Anda di halaman 1dari 13

PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Edisi 09 No. 2 Desember 2020

SIGNIFIKANSI DAKWAH DALAM


PERSPEKTIF AL-QUR’AN

By: Iftitah Jafar

Abstract
Nowadays da‘wa shows its significance in all of human life. Da’wa
experienced a great significance in the spread of Islam and the development of
religious conscience, especially in the West. Da‘wa observers believe that
Islam is the fastest growth in the West. This paper tries to discover the
significance of da‘wa in the Qur’an. It is a thematic contextual approach in
understanding Qur’anic verses of significance. Thematic contextual approach
analysis verses of the Qur’an under the topic of significance of da‘wa by
relating it with contemporary situation. The study shows that da‘wa scripturally
and historically demonstrated its significance for the messengers of God,
preachers (du‘ȃt), rulers, the spread of Islam, and community. This study will
be a foundation for exploration of da‘wa significance for any individual,
groups, and institutions.

Kata Kunci: Signifikansi, Dakwah, Al-Qur’an

1.Pendahuluan
Dakwah dalam berbagai dimensinya semakin digalakkan di berbagai penjuru
dunia. Perkembangan pesat Islam di Barat tidak bisa dilepaskan dari upaya dakwah
yang dilakukan baik oleh individu maupun lembaga dakwah. Namun demikian,
sebagian pengamat dakwah menilai bahwa Islam berkembang dengan sangat pesat di
Barat karena tiga hal yaitu 1. Watak intrinsik Islam sebagai agama tauhid, fitrah,
rasional dan universal. 2. Persentasi kelahiran Muslim lebih tinggi dibanding orang
Barat. 3. Imigrasi akibat perang di beberapa wilayah Islam. Sepintas pandangan ini
tampaknya mengenyampingkan peran-peran dakwah. Pengamatan lebih cermat
menunjukkan bahwa dakwah memainkan peran penting dalam memacu geliat
perkembangan dakwah di Barat. Dalam lima tahun terakhir ini dakwah dalam bentuk
debat semakin intensif dilakukan dalam bentuk “speaker’s corner”, Zoom dan WA.
Pada 2020 Di Amerika muncul bentuk dakwah baru yaitu pengajaran Islam di masjid
dengan pendengar kalangan non-Muslim. Sebagai tambahan, muballigh tertentu
terkadang diundang ke gereja untuk menjelaskan Islam.

Di Indonesia geliat dakwah ini terlihat dengan jelas, khususnya dalam bentuk
yang dilaksanakan oleh institusi dan individu melalui channel youtube masing-
masing. Debat-debat dilakukan dalam format debat akbar di gedung, atau melalui
media Zoom dan WA. Debat lintas agama ini melibatkan dua komunitas agama yaitu
Islam dan Kristen. Selain debat Islam versus Kristen juga ada debat Yahudi dan
Kristen. Signifikansi dakwah dalam perspektif Al-Qur’an menarik untuk dikaji untuk
mengetahui bagaimana Al-Qur’an memotret dan memosisikan dakwah dalam bingkai
perintah dan kewajiban agama. Selain itu untuk melihat rekaman sejarah mengenai
pentingnya dakwah bagi pengenalan ajaran-ajaran agama kepada komunitas tertentu.
dan Signifikansi dakwah ini kelihatannya belum banyak pihak yang tertarik untuk
menelitinya. Paper ini mencoba menelusuri signifikansi dakwah dalam Al-Qur’an,
sebagai suatu langkah penelusuran awal.

1
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

2. Konsep Dasar Dakwah

2.1 Makna Lughawi

Terma dakwah berasal dari derivasi da’a dengan varian makna, antara lain:
mengajak (Q.12:33), menyeru (Q.3:104), memanggil (Q.17:71), mengundang
(Q.28:25)) dan berdoa (Q.13:13-14). Dalam Bahasa Inggris, kata da‘â antara lain
bermakna: to call up, ask for, summon, call upon, invoke, pray and invite. Terma
da‘watun sendiri dalam Bahasa Inggris dewasa ini antara lain berarti: propagation,
religious call, religious proselytizing, dan missionary endeavor. Derivasi kata dakwah
dalam berbagai bentuknya digunakan dalam Al-Qur’an sebanyak 212 kali.1 Beberapa
terma lain yang dianggap identik dengan dakwah, antara lain: tabligh (Q.5:67),
tandzir (Q.9:122), tazkirah (Q.69:48), tawshiyah (Q.103:3), tabsyir (Q.2:25),
nashihah (Q.7:62), dan maw’izhah (Q.16:125).

Meskipun para pengkaji dakwah di Indonesia menganggap terma-terma ini


identik dengan dakwah, secara tafsiriyyah tidaklah sama. Setiap kata dalam Al-Qur’an
harus dipahami secara indvidual karena masing-masing memilki konteks yang
berbeda. Aisyah ‘Abd al-Rahman (Bint al-Syathi’) menegaskan tidak adanya sistem
sinonimitas dalam Al-Qur’an. Sinonimitas berimplikasi pada ketergantian, sementara
pergantian kata dalam Al-Qur’an akan berdampak pada kerusakan makna. Setiap kata
dalam Al-Qur’an sudah fixed karena didasarkan pada pilihan Tuhan. Dalam diskursus
sastra tingkat tinggi juga tidak berlaku sinonim karena kata-kata yang digunakan
sudah melalui proses pemilihan tingkat tinggi yang bertolak dari analisis dan
perenungan yang lama.

