Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum
Pada umumnya, tanah dasar dapat berasal dari tanah asli daerah setempat atau
dapat juga berupa tanah timbunan. Dalam kondisi tertentu, terkadang material tanah
dasar asli (subgrade) tidak memenuhi syarat yang dibutuhkan, misalnya seperti
tanah lempung. Tanah lempung didefinisikan sebagai tanah yang sebagian besar
terdiri tanah dengan ukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang
berbentuk lempengan-lempengan pipih, dan merupakan partikel-partikel dari mika,
mineral-mineral lempung, dan mineral-mineral yang sangat halus lain (Braja M.
Das, 1995). Menurut ASTM D-653, partikel lempung berukuran antara 0,002 mm
sampai dengan 0,005 mm.
Tanah lempung merupakan tanah yang mempunyai partikel-partikel mineral
tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air
(Grim, 1953). Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering, dan tidak mudah
terkelupas hanya dengan jari tangan, sedangkan pada kondisi basah tanah lempung
akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
Tanah lempung memiliki sifat-sifat antara lain kohesif, plastis, permeabilitas
rendah, dan daya dukung relatif rendah. Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki tanah
lempung tersebut, tanah lempung sering dianggap sebagai kendala dalam
konstruksi akibat daya dukungnya yang rendah.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh tanah
lempung tersebut adalah dengan melakukan stabilisasi tanah. Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk memperbaiki daya dukung dari tanah lempung adalah
dengan stabilisasi tanah mekanis dengan menggunakan geogrid.

2.2 Parameter Tanah


Sebelum merancang sebuah konstruksi kita perlu mengetahui sifat-sifat dari
tanah tersebut. Dalam hal ini hasil dari penyelidikan tanah (SPT) akan dilakukan

4
PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI
TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
5

pendekatan korelasi untuk mendapatkan parameter tanah untuk memudahkan


dalam melakukan perancangan geogrid pada tanah dasar (subgrade).

2.2.1 Konsistensi Tanah


Konsistensi tanah merupakan batas-batas yang menunjukan sifat dari suatu
tanah. Konsistensi tanah didapatkan dari korelasi N-SPT dengan konsistensi tanah
yang tercantum pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Hubungan antara N-SPT dengan Konsistensi Tanah
Konsistensi N cu (kN/m2)

Sangat lunak 0-2 < 12

Lunak 2-4 12 - 25

Sedang 4-8 25 - 50

Kaku 8 - 15 50 - 100

Sangat kaku 15 - 30 100 - 200

Keras > 30 > 200


(Sumber: Terzaghi & Peck, 1967)

2.2.2 California Bearing Ratio (CBR)


CBR (California Bearing Ratio) merupakan perbandingan antara beban
penetrasi suatu bahan terhadap bahan standar dengan kedalaman dan kecepatan
penetrasi yang sama. Nilai CBR pada tanah lempung dapat dicari dengan
pendekatan korelasi yang terdapat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Hubungan antara Konsistensi Tanah dengan CBR
CBR (%)
Konsistensi cu (kN/m2)
Undisturbed Remoulded

Sangat lunak < 12 ≤1 ≤1

Lunak 12 - 25 1-2

Medium 25 - 50 1-2 2-4

Kaku 50 - 100 2-4 4 - 10

Sangat kaku 100 - 200 4 - 10 10 - 20

Keras > 200 > 10 > 20


(Sumber: Burt G. Look, 2007)

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
6

2.2.3 Kuat Geser Undrained (cu)


Kuat Geser Undrained (cu) merupakan parameter dengan tanah dasar
diasumsikan jenuh dan memiliki permeabilitas rendah (lempung) yang dimana
tanah yang berada di bawah tak terdrainase, sehingga tanah dasar tidak memiliki
gesekan, oleh karena ini kekuatan gesernya sama dengan kohesi tak terdrainase.
Kuat Geser Undrained (cu) dapat diperkirakan dari nilai CBR tanah dasar
persamaan 2-1 (Giroud dan Noiray, 1981):
𝑐 = 30 𝐶𝐵𝑅……………………………………………………………… (2-1)

2.2.4 Modulus Tanah Dasar (Esg)


Modulus Tanah Dasar (Esg) berhubungan dengan besar nilai CBR. Modulus
Tanah Dasar (Esg) dapat dihitung dengan menggunakan salah satu dari persamaan
pada Tabel 2.3 dibawah ini:
Tabel 2.3 Hubungan CBR dengan Modulus Tanah Dasar

E (MPa)
Hubungan
Referensi Komentar CBR CBR CBR
(MPa)
2% 5% 10%

Heukelom dan Hubungan yang paling umum.


