Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS HUKUM PERMASALAHAN PENGEMBANGAN CAGAR

BUDAYA YANG BERBENTURAN TERHADAP KEPENTINGAN


MASYARAKAT (STUDI KASUS BANGUNAN
PASAR CINDE PALEMBANG)

Disusun untuk Memenuhi Nilai Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Pelestarian Cagar Budaya

Dosen Pengampu:
Dr. Fajar Winarni, S.H., M.Hum

Oleh:
NOVIA FARADILA
19/438892/HK/21884

DEPARTEMEN HUKUM LINGKUNGAN


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah


Sebagai negara yang mempunyai banyak sekali peninggalan sejarah
baik berupa budaya maupun non-budaya, Indonesia sudah seharusnya
memperhatikan perlindungan terhadap objek tersebut. Tentuya hal tersebut
membutuhkan banyaknya perhatian dari masyarakat dan Pemerintah untuk
memperhatikan hal tersebut. Sebagai salah satu implementasinya yaitu
melalui adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar
Budaya (“UU Cagar Budaya”). Undang-Undang a quo merupakan
pembaharuan dari Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda
Cagar Budaya. Dalam UU Cagar Budaya, Cagar Budaya didefinisikan
sebagai warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya,
Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan
Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan
keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu
pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses
penetapan.1
Tujuan dari perlindungan hukum Cagar Budaya itu sendiri meliputi
upaya untuk melakukan pencegahan dan menanggulangi dari adanya
kerusakan, kehancuran, dan kemusnahanm dengan cara penyelematan,
pengamatan, zonasi, pemeliharaan, dan pemugaran.2 Sejalan dengan apa
yang dituliskan dalam UU Cagar Budaya, tujuan yang ingin dicapai antara
lain itu meliputi: 1) melestarikan warisan budaya bangsa dan warisan umat
manusia; 2) meningkatkan harkat dan martabat bangsa melalui Cagar
Budaya; 3) memperkuat kepribadian bangsa; 4) meningkatkan
kesejahteraan rakyat; dan 5) mempromosikan warisan budaya bangsa
kepada masyarakat internasional. Oleh karena hal tersebut, Pemerintah

1
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Tahun 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
2
Willa Wahyuni. “Perlindungan Hukum Terhadap Cagar Budaya”.
https://www.hukumonline.com/berita/a/perlindungan-hukum-terhadap-cagar-budaya-
lt629dbd5eb20c7?page=all, diakses 7 Desember 2022.

1
dirasa telah memahami betapa pentingnya untuk melindungi objek cagar
budaya baik untuk melestarikan warisan budaya, tetapi juga untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meningkatkan kesejahteraan
disini dimaksudkan sebagai kepentingan kesejahteraan rakyat baik dalam
aspek agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan,
dan pariwasata, yang juga dimaksudkan sebagai “asas kemanfaatan”.3
Namun, dengan adanya UU Cagar Budaya dirasa belum cukup
dikarenakan pada praktiknya di lapangan belum cukup terlindunginya objek
cagar budaya hanya dengan undang-undang.4 Apalagi dengan objek cagar
budaya yang bersifat rapuh, unik, langka, terbatas, dan tidak dapat
diperbaharaui, perlunya turunan peraturan petunjuk pelaksanaan maupun
peraturan pemerintah atau peraturan turunan lainnya yang dapat membantu
pengaturan di lapangan secara lebih praktik. Maka daripada hal tersebut,
perlunya perlindungan hukum untuk warisan budaya, baik dalam rangka
preventif ataupun represif.
Sayangnya, kondisi saat ini seringkali terdapat beberapa kasus di
mana adanya kepentingan untuk mengembangkan suatu cagar budaya yang
ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi,
namun membuat mengorbankan warisan cagar budaya tersebut menjadi
hilang sbagian atau seharusnya. Dalam hal ini terdapat dilemma untuk
apakah lebih penting untuk melindungi warisan cagar budaya atau
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi.
Salah satunya yaitu Pasar Cinde yang berada di Palembang. Pasar
Cinde ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya melalui Keputusan
Walikota Palembang Nomor 179.A/KPTS/DISBUD/2017 tentang
Penetapan Pasar Cinde sebagaii Bangunan Cagar Budaya. Namun, Pasar
Cinde direncanakan untuk dilakukan pembongkaran akibat ingin
dibangunnya pasar tersebut sebagai pasar modern. Hal tersebut menuai
banyaknya knotra baik dari masyarakat maupun professional dikarenakan