Secara etimologis kata dakwah bisa berarti positif dan juga berarti negatif.
Cara membedakannya yaitu dilihat dari pelaku dan tujuan dakwahnya. Kalau
pelakunya figure yang baik maka dakwahnya pasti positif, sebaliknya kalau
pelakunya figure yang jelek maka dipastikan dakwahnya negatif. Selain itu, penilaian
positif negatifnya dakwah juga tergantung pada tujuannya. Kalau tujuannya Syurga,
kebaikan dipastikan dakwahnya positif, sebaliknya kalau tujuannya neraka dipastikan
dakwahnya negatif. Sebagai contoh kata dakwah dalam arti positif disebutkan dalam
Q.2:221, “. . . Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran. Adapun kata dakwah dalam arti negatif antara lain dapat
disimak dalam Q.35:6, “. . . sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya
agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” Al-Qur’an menjelaskan
bahwa dakwah orang-orang kafir sama dengan panggilan ke neraka sementara
dakwah Nabi sama dengan panggilan kepada keselamatan (salvation).2

Kata dakwah juga dapat berarti beribadah dan berdoa, tergantung arahnya.
Kalau redaksinya da’a ila’ ia berarti berdakwah, tetapi kalau teksnya berbunyi da’a
Allah, maka ia berarti beribadah, dan kalau berbunyi da‘ȃ rabbakum maka ia berarti
berdoa. Sebagai contoh, kata dakwah berarti berdakwah Q.41:33, “Dan siapakah yang

1 ‘Abd al-Mannȃn ‘Omar, Dictionary of tge Holy Qur’an (Hochessin: NOOR Foundation International,
2010), h. 179.
2 Oliver Leaman (ed.), The Qur’an: An Encyclopedia (London & New York: Routledge, 2008), h. 164.

2
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah.. . .” Dalam ayat
ini terdapat kata “da‘ȃ ilȃ allȃh” yang berarti menyeru kepada Allah. Adapun kata
dakwah berarti menyembah, antara lain Q.40:14, “Maka sembahlah Allah dengan
tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.”
Dalam ayat ini terdapat kata “ud‘u Allȃh” yang berarti sembahlah Allah. Kata dakwah
dalam arti berdoa, antara lain dapat dilihat dalam Q.7:55, “Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. . .”. Arah ajakan dakwah:
kepada Allah (Q.12:108), iman (Q.40:10), Islam (Q.61:7), al-sujud (Q.68:42),
kitabillah (Q.3:23), sabili rabbika (Q.16:125), al-jannah (Q.2:221, dan al-salam
(Q.12:25), al-khayr (Q.3:104), dan al-silmi (Q.47:35).

2.2 Makna Istilahi

Sejelan dengan perkembangan kajian dakwah dalam berbagai aspek membuat


rumusan terminologis dakwah secara komprehensif sulit dilakukan. Dengen semakin
banyaknya bentuk dakwah yang baru menambah rumitnya menghasilkan rumusan
definisi yang komplek. Bentuk-bentuk dakwah baru antara lain dakwah kultural,
dakwah transformatif, dan dakwah multikultural. Bahkan penulis menambahkan dua
varian dakwah lagi yang didisain sesuai dengan perkembangan interaksi antar umat
beragama dan kajian tafsir kontemporer, yaitu dakwah relasi agama dan dakwah lintas
agama. Definisi dakwah akan lebih mudah dibuat sesuai dengan bentuk-bentuk
dakwah secara spesifik.

Dalam tulisan ini penulis tidak akan menampilkan rumusan definisi dari para
ahli. Rumusan-rumusan dimaksud sudah banyak yang perlu diupdate. Varian rumusan
definisi dari para pengkaji dakwah didasarkan pada sudut tinjauan mereka dalam
membuat rumusan definisi. Asep Muhiddin menyebutkan 6 fokus tinjauan mereka
adalah melihat dakwah sebagai: 1. Proses pemberian motivasi, 2. Proses penyebaran
pesan agama, 3. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya insani, 4. Sistem
penjelasan kebenaran, kebaikan dan ajaran, 5. Suatu aspek pengamalan pesan, 6.
Aktivitas dengan penekanan profesionalisme.3 Fokus tinjauan ini dirumuskan 2002
berarti untuk konteks saat ini diperlukan lagi tinjauan baru yang lebih akomodatif
dengan tuntutan zaman. Dengan mencermati perkembangan bentuk-bentuk dakwah
dewasa ini maka diperlukan fokus tinjauan baru untuk mewadahi dakwah
transformatif, dakwah kultural, dakwah multikultural, dakwah relasi agama, dan
dakwah lintas agama.

