapat digambarkan sebagai sebuah sistem dimana
setiap komponen penyusunnya saling berhubungan satu dengan lainnya.
Komponen penyusun sistem tersebut adalah konten pembelajaran, aplikasi LMS,
peserta didik, dan pendidik.
a. E-learning
Menurut (Munir, 2009), istilah e-learning memiliki definisi yang sangat
luas. Kata e-learning terdiri dari huruf “e” yang merupakan sigkatan dari kata
electronic dan kata learning yang artinya pembelajaran. Dengan demikian e-
learning memiliki arti pembelajaran dengan memanfaatkan bantuan perangkat
elektronik seperti komputer dan layanan internet. E-learning tidak hanya berdiri
sendiri dalam pembentukan pembelajaran, akan tetapi menggunakan berbagai
komponen yang membentuk sistem dalam pembelajaran. Kompoten utama e-
learning menurut (Wahono, 2018) adalah:
1). E-learning System
Sistem perangkat lunak yang memvisualisasi proses belajar mengajar
secara konvensional. Bagaimana manajemen kelas, perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pembuatan materi atau konten,
forum diskusi, sistem penilaian rapor, sistem ujian online dan segala fitur
yang berhubungan dengan manajemen proses. b) E-learning Content Konten
dan bahan ajar yang ada pada e-learning system (learning management
system). Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk multimedia based
content (konten berbentuk multimedia interaktif) atau bisa text-based content
(konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa).
2). E-learning Fitur

29
Infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung proses pembelajaran
e-learning antara lain dapat berupa PC, komputer Server, jaringan internet,
dan perlengkapan multimedia. Pembelajaran yang menggunakan media e-
learning diharuskan sudah memenuhi berbagai komponen yang menunjang
terlaksananya e-learning. Apabila salah satu dari ketiga komponen tersebut
tidak tersedia maka pembelajaran berbasis TIK dengan menggunakan e-
learning sebagai media pembelajaran tidak dapat dilaksanakan. Berdasarkan
penjelasan komponen e-learning diatas tentunya e-learning memiliki beberapa
fitur standar. Menurut (Utari, 2013) berikut fitur-fitur yang terdapat pada e-
learning, diantaranya:
a). Lesson: materi pembelajaran yang lebih menarik, dapat terdiri dari
beberapa halaman, yaitu siswa diberikan pilihan untuk menentukan
beberapa halaman yang akan dilihat berikutnya.
b). Quiz: guru dapat membuat paket tes dalam bentuk kuis yang dapat berupa
pilihan ganda, benar-salah, dan soal jawaban singkat.
c). Resource: guru dapat meng-upload materi dalam bentuk file.
d). Assignment: guru dapat memberikan dan menetapkan tugas yang harus
dikerjakan kepada siswa dalam bentuk hasil digital dan mengunggah atau
mengumpulkan lewat Server web atau email.
e). Workshop: siswa dapat mengakses project atau hasil penelitian siswa lain.
f). Database: guru dan siswa dapat mencari dan menyimpan kumpulan entri
record tentang suatu topik.
g). Forum: tempat diskusi mengenai suatu topic
h). Chat: siswa dan guru dapat melakukan disksi secara real-time.
2. Pengembangan Strategi
 Rencana strategis TIK

(Othman, 2006) menyatakan bahwa istilah “strategi” berasal dari kata “stratego”
(Yunani) yang berarti saluran yang tersedia bagi militer. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia arti kata strategi adalah: “Ilmu pengetahuan dan teknologi yang menggunakan
seluruh sumber daya yang ada untuk melaksanakan kebijakan tertentu pemerintah.
” Strategi adalah rencana kegiatan yang cermat untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Kamus Pelajar Bahasa Inggris Webster Internasional, istilah strategi berarti
“ilmu perencanaan dan pelaksanaan operasi militer skala besar”. "Keterampilan
manajemen; rencana atau metode kreatif" (ilmu pengetahuan, keterampilan manajemen,
perencanaan yang cermat atau metode perencanaan dan pelaksanaan operasi.
Table 2. Strategi mengolah materi berbasis computer

30
No Strategi Mengolah Materi Keterangan
.

1. Seleksi Buku Memilih buku yang akan menjadi acuan


dengan mempertimbangkan isi materi, tingkat
kesulitan, metodologi instruksional, dan
integritas keilmuan Penulis

2. Strukturalisasi Strukturisasi diawali dengan membuat


proposisi dari teks dasar. Setelah menentukan
proposisi utama, makro, dan mikro, Langkah
selanjutnya adalah mengalihkannya ke bentuk
online, sehingga didapat sebuah model
presentasi teks.

3. Seleksi Mandiri Tidak semua materi yang ada dalam


topic/materi diperlukan oleh siswa. Oleh
karena itu, dibutuhkan pemilihan Kembali
terhadap materi yang sesuai dengan tuntutan
kurikulum.

4. Reduksi Reduksi materi yang diajarkan dengan


penyederhanaan bahasa, visualisasi,
penggunaan teknik pemaparannya.
Penyederhanaan bahasa dilakukan dengan
mengabaikan hal-hal yang kurang relevan
dengan kebutuhan siswa. Visualisasi
dilakukan dengan memberikan gambar suatu
proses yang terjadi. Akan lebih mudah
dipahami jika disajikan dalam bentuk
gambar/visual.

Sistem komputer dapat secara langsung memberikan pembelajaran klasikal


individual kepada siswa dengan berinteraksi dengan mata pelajaran yang diprogram ke
dalam sistem komputer. Ini disebut pembelajaran dengan bantuan komputer.
(Nurdyansyah et al., 2016) menunjukkan bahwa keberadaan fasilitas TIK masih belum
merata di seluruh sekolah. Sekolah di perkotaan cenderung memiliki fasilitas TIK yang
lebih baik dibandingkan di pedesaan atau perdesaan. Menghadapi tantangan tersebut,
sekolah harus mampu merevitalisasi komunitasnya dan berpartisipasi aktif dalam
membangun lembaga pembelajaran yang holistik. Sejalan dengan permasalahan tersebut,
kepentingan unsur pimpinan daerah berperan penting dalam meningkatkan kesesuaian

31
sekolah, terutama dari segi fasilitas pembelajaran dan TIK. Dengan mengembangkan
strategi penanganan materi pembelajaran berbasis komputer, siswa dapat memperluas
kemungkinan belajar mereka, meningkatkan efisiensi, meningkatkan kualitas
pembelajaran, meningkatkan kualitas pengajaran, dan mendorong pengembangan
keterampilan, dapat mendorong pembelajaran seumur hidup yang berkelanjutan dan
meningkatkan serta mengurangi perencanaan kebijakan dan manajemen, kesenjangan
digital.
Perbedaan antara komputer untuk presentasi dan komputer untuk pengayaan
terlihat jelas antara penggunaan komputer untuk menyampaikan isi perkuliahan dan
penggunaan komputer untuk mendukung lingkungan belajar mahasiswa. Pembelajaran
berbasis komputer ini memungkinkan siswa berinteraksi langsung dengan media
pembelajaran, sehingga guru hanya berperan sebagai perancang dan pemrogram selama
pembelajaran. Selain itu, siswa memperoleh pengetahuan praktis. Pembelajaran berbasis
komputer ini juga memberikan siswa kemampuan untuk belajar secara rutin, disiplin, dan
mandiri. Konsep pembelajaran berbantuan komputer mengacu pada penyajian materi
pembelajaran dan pengetahuan serta keterampilan khusus dalam satuan kecil agar lebih
mudah dipahami dan dipelajari. Penguasaan pembelajaran ini terletak pada siswa itu
sendiri, dan pembelajaran berbasis komputer memungkinkan siswa belajar mandiri
dengan menggunakan sistem komputer. Strategi pembelajaran berbantuan komputer
adalah metode dimana guru merencanakan kegiatan kelas (rencana pembelajaran)
sebelum melaksanakan tugas bersama siswa. Strategi adalah pola umum kegiatan yang
perlu dilakukan seorang guru untuk mencapai tujuan tertentu. Hal ini dikatakan sebagai
pola yang umum karena meskipun suatu strategi tidak secara inheren mengarah pada
permasalahan dunia nyata, namun hal ini masih merupakan rencana keseluruhan.
Pembelajaran komputer mengacu pada pembelajaran dengan menggunakan
komputer. Belajar merupakan suatu proses alami dimana sesuatu dibangun dalam pikiran
manusia dan kita memperoleh pengetahuan yang berbeda dari apa yang kita miliki
sebelumnya. Tentu saja siswa akan mendapat pengalaman baru. Orang-orang pada
umumnya terlibat dalam aktivitas pembelajaran berkelanjutan di semua peran dan
perangkat. Dari pengertian di atas dapat kita simpulkan bahwa “strategi” adalah suatu
proses perencanaan (planning) yang secara terus menerus bertujuan untuk mencapai
tujuan secara bertahap (selalu meningkat). Strategi mengajar seorang guru selalu
didasarkan pada apa yang bisa terjadi atau sedang terjadi, bukan pada apa yang sudah
terjadi. Strategi pembelajaran yang dapat diterapkan oleh pendidik dibagi.

1. Karakteristik strategi pembelajaran langsung (direct instruction)


a. Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang berpusat pada guru dan
strategi ini yang paling sering digunakan guru di kelas. Strategi ini termasuk

32
didalamnya metode- metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit,
praktek dan latihan, serta demonstrasi.
b. Strategi pembelajaran efektif digunakan untuk memperluas informasi atau
mengembangkan keterampilan langkah demi langkah, step by step, dll.
2. Karakteristik strategi tidak langsung (indirect instruction);
a. Pembelajaran tidak langsung memperlihatkan bentuk keterlibatan tinggi siswa
dalam melakukan observasi, penyelidikan, penggambaran inferensi berdasarkan
data, atau pembentukan hipotesis.
b. Dalam pembeljaran tidak langsung, peran guru beralih dari penceramah menjadi
fasilitator, pendukung, dan sumber personal (resource person).
c. Guru merancang lingkungan belajar, memberikan kesempatan siswa untuk
terlibat, dan jika memungkinkan memberikan umpan balik kepada siswa ketika
mereka melakukan inkuiri.
d. Streategi pembelajaran tidak langsung mensyaratkan digunakannya bahan – bahan
cetak, non-cetak, dan sumber-sumber manusia.
3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction)
a. Strategi pembelajaran interaktif merujuk kepada bentuk diskusi dan saling berbagi
di antara pesrta didik. (Seaman & Fellenz, 1989) mengemukakan bahwa diskusi
dan saling berbagi akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menerikan
reaksi terhadap gagasan, pengalaman, pandangan, dan pengetahuan guru atau
kelompok, serta mencoba mencari alternatif dalam berfikir.
b. Strategi pembelajaran interaktif dikembangkan dalam rentang pengelompokkan
dan metode – metode interaktif.
c. Di dalamnya terdapat bentuk – bentuk diskusi kelas, dikusi kelompok kecil atau
pengerjaan tugas berkelompok, dan kerjasama siswa secara berpasangan.
4. Strategi Belajar Melalui Pengalaman (experiental learning)
a. Strategi belajar melalui pengalaman menggunakan bentuk sekuen induktif,
baerpusat pada siswa, dan berorientasi pada aktivitas.
b. Penekanan dalam strategi belajar melalui pengalaman adalah pada saat dalam
proses belajar, dan bukan pada hasil belajar peserta didik.
c. Guru dapat menggunakan ini baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Sebagai
contoh, di dalam kelas digunakan metode simulasi, sedangkan di luar kelas dapat
dikembangkan metode observasi untuk menperoleh gambaran pendapat umum.
5. Strategi Belajar Mandiri (Independent Study)
a. Strategi belajar mandiri merujuk kepada penggunaan metode pembelajaran yang
tujuannya untuk mempercepat pengembangan inisiatif individu, percaya diri, dan
perbaikan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini adalah merencanakan belajar
mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi guru.
b. Belajar mandiri menuntut siswa untuk bertanggung jawab dalam merencanakan
dan menentukan kecepatan belajarnya.

33
Rendahnya tingkat pemanfaatan TIK di sekolah selama ini disebabkan karena
tidak semua sekolah mempunyai kelengkapan sarana TIK dan tidak semua sekolah
menggunakan media pembelajaran berbasis radio streaming dan kalaupun ada
penggunaannya juga masih jauh dari ukuran optimal (utilitas rendah). TIK telah
berkembang seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi
secara cepat. Dampak dari globalisasi tersebut membawa berdampak positif dan negatif
pada suatu negara. Teknologi informasi saat ini telah memutuskan faktor jarak dalam
berkomunikasi, hal ini dapat dilihat dengan adanya internet yang setiap saat, kapan dan
dimana saja dapat mengakses informasi dari belahan dunia manapun. Dengan adanya
globalisasi yang tidak terelakkan ini, mau tidak mau menimbulkan persaingan antar
bangsa sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia.
Pendidikan adalah salah satu hal penting dalam pengembangan sumber daya manusia.

 Mengintegrasikan TIK dengan tujuan Pendidikan

Pendidikan merupakan suatu usaha dalam membantu jiwa peserta didik secara
lahir dan batin dari sifat kodrati untuk menjadi manusia yang lebih baik. Menurut
(Dewantara, 1967) hal yang harus diterapkan dalam dunia pendidikan yaitu Tri-nga
(ngerti, ngroso, nglakoni) artinya menyadari, menginsyafi, dan melakukan. Hal serupa
juga terdapat pada ungkapan orang Sunda bahwa Pendidikan harus berpaku pada
keseimbangan antara tekad, ucap, lampah yang artinya niat, ucapan, dan perbuatan.
Pendidikan merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dan tidak akan pernah usai,
sehingga menghasilkan kualitas yang berkesinambungan sebagai manusia dimasa depan
yang berakar pada nilai-nilai budaya, bangsa dan Pancasila (Mulyasa, 2012).
Dalam pelaksanaannya Pendidikan ditujukan sebagai alat untuk menanamkan
karakter bangsa yang telah diatur oleh undang-undang negara Indonesia. Hal tersebut
dilakukan untuk memberikan arah terhadap pelaksanaan dan Perkembangan Pendidikan
di Indonesia pada masa yang akan datang. Dengan demikian Pendidikan dapat
memberikan kontribusi yang jelas terhadap masyarakat dan bangsa. Dalam UU No. 20
Tahun 2003 mengenai sistem Pendidikan nasional yang mengatur arah dan cara
pelaksanaan Pendidikan nasonal yang didalamnya terdapat tujuan dan fungsi Pendidikan
di Indonesia. Merujuk pada undang-undang No.20 tahun 2003 (Republik Indonesia,
2003) mengenai sistem pendidikan nasional yang memmuat fungsi Pendidikan yakni
Pasal 3 yang menyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermatabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”. Pendidikan pada masa ini erat kaitannya dengan
teknologi komunikasi dan informasi. Secara pragmatis, konsep e-learning menjadi bagian
yang tak terpisahkan dengan model dan konsep Pendidikan. Namun, upaya untuk

34
mengintegrasikan teknologi ke dalam tujuan Pendidikan masih terdapat kendala yang
begitu besar. Kendala yang dimaksud terkait dengan ketidakseimbangan antara kemajuan
TIK dengan kemajuan teori-teori di budang Pendidikan. Akibatnya, masih sering kedua
disiplin ilmu ini berjalan secara terpisah. Artinya, keinginan para teknolog informasi dan
komunikasi untuk mengintegrasikan TIK kedalam Pendidikan terhambat karena tidak
mempergunakan teori-teori Pendidikan dalam TIK. Sebaliknya, kemampuan untuk
mengembangkan teori-teori Pendidikan maih sering terhambat oleh terbatasnya ilmu
pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan TIK.
Walaupun teknologi informasi telah diintegrasi pada sistem Pendidikan di
beberapa sekolah, berbagai aspek seperti agama, umur, kultur, latar belakang sosio-
ekonomi, interes, pengalaman, level pendidikan menjadi hal yang sangat diperhitungan.
Hal ini dilakukan untuk meminimalisir ketidakberterimaan penggunakan teknologi
karena alasan yang sifatnya ideologis dan dogmatis. disamping itu pada saat
pengembangan sistem pembelajaran masih sering terjadi ketidakpedulian mengenai
desain dan pengembangan sistem interactivity, active learning, visual imagery, dan
komunikasi yang efektif. Padahal proses pengembangan pembelajaran untuk Pendidikan
jarak jauh memerlukan tahap perencanaan, pengembangan, evaluasi, dan revisi. Dalam
mendesain Pendidikan jarak jauh yang efektif, harus memperhatikan kebutuhan dan
karakteristik dosen dan mahasiswa, atau guru dan siswa, melainkan kebutuhan mengenai
isi dan hambatan teknis yang mungkin terjadi pada saat pelaksanaan. Perbaikan dilakukan
berdasarkan masukan dari beberapa pihak selama proses berjalan.
Keberhasilan sistem Pendidikan jarak jauh bergantung pada interaksi dosen/guru
dengan mahasiswa/siswa. Antara mahasiswa/siswa dengan lingkungan Pendidikan.
Partisipasi aktif peserta Pendidikan dengan sistem jarak jauh mempengaruhi bagaimana
cara mereka berhubungan dengan materi yang dipelajari. Pembelajaran melalui televisi
dapat memotivasi serta merangsang keinginan dalam proses pembelajaran. Namun,
jangann sampai terjadi distorsi karena adanya hiburan dalam televisi. Perlu adanya
penyeleksian antara informasi yang berkualitas dan tidak berguna, menentukan
kelayakan, mengidentifikasi penyimpangan, membedakan fakta dan hoaks, serta mengerti
bagaimana teknologi dapat memberikan informasi yang berkualitas.
Dalam mengintegrasikan teknologi ke dalam sistem pendidikan, para integrator
atau adopter perlu malakukan lima fase dalam integrasi, yakni (1) menentukan
keuntungan relatif, (2) menentukan tujuan dan penilaian, (3) mendesain strategi integrasi,
(4) mempersiapkan lingkungan pembelajaran, (5) mengevaluasi dan merevisi strategi
integrasi (Roblier, 2004). Dalam menentukan keuntungan relatif, perlu menjawab
pertanyaan seperti “mengapa menggunakan metode berdasarkan teknologi?” pertanyaan
ini harus dijawab dengan pertama menganalisis keberterimaan (compatibility) yang
mengacu pada nilai-nilai budaya dan keyakinan yang menggambarkan sudut pandang
guru, murid dan seluruh komponen yang berkaitan. Juga mengenai kesesuaian antara

35
teknologi yang diintegrasikan dengan kondisi nyata di lingkungan dimana diterapkannya
teknologi. Kedua, tingkat kesulitan (complexity) yang menggabarkan kemudahan dalam
pengunaannya untuk memenuhi kebutuhan pembelajaran. Ketiga, ketercobaan (triability)
dalam penerapaannya mengacu pada kondisi lingkungan apakah sudah sesuai sebelum
mengambil keputusan. Keempat, keterhandalan dalam melakukan pengamatan yang
mengacu pada penerimaan dari pihak lain yang sudah melaksanakan uji coba.
Integrasi teknologi memerlukan tujuan serta evaluasi yang dapat dikembangkan
dengan menjabarkan bagaimana cara mengetahui bahwa pelajar tersebut sudah
melakukan aktivitas belajar. Untuk merancang tujuan dan menentukan penilaian dapat
menggunakan list mengenai kinerja dan rubrik. Dengan menggunakan instrument tujuan
dan evaluasi tersebut akan diketahui kinerja yang diinginkan oleh pemelajar, dapat
diketahui instrumen tersebut layak dibuat atau hanya dikembangkan saja dan menentukan
metode yang dapat mengukur dan menilai keberhasilan.
Untuk memudahkan dalam mendesain strategi integrasi teknologi ke dalam
pembelajaran, perlu menjawab pertanyaan mengenai strategi dan kegiatan belajar yang
mungkin dapat berjalan dengan baik. Dalam menjawab pertanyaan ini perlu mengkaji
berbagai pendekatan dalam pembelajaran, pendekatan yang digunakan dalam
implementasi kurikulum, pengelompokkan, dan sekuensi. Hal yang mengarahkan pada
aktivitas menggunakan metodesecara langsung, konstruktivis atau penggabungan dari
kedua metode tersebut. Mungkin juga apakah dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
dilakukan secara individu, berpasang- pasangan, kelompok kecil, kelompok besar, atau
seluruh kelas. Lebih lanjut, apakah perlu dipersiapkan strategi dan model penilaian
tersendiri untuk menangani pemelajar minoritas dalam suku, atau berkebutuhan khusus.
Hal-hal tersebut harus diperhatikan ketika mengintegrasikan teknologi ke dapam
pembelajaran. Dalam mempersiapkan lingkungan yang akan digunakan dalam integrasi
teknologi perlu mempertimbangkan beberapa pertanyaan berikut: apakah ada tempat-
tempat yang memiliki kondisi tertentu untuk menerapkan teknologi yang diintegrasikan?
Tentu saja hal ini berkaitan dengan jumlah computer, hardware, software, peralatan dan
media atau teknologi lain yang dapat mendukung proses pembelajaran. Perlu membentuk
schedule terhadap jangka waktu yang digunakan. Selain itu aspek privacy dan safety
yang mendukung keamanan belajar. Terkadang, hal-hal yang mengandung kerahasiaan
luput dari kemanan dan pengawasan. Akibatnya anak-anak dibawah umur memiliki
kebebasan mengakses berbagai situs yang tidak boleh digunakan anak dibawah umur.
Terakhir, evausi dan revisi, dalam pelaksanaannya perlu memperhatikan pertanyaan apa
yang telah dilakukan dengan baik? Apa yang mesti diperbaiki? Pertanyaann ini dapat
dijawab dan dikaji lebih jauh dengan melakukan analisis terhadap masalah pembelajaran
yang harus diselesaikan, jenis aktivitas yang memberikan gambaran dari berbagai strategi
yang memiliki kemungkinan dalam menyelesaikan persoalan, perbaikan kegiatan,