3
Penjelasan Pasal 2 huruf f Undang-Undang Tahun 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
4
Kemdikbud.go.id. “Dasar Hukum dan Paradigma Pelestarian Cagar Budaya”.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/dasar-hukum-dan-paradigma-pelestarian-
cagar-budaya/, diakses 9 Desember 2022.

2
banyaknya aspek budaya peninggalan yang akan hilang dengan
dibongkarnya Pasar Cinde menjadi pasar modern. Oleh karena hal tersebut,
Penulis ingin mengkaji lebih lanjut bagaimana peraturan hukum yang
mengatur tentang pembongkaran Pasar Cinde tersebut.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, penulis
memutuskan untuk menuliskan rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dalam
rangka pembatalan pembongkaran di Pasar Cinde?
b. Bagaimana perlindungan hukum yang ada dalam UU Cagar Budaya
dalam melindungi Pasar Cinde setelah dilakukannya
pembongkaran?

3
BAB II
KRONOLOGI KASUS

1. Kronologi Kasus
Pasar Cinde pertama kali dibangun pada tahun 1957.5 Pasar ini
merupakan pasar pertama yang ada di Palembang yang dibangun setelah
kemerdekaan Indonesia. Arsitektur dari Pasar Cinde itu sendiri merupakan
gaya cendawan yang serupa dengan Pasar Johar di Semarang yang diarsiteki
Herman Thomas Karsten.6 Pasar ini juga mempunyai kecanggihan
arsitektur yang cukup modern yaitu melalui sirkulasi udara yang membuat
ruangan tidak sesak dan pengap sehingga lebih nyaman.

Gambar 1: Kondisi Pasar Cinde Palembang.7

Perbedaan Pasar Cinde juga terletak pada bagian struktur bangunan


Pasar Cinde yang mempunyai nilai filosofis. Seperti dalam hal tiang

5
Hallo.palembang.go.id. “Pasar Cinde”.
https://hallo.palembang.go.id/petalokasi/index.php/Apps/tampilhalaman/10, diakses 10
Desember 2022.
6
Maya Citra Rosa. “Pasar Cinde Palembang Dihancurkan dengan Status Didaftarkan Jadi Cagar
Budaya, Cukup Hilang 1 Kali”. https://palembang.tribunnews.com/2020/10/07/pasar-cinde-
palembang-dihancurkan-dengan-status-didaftarkan-jadi-cagar-budaya-cukup-hilang-1-
kali?page=2, diakses 12 Desember 2022.
7
Maspril Aries. https://www.republika.co.id/berita/oxehrw409/pemkot-hentikan-pembongkaran-
cagar-budaya-pasar-cinde. https://www.republika.co.id/berita/oxehrw409/pemkot-hentikan-
pembongkaran-cagar-budaya-pasar-cinde, diakses 9 Desember 2022.