E = 10,35 CBR 20 50 N/A
Klomp (1962) CBR < 10%
D. Croney dan
Zona ditentukan oleh E = 10
P. Croney E = 6,6 CBR 13 33 66
CBR hingga E = 20 CBR
(1991)
E = 16,2 CBR0,7 Untuk CBR < 5% 26 50 81
NAASRA
(1950) E = 16,2 CBR0,5 Untuk CBR > 5%

Powell, Potter,
Mayhew dan E = 17,6 CBR0,64 Untuk CBR < 12% 27 49 77
Nunn (1984)

Angell (1988) E = 19 CBR0,68 Untuk CBR < 15% 30 57 91


(Sumber: Burt G. Look, 2007)

2.2.5 Modulus Lapisan Base Course (Ebc)


Modulus lapisan base course (Ebc) juga berhubungan dengan besar nilai CBR.
Modulus lapisan base course (Ebc) dapat dihitung dengan menggunakan salah satu
dari persamaan pada Tabel 2.4 dibawah ini:

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
7

Tabel 2.4 Hubungan CBR dengan Modulus Lapisan Base Course

E (MPa)
Referensi Hubungan (MPa) Komentar
CBR CBR CBR
20% 50% 80%

AASHTO (1993) E = 36 CBR0,3 Untuk CBR > 10% 88 109 134

NAASRA (1950) E = 22,4 CBR0,5 Untuk CBR > 5% 100 142 200

Queensland Main
E = 21,2 CBR0,64 Untuk CBR > 15% 144 225 350
Road (1988)
(Sumber: Burt G. Look, 2007)

2.3 Stabilisasi Tanah dengan Geogrid


Stabilisasi tanah dengan geogrid dinilai dapat mengatasi masalah stabilisasi
karena geogrid tersebut saling mengunci dengan sangat efisien dengan material
granular. Stabilisasi mekanis dari geogrid memiliki efek kurungan pada material
granular yang dihasilkan dari mekanisme interlocking yang disediakan oleh bukaan
lubang geogrid yang kaku. Interlocking adalah mekanisme dimana geogrid dan
agregat berinteraksi di bawah beban yang diterapkan.

Gambar 2.1 Interlocking


(Sumber: www. tensarcorp.com)

2.3.1 Geogrid
Geogrid merupakan suatu jenis geosintetik yang berbentuk jaring (web) yang
dibentuk oleh suatu jaringan teratur dengan elemen tarik dan memiliki lubang
dengan ukuran lebih dari 6,5 mm yang memungkinkan tanah saling mengunci
(interlock) dengan bahan pengisi disekitarnya (ASTM D 4439). Fungsi utama dari
geogrid yaitu sebagai perkuatan.

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
8

Adapun beberapa tipe dari geogrid yaitu :


1. Geogrid Uniaxial
Geogrid uniaxial memiliki kekuatan yang tinggi pada arah memanjang
saja. Geogrid ini digunakan untuk memperkuat tanggul, lereng, dinding
penahan tanah.

Gambar 2.2 Geogrid uniaxial


(Sumber: www. tensarcorp.com)
2. Geogrid Biaxial
Geogrid biaxial mempunyai kekuatan di kedua arah baik dalam arah
memanjang maupun melintang. Biasanya geogrid ini digunakan untuk
menstabilkan jalan tanpa perkerasan ataupun dengan perkerasan, dan juga
pada rel kereta api.

Gambar 2.3 Geogrid biaxial


(Sumber: www. tensarcorp.com)

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
9

3. Geogrid Triaxial
Geogrid triaxial memiliki kekuatan dari berbagai arah. Kegunaan dari
geogrid ini sama dengan aplikasi geogrid biaxial, hanya saja geogrid ini
lebih memberikan ketahanan tarik yang lebih seragam daripada geogrid
biaxial.

