DEPARTEMEN TEKNIK METALURGI DAN MATERIAL

METALURGI LAS – S2 KHUSUS

TUGAS 3
RANI KUSUMAWARDANI
2206105383

1. In one welding experiment, 50-mm-thick steel plates were joined using electro-
slag welding. The current and voltage were 480A and 34V, respectively. The heat
losses to the water-cooled copper shoes and by radiation from the surface of
the slag pool were 1275 and 375 cal/s, respectively. Calculate the heat source
efficiency.
Jawab:
Metode welding = Electro-slag Welding (ESW)
Base metal = 50 mm thick steel plates
Current = 480A
Voltage = 34V
Heat loses = 1275 cal/s to the water cooled copper shoes
375 cal/s by radiation from the surface of the slag pool
Heat source efficiency
𝑄𝑡𝑜 𝑏𝑎𝑠𝑒 𝑚𝑒𝑡𝑎𝑙 . 𝑡𝑤𝑒𝑙𝑑
ℎ𝑒𝑎𝑡 𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 (𝜂) =
𝑄𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 . 𝑡𝑤𝑒𝑙𝑑
(480𝐴. 34𝑉) − ((1275 𝑐𝑎𝑙 + 375 𝑐𝑎𝑙). 4184)
ℎ𝑒𝑎𝑡 𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 (𝜂) =
480𝐴 . 34𝑉
16320𝐽 − 6093,6𝐽
ℎ𝑒𝑎𝑡 𝑠𝑜𝑢𝑟𝑐𝑒 𝑒𝑓𝑓𝑖𝑐𝑖𝑒𝑛𝑐𝑦 (𝜂) = = = 0,577 = 57,7%
16320

2. It has been reported that the heat source efficiency in electro-slag welding
increases with increasing thickness of the work-piece. Explain why.
Jawab:
Peningkatan ketebalan pada benda yang dilas akan menghasilkan ukuran weld pool
bertambah, maka akan meningkatkan volume weld pada metal. Ketika volume
meningkat, maka laju pendinginan akan menurun. Laju pendinginan menurun maka
akan membuat distribusi panas menjadi terbatas pada area pengelasan dan membuat
heat input menjadi berpusat hanya pada satu daerah saja.

3. (a) Consider the welding of 25.4-mm-thick steel plates. Do you prefer to apply
Rosenthal’s two- or three-dimensional heat flow equation for full-penetration
electron beam welds? What about bead-on-plate gas–tungsten arc welds?
(b) Suppose you are interested in studying the solidification structure of the
weld metal and you wish to calculate the temperature distribution in the weld
pool. Do you expect Rosenthal’s equations to provide reliable thermal
information in the pool? Why or why not?
(c) In multi-pass welding do you expect a higher or lower cooling rate in the first
pass than in the subsequent passes? Why?
Jawab:
(a) Untuk penetrasi full pada pengelasan electron beam, lebih disarankan untuk
menggunakan persamaan aliran panas tiga dimensi Rosenthal, karena
 lasannya yang dalam. EBW dapat menghasilkan lasan dengan penetrasi
penuh. Untuk penetrasi penuh pada pelat tebal 25,4 mm, arah ketebalan harus
dimasukkan untuk analisis aliran panas. Untuk GTAW pada plate, disarankan
menggunakan persamaan aliran panas dua dimensi, karena GTAW akan
menghasilkan lasan tanpa penetrasi penuh dan menghasilkan ukuran HAZ
yang lebih besar.
(b) Persamaan Rosenthal dapat memberikan informasi tentang suhu pada satu
titik selama proses pengelasan. Informasi itu berarti suhu awal yang
dipengaruhi oleh proses pengelasan. Dengan variabel x dan R dalam
persamaan Rosenthal, dapat menggambarkan besar T pada titik R. Large of T
dapat memberikan informasi tentang keadaan titik itu selama pengelasan,
meleleh atau tetap padat. Persamaan Rosenthal dapat diandalkan untuk
memberikan informasi termal untuk analisis struktur solidifikasi. Karena
struktur solidifikasi hanya membutuhkan informasi tentang suhu awal dan laju
pendinginan pada potongan itu saja.
(c) Laju pendinginan pada laluan pass pertama lebih besar dari pass berikutnya,
karena ketika pertama kali lewat, suhu awal benda kerja masih pada
temperature ruangan, jadi ada perbedaan besar dari suhu logam lasan, dan
panas tetap didistribusikan ke seluruh benda kerja. Pada pass berikutnya, suhu
awal pengerjaan lebih tinggi dari suhu sekitar, sehingga perbedaan antara
logam las dan benda kerja lebih kecil daripada pass sebelumnya sehingga laju
pendinginan akan berkurang.