4
penyangga berbentuk cendawan di Pasar Cinde mengingatkan para warga
tentang aktivitas berjualan di bawah pohon. Tiang-tiang penyangga yang
mirip pepohonan membuat para warga merasakan sirkulasi udara yang
nyaman dan suasana yang sejuk. Dengan banyaknya perbedaan dan juga ciri
khas khusus dari Pasar Cinde, apabila dilakukan pembongkaran nantinya
tentu pasti akan kehilangan identitas unik yang dimiliki oleh Pasar Cinde.
Pembongkaran Pasar Cinde berawal pada tahun September 2017
yang pada mulanya dilakukan agar dijadikan pasar modern.8 Rencananya,
pasar itu akan disulap menjadi pusat perdagangan dan perbelanjaan yang
lebih modern untuk menunjang Asian Games 2018. Namun, pembongkaran
Pasar Cinde pada hakikatnya tidak boleh dilakukan karena belum ada
rekomendasi dari tim kajian cagar budaya Pasar Cinde yang melibatkan
berbagai pemangku kepentingan dengan dipimpin Kepala Dinas
Kebudayaan. Lebih daripada hal tersebut, pembongkaran itu juga telah
melanggar UU Cagar Budaya.9 Khususnya, pembangunan Pasar Cinde oleh
PT Magna Beatum ini melanggar Pasal 66 dalam UU Cagar Budaya tentang
larangan merusak cagar budaya.10
Pendapat untuk tidak membongkar Pasar Cinde juga datang dari
Ikatan Arsitek Indonesia (IAI). IAI mendesak agar kegiatan pembongkaran
Pasar Cinde segera dihentikan dan meminta agar pengembang dan Sumatera
Selatan menaati rekomendasi Tim Kajian Pelestarian. Selain itu, IAI juga
meminta agar Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan pengembang
mengubah strategi pengembangan pasar dan fasilitas baru dalam kerangka
revitalisasi Pasar Cinde terpadu, dengan mempertahankan salah satu aset
sejarah Kota Palembang. IAI melarang seluruh anggotanya untuk terlibat,

8
Dani Prabowo. “Cagar Budaya Pasar Cinde Dibongkar, Ini Sikap IAI.
https://properti.kompas.com/read/2017/10/05/152957821/cagar-budaya-pasar-cinde-dibongkar-
ini-sikap-iai, diakses 8 Desember 2022.
9
Dani Probowo. “Pembongkaran Pasar Cinde Langgar UU Cagar
Budaya”. https://properti.kompas.com/read/2017/10/05/181014221/pembongkaran-pasar-cinde-
langgar-uu-cagar-budaya, diakses 8 Desember 2022.
10
Media Indonesia. “Pembongkaran Pasar Cinde Palembang Menuai Protes”.
https://mediaindonesia.com/nusantara/126111/pembongkaran-pasar-cinde-palembang-menuai-
protes, diakses 9 Desember 2022.

5
baik langsung maupun tidak langsung, dalam proses pembongkaran Pasar
Cinde, perancangan dan pembangunan bangunan baru di lokasi tersebut.

Gambar 2: Pembongkaran di Pasar Cinde11

Meski telah dilarang oleh pemerintah daerah setempat, namun


langkah pembongkaran tetap dilakukan. Pembongkaran disetujui oleh
Pemerintah Kota Palembang yang seharusnya bertindak sebagai penegak
dan pelindung cagar budaya. Meskipun demikian, pada akhirnya
pembongkaran tersebut dihentikan Walikota Palembang yang sudah
mengirim surat Nomor 511.2/001744/VI tentang Penghentian
Pembongkaran Pasar Cinde pada 4 Oktober 2017 yang ditujukan kepada
CV Bayu Pratama untuk menghentikan seluruh aktivitas pembongkaran
setalah banyaknya protes maupun penolakan dari pembongkaran Pasar
Cinde.12

11
Kompas.com. “Pembongkaran Pasar Cinde Langgar UU Cagar Budaya”.
https://properti.kompas.com/read/2017/10/05/181014221/pembongkaran-pasar-cinde-langgar-
uu-cagar-budaya, diakses 10 Desember 2022.
12
Maspril Aries.“Pemkot Hentikan Pembongkaran Cagar Budaya Pasar Cinde”.
https://www.republika.co.id/berita/oxehrw409/pemkot-hentikan-pembongkaran-cagar-budaya-
pasar-cinde, diakses 12 Desember 2022.