Gambar 2.4 Geogrid triaxial


(Sumber: www.tensarcorp.com)

2.3.2 Mekanisme Kinerja Geogrid


Geogrid ditempatkan diantara lapisan agregat base course dan tanah dasar
yang dimana berfungsi mencegah penetrasi agregat ke tanah dasar. Kinerja geogrid
dapat ditingkatkan melalui penguatan. Geogrid memberikan penguatan melalui tiga
kemungkinan mekanisme, yaitu:
1. Perkuatan Lateral
Perkuatan lateral adalah kemampuan untuk membatasi partikel agregat
dalam bidang geogrid. Setelah agregat masuk melalui lubang geogrid,
pergerakannya menjadi terbatas yang mengakibatkan meningkatnya
kekakuan lapisan agregat yang distabilkan. Oleh karena itu, ketika geogrid
digunakan dalam desain struktur jalan baik dengan perkerasan maupun
tidak, struktur jalan menjadi jauh lebih efisien dalam mengelola tegangan
yang disebabkan oleh beban berat karena agregat bergerak sangat sedikit.

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
10

Gambar 2.5 Perkuatan lateral


(Sumber: FHWA, 1998)

2. Peningkatan Kapasitas Daya Dukung


Peningkatan daya dukung tanah dasar dihasilkan dari kehilangan energi
tekanan pada antarmuka geogrid-tanah dasar. Pada umumnya, mekanisme
ini berlaku pada jalan tanpa perkerasan di mana stabilisasi diperlukan untuk
menghasilkan permukaan kerja yang stabil. Namun, ini juga berlaku untuk
struktur perkerasan, khususnya perkerasan lentur yang distabilkan dengan
geogrid pada antarmuka agregat-tanah dasar.

Gambar 2.6 Peningkatan kapasitas daya dukung


(Sumber: FHWA, 1998)

3. Membrane Tension Support


Mekanisme ini terutama berlaku untuk geotekstil yang menggunakan tanah
sumber daya dan memiliki kemampuan terbatas untuk geogrid. Dalam hal
ini, ketika georid memiliki modulus regangan yang cukup tinggi, maka

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
11

tegangan akan berkembang dalam bentuk perkuatan yang ditunjukkan pada


gambar 2.7, sehingga meningkatkan dukungan membran vertikal untuk
lapisan di atasnya.

Gambar 2.7 Membrane tension support


(Sumber: FHWA, 1998)

2.3.3 Perancangan Geogrid untuk Stabilisasi Tanah


Pada jalan tanpa perkerasan, geogrid biasanya digunakan sebagai perkuatan
untuk mengurangi ketebalan lapisan agregat (stabilisasi tanah). Lapisan jalan tanpa
perkerasan pada umumnya hanya ada 2 lapisan yaitu base dan subgrade.

Gambar 2.8 Lapisan jalan tanpa perkerasan


(Sumber: Han, J., 2015)

Dalam melakukan perancangan geogrid untuk stabilisasi tanah dasarnya,


diperlukan beberapa prosedur (Han, J., 2015), yaitu:
1. Berdasarkan kekuatan tanah dasar, beban roda, dan tekanan roda,
lakukan analisa terhadap tanah dasar, apakah tanah dasar sudah cukup
untuk mendukung lalu lintas. Jika tidak cukup, maka diperlukan base

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
12

course. Kekuatan tanah dasar dapat dihitung dengan menggunakan


persamaan 2-2:
𝑃 = 𝜋𝑟 𝑁 𝑐 ………………………………………………. (2-2)

Keterangan:
𝑃 = Beban roda yang dapat ditanggung pada saat h = 0 m
(tanpa base course)
s = Kedalaman deformasi maksimum yang diizinkan (mm)
fs = Faktor equal (75 mm)
r =
, Radius area kontak ban (m)
𝜋𝑝

P = Beban roda (kN)


p = Tekanan roda (kPa)
Nc = Faktor daya dukung
(Untuk jalan yang tidak stabil, Nc = 3,14)
(Untuk jalan yang distabilkan dengan geotekstil, Nc =
5,14)
(Untuk jalan yang distabilkan dengan geogrid, Nc =
5,71)
cu = Kuat geser undrained (kPa)

2. Berdasarkan CBR base course, lakukan analisa terhadap base course


yang memiliki kapasitas daya dukung yang cukup untuk mendukung
lalu lintas. Jika ini tidak cukup, lapisan base course yang lebih baik
harus dipilih atau lapisan base course harus distabilkan dengan lapisan
tambahan perkuatan, misalnya geosintetik planar atau geosel, atau
bahan kimia (semen atau aspal). Untuk menganalisa nilai CBR base
course dapat digunakan grafik berdasarkan Hammit (1970).

