Anda di halaman 1dari 24

Thanatologi

Andhiko arief rahman


122810015

Pembimbing :
dr. H. Riza Rivani Machfudz, Sp. F.,
MH.Kes

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU FORENSIK


RSUD WALED KABUPATEN CIREBON
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI
2024
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Definisi
THANATOLOGI berasal dari kata thanatos : segala hal yang
berhubungan dengan kematian, dan logos : ilmu.

THANATOLOGI : Bagian dari Ilmu Kedokteran Forensik, yang


mempelajari tentang kematian dan perubahan-perubahan yang
terjadi setelah kematian, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi perubahan-perubahan tersebut.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Istilah Mati
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Tanda-tanda Kematian
Tanda Tidak Pasti Tanda Pasti
Pernafasan berhenti, dinilai Lebam mayat (Livor Mortis)
lebih dari 10 menit
Kaku mayat (Rigor Mortis)
Terhentinya sirkulasi, dinilai
Penurunan suhu tubuh (Algor
selama 15 menit
Mortis)
Kulit pucat
Pembusukan (Decomposation)
Tonus otot menghilang
Mumifikasi
Pembuluh darah retina
Adiposera (Lilin Mayat)
mengalami segmentasi

Pengeringan Kornea
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Livor Mortis
Livor mortis atau lebam mayat warna ungu
kemerahan (livide) atau merah kebiruan pada
bagian tubuh akibat akumulasi darah yang menetap
di pembuluh darah kecil di bagian tubuh paling
rendah akibat gaya gravitasi.
Proses livor mortis :
20-30 menit pasca kematian -> Lebam terbentuk.
8 -12 jam -> Lebam belum menetap, masih dapat
hilang bila ditekan.
>12 jam -> Lebam menetap.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Livor Mortis

Lebam mayat yang terjadi <6 Lebam mayat yang menetap


jam hilang pada penekanan
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Livor Mortis
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Perbedaan Livor Mortis Dengan Kongesti
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Rigor Mortis
Rigor mortis atau kaku mayat perubahan fisiko kimia
bergantung suhu yang terjadi di dalam sel-sel otot
sebagai akibat dari kehabisan oksigen. Setelah
beberapa saat cadangan glikogen habis, sehingga ATP
tidak dapat dibentuk mengakibatkan otot menjadi kaku.
Dimulai sekitar 1-2 jam setelah kematian. Setelah 12 jam
kaku mayat menjadi lengkap dan dipertahankan selama
12 jam. Kemudian berangsur hilang setelah 24-36 jam.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Kekakuan yang menyerupai kaku mayat
Cadaveric Spasm (Instantaneous rigor) :
Kekakuan otot yang terjadi pada saat
kematian dan menetap. Kaku mayat ini
timbul dengan intensitas sangat kuat
tanpa didahului relaksasi primer.
Penyebabnya akibat habisnya cadangan
glikogen dan ATP yang bersifat setempat
pada saat mati klinis karena kelelahan atau
emosi yang hebat saat meninggal.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Perbedaan Rigor Mortis Dengan Cadaveric Spasm
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Kekakuan yang menyerupai kaku mayat
Heat stiffening : Kekakuan otot akibat koagulasi Cold stiffening : Kekakuan tubuh
protein otot oleh panas. Otot-otot berwarna akibat lingkungan dingin,
merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah
sehingga terjadi pembekuan
robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada
korban mati terbakar. Serabut-serabut
cairan tubuh, termasuk cairan
ototnya memendek sehingga menimbulkan sendi, pemadatan jaringan lemak
fleksi leher, siku, paha dan lutut, membentuk subkutan dan otot, sehingga bila
sikap petinju (pugilistic attitude). sendi ditekuk terdengar
pecahnya es.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Algor Mortis
Algor mortis atau perubahan temperatur tubuh didefinisikan (algor : dingin,
mortis : setelah kematian).
Suatu keadaan dimana tubuh mayat mengalami perubahan/ penurunan
temperature, oleh karena penghantaran panas / temperatur suhu tubuh mayat
ke temperature sekitar melalui proses radiasi, konduksi dan pancaran panas.
Marshall dan Hoare (1962) dengan suhu lingkungan 15.5 °C, penurunan suhu dengan
kecepatan :
o
0,55 °C/jam pada 3 jam pertama
o
1,1 °C/jam pada 6 jam berikutnya
o
0,8 °C/jam pada periode selanjutnya dengan suhu saat mati dianggap 37 °C
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Faktor Yang Mempengaruhi
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Dekomposisi
Dekomposisi (pembusukan) : kehancuran
jaringan tubuh setelah meninggal atau
degradasi jaringan yang terjadi akibat dari
autolisis dan kerja bakteri.
Autolisis timbul akibat kerja digestif oleh
enzim yang dilepaskan sel dan hanya
dapat dicegah dengan pembekuan
jaringan.
Dimulai sekitar 12-18 jam pasca kematian,
terjadi perubahan warna (kehijauan) pada
perut kanan bawah.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Faktor yang Mempengaruhi
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ

Adiposere
Proses pengawetan
mayat secara alami,
modifikasi dari tanda
kematian pasti lanjutan.
Muncul bervariasi, mulai
dari sekitar 7-35 hari
sejak kematian, di
daerah yang basah dan
lembab.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ

Adiposere
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Mummifikasi
Proses pengawetan mayat secara alami, modifikasi dari
tanda kematian pasti lanjutan. Muncul pada 3 bulan atau
lebih sejak kematian, di daerah yang kering dan panas.
Tanda mummifikasi :
Mayat jadi mengecil.
Kering, mengkerut atau melisut.
Warna coklat kehitaman.
Kulit melekat erat dengan tulangnya.
Tidak berbau.
Keadaan anatominya masih utuh.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ

Mummifikasi
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Entomologi Forensik
Ilmu yang mempelajari tentang serangga yang
dijumpai pada mayat.
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ
Aspek Medikolegal Tanatologi
Memastikan adanya kematian.
Menentukan posisi korban saat mati.
Memperkirakan lamanya kematian.
Mengarahkan penyebab/ cara kematian.
Membantu dalam identifikasi (bila telah
terjadi proses pengawetan tubuh mayat
secara alami (adiposere dan mummifikasi).
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ

TERIMA
KASIH
KEPANITERAAN KLINIK SMF ILMU FORENSIK│RSUD WALED│FK
UGJ

Daftar Pustaka
1. Bagian Kedokteran Forensik FK UI, Ilmu Kedokteran Forensik cetakan kedua, Jakarta :
1997.
2. Dahlan S, Ilmu Kedokteran Forensik : Pedoman Bagi Dokter dan Penegak Hukum, Balai
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 2002.
3. Parinduri AG, Asmadi E. Buku Ajar Kedokteran Forensik dan Medikolegal. UMSU Press.
Medan : 2020.
4. Abdul Mun’im Idries. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi pertama. Binarupa
Aksara. 1997.
5. Bedford, P.J., Tsokos, M. The occurrence of cadaveric spasm is a myth. Forensic Sci Med
Pathol 9, 244–248 (2013). https://doi.org/10.1007/s12024-012-9391-5.

Anda mungkin juga menyukai