6
BAB III
PEMBAHASAN

1. Partisipasi Masyarakat dalam Pembatalan Pembongkaran Pasar


Cinde
Dalam UU Cagar Budaya, pengembangan adalah peningkatan
potensi nilai, informasi, dan promosi Cagar Budaya serta pemanfaatannya
melalui Penelitian, Revitalisasi, dan Adaptasi secara berkelanjutan serta
tidak bertentangan dengan tujuan Pelestarian.13 Pengembangan bisa berarti
perbaikan atau revitalisasi suatu bentuk objek cagar budaya yang
disesuaikan dengan kebutuhan namun tetap tidak menghilangkan seluruh
aspek pada bangunan yang ada.
Pengembangan dan Pemanfaatan objek Cagar Budaya berbasis
pelestarian mustahil akan dapat bergulir tanpa adanya dukungan penuh dari
pelbagai pihak. Perlu kiranya dilakukan pendekatan dan penekanan fungsi
sekaligus peran dari masing-masing lintas sektoral dalam bentuk sinergisme
pemikiran, kesamaan konsep dan visi yang akan dicapai.
Dalam hal pembongkaran Pasar Cinde dilakukan sebelum adanya
rekomendasi dari tim ahli cagar budaya untuk melakukan pembongkaran
tersebut. Yang mana berarti belum adanya koordinasi yang cukup antara
pihak terkait dengan Pemerintah. Dalam hal ini perlunya strategi
komunikasi yang baik antara PemKot setempat serta tujuan pengembangan
yang ada perlu selaras dengan pelestarian dan pengembangan Cagar
Budaya.
Hal tersebut tentunya tidak sejalan dengan yang ingin dilakukan
oleh pengembang Pasar Cinde. Para pengembang melakukan
pembongkaran pada Pasar Cinde yang hanya menyisakan 20 persen
bangunan dari bangunan aslinya.14 Sehingga bangunan tersebut tidak bisa

13
Pasal 1 angka 29 Undang-Undang Tahun 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
14
Raja Adil Siregar. “Peningnya Pedagang Usai Pasar Bersejarah di Palembang Dibongkar”.
https://news.detik.com/berita/d-3749763/peningnya-pedagang-usai-pasar-bersejarah-di-
palembang-dibongkar, diakses 12 Desember 2022.

7
lagi dilakukan untuk berjualan dan para pedagang harus angkat kaki dari
lapak yang sudah dihuni secara turun-temurun.15
Tidak hanya mendapatkan reaksi keras dari IAI, pembongkaran
Pasar Cinde juga mendapatkan kontra dari Aliansi Masyarakat dan Advokat
Peduli Cagar Budaya. Aliansi tersebut melayangkan somasi terhadap
Gubernur Sumatera Selatan, Alex Noerdin, agar menghentikan
pembongkaran. Dikarenakan banyaknya masyarakat yang cukup peduli
dengan penolakan pembongkarab Pasar Cinde, masyarakat mencoba
mengajukan petisi untuk menyelamatkan Pasar Cinde. Efek dari petisi
sangatlah besar. Pemerintah Provinsi kemudian mengeluarkan beberapa
pernyataan yang menyatakan bahwa pembangunan Pasar Cinde
memperhatikan sisi kesejarahan dan keunikan Pasar Cinde.
Petisi online tersebut ditandatangani oleh 1500 orang dengan tagar
#savepasarcinde, berhasil membuat efek yang sangat besar. Aliasni dari
anggota yang lintas disiplin ilmu, lintas perguruan tinggi, lintas sectoral
pemerintahan dan swasta membuktikan bahwa banyaknya masyarakat yang
peduli terhadap perlindungan terhadap kekhasan dan keunaikan Pasar Cinde
dan kesejahteraan masyarakat sekitar Pasar Cinde.

Gambar 3: Petisi #savepasarcinde di change.org16


Tidak lama dari kemudian dari munculnya banyak tekanan,
pembongkaran Pasar Cinde yang akan dijadikan pasar modern kemudian

15
Ibid.
16
Johannes Adiyanto. (2016). “#Savepasarcinde: Upaya Penyelamatan Bangunan Cagar Budaya”.
Seminar Heritage IPLBI. hlm. 3-8

8
dihentikan oleh Walikota Palembang, Harnojoyo, dengan Surat Keputusan
Walikota Nomor 511.2/001744/VI tentang Penghentian Pembongkaran
Pasar Cinde pada 4 Oktober 2017 yang ditujukan kepada CV Bayu Pratama
untuk menghentikan seluruh aktivitas pembongkaran.17