Terlepas dari sudut pandang atau fokus tinjauan tersebut, rumusan definisi
dakwah, dapat dibuat berdasar pada indikator dari ayat-ayat Al-Qur’an. Indikator-
indikator dimaksud antara lain: 1. Dakwah sebagai suatu aktivitas menyeru atau
mengajak. Indikator ini diadopsi dari terma “da‘a” (Q.41:33), yang antara lain berarti:
menyeru dan mengajak. 2. Manusia sebagai sasaran dakwah. Poin ini dipahami dari
terma “kaffatan li al-nas” (Q.34:28) yang berarti semua manusia. 3. Metode yang
diterapkan dalam berdakwa. Poin ini digali dari konsep “bi al-hikmah” yakni dengan
hujjah yang kuat (Q.16:125), yang berarti berdakwah dengan bijak. Ayat ini memuat
tiga metode utama dalam dakwah yang diterapkan sesuai dengan kondisi obyektif
3 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 32-34.

3
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

sasaran dakwah. Menurut Syekh Muhammad Abduh, sasaran dakwah yang sudah
mampu menangkap dan memahami hal-hal abstrak dan filosofis didekati bi al-
hikmah, sedang kelompok sasaran dakwah yang mudah menerima ide, sugestible
didakwah dengan metode maw‘izhah ḥasanah dan sasaran dakwah yang suka
berdebat da membantah dihadapi dengan debat.4 4. Media penyampaian dakwah.
Penggunaan media dakwah Al-Qur’an antara lain didasarkan pada lafzh “bi kitȃbi”
(Q.27:28), yakni pemanfaatan surat sebagai media. Untuk kepentingan dakwah Nabi
Sulaiman as. menggunakan surat yang dikirim kepada Ratu Balqis. Arah ajakan dan
panggilan. Ada 9 arah ajakan seperti dikemukakan di atas, terutama sekali adalah
Allah dan Jalan Allah (sabȋli raabbik). Allah memang menjadi tujuan dakwah secara
hakiki karena semua makhluk akan kembali kepada-Nya. Dakwah juga senantiasa
mengarahkan manusia ke jalan Allah, karena memang inilah satu-satunya jalan
keselamatan.

Rasul-rasul yang diutus telah memainkan peran istimewa ini mendorong orang
untuk meniti jalan Allah, mereka ini berfungsi sebagai juru selamat. Terdapat 25 juru
selamat yang pernah diutus Allah swt. ke dunia ini mengemban misi penyelamatan,
dan memang melalui merekalah keselamatan dunis akhirat akan diperoleh. Pandangan
inilah yang paling kuat karena sepanjang sejarah penyelamatan tidak mungkin hanya
diperankan satu orang. Tuhan menciptakan banyak umat, setiap umat dibekali dengan
syari’ah tertentu dan dibimbing oleh Rasul tertentu. Dengan demikian konsep atau
pemahaman atau klaim hanya satu penyelamat berdiri di atas landasan argument yang
rapuh. Agama Kristen hanya meyakini satu jurus selamat yaitu Yesus Kristus. Salah
satu inti doa dalam Surah al-Fatihah juga mencerminkan arah ajakan ini “tunjukilah
kami jalan yang lurus (ihdin al-shirȃt al-mustaqȋm).

5. Tujuan pelaksanaan dakwah. Salah satu tujuan dakwah berbasis fungsi Al-
Qur’an yang penulis perkenalkan adalah transformasi atau perubahan. Rumusan
tujuan dakwah ini digali dari ungkapan “yukhrijuhum min al-zhulumȃt ilȃ al-nȗr”
yang secara leksikal diterjemahkan dengan “mengeluarkan mereka dari kegelapan
kepada cahaya”. Muhammad Ali al-Shabuni menafsirkan lafaz zhulumȃt, khususnya
terdapat dalam QS. Ibrahim(14): 1-5 dengan kebodohan, kesesatan, dan kekafiran.5
Cahaya (nȗr) sendiri dipahami antara lain dengan: iman, cahaya Allah, dan
kebenaran. Tujuan ini juga sesuai dengan efek komunikasi yang mencakup tiga
perubahan: 1. Perubahan pengetahuan (cognitive), 2. Perubahan sikap (attitude), dan
3. Perubahan perilaku (behaviour). Perubahan ini mengarah pada pencapaian tujuan
akhir yaitu Islam totalitas (Q.2:208). Definisi yang dapat dihasilkan dengan sejumlah
indikator di atas adalah, seperti: Dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Allah
dengan metode dan media yang tepat agar terjadi perubahan dalam kehidupan
menuju Islam paripurna.
3. Signifikansi Dakwah dalam Al-Qur’an
Dakwah dalam konteks amar maruf nahyi munkar menempati posisi sangat
strategis dalam bingkai ibadah-ibadah Islam. Dalam QS.al-Hajj (22): 41, amar maruf

4
Iftitah Jafar, Tafsir Ayat Dakwah: Pesan, Metode dan Prinsip Dakwah Inklusif (Jakarta: Mishbah,
2010), h. 249.
5
Muḥammad ‘Alȋ al-Shȃbȗnȋ, Shafwat al-Tafȃsȋr, Vol. II (Beirut: Dȃr al-Qur’an al-Karȋm, 1981), h.
90-91.