36
instrument untuk mengunpulkan data, hasil yang diperoleh dari penggunaan teknologi,
cara alternatif, perbaikan segala sesuatu untuk hasil yang lebih baik.
Lima fase model integrasi yang digambarkan melalui akronim ASSURE yang
terdiri dari enam Langkah; (1) menganalisis pebelajar, (2) menyatakan tujuan (umum dan
khusus), (3) menyeleksi metode, media, dan materi, (4) memanfaatkan media dan materi,
(5) meminta partisipasi pemelajar, dan (6) mengevaluasi dan merevisi (Heinich et al.,
2002). Keenam Langkah ini pada dasarnya memiliki kesamaan terhadap lima fase yang
terdapat pada teori difusi inovasi, namun memiliki perbedaan pada objek dan tujuan
digunakannya.
Terdapat beberapa kendala bersifat fundamental dapat menghambat program
integrasi teknologi informasi ke dalam pembelajaran. Kendala tersebut berkaitan dengan;
(1) kurangnya materi pembelajaran berbahasa Indonesia, (2) kurangnya kemampuan
dalam berbahasa Inggris, (3) akses Internet yang masih belum merata, (4) belum adanya
kesiapan guru, dosen, dan staf pengajar, (5) memerlukan waktu yang Panjang untuk
mempelajari mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam pembelajaran, (6) kesulitan
dalam perijinan (jika membangun sekolah atau universitas yang berbasis digital dan
cyber) (Rahardjo, 2002).
Keterbatasan materi pembelajaran dalam Bahasa Indonesia, yang mana beberapa
sekolah atau universitas yang telah mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam
Bahasa Indonesia lebih banyak menggunakan materi dari luar negeri. Hal ini masih
memerlukan inisiatif untuk membuat materi digital berbahasa Indonesia sebagai bentuk
mengirangi ketergantungan positif dari negara-negara lain. Akses internet yang masih
belum merata dan cenderung mahal dibeberapa tempat. Meskipun akses internet yang
tersebar relative murah, pada kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia yang
belum memiliki saluran telepon. Bahkan dibeberapa tempat masih belum terjamah oleh
listrik yang memadai.
Kemampuan Guru, dosen, dan staf pengajar untuk mengintegrasi dan
memanfaatkan teknologi informasi ke dalam pembelajaran masih belum merata. Bahkan
masih banyak tenaga kependidikan yang masih belum tersentuh oleh teknologi. Keadaan
ini menyebabkan proses penyampaian materi dan pembelajaran menjadi terhambat. Perlu
ada upaya untuk meningkatkan kemampuan guru, dosen, atau staf pengajar agar dapat
menguasai teknologi dengan baik. Kesibukan dalam menangani beberapa mata
pelajaran/kuliah dan kesibukan lainnya seharusnya dapat diminimalisir guna dapat
mengagendakan waktu untuk mempelajari teknologi dan cara mengintegrasikannya ke
dalam pembelajaran.
3. Anggaran dan Sumber Daya
 Mengelola anggaran TIK

37
Anggaran adalah rencana operasional keuangan yang dibuat berdasarkan
perkiraan pengeluaran dalam jangka waktu tertentu. Anggaran mencakup kegiatan atau
program yang dinyatakan dalam satuan moneter. Anthony, Robert N., Ridler, GE (dalam
Wulandari et al., 2019) memberikan definisi pendanaan pendidikan. Hal ini mengacu
pada karakteristik anggaran, yaitu biaya pendidikan yang dicapai dan dikeluarkan oleh
sekolah sebagai suatu organisasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Chon (dalam
Wulandari et al., 2019) bahwa biaya pendidikan tentu saja merupakan biaya yang
dikeluarkan, yaitu perhitungan atau biaya yang dikeluarkan untuk membiayai kegiatan
yang berhubungan dengan pendidikan. Sistem yang berkaitan dengan program
pendidikan, yaitu rencana pendapatan dan belanja pada periode kebijakan fiskal (fiskal).
Hal ini didukung oleh data kebutuhan, tujuan proses pendidikan dan hasil sekolah yang
direncanakan. Penganggaran memiliki dua bagian: perkiraan pendapatan dan pengeluaran
(Mulyasa, dalam Wulandari et al., 2019). Pendanaan dianggap sebagai bagian dari
investasi pendidikan yang menentukan tingkat produktivitas individu dan kelompok.
Tingkat produktivitas tersebut mempengaruhi tingkat pendapatan seseorang atau
kelompok dan pada akhirnya berkontribusi terhadap kecepatan pertumbuhan dan
pembangunan ekonomi (Nurjanah, 2020). Kegunaan anggaran sebagai alat evaluasi,
sebagai alat kewenangan membelanjakan dana, sebagai alat efisiensi, sebagai alat
keadilan dan perencanaan. Oleh karena itu, anggaran dibuat berdasarkan prinsip. Artinya,
adanya pembagian wewenang dan tanggung jawab yang jelas, sistem manajemen dan
organisasi; Memiliki sistem akuntansi yang tepat dalam pelaksanaan anggaran,
melakukan penelitian dan analisis untuk mengevaluasi kinerja organisasi, dan
memberikan dukungan implementasi dari atas hingga bawah. Alokasi anggaran fungsi
pendidikan dianggarkan oleh kementerian negara dan lembaga, dan pemerintah
bertanggung jawab mengalokasikan anggaran pendidikan melalui transfer ke daerah,
termasuk gaji pendidik, sebagai pendanaan penyelenggaraan pendidikan, namun
pelayanan publik (Toyamah & Usman, dalam Wulandari et al., 2019). Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 (Republik Indonesia, 2003), Pasal 49 (1) tentang Sistem
Pendidikan Nasional mengatur bahwa dana pendidikan, di luar gaji guru dan biaya
pendidikan masyarakat, dialokasikan paling sedikit 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN), 20% anggarannya diperuntukkan bagi sektor pendidikan, serta
pendapatan belanja daerah (APBD). Sesuai isi undang-undang tersebut, 20% APBN
bidang pendidikan dialokasikan untuk alokasi anggaran pendidikan (Tim Dosen
Administrasi Pendidikan). Universitas Pendidikan Indonesia, 2012). Dana Alokasi
Khusus (DAK) merupakan bagian penting dari rencana anggaran Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek). Hal ini bertujuan
untuk memastikan program prioritas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tetap
terlaksana di daerah. Untuk tahun 2022, terdapat tiga prioritas kebijakan DAK fisik di
bidang pendidikan. Hal tersebut adalah: peningkatan akses dan mutu layanan
pendidikan, dukungan pemerintah daerah melalui penyelesaian sarana dan prasarana
pendidikan, dan peningkatan mutu sarana dan prasarana pendidikan. Mendukung
38
pembelajaran berkualitas tinggi. Peningkatan TIK dan renovasi sarana prasarana sekolah
meliputi pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah
pertama (SMP), sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah teknik (SMK) dan
sanggar kegiatan pembelajaran (SKB) dan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Lebih lanjut Mendikbud menjelaskan, ada beberapa kriteria teknis dalam
pengajuan dukungan DAK fisik sarana dan prasarana. Untuk menerima dukungan TIK,
sekolah harus memiliki minimal 15 komputer, listrik, dan akses internet. Selain itu,
sekolah juga tidak menerima bantuan TIK dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
atau DAK fisik pada tahun 2020 dan 2021. Sejauh ini, usulan nilai DAC fisik tahun 2022
yang disampaikan pemerintah daerah sebesar Rp 90,2 triliun dengan target 50.777 satuan
pendidikan. Dari jumlah tersebut, nilai proposal yang diterima sesuai kriteria sebesar
Rp19,38 triliun dengan sasaran 69.128 satuan pendidikan. Sedangkan nilainya masih
dalam pembahasan (sesuai standar namun perlu konfirmasi ke pemerintah daerah),
namun sebesar Rp 47,12 triliun. Dalam penyediaan fasilitas pendidikan, khususnya di
bidang TIK, penggunaan katalog elektronik adalah wajib, kecuali ada keadaan di mana
penggunaan metode lain tidak sesuai dan dibenarkan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Selanjutnya rekonstruksi dan pembangunan lembaga pendidikan harus
melibatkan peran lembaga yang berwenang menghasilkan karya mulai dari proses
pengusulan hingga pelaksanaan.

 Sumber daya manusia dan infrastruktur

Keberadaan tim ICT-HR. Sumber daya manusia TIK diperlukan untuk


merencanakan, menerapkan, mengelola, memantau, dan mengevaluasi sistem dan
layanan informasi. SDM mempunyai arti luas yang mencakup seluruh pemangku
kepentingan di bidang pendidikan tinggi, antara lain: Contoh : pengurus universitas,
dosen, mahasiswa, tenaga administrasi, tenaga kependidikan. Namun pembahasan
mengenai SDM dalam konteks ini cenderung terfokus pada SDM ICT. Sumber daya TIK
dapat bersumber dari dalam universitas atau dari sumber eksternal yang khusus bertugas
mengelola sumber daya TIK. ICT-HR memainkan peran kunci dalam mengelola dan
memastikan bahwa seluruh komponen sumber daya ICT berfungsi dengan baik. Sebagus
apapun LMS, RDBMS, dan infrastruktur yang digunakan, sumber daya ICT tidak akan
berfungsi secara maksimal dan berkelanjutan jika tidak dikelola dengan baik oleh
personel ICT yang berkualitas (Rosmansyah et al., 2017). Semua komponen sumber
daya TIK yang digunakan kehilangan nilainya seiring berjalannya waktu, kecuali sumber
daya manusia. Keterampilan dan kemampuan sumber daya manusia meningkat melalui
fokus berkelanjutan pada bidang tertentu. Aplikasi harus diperbarui pada waktu-waktu
tertentu agar sesuai dengan versi terbaru yang lebih kaya fitur dan stabil.
Memperbarui aplikasi LMS biasanya memerlukan pembaruan aplikasi lain yang
bergantung pada LMS, seperti server web, bahasa pemrograman, RDBMS, dan bahkan

39
penyesuaian sistem operasi. Selain itu, memperbarui aplikasi sering kali memerlukan
pembaruan perangkat keras untuk memenuhi persyaratan minimum aplikasi yang
digunakan. Jika yang diupdate hanya aplikasinya dan bukan hardwarenya, maka aplikasi
tidak akan bekerja maksimal. Faktanya, aplikasi tidak dapat diinstal pada perangkat keras
yang tidak memenuhi spesifikasi minimum aplikasi. Misalnya, aplikasi yang
membutuhkan RAM minimal 3 GB tidak bisa diinstal di komputer yang RAM-nya hanya
2 GB. Selain itu, aplikasi yang membutuhkan penyimpanan sebesar 5 GB tidak dapat
diinstal/disimpan pada harddisk yang hanya memiliki kapasitas 2 GB, masih tersedia.
Pembaruan aplikasi atau perangkat keras mungkin tidak terjadi secara otomatis. Namun
hal ini harus dilakukan secara manual oleh bagian HR ICT. Selain itu, saat memperbarui
perangkat keras, baik Anda mengganti atau menambah perangkat keras, Anda dikenakan
biaya pembelian perangkat keras yang diperlukan. Membuat anggaran belanja TIK di
perguruan tinggi tidaklah mudah dan memakan waktu lama. Oleh karena itu, keberadaan
sumber daya manusia TIK sangatlah penting guna mengelola seluruh sumber daya TIK
agar dapat berfungsi secara maksimal. Pengelolaan TIK juga diperlukan untuk
memastikan kelancaran operasional pemerintah, termasuk perencanaan anggaran TIK
yang cermat dan bijaksana.
1. Membangun Kesiapan Siswa
Siswa saat ini termasuk dalam Generasi Z dan sangat paham internet. Rata-
rata mereka mengakses internet sekitar 2 jam per hari (Chalim & Anwas, 2018).
Namun pemanfaatan TIK masih banyak digunakan dalam bidang hiburan, informasi,
komunikasi, dan berbagai aktivitas menyenangkan lainnya (Anwas, 2023).
Penggunaan internet yang berlebihan oleh pelajar tidak bisa dihindari dan sulit
dicegah. Hal yang paling cerdas untuk dilakukan adalah memanfaatkan internet
untuk tujuan positif dan mengoptimalkannya untuk pembelajaran (Chalim & Anwas,
2018). Lingkungan sosial anak berkontribusi terhadap pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran. Dalam hal ini peran orang tua dalam membimbing anaknya
berhubungan positif dan signifikan dengan pemanfaatan internet untuk pembelajaran
(Chalim & Anwas, 2018). Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran tidak dapat
menggantikan peran guru, terutama peran mengajarkan nilai-nilai dan karakter
lainnya (Anwas, 2023). Intensitas guru memberikan tugas melalui internet
berhubungan positif dan signifikan dengan penggunaan internet dalam pembelajaran
(Chalim & Anwas, 2018). Siswa dapat diberi tugas kreatif seperti pembuatan konten
sesuai dengan persyaratan kurikulum. Guru juga dapat memberi penghargaan kepada
siswa yang berhasil menggunakan Internet untuk belajar (Chalim & Anwas, 2018).
Inisiatif ini akan membantu siswa secara aktif beradaptasi dalam menggunakan
Internet.
2. Meningkatkan Guru Melek TIK
Dengan berkembangnya teknologi, keterampilan TIK guru perlu semakin
ditingkatkan. Peningkatan keterampilan ini dapat dicapai melalui pelatihan dan
40
pembelajaran mandiri. Tingkat partisipasi dalam pelatihan berpengaruh terhadap
pengembangan kompetensi guru. Namun, pelatihan guru tradisional mempunyai berbagai
kendala. Solusinya adalah pelatihan online. Pelatihan online memungkinkan guru untuk
belajar tanpa meninggalkan tempat kerja. Format pelatihan online dapat dikembangkan
sepenuhnya atau dapat merupakan kombinasi antara pelatihan online dan tradisional
(Anwas, 2023). Guru yang relatif muda umumnya memiliki keterampilan TIK (Fahyuni,
2017). Oleh karena itu, guru yang lebih tua dapat belajar dari guru lainnya. Guru juga
dapat belajar secara mandiri melalui berbagai konten internet. Dalam hal ini, guru perlu
menggunakan berbagai sumber belajar untuk mencapai otonomi belajar (Rospina et al.,
2022). Untuk memenuhi kebutuhan konten pembelajaran, guru dapat berbagi materi.
Guru juga dapat mengizinkan siswa untuk mencari atau memodifikasi konten
pembelajaran sesuai dengan kebutuhannya (Anwas, 2014). Di sisi lain, dukungan
kelembagaan berpengaruh nyata dan signifikan terhadap pengembangan guru (Anwas,
2023). Oleh karena itu, kesadaran guru terhadap keterampilan TIK dan upaya lembaga
pendidikan sangat penting untuk mewujudkan budaya penggunaan TIK di sekolah.
Penggunaan TIK memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai. Infrastruktur inilah
yang seringkali menjadi penyebab rendahnya pemanfaatan TIK di sekolah. Pemanfaatan
TIK di sekolah dapat disesuaikan dengan ketersediaan infrastruktur, baik siaran maupun
jaringan, teknologi berbasis daring (online) dan offline. Penyediaan infrastruktur
memerlukan keterlibatan tingkat tinggi dari pengelola lembaga pendidikan terkait
pemanfaatan TIK di sekolah. Perusahaan swasta melalui dana Bantuan Operasional
Sekolah (BOS), program pendanaan pemerintah pusat/daerah, komite sekolah, dana
tanggung jawab sosial perusahaan dan bentuk pembiayaan lainnya menyediakan
infrastruktur ini.

41
BAB II

IMPLEMENTASI TIK DALAM PENDIDIKAN

1. Integrasi Kurikulum
 Menyelaraskan TIK dengan kurikulum
Integritas kurikulum merujuk pada keseluruhan dan konsistensi dalam pengembangan
dan pengimplementasan kurikulum yang mencakup berbagai aspek penting, seperti
integrasi antara mata pelajaran, koordinasi, harmoni, dan keseluruhan. Kurikulum
terintegrasi adalah suatu konsep yang memandang bahwa dalam suatu pokok bahasan
harus terintegrasi atau terpadu secara menyeluruh. Beberapa kelebihan kurikulum
terintegrasi meliputi:
a. Memperbesar keseluruhan dan konsistensi dalam pengembangan dan pengimplementasan
kurikulum.
b. Meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari bahasa pembelajaran yang lebih
luas dan mendalam.
c. Menciptakan pemahaman yang lebih keseluruhan dan mendalam tentang berbagai aspek
kehidupan dan masyarakat.
Dalam konteks pendidikan, integritas kurikulum juga mencakup pengembangan
kurikulum yang mencakup aspek spiritual dan sosial, seperti dalam pendidikan peserta
didik di pesantren. Dalam hal ini, integrasi kurikulum bertujuan untuk membentuk
karakter peserta didik yang terintegralis dan mampu bertahan harmoni dalam lingkungan
sehari-hari.
Beberapa metode yang digunakan dalam pengembangan dan pengimplementasan
kurikulum terintegrasi meliputi:
1. Pembelajaran unit: Mengajarkan materi secara unit tersendiri dengan fokus pada pertanyaan
atau permasalahan yang spesifik.
2. Pembelajaran tematik: Mengajarkan materi secara perorangan berdasarkan tema atau konsep
yang dipilih.
3. Pengajaran berdasarkan proyek: Mengajarkan materi melalui proyek atau kegiatan yang
praktis dan berfokus pada solusi masalah.
Secara keseluruhan, integritas kurikulum merupakan pentingnya dalam
pengembangan dan pengimplementasan kurikulum yang mencakup berbagai aspek
penting dan menciptakan pemahaman yang lebih keseluruhan dan mendalam bagi siswa.
Menyelaraskan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dengan kurikulum
merupakan suatu upaya untuk memastikan bahwa penggunaan TIK dalam pembelajaran
sesuai dengan tujuan kurikulum yang telah ditetapkan. Berbagai sumber menyebutkan
pentingnya integrasi TIK dalam kurikulum untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,

42
memfasilitasi kolaborasi dan komunikasi, serta mengembangkan keterampilan digital
siswa. Namun, penggunaan TIK juga memiliki dampak negatif, seperti ketergantungan
pada teknologi, ketidaksetaraan akses, dan gangguan-distraksi.
Kurikulum Merdeka, yang merupakan bagian dari upaya pemulihan pembelajaran di
Indonesia, memberikan keleluasan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar
sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta aplikasi yang menyediakan
berbagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara
mandiri. Selain itu, perencanaan pengembangan sumber daya TIK untuk sekolah juga
penting agar TIK dapat diselaraskan dengan visi dan misi sekolah. Dalam konteks
universitas, perencanaan strategis TIK juga perlu diselaraskan dengan visi, misi, dan
kurikulum yang kompetitif. Oleh karena itu, menyelaraskan TIK dengan kurikulum
melibatkan berbagai aspek, mulai dari pengembangan sumber daya TIK, integrasi TIK
dalam proses aktivitas sekolah, hingga fleksibilitas dalam penggunaan perangkat ajar
sesuai kebutuhan peserta didik.

 Penggunaan perangkat dan aplikasi pendidikan


Penggunaan perangkat dan aplikasi pendidikan telah menjadi penting dalam era
digital. Aplikasi pendidikan berbasis smartphone dan tablet telah memudahkan siswa dan
pendidik dalam proses belajar mengajar, yang dikenal sebagai Mobile learning. Beberapa
keuntungan penggunaan aplikasi pendidikan antara lain adalah pengalaman yang
disesuaikan, keterlibatan yang lebih baik, kemudahan penggunaan di mana saja dan
kapan saja. Selain itu, software pendidikan dirancang khusus untuk mendukung dan
meningkatkan efektivitas sistem pendidikan, seperti pelacakan kemajuan individu,
pengaturan kelas dan jadwal, personalisasi pembelajaran, pelaporan, dan analisis.
Transformasi digital dalam pendidikan pasca pandemi juga menekankan pentingnya
pemanfaatan teknologi untuk pembelajaran, yang dapat membawa kemudahan dalam
proses pembelajaran. Oleh karena itu, penggunaan perangkat dan aplikasi pendidikan
telah membentuk model lingkungan sistem pendidikan yang lebih efisien dan adaptif.
2. Pelatihan dan Pengembangan SDM
 Pelatihan guru dan staf administrasi.
Dalam era globalisai saat ini sudah menjadi sebuah kebutuhan terhadap pengunaan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk layanan administrasi akademik di
sekolah. Pengunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk layanan
administrasi akademik bukan hal baru lagi di Indonesia. Namun, masih banyak guru dan
staf administrasi pada setiap sekolah di Indonesia yang masih belum memanfaatkan
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk layanan administrasi akademik. Hal
ini tidak lepas dari kurangnya akses para guru dan staf administrasi terhadap TIK itu
sendiri. Kuranngya akses tersebut mungkin menyebabkan para guru dan staf administrasi
di beberapa sekolah masih mengunakan gaya pelayanan akademik yang konvensional

43
sehingga menyebabkan penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik terhadap
lembaga sekolah mungkin kurang positif.
Pengunaan gaya layanan akademik yang konvensional misalnya proses penilaian
siswa yang manual, kalau dibiarkan terus menerus mungkin akan menyebabkan sebuah
sekolah sebagai sebuah “learning organization” tidak akan berkembang atau lamban
berkembang. Kegiatan Pelatihan Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) dalam Layanan Administrasi Akademik Bagi Guru dan Staf Administrasi
diharapkan akan memberikan penguatan tata kelola, akuntabilitas dan citra publik
terhadap lembaga sekolah,terlebih khusus Lembaga pendidikan itu sendiri.