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
13

Gambar 2.9 Nilai CBR yang diperlukan untuk lapisan base course
(Sumber: Hammit,G.M., 1970)

3. Melalui iterasi, tentukan ketebalan lapisan base course yang dibutuhkan


berdasarkan jumlah lintasan.
Giroud dan Han mengembangkan metode desain khusus untuk struktur tanpa
perkerasan yang diperkuat geogrid menggunakan analisis numerik elastis untuk
mengukur interlock material geogrid/base course. Untuk menghitung berapa
ketebalan dari lapisan base course yang diperlukan, digunakan teori Giroud dan
Han (2004), yaitu dengan persamaan 2-3:
,
, , ,
ℎ= , ( )
× − 1 𝑟………. (2-3)
,

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
14

Keterangan:
h = Ketebalan lapisan base course (m)
J = Modulus stabilitas bukaan geogrid (m-N/ °)
r =
, Radius area kontak ban (m)
𝜋𝑝

P = Beban roda (kN)


p = Tekanan roda (kPa)
𝑅 = , Rasio modulus terbatas dari lapisan base course untuk

tanah dasar (subgrade)


N = Jumlah kendaraan sumbu terberat yang melintas
𝑃 = Beban roda (kN)
s = Kedalaman deformasi maksimum yang diizinkan (mm)
fs = Faktor equal (75 mm)
Nc = Faktor daya dukung
(Untuk jalan yang tidak stabil, Nc = 3,14)
(Untuk jalan yang distabilkan dengan geotekstil, Nc = 5,14)
(Untuk jalan yang distabilkan dengan geogrid, Nc = 5,71)
cu = Kuat geser undrained (kPa)
Setelah ketebalan dari lapisan base course dihitung, kemudian dilakukan
pengecekan kekuatan dari lapisan base course. Kekuatan maksimum dari lapisan
base course dengan perkuatan geogrid maupun tidak, dapat dicek dengan
persamaan 2-4:

[ , ( )]
𝑃 = 𝜋𝑟 1 − 0,9 𝑒𝑥𝑝 − 𝑁 𝑐 × 1+ , (2-4)
, ( , , )

Jika kekuatan dari lapisan base course tidak mencukupi beban yang ada, maka
lapisan base course tersebut perlu ditingkatkan, atau dengan memakai perkuatan
geotekstil/geogrid.

2.4 Penelitian Terdahulu


Penelitian terdahulu merupakan sejumlah jurnal atau penelitian yang
dilakukan bertahun-tahun sebelumnya yang penulis gunakan sebagai referensi, dan

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
15

acuan dalam melakukan penelitian tentang geogrid. Penelitian sebelumnya antara


lain:
1. Jurnal yang ditulis oleh J. P. Giroud, M.ASCE, dan Jie Han, M.ASCE
(2004a), dengan judul Design Method for Geogrid-Reinforced Unpaved
Roads. I. Development of Design Method. Pada jurnal ini, penulis
melakukan pengembangan pada metode desain yang terdahulu (Giroud dan
Noiray 1981; Giroud et al. 1985). Pada jurnal ini dikembangkan metode
desain untuk jalan tanpa perkerasan yang diperkuat geogrid yang disajikan
dalam jurnal ini memperhitungkan parameter yang tidak diperhitungkan
dalam metode yang diterbitkan sebelumnya (Giroud dan Noiray 1981;
Giroud et al. 1985), seperti: interlock antara geogrid dan agregat base
course, modulus stabilitas bukaan bidang geogrid, dan modulus ketahanan
agregat base course. Selain itu, metode desain yang disajikan dalam jurnal
ini memperhitungkan parameter yang diperhitungkan dalam metode yang
diterbitkan sebelumnya, seperti: volume lalu lintas, beban roda, tekanan
roda, kekuatan tanah dasar, kedalaman deformasi maksimum yang
diizinkan, dan pengaruh keberadaan perkuatan geosintetik (geotekstil atau
geogrid) pada mode kegagalan jalan tanpa perkerasan. Dalam metode yang
disajikan dalam jurnal ini, ketebalan lapisan base course yang dibutuhkan
untuk perkuatan jalan tanpa perkerasan dihitung menggunakan persamaan
unik.
2. Jurnal yang ditulis oleh J. P. Giroud, M.ASCE, dan Jie Han, M.ASCE
(2004b), dengan judul Design Method for Geogrid-Reinforced Unpaved
Roads. II. Calibration and Application. Pada jurnal ini, metode desain yang
disajikan didasarkan pada pengembangan teoritis dan dikalibrasi dengan
menggunakan data dari uji beban roda lapangan dan uji beban pelat siklik
laboratorium pada program dasar tanpa perkuatan dan perkuatan, semuanya
dibangun di atas tanah dasar yang lemah. Pada jurnal ini telah membuktikan
bahwa metode desain yang baru telah terbukti secara akurat memprediksi
kinerja jalan tanpa perkuatan dan diperkuat yang diukur dalam studi terbaru.
Oleh karena itu metode desain yang disajikan dalam jurnal ini akan

