Anda di halaman 1dari 18

PETUNJUK PRAKTIKUM

ILMU TERNAK PERAH


SEMESTER IV / Pt (PTP2403/PTP1403)

Oleh :
Dr.sc.agr. Ir. Yusuf Subagyo, M.P., IPU
Afduha Nurus Syamsi, S.Pt., M.P.
Hermawan Setyo Widodo, S.Pt., M.Si.
Merryafinola Ifani, S.Pt., M.Pt.

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK PERAH


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2024
KATA PENGANTAR

Buku petunjuk praktikum ini disusun sebagai pedoman pelaksanaan praktikum “Ilmu
Ternak Perah” bagi mahasiswa di lingkungan Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
Soedirman (Unsoed). Buku ini berisi tentang jenis kegiatan praktikum serta informasi
mengenai prinsip, alat, bahan, dan tata urutan kerja pada masing-masing praktikum.
Penyusunan buku panduan dilakukan melalui studi dari berbagai pustaka yang mengacu
pada pencapaian capaian pembelajaran mata kuliah (CPMK).
Mahasiswa akan melaksanakan praktikum uji kualitas susu. Materi praktikum yang
diberikan bertujuan agar mahasiswa mampu menerapkan konsep ilmu ilmiah ternak perah
dalam menghasilkan produk susu yang optimal baik kuantitas ataupun kualitasnya. Tujuan
lain dilakukanya praktikum tersebut adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas
mengenai ruang lingkup ilmu ternak perah sebagai ilmu pengetahuan manajemen ternak
perah yang akan dipelajari lebih lanjut disemester berikutnya.
Metode dan materi praktikum yang terdapat dalam buku ini telah disesuaikan dengan
fasilitas yang terdapat pada Laboratorium Produksi Ternak Perah. Ketelitian, kedisiplinan,
serta pengalaman belajar yang optimal dari mahasiswa diharapkan mampu menghasilkan
output praktikum yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Penyusun menyadari bahwa buku petunjuk praktikum ini belum sempurna.
Penyempurnaan buku akan terus dilakukan seiring dengan perkembangan fasilitas
laboratorium yang berdasarkan pada penyesuaian kebutuhan lingkungan dan industri.
Semoga buku ini dapat memberikan hasil guna yang lebih baik bagi para mahasiswa.
Kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berkenan membantu
penyusunan buku ini. Semoga mendapatkan berkat dan balasan yang setimpal dari Tuhan
YME.

Purwokerto, Februari 2024

Penyusun

2
TATA TERTIB

1. Kegiatan praktikum akan dikoordinasi dan didampingi oleh asisten praktikum


Laboratorium Produksi Ternak Perah.
2. Setiap praktikan wajib mempunyai buku petunjuk praktikum dan melaksanakan
praktikum sesuai dengan prosedur.
3. Praktikan harus sudah datang selambat – lambatnya 5 (lima) menit sebelum praktikum.
4. Setiap praktikan harus memakai jas laboratorium, menggunakan sepatu dan berkaus
kaki, membawa kartu praktikum, name tag, dan beberapa kelengkapan praktikum yang
dibutuhkan sesuai dengan kegiatan praktikum.
5. Praktikan harus sudah belajar mengenai petunjuk praktikum beserta teori – teorinya
yang berhubungan dengan acara praktikum yang akan dikerjakan.
6. Praktikan wajib mengganti alat atau preparat yang rusak/ pecah/ hilang karena
kesengajaan/ kelalaian/ ketidaktelitian praktikan selama praktikum.
7. Praktikan dilarang makan dan minum selama praktikum berlangsung (terkecuali atas
seizin dan arahan asisten).
8. Praktikan dilarang merokok selama praktikum atau jam rehat/istirahat, di lingkungan
laboratorium atau di manapun selama dalam proses praktikum.
9. Praktikan wajib membantu merapihkan peralatan dan bahan praktikum setelah partikum
selesai dilaksanakan.
10. Setelah seluruh acara praktikum selesai, akan diadakan responsi untuk mengevaluasi
hasil praktikum.
11. Praktikan wajib membuat surat izin yang dilengkapi dengan bukti tugas atau surat
keterangan yang dapat dipertanggungjawabkan, apabila tidak dapat mengikuti
praktikum.
12. Praktikan wajib memakai masker dan dilarang melepas masker selama kegiatan
praktikum.
13. Praktikan wajib membawa handsanitizer mandiri.
14. Praktikan dilarang berkerumun sebelum dan sesudah praktikum.
15. Praktikan yang sakit tidak diperkenankan mengikuti kegiatan praktikum.
16. Praktikan wajib diperiksa suhu tubuh (tidak lebih dari 37 derajat celcius).
17. Praktikum wajib mematuhi dan mengikuti intruksi yang diberikan oleh asisten atau
dosen Laboratorium Produksi Ternak Perah.
18. Hal – hal yang belum tercantum dalam tata tertib ini akan dibicarakan dan ditentukan
kemudian.