4
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

disebutkan setelah perintah menegakkan salat dan mengeluarkan zakat. Penyampaian


dakwah adalah suatu aktivitas yang sangat urgen dan Muslim harus
memerhatikannya. Aktivitas dakwah meletakkan Islam sebagai satu agama yang
diterima dengan sangat baik dan dapat tersebar di tengah-tengah masyarakat dengan
mudah. Tanpa aktivitas dakwah Islam akan terpisahkan dari kondisi masyarakat, dan
mengalienasi nilai-nilai Islam sebagai agama rahmatan li al-alamin.6 Dakwah sangat
signifikan, baik bagi rasul sendiri, dai maupun masyarakat dan kelangsungan hidup
agama Islam, bahkan bagi pemerintah.

3.1 Rasul-rasul Allah


Rasul-rasul yang diutus Allah mengemban misi pengenalan Tuhan yang
meliputi zat, sifat dan perbuatannya (af‘ȃl). Rasul-rasul berkewajiban menyampaikan
perintah dan larangan Tuhan, demikian pula janji dan ancamannya. Perintah Tuhan
meliputi perintah untuk mengesakan dan menyembah-Nya. Janji Tuhan antara lain
pahala bagi mereka yang beriman dan beramal saleh, sementara ancaman-Nya
mencakup siksaan yang pedih siapa saja yang melanggar hukum-hukum Tuhan.
Selain itu rasul-rasul juga menginformasikan berita gembira dan peringatan dari
Tuhan. Berita gembira antara lain Syurga yang disediakan bagi orang beriman dan
beramal saleh sedangkan peringatan mencakup siksaan api neraka yang disiapkan
bagi mereka yang menolak ajaran yang didakwahkan para rasul. Informasi tentang
Tuhan, segala perintah dan larangan, janji dan ancaman, berita gembira dan
peringatan, semuanya tidak akan sampai dan diketahui manusia kalau tidak
disampaikan atau didakwahkan oleh para rasul.

Signifikansi efektivitas dakwah sangat dirasakan Nabi Musa as. dalam


mengemban misi dakwahnya. Merasa khawatir tidak dapat meyakinkan umat akan
pesan dakwahnya karena memiliki keterbatasan dalam kemampuan berkomunikasi,
Nabi musa as. memohon kepada Tuhan agar berkenan mengutus saudaranya, Harun
untuk mendampinginya dalam berdakwah. Nabi Harun as. karena memiliki kefasihan
dalam berbicara (QS. al-Qashash (28): 34). Kefasihan merupakan salah satu faktor
penting dalam mencapai kesuksesan dalam dakwah. Nabi Musa as. dan Nabi Harun as
diperintahkan Tuhan untuk mendatangi Fir’aun dengan perkataan yang ramah dan
penuh hormat (QS. Thaha (20): 43 – 44). Kisah ini mengimplikasikan dua hal
penting: 1. Dai hendaknya senantiasa membaca kemampuan komunikasinya sesuai
dengan varian sasaran dakwahnya. 2. Dai perlu melakukan kerja kolaboratif dengan
berbagai pihak baik individu maupun kelompok yang dapat membantu dalam
memperlancar kegiatan dakwahnya.

Peran-peran rasul sebagai dai dilukiskan dalam Al-Qur’an, sebagaimana


Firman Allah dalam QS. al-Ahzab (33): 4 - 5, “Wahai Nabi! Sesungguhnya Kami
mengutus kamu untuk menjadi saksi, pembawa kabar gembira, dan pemberi
peringatan, dan untuk menjadi penyeru kepada (agama) Allah dengan izin-Nya dan
sebagai cahaya yang menerangi.” Sepanjang dakwahnya, Nabi Muhammad saw.
menunjukkan keseriusan dan kejelasan tujuan-tujuannya yang tidak terbandingkan
dengan gerakan ideology dan politik apapun. Beliau tidak tersekat dengan solusi-
solusi parsial dan jangka pendek. Nabi Muhammad menforkuskan diri pada
rekonstruksi sosial secara total. Sebagai hasil dari upaya keras dedikasi yang

6
Muhammad Firousyurhman, “Da’wah and Interpersonal Attraction of Public Figure in Indonesian
Television,” Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 12 (2) 2018: 259-274.