2. Perlindungan Hukum Cagar Budaya Pasar Cinde


Dengan dibuktikannya bahwa bisa dilakukan revitalisasi dan
pengembangan terhadap suatu cagar budaya, dalam hal ini Pasar Cinde,
membuktikan bahwa belum terlalu kuatnya penerapan perlindungan hukum
terhadap cagar budaya tersebut. Hal ini tentunya akan menimbulkan
ancaman terhadap kelestarian cagar budaya lainnya.
Beberapa faktor penyebab perlindungan hukum cagar budaya yang
masih lemah dapat dibuktikan dengan beberapa factor, diantaranya yaitu: 1)
Konsep pemanfaatan kawasan cagar budaya (KCB) masih belum dipahami
masyarakat secara luas; 2) Lemahnya perlindungan cagar budaya karena
belum ada peraturan daerah yang mengatur mengenai cagar budaya; dan 3)
Lemahnya perlindungan cagar budaya yang disebabkan masih banyaknya
kawasan perlindungan cagar budaya yang belum masuk dalam rencana tata
ruang perkotaan.18
Dalam UU Cagar Budaya, perlindungan hukum yang diberikan
hanyalah sekadar hukuman yang diberikan kepada pelaku yang melakukan
perusakan. Dengan kaitannya dengan Pasar Cinde, terdapat beberapa pasal
yang dapat diterapkan dalam hal perlindungan hukum terhadap Pasar CInde.
Salah satunya yaitu Pasal 80 ayat (1) yang menjelaskan mengenai
Revitalisasi. Revitalisasi potensi Situs Cagar Budaya atau Kawasan Cagar
Budaya memperhatikan tata ruang, tata letak, fungsi sosial, dan/atau lanskap
budaya asli berdasarkan kajian.19 Dalam hal ini revitalisasi yang dilakukan
untuk membangun pasar modern tidak memperhatikan lanskap budaya asli

17
Maspril Aries.“Pemkot Hentikan Pembongkaran Cagar Budaya Pasar Cinde”.
https://www.republika.co.id/berita/oxehrw409/pemkot-hentikan-pembongkaran-cagar-budaya-
pasar-cinde, diakses 12 Desember 2022.
18
Harjiyatni dan Raharja. “Perlindungan Hukum Benda Cagar Budaya terhadap Ancaman
Kerusakan di Yogyakarta”. Mimbar Hukum 24(2), Juni 2012, hlm. 346.
19
Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Tahun 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.

9
dan juga dilakukan pembongkaran tanpa kajian tim ahli kajian cagar
budaya.
Selain itu, perlindungan hukum juga dapat diterapkannya Pasal 105
UU Cagar Budaya. Pasal ini menjelaskan bahwa “Setiap orang yang dengan
sengaja merusak Cagar Budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66
ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 15 (lima belas) tahun dan/atau denda paling sedikit
Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).” Pasal 66 ayat (1) sendiri
melarang untuk merusak cagar budaya baik seluruh maupun bagian-
bagiannya dari kesatuan. Kedua pasal di atas dapat diberlakukan dalam hal
proses pembuktian nantinya bisa dibuktikan oleh pihak yang menggugat.
Namun dalam hal ini tidak dilaporkannya Pemerintah Provinsi Sumatera
Selatan ataupun perusahaan yang melakukan pembongkaran.
Poin penting juga yang perlu diperhatikan adalah dalam UU Cagar
Budaya memberikan kewenangan kepada daerah yang besar dalam hal
melakukan pengelolaan benda cagar budaya di kawasannya masing-masing.
Maka daripada hal tersebut, menjadi kewenangan dari Pemerintah Kota
(Pemkot) Palembang untuk menangani masalah ini. Namun sayangnya juga
belum ada tindak serius dari Pemkot Palembang dikarenakan sedari awal
telah menyetujui adanya pembongkaran padahal sudah adanya keputusan
yang menyatakan Pasar Cinde sebaga objek cagar budaya.