3
PERLENGKAPAN YANG PERLU DISIAPKAN PRAKTIKAN
A. Perlengkapan Pribadi
1. Jas lab 5. Name tag
2. Kartu praktikum 6. Buku petujuk praktikum
3. Masker 7. Alat tulis
4. Sarung tangan lateks

B. Perlengkapan Kelompok
No Kelengkapan Keterangan
1 Bagan Urutan kerja Semua praktikum
2 Tissue Semua praktikum
3 Kamera (diperbolehkan HP) Semua praktikum
4 Kertas label Semua praktikum
5 Handuk good morning (lap kain) Kimia susu
6 Kapas Mikrobiologi susu
7 Kertas payung Mikrobiologi susu
8 Kalkulator Mikrobiologi susu

UJI KUALITAS SUSU

Susu merupakan produk ternak yang memiliki nilai potensial tinggi. Potensi tersebut
merujuk pada gizi dan manfaat susu. Berdasarkan nilai gizinya, susu dapat dikatakan bahan
pangan yang sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap untuk tubuh manusia yaitu
karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin. Selain itu, susu juga memiliki martabat
biologi yang tinggi yaitu seluruh gizi susu (100%) dapat diserap dalam proses yang cepat
oleh tubuh manusia. Nilai biologis yang tinggi tersebut yang menyebabkan susu menjadi
produk utama pengganti diet pada beberapa kasus kesehatan. Keunggulan lain dari susu
adalah mudah diolah karena berbentuk liquid dan dapat didiversifikasikan dalam berbagai
bentuk olahan pangan.
Keunggulan yang dimiliki oleh susu ternyata juga menyebabkan adanya kelemahan
susu. Gizi yang tinggi serta konsistensinya yang cair menyebabkan susu mudah dicemari
mikroba. Mikroba akan tumbuh secara progresif dan menyebabkan percepatan kerusakan
susu. Hal tersebut akan menyebabkan menurunya kualitas susu dan menyebabkan adanya
foodborn disease. Konsistensi susu yang berbetuk liquid juga menyebabkan produk tersebut

4
mudah dipalsukan. Praktik pemalsuan tersbut ditujukan untuk meningkatkan volume susu
dengan menambahkan air/santan/tepung dan berbagai jenis bahan pemalsu lainnya.
Berdasarkan pada permasalahan-permasalahn tersebut, maka mahasiswa perlu
mengetahui sifat-sifat susu yang meliputi kimia, fisik, dan mikrobiologinya. Sifat-sifat
tersebut yang akan menentukan keaslian dan kualitas susu. Keaslian dan kualitas susu dapat
diukur melalui berbagai uji mutu/kualitas susu. Uji kualitas susu modern yang saat ini dapat
digunakan adalah dengan menggunakan laktoscan, sedangkan secara konvensional dapat
dilakukan berbagai proses uji sesuai dengan komponen atau sifat susu yang akan diukur.
Kualitas susu ditentukan berdasarkan rujukan Badan Standarisasi Nasional Indonesia (SNI)
nomor 3141.1 tahun 2011 tentang persyaratan mutu susu segar. Berikut ini adalah table SNI
tentang persyaratan mutu susu segar:
Tabel 1. SNI No. 3141.1 Tahun 2011 tentang Persyaratan Mutu Susu Segar