5
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

ditunjukkan Rasul Allah dan para sahabatnya, Negara Islam dapat terwujud. Dengan
berdirinya Negara Islam, Muhammad memiliki otoritas yang lengkap untuk
menerapkan Syari’a dan untuk mengatur segala urusan masyarakat sesuai dengan
hukum-hukum Allah Swt. di bawa naungan otoritas Islam, Muslim dan non-Muslim
menikmati kesuksesan, keadilan, dan keamanan yang tiada tara bandingannya pada
waktu itu, yang berbeda tajam dengan masyarakat lain pada waktu itu. 7

3.1 Dai atau Muballigh


Dai sebuah terma Qur’ani “orang yang mengajak kepada Allah” (dȃ‘iyan ilȃ
Allȃh). Kata dȃ‘i merupakan pelaku (ism fȃ’il) dari kata kerja da‘ȃ – yad‘ȗ, merujuk
pada seseorang yang melakukan dakwah.8 Al-Qur’an memberikan petunjuk khusus
mengenai signifikansi dakwah bagi dai. Allah swt. memberikan penghargaan dalam
bentuk predikat khusus kepada mereka yang mengemban tugas sebagai dai di tengah-
tengah masyarakat. Predikat dimaksud adalah: 1. Orang terbaik perkataannya (ahsanu
qawlan). Dalam QS. Fushshilat (41): 33, disebutkan profesi dai dianggap sebagai
figure yang terbaik ucapannya (ahsanu qawlan). Orang-orang terbaik perkataannya
dipastikan akan dihargai masyarakat, dijadikan sebagai panutan. 2. Umat terbaik
(khayra umma). Dalam QS. Ali Imran (3): 110 disebutkan dai diberi predikat khayra
umma, dengan tiga syarat yaitu memerintahkan yang ma‘ruf, mencegah yang
mungkar, dan istiqamah dalam keimanan. 3. Umat moderat (ummatan wasathan).
Dalam QS. al-Baqarah (2): 143 disebutkan bahwa dai dianggap sebagai umat moderat
yang menjadi saksi atas manusia, termasuk umat-umat terdahulu.

Selain predikat-predikat tersebut dai juga mendapatkan fasilitas di sisi Allah


swt. Dalam QS. Ali Imran (3): 104 disebutkan bahwa mereka itu akan mendapatkan
keberuntungan, baik di dunia maupun di akhirat. Keberuntungan duniawi antara lain
prestise, penghargaan, dan dukungan. Dai professional dipastikan mendapatkan
imbalan duniawi dalam proses dakwahnya. Dai juga dijanjikan rahmat dari Allah swt.
(QS. al-Tawbah (9): 71), demikian pula pertolongan Allah swt. (QS. al-Hajj (22):
40). Pada akhirnya, dai juga akan mendapatkan pahala yang besar. Rasulullah saw.
bersabda dalam salah satu haditsnya: “man dalla ‘alȃ’ khayrin falahȗ mitslu ajri
fȃ‘ilihȋi,” barangsiapa yang menunjuki seseorang pada kebaikan maka baginya pahala
seperti pahala orang yang mengerjakannya. (HR. Aḥmad, Muslim, Abu Dawud dan
Thirmidzi). Dari hadis dipahami bahwa seorang dai akan mendapatkan dua pahala
dalam pelaksanaan dakwahnya, pahala pertama berasal dari dakwah yang
dilaksanakan sebagai perwujudan perintah kewajiban berdakwah. Pahala kedua,
berasal dari hasil dakwahnya, yakni selama orang yang menerima dakwahnya tetap
mengamalkan pesan dakwah dalam kehidupan mereka, maka dai tadi akan tetap
mendapatkan pahala, sebesar pahala orang yang mengamalkan.

3.2 Individu Muslim


Pada diri setiap insan terdapat dua kecenderungan yang berseberangan, dorongan
ketakwaan dan dorongan berbuat dosa. Allah berfirman dalam QS. al-Syams (91): 8, “Maka
Dia mengilhamkan kepadanya (jalan) kejahatan dan jalan ketakwaan.” Terjemahan
“mengilhamkan” untuk “alhamahâ” tidak tepat dan sangat harfiyyah. Muhammad Thalib,
7
Nighat Rukhasana dan Mussarat Jamal, “The Methodology of the Prophet in Calling to Allah,”
Journal of Social Science Research, Vol. 5, No. 3, November8, 2014: 827-843.
8
Muḥammad Abȗ al-Fatḥ al-Bayȃnȗnȋ, al-Madkhal Ilȃ ‘Ilm al-Da‘wah (Qathar: Idȃrat al-Syu’ȗn al-
Islȃmiyyah Wazȃrat al-Awqȃf wa al-Syu’ȗn al-Islȃmȋ, 1997), h. 40.

6
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

misalnya menejemahkannya dengan menerangkan.9 Muhammad Asad menafsirkan ayat ini


dengan realitasnya adalah manusia setara dalam dalam liabilitasnya untuk meningkat pada
level spiritualitas yang hebat atau terjatuh ke dalam tindakan amoral sebagai suatu karakter
esensil watak manusia. Dalam maknanya yang paling dalam, kemampuan manusia bertindak
salah sebanding dengan kemampuannya untuk bertindak benar.10

Dakwah akan senantiasa mendorong seseorang untuk mengikuti jalan ketakwaan dan
membatasi kemungkinan mengikuti jalan kejahatan. Selain itu manusia senantiasa berada
dalam proses perbaikan diri dimana mereka berhadapan dengan dua arus yang berseberangan
dan kontradiktif antara kebenaran dan kebatilan, kema‘rufan dan kemunkaran, kema‘rufan
dan fahsya’ yang terus berlangsung dan berperan sebagai media ujian bagi manusia. Mereka
yang pandai memilah dan memilih tujuan hidupnya akan lulus dari ujian ini. 11 Dakwah akan
mampu membimbing manusia dalam memilih tujuan hidupnya sehingga lulus dalam berbagai
ujian yang dihadapinya.