 Pemeliharaan dan dukungan teknis


Komitmen Tinggi Manajemen Sumber Daya Manusia dan Sistem Kerja Kinerja
Tinggi. Saat ini konsep strategi manajemen sumber daya manusia semakin mapan dan
banyak literatur yang mengembangkan konsep ini. Pada sisi lain banyak ahli manajemen
juga mengembangkan praktek model manajemen sumber daya manusia yang terkait
dengan komitmen yang tinggi dari pihak karyawan dan tingkat tinggi kinerja organisasi.
Konsep strategi manajemen sumber daya manusia berevolusi dari literatur yang
terkait dengan spesialisasi yang fleksibel (Piore dan Sabel, 1984) konsep ini disebut
sebagai pendekatan sosio-teknik untuk organisasi bekerja. Konsep ini menolak prinsip
sistem Taylor, yang menggabungkan ketaatan pada salah satu cara terbaik untuk
melakukan tugas dengan pemisahan yang kaku perencanaan dari eksekusi. Dalam arti
luas, menggabungkan pendekatan sebuah pola untuk organisasi bekerja, menggabungkan
praktek-praktek seperti fleksibilitas pekerjaan, kerja tim dan minimalisasi status
perbedaan (Wood, 1999), sebagai penolakan eksplisit prinsip-prinsip pengelolaan
karyawan diwujudkan dalam manajemen ilmiah.
Sebagian besar literatur berkaitan dengan proses kerja, yang berasal dari manufaktur
dan kemudian berurusan dengan banyak industri jasa. Namun fokus tetap pada apa yang
disebut sebagai rival manajerial dan staf profesional. Beberapa pertanyaan yang terkait
dengan pengembangan strategi manajemen sumber daya manusia adalah bagimana
komponen strategi kerja tenaga majemen sumber daya manusia diarahkan? Karena secara
rasional dan direktif, model strategi manajemen sumber daya manusia dapat menjadi
manajer dan berhasil tetapi asumsi tersebut dapat dibantah pada beberapa alasan.
Melalui kajian ini kita dapat menyimpulkan bahwa strategi manajemen suber daya
manusia memiliki sistem kerja kinerja tinggi. Para pendukung organisasi kerja sosio-
teknis mengklaim bahwa manajemen ilmiah tidak lagi tepat di banyak perusahaan karena
perubahan teknologi dan pasar produk. Mereka berpendapat bahwa model kerja
organisasi muncul dalam organisasi yang sukses karena melibatkan tim-tim pekerja
multi-terampil, selaras dengan kebutuhan pelanggan, beradaptasi dan berkomitmen untuk
perbaikan diri diarahkan terus-menerus dalam desain tugas. Kritik dari proposisi ini

44
antara lain, bahwa bukti yang dikatakan untuk memvalidasi model datang hampir secara
eksklusif dari penelitian industri manufaktur yang terbatas bahkan tidak dapat
digeneralisasikan dalam manufaktur (Pilkington, 1998).
3. Keamanan TIK
 Mengelola resiko keamanan
Pada era ketika kegiatan pembelajaran online sudah semakin umum bagi masyarakat,
sudahkah kita memperhatikan resiko keamanan siber di sektor pendidikan? Kegiatan
belajar-mengajar dari jarak jauh sebagai bagian dari proses transformasi digital di bidang
digital, tidak dapat dielakkan. Tentu saja, penggunaan teknologi massal ini membutuhkan
keamanan siber yang kuat, sebagai kunci fundamental untuk menjaga agar
organisasi/lembaga tetap beroperasi secara efektif dan efisien.
Industri pendidikan merupakan jaringan nasional atau global yang sangat bergantung
pada pembiayaan dari yayasan. Anggaran terbatas dapat membawa keterbatasan dalam
peningkatan teknologi dan edukasi kesadaran keamanan siber di antara guru dan siswa.
Sumber daya yang terbatas menyebabkan kekurangan staf yang dapat mengawal keamanan siber.
Kurangnya pakar keamanan, belum lagi infrastruktur TIK yang sudah ketinggalan zaman.
Budaya keamanan siber yang rendah dan langkah-langkah keamanan yang hampir tidak ada
membuat banyak celah terbuka bagi penjahat siber.
Ada beberapa hal yang menjadi aspek resiko keamanan siber di institusi Pendidikan
seperti jaringan yang dikelola dengan buruk, resiko kesalahan manusia, penyimpanan
data yang tidak aman, dan tata kelola pengguna yang kurang baik. Keamanan siber sangat
penting saat menggunakan platform dan menerapkan penggunaan cloud yang aman dan
berkinerja tinggi. Keamanan siber adalah tanggung jawab semua pihak, termasuk
pemerintah, penyedia dan pengguna, untuk memastikan proses belajar-mengajar
dilakukan dengan baik. Maka, inilah perlunya kehati-hatian dan kewaspadaan bagi
institusi pendidikan yang bergulat dengan transformasi digital. Pasalnya, serangan siber
terus meningkat terhadap institusi yang berjuang untuk transformasi digital.
Keamanan sistem informasi adalah prioritas utama dalam lingkungan digital yang
terhubung. Sistem informasi yang aman menjamin kerahasiaan, integritas, dan
ketersediaan data yang disimpan dan diproses oleh organisasi. Beberapa alasan mengapa
keamanan sistem informasi sangat penting meliputi:
1. Perlindungan Data Sensitif: Sistem informasi sering menyimpan informasi sensitif
seperti data pribadi, rahasia bisnis, dan informasi klien. Keamanan yang lemah berarti
risiko data tersebut jatuh ke tangan yang salah dan dapat disalahgunakan.
2. Kontinuitas Bisnis: Serangan keamanan dapat mengakibatkan gangguan operasional
yang signifikan, menyebabkan downtime yang mahal dan hilangnya kepercayaan
pelanggan.
3. Kepatuhan Regulasi: Organisasi sering diatur oleh undang-undang dan peraturan terkait
keamanan data. Kebocoran data dapat berakibat pada sanksi hukum dan reputasi yang
rusak.

45
4. Menghadapi Ancaman yang Terus Berkembang: Ancaman keamanan digital semakin
kompleks dan terus berkembang seiring kemajuan teknologi. Mengabaikan keamanan
berarti meninggalkan diri pada risiko yang tidak perlu

Tujuan dari manajemen resiko keamanan informasi adalah untuk mengetahui


seberapa besar dampak atau resiko yang dihadapi organisasi jika terjadi kegagalan
keamanan informasi dan menemukan cara untuk mengelola resiko tersebut (Sarno &
Iffano, 2009).

 Kebijakan privasi dan etika.

Motivasi serangan dunia maya biasanya didasarkan pada niat kriminal untuk
menyebabkan kerugian finansial. Oleh karena itu, tidak jarang lembaga keuangan atau
sektor kesehatan jatuh pada resiko ancaman dunia maya yang lebih tinggi. Namun,
mungkin mengejutkan bahwa sektor pendidikan juga menjadi target utama para pelaku
ancaman digital. Resiko ini berlaku untuk lembaga pendidikan swasta dan negeri
(sekolah, perguruan tinggi, dan universitas), lembaga penelitian sains, dan penyedia
layanan pendidikan. Masalah diserang terletak pada kesiapan keamanan yang sangat
tidak memadai dan peralihan yang tidak direncanakan ke lingkungan online ketika
pandemi melanda rutinitas sekolah.
Serangan dunia maya di industri pendidikan menyebabkan masalah besar,
mengakibatkan pelanggaran data, gangguan operasional, kerusakan reputasi, dan
kerugian finansial yang mempengaruhi kepercayaan penerima layanan pendidikan.
Mengidentifikasi celah keamanan dan menilai tingkat resiko dan kerentanan
memungkinkan organisasi mendapatkan perspektif yang lebih jelas dalam
mengembangkan strategi dan kesadaran keamanan siber di antara anggotanya.

Beberapa ancaman yang sering dihadapi oleh sistem informasi meliputi:


1. Serangan Malware: Malware seperti virus, worm, ransomware, dan trojan horse dapat
menginfeksi sistem dan merusak data atau mencuri informasi penting.
2. Serangan Cybercrime: Kejahatan siber seperti peretasan (hacking), pencurian identitas,
dan pencurian data mengancam keamanan dan privasi data.
3. Social Engineering: Pelaku sering menggunakan teknik manipulasi psikologis untuk
memperoleh akses ke sistem informasi dari orang dalam.
4. Serangan DDoS (Distributed Denial of Service): Serangan DDoS bertujuan untuk
mengganggu ketersediaan sistem dengan mengalirkan lalu lintas internet yang sangat
besar ke situs web atau aplikasi, sehingga menyebabkan penolakan akses bagi pengguna
Mengamankan sistem informasi adalah usaha yang berkelanjutan dan melibatkan
berbagai strategi. Beberapa strategi yang dapat diadopsi untuk meningkatkan keamanan
sistem informasi meliputi:

46
1. Pendidikan dan Kesadaran: Meningkatkan kesadaran tentang keamanan cyber di
kalangan karyawan dan pengguna penting untuk mengurangi risiko serangan yang
disebabkan oleh kesalahan manusia.
2. Penggunaan Kata Sandi Kuat: Memastikan bahwa penggunaan kata sandi yang kuat
dan kompleks, serta mendorong pengguna untuk secara teratur mengubah kata sandi
mereka.
3. Pemantauan Sistem: Melakukan pemantauan secara terus-menerus pada sistem
informasi untuk mendeteksi aktivitas yang mencurigakan atau aneh.
4. Enkripsi Data: Mengenkripsi data yang sensitif baik saat berada dalam penyimpanan
maupun saat sedang dipindahkan melalui jaringan.
5. Pembaruan Sistem: Memastikan sistem dan perangkat lunak selalu diperbarui dengan
patch keamanan terbaru untuk mengatasi kerentanannya.
6. Penggunaan Keamanan Jaringan: Menerapkan keamanan jaringan yang kuat untuk
melindungi sistem dari serangan DDoS dan serangan lainnya.
7. Pengelolaan Akses Pengguna: Mengimplementasikan model keamanan yang tepat,
seperti manajemen hak akses, untuk memastikan bahwa setiap pengguna hanya memiliki
akses ke bagian sistem yang relevan dengan perannya.
8. Penggunaan Sistem Keamanan Lanjutan: Menggunakan solusi keamanan seperti
firewall, antivirus, deteksi intrusi, dan teknologi keamanan lainnya untuk mengamankan
sistem dari serangan.

Untuk masalah keamanan siber di institusi pendidikan, berkolaborasi dengan pihak ketiga
adalah solusinya. Tentunya vendor tersebut harus memiliki pengalaman keamanan data yang
baik, dan dapat dipercaya.

47
BAB 3

EVALUASI DAN PENINGKATAN

1. Evaluasi Kinerja

 Mengukur dampak TIK dalam Pendidikan


Pendidikan dan teknologi sekarang seperti dua sahabat yang tak terpisahkan.
Kemajuan teknologi informasi telah merambah hampir setiap aspek kehidupan kita,
termasuk dunia pendidikan. Teknologi telah memberikan cara baru untuk mengajar dan
belajar, yang mana Sistem Informasi Manajemen (SIM) memegang peran kunci dalam
mengukur apakah teknologi ini benar-benar membuat pendidikan lebih baik atau tidak.
Perkembangan teknologi terjadi karena seseorang menggunakan akal dan pikirannya
untuk menyelesaikan setiap masalah yang dihadapinya. Kemajuan teknologi ini
menyebabkan perubahan yang begitu besar pada kehidupan umat manusia dengan segala
peradaban dan kebudayaannya. Salah satu, perangkat teknologi informasi yang
digunakan dalam melakukan aktivitas kerja adalah komputer. Dahulu pekerjaan
administrasi dilakukan secara manual atau tradisional, saat ini komputer memiliki
peranan penting dalam melakukan perkerjaan kantor. Mulai dari pengolahan,
penyimpanan data, komunikasi, sarana informasi dan pemecahan masalah lainnya. Saat
ini perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah menjadi media pengajaran
di bidang pendidikan. Kehadiran teknologi internet memudahkan orang untuk melakukan
interaksi tanpa terikat oleh ruang dan waktu lagi. Penggunaan e-mail, chatting melalui
Internet, adanya diskusi dan partisipasi individu maupun kelompok di dalam komunitas
maya merupakan bagian dari inovasi yang terjadi di jaman post-modern sekarang ini
(Cuthell, 2002). Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebagai bagian dari ilmu
pengetahuan dan teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan
dengan pengambilan, pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan
penyajian informasi. Dalam bidang pendidikan, TIK banyak memiliki peranan. Teknologi
Informasi seakan telah menjadi pengalih fasihan buku, guru dan sistem pengajaran yang
sebelumnya masih bersifat konvensional. Teknologi Informasi menyebabkan ilmu
pengetahuan menjadi kian berkembang dan berkembang. Namun, TIK juga memiliki
dampak positif dan negative terhadap kehidupan, salah satunya yang menonjol adalah di
bidang pendidikan.
Beberapa dampak positif dari Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam bidang
pendidikan, antara lain:

48
1. Informasi yang dibutuhkan akan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan
pendidikan.
2. Inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang
semakin memudahkan proses pendidikan.
3. Kemajuan TIK juga akan memungkinkan berkembangnya kelas virtual atau kelas yang
berbasis teleconference yang tidak mengharuskan sang pendidik dan peserta didik berada
dalam satu ruangan.
4. Sistem administrasi pada sebuah lembaga pendidikan akan semakin mudah dan lancar karena
penerapan sistem TIK.
5. Munculnya media massa, khususnya media elektronik sebagai sumber ilmu dan pusat
pendidikan.
6. Munculnya metode-metode pembelajaran yang baru, yang memudahkan siswa dan guru
dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi terciptalah metode-metode baru
yang membuat siswa mampu memahami materi-materi yang abstrak, karena materi tersebut
dengan bantuan teknologi bisa dibuat abstrak.
7. Sistem pembelajaran tidak harus melalui tatap muka. Dengan kemajuan teknologi proses
pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi bisa juga menggunakan
jasa pos, internet dan lain-lain.
8. Mengurangi ketertinggalan dalam pemanfaatan TIK dalam pendidikan dibandingkan dengan
negara berkembang dan negara maju lainnya.
9. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui pengembangan dan pendayagunaan
teknologi informasi dan komunikasi.
10. TIK sebagai sistem pendukung keputusan dalam dunia pendidikan. Guru meningkatkan
kompetensinya pada berbagai bidang ilmu dan profil institusi pendidikan diketahui oleh
pemerintah.
11. Berbagi hasil penelitian, hasil penelitian yang dimuat dalam internet akan mudah
dimanfaatkan orang lain disegala penjuru dunia dengan cepat.
12. Konsultasi dengan pakar, konsultasi dangan para ahli dibidangnya dapat dilakukan dengan
mudah walaupun ahli tersebut berada ditempat yang sangat jauh.
13. Perpustakaan online, perpusatakaan online adalah perpustakaan dalam bentuk digital.
14. Diskusi online. Diskusi online adalah diskusi yang dilakukan melalui internet.
15. Kelas online. Aplikasi kelas online dapat digunakan untuk lembaga-lembaga pendidikan
jarak jauh, seperti universitas dan sekolah-sekolah terbuka.
16. “Computer Aided Instruction” telah terlihat sedikit meningkatkan kinerja siswa pada pilihan
ganda, pengujian standar di beberapa daerah. Computer Aided (atau Assisted) Instruksi
(CAI), yang umumnya mengacu kepada siswa belajar mandiri atau tutorial pada PC, telah
terbukti sedikit meningkatkan nilai tes siswa dalam membaca dan keterampilan matematika
ataupun pelajaran yang lainnya, meskipun apakah peningkatan tersebut berkorelasi dengan
perbaikan nyata pada pembelajaran siswa.
17. TIK yang digunakan dalam mata pelajaran sekolah yang berbeda. Penggunaan TIK untuk
simulasi dan pemodelan dalam sains dan matematika telah terbukti efektif, karena memiliki
49
pengolah kata dan perangkat lunak komunikasi (e-mail) dalam pengembangan bahasa siswa
dan kemampuan komunikasi.
18. Akses luar sekolah mempengaruhi kepercayaan pengguna. Siswa yang menggunakan
komputer di rumah juga menggunakan komputer di sekolah lebih sering dan lebih percaya
diri daripada siswa yang tidak memiliki akses di rumah mereka.

Ada biaya besar yang terlibat diantara siswa miskin dan pendidikan yang dapat
berakhir menjadi kerugian. Hal ini sering disebut sebagai faktor dalam kesenjangan
digital. Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan dari Teknologi Informasi dan
Komunikasi dalam bidang pendidikan antara lain:
1. Kemajuan TIK juga akan semakin mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas
Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data menyebabkan
orang yang bersifat plagiatis akan melakukan kecurangan.
2. Walaupun sistem administrasi suatu lembaga pendidikan bagaikan sebuah sistem tanpa celah,
akan tetapi jika terjadi suatu kecerobohan dalam menjalankan sistem tersebut akan berakibat
fatal.
3. Salah satu dampak negatif televisi adalah melatih anak untuk berpikir pendek dan bertahan
berkonsentrasi dalam waktu yang singkat (short span of attention).
4. Kerahasiaan alat tes semakin terancam Program tes inteligensi seperti tes Raven, Differential
Aptitudes Test dapat diakses melalui compact disk. Implikasi dan permasalahan ini adalah tes
psikologi yang ada akan mudah sekali bocor, dan pengembangan tes psikologi harus berpacu
dengan kecepatan pembocoran melalui internet tersebut.
5. Penyalahgunaan pengetahuan bagi orang-orang tertentu untuk melakukan tindakan kriminal.
Kita tahu bahwa kemajuan di bidang pendidikan juga mencetak generasi yang e-
book berpengetahuan tinggi tetapi mempunyai moral yang rendah. Contohnya dengan ilmu
computer yang tinggi maka orang akan berusaha menerobos system perbangkan dan lain-
lain.
6. Tidak menjadikan TIK sebagai media atau sarana satu-satunya dalam pembelajaran,
misalnya kita tidak hanya mendownload, tetapi masih tetap membeli buku-buku cetak, tidak
hanya berkunjung ke digital library, namun juga masih berkunjung ke perpustakaan.
7. Mempertimbangkan pemakaian TIK dalam pendidikan, khususnya untuk anak di bawah
umur yang masih harus dalam pengawasan ketika sedang melakukan pembelajaran dengan
TIK. Analisis untung ruginya pemakaian.
8. Mahasiswa dan kadang-kadang guru, bisa kecanduan aspek teknologi, bukan isi pelajaran.
Hanya karena topik dapat diajarkan melalui TIK, tidak berarti bahwa itu diajarkan secara
efektif via TIK. Bahkan jika subjek dapat diajarkan secara efektif melalui TIK, dan ada uang
yang tersedia, itu tidak selalu berarti bahwa selalu ada keuntungan untuk itu . Ada banyak

50
studi atau kajian yang dilakukan untuk mencari dan melihat apakah penggunaan TIK dapat
meningkatkan pembelajaran .
9. Perlu untuk tujuan yang jelas. TIK dipandang kurang efektif (atau tidak efektif) ketika tujuan
untuk mereka gunakan tidak jelas. Seperti menggunakan internet untuk mencari video porno
ketika menggunakan computer di sekolah.
 Evaluasi program dan inisiatif TIK
Pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan tidak hanya berhenti pada proses
mencari dan menyampaikan pengetahuan saja. Salah satu pemanfaatan teknologi juga
bisa digunakan sebagai alat evaluasi hasil belajar. Pemanfaatan teknologi ini diharapkan
dapat menumbuhkan rasa senang dan ketertarikan peserta didik terhadap evaluasi
pembelajaran (Nugroho, 2018: 2). Menurut Mariani (2021: 11) evaluasi pembelajaran
yaitu proses yang disusun tersistematis untuk menentukan nilai dari suatu proses kerja,
kegiatan, tujuan, orang, yang dilakukan dengan kriteria tertentu melalui proses penilaian.
Evaluasi juga memiliki arti yaitu sebagai kegiatan dalam memberi nilai atau
pertimbangan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan untuk mendapatkan hasil
evaluasi secara objektif dan akurat.
Salah satu pemanfaatan teknologi dalam dunia pendidikan yaitu sebagai alat evaluasi
pembelajaran. Menurut Ralph Tyler dalam Arikunto (2016: 3) mendefinisikan bahwa
evaluasi pembelajaran merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menemukan
sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Alat
merupakan suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
(Fathurrahman, 2007:15). Alat dibagi menjadi 2, yaitu alat verbal dan alat bantu
nonverbal. Alat evaluasi yang biasa juga dikenal dengan istilah instrumen adalah suatu
alat yang digunakan untuk memudahkan seseorang dalam melaksanakan tugas atau
mencapai suatu tujuan secara lebih efektif dan efisien. Arikunto (2012:59) mengatakan
bahwa suatu alat evaluasi dikatakan baik apabila mampu mengevaluasi sesuatu dengan
hasil seperti keadaan yang dievaluasi.
Alat evaluasi adalah suatu alat yang digunakan untuk menilai dan mengevaluasi suatu
proses pembelajaran dengan hasil seperti keadaan yang dievaluasi. Evaluasi itu sendiri
adalah penilaian terhadap suatu proses secara sistematis dan berkelanjutan terhadap hasil
belajar untuk menentukan kualitas dan membantu pengembangan, implementasi,
kebutuhan, dan perbaikan suatu program. Adapun alat evaluasi yang dapat digunakan
yaitu tes dan nontes. Alat evaluasi tes dibagi menjadi tiga jenis, yaitu tes tertulis, lisan,
dan perbuatan. Sedangkan alat evaluasi nontes dapat dilakukan melalui pengamatan
(observasi), skala sikap, angket, catatan harian, dan daftar cek. Alat evaluasi
pembelajaran dapat digunakan melalui bantuan aplikasi onlineGoogle Form dan Quizizz.
Seorang pendidik dapat menggunakan berbagai aplikasi online untuk mendukung
tercapainya tujuan proses pembelajaran. Aplikasi online saat ini sudah banyak