5
PRAKTIKUM I
UJI KIMIA SUSU

➢ UJI KADAR LEMAK


Metode : Gerber
Prinsip :
Jika H2SO4 ditambahkan dalam susu maka bahan padat tanpa lemak akan terlarut
menghasilkan asam lemak bebas dan bila dipanaskan lemak akan mencair dan
mengembang keatas, jika disentrifusi lemaknya akan dapat atau lebih mudah memisah.
Alat – alat :
1. Butyrometer gerber standard 6. Tempat sandaran butyrometer
2. Kunci penutup 7. Sentrifuge
3. Pipet seukuran 11 ml untuk susu 8. Waterbath
4. Pipet seukuran 10 ml untuk asam 9. Thermometer
sulfat 10. Kain lap
5. Pipet seukuran 1 ml untuk amyl
alkohol

Bahan :
1. Susu
2. Asam sulfat pekat
3. Amyl alcohol
Tata Urutan Kerja :
1. Ambil 10 ml asam sulfat, kemudian dimasukan ke dalam butyrometer. Jagalah leher
butyrometer tetap dalam keadaan kering.
2. Hangatkan susu sampai temperature 200C kemudian kocok sampai homogen.
3. Ambil 11 ml susu lalu masukan kedalam butryometer dengan kuat tanpa menganggu
isinya.
4. Tambahkan 1 ml amyl alkohol.
5. Tutuplah butryometer dengan kuat tanpa menganggu isinya.
6. Kocoklah butyrometer sampai kuat sampai campuran menjadi homogen dan tidak ada
partikel – partikel putih.
7. Masukkan butryometer ke dalam sentrifuge secara simetri kemudian diputar dengan
kecepatan 1100 rpm selama 4 menit.

6
8. Ambil butryometer, masukkan ke dalam panangas dengan suhu 65 ± 20C sekurang –
kurangnya selama 3 menit. Posisi butryometer tutupnya pada bagian bawah.
9. Bacalah skala butryometer, sebelum pembacaan dilakukan disesuaikan dengan posisi
kolom lemak tepat pada garis skala. Batas antara lemak dan asam sulfat harus diletakan
pada garis skala 0 dengan cara mengatur tekanan penutup. Hasil pembacaan ini
merupakan persentase lemak dalam susu. Pembacaan dengan ketelitian mendekati
0,05%.

➢ UJI KADAR PROTEIN


Metode : Titrasi formol
Prinsip :
Prinsip dari titrasi formol adalah menetralkan larutan dengan basa NaOH membentuk
dimethilol dengan penambahan formaldehid yang mana gugus amino sudah terikat dan
tidak mempengaruhi reaksi asam basa NaOH. Indikator yang digunakan adalah PP.
Reaksi akhir titrasi akan terjadi perubahan warna pink
Alat – alat :
1. Labu erlenmeyer 4. Corong gelas
2. Pipet ukur 5. Becker gelas
3. Buret dan stangnya
Bahan :
1. Susu 4. NaOH 0,1 N
2. K-oksalat jenuh 5. Formaldehyde
3. Phenolphthalin 1 % 6. Aquadest
Tata Urutan Kerja :
1. Untuk membuat warna standar adalah sebagai berikut : 10 cc susu + 10 cc aquadest
+ 0,4 cc larutan kalium oksalat jenuh + 1 tetes pp (Phenolphtalin) 1 %
2. Pindahkan 10 cc sampel susu kedalam erlenmeyer dan tambahkan 20 cc aquadest
dan 0,4 cc larutan kalium oksalat jenuh dan 1 tetes pp 1 % kemudian didiamkan
selama 2 menit.
3. Titrasi larutan sempel dengan 0,1 N NaOH sampel menjadi warna seperti warna
standar atau merah jambu atau pink.
4. Setelah warna pink tercapai, tambahkan 2 tetes formaldehyde 40 % dan titrasilah
kembali dengan larutan NaOH 0,1 N sampai warna seperti warna standar tercapai
lagi. Catatlah tetrasi kedua ini.

7
5. Buatlah tetrasi blangko yang terdiri dari : 20 cc aquadest + 0,4 cc kalium oksalat
jenuh + 1 tetes pp 1 % + 2 tetes formaldehyde. Titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
sehingga tercapai warna pink. Catatlah NaOH yang terpakai.
6. Titrasi yang terkoreksi yaitu titrasi kedua dikurangi tetrasi blanko. Selisihnya
merupakan titrasi formal.