4. Large aluminum sheets 1.6 mm thick are butt welded using GTAW with
alternating current. The current, voltage, and welding speed are 100A, 10V, and
2mm/s, respectively. Calculate the peak temperatures at distance of 1.0 and 2.0
mm from the fusion boundary. Assume 50% arc efficiency.
Jawab:
Metode las = GTAW
Current = 100A
Voltage = 10V
Welding speed= 2 mm/s
Ketebalan = 1,6 mm
Jarak = 1 mm dan 2 mm
Effisiensi = 50%
Peak temperature
1 4,13 𝑉𝑌𝑔𝜌𝐶 1 1
= + → 𝑇𝑝 = + 𝑇𝑜
𝑇𝑝 − 𝑇0 𝑄𝑥ℎ 𝑇𝑚 − 𝑇0 4,13 𝑉𝑌𝑔𝜌𝐶 1
( + 𝑇𝑚 − 𝑇𝑜)
𝑄𝑥ℎ
1
𝑇𝑝, 1 𝑚𝑚 = − 298 = 905,47 𝐾
4,13 𝑥 0,002 𝑥0,002 𝑥 2.7. 106 1
( + 933 − 298)
100 𝑥 10 𝑥 50%
1
𝑇𝑝, 2 𝑚𝑚 = − 298 = 880,23 𝐾
4,13 𝑥 0,002 𝑥0,002 𝑥 2.7. 106 1
( + 933 − 298)
100 𝑥 10 𝑥 50%
 5. Bead-on-plate welding of a thick-section carbon steel is carried out using
200A, 20V, and 2mm/s. The preheat temperature and arc
Jawab:
Current = 200A
Voltage = 20V
Welding speed= 2 mm/s
Prehet tempterature = 100℃
Arc efficiency = 60%
For this case, it must be full penetration to analysis cross sectional area. So, the temperature
at the bottom of work piece must be Tm, 1800K.

Rosenthal’s equation for two dimensions:

2𝜋(𝑇 − 𝑇𝑜)𝑘𝑔 𝑉𝑥 𝑉𝑟
= exp [ ] 𝐾𝑜 [ ]
𝑄 2𝛼 2𝛼
𝐽
2 𝑥 3,14 𝑥 (1800𝐾 − 373𝐾)𝑥 41 𝑚𝑠𝐾 𝑥 (𝑔)
= 𝑒 [0]
200𝐴 𝑥 20𝑉 𝑥 60%
1
𝑟 = (𝑥 2 + 𝑦 2 )2 → 153,0933𝑔 = 1
𝑥 = 0, 𝑦 = 0 → 𝑔 = 0,006532𝑚 = 0,257 𝑖𝑛
𝑟=0

6. (a) Do you expect to have difficulty in achieving steady-state heat flow during
girth (or circumferential) welding of tubes by keeping constant heat input and
welding speed? Explain why. What is the consequence of the difficulty?
(b) Suggest two methods that help achieve steady-state heat flow during girth
welding.
Jawab:
(a) Zona fusi meningkat secara signifikan dalam ukuran sebagai pengelasan
diproses. Hal ini karena panas terus menumpuk selama pengelasan dan
daerah yang belum dilas dipanaskan, meskipun baik masukan panas dan
kecepatan putaran tetap konstan selama seluruh proses pengelasan. Pada
awal pengelasan, tidak ada pemanasan awal dan manik las terlalu kecil untuk
penetrasi penuh
(b) Dalam kasus pengelasan ketebalan otomatis, arus pengelasan dan karenanya
input panas dapat diprogram melalui penggunaan sumber daya yang dapat
diprogram. Pengelasan gerigi terutama aliran panas kondisi-tunak. Masukan
panas per satuan panjang lasan harus tinggi pada awal dan dikurangi secara
kontinyu sebagai pengelasan yang diproses.