51
berkembang. Aplikasi tersebut dapat dijadikan alat dalam proses pembelajaran agar
pembelajaran menjadi menarik.
Beberapa fungsi teknologi sebagai alat evalluasi pembelajaran dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1. Memberikan tugas latihan/ ulangan online melalui laman website.
2. Mengumpulkan pendapat orang lain melalui laman website.
3. Mengumpulkan berbagai data melalui halaman website.
4. Membuat formulir pendaftaran online untuk sekolah.
5. Membagikan kuesioner kepada orang-orang secara online.
Dengan menggunakan aplikasi sebagai alat evaluasi pembelajaran berbasis teknologi
ini, para pendidik bisa saja melaksanakan ujian karena memberi kemudahan seperti tidak
usah repot-repot mencetak lembaran soal dan lembaran jawaban yang akan digunakan
untuk ujian. Pendidik hanya perlu memasukkan soal-soal tersebut ke dalam aplikasi
secara lengkap dengan jawabannya. Peserta didik tidak perlu membolak balik lembaran
soal, karena sudah tersedia di dalam aplikasi. Mereka hanya perlu login pada link yang
telah diberikan oleh pendidik sebelumnya, maka keluarlah soal serta pilihan jawabannya.
Untuk hasil, pendidik bisa langsung dapat melihat score peserta didik setelah
dilaksanakannya ujian. Pendidik tidak perlu memeriksa satu persatu lembaran jawaban
karena sudah diperiksa secara otomatis menggunakan aplikasi yang ada.
2. Perbaikan Berkelanjutan
Pentingnya peningkatan pendidikan dalam proses pengajaran dan pelatihan serta
kualitas pengajaran dan pemanfaatan yang lebih baik dari fenomena TIK, menyebabkan
penyedia fasilitas pendidikan semakin berbenah untuk mengimplementasikan inovasi-
inovasi baru dalam proses belajar mengajar. Internet menjadi bagian penting dalam
pendidikan dan menjadi kegiatan tersendiri bagi peserta didik mengisi waktu luang, baik
dalam kesenangan berselancar dalam duania maya ataupun sebagai sarana dalam
meningkatkan proses pendidikan mereka (Ghaznavi, 2011).
Perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran merupakan hal yang
sangat penting. Adanya TIK dapat meningkatkan kualitas pendidikan dengan berbagai
cara (Talebian, 2014). Di sisi lain, dikatakan bahwa efektivitas pendidikan TIK
tergantung pada bagaimana mereka digunakan dan untuk tujuan apa. Dan seperti alat
pendidikan lainnya, TIK tidak bekerja untuk semua orang atau di semua tempat dengan
cara yang sama (Sarkar, 2012).
E-learning muncul sebagai strategi penting untuk menyediakan akses yang luas dan
mudah ke pendidikan berkualitas tinggi. Melalui e-learning, proses belajar-mengajar
dapat berlangsung berlangsung di pusat pelatihan, rumah, dan bahkan daerah terpencil
dan membangun kesempatan untuk belajar (Behnam, 2012), dengan beberapa
keuntungan, seperti:
52
- Akses tempat dan waktu, yang memungkinkan pengguna dapat mengikuti pelatihan dari mana
saja;
- Akses langsung ke berbagai sumber pelatihan dengan adanya perpustakaan digital yang dapat
diaks(es kapan dan di mana saja;
- Meningkatkan dimensi internasional layanan pendidikan dengan akses langsung ke pelbagai
sumber dari seluruh dunia (Talebian,2014).
Pengambilan keputusan telah digambarkan sebagai "kegiatan yang padat
pengetahuan dengan pengetahuan sebagai bahan baku, barang dalam proses, produk
sampingan dan barang jadi" (Holsapple, 2001). Namun, sampai saat ini kita memiliki
bukti empiris yang terbatas yang menunjukkan bentuk-bentuk pengetahuan apa saja yang
membentuk proses pengambilan keputusan, bagaimana pengetahuan tersebut diproduksi
dan digunakan, dan bagaimana para pemangku kepentingan yang berbeda
memformulasikan pengetahuan mereka, serta apa dampak dari pengetahuan yang berbeda
yang mereka bawa terhadap proses pengambilan keputusan. Isu-isu tersebut
menunjukkan bahwa prioritas utama dalam memahami sifat pengambilan keputusan
adalah memahami terlebih dahulu bagaimana pengetahuan yang melayani tujuan
pengambilan keputusan berevolusi seiring dengan kondisi manusia, teknologi, dan sosial
yang berbeda yang berinteraksi dan menciptakan kondisi yang membentuk sifat
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, kita perlu bergerak melampaui pandangan
pengambilan keputusan sebagai proses bertahap berdasarkan komponen-komponen
pengetahuan, untuk memahami pengambilan keputusan sebagai proses yang kompleks
dari berbagai kemungkinan pembelajaran (Antonacopoulou, 2003).
Sistem kolaboratif menawarkan fasilitas mulai dari mendukung kelompok pengambil
keputusan hingga mengkoordinasikan tim virtual. Semua teknologi ini dapat tersedia di
Web untuk mengurangi biaya, memungkinkan akses mudah ke informasi dan oleh karena
itu meningkatkan efisiensi. Dalam konteks ini, TIK seperti intranet dan ekstranet dapat
dibangun untuk memberikan dukungan keputusan (Antonacopoulou, 2003).
Perbaikan berkelanjutan dalam manajemen pendidikan melibatkan proses
perampingan, peningkatan pengumpulan dan analisis data, serta memberikan pengalaman
berlajar terbaik peserta didik. Teknologi informasi dan komunikasi berperan dalam tujuan
ini, khususnya dalam pendidikan dalam jaringan (daring), desain instruksional, dan
teknologi pendidikan.
Beberapa manfaaat dari peningkatan keberlanjutan dalam pendidikan tinggi, antara lain:
- Penyederhanaan proses: TIK membantu mengidentifikasi dan mengimplementasikan solusi
teknologi yang meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam proses pendidikan;
- Pengumpulan dan analisis data yang lebih baik: perangkat lunak modern untuk perguruan
tinggi memungkinkan para pendidik untuk mengumpulkan dan menganalisis data dengan

53
lebih efisien, memberikan wawasan yang bermakna tentang kinerja peserta didik dan
mengoptimalkan pembelajaran;
- Pembelajaran yang dipersonalisasi: sistem pembelajaran adaptif menggunakan data dan
analisis untuk mempersonalisasi pengalaman belajar bagi setiap peserta didik, menyesuaikan
kecepatan dan isi kurikulum untuk memenuhi kebutuhan mereka;
- Pengalaman belajar peserta didik yang lebih baik: peningkatan keberlanjutan dalam
teknologi pendidikan memastikan setiap peserta didik menerima pendidikan berkualitas
tinggi dan mempersiapkan mereka untuk bisa sukses memasuki lapangan pekerjaan di masa
depan.
Dalam menerapkan peningkatan berkelanjutan dalam manajemen pendidikan, dibutuhkan
strategi dan alat bantu, meliputi:
- Pengumpulan dan analisis data tentang kehadiran, hasil belajar, perilaku, dan indikator
kunci lainnya untuk membantu mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan;
- Pengembangan profesional: dengan memberikan pelatihan dan dukungan berkelanjutan
kepada para pendidik untuk memastikan mereka memiliki pengetahuan dan keterampilan
untuk menerapkan metode dan teknologi pengajaran yang baru;
- Integrasi teknologi: penggunaan alat dan platform digital dapat membantu pendidik untuk
mengumpulkan dan menganalisis data dengan lebih efisien, berkolaborasi antar kolega
dengan lebih mudah, dan memberikan pengalaman belajar yang lebih menarik dan
personal kepada peserta didik.
Dengan menggunakan pendekatan berbasis data dalam pengajaran dan pembelajaran,
perguruan tinggi dapat menciptakan budaya perbaikan yang berkelanjutan, sehingga dapat
memberikan pengalaman pendidikan yang terbaik bagi para peserta didik.

54
BAB 4

STUDI KASUS DAN CONTOH IMPLEMENTASI

1. Studi Kasus – Contoh implementasi TIK dalam berbagai Institusi Pendidikan


A. Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Kemajuan teknologi yang berkembang sangat pesat secara tidak langsung telah
memengaruhi segala aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang politik, ekonomi, budaya,
bahkah dalam bidang pendidikan.Kemajuan teknologi adalah sesuatu hal yang tidak bisa kita
hindari pada zaman yang sudah modern seperti saat ini, karena semakin majunya ilmu
pengetahuan maka semakin maju pula perkembangan teknologi. Kemajuan teknologi telah
memungkinkan terciptanya lingkungan belajar global yang berhubungan dengan jaringan
yang menempatkan siswa di tengah-tengah proses pembelajaran, dikelilingi oleh berbagai
sumber belajar dan layanan belajar elektronik.
Setiap teknologi pastinya mempunyai dampak positif maupun dampak negatif. Manfaat
positif yang bisa didapat dari kemajuan teknologi adalah memberikan kemudahan dalam
bidang pendidikan terutama sebagai salah satu sumber pengetahuan dan referensi dalam
belajar, namun selain memberikan manfaat positif, kemajuan teknologi juga dapat

55
memberikan dampak negatif yang bisa menjerumuskan ke dalam hal yang tidak baik,
sehingga harus berhati-hati dalam menggunakan teknologi.
Teknologi Informasi dan Komunikasi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan dan
teknologi secara umum adalah semua teknologi yang berhubungan dengan pengambilan,
pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, penyebaran, dan penyajian informasi. Jika dilihat
pada saat ini, perkembangan teknologi informasi terutama di Indonesia semakin berkembang.
Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan kita untuk belajar
dan mendapatkan informasi yang kita butuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dimana saja.
Dalam dunia pendidikan perkembangan teknologi informasi mulai dirasa mempunyai
dampak positif karena dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pendidikan mulai
memperlihatkan perubahan yang cukup signifikan. Saat ini jarak dan waktu tidaklah menjadi
masalah yang berarti untuk mendapatkan ilmu, berbagai aplikasi sudah tercipta untuk
memfasilitasi kegiatan belajar mengajar. Adapun pengaruh positif penggunaan teknologi
dalam dunia pendidikan di Indonesia diantaranya, sebagai sumber ilmu dan pusat pendidikan,
munculnya media massa khususnya media elektronik seperti jaringan internet, media online,
laboratorium komputer di sekolah, dan lain-lain sangat membantu baik bagi pendidik
maupun peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran.
Dampak dari hal ini adalah guru bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan,
sehingga siswa dalam belajar tidak perlu terlalu terpaku terhadap informasi yang
disampaikan oleh guru, tetapi juga bisa mengakses materi pelajaran langsung dari internet.
Oleh karena itu, guru disini bukan hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Munculnya metode-metode pembelajaran baru yang memudahkan siswa dan guru
dalam proses pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi, tentunya akan diiringi dengan
terciptanya metode-metode baru dan dengan kemajuan teknologi tersebut diharapkan siswa
mampu memahami dengan baik materi-materi yang sifatnya masih abstrak. Sistem
pembelajaran tidak harus melalui tatap muka, dengan adanya kemajuan teknologi proses
pembelajaran tidak harus mempertemukan siswa dengan guru, tetapi juga bisa menggunakan
jasa internet dan lainlain.
Adanya sistem pengelolaan data hasil penilaian dengan teknologi, dengan menggunakan
media teknologi seperti komputer akan memudahkan guru dalam mengelola data hasil
pembelajaran. Pemenuhan kebutuhan akan fasilitas pendidikan dapat dipenuhi secara cepat.
Dalam bidang pendidikan tentu banyak hal dan bahan yang harus dipersiapkan untuk
melaksanakan proses belajar dan mengajar, misalnya penggandaan soal ujian, dengan adanya
mesin fotocopy akan memudahkan dan mempercepat penggandaan soal ujian.
Dengan perkembangan teknologi, semuanya itu dapat dilakukan secara singkat. Ada
beberapa manfaat yang diperoleh dari perkembangan teknologi, yaitu pembelajaran akan

56
lebih efektif dan menarik, dapat membantu guru dalam menyampaikan materi melalui media
visual/audio visual, penggunaan waktu akan lebih efisien, menciptakan suasana baru dalam
proses pembelajaran. Selain pengaruh positif, ada pula pengaruh negatif teknologi terhadap
dunia pendidikan di Indonesia, diantaranya siswa menjadi malas belajar, dengan adanya
kemajuan teknologi seharusnya dapat memudahkan siswa dalam belajar, seperti penggunaan
gadget, laptop dengan jaringan internet, hal inilah yang membuat siswa menjadi pribadi yang
malas belajar, terkadang banyak diantara mereka yang hanya menghabiskan waktu untuk
internetan yang hanya mendatangkan kesenangan semata bukan untuk menambah
pengetahuan, seperti bermain game online, facebook, youtube, instagram, twitter,Tik Tok,
dan lain lain yang semuanya itu akan berpengaruh terhadap minat belajar siswa.
Terjadinya pelanggaran asusila, sering kali kita melihat di televisi maupun media cetak
sangat banyak terjadi kasus pelanggaran asusila yang dilakukan oleh pelajar ataupun
korbannya adalah pelajar.Itu semua bermula dari kemajuan teknologi baik facebook, youtube
ataupun yang lainnya. Timbulnya perilaku menyimpang, seperti adanya siswa yang hanya
menghabiskan waktu untuk bermain game online, facebook, chating, sehingga waktu yang
seharusnya digunakan belajar akan habis terbuang sia-sia (Kristiawan, 2015). Upaya yang
dapat dilakukan dalam mengatasi dampak negatif perkembangan teknologi dalam dunia
pendidikan di Indonesia antara lain: pertama, mempertimbangkan pemakaian teknologi dan
alat komunikasi dalam pendidikan, khusunya untuk anak di bawah umur yang masih
memerlukan pengawasan ketika melakukan pembelajaran dengan teknologi informasi;
kedua, tidak menjadikan teknologi informasi dan komunikasi sebagai media satu-satunya
dalam proses pembelajaran; ketiga, pihak pendidik baik guru, dosen, maupun orang tua
memberikan pelajaran etika dalam berteknologi agar dapat menggunakan teknologi secara
bijak tanpa meninggalkan etika (Kristiawan dkk, 2017).
Pemerintah sebagai pengendali sistem informasi dan pemangku kepentingan,
seharusnya pemerintah lebih tegas terhadap para pemilik perusahaan seperti: facebook,
instagram, youtube, twitter, dan lain-lain dengan membuat peraturan yang membatasi akses
informasi terhadap anak-anak di bawah umur.
B. Hambatan dalam Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Perkembangan teknologidi zaman milineal seperti sekarang memang memiliki banyak


sekali manfaat, khususnya pada bidang pendidikan.Oleh sebab itu, banyak sekali orang yang
ingin menguasai dan memanfaatkan perkembangan teknologi. Namun, tidak bisa dipungkiri
pemanfaatan TIK di dalam sektor pendidikan memiliki beberapa kendala, di antaranya:
1. Kurangnya pengadaan infrastruktur TIK.
Hal ini disebabkan sulit dijangkaunya beberapa daerah tertentu di Indonesia, sehingga
penyebarannya tidak merata. Masih banyak daerah yang sulit dijangkau oleh alat
transportasi. Untuk mencapai daerah yang dituju, hanya dapat ditempuh dapat dengan

57
jalan kaki. Sedangkan dengan berjalan kaki, tidak memungkinkan untuk membawa
berbagai peralatan multimedia.
2. Masih digunakannya perangkat multimedia bekas di lembaga-lembaga pendidikan yang
terdapat di daerah pedesaan. Perangkat multimedia bekas ini tentunya masih
menggunakan spesifikasi yang sudah tertinggal zamannya, sehingga penggunaannya
tidak mampu bersaing dengan laju perkembangan TIK yang begitu pesat.
3. Kurangnya infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukum yang mengaturnya. Sebab,
Cyber Law belum diterapkan di dunia hukum Indonesia.
4. Mahalnya biaya pengadaan dan penggunaan fasilitas TIK. Hal ini dikembalikan lagi
kepada pemerintah. Dapat kita lihat pemerintah masih sedikit mengalokasikan dana untuk
pengadaan fasilitas TIK yang dapat menunjang pendidikan Indonesia. Sebagai contoh,
pengadaan fasilitas di daerah pedesaan masih sangat minim. Sementara di kota sudah
hampir merata, terutama di lembaga-lembaga pendidikan unggulan.

C. Solusi atas Pemasalahan Perkembangan Teknologi Pendidikan di Indonesia

Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut, diperlukan langkah-langkah penyelesaian


yang sekaligus berfungsi sebagai prasyarat keberhasilan penerapan TIK dalam
pembelajaran.Menurut Mahmud (2008:13) dalam bukunya yang berjudul ICT Untuk
Sekolah Unggul, terdapat beberapa persyaratan agar dapat menerapkan pembelajaran
berbasis teknologi informasi dan komunikasi, yaitu tersedianya sarana prasarana yang
menunjang pembelajaran berbasis TIK. Lebih lanjut dijelaskan beberapa persyaratan
yang harus dipenuhi dalam menerapkan pembelajaran berbasis TIK yaitu sebagai berikut:
1. Guru dan siswa harus memiliki akses terhadap teknologi digital dan internet dalam kelas,
sekolah, dan lembaga pendidikan. Ini berarti sekolah harus memiliki sarana prasarana
yang memadai yang berkaitan dengan teknologi informasi dan komunikasi, seperti
tersedianya komputer/laptop, jaringan internet, laboratorium komputer, peralatan
multimedia seperti CD, DVD, dan infocus.
2. Harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan kultural bagi guru dan
siswa. Materi-materi ini dapat berupa materi pembelajaran interaktif yang berbantuan
computer/laptop, seperti CD, DVD dan infocus dalam pembelajaran interaktif.
3. Guruharus memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menggunakan alat-alat dan
sumber-sumber digital dalam kegiatan belajar mengajar agar tercapai Standar Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM).
4. Harus tersedianya anggaran atau dana yang cukup untuk untuk mengadakan,
mengembangkan dan merawat sarana prasarana Teknologi Informasi dan Komunikasi
tersebut.
5. Dan yang tidak kalah penting adalah, adanya kemauan dan dukungan dari semua pihak,
dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan peserta didik untuk menerapkan pembelajaran
dengan dukungan teknologi komunikasi dan informasi tersebut.

58
D. Implementasi TIK dalam bidang Pendidikan
Seperti yang sama-sama kita ketahui di masa pandemi COVID-19 ini mengharuskan
peserta didik untuk belajar dalam jaringan (Daring). Ada banyak cara untuk belajar
online yaitu menggunakan teknologi digital seperti Google Classroom, Zoom, video
converence, WhatsApp atau live chat dan lainnya. Berikut ini contoh implementasi atau
penerapan teknologi dalam pendidikan:
1. Media Pembelajaran Online
Teknologi dapat dimanfaatkan untuk menarik minat siswa dalam belajar sehingga
pembelajaran lebih efektif dan efisien. Saat ini marak pembelajaran berbasis internet,
seperti web-learning, e-learning atau pembelajaran online melalui video, terlebih lagi di
masa pandemi COVID-19 seperti saat ini. Sehingga ini menjadi peluang bagi bimbel
online untuk membantu peserta didik yang tengah belajar daring. Tetapi perlu diingat,
tidak semua bimbel online itu bagus, jadi kalian harus bisa memilih bimbel online
terbaik yang telah direkomendasikan oleh banyak orang. Contoh learning management
system (LMS) yaitu Google Classroom, Moodle, Edmodo.
2. Alat Administratif

Teknologi dapat dimanfaatkan sebagai alat administratif. Salah satu manfaat


teknologi digital adalah sebagai perbaikan kefektifan perorganisasian lembaga
pendidikan. Dengan menggunakan komputer atau laptop, sebagai salah satu produk
teknologi digital, dapat memudahkan lembaga pendidikan untuk mengelola data
administrasi, meliput data siswa, guru, maupun data sekolah itu sendiri.
3. Sumber Belajar

Saat ini peserta didik banyak mendapatkan kemudahan dalam belajar. Salah
satunya dengan tersedianya e-book yang mudah untuk didapatkan. Siswa tidak perlu lagi
membeli buku di toko-toko untuk mendapatkan sumber belajar. Siswa hanya cukup
mendownload ebook yang sudah tersedia di internet.
4. PPDB Online

Penerimaan Perserta Didik Baru (PPDB) saat ini dapat dilakukan secara online.
Tentunya itu sangat efektif bagi calon siswa yang jauh dari sekolah yang ingin
didaftarkan. Peserta didik dapat melakukan pendaftaran secara online melalui website.
Calon siswa hanya perlu datang ke sekolah jika ia diterima atau ada pengurusan
administrasi. Hal ini dapat menghemat waktu dan memudahkan peserta didik dan orang
tua.

59
5. CBT Sistem Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)

Computer Based Test atau CBT memang seharusnya diberlakukan pada sistem
Ujian Nasional (UN) di Indonesia. Pada dasarnya, sistem ini tidak hanya untuk
pengembangan teknologi saja, namun juga efisien dan lebih hemat dibanding
dengan Paper Based Test yang harus mencetak soal ke dalam bentuk kertas. Dan juga
biaya untuk pengiriman soal-soal ke beberapa sekolah tidak murah. Pemanfaatan
teknologi seperti CBT sangat meringankan. Manfaat yang didapat banyak sekali, siswa
turut terbantu karena mereka sudah tidak perlu fokus untuk menghitamkan kertas
jawaban.
6. Perpustakaan Online
Perpustakaan yang memiliki E-Library dapat memudahkan pengunjung untuk
mencari letak buku yang diinginkan. Pustakawan hanya perlu menginput nomor rak dan
merapikan buku-buku sesuai rak. Selain itu juga, pustakawan dapat dengan mudah
melacak buku-buku yang dipinjam oleh pengunjung.
7. Absensi Siswa dengan Sidik Jari
Sistem ini dapat memudahkan sekolah atau universitas untuk mencatat
kedatangan peserta didik, pengajar maupun staff. Sehingga pihak penanggung jawab
dapat memantau kedisplinan. Sistem ini juga dapat diintegrasikan dengan SMS Gateway
atau aplikasi. Apabila ada peserta didik, pengajar ataupun staff yang beberapa kali tidak
masuk akan diberi peringatan melalui SMS ke HP yang bersangkutan.

8. Adanya sistem informasi akademik


Melalui perkembangan teknologi kini menghadirkan sistem informasi akademik
yang lebih canggih dan serba otomatis. Sistem informasi akademik ini meliputi jadwal,
penilaian, hingga absensi otomatis yang memudahkan pengelolaan informasi lebih mudah
dan cepat.

E. Implementasi Digitalisasi Melalui Pemanfaatan dan Integrasi TIK Dalam


Pendidikan
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terus berkembang sangat pesat dan
memberikan dampak terhadap berbagai sektor, termasuk sektor pendidikan. MB Longhua
mendeskripsikan bahwa integrasi TIK dalam pendidikan dapat meningkatkan motivasi
peserta didik dalam belajar, menambah antusiasme dan partisipasi aktif di kelas,
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya serta meningkatkan rasa tanggung
jawab dan juga kolaborasi. “Dengan adanya TIK, peserta didik tidak harus terpaku
belajar pada tempat dan waktu yang telah ditentukan. Saat senggang dan sedang berada di
tempat umum mereka tetap bisa belajar melalui perangkat yang mereka miliki,” kata
Jumeri (17/9).