Untuk mengetahui persentase protein susu, dapat digunakan faktor koreksi


1.83 untuk protein dan 1,63 untuk kasein.

% protein susu = 1,83 x tetrasi formal


% kasein susu = 1,63 x tetrasi formal

➢ UJI DERAJAT SH (SOXKLET HUNCLE)


Prinsip :
Pada susu yang baru diperah, maka asam lemak akan berkaitan dengan glycerol dengan
ikatan ester dan karena enzim lipolitik maka terjadilah hidrolisa sehingga asam lemak
ini bisa bereaksi dengan NaOH atau KOH. Dengan penambahan KOH maka banyaknya
asam lemak bisa didentifikasi. Derajat SH adalah banyaknya NaOH 0,25 N yang
diperlukan untuk menetralisir susu dengan bantuan indikator pp.

ADA DUA MACAM UJI SH :


• UJI SH BIASA
Alat – alat ; Bahan – bahan :
1. Gelas erlenmeyer 1. Susu 50 cc
2. Buret titrasi 2. Indikator PP 2%
3. Buret 3. NaOH 0,025 N

Tata Urutan Kerja :


1. Susu dihomogenkan
2. Gelas erlenmeyer diisi dengan susu sebanyak 50 cc
3. Tambahkan pp 4 tetes sebagai indikator
4. Lalu dikocok – kocok
5. Kemudian ditetrasi dengan NaOH 0,25 N sehingga terjadi perubahan warna merah
ungu.

8
Pengamatan :
1. Dalam melakukan titrasi harus dengan hati – hati sehingga akan didapat warna
merah pink.
2. Bila sudah didapat warna merah pink tetrasi sudah dianggap selesai.
Misal tetrasi selesai dengan menggunakan 3,4 cc NaOH 0,25 N maka derajat SH
adalah jumlah cc NaOH 0,25 N kali 2. Sehingga didapat 6,8.
• UJI SH SECARA HEMAT :
Alat – alat : Bahan :
1. Pipet ukur 1. Susu
2. Buret dengan setangnya 2. NaOH 0,1 N
3. Labu erlenmeyer 3. Pp 1 % (1 gr pp + 75 ml C2H5OH 95 % + aquades
sehingga volumenya menjadi 100 ml)
Tata Urutan Kerja :
1. Isilah buret dengan larutan NaOH 0,1 N jagalah agar tidak ada gelembung –
gelembung udara dalam buret. Catatlah batas miniskus garis skala buret.
2. Pipetlah 9 ml susu yang telah dihomogenkan dan masukan ke dalam erlenmeyer.
3. Kemudian pada susu tambahkan pp 1 % sebanyak 10 tetes.
4. Kocok dan tetesilah labu erlenmeyer yang berisi susu dan pp tadi dengan NaOH
dalam buret sambil dilihat perubahan warnanya dari putih menjadi merah muda
atau jingga. Hentikan tetrasi pada saat tepat terjadi perubahan warna tersebut.
5. Hitunglah volume NaOH yang terpakai.
6. Tentukan tingkat keasaman susu dengan rumus sebagai berikut

𝐵𝑀 𝑎𝑠𝑎𝑚 𝑙𝑎𝑘𝑡𝑎𝑡
N NaOH x V NaOH x 100
𝐾𝑒𝑎𝑠𝑎𝑚𝑎𝑛 = 𝑥 100
𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑠𝑢𝑠𝑢
Interprestasi :
1. Keasaman 0,10 – 0,18 = susu adalah normal
2. Keasaman 0,25 = susu dapat dilakukan pasteurisasi, dapat diterima.
3. Keasaman > 0,25 = susu tidak dapat dipasteurisasi kita tolak.