Setiap Muslim membutuhkan dakwah untuk meningkatkan level atau tingkatan


keislamannya. Dakwah akan mengantar seorang Muslim untuk mencapai Islam totalitas atau
Islam kaffah (QS. al-Baqarah (2): 208). Bagi individu Muslim yang telah mencapai tingkat
taqwa pun tetap membutuhkan dakwah agar dapat memertahankan ketaqwaan tersebut
bahkan meningkatkannya. Taqwa sendiri bertingkat-tingkat mulai dari level taqwa sesuai
kemampuan sampai kepada taqwa yang sebenar-benarnya (QS. Ali Imran (30): 102). Dakwah
juga tetap diperlukan di saat seseorang mencapai taraf “sȃbiqun bi al-khayrȃt” yakni orang
yang amal kebaikannya jauh melampaui perbuatan dosanya. Seorang Muslim wajib
berdakwah kepada anggota keluarganya Kepala keluarga mempunyai kewaiban untuk
menyelamatkan keluarganya dari siksaan api neraka QS. al-Tahrim (66): 6). Tugas ini akan
dimintakan pertanggungjwaban di Hari Kemudian.

3.3 Masyarakat
Dakwah dapat menjadi tameng turunnya azab Allah secara umum, sebagaimana telah
ditimpakan pada umat-umat terdahulu. Dalam QS.al-Anfal (8): 25, “Dan peliharalah dirimu
dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.
Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”Ayat sebelumnya memuat ajakan
kepada orang yang beriman untuk memenuhi seruan Allah dan seruan Rasul-Nya apabila
Rasul menyeru mereka. Dakwah juga dapat menghindarkan masyarakat dari laknat Allah
Swt. sebagaimana Firman-Nya dalam QS.al-Maidah (5); 78-79, “Telah dilaknat orang-orang
kafir dari Bani Israil dengan lidah Nabi Dawud dan Isa Putra Maryam. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu
melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat itu.”Akhirnya dakwah itu sendiri merupakan media turunnya hidayah
Tuhan. Kemungkaran apabila tidak segera dicegah maka ia akan merajalela dimana-mana.
Menurut Mukhtar al-Manfaluthi, pujangga Mesir, kemungkaran bagaimanapun kecilnya
kalau tidak segera diantisipasi nantinya akan tidak dianggap lagi sebagai suatu kejahatan.
Kalau kemungkaran telah merajalela dan dianggap hal biasa tidak menutup kemungkinan
datangnya murka Allah dalam bentuk musibah yang merata ke seluruh lapisan masyarakat.

9 Muhammad Thalib, Al-Qur’anul Karim: Tarjamah Tafsiriyyah (Yogyakarta: Ma’had al-Nabawi, 2011),
h. 596.

10 Muhammad Asad, The Message of the Qur’an (Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980), h. 954-955.
11 Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, h. 35.

7
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

Bagi masyarakat sendiri dakwah merupakan suatu kebutuhan mendasar. Dakwah


dapat berkontribusi besar dalam mewujudkan perubahan, karena salah satu hakekat dakwah
adalah perubahan. Ustadz Bakhyul Khuli sendiri dalam kitabnya “tadzkirat al-du‘at” melihat
dakwah sebagai “‫ ”هي نقل األمة من محيط إىل محيط‬yakni memindahkan umat dari suatu
situasi ke situasi lain. Menurut Ian Robertson, sebagaimana dikutip Malika Sanna, struktur
masyarakat terdiri dari atas status, roles, groups dan institution. Lebih jauh dia menegaskan
bahwa masyarakat memiliki suatu identitas yaitu kesamaan tempat, interaksi, kesamaan
kultur (budaya) dan nilai sosial. Dari unsur tersebut terbentuklah apa yang dinamai dengan
suatu perubahan masyarakat yang terjadi apabila pada salah satu unsur tersebut mengalami
perubahan. Di samping itu kehidupan berubah karena adanya perubahan pada saat adanya
pergeseran atau perbedaan waktu. Perubahan masyarakat atau perubahan sosial ialah
perubahan pola-pola budaya, struktur sosial dan perilaku sosial pada rentangan waktu.
Masyarakat secara intrinsik memiliki kecenderungan kepada perubahan, perkembangan,
dinamika, yang memang menjadi watak alami manusia. Perubahan merupakan suatu tabiat
atau sunnatullah.12