60
Selain itu, kini sumber bahan ajar para tenaga pendidik tidak hanya bisa didapat dari
buku yang tercetak secara manual, namun juga bisa dilakukan melalui TIK yang bisa
dijadikan sebagai sumber bahan ajar. Melalui perkembangan TIK ada banyak bahan ajar
yang bisa didapat dari seluruh belahan dunia, sehingga ilmu yang didapat pun lebih
banyak dan lebih luas.
“Sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran, TIK membuat proses belajar mengajar
jadi lebih inovatif dan menyenangkan. Selain itu juga dinilai efektif karena lebih modern,
belajar bisa dilakukan dimana saja termasuk secara online menggunakan internet,
mengakses website, blog, forum ataupun aplikasi yang kini banyak tersedia di internet,”

61
BAB 5

ISU DAN TANTANGAN

1. Tantangan TIK dalam Pendidikan


Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) begitu cepat dan
kemajuannya yang begitu pesat tidak bisa dihindarkan oleh siapapun. Perangkat
teknologi seperti komputer, gadget seluler, dan internet sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari dan menggunakan teknologi itu bukan lagi barang mewah bagi kita, tetapi
suatu keharusan. Perkembangan TIK yang cepat berpengaruh besar terhadap semua
bidang kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Menurut Abidin (2016),
dengan adanya inovasi pada TIK, maka orang dengan cepat dapat belajar dan
penyampaian informasi menjadi lebih mudah. Fungsi TIK itu lebih dari sekadar
mentransfer materi pembelajaran ke lingkungan digital karena mereka diharapkan dapat
menyediakan komunikasi, kerja sama, dan metakognisi.

Sehubungan dengan itu, maka penting sekali bagi pendidik untuk menguasai dan
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran. Di samping itu, menguasai dan memanfaatkan
TIK dalam pembelajaran adalah tuntutan kompetensi guru sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 tentang Kualifikasi dan
Kompetensi Guru, bahwa guru harus memiliki kompetensi profesional, pedagogik,
kepribadian, dan sosial. Pada kompetensi profesional dijelaskan bahwa sekurang-
kurangnya seorang guru harus, di antaranya, menguasai dan memanfaatkan TIK dalam
pembelajaran. Dikatakan dalam prinsip pembelajaran kurikulum 2013 bahwa
pemanfaatan TIK untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran.

Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan salah satu kekuatan


pendorong dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas tinggi dan unggul. TIK dapat
meningkatkan mutu pengajaran, pembelajaran, dan manajemen di sekolah sehingga
membantu meningkatkan standar (Livingstone, 2012). Saat ini, seiring dengan
perkembangan dan kemajuannya, TIK mampu memberikan solusi dan layanan baru
untuk kegiatan pendidikan. TIK dapat menawarkan alat baru untuk meningkatkan
pengetahuan. Penggunaan TIK dalam pendidikan telah meningkatkan minat peserta
didik. Meskipun alat TIK semakin populer, banyak guru masih memiliki tantangan untuk
mengintegrasikan alat TIK dalam kegiatan pembelajaran (Nikolopoulou dan Gialamas,
2016). Walaupun Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sekarang menjadi alat
yang berguna di lingkungan pendidikan, tetapi masih banyak guru yang berjuang untuk
mengintegrasikan teknologi dalam praktik mengajar mereka. Pertanyaannya, apa

61
tantangan utama pemanfaatan TIK dalam pembelajaran? Bagaimana upaya untuk
mengatasi kendala dalam pemanfaatan TIK dalam pembelajaran?
2. Kendala Pemanfaatan TIK
Kendala utama dalam pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)
dalam pembelajaran yang dihadapi guru di sekolah adalah sarana dan prasarana
pendukung yang terbatas. Sarana dan prasarana yang dimaksud adalah komputer, laptop,
dan infokus. Kendala berikutnya yang cukup tinggi mempengaruhi guru memanfaatkan
TIK dalam pembelajaran adalah ketersediaan jaringan internet dan sinyal. Selanjutnya
kendala berikutnya adalah ketersediaan listrik. Pengetahuan teknis guru tentang teknologi
informasi dan komunikasi yang terbatas menjadi kendala berikutnya dalam pemanfaatan
TIK untuk pembelajaran di kelas. Kemudian, ketakutan dan pertimbangan dampak
negatif dari penggunaan alat berupa handphone (HP) dan laptop di sekolah menjadi
kendala guru memanfaatkan TIK dalam pembelajaran di kelas. Atas pertimbangan
ketakutan penyalahgunaan alat TIK tersebut, sekolah mengeluarkan kebijakan melarang
guru membawa HP ke sekolah. Kendala terkecil penghambat guru memanfaatkan TIK
adalah terkait pengelolaan data.

Selain kekurangan tersebut, masih ada jenis kekurangan lainnya yang


dikemukakan oleh beberapa peneliti sebelumnya, seperti kurangnya waktu, kurangnya
pelatihan TIK, kurangnya kesempatan mengembang diri dan lain sebagainya. Tantangan
yang paling umum lainya dilaporkan oleh para guru, misalnya, kurangnya waktu mereka
miliki. Mereka tidak punya cukup waktu untuk merencanakan pelajaran teknologi yang
luar biasa atau menjelajahi berbagai aspek world wide web (www) atau perangkat lunak.
Sebagian guru berkomentar bahwa dibutuhkan lebih banyak waktu untuk merancang
proyek yang mencakup penggunaan teknologi baru daripada menyiapkan pelajaran untuk
mengajar dengan cara tradisional dengan buku dan lembar kerja. Nikolopoulou dan
Gialamas (2016) mengelompokkan tantangan penggunaan TIK dalam proses
pembelajaran dari tiga aspek, yaitu kurangnya dukungan (lack of support), kurangnya
kepercayaan (lack of confidence), dan kurangnya perlengkapan (lack of equipment).

1. Kurangya Dukungan
Para guru di sekolah sering merasakan banyak tekanan dari para pemimpin
sekolah untuk menggunakan TIK dalam pengajaran mereka (Wikan dan Molster, 2011).
Untuk memiliki integrasi TIK yang sukses dalam pengajaran, maka kepala sekolah perlu
memberikan dukungan yang tepat kepada para guru; pertama, mengintegrasikan
penggunaan TIK perlu diintegrasikan ke dalam kurikulum dan guru harus memiliki
rencana yang jelas untuk menggunakan TIK dalam pengajaran. Kedua, kepemimpinan
sekolah perlu memiliki visi dan misi yang jelas untuk mengintegrasikan teknologi dan
memiliki rencana untuk mewujudkannya dan berinvestasi dalam TIK untuk pembelajaran

62
di kelas. Ketiga, pemerintah perlu mengalokasikan investasi infrastruktur pendidikan
yang mendorong penggunaan TIK.

Sementara itu, terkait kurangnya ketersediaan jaringan, listrik, dan sarana


pendukung lainnya, yang meliputi ketersediaan komputer, laptop, dan infokus menjadi
kendala kurangnya perlengkapan (lack of equipment). Sebenarnya masalah jaringan bisa
dimasukkan dalam kategori kurangnya dukungan dari manajemen sekolah. Sekolah
harusnya menyediakan anggaran untuk mengadakan fasilitas internet di sekolah. Bila
dikaitkan dengan program gerakan literasi sekolah, indikator bahwa sekolah sudah
menjalankan program literasi digital adalah tersedianya fasilitas internet di sekolah.

2. Kurangnya Kepercayaan
Guru menghadapi banyak tantangan ketika mencoba untuk mengintegrasikan TIK
dalam pengajaran mereka dan beberapa di antaranya adalah pengetahuan, keterampilan,
kepercayaan, dan sikap mereka (Papanastasiou dan Angeli, 2008). Menurut
Papanastasiou dan Angeli (2008), kepercayaan dan sikap adalah faktor penting
bagaimana guru menggunakan TIK dalam kegiatan mengajar. Dengan demikian, sikap
guru terhadap TIK merupakan faktor penting ketika menerapkan TIK dalam pengajaran.
Bukti empiris untuk mengklaim bahwa kepercayaan guru tentang praktik mengajar
adalah penting dalam menjelaskan mengapa guru mengadopsi teknologi digital untuk
pengajaran. Ward dan Parr (2010) menunjukkan bahwa guru yang memahami manfaat
menggunakan teknologi digital untuk mengajar dan belajar lebih mungkin menggunakan
teknologi digital di sekolah. Menurut Basak dan Govender (2015), satu sikap yang
dimiliki para guru, di semua tingkatan, adalah kurangnya kepercayaan untuk
menggunakan TIK dalam pengajaran mereka. Banyak guru takut menggunakan TIK
dalam pengajaran mereka dan menjadi cemas ketika harus menggunakan pengetahuan
TIK mereka. Selain itu, banyak guru juga kurang pengetahuan tentang manfaat TIK
dalam pendidikan (Mirzajani et al., 2016). Jika mereka tidak memiliki pemahaman yang
baik tentang manfaat potensial menggunakan TIK dalam mengajar, mereka mungkin
tidak memiliki motivasi untuk mengintegrasikan TIK dengan kegiatan pengajaran.

3. Kurangnya Perlengkapan
Ditemukan bahwa sebagian besar lembaga memiliki komputer. Tetapi komputer
sangat sedikit dan sebagian besar waktu mereka sedang digunakan oleh siswa yang
menawarkan ilmu komputer dan teknologi informasi (IT) meninggalkan sisa siswa dan
guru dalam dilema. Berbagai penelitian menunjukkan beberapa penelitian alasan
kurangnya akses ke teknologi. Dalam studi Sicilia, guru mengeluh tentang bagaimana
sulitnya memiliki akses komputer. Guru mengidentifikasi kekurangan jumlah komputer,
peripheral , jumlah salinan perangkat lunak, dan kurangnya akses internet simultan
sebagai hambatan utama untuk implementasi TIK di Indonesia institusi pendidikan.

63
Menurut Balanskatet al. (2006), aksesibilitas sumber daya TIK tidak menjamin
keberhasilan implementasi dalam pengajaran, dan ini bukan hanya karena kurangnya
sarana dan prasarana TIK tetapi juga karena masalah lain seperti kurangnya perangkat
keras yang berkualitas tinggi, pendidikan yang sesuai perangkat lunak, dan akses ke
sumber daya TIK.
Dari sekian banayak masalah yang dihadapi dunia pendidikan salah satunya
adalah tentang perkembangan lmu teknologi. Pesatnya perkembangan dunia teknologi
juga berdampak pada semua bidang kehidupan manusia. Tidak terkecuali di dunia
pendidikan. Di dunia pendidikan juga mendapatkan dampak yang cukup signifikat.
Banyak pengaruh yang disebabkan karena dampak dari perkembangan ilmu teknologi
yang begitu cepat. Banyaknya dampak yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu
teknologi mangakibatkan bertambahnya permasalahan di dunia pendidikan sekarang ini.
Permasalahan tersebut juga dialami hampir semua komponen unsur di dunia
pendidikan. Diantaranya adalah siswa, gruru, tujuan pendidikan, dan materi yang
diberikan dalam pendidikan. Siswa juga dituntut untuk dapat menguasai materi teknologi
selain juga harus menguasai materi pokok. Sedangkan materi pendidikan juga mau tidak
mau harus mengikuti perkembangan jaman. Sehingga banyak mengalami perubahan yang
juga menimbulkan permasalahan baru.
Permasalahan-permasalahan tersebut hingga kini masih di upayakan
pemecahannya. Meski pihak-pihak yang bersangkutan tau akan timbulnya permasalahan
baru ketika satu permasalahan dapat terpecahkan. Tetapi mereka tidak pernah menyerah
dalam mencari solusi dari setiap masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan. Karena
permasalahan di dunia pendidikan akan terus ada selama terus berkembangnya peradaban
manusia.
Semua permasalahan itu tentu tak lepas juga dari persiapan guru sebelum
melakukan proses belajar mengajar. Tentu persiapan-persiapan itu juga tidak mudah
seperti halnya permasalhan yang dihadapi. Persiapan itu juga cukup rumit untuk
mencapai hasil yang terbaik dalam kegiatan belajar mengajar. Terlebih jika tujuan jangka
panjang yang kita capai, memerlukan tidak sedikit ilmu kewaspadaan dan lain-lain.
Persiapan-persiapan itu dapat berbentuk beraneka ragam. Tiap-tiap daerah
mempunyai gambaran sendiri sesuai dengan kondisi daerah tersebut, sesuai dengan
pertimbangan-pertimbangan praktis yang menjadi alasan. Para pembuat persiapan
tersebut tidak memiliki perbedaan pendapat antara satu dengan yang lain dalam membuat
persiapan belajar mengajar. Mereka sadar akan betapa pentingnya suatu persiapan
tertulis. Persiapan tersebut merupakan alat bantu dari proses kegiatan belajar mengajar
yang baru mempunyai arti jika sudah dilaksanakan dengan baek dan juga mempunyai
hasil yang baik.

64
3. Masalah Etika Dan Sosial Dalam Sistem Informasi
1. Memahami Isu Etika dan Sosial yang Terkait dengan Sistem Informasi
Etika berasal dari Yunani Kuno: “ethikos”, yang berarti “timbul dari kebiasaan”
adalah prinsip benar dan salah yang dapat digunakan oleh individu yang bertindak
sebagai agen moral yang babeas membuat pilihan untuk mengerahkan perilakunya. Etika
adalah suatu kepercayaan atau pemikiran yang mengisi individu, keberadaannya bisa
dipertanggung jawabkan terhadap masyarakat. Etika pun memiliki landasan hukum
dalam penggunaan teknologi informasi yang tersirat di UU ITE tahun 2008, BAB II asas
tujuan pasal 3, yang berbunyi :
“pemanfaatan teknologi informasi dan transaksi elektronik dilaksanakan berdasarkan
asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik dan kebebasan memilih
teknologi atau netral teknologi”
Isu etika dalan sistem informasi menjadi sesuatu yang baru dan penting dengan
munculnya internet dan E–commerce. Teknologi internet dah perusahaan digital
membuat lebih mudah untuk mengumpulkan, mengintegrasikan, dan mendistribusikan
informasi, terlepas dari perhatian baru tentang penggunaan informasi pelanggan dengan
tepat, perlindungan privacy personal, dan perlindungan kepemilikan intelektual.

Moral adalah tradisi kepercayaan mengenai perilaku benar dan salah yang diakui
oleh manusia secara universal. Perbedaannya bahwa etika akan menjadi berbeda dari
masyarakat satu dengan masyarakat yang lain.
Tidak seperti moral, etika dapat sangat berbeda dari satu masyarakat ke
masyarakat lain. Kita melihat perbedaan ini di bidang komputer dalam bentuk perangkat
lunak bajakan (perangkat lunak yang digandakan secara illegal lalu digunakan atau
dijual). Pada tahun 1994 diperkirakan 35% perangkat lunak yang digunakan di Amerika
Serikat telah dibajak, dan angka ini melonjak menjadi 92% di Jepang dan 99% di
Thailand. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa para pemakai komputer di Jepang
dan Tailand kurang etis dibandingkan pemakai Amerika Serikat. Namun tidak pasti
demikian. Beberapa kebudayaan, terutama di negara-negara Timur yang menganjurkan
sikap berbagi.

2. Apa itu Teknologi Sistem Informasi?


Teknologi Sistem Informasi (TSI) atau Technology Information System adalah teknologi
yang tidak terbatas pada penggunaan sarana komputer, tetapi meliputi pemrosesan data,
aspek keuangan, pelayanan jasa sejak perencanaan, standar dan prosedur, serta organisasi
dan pengendalian sistem catatan (informasi).

65
Dalam bidang teknologi informasi, tentunya etika menjadi sangat penting khususnya di
era informasi seperti sekarang ini. Para pelaku dunia IT harus mengetahui etika dalam
penggunaan Teknologi Sistem Informasi.
3. Etika untuk pembuat teknologi informasi
Pembuat adalah orang yang menciptakan teknologi informasi, biasanya adalah lembaga
besar dengan para ahli-ahli teknologi di beberapa bidang namun tidak menutup
kemungkinan dilakukan secara individu, dalam membuat teknologi informasi tentu harus
memperhatikan etika IT yaitu tidak menjiplak atau mengambil ide/ info dari orang lain
secara ilegal, salah satu contohnya adalah kasus dimana apple mengugat samsung
dikarenakan bentuk produk yang dimuliki samsung memiliki bentuk yang menyerupai
produk apple, dan setelah dilakukan persidangan akhirnya dimenangkan oleh pihak dari
apple.

4. Etika untuk pengelola teknologi informasi


Pengelola adalah orang yang mengelola teknologi informasi, misalnya adalah provider
telekomunikasi, etika bagi pengelola adalah merahasiakan data pribadi yang dimiliki oleh
client mereka, selain itu juga tidak melakukan pelanggaran perundang-undangan ITE

5. Etika untuk pengguna teknologi informasi


Pengguna adalah orang yang menggunakan teknologi informasi untuk membantu
menyelesaikan masalah dan mempermudah pekerjaan mereka, etika bagi pengguna
adalah tidak melakukan atau menggunakan apliksi bajakan yang dapat merugikan
pembuat, menghormati hak cipta yang milik orang lain, tidak merusak teknologi
informasi, contohnya adalah bila mengutip tulisan dari blog atau halaman lain yang
dimasukan kedalam blog pribadi,maka diharuskan untuk menulis atau mencantumkan
backlink sebagai bentuk pertangungjawaban atas kutipan yang telah dilakukan.
Kita menyadari perlunya manajemen puncak menetapkan budaya etika
menyeluruh di perusahaan. Budaya ini menyediakan kerangka kerja etika, seperti halnya
kode etika dari berbagai asosiasi profesional di bidang sistem informasi. Etika
mempengaruhi bagaimana para spesialis informasi melaksanakan tugas mereka Dengan
demikian tanggung jawab CIO untuk mencapai etika pada sistem yang dibuat dan pada
orang-orang yang membuatnya. Untuk memenuhi tanggung jawab tersebut CIO dapat
mengikuti strategi yang terencana dengan baik.

6. Etika dalam sebuah Lingkungan Masyarakat Informasi


Berikut 10 etika komputer menurut Computer Ethics Institute :
1) Tidak menggunakan komputer untuk membahayakan orang lain;
2) Tidak boleh memata-matai file orang lain;
3) Tidak boleh mengintervensi perkerjaan komputer orang lain;
4) Tidak boleh menggunakan komputer untuk mencuri;

66
5) Tidak boleh menyebarkan berita bohong;
6) Tidak boleh membajak atau mengkopi software berbayar;
7) Tidak boleh mengakses atau menggunakan komputer orang lain tanpa ijin yang
bersangkutan;
8) Tidak boleh melanggar hak cipta atau hak milik untuk karya dan pemikiran orang
lain;
9) Tidak boleh lepas tanggung jawab tentang dampak yang ditimbulkan oleh program;
10) Menggunakan komputer dengan tetap menghargai orang lain.

7. Dimensi Moral pada Sistem Informasi


Pengenalan TI baru memiliki efek beragam, memunculkan isu etika, sosial dan politik
baru yang harus dihadapi oleh individu, masyarakat dan negara. Isu ini memiliki 5
dimensi moral :

1. Hak dan kewajiban informasi: Apakah hak informasi yang dimiliki oleh individu dan
organisasi yang berkaitan dengan informasi tentang mereka? Apa yang dapat mereka
lindungi? Kewajiban apa yang dimiliki oleh individu dan organisasi berkaitan dengan
informasi ini?
2. Hak Kepemilikan: Bagaimana hak kepemilikan intelektual tradisional dilindungi dalam
masyarakat digital dimana bertanggung jawab terhadap kepemilikan adalah sulit, dan
mengabaikan hak kepemilikan adalah sangat mudah?
3. Akuntabilitas dan kontrol: Siapa yang dapat dan akan bertanggung jawab pada kejahatan
individu dan informasi kolektif dan hak kepemilikan?
4. Kualitas sistem: Standar data dan kualitas sistem seperti apa yang diinginkan untuk
melindungi hak individu dan keamanan masyarakat?

67
5. Kualitas kehidupan: Nilai yang harus dipelihara dalam masyarakat yang berbasis
informasi dan ilmu. Kebiasaan seperti apa yang tidak boleh dilanggar? Praktek dan nilai
budaya apa yang didukung oleh teknologi informasi yang baru?

4. Tantangan Etika Dalam Penggunaan Teknologi Informasi


Tantangan Etika dalam Penggunaan Teknologi Informasi mencerminkan dilema
kompleks yang timbul akibat perkembangan pesat teknologi digital. Saat teknologi
informasi semakin meresap ke dalam hampir setiap aspek kehidupan kita, pertanyaan etis
yang mendalam muncul mengenai bagaimana teknologi ini digunakan, memengaruhi
masyarakat, dan mempengaruhi hak-hak individu. Dalam era di mana data dapat
dikumpulkan, disimpan, dan dianalisis dengan sangat canggih, tantangan privasi dan
perlindungan data menjadi pusat perhatian. Bagaimana perusahaan dan entitas lain
mengelola data pribadi dan menghormati privasi individu menjadi pertanyaan etika yang
mendesak. Selain itu, teknologi informasi memungkinkan penyebaran berita palsu,
disinformasi, dan ujaran kebencian dengan cepat, memicu kekhawatiran tentang
dampaknya pada kebenaran, kerukunan sosial, dan stabilitas politik. Tantangan lain
adalah ketidaksetaraan akses terhadap teknologi informasi, yang dapat memperdalam
kesenjangan sosial dan ekonomi. Sementara banyak orang dapat mengambil manfaat dari
akses digital, beberapa komunitas mungkin tertinggal tanpa akses yang sama,
mengakibatkan ketidaksetaraan dalam kesempatan pendidikan, pekerjaan, dan layanan
publik.

Selain itu, perdebatan etis juga muncul dalam konteks kecerdasan buatan dan
otomatisasi. Pertanyaan tentang tanggung jawab jika keputusan diambil oleh algoritma,
dampak pada pekerjaan manusia akibat otomatisasi, dan potensi diskriminasi dalam
sistem kecerdasan buatan menjadi perhatian yang memerlukan pemikiran mendalam.
Tantangan etika dalam penggunaan teknologi informasi juga melibatkan pemberdayaan
teknologi dalam pengawasan massal, perlindungan hak cipta dan hak kekayaan
intelektual, serta pertimbangan tentang bagaimana teknologi ini dapat mendukung atau
mengancam kebebasan berbicara dan ekspresi.