7. A cold-rolled AISI 1010 low-carbon steel sheet 0.6 mm thick was tested for
surface reflectivity in CO2 laser beam welding under the following different
surface conditions:
(a) as received;
(b) oxidized in air furnace at 1000°C for 20 s;
(c) oxidized in air furnace at 1000°C for 40 s;
(d) covered with steel powder.
 In which order does the reflectivity rank in these surface conditions and why?
Jawab:
Reflectivity yang tertinggi dari as received dengan range 65-80%, adapun perbedaan
reflectivity ini karena tingginya elektrik DC current resistivity pada permukaan lapisan
oksida. Sedangkan reflectivity terendah range 20-35% karena reflection laser beam
yang irregular oleh steel powder.

8. It was observed in YAG laser beam welding of AISI 409 stainless steel that under
the same power the beam size affected the depth–width ratio of the resultant
welds significantly. Describe and explain the effect.
Jawab:
Efek ini terjadi karena efek melting ratio yang bertambah sehingga thermal conduction
pada material dari weld zone bertambah pada nilai overlapping yang tertinggi. Dan
akan mengurangi keefektifan sumber panas. Adanya input energy yang bertambah
tidak digunakan untuk melelehkan material karena energi ini hilang melalui konduksi
ke material tersebut.

9. Calculate the thermal cycle at the top surface of a very thick carbon steel plate
at 5 mm away from the centerline of the weld surface. power of the arc is 2kW,
the arc efficiency 0.7, the travel speed 2mm/s, and the preheat temperature
100°C.
Jawab:
Thickness = 5 mm
Power = 2000 watt
Arc efficiency = 0,7
Weld speed = 2mm/s
Preheat Temp = 100℃ = 373 K

Rosenthal’s equation for three dimension:

2𝜋(𝑇 − 𝑇𝑜)𝑘𝑅 −𝑉(𝑅 − 𝑥) 𝑄 −𝑉(𝑅 − 𝑥)
= exp [ ]→𝑇=( exp [ ]) + 𝑇𝑜
𝑄 2𝛼 2𝜋𝑘𝑅 2𝛼
 1
𝑄 −𝑉(25 + 𝑉𝑡)2 − 𝑉𝑡
𝑥 = 𝑉. 𝑡 → 𝑇 = ( exp [ ]) + 𝑇𝑜
2𝜋𝑘𝑅 2𝛼
1
𝑦 = 5𝑚𝑚, 𝑧 = 0, 𝑅 = (25𝑥10−6 + (𝑉𝑡)2 )2
1
2000𝐽 𝑥 70% −0,002(25𝑥10−6 + 4𝑥10−6 𝑡)2 − 0,002𝑡))
𝑇=( 1 𝑒𝑥𝑝 )
41𝐽 −6 2 𝑥 9,1 𝑥10−6
2 𝑥 3,14 𝑥 𝑥(25𝑥10 𝑡) 2
𝑚𝑠𝐾
+ 373𝐾
5,43 −6
1
𝑇=( 1 𝑒𝑥𝑝 − 109,89(25𝑥10 + 4𝑥10−6 𝑡)2 − 0,002𝑡)) + 373𝐾
(25𝑥10−6 + 4𝑥10−6 𝑡)2

Dari persamaan di atas, dapat dikalkulasikan nilai T in x second at x = Vt, y = 5 mm,

z=0 pada daerah yang jauh dari centerline permukaan welding

t (time) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
T (temperature) 1069 1025 943,6 865,3 800,2 747,7 705,5 671,3 643,1 619,5

10. Is the transverse cross section of the weld pool at a fixed value of x perfectly
round according to Rosenthal’s three-dimensional heat flow equation? Explain
why or why not based on the equation. What does your answer tell you about
the shape of the transverse cross section of a weld based on Rosenthal’s three-
dimensional equation?
Jawab:
Tidak, karena sesuai dengan persamaan; pada arah potongan melintang pada arah
transversal pada kondisi dimana proses pengelasan terjadi secara isothermal, yang
meliputi proses fusion boundary dan boundary luar dari daerah HAZ yang
mengakibatkan bentuknya semicircular