Bagi masyarakat dakwah merupakan suatu kebutuhan dalam mencapai


perkembangan. Dakwah dapat berperan dalam mengembangkan masyarakat karena umat
Islam, khususnya dai sebagai bagian dari umat pilihan (khayra umma) memang dimunculkan
untuk mengemban misi perbaikan masyarakat (QS. Ali Imran (3): 110).13 Amir Zaidan,
Pengurus Asosiasi Islam Hessen, dan dosen pada Universitas Frankfurt menyatakan bahwa
Muslim di Jerman perlu memahami pentingnya akar sejarah mereka, khususnya peristiwa-
perstiwa politik dan komunal segera setelah Nabi Muhammad saw. tiba di Madinah. .
Aktivitas historis beliau setelah hijrah ke Medinah adalah menunjukkan identias Islam agar
dapat mentransformasi struktur masyarakat secara bertahap. Untuk mengatur hubungan-
hubungan politik antara Muslim dengan komunitas-komunitas lain, penduduk Madinah
dengan memasuki sebuah persetujuan dan kontrak tertulis dengan enguasa-penguasa baru,
imigran baru dan penduduk asli berserta semua kelompok minoritas yang berada di sana.14

Dalam proses pengembangan menuju masyarakat madani sebuah masyarakat


membutuhkan motivasi yang kuat dibarengi dengan kerja keras. Dakwah transformatif akan
mampu membantu masyarakat untuk berubah dan berkembang ke arah yang lebih baik. Salah
satu tujuan dakwah sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an adalah terjadinya perubahan
(change) dalam tatanan kehidupan masyarakat. Tujuan ini dipahami dari konsep peralihan
masyarakat dari kegelapan ke alam cahaya (Q.2:257). Al-Qur’an membawa panji-panji
perubahan dari kekafiran kepada keimanan (Q.57:9) dan keislaman (Q.14:1) yang seharusnya
menjadi fokus perhatian para dai. Sulistiyani sebagaimana dikutip Mubasyaroh mencatat
salah satu metode dakwah dalam bentuk aksi adalah metode pembangunan komunitas yakni
dakwah dengan upaya untuk membangun kekuatan dengan mendorong, memotivasi dan

12 http://eanggraeta27.blogspot.com/2015/12/peranan-dakwah-dalam-merubah-suatu.html (01 Oktober


2018)

13
Albrebht Hauser, “ Da‘wah: Islamic Mission and Its Current Implications,” International Bulletin of
Missionary Research, Vol. 30, No. 4 October 2012: 189-194.
14
http://www.internatonalbulleti.org/issues/2012-04-hauser-189.html (08 Februaey 2021)

8
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

menimbulkan kesadaran akan potensi mereka dan berusaha untuk mengembangkannya.


Metode ini senantuasa terkoneksi antara tiga actor, yaitu komunitas, pemerintah dan dai.15

Kegiatan dakwah tradisional telah mencapai kesuksesan yang gemilang sepanjang


sejarah, namun di saat populasi Muslim sepanjang sejarah meningkat menjadi 2,9 milyar
dewasa ini sungguh penting bekerja keras untuk mempersiapkan Muslim yang benar dan
penuh dedikasi, karena banyak dari umat kita hanya Islam nama atau KTP saja sementara
kualitasnya masih sangat jauh dari realitas. Konsekuensi dari sitsuasi yang tidak diinginkan
ini adalah terjadinya konversi ke agama lain, muncunya pengikut dan pemimpin yang tidak
berkualitas, munculnya kaum atheist, sekuler, liberal, ekstremis, dan teroris di banyak Negara
Islam, betkelanjjutannya pertengkaran internal dan perang saudara di banyak Negara Islam.
Kondisi ini menandakan perlunya sebuah perubahan segera dalam fungsi kegiatan dakwah di
tengah umat kita.16

3.4 Penyebaran dan Penyiaran Agama


Dakwah memegang peranan penting dalam penyebaran dan penyiaran suatu agama.
Mati hidupnya suatu agama sangat ditentukan oleh sejauhmana para penganutnya
mendakwahkan agamanya. Dakwah dipastikan merupakan urat nadinya agama. Sejarah
mencatat agama Nashrani hanya dikhususkan bagi Bani Israel akan tetapi kenyataannya,
agama ini dianut lebih separuh penduduk dunia. Firman Allah dalam QS.al-Shaf (61): “Dan
ingatlah ketika Isa putra Maryam berkata: “Hai Bani Israel, sesungguhnya aku adalah utusan
Allah kepadamu. . .” Pernyataan senada juga ditemukan dalam Alkitab, Yesus Kristus
bersabda: “Aku diutus untuk domba-domba yang tersesat dari Bani Israel”. Yesus sendiri
melarang murid-muridnya untuk keluar dari Bangsa Israel. Dalam Matius 10: 5-6 disebutkan
kedua belas murid itu diutus oleh Yesus dan beliau berpesan kepada mereka: “Janganlah
kamu menyimpang ke jalan bangsa lain atau masuk ke dalam kota orang Samaria. . .”

Meskipun secara tekstual dengan tegas dikatakan misi dakwah Yesus hanya untuk
Bani Israel namun faktanya Agama Kristen dianut oleh lebih separuh penduduk dunia.
Keberhasilan misi ini berkat usaha keras dari para penginjil, ditopang kekuasaan, dan
kemampuan finansil. Di samping tentunya, ditopang oleh kemampuan dan keunggulan
mereka dalam strategi misi, khususnya dalam mendisain metode dakwah, mengemas materi
dakwah, dan menggunakan media dakwah yang tepat. Di saat semakin banyak orang Barat,
khususnya Eropa dan Amerika meninggalkan agama Kristen para pendeta dan pastor semakin
kreatif dalam misi agamanya dengan melakukan berbagai inovasi untuk mengajak orang
masuk ke dalam gereja.