Dalam menghadapi semua tantangan ini, penting untuk memprioritaskan nilai-


nilai etika, hak asasi manusia, dan dampak sosial positif dalam pengembangan,
penerapan, dan penggunaan teknologi informasi. Regulasi yang bijaksana, kesadaran
publik yang lebih tinggi, transparansi dalam praktik teknologi, dan partisipasi aktif dalam
diskusi etika adalah langkah-langkah penting dalam mengatasi tantangan ini dan
memastikan bahwa teknologi informasi memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi
masyarakat secara keseluruhan. Tantangan etika dalam teknologi telah menjadi isu yang
semakin mendalam seiring dengan perkembangan pesat dalam bidang teknologi. Berikut
adalah beberapa tantangan utama dalam etika teknologi:

68
a. Privasi dan Perlindungan Data

Teknologi seperti internet, sensor, dan analisis data telah menciptakan banyak
peluang untuk mengumpulkan dan memanfaatkan data pribadi. Tantangan terkait privasi dan
perlindungan data muncul ketika data pribadi dikumpulkan, disimpan, dan digunakan tanpa
persetujuan yang tepat. Kekhawatiran muncul mengenai penggunaan data tanpa izin,
pelacakan online yang ekstensif, dan potensi penyalahgunaan data untuk tujuan yang
merugikan. Privasi dan perlindungan data merupakan salah satu tantangan etika utama dalam
era digital saat ini. Dengan semakin banyaknya data yang dikumpulkan, disimpan, dan
digunakan oleh organisasi dan individu, perlindungan privasi menjadi semakin penting.
Berikut ini adalah beberapa aspek terkait privasi dan perlindungan data:

1. Pengumpulan Data: Tantangan pertama adalah bagaimana data pribadi dikumpulkan.


Banyak layanan dan perusahaan mengumpulkan data dari pengguna mereka, termasuk
informasi pribadi seperti nama, alamat, nomor telepon, preferensi, perilaku online, dan
lain sebagainya. Pengguna sering kali tidak menyadari sejauh mana data mereka
dikumpulkan.
2. Penyimpanan dan Keamanan Data: Setelah data dikumpulkan, data tersebut harus
disimpan dengan aman. Keamanan data menjadi penting karena pelanggaran data atau
peretasan dapat mengakibatkan pencurian identitas, penyalahgunaan informasi pribadi,
atau kerugian finansial.
3. Penggunaan Data: Bagaimana data tersebut digunakan oleh perusahaan atau organisasi?
Data pribadi dapat digunakan untuk mengarahkan iklan, mengambil keputusan terkait
perekrutan atau penilaian kredit, atau bahkan dijual kepada pihak ketiga. Tantangan etika
muncul ketika data digunakan tanpa persetujuan atau dengan cara yang merugikan
pengguna.
4. Transparansi dan Kontrol Pengguna: Pengguna harus memiliki pemahaman yang jelas
tentang data apa yang dikumpulkan tentang mereka dan bagaimana data tersebut akan
digunakan. Mereka juga harus memiliki kontrol atas data pribadi mereka, termasuk hak
untuk mengakses, mengubah, atau menghapus data tersebut.
5. Persetujuan yang Informatif: Untuk mengumpulkan dan menggunakan data pribadi,
organisasi harus meminta persetujuan dari pengguna. Namun, sering kali persetujuan ini
tersembunyi di antara teks panjang yang sulit dipahami atau diabaikan oleh pengguna.
6. Pelanggaran Data: Jika terjadi pelanggaran data, yaitu saat data pribadi yang disimpan
oleh suatu entitas diakses oleh pihak yang tidak berwenang, ada potensi besar untuk
kerugian finansial dan kehilangan privasi bagi individu.
7. Regulasi dan Kepatuhan: Berbagai negara dan wilayah telah mengadopsi regulasi yang
mengatur perlindungan data, seperti Regulasi Perlindungan Data Umum (GDPR) di Uni
Eropa dan Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) di Indonesia.
Tantangan etika muncul dalam menerapkan dan mematuhi regulasi ini, serta menghadapi
konsekuensi jika melanggar aturan.

69
8. Data Anonimisasi dan De-identifikasi: Data anonimisasi (menghilangkan informasi
pribadi) dan de-identifikasi (menghilangkan kaitan dengan individu tertentu) adalah
usaha untuk menjaga privasi sambil memungkinkan analisis data. Namun, sering kali
data ini dapat dide-anonimkan kembali dengan teknik-teknik canggih, mengancam
privasi individu.
9. Data Kesehatan dan Kepekaan Tinggi: Data kesehatan dan data yang sangat pribadi
memerlukan perlindungan khusus karena potensi dampak serius terhadap individu jika
data tersebut bocor atau disalahgunakan.
10. Kesetaraan Akses: Tantangan etika muncul ketika tidak semua individu memiliki
pemahaman, akses, atau kendali yang sama terhadap pengumpulan dan penggunaan data
pribadi mereka, yang dapat memperdalam kesenjangan digital dan privasi.
Untuk mengatasi tantangan privasi dan perlindungan data ini, perlu adanya kerjasama
antara pemerintah, industri, dan masyarakat untuk mengembangkan praktik terbaik, regulasi
yang efektif, serta meningkatkan kesadaran tentang hak privasi dan cara melindungi diri
secara online.

i. Kecerdasan Buatan dan Pengambilan Keputusan

Sistem kecerdasan buatan (AI) semakin memainkan peran penting dalam


pengambilan keputusan dalam berbagai bidang, termasuk perekrutan, pengobatan medis, dan
hukum. Tantangan etika muncul ketika keputusan yang mempengaruhi kehidupan manusia
dibuat oleh algoritma yang sulit dipahami atau diprediksi. Pertanyaan mengenai transparansi,
akuntabilitas, dan diskriminasi algoritma menjadi semakin penting. Kecerdasan Buatan
(Artificial Intelligence – AI) telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun
terakhir dan semakin memainkan peran penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia.
Namun, kemajuan ini juga memunculkan sejumlah tantangan etika terkait pengambilan
keputusan oleh sistem AI. Berikut adalah beberapa aspek terkait kecerdasan buatan dan
pengambilan keputusan yang memiliki implikasi etika:

1. Transparansi dan Penjelasan: Sistem AI yang sangat kompleks seperti jaringan saraf
dalam deep learning sering kali sulit untuk dipahami oleh manusia. Tantangan etika
muncul ketika keputusan penting dibuat oleh AI tanpa penjelasan yang jelas tentang
alasan di balik keputusan tersebut. Ini dapat mengurangi akuntabilitas dan kepercayaan
pada sistem AI.
2. Diskriminasi dan Bias Algoritma: Algoritma AI dapat mengeksploitasi atau
merefleksikan bias yang ada dalam data pelatihan. Ini dapat mengakibatkan pengambilan
keputusan yang tidak adil atau diskriminatif terhadap kelompok tertentu, seperti
minoritas rasial atau gender. Memastikan keadilan dan ketidakdiskriminatifan menjadi
tantangan yang penting.
3. Ketergantungan dan Kepercayaan Buta: Bergantung sepenuhnya pada AI untuk
mengambil keputusan kritis dapat mengarah pada kepercayaan buta. Tantangan etika

70
muncul ketika kita kehilangan kontrol atau pemahaman atas keputusan yang diambil oleh
sistem AI, dan dampaknya bisa sangat merugikan jika terjadi kegagalan.
4. Tanggung Jawab dan Akuntabilitas: Saat AI membuat keputusan, siapa yang harus
bertanggung jawab jika terjadi kesalahan atau dampak yang merugikan? Pertanyaan ini
menjadi semakin rumit karena AI sering kali tidak memiliki kesadaran atau niat.
5. Keputusan Moral dan Etika: Pengambilan keputusan oleh AI sering kali melibatkan
situasi yang melibatkan pertimbangan etika dan moral. Bagaimana AI harus memilih
antara pilihan yang mungkin melibatkan konflik nilai atau dampak etis?
6. Perubahan Pekerjaan dan Pengaruh Ekonomi: Penyelenggaraan AI yang lebih
canggih dan otonom dapat mengubah lanskap pekerjaan dengan menggantikan pekerjaan
yang dulunya dilakukan oleh manusia. Ini dapat memiliki dampak ekonomi dan sosial
yang signifikan, termasuk pengangguran struktural.
7. Privasi dan Pengawasan: AI dapat digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis
data pribadi secara besar-besaran. Tantangan etika muncul dalam bagaimana menjaga
keseimbangan antara potensi manfaat analisis data dan hak privasi individu.
8. Loyalitas dan Tujuan Sistem AI: Bagaimana kita memastikan bahwa sistem AI yang
semakin canggih tetap setia pada tujuan yang diinginkan oleh pembuatnya? Risiko
muncul ketika AI mulai mengoptimalkan tujuan sendiri yang mungkin tidak selalu sesuai
dengan kepentingan manusia.
9. Kedekatan dengan Kecerdasan Manusia: Saat teknologi semakin mendekati
kecerdasan manusia, muncul pertanyaan etika tentang apa artinya “kecerdasan” dan
apakah AI dapat memiliki kesadaran atau kesadaran seperti manusia.
Untuk mengatasi tantangan etika dalam kecerdasan buatan dan pengambilan
keputusan, diperlukan pendekatan yang hati-hati, kolaborasi lintas disiplin, serta regulasi
yang bijaksana. Prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, keadilan, dan kebijakan etika
dalam pengembangan, pengujian, dan penggunaan AI menjadi sangat penting untuk
memastikan bahwa AI digunakan untuk kebaikan dan manfaat bersama.

1. Teknologi Pengawasan Massal

Kemajuan dalam kamera pengawas, pemrosesan gambar, dan analisis video telah
memungkinkan pengawasan massal yang lebih luas dan intensif. Tantangan etika muncul
ketika teknologi ini digunakan oleh pemerintah atau pihak swasta untuk memantau aktivitas
warga tanpa izin atau tanpa keterlibatan yang tepat. Teknologi pengawasan massal merujuk
pada penggunaan sistem teknologi untuk memantau dan mengawasi aktivitas manusia dalam
skala yang luas dan intensif. Sistem ini sering kali melibatkan penggunaan kamera pengawas,
sensor, dan analisis data untuk mengumpulkan informasi tentang individu atau kelompok
dalam lingkungan tertentu. Meskipun teknologi pengawasan massal dapat memiliki manfaat
dalam bidang keamanan dan penegakan hukum, ada sejumlah tantangan etika yang perlu
diperhatikan:

71
1. Privasi Individu: Pengawasan massal dapat mengancam privasi individu dengan
mengumpulkan data tentang aktivitas mereka tanpa izin atau pengetahuan mereka. Ini
dapat menciptakan rasa tidak nyaman dan merusak kebebasan individu untuk bergerak
dan berinteraksi tanpa pengawasan.
2. Potensi Penyalahgunaan: Teknologi pengawasan massal dapat disalahgunakan oleh
pihak yang berwenang atau pihak swasta untuk tujuan yang tidak etis. Informasi yang
dikumpulkan dapat digunakan untuk pemantauan politik, intimidasi, atau pengumpulan
informasi pribadi tanpa persetujuan.
3. Diskriminasi dan Profil Rasial: Penggunaan teknologi pengawasan massal dapat
mengarah pada diskriminasi dan profil rasial jika algoritma atau operator cenderung
memandang kelompok tertentu sebagai lebih mencurigakan atau berpotensi berbahaya
berdasarkan karakteristik fisik atau demografis.
4. Keamanan Data: Data yang dikumpulkan dari pengawasan massal harus disimpan
dengan aman dan terlindungi dari peretasan atau akses yang tidak sah. Jika data ini jatuh
ke tangan yang salah, konsekuensinya bisa sangat merugikan.
5. Ketidakakuratan dan Kesalahan: Sistem teknologi tidak selalu sempurna dan dapat
menghasilkan kesalahan dalam mengenali wajah atau perilaku manusia. Kesalahan
semacam itu dapat mengarah pada penangkapan atau intervensi yang salah.
6. Pengaruh pada Kebebasan Pribadi: Teknologi pengawasan massal bisa membentuk
perilaku manusia karena orang mungkin merasa terus dipantau. Hal ini dapat
memengaruhi kebebasan berbicara, berekspresi, atau melakukan tindakan yang dianggap
kontroversial.
7. Akuntabilitas dan Transparansi: Kehadiran teknologi pengawasan massal dapat
memunculkan pertanyaan tentang siapa yang bertanggung jawab atas pengumpulan data
dan bagaimana keputusan berdasarkan data ini diambil. Transparansi dalam penggunaan
teknologi ini juga menjadi isu penting.
8. Pemberdayaan Otoritas: Pemerintah atau otoritas yang mengendalikan teknologi
pengawasan massal dapat memiliki kekuatan yang sangat besar dalam memantau dan
mengontrol masyarakat. Ini memunculkan pertanyaan tentang sejauh mana kekuasaan ini
harus dibatasi.
9. Perubahan Norma Sosial: Teknologi pengawasan massal dapat mempengaruhi norma
sosial dan ekspektasi tentang privasi. Orang mungkin menjadi lebih terbiasa dengan
pemantauan konstan dan kehilangan sensitivitas terhadap privasi.
Penting untuk mencari keseimbangan antara manfaat keamanan dan privasi individu
dalam penggunaan teknologi pengawasan massal. Regulasi yang ketat, transparansi,
pengawasan independen, dan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan
dapat membantu mengurangi dampak negatif teknologi ini pada hak-hak individu.

2. Autonomi dalam Teknologi

72
Dalam konteks kendaraan otonom, sistem senjata otomatis, dan robotika, muncul
pertanyaan tentang sejauh mana kita harus memberikan otonomi pada teknologi. Pertanyaan
etika muncul mengenai tanggung jawab atas tindakan teknologi otonom dan siapa yang harus
bertanggung jawab jika terjadi kegagalan atau dampak yang merugikan. Tantangan etika
yang terkait dengan otonomi dalam teknologi, terutama dalam konteks kendaraan otonom,
sistem senjata otomatis, dan robotika, melibatkan pemberian otonomi pada sistem teknologi
untuk mengambil keputusan dan tindakan tanpa keterlibatan manusia. Berikut adalah
beberapa aspek utama terkait otonomi dalam teknologi dan dampaknya:

1. Tanggung Jawab dan Akuntabilitas: Ketika sistem teknologi menjadi otonom,


pertanyaan muncul tentang siapa yang harus bertanggung jawab jika terjadi kegagalan
atau kesalahan dalam pengambilan keputusan atau tindakan. Tanpa keterlibatan manusia
langsung, menetapkan akuntabilitas bisa menjadi lebih sulit.
2. Ketidakpastian dan Ketidakdugaan: Meskipun teknologi dapat didesain untuk
mengambil keputusan berdasarkan skenario yang telah diprogramkan, ada situasi di mana
konteks atau variabel yang tidak terduga dapat muncul. Ini dapat menghasilkan tindakan
yang tidak diinginkan atau tidak diharapkan.
3. Etika dalam Keputusan: Otonomi teknologi dapat menghadirkan tantangan dalam
mengembangkan sistem yang dapat memahami dan mengikuti prinsip-prinsip etika dan
moral manusia. Pengambilan keputusan otonom yang merugikan atau tidak etis dapat
menimbulkan masalah besar.
4. Interaksi dengan Manusia: Teknologi otonom dapat berinteraksi dengan manusia, baik
itu dalam kendaraan otonom atau robot yang berinteraksi dengan manusia dalam
lingkungan seperti rumah sakit atau pabrik. Tantangan muncul dalam membangun
antarmuka yang aman dan efektif antara manusia dan teknologi otonom.
5. Kesalahan Sistem dan Kegagalan Teknis: Meskipun teknologi otonom dapat
diandalkan, kesalahan sistem dan kegagalan teknis dapat terjadi. Ini dapat mengakibatkan
keputusan yang salah atau bahkan berbahaya jika tidak ada pengawasan manusia yang
tepat.
6. Dampak Sosial dan Ekonomi: Otonomi dalam teknologi, terutama dalam industri
seperti otomasi produksi dan transportasi otonom, dapat memiliki dampak besar pada
pekerjaan dan ekonomi. Keuntungan efisiensi teknologi ini harus dikendalikan agar tidak
menyebabkan pengangguran besar atau ketidaksetaraan.
7. Keamanan dan Kejahatan Siber: Otonomi dalam teknologi juga meningkatkan risiko
potensial untuk penyalahgunaan oleh pihak jahat. Keamanan siber dan potensi untuk
manipulasi atau peretasan teknologi otonom menjadi perhatian utama.
8. Pengambilan Keputusan dalam Kondisi Kritis: Dalam situasi yang mengancam nyawa
manusia atau memiliki dampak besar, teknologi otonom mungkin perlu mengambil
keputusan cepat. Ini memunculkan pertanyaan tentang prioritas keputusan dan
dampaknya terhadap manusia dan lingkungan.

73
9. Etika Penugasan dan Perang Otomatis: Dalam konteks militer, penggunaan senjata
otonom menghadirkan tantangan etika besar. Pertanyaan tentang kapan dan bagaimana
teknologi dapat digunakan untuk mengambil keputusan yang berpotensi merugikan
manusia perlu dijawab dengan hati-hati.
Mengatasi tantangan etika dalam otonomi teknologi memerlukan pendekatan yang
berfokus pada keamanan, transparansi, regulasi yang bijaksana, dan perdebatan etika yang
lebih luas dalam masyarakat. Pertimbangan etika harus terus diperhatikan dalam merancang,
mengembangkan, dan mengimplementasikan teknologi otonom untuk memastikan bahwa
dampak positifnya lebih besar daripada dampak negatifnya pada masyarakat dan individu.

1. Ketenagakerjaan dan Otomatisasi

Kemajuan dalam otomatisasi dan robotika dapat mengubah lanskap pekerjaan


dengan menggantikan tugas-tugas manusia. Ini memunculkan pertanyaan etika mengenai
tanggung jawab sosial dan ekonomi terhadap pekerja yang terdampak, serta bagaimana
kita dapat memastikan adilnya pembagian manfaat dari produktivitas yang lebih tinggi.
Ketenagakerjaan dan otomatisasi adalah topik yang sangat relevan dalam era teknologi
canggih saat ini. Perkembangan teknologi, termasuk otomatisasi, robotika, dan
kecerdasan buatan, memiliki potensi untuk mengubah lanskap pekerjaan dan ekonomi
secara signifikan. Tantangan etika dan sosial yang muncul termasuk:

1) Penggantian Pekerjaan Manusia: Otomatisasi dan teknologi canggih dapat


menggantikan pekerjaan manusia, terutama yang sifatnya rutin dan berulang. Ini dapat
menyebabkan pengangguran struktural dan kesulitan dalam bertransisi ke pekerjaan yang
memerlukan keterampilan yang lebih kompleks.
2) Kesetaraan Akses ke Pendidikan: Pekerjaan masa depan mungkin memerlukan
keterampilan yang lebih tinggi dalam hal teknologi dan kecerdasan buatan. Tantangan
etika muncul ketika akses terhadap pendidikan berkualitas dan pelatihan yang diperlukan
untuk mengatasi perubahan ini tidak merata.
3) Dampak pada Kesejahteraan Sosial: Pengurangan pekerjaan dapat berdampak pada
kesejahteraan sosial dan ekonomi. Menjaga masyarakat aman dan berkelanjutan dengan
pengurangan pekerjaan tradisional memerlukan pemikiran yang mendalam tentang
pendapatan dasar, perubahan struktural, dan sistem dukungan sosial.
4) Kualitas Pekerjaan dan Kondisi Kerja: Teknologi yang digunakan untuk otomatisasi
juga dapat mempengaruhi kualitas pekerjaan dan kondisi kerja. Pekerjaan yang tersisa
mungkin menjadi lebih kreatif dan berorientasi pada keterampilan, tetapi juga dapat
menimbulkan tekanan yang lebih besar.
5) Tingkat Pengawasan dan Kontrol: Penggunaan teknologi untuk mengawasi kinerja
pekerja juga dapat memunculkan pertanyaan tentang batasan privasi dan sejauh mana
perusahaan dapat mengontrol kehidupan pekerja di luar jam kerja.

74
6) Pertimbangan Etika dalam Desain Teknologi: Perancangan teknologi harus
mempertimbangkan dampaknya terhadap pekerja dan masyarakat. Teknologi harus
mendukung pekerjaan manusia, bukan menggantikannya secara membabi buta.
7) Kesenjangan dan Ketidaksetaraan: Otomatisasi dapat memperdalam kesenjangan
sosial dan ekonomi jika tidak dikelola dengan bijaksana. Orang dengan keterampilan
yang lebih rendah atau akses terbatas terhadap pelatihan mungkin akan menderita akibat
perubahan pekerjaan ini.
8) Pemberdayaan dan Partisipasi Pekerja: Melibatkan pekerja dalam pengembangan
teknologi dan perubahan pekerjaan dapat membantu mengatasi dampak negatif. Pekerja
harus memiliki kendali lebih besar atas bagaimana teknologi digunakan dalam
lingkungan kerja mereka.
9) Keberlanjutan Ekonomi dan Lingkungan: Pergeseran ke pekerjaan yang lebih
berbasis teknologi dapat mempengaruhi lingkungan juga. Bagaimana mengarahkan
inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertanyaan
etika yang penting.
Dalam mengatasi tantangan etika dan sosial yang muncul dari otomatisasi, diperlukan
kerjasama antara pemerintah, industri, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil. Pendekatan
yang holistik dan berkelanjutan harus diambil untuk memastikan bahwa teknologi digunakan
untuk menciptakan manfaat ekonomi dan sosial yang adil, sambil juga mempertimbangkan
dampaknya pada individu dan masyarakat secara keseluruhan.