9
PRAKTIKUM II
UJI FISIKA SUSU

➢ UJI BERAT JENIS SUSU


Prinsip :
Prinsip kerja laktodensimeter didasarkan atas hukum Archimides yaitu bahwa tiap benda
yang dimasukan ke dalam zat cair, maka pada benda tersebut akan Bekerja tekanan ke
atas yang sama dengan berat cairan yang dipindahkan oleh alat tersebut. Semakin encer
susu maka laktodensimeter semakin dalam masuk kedalam susu. Laktodensimeter
Quevenue ditera pada suhu 27,80C (81,50F), angka koreksi 0,1. Berat jenis sudah tertera
pada laktodensimeter sehingga tidak perlu dilakukan perhitungan BJ. Laktodensimeter
Modifikasi ditera pada suhu 38,80C (1020F), angka koreksi 0,2. Diperlukan Termometer
untuk membantu pengukuran. Setelah diperoleh skala dan suhu diperlukan perhitungan
untuk memperoleh BJ.
Alat: Bahan:
1. Gelas Ukur 1. Susu
2. Laktodensimeter
3. Termometer
Tata Urutan Kerja :
1. Susu dihomogenkan terlebih dahulu dengan cara menuangkan dari gelas ukur satu ke
gelas ukur yang lain sebelum dilakukan pengukuran.
2. Susu dimasukan ke dalam gelas ukur lebih kurang ¾ bagian.
3. Laktodensimeter dimasukan ke dalam gelas ukur sampai dasar kemudian dilepas.
4. Skala laktodensimeter dicatat
5. Khusus laktodensimeter modifikasi dilakukan pengukuran suhu susu dengan
Termometer.
6. Cara kerja 1 – 5 diulang sebanyak 3 kali.

Contoh Perhitungan Laktodensimeter Modifikasi :


• Suhu susu terukur 260C = 9/5 x 26 + 32 = 78,80F
• Angka Skala laktodensimeter Modifikasi yaitu 28.
• Tekanan udara 76 cm Hg.
• Berat jenis susu ditera pada suhu 27,50C.

10
102 28+(78,8−102)𝑥 0,2
BJ susu 102, 76 cm Hg =1+ 1000

= 1,02336 g/cm3
81,5 (78,8−81,5)𝑥 0,2
BJ susu , 76 cm Hg = 1,02336 +
102 1000

= 1,02282 g/cm3
81,5 𝐵𝐽 .𝐴𝑖𝑟 120 ͦ𝐹
BJ susu 81,5, 76 cm Hg = 1,02282 x 𝐵𝐽.𝐴𝑖𝑟 81,5 ͦ𝐹
0,991410
= 1,02282 x 0,996400

= 1,02177 g/cm3
Perhitungan Berat Jenis menggunakan Laktodensimeter Modifikasi dapat ditulis dengan
rumus :

𝑠𝑘𝑎𝑙𝑎+(𝑠𝑢ℎ𝑢 𝑠𝑢𝑠𝑢−102)𝑥 0,2


BJ susu = 1 +
1000

Hasil pengamatan harus dikembalikan (dikonfirmasikan) pada bobot jenis susu pada suhu
27,50C.

➢ UJI ALKOHOL
Prinsip :
Alkohol yang berfungsi sebagai agensia dehidrasi (memisahkan ikatan air dengan protein
susu).
Alat – alat : Bahan – bahan :
1. Tabung reaksi 1. Susu
2. Pipet 2. Alkohol 50 %, 70 %, dan 98 %
Tata Urutan Kerja :
1. Ambil 4 tabung reaksi dan isilah dengan susu secukupnya (± 2 ml)
2. Tabung I + alkohol 96 % denga ratio 1 : 1.
3. Tabung II + alkohol 70 % denga ratio 1 : 1.
4. Tabung III + alkohol 70 % denga ratio 1 : 2.
5. Tabung IV + alkohol 50 % denga ratio 1 : 1.
Pemeriksaan :
Masing – masing diamati bila pada dinding tabung terlihat adanya partikel susu maka
terjadi reaksi (reaksi positif) yang berarti susu pecah. Beberapa hal yang mengakibatkan
susu menjadi pecah ;

11
1. Didihan.
2. Derajat asam tinggi.
3. Susunan albumin yang berubah (pada kolostrum dan waktun masa kering).
4. Perubahan susunan mineral atau bahan keju.
5. Faktor lingkungan yang lain.

➢ LACTOSCAN
Prinsip :
Sampel masuk ke dalam alat lactoscan, lalu melewati pancaran gelombang bunyi dan
sampel akan keluar lagi.
Alat – alat : Bahan :
1. Becker glass 1. Susu murni
2. Lactoscan
Tata Urutan Kerja :
1. Disiapkan 100 ml sampel susu sapi segar didalam beaker glass untuk diukur.
2. Disiapkan alat Lactoscan milk analyzer kemudian tekan tombol power sampai keluar
kalimat getting ready.
3. Sampel siap diuji ke dalam Lactoscan kemudian pilih cow atau sheep tekan tombol
enter, lalu tunggu sampai hasilnya keluar (hasilnya bisa dicatat atau di cetak).