Dakwah merupakan ruh agama Islam, tanpa dakwah agama Islam tidak bisa
berkembang dengan pesat.Kalangan pakar Barat sendiri menilai Agama Islam sebagai agama
yang paling cepat perkembangannya di Barat. Hal ini tentunya tidak lepas dari upaya para dai
yang tidak kenal lelah menyebarkan agama Islam. Meskipun harus diakui bahwa agama
Islam memang mempunyai daya tarik sendiri yang luar biasa. Ajaran Islam, sungguhpun oleh
kalangan Barat dinilai unik, tetapi justeru dengan keunikan ini membuat mereka selalu
penasaran untuk mengetahui secara pasti bagaimana sesungguhnya Islam itu.

Mubasyaroh, “Develop Quality People Through Da’wah in the Face of The Asean Economic
15

Community (AEC)” ADDIN, Volume 10, Number 2, August 2016: 449-473.


16
Maulana Akbar, “Islamic Da‘wa Through A Creative Ideological Approach,” Journal of Education
and Social Sciences, Vol. 4 (June) 2016: 194-203.

9
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

3.5 Penguasa atau Pemerintah


Al-Qur’an melukiskan bagaimana dakwah Nabi Sulaiman as. kepada Ratu Balqis,
penguasa Negeri Saba’. Nabi Sulaiman as sebagai raja memainkan peran dakwahnya melalui
pengutusan baik Burung Hud-hud dengan surat dakwah maupun utusan kerajaan secara
langsung. Penggunaan surat sebagai media dakwah terekam dalam QS. al-Naml (27): 28,
“Pergilah dengan (membawa) suratku ini lalu jatuhkanlah kepada mereka, kemudian
berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan”. Surat ini diawali
dengan basmalah, pesan dakwahnya adalah larangan bersikap sombong dan ajakan untuk
datang ke Nabi Sulaiman as. sebagai rang-orang yang berserah diri. Ratu Balqis dan kaumnya
dianggap sombong karena menyembah matahari, penyembahan yang seharusnya hanya
ditujukan kepada Allah Swt, Pencipta manusia.17 Sebagai raja, Sulaiman telah menggunakan
kemampuan kerajaan yang dimiliki untuk keperluan dakwah antara negara atau kerajaan.
Kemampuan dimaksud adalah kemampuan: militer, finansil, diplomasi, penggunaan jin, dan
pemahaman bahasa binatang. Nabi Sulaiman as. berhasil menundukkan Ratu Balqis dengan
tekanan militer.

Dewasa ini, pada level pemerintahan seperangkat dakwah telah diimpelementasikan


berbagai negara ke dalam beragam projek politik dan sosio-kultural umat Islam, yang oleh
Igdunas Racius disebut dengan “Re-islamisasi Kultural” (cultural reislamization). Banyak
pemerintahan Muslim (khususnya Negara-negara Teluk Persia, juga Libya, Pakistan, Iran,
dan Sudan) telah melaksanakan reislamisasi, sejak 197an, melalui legislasi dan instrument
lain. Meskipun “reislamisasi kultural” tidak bisa dengan mudah disetarakan dengan dakwah,
ativitas-aktivitas pemerintah terkait regulasi keislaman warga dapat dikaji dalam konteks
“intra umat Islam” (intra-ummaic da’wa) yang diselenggarakan aktivis-aktivis Muslim,
pertama di dunia Islam sendiri, juga seluruh dunia.18

Untuk konteks Indonesia, dakwah sangat penting bagi pihak pemerintah. Secara
historis dakwah melalui ulama, baik secara individu maupun kelembagaan telah memberi
kontribusi besar dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Dakwah ini membantu dalam mengisi kemerdekaan dan menggalakkan pembangunan dalam
seluruh sektor kehidupan. Dakwah membantu dalam menyosialisasikan program-program
pemerintah, misalnya program keluarga berencana. Pada awalnya, program ini agak sulit
diterima masyarakat akan tetapi dengan bantuan para dai dengan pendekatan agamanya, pada
akhirnya program ini dapat diterima masyarakat. Bahkan saat ini masyarakat tanpa dimotivasi
mereka telah menyadari sendiri perlunya program keluarga berencana ini.

Di samping itu, dakwah juga membantu menjaga keutuhan bangsa dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Agama menjadi perekat keutuhan bangsa
karena itu dakwah dengan fokus ukhuwah islamiyyah hendaknya semakin dikedepankan.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang multi etnis, bahasa, tradisi bahkan kepercayaan
memerlukan perekat.Islam sebagai agama yang mayoritas dianut oleh bangsa Indonesia yang
tersebar ke seluruh pulau dapat menjadi perekat yang ampuh. Seorang pengamat politik
Amerika Serikat dalam wawancara di Radio Voice of America (VOA) ditanyak, Uni Sovyet
telah tumbang dan terpecah ke dalam beberapa negara seperti Rusia, Tajikistan,