2. Ketidaksetaraan Teknologi

Tidak semua orang memiliki akses yang sama terhadap teknologi. Ketidaksetaraan
dalam akses ke teknologi dapat memperdalam kesenjangan sosial dan ekonomi. Tantangan
etika muncul dalam menjaga agar manfaat teknologi dapat dinikmati oleh semua orang tanpa
memperdalam kesenjangan yang ada. Ketidaksetaraan teknologi merujuk pada kesenjangan
akses dan pemanfaatan teknologi antara berbagai kelompok dalam masyarakat, baik itu
berdasarkan faktor geografis, ekonomi, sosial, maupun demografis. Tantangan etika terkait
dengan ketidaksetaraan teknologi sangat penting karena dampaknya dapat memperdalam
kesenjangan sosial dan ekonomi. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan adalah:

a) Akses Terhadap Teknologi: Banyak orang di seluruh dunia masih tidak memiliki akses
yang sama terhadap teknologi, terutama di daerah pedesaan atau wilayah dengan
keterbatasan infrastruktur. Ketidaksetaraan dalam akses terhadap internet, perangkat
komputer, dan telepon pintar dapat membatasi kemampuan individu untuk mengakses
informasi, layanan, dan peluang.
b) Kesenjangan Pendidikan Digital: Ketidaksetaraan dalam pendidikan digital dapat
membuat beberapa individu atau kelompok tidak siap untuk menghadapi dunia digital
yang semakin kompleks. Ini dapat memperdalam kesenjangan dalam keterampilan dan

75
pengetahuan yang diperlukan untuk berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat berbasis
teknologi.
c) Kesenjangan Konten dan Bahasa: Konten online umumnya tersedia dalam bahasa-
bahasa yang lebih umum dan diakses oleh mayoritas pengguna. Ini dapat mengabaikan
kelompok minoritas yang berbicara dalam bahasa yang kurang umum.
d) Ketidaksetaraan Gender: Ada kesenjangan gender dalam akses dan partisipasi
teknologi. Perempuan sering kali memiliki akses yang lebih terbatas ke perangkat dan
peluang teknologi, dan juga dapat menghadapi stereotip atau prasangka di dalam industri
teknologi.
e) Ketidaksetaraan Ekonomi: Biaya perangkat dan layanan teknologi, seperti telepon
pintar atau internet, dapat menjadi hambatan bagi mereka yang berada di lapisan ekonomi
lebih rendah. Ini dapat membatasi akses mereka ke peluang pendidikan, pekerjaan, dan
layanan kesehatan yang berbasis teknologi.
f) Ketidaksetaraan dalam Pengembangan Teknologi: Kehadiran lebih sedikit perempuan
dan kelompok minoritas dalam industri teknologi dapat mempengaruhi pengembangan
produk dan layanan yang mempertimbangkan kebutuhan dan perspektif yang beragam.
g) Pengumpulan Data dan Privasi: Ketidaksetaraan teknologi juga dapat mempengaruhi
bagaimana data pribadi dikumpulkan dan digunakan. Orang yang kurang akses terhadap
teknologi mungkin menjadi lebih rentan terhadap pelacakan data tanpa izin.
h) Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan Teknologi: Kehadiran yang terbatas dari
kelompok yang beragam dalam pengambilan keputusan teknologi dapat menyebabkan
solusi yang tidak mempertimbangkan kebutuhan dan aspirasi yang berbeda-beda.
Untuk mengatasi ketidaksetaraan teknologi, diperlukan upaya kolektif dari
pemerintah, sektor swasta, organisasi nirlaba, dan masyarakat sipil. Ini termasuk penyediaan
akses terjangkau ke teknologi, pendidikan digital yang merata, upaya untuk mengurangi
kesenjangan gender dan etnis dalam industri teknologi, serta memastikan bahwa teknologi
dirancang dan diimplementasikan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan hak semua
individu, terlepas dari latar belakang mereka.

3. Keamanan Teknologi dan Kejahatan Siber

Teknologi membawa manfaat besar, tetapi juga memberikan celah bagi para pelaku
kejahatan siber. Pertanyaan etika muncul dalam hal bagaimana melindungi sistem teknologi
dari ancaman keamanan, dan sejauh mana kita harus mengorbankan privasi untuk melindungi
keamanan. Keamanan teknologi dan kejahatan siber adalah isu krusial dalam era digital dan
teknologi yang semakin maju. Semakin banyaknya data yang tersedia secara digital dan
konektivitas yang tinggi telah membuka peluang bagi penjahat siber untuk melakukan
berbagai jenis serangan dan aktivitas merugikan. Tantangan etika dan sosial yang terkait
dengan keamanan teknologi dan kejahatan siber meliputi:

76
a) Kerentanan Sistem: Teknologi yang semakin kompleks juga berarti ada lebih banyak
titik masuk yang dapat dieksploitasi oleh penjahat siber. Rentan ini bisa muncul di
perangkat keras, perangkat lunak, jaringan, atau aplikasi, yang semuanya dapat
membahayakan integritas dan keamanan data.
b) Pencurian Data Pribadi: Data pribadi seperti informasi keuangan, identitas, dan
informasi medis dapat menjadi sasaran pencurian oleh penjahat siber. Pencurian data
dapat mengakibatkan pencurian identitas, penipuan finansial, dan penyalahgunaan
informasi pribadi.
c) Serangan Malware: Penjahat siber dapat merilis malware (perangkat lunak berbahaya)
seperti virus, worm, atau ransomware untuk merusak sistem, mencuri data, atau memaksa
korban membayar uang tebusan.
d) Serangan DDoS: Penyerang DDoS (Distributed Denial of Service) dapat mengalihkan
banyak lalu lintas internet ke satu situs web atau server, menyebabkan layanan menjadi
tidak tersedia atau tidak berfungsi. Ini dapat berdampak pada bisnis, layanan pemerintah,
atau infrastruktur kritis.
e) Serangan Terhadap Infrastruktur Kritis: Infrastruktur kritis seperti sistem tenaga
listrik, sistem transportasi, dan sistem air minum dapat menjadi target serangan siber. Ini
bisa berdampak besar pada stabilitas masyarakat dan ekonomi.
f) Pelanggaran Keamanan Rantai Pasokan: Penyerang dapat menargetkan pemasok yang
lebih lemah sebagai pintu masuk ke jaringan yang lebih besar. Ini memungkinkan mereka
untuk menyebarkan malware atau mengakses informasi rahasia melalui rantai pasokan.
g) Pelanggaran Privasi: Serangan siber yang mengakibatkan pelanggaran privasi dapat
merugikan individu atau perusahaan dengan mengungkapkan informasi yang seharusnya
bersifat rahasia.
h) Penyebaran Berita Palsu (Hoaks) dan Pengaruh: Kejahatan siber juga dapat
mencakup penyebaran berita palsu atau hoaks yang dapat mempengaruhi opini publik
atau menyebabkan kekacauan sosial.
i) Perang Siber dan Spionase: Negara atau kelompok dapat terlibat dalam perang siber
atau kegiatan spionase siber, yang dapat berdampak pada hubungan internasional dan
stabilitas geopolitik.
j) Kesulitan Identifikasi Pelaku: Identifikasi pelaku kejahatan siber sering kali sulit
karena teknik penyamaran dan penggunaan alamat IP palsu atau jaringan tersembunyi.
Mengatasi tantangan ini memerlukan pendekatan yang komprehensif, termasuk
keamanan siber yang kuat, pelatihan untuk kesadaran keamanan digital, kerjasama
antarlembaga dan negara, dan hukuman yang tegas bagi pelaku kejahatan siber. Teknologi
harus dirancang dengan mempertimbangkan keamanan dari awal, dan upaya terus menerus
diperlukan untuk menjaga integritas dan keamanan sistem digital di era yang semakin
terhubung ini.

4. Pemanfaatan Teknologi untuk Tujuan Merugikan

77
Teknologi dapat digunakan untuk tujuan yang merugikan, termasuk penyebaran berita
palsu, penggunaan teknologi nuklir untuk tujuan destruktif, dan lain sebagainya. Tantangan
etika muncul dalam menjaga agar teknologi tidak disalahgunakan untuk tujuan yang
merugikan manusia dan lingkungan. Pemanfaatan teknologi untuk tujuan merugikan adalah
isu serius yang melibatkan penggunaan teknologi canggih untuk melakukan tindakan yang
dapat membahayakan individu, masyarakat, atau organisasi. Ini mencakup berbagai bentuk
tindakan merugikan, termasuk kejahatan siber, penipuan online, pelecehan, dan lain
sebagainya. Beberapa tantangan etika yang terkait dengan pemanfaatan teknologi untuk
tujuan merugikan meliputi:

a) Kejahatan Siber dan Penyerangan Jaringan: Penjahat siber dapat menggunakan


teknologi untuk meretas sistem, mencuri data, merusak infrastruktur, atau mengambil alih
kendali sistem untuk tujuan jahat. Serangan siber dapat berdampak luas dan merugikan
banyak pihak.
b) Penipuan dan Pencurian Identitas: Teknologi memungkinkan penjahat untuk
menciptakan skema penipuan yang semakin canggih, termasuk pencurian identitas,
penipuan kartu kredit, dan penipuan online lainnya.
c) Pelecehan Online dan Bullying: Teknologi juga digunakan untuk melakukan pelecehan,
ancaman, atau pelecehan online terhadap individu atau kelompok. Ini dapat menyebabkan
dampak emosional yang serius pada korban.
d) Penyebaran Konten Berbahaya atau Ilegal: Teknologi memungkinkan penyebaran
konten berbahaya seperti pornografi anak, kekerasan, atau propaganda ekstremis.
Penyebaran konten semacam itu dapat membahayakan anak-anak dan masyarakat pada
umumnya.
e) Pengaruh Pemilu dan Politik: Teknologi dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan berita
palsu (hoaks) atau informasi yang menyesatkan untuk mempengaruhi opini publik,
memanipulasi proses pemilihan, atau memperkuat ketegangan politik.
f) Peretasan Akun Pribadi dan Eksploitasi: Penjahat bisa meretas akun media sosial atau
email individu untuk mencuri informasi pribadi, mengancam privasi, atau melakukan
tindakan eksploitasi.
g) Perdagangan Gelap dan Kejahatan Online: Teknologi juga digunakan dalam
perdagangan gelap, menjual barang-barang ilegal seperti narkoba, senjata, atau data
pribadi.
h) Serangan terhadap Infrastruktur Kritis: Penjahat juga dapat mengarahkan serangan
terhadap infrastruktur kritis seperti sistem tenaga listrik, sistem transportasi, atau layanan
publik penting lainnya.
i) Dampak Psikologis: Pemanfaatan teknologi untuk tujuan merugikan dapat memiliki
dampak psikologis yang serius pada korban dan masyarakat pada umumnya,
menyebabkan rasa takut, kecurigaan, dan kecemasan.
Mengatasi tantangan ini memerlukan kerjasama antara pemerintah, industri teknologi,
organisasi nirlaba, dan masyarakat. Penting untuk mengembangkan keamanan siber yang

78
kuat, meningkatkan kesadaran dan pendidikan tentang risiko teknologi, serta mengadopsi
regulasi yang memadai untuk melindungi individu dan masyarakat dari pemanfaatan
teknologi untuk tujuan merugikan.

5. Dampak Lingkungan

Pengembangan teknologi sering kali berdampak pada lingkungan alamiah.


Penggunaan sumber daya yang besar dan produksi limbah elektronik adalah beberapa
contoh dampak lingkungan dari kemajuan teknologi. Pertanyaan etika muncul dalam
bagaimana kita dapat mengembangkan teknologi tanpa merusak lingkungan lebih lanjut.

Perkembangan teknologi dan industrialisasi telah memberikan dampak besar terhadap


lingkungan alam. Beberapa dampak lingkungan yang signifikan yang terkait dengan penggunaan
teknologi dan aktivitas industri adalah:

1. Pencemaran Udara: Industri dan teknologi seringkali menghasilkan emisi gas dan
partikel yang mencemari udara. Aktivitas seperti pembakaran bahan bakar fosil, pabrik
industri, dan kendaraan bermotor dapat menghasilkan polusi udara yang berdampak
negatif pada kualitas udara dan kesehatan manusia.
2. Pencemaran Air: Aktivitas industri dan pertanian menggunakan bahan kimia dan limbah
yang dapat mencemari air permukaan dan air tanah. Pencemaran ini dapat merusak
ekosistem air, mempengaruhi kehidupan akuatik, dan mempengaruhi pasokan air bersih.
3. Pemanasan Global: Pemanasan global adalah dampak utama dari emisi gas rumah kaca
seperti karbon dioksida yang berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Ini dapat
menyebabkan perubahan iklim yang merusak, termasuk peningkatan suhu rata-rata,
perubahan cuaca yang ekstrem, dan peningkatan permukaan laut.
4. Kehilangan Keanekaragaman Hayati: Pengembangan teknologi dan industri seringkali
mengakibatkan hilangnya habitat alami, deforestasi, dan kerusakan ekosistem alam. Ini
mengancam keanekaragaman hayati dan kelangsungan hidup berbagai spesies.
5. Penggunaan Sumber Daya Alam: Teknologi dan industrialisasi memerlukan
penggunaan sumber daya alam seperti air, mineral, dan energi. Penggunaan yang
berlebihan atau tidak berkelanjutan dari sumber daya ini dapat mengarah pada
kelangkaan dan degradasi sumber daya alam.
6. Pencemaran Tanah dan Tanah Berkontaminasi: Limbah industri, limbah bahan
kimia, dan polutan lainnya dapat mencemari tanah dan mengurangi produktivitas
pertanian. Tanah yang terkontaminasi juga dapat menyebabkan dampak kesehatan bagi
manusia dan hewan.
7. Limbah Elektronik: Teknologi elektronik yang berkembang pesat menghasilkan limbah
elektronik yang mengandung bahan berbahaya seperti logam berat dan bahan kimia.
Pengolahan limbah elektronik yang tidak tepat dapat merusak lingkungan dan kesehatan
manusia.

79
8. Kebutuhan Energi: Permintaan energi yang tinggi untuk menggerakkan teknologi dan
industri seringkali bergantung pada bahan bakar fosil, yang berkontribusi pada emisi gas
rumah kaca. Penggunaan sumber energi terbarukan yang lebih berkelanjutan adalah
tantangan yang harus diatasi.
9. Perubahan Lanskap dan Pembangunan: Pembangunan teknologi dan industri dapat
mengubah lanskap alam dan menghilangkan area berharga seperti hutan, lahan basah, dan
ekosistem alami.
Dalam mengatasi dampak lingkungan yang disebabkan oleh teknologi dan
industrialisasi, penting untuk mengadopsi pendekatan berkelanjutan dan bertanggung jawab
dalam pengembangan dan pemanfaatan teknologi. Hal ini melibatkan penggunaan energi
terbarukan, pengelolaan limbah yang baik, perlindungan habitat alami, dan inovasi teknologi
yang mendukung keberlanjutan lingkungan alam. Selain itu, kesadaran dan partisipasi
masyarakat dalam praktik yang ramah lingkungan juga penting untuk menjaga kelestarian
alam bagi generasi mendatang.

B. Konsep Hukum dalam TIK

Tantangan etika dalam teknologi ini kompleks dan bervariasi tergantung pada konteks
dan aplikasi spesifiknya. Menghadapi tantangan ini memerlukan kolaborasi lintas disiplin,
regulasi yang bijaksana, dan keterlibatan aktif dari masyarakat untuk memastikan bahwa
perkembangan teknologi memberikan manfaat yang adil dan berkelanjutan. Dalam dunia
yang semakin diwarnai oleh teknologi informasi, tantangan etika yang dihadapi merupakan
refleksi dari kompleksitas hubungan antara manusia, teknologi, dan masyarakat.

Memahami implikasi moral dari penggunaan teknologi informasi adalah langkah


krusial dalam mengarahkan perkembangan teknologi menuju arah yang lebih manusiawi dan
berkelanjutan. Dengan menggabungkan regulasi yang cerdas, kesadaran kolektif, dan
keterlibatan aktif semua pihak, kita dapat membangun ekosistem teknologi yang berfokus
pada kebaikan bersama, melindungi hak-hak individu, dan mempromosikan perkembangan
yang berkelanjutan. Seiring kita terus menjalani perjalanan dalam era digital ini, menjaga
etika dalam penggunaan teknologi informasi akan menjadi landasan yang tak ternilai dalam
mewujudkan kemajuan yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia. Efektivitas Pengenalan
Hukum Teknologi Informasi terhadap Layanan Over The Top (OTT) untuk Pendidikan.
Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) mengatur
pemanfaatan teknologi dengan dilandaskan kepada asas-asas. Pasal 3 UU ITE menormakan
asas-asas pemanfaatan teknologi dengan penjelasan, sebagai berikut:

1. Asas

80
1. Asas Kepastian Hukum, sebagai landasan hukum bagi pemanfaatan teknologi informasi
dan transaksi elektronik serta segala sesuatu yang mendukung penyelenggaraannya
dengan mengupayakan pengakuan hukum baik di dalam maupun luar pengadilan
2. Asas manfaat, sebagai asas yang mengupayakan untuk mendukung proses berinformasi
sehingga dapat mensejahterakan masyarakat.
3. Asas kehati-hatian, sebagai asas yang memerhatikan semua aspek yang memiliki potensi
kerugian, baik bagi dirinya maupun pihak lain dalam pemanfaatan teknologi informasi
dan transaksi elektronik.
4. Asas iktikad baik, sebagai asas yang digunakan para pihak dalam melakukan transaksi
elektronik agar tidak bertujuan untuk secara sengaja dan tanpa hak atau melawan hukum
mengakibatkan kerugian bagi pihak lain tanpa sepengetahuan pihak lain tersebut.
5. Asas kebebasan memilih teknologi atau netral teknologi, sebagai asas pemanfaatan
teknologi informasi yang tidak terfokus pada penggunaan teknologi tertentu sehingga
dapat mengikuti perkembangan teknologi pada masa yang akan datang.

Dalam penormaan di atas, asas menjadi hal yang harus mengiringi pemanfaatan
teknologi informasi dan transaksi elektronik dan menjadikan hukum harus merasuk ke
segala bidang kehidupan. Terlebih UU ITE merupakan lex digitalis yang menjadi garda
pengaturan hukum di ranah digital. Hadirnya UU ITE dimaksudkan untuk mengantisipasi
dampak dari revolusi dan konvergensi teknologi, informasi dan komunikasi di era
transformasi digital, tak terkecuali pada bidang Pendidikan. Sudah tidak diragukan lagi
jika teknologi informasi dalam layanan OTT sangat menopang bidang pendidikan.
Banyak kemudahan yang disajikan teknologi sehingga perkembangan penggunaan
teknologi dalam pendidikan bergulir sangat cepat. Beberapa platform yang semakin
populer digunakan sejak adanya pandemi juga memberikan beberapa keuntungan seperti:
1. Multiple Course Options
Membantu menyesuaikan beberapa cara yang ditawarkan platform video e-Learning.
Fitur yang menyediakan cara-cara standar dapat dibuat untuk pelajar pemula, menengah
dan lanjutan. Platform umumnya didukung oleh sistem manajemen konten yang kuat
dan merekomendasikan cara-cara yang membuat peserta didik memperoleh
pembelajaran.
2. Flexible Cost
Siswa dapat mengikuti kelas pada waktu yang nyaman dan mandiri karena keterampilan
diajarkan secara terpisah waktunya menjadi beberapa potonga-potongan kecil melalui
internet. Dikarenakan keahlian yang dibutuhkan setiap siswa berbeda, pembelajaran
disesuaikan dengan biaya fleksibel yang menjadi faktor penting pendukung pembelajaran
online. Platform e-learning dapat dibangun dari awal untuk menyesuaikan fitur
pengiriman konten, penyimpanan, dan pendapatan. Harga dapat dioptimalkan sesuai
konten dan preferensi siswa.
3. Comfortable Learning Environment

81
Pembelajaran tatap muka memang sudah menjadi kebiasaan. Namun, teknologi datang
sebagai solusi alternatif dengan membawa segudang kemudahan membuatnya lebih
banyak disukai. Pembelajaran online menjadikan lingkungan kondusif untuk belajar
ditambah interaksi yang dipersonalisasi dengan tutor di platform pembelajaran dapat
ditingkatkan melalui video pengenalan, kuis singkat, alat umpan balik, dan komunikasi
real time melalui panggilan video.
4. Acces Training Materials From Anywhere
Materi sangat mudah didapatkan dari mana saja tanpa terpaku pada satu sumber buku
teks fisik. Siswa dapat memiliki materi pembelajaran dalam format elektronik yang dapat
diunduh dengan aman dan dapat dilihat dari beberapa perangkat. Kemudahan yang
diberikan oleh teknologi informasi dalam pembelajaran online di atas, membantu
teknologi menjadi mudah diterima oleh masyarakat dan memenuhi kondisi sesuai teori
Technology Acceptance Model. Adanya adaptasi pembelajaran online sangat dibutuhkan
agar akses teknologi dirasakan banyak orang yang harus percaya dengan sebuah platform
layanan OTT dalam menunjang aktivitasnya. Dimana dalam penggunaan layanan OTT,
para pengguna yakni adanya manfaat dan kemudahan dalam penggunaannya. Pemenuhan
keadaan TAM ini berkorelasi dengan kriteria bahwa yang pertama, teknologi dapat
memberikan manfaat dimana sebagian besar aktivitas kehidupan disokong oleh teknologi
termasuk kepada pendidikan dengan melakukan sistem jarak jauh.
Kedua, memudahkan pembelajaran sekalipun pada kondisi yang tidak
memungkinkan karena adanya pandemi. Adapun, layanan OTT dapat digunakan untuk
merintis pemanfaatan teknologi informasi dalam hal pembelajaran. Dimulai dengan
penjelasan tentang melakukan koneksi ke internet, membuat email address, prosedur dan
cara menggunakan email. Pengajar dan pelajar perlu mempersiapkan pelaksanaan
perintisan pemanfaatan teknologi informasi tersebut. Kegiatannya dapat diawali dengan
aktivitas paling sederhana yaitu dengan pengoptimalan pemanfaatan Email atau Google
Classroom dalam pemberian tugas. Dalam pembuatan tugas juga dapat menggunakan
Google Documents untuk memudahkan pekerjaan kelompok yang perlu dikompilasi dan
diakses oleh seluruh anggota. Kemudian untuk menyokong kegiatan berdiskusi antar para
siswa dapat menggunakan Zoom, Google Meet, dan lain sebagainya. Pengajar juga harus
terlibat dalam penggunaan perangkat lunak untuk mengembangkan dan menyajikan
materi pembelajaran.
Dengan berbagai kemudahan yang disajikan, teknologi informasi menyimpan
banyak hal yang positif, namun tak memungkiri terdapat juga hal yang negatif. Hal
tersebut dalam penggunaan teknologi dapat diibaratkan dua sisi mata pisau yang jika
salah dalam penggunaannya dapat mencelakakan penggunanya. Maka, dalam
penggunaan teknologi informasi terutama pemanfaatan layanan OTT tidak boleh berdiri
sendiri tanpa sebuah regulasi. Jika dibiarkan tanpa adanya pengenalan hukum kepada
teknologi maka akan terjadi persoalan yang demikian pelik. Pertama, data breach
(kebocoran data) atau isu privasi berkenaan dengan pelindungan data pribadi. Layanan