PRAKTIKUM III
UJI MIKROBIOLOGI SUSU
➢ UJI REDUKTASE
Prinsip :
Bakteri didalam susu menghasilkan enzim reduktase yang dapat mereduksi methyleen
blue.
Alat – alat :
1. Tabung reaksi 5. Kapas
2. Incubator 6. Alumunium foil
3. Pipet tetes 7. Becker glass
4. Pipet ukur 8. Stopwatch
Bahan :
1. Susu
2. Methyleen blue

12
Pelaksannan :
Dengan menambahkan 1 ml larutan methyleen biru 1 % pada 10 ml susu. Kemudian
ditempatkan didalam incubator yang bersuhu 370C. pengujian dengan menentukan
lamanya perubahan warna biru menjadi hilang. Koreksi lamanya waktu hilangnya warna
biru dan jumlah bakteri dengan kualitas susu seperti pada tabel 2.

Tabel 2. Hubungan Mutu dengan Daya Reduktase dan Jumlah Bakteri dalam Susu.
Klasifikasi Mutu Susu Lamanya Warna Biru Perkiraan Jumlah Bakteri
Menjadi Hilang (Jam) (per ml susu)
I. Sangat Baik Lebih dari 8 Kurang dari ½ juta
II. Baik 6–8 1 juta – 4 juta
III. Cukup 2–6 4 juta – 20 juta
IV. Rendah Kurang dari 2 Lebih dari 20 juta
Sumber Linool M. Lampert (1970)
➢ UJI JUMLAH BAKTERI
Prinsip :
Mengetahui jumlah bakteri dalam suatu bahan dengan menanamkan sampel bahan di
dalam media pertumbuhan PCA. Mengetahui tingkat kerusakan susu berdasarkan jumlah
bakteri yang terkandung didalamnya.
Alat dan Bahan :
1. Beef extract 14. Pipet 10 ml
2. Pepton 15. Pipet 1 ml
3. Agar 16. Tabung reaksi
4. Aquades 17. Alat pengaduk
5. Botol sampel 18. Kompor gas
6. Gelas ukur 19. Kompor biasa
7. Gelas piala 20. Label
8. Autoclave 21. Karet gelang
9. Timbangan 22. Filler
10. Kertas pH 23. Lampu spirtus
11. Kertas paying 24. Incubator
12. Cawan petri steril 25. Erlenmeyer
13. Kapas 26. Thermometer

13
Tata Urutan Kerja :
1. Pembuatan Media plate count agar (PCA)
Bahan :
a. Yeast extract 2,5 gram
b. Tryptone 5 gram
c. Glucose 1 gram
d. Agar 15 gram
e. Aquades 1000ml

Pembuatan Media PCA:


a. Bahan – bahan pada butiran dicampurkan dan tambahkan aquades.
b. Setelah dicampur dengan aquades, dipanaskan sampai larut semua, kemudian
tambahkan aquades sehingga campuran jumlah menjadi 1000 ml.
c. pH-nya diatur menjadi 7,2 – 7,4.
d. Setiap 5 ml Media PCA yang sudah jadi dimasukkan ke dalam tabung – tabung
reaksi. Ditutup dengan kapas dimasukkan ke dalam autoclave pada susu 1210C
selama 15 menit.
2. Sterilisasi alat dan bahan
Sebelum mengambil sampel diadakan persiapan terlebih dahulu, yang meliputi
pekerjaan sebagai berikut :
a. Semua peralatan yang diperlukan dalam kegiatan yang terdiri dari gelas ukur,
tabung reaksi, cawan petri dicuci dengan air bersih.
b. Mengisi tabung reaksi dengan 9 ml aquades dan erlenmeyer diisi dengan 90 ml
aquades.
c. Gelas ukur, pipet, tabung reaksi, cawan petri dan erlenmeyer bersama – sama
disterilkan di dalam autoclave selama 15 menit pada temperatur 1210C, pada
tekanan 2 atmosfir.
3. Pengenceran dan Inokulasi
Pekerjaan selanjutnya yaitu pemupukan bakteri yang meliputi pekerjaan sebagai
berikut :
a. Mula – mula dilakukan pengenceran sampel air susu. Sampel air susu dalam
botol dikocok supaya disrtibusi mikroba merata. Diambil 10 ml sampel dengan