10
BAB IV
PENUTUP

1. Kesimpulan dan Saran


a. Kesimpulan
i. Partisipasi yang dilakukan masyarakat atas kepeduliannya
untuk melindungi Pasar Cinde berhasil untuk membatalkan
pembongkaran secara keseluruhan terhadap bangunan Pasar
Cinde.
ii. Belum cukupnya instrument perlindungan hukum dan
penegakan hukum terhadap objek cagar budaya, dalam hal
ini Pasar Cinde.
b. Saran
i. Penting untuk memberikan edukasi bagi masyarakat luas
terhadap pentingnya perlindungan terhadap benda cagar
budaya agar tidak adanya kesewenangan dari pemerintah
dalam hal melakukan pengelolaan terhadap cagar budaya.
ii. Perlunya instrument tambahan di bawah undang-undang
untuk menambah perlindungan hukum terhadap cagar
budaya. Serta kepekaan dan kepedulian dari pemerintah
setempat mengenai cagar budaya di bawah ampuannya perlu
ditingkatkan lagi agar tidak ada cagar budaya yang tidak di
bawah pengawasan dari pemerintah setempat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dani Prabowo. “Cagar Budaya Pasar Cinde Dibongkar, Ini Sikap IAI.
https://properti.kompas.com/read/2017/10/05/152957821/cagar-budaya-
pasar-cinde-dibongkar-ini-sikap-iai, diakses 8 Desember 2022.
Dani Probowo. “Pembongkaran Pasar Cinde Langgar UU Cagar
Budaya”. https://properti.kompas.com/read/2017/10/05/181014221/pembo
ngkaran-pasar-cinde-langgar-uu-cagar-budaya, diakses 8 Desember 2022.
Hallo.palembang.go.id. “Pasar Cinde”.
https://hallo.palembang.go.id/petalokasi/index.php/Apps/tampilhalaman/1
0, diakses 10 Desember 2022.
Harjiyatni dan Raharja. “Perlindungan Hukum Benda Cagar Budaya terhadap
Ancaman Kerusakan di Yogyakarta”. Mimbar Hukum 24(2), Juni 2012,
hlm. 346.
Johannes Adiyanto. (2016). “#Savepasarcinde: Upaya Penyelamatan Bangunan
Cagar Budaya”. Seminar Heritage IPLBI. hlm. 3-8
Kompas.com. “Pembongkaran Pasar Cinde Langgar UU Cagar Budaya”.
https://properti.kompas.com/read/2017/10/05/181014221/pembongkaran-
pasar-cinde-langgar-uu-cagar-budaya, diakses 10 Desember 2022.
Kemdikbud.go.id. “Dasar Hukum dan Paradigma Pelestarian Cagar Budaya”.
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbsumbar/dasar-hukum-dan-
paradigma-pelestarian-cagar-budaya/, diakses 9 Desember 2022.
Maspril Aries.“Pemkot Hentikan Pembongkaran Cagar Budaya Pasar Cinde”.
https://www.republika.co.id/berita/oxehrw409/pemkot-hentikan-
pembongkaran-cagar-budaya-pasar-cinde, diakses 12 Desember 2022.
Maya Citra Rosa. “Pasar Cinde Palembang Dihancurkan dengan Status Didaftarkan
Jadi Cagar Budaya, Cukup Hilang 1 Kali”.
https://palembang.tribunnews.com/2020/10/07/pasar-cinde-palembang-
dihancurkan-dengan-status-didaftarkan-jadi-cagar-budaya-cukup-hilang-1-
kali?page=2, diakses 12 Desember 2022.
Media Indonesia. “Pembongkaran Pasar Cinde Palembang Menuai Protes”.
https://mediaindonesia.com/nusantara/126111/pembongkaran-pasar-cinde-
palembang-menuai-protes, diakses 9 Desember 2022.
Undang-Undang Tahun 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.
Raja Adil Siregar. “Peningnya Pedagang Usai Pasar Bersejarah di Palembang
Dibongkar”. https://news.detik.com/berita/d-3749763/peningnya-
pedagang-usai-pasar-bersejarah-di-palembang-dibongkar, diakses 12
Desember 2022.
Willa Wahyuni. “Perlindungan Hukum Terhadap Cagar Budaya”.
https://www.hukumonline.com/berita/a/perlindungan-hukum-terhadap-
cagar-budaya-lt629dbd5eb20c7?page=all, diakses 7 Desember 2022.

12

Anda mungkin juga menyukai