82
aplikasi video conference tak lepas dari isu pelindungan data pribadi. Salah satunya
adalah Zoom App. Namun terdapat potensi berbahaya dalam penggunaannya, yaitu
dalam layanan video conference tersebut tidak ada fitur End to End Encryption (yang
dapat disingkat menjadi E2EE) serta tidak ada fitur untuk mengizinkan atau menolak
akses screenrecording dan screenshot. Padahal fitur-fitur tersebut dinilai dapat
memberikan proteksi bagi pengguna dalam menjalankan sebuah aplikasi. Adapun, EE2E
merupakan suatu metode dalam rangka pengamanan komunikasi dengan langkah
pencegahan akses dari pihak ketiga ketika ada kegiatan transfer data dari satu pihak ke
pihak lainnya.
Selain itu, turut pula mengemuka penjualan data pribadi oleh penyelenggara
aplikasi untuk dijual kepada pengiklanan dan juga kerentanan data breach ketika
menyimpan rekaman video conference pada clouds. Hal ini merupakan bagian dari
pelanggaran Pasal 26 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi
dan Transaksi Elektronik (UU ITE), yaitu dalam penggunaan data pribadi seseorang pada
media elektronik perlu disetujui oleh pemiliknya. Untuk itu jika ada yang melanggar
Pasal 26 ayat (1,) maka pemilik dapat menggunggatnya.25 Selain melanggar pasal dalam
UU ITE, hal ini identik dengan pelanggaran hak konsumen dalam Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU PK). Perlindungan
konsumen pada pasal 4 UU PK menjelaskan keberadaan hak konsumen yang harus
dijamin keamanan dan keselamatannya dalam mengkonsumsi suatu layanan dengan
diberikan kejelasan informasi terutama tentang kebijakan privasi yang dikelola oleh
zoom. Kemudian jika terjadi kerugian, masih pada pasal yang sama, konsumen berhak
untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atas kerugian yang diderita ketika kebocoran
data pribadi terjadi. Hal tersebut juga selaras dengan kewajiban pelaku usaha yang diatur
dalam Pasal 7 UU PK. Penjaminan hak pelanggan yang menjadi konsumen atas data
pribadinya menjadi urgensi karena penyelengara aplikasi video conference yang
mempunyai data pribadi pelanggan mempunyai kuasa penuh atas data pribadi tersebut.
Maka dari itu, perlu adanya regulasi yang menjadi perisai untuk mencegah adanya
penyalahgunaan data konsumen. Terlebih jika data pribadi yang dilanggar, tidak disadari
pelanggarannya oleh pemilik data tersebut, maka hal tersebut menjadi fatal. Maka, dapat
disimpulkan esensialitas perlindungan data pribadi dilakukan semata-mata untuk
melindungi privasi seseorang. Hal ini selaras dengan konsepsi perlindungan privasi yang
sangat terbatas. Konsep privasi tersebut dapat dipaparkan sebagai berikut:
1) tidak menutup kemungkinan melindungi data privasi seseorang untuk kepentingan
publik;
2) tidak ada perlindungan privasi jika tidak ada kerugian;
3) tidak ada privasi jika yang bersangkutan telah memberikan privasinya kepada khalayak;
dan
4) persetujuan dan privasi harus dilindungi hukum karena kerugiannya sukar untuk dinilai.

83
Sudah sangat jelas bahwa perlindungan data pribadi telah memiliki urgensi
tersendiri yag patut diakomodir oleh hukum positif di Indonesia. Sebagai aturan khusus
yang menjamin keamanan data pemilik data pribadi dan tentunya dapat meminimalisir
kerugian yang dirasakan. Kedua, pelanggaran KI terutama pelanggaran hak cipta pada
pemanfaatan layanan OTT. Dimana hak cipta merupakan hak eksklusif terhadap objek
pelindungan karya intelektual maupun seni. Pada sumber hukum mengenai hak cipta
tingkat nasional, yaitu UU Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta (UUHC), belum
diatur secara khusus mengenai Hak Cipta Internet. Sedangkan Ciptaan yang dilindungi
termaktub dalam Pasal 40 UU HC, salah satunya adalah program komputer. Dalam
program komputer terdapat perangkat lunak komputer yang terbagi dalam perangkat
lunak sistem dan perangkat lunak aplikasi. Perangkat lunak sistem terdiri atas sistem
operasi yang merupakan seperangkat program yang mengoordinasikan seluruh aktivitas
perangkat keras komputer seperti Microsoft dan iOS. Kemudian perangkat lunak aplikasi
merupakan sebuah program yang dirancang produktivitas pengguna dalam pengerjaan
tugas-tugasnya. (contoh: website, software, pemesanan tiket hotel, memutar video atau
lagu, dan sebagainya). Maka, layanan OTT dalam pendidikan seperti Zoom Cloud
Meetings, Google Meet dan Google Classroom dan aplikasi pendukung pendidikan lain,
termasuk sebagai perangkat lunak aplikasi dalam program komputer yang dimaksud
dalam UUHC. Maka, jika ada pelanggaran hak cipta terhadap program komputer atau
aktivitas di internet yang terjadi dalam pemanfaatan layanan OTT merupakan sebuah
pelanggaran KI. Terlebih dalam pelindungannya, ciptaan tidak terbatas pada karya
konvensional tetapi juga pada ciptaan yang telah didigitalisasi. Dimana digitalisasi
ciptaan sebagai bagian dari perkembangan teknologi yang dapat mengubah bentuk
ciptaan konvensional menjadi data elektronik, seperti buku fisik yang berubah menjadi
buku digital (baik format doc aupun pdf). Ketika suatu ciptaan sudah melalui digitalisasi
maka proses penyebarannya pun akan semakin mudah, terutama pada kanal layanan
OTT. Dikhawatirkan banyak terjadi pembajakan buku yang dijual pada platform e-
Commerce.
Maka, dari beberapa contoh di atas semakin terlihat urgensi pengenalan hukum
pada teknologi informasi dalam pemanfaatan layanan OTT. Tidak cukup hanya dengan
keberadaan regulasi, namun tujuan selanjutnya untuk regulasi tersebut harus sudah efektif
untuk diterapkan dalam pemanfaatan layanan OTT. Ketentuan-ketentuan mengenai
pemanfaatan layanan OTT sebenarnya sudah banyak tercakup dalam hukum positif.
Seperti UU ITE, SE Menkominfo yang mengatur OTT maupun Platform, PP No. 71
Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik (PP PSTE) dan
aturan lainnya yang terkait. Pengenalan hukum teknologi sebagai respon dari percepatan
digitalisasi merupakan langkah yang dinilai esensial dan logis untuk mencegah perbuatan
merugikan yang ditimbulkan dalam transaksi elektronik. Pasal 3 UU ITE yang sudah
disinggung sebelumnya, ditegaskan bahwa dalam pemanfaatan pada suatu sistem

84
elektronik perlu dilandaskan kepada kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian, itikad baik
dan kebebasan dalam menggunakan teknologi.
Dalam bidang pendidikan, penggunaan asas UU ITE menjadi penting seluruhnya
untuk diterapkan. Pertama, dibutuhkan kepastian hukum dalam penerapan kegiatan
pendidikan dalam ranah digital agar pelaku pendidikan memperoleh hak sebagai subjek
hukum dan dalam transaksi elektroniknya dijamin di bawah payung hukum positif.
Kedua, asas manfaat diharapkan dapat mengantarkan semua pihak yang terlibat dalam
pendidikan di ranah digital mendapatkan manfaat baik untuk pribadi, kemudian berlaku
juga untuk kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara. Ketiga, kehati-hatian, agar
seiring dengan pemanfaatan teknoologi informasi dan transaksi elektronik dapat
diminimalisir potensi kerugian yang memungkinkan menciderai hak subjek hukum yang
terlibat di dalamnya. Keempat, asas iktikad baik diperlukan dalam hal yang
mengandalkan perasaan dan niat pribadi agar tidak melakukan penyimpangan dan selalu
mengedepankan niat baik dan kesepakatan untuk mencapai suatu tujuan bersama dengan
mengandalkan kepercayaan para pihak agar aman menggunakan teknologi pendidikan.
Kelima, asas kebebasan dalam menggunakan teknologi, agar dalam berpendidikan dapat
digunakan berbagai macam teknologi sesuai perkembangan zaman sebagaimana hakikat
sebuah teknologi yang mendukung dan memudahkan kehidupan dan menyebabkan
kemajuan zaman, maka teknologi pendidikan diharapkan tidak menghambat dengan
adanya kebebasan menggunakan teknologi. Maka, seharusnya ada pengenalan hukum
teknologi kepada subjek yang menjadi pengguna. Sehingga pengembangan pendidikan
berbasis online di Indonesia dapat berjalan efektif, aman dan andal disertai dengan
strategi pengenalan hukum terhadap pemanfaatan layanan OTT, misalnya dengan
sosialisasi kepada instansi dan sekolah-sekolah di tingkat manapun. Dengan demikian,
pemahaman dunia pendidikan terhadap pemanfaatan layanan OTT terutama siswa akan
lebih bijak terutama dalam hal penggunaannya.
Hal tersebut karena lembaga pendidikan memegang peranan yang esensial untuk
mengatasi dampak negatif era digital. Pemanfaatan teknologi informasi oleh lembaga
pendidikan pun dapat menjadi pioner, seperti memberikan kegiatan ekstrakurikuler
komputer dan internet. Dengan begitu, keterampilan pelajar dapat ditumbuhkan sehingga
pelajar tidak hanya mahir menjadi end user tetapi dapat mampu memiliki ide, gagasan
kreatif dan inovatif dalam menemukan teknologi tepat guna. Selain itu, penanaman
mengenai penekanan manfaat dan dampak teknologi agar pelajar dapat lebih bijaksana
dalam memanfaatkan teknologi. Kemudian, dalam penggunaan teknologi untuk
pembelajaran yang digunakan oleh anak di bawah umur senantiasa harus di bawah
pengawasan.

85
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kemajuan teknologi tidak dapat dihindari pada masa globalisasi ini terlebih pada
dunia Pendidikan. Globalisasi telah menyebabkan terjadinya pergeseran dunia pendidikan
dari pertemuan tatap muka yang tradisional menjadi pendidikan yang lebih terbuka.
Pendidikan di masa depan akan bersifat fleksibel, terbuka dan tersedia bagi semua yang
membutuhkannya, tanpa memandang usia atau pengalaman pendidikan sebelumnya.
Terbukanya dunia Pendidikan dengan adanya teknologi tentunya memiliki hambatan dan
isu negatif. Dampak positif maupun dampak negative tidak dapat dihindari. Manajemen
teknologi yang tepat tentunya akan meningkatkan kualitas Pendidikan di masa yang akan
datang karena dalam manajemen teknologi Pendidikan akan mengatur segala hal
mengenai Pendidikan dengan teknologi.
B. Rekomendasi masa depan
Tantangan teknologi yang dihadapi dalam dunia Pendidikan adalah kurangnya
dukungan, kurangnya kepercayaan, dan kurangnya perlengkapan. Ketiga tantangan
tersebut merupakan masalah dalam proses pembelajaran sehari-hari yang banyak
dihadapi oleh guru dan siswa. Selain itu, terdapat juga tantangan dalam etika dan privasi
data. Teknologi di masa depan tentunya memiliki banyak peluang terutama dalam dunia
Pendidikan. Pembelajaran yang bersifat fleksibel akan memudahkan siapa saja untuk
mengakses berbagai informasi. Oleh karena itu, peluang keberhasilan siswa maupun guru
akan semakin besar.

86
DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2016). Revitalisasi Penilaian Pembelajaran dalam Konteks Pendidikan


Multiliterasi Abad ke-21. Bandung: Refika Aditama.
ACTA DIURNAL Jurnal Ilmu Hukum Kenotariatan Volume 5, Nomor 1, Desember 2021 ,
Desember 2020 PISSN: 2614-3542 EISSN: 2614-3550
Agustian, N., & Salsabila, U. H. (2021). Peran Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran.
Islamika, 3(1), 123–133. https://doi.org/10.36088/islamika.v3i1.1047
Ahmady, S., Shahbazi, S., & Heidari, M. (2020). Transition to Virtual Learning During the
Coronavirus Disease–2019 Crisis in Iran: Opportunity Or Challenge? Disaster Medicine and
Public.https://www.cambridge.org/core/journals/disaster-medicine-and-public-%0Ahealth-
preparedness/article/transition-to-virtual-learning-during-covid19-%0Acrisis-in-iran-
opportunity-or-%0Achallenge/F8215169289653ECBB062585ACBF5786%0A
Antonacopoulou E., Papamichail K.N. Learning-supported decision making: ICTs as feedback
systems. DOI:10.13140/2.1.4593.9845.
Anwas, E. O. M. (2023). Pembudayaan Teknologi Informasi dan Komunikasi Dalam
Pendidikan. Penerbit BRIN.
Arends, R. (2008). Learning to Teach. Pustaka Pelajar.
Baharudin, R. (2010). Keefektifan Media Belajar Berbasis Teknologi Informasi Dan
Komunikasi. Tadrîs, 5(1), 112–127.
Balanskat,A.,Blamire,R.,&Kefala,S.(2006). A review of studies of ICT impacton schools in
Europe:European Schoolnet.
Basak, S.K. and Govender, D.W. 2015, “Development of a conceptual framework regarding the
factors inhibiting teachers’ successful adoption and implementation of ICT in teaching and
learning”, The International Business & Economics Research Journal Online, Vol. 14 No. 3,
pp. 431-438.
Behnam, A. (2012). The Effect of information and communication technology on learning level,
improvement of teaching-learning process and information literacy. Retrieved 5/3/2014
http://www2.atfmag.info/?p=2729.
Budiman, H. (2017). Peran Teknologi Informasi Dan Komunikasi Dalam Pendidikan. Al-
Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 8(1), 31–43.
Chalim, S., & Anwas, E. O. M. (2018). Peran Orangtua dan Guru dalam Membangun Internet
sebagai Sumber Pembelajaran. Jurnal Penyuluhan, 14(1), 33–42.
https://doi.org/10.25015/penyuluhan.v14i1.19558

87
Danrivanto Budhijanto, “Hukum, Cyber, dan Indonesia”, diakses dari
https://kliklegal.com/danrivanto-budhijanto-hukum-cyber-danindonesia/ pada 6 Desember
2021. 22 Richard J. harnish et.al. (ed.) “The Use of Technology in Teaching and
Learning”diunduh dari
Dewantara, K. H. (1967). Ki Hadjar Dewantara. Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa.
Diat, Prasojo, L. (2011). Teknologi Informasi Pendidikan. Gaya Media.
Erlangga Andi Sukma et.al,”Pengaruh TAM dan Trust…”, Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis,
Vol. 12, No. 2, 2019, hlm. 114.
Fahyuni, E. F. (2017). TEKNOLOGI, INFORMASI, DAN KOMUNIKASI (PRINSIP P DAN
APLIKASI DALAM STUDI PEMIKIRAN ISLAM). UMSIDA.
Fauzi, M., & Arifin, M. S. (2023). Teknologi Informasi dan Kmunikasi (TIK) dalam Pendidikan
Islam. Al-Ibrah, 8(1), 1–23.
Feri Fahrianto et.al, Penerapan End-To-End Encryption…”, Jurnal Teknik Informatika, Vol. 9,
No.1, 2016,
Fitria, H. (2013). Pengembangan Strategi Problem Based Learning Pada Mata Kuliah Strategi
Belajar Mengajar. Jurnal Dosen Universitas PGRI Palembang.
Ghasnavi M.R., Keikha A., Yaghoubi N.M. (2011). The impact of information and
communication technology (ICT) on educational improvement. International Educational
Studies, 4(2),1-10.
Harahap, L. (2019). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pendidikan Pascasarjana UNIMED
PERAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM PENDIDIKAN. 375–
381.
Hariningsih, S. (2005). Teknologi Informasi. Graha Ilmu.
Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. (2002). Instructional media and
technologies for learning (Seventh). Pearson Education Inc.
Holsapple, C. W. (2001). Editorial - Knowledge management support of decision making.
Decision Support Systems, 31(1), 1-3
https://tekno.kompas.com/read/2023/04/04/17150097/contoh-contoh-penerapan-tik-dalam-
bidang-pendidikan-.
https://www.baylor.edu/atl/doc.php/308938.pdf 8 Agustus 2021.
https://www.sonicweb.id/Tantangan Etika Dalam Penggunaan Teknologi Informasi - SonicWeb
di akses 23 November 2023

88
Huda, I. A. (2020). Perkembangan Teknologi Informasi Dan Komunikasi (Tik) Terhadap
Kualitas Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 2(1),
121–125. https://doi.org/10.31004/jpdk.v1i2.622
Kusmayadi, E. (2015). Dasar-Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi. Universitas Terbuka,
278–300. http://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/PUST442502-M1.pdf
Livingstone, S. 2012, “Critical reflections on the benefits of ICT in education”, Oxford Review
of Education, Vol. 38 No. 1, pp. 9-24.
Menteri Pendidikan Nasional. (2008). PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2008.
Mulyasa. (2012). Manajemen Pendidikan Karakter. Bumi Aksara.
Munir. (2009). Pembelajaran Jarak Jauh : Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Alfabeta.
Mustari, M. (2022). MANAJEMEN PENDIDIKAN DI ERA MERDEKA BELAJAR. Prodi S2
Studi Agama-Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Mustari, M. (2023). TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DALAM
MANAJEMEN PENDIDIKAN. Gunung Djati Publishing.
Nikolopoulou dan Gialamas, 2016, mengintegrasikan alat TIK dalam kegiatan pembelajaran
Ningtyas, D. A. K. (2019). Keefektifan Website Sekolah Dalam Pemanfaatan Sebagai Sumber
Belajar. Universitas Kristen Satya Wacana.
Nurdyansyah, Fahyuni, & Fariyatul, E. (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai Kurikulum
2013. Nizamia Learning Center.
Nurjanah, S. (2020). Reinventing dalam pendidikan Ekonomi. Penerbit Samudra Biru (Anggota
IKAPI).
Nuryana, Z. (2019). Pemanfaatan Teknologi Informasi Dalam Pendidikan Agama Islam.
Tamaddun, 19(7).
Othman, M. F. (2006). Pengajian Strategi Sebagai Disiplin Ilmu. Utusan Publications.
Pathak, K., & Manoj, N. K. (2018). ICT in Educational Institution : Need , Role and Importance.
IOSR Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS), 23(1), 42–46.
https://doi.org/10.9790/0837-2301084246
Rahardjo, B. (2002). Cyber University, Teknologi Informasi, dan Perguruan Tinggi di Indonesia.
http://www.cert.or.id/~budi/articles/cyber-uni/cyber-uni
Republik Indonesia. (2003). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20
TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.

89
Rivalina, R., & Siahaan, S. (2020). Pemanfaatan Tik Dalam Pembelajaran: Kearah Pembelajaran
Berpusat Pada Peserta Didik. Jurnal Teknodik, 73–87.
https://doi.org/10.32550/teknodik.v0i2.690
Roblier, M. D. (2004). Integrating Educational Technology into Teaching (Third). Pearson
Education Inc.
Rosmansyah, Y., & Bakhrun, A. (2017). Pengembangan Sistem Layanan Pembelajaran
Kecakapan Abad Xxi. Jurnal Sosioteknologi, 16(2), 148–165.
https://doi.org/10.5614/sostek.itbj.2017.16.2.1
Rospina, P., Sumardjo, S., Fatchiya, A., & Anwas, O. (2022). Faktor-Faktor yang Memengaruhi
Kapasitas dan Kemandirian Belajar Penyuluh melalui E-Learning. Jurnal Penyuluhan,
18(01), 144–154. https://doi.org/10.25015/18202232739
Sarkar, S. (2012). The role of information and communication technology (ICT) in higher
education for the 21st century. The science probe, 1(1), 30-41.
Sinta Dewi R., Cyber Law: Aspek Data Privasi …, Bandung: Refika Aditama, G. B. Shelly dan
M. E. Vermaat, Menjelajah Dunia Komputer, Jakarta: Salemba Infotek, 2010, hlm. 16. 30
Abel Nicholas et.al, “Tindakan Hukum atas Pelanggaran Hak Cipta pada Digitalisasi
Ciptaan melalui Media Over the Top”, Jurnal Sains Sosio Humaniora, Vol. 5, No. 1, 2021,
hlm. 567.
Seaman, D. F., & Fellenz, R. A. (1989). Effective strategies for teaching adults. Merrill Pub.co.
Talebian S., Mohammadi HM., Rezvanfar A. (2014). information and communication
technology (ICT) in higher education: advantages, disadvantages, conveniences, and
limitations of applying e-learning to agricultural students in Iran. Procedia – Social and
Behavioural Sciences, 152,300-305.
Tilaar, AR, H. (2012). Perubahan Sosial dan Pendidikan. Rineka Cipta.
Utari. (2013). EFEKTIVITAS LAYANAN INFORMATION AND COMMUNICATION
TECHNOLOGY (ICT) DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMK 2 SEWON.
Universitas Negeri Yogyakarta.
Wahono, R. S. (2018). SISTEM E-LEARNING BERBASIS MODEL MOTIVASI
KOMUNITAS. Jurnal Teknodik, 21(3).
Wijaya, H. (2007). PERANCANGAN WEBSITE DAN MEDIA PENDUKUNG SEBAGAI
SARANA PROMOSI WEBSITE AUDIOPHILE DI SURABAYA. Petra Christian
University.
Wulandari, E., Nurjanah, S., & Saptono, A. (2019). Pengaruh Anggaran Pendidikan dan Kualitas
Pembangunan Teknologi Informasi dan Komunikasi Terhadap Mutu Pembelajaran di
Indonesia pada tahun 2015-2019. Jurnal Pendidikan Ekonomi, Perkantoran Dan Akutansi,
7(2), 101–111.

90
91

Anda mungkin juga menyukai