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
16

memungkinkan desainer untuk lebih akurat menentukan ketebalan lapisan


base course yang diperlukan untuk mendukung lalu lintas di jalan tanpa
perkerasan, jalan konstruksi sementara, dan platform kerja.
3. Jurnal yang ditulis oleh Anita Widianti (2012), dengan judul Pengaruh
Jumlah Lapisan dan Spasi Perkuatan Geosintetik terhadap Kuat Dukung dan
Penurunan Tanah Lempung Lunak. Pada jurnal ini, mengkaji pengaruh
jumlah lapisan dan jarak vertikal antar lapisan geosintetik terhadap besarnya
daya dukung, dan penurunan tanah dasar. Penelitian utama pada jurnal ini
adalah uji beban pada masing-masing lempung yang dimasukkan ke dalam
kotak model ukuran 120 cm x 120 cm x 100 cm. Air ditambahkan ke tanah
untuk mencapai kondisi batas cair, kemudian tanah diperkuat dengan
memasukkan lapisan geotekstil woven 60 x 60 cm2 HRX200 yang kuat
tariknya 20 kN/m2 dengan berbagai jarak dan jumlah lapisan di antara kotak
yang berbeda. Bagian bawah pondasi pembebanan pada sisi atas sampel
berbentuk bujur sangkar dengan sisi (B) 10 cm. Proses pembebanan
dilakukan sampai tanah keruntuhan yang ditunjukkan oleh pengamatan
visual atau dengan kondisi tidak ada peningkatan besaran beban yang
menyebabkan penurunan. Hasil penelitian dari jurnal ini menunjukkan
bahwa banyaknya lapisan (1, 2 dan 3) pada geosintetik menghasilkan
peningkatan daya dukung masing-masing sebesar 60,57%, 213,00%, dan
402,64%, serta mereduksi penurunan sebesar 40%, 60%, dan 70 % itu jika
dibandingkan tanpa perkuatan. Geosintetik dengan spasi 0,4B dan 0,6B
menghasilkan peningkatan daya dukung terbesar, yaitu sebesar 402,64%,
dan jika geosintetik dipasang dengan spasi lebih dari 0,6B akan
menghasilkan peningkatan daya dukung dengan persentase yang semakin
berkurang.

2.5 Kerangka Berpikir


Dari latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, setelah itu
dilakukannya identifikasi masalah yang terjadi sehingga menghasilkan berbagai
rumusan masalah yang ingin dicapai. Rumusan masalah ini menjadi dasar dari

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
17

proses analisis yang akan dilakukan. Dalam melakukan perancangan diperlukannya


tinjauan pustaka sebagai acuan/pedoman untuk melakukan pengolahan dan analisis
data yang bersumber dari buku, jurnal, dan lain sebagainya. Selanjutnya jika data
yang dibutuhkan untuk perancangan sudah didapatkan, maka data tersebut diolah
serta dianalisis. Pengolahan dan analisis data harus dilakukan dengan baik, yang
dilakukan dalam proses ini adalah melakukan pendekatan korelasi parameter tanah
berdasarkan data yang telah didapat dan menganalisis data yang telah dikorelasikan
untuk dapat melanjutkan ke proses selanjutnya. Setelah data diolah dan dianalisis
kemudian dilakukan perancangan geogrid untuk stabilisasi tanah dasar (subgrade).
Kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 2.10.

Gambar 2.10 Kerangka berpikir

PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI


TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022

Anda mungkin juga menyukai