2022 TA STS 051001800090 Bab-2 Tinjauan-Pustaka
2022 TA STS 051001800090 Bab-2 Tinjauan-Pustaka
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Pada umumnya, tanah dasar dapat berasal dari tanah asli daerah setempat atau
dapat juga berupa tanah timbunan. Dalam kondisi tertentu, terkadang material tanah
dasar asli (subgrade) tidak memenuhi syarat yang dibutuhkan, misalnya seperti
tanah lempung. Tanah lempung didefinisikan sebagai tanah yang sebagian besar
terdiri tanah dengan ukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang
berbentuk lempengan-lempengan pipih, dan merupakan partikel-partikel dari mika,
mineral-mineral lempung, dan mineral-mineral yang sangat halus lain (Braja M.
Das, 1995). Menurut ASTM D-653, partikel lempung berukuran antara 0,002 mm
sampai dengan 0,005 mm.
Tanah lempung merupakan tanah yang mempunyai partikel-partikel mineral
tertentu yang menghasilkan sifat-sifat plastis pada tanah bila dicampur dengan air
(Grim, 1953). Tanah lempung sangat keras dalam kondisi kering, dan tidak mudah
terkelupas hanya dengan jari tangan, sedangkan pada kondisi basah tanah lempung
akan bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak.
Tanah lempung memiliki sifat-sifat antara lain kohesif, plastis, permeabilitas
rendah, dan daya dukung relatif rendah. Berdasarkan sifat-sifat yang dimiliki tanah
lempung tersebut, tanah lempung sering dianggap sebagai kendala dalam
konstruksi akibat daya dukungnya yang rendah.
Oleh karena itu, untuk mengatasi masalah yang disebabkan oleh tanah
lempung tersebut adalah dengan melakukan stabilisasi tanah. Salah satu metode
yang dapat digunakan untuk memperbaiki daya dukung dari tanah lempung adalah
dengan stabilisasi tanah mekanis dengan menggunakan geogrid.
4
PERANCANGAN GEOGRID PADA KONSTRUKSI
TANAH DASAR (SUBGRADE)- RAIHAN ADITHYA, 2022
5
Lunak 2-4 12 - 25
Sedang 4-8 25 - 50
Kaku 8 - 15 50 - 100
Lunak 12 - 25 1-2
E (MPa)
Hubungan
Referensi Komentar CBR CBR CBR
(MPa)
2% 5% 10%
Powell, Potter,
Mayhew dan E = 17,6 CBR0,64 Untuk CBR < 12% 27 49 77
Nunn (1984)
E (MPa)
Referensi Hubungan (MPa) Komentar
CBR CBR CBR
20% 50% 80%
NAASRA (1950) E = 22,4 CBR0,5 Untuk CBR > 5% 100 142 200
Queensland Main
E = 21,2 CBR0,64 Untuk CBR > 15% 144 225 350
Road (1988)
(Sumber: Burt G. Look, 2007)
2.3.1 Geogrid
Geogrid merupakan suatu jenis geosintetik yang berbentuk jaring (web) yang
dibentuk oleh suatu jaringan teratur dengan elemen tarik dan memiliki lubang
dengan ukuran lebih dari 6,5 mm yang memungkinkan tanah saling mengunci
(interlock) dengan bahan pengisi disekitarnya (ASTM D 4439). Fungsi utama dari
geogrid yaitu sebagai perkuatan.
3. Geogrid Triaxial
Geogrid triaxial memiliki kekuatan dari berbagai arah. Kegunaan dari
geogrid ini sama dengan aplikasi geogrid biaxial, hanya saja geogrid ini
lebih memberikan ketahanan tarik yang lebih seragam daripada geogrid
biaxial.
Keterangan:
𝑃 = Beban roda yang dapat ditanggung pada saat h = 0 m
(tanpa base course)
s = Kedalaman deformasi maksimum yang diizinkan (mm)
fs = Faktor equal (75 mm)
r =
, Radius area kontak ban (m)
𝜋𝑝
Gambar 2.9 Nilai CBR yang diperlukan untuk lapisan base course
(Sumber: Hammit,G.M., 1970)
Keterangan:
h = Ketebalan lapisan base course (m)
J = Modulus stabilitas bukaan geogrid (m-N/ °)
r =
, Radius area kontak ban (m)
𝜋𝑝
[ , ( )]
𝑃 = 𝜋𝑟 1 − 0,9 𝑒𝑥𝑝 − 𝑁 𝑐 × 1+ , (2-4)
, ( , , )
Jika kekuatan dari lapisan base course tidak mencukupi beban yang ada, maka
lapisan base course tersebut perlu ditingkatkan, atau dengan memakai perkuatan
geotekstil/geogrid.