14
pipet steril, dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang telah berisi 90 ml aquades
steril, maka akan diperoleh pengenceran 10-1 (pengenceran I).
b. Dari pengenceran I diambil 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi 9 ml aquades steril, maka akan diperoleh pengenceran 10-2
(pengenceran II).
c. Dari pengenceran II diambil 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi 9 ml aquades steril, maka akan diperoleh pengenceran 10-3
(pengenceran III).
d. Dari pengenceran III diambil 1 ml, dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi 9 ml aquades steril, maka akan diperoleh pengenceran 10-4
(pengenceran IV). Semua pekerjaan pengenceran I sampai IV dilakukan secara
aseptis. Tiap – tiap pengenceran dibuat duplo (2 kali).
e. Dari pengenceran 10-3 dan 10-4 masing – masing diambil dan dimasukkan ke
dalam cawan petri steril.
f. Media PCA yang telah disediakan dalam tabung – tabung reaksi dicairkan
kembali dan didinginkan sampai suhu mencapai 450 – 500 C. media tersebut
dimasukkan ke dalam cawan petri yang telah diisi dengan susu segar encer
secara aseptis. Cawan petri ditutup dengan segera dan diputar – putar sehingga
larutan dan media akan bercampur dengan merata.
g. Setelah campuran media dan sampel tadi memadat, cawan petri dibungkus
dengan posisi terbalik untuk menghindari uap air jatuh pada biakan dan diberi
etiket. Untuk selanjutnya diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 370C.
h. Setelah diinkubasikan, pekerjaan selanjutnya adalah perhitungan koloni
bakteri. Perhitungan bakteri menurut jumlah koloni yang tumbuh, karena
dianggap satu koloni berasal dari satu sel atau satu spora bakteri.
Untuk menentukan jumlah bakteri dalam tiap milliliter air susu dihitung menurut
Fardiaz (1984), yaitu dengan cara sebagai berikut :
a. Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni
antara 30 sampai 300.
b. Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan
koloni yang besar, dimana jumlah koloni yang diragukan dapat dihitung
sebagai satu koloni.

15
c. Hasil yang dilaporkan hanya terdiri atas dua angka, yaitu angka pertama dan
kedua. Jika angka yang ketiga sama dengan atau lebih besar dari 5, dibulatkan
satu angka lebih tinggi pada angka yang kedua. Misalnya jumlah bakteri
permilimeternya 116.000 yang betul 1,2 x 105.
d. Jika semua pengenceran yang dibuat untuk pemupukan menghasilkan kurang
dari 30 koloni pada cawan petri, hanya jumlah koloni pada pengenceran yang
terendah yang dihitung, hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 dikalikan
dengan besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus
dicantumkan dalam tanda kurung. Contoh :
Jumlah koloni per “Standar Plate Keterangan
pengenceran Count”
10̄3 10̄4 <3,0 x 104 Hitung pengenceran
16 1 (1,6 x 104) 10-3

Bila hasilnya lebih dari 300 maka yang dilaporkan lebih dari 300 dikalikan dengan
besarnya pengenceran, tetapi jumlah yang sebenarnya harus dicantumkan dalam
tanda kurung. Contoh :
Jumlah koloni per “Standar Plate Keterangan
pengenceran Count”
10̄3 10̄4 <3,0 x 105 Hitung pengenceran
325 20 (3,3 x 105) 10-3
Jika cawan dari dua tinggat pengenceran menghasilkan koloni dengan jumlah
antara 30 dan 300, dan perbandingan antara hasil tertinggi dan terrendah dari kedua
pengenceran tersebut lebih kecil atau sama dengan dua, tentukan rata – rata dari
kedua nilai tersebut dengan memperhitungkan pengenceran. Jika perbandingan
antara hasil tertinggi dan tertendah lebih besar dari dua yang dilaporkan hanya
terkecil. Contoh :
Jumlah koloni per “Standar Plate Keterangan
pengenceran Count”
3,5 x 105 Hitung rata – ratanya
10̄3 10̄4 410.000/293.000 = 1,4 <2
293 41 1,4 x 105 -3
Hitung pengenceran 10 karena
320.000/140.000 = 2,3 >2

16
Jika digunakan dua cawan petri (duplo) pengenceran, data yang diambil harus dari
keduanya. Contoh:
Jumlah koloni per “Standar Plate Count” Keterangan
pengenceran
10̄ 3 10̄4 1,9 x 105 berasal dari Rata – rata hitung
175 16 175.000 + 200.000 = pengenceran 10-3
200 17 375.000
375.000/2 = 187.000
=1,9 x 105
yang diambil antara 30 dan 300

Jumlah koloni per pengenceran “Standar Plate Count”


10̄3 10̄4 1,5 x 105 berasal dari
138 42 138.000 + 162.000 = 300.000
162 43 300.000/2 =150.000 =1,5 x 105
Keterangan :
Rata – rata dari pengenceran 10-3 karena perbandingan antara pengenceran 10-4
dan 10-3 adalah 2,8 lebih dari 2

[(420.000 + 430.000)/2]
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 =
[(138.000 + 162.000)/2]
= 425.000 / 150.000
= 2,8
Jumlah koloni per pengenceran “Standar Plate Count”
10̄3 10̄4 3,1 x 105 berasal dari
280 36 340.000 + 280.000 = 620.000
280 32
620.000/2 = 310.000 = 3,1 x 105
Keterangan :
Rata – rata dari pengenceran 10-3 dan 10-4 karena perbandingan antara kedua
pengenceran adalah 1,2

[(360.000 + 320.000)/2]
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 =
[(280.000 + 310.000)/2]
= 340.000 /280.000
= 1,2

17
Sehingga yang dipakai adalah rata – rata dari kedua pengenceran tersebut
Jumlah koloni per pengenceran “Standar Plate Count”
10̄3 10̄4 3,0 x 105 berasal dari
291 25 291.000 + 305.000 = 596.000
305 27
596.000/2 =298.000 =2,98 x 105 = 3,0 x
105
Keterangan ;
Rata – rata dari pengenceran 10-3 karena yang dipakai bukan yang kurang dari 30
jadi yang dipakai 290.000 dan 305.000

PENUTUP
Hal – hal yang telah dibicarakan di atas merupakan fasilitas dan kemampuan yang
tersedia pada Laboratorium Produksi Ternak Perah Fakultas Peternakan Universitas
Jenderal Soedirman. Seiring dengan kemajuan teknologi yang pesat, semangatnya
anda melaksanakan praktikum dengan sebaik – baiknya, sehingga apabila anda
bekerja maka akan bermanfaat dan sangat membantu.
Maka Kami menghimbau, agar anda tidak ketinggalan dan dapat lebih maju, lebih
cerdas dari pada kami.
Saudara adalah calon – calon “The man of Analysis and the man for reasoning”.
Selamat belajar; Nusa dan Bangsa; Menunggu Dharma Baktimu.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus, 1983. Beternak Sapi Perah. Aksi Agraris Kanisius: Yogyakarta
Campbell dan Marshall, 1975. Laboratory Guide Dairy Chemistry Prastical. FAO
regional Dairy Development and Training Centre In Asia Pasific. University
of the Philippines, Raguna.
Sigit, M., W. R. Putri, dan J. W. A. Pratama. 2021. Perbandingan Kadar Lemak,
Protein Dan Bahan Kering Tanpa Lemak (BKTL) Pada Susu Sapi Segar Di
Kota Kediri Dan Kabupaten Kediri. Jurnal Ilmiah Filia Cendikia. 6(1): 31-
35.
Sudarmadji, S. 1976. Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Bagian
Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Universitas
Gadjah Mada: Yogyakarta.
Hadiwiyoto, S. 1982. Teknik Uji Mutu Susu dan Hasil Olahannya. Liberty:
Yogyakarta.
Ecles, C. H., W. B. Corba and H. Marcy. 1980. Milk and Milk Products. Tat Mc
Graw Hill co. Ltd. Bombay, New Delhi.
Gutqo, M. 1987. Dairy Products And Eggs, Noyes date, Co Pare Ridge, New Yersey.

18

Anda mungkin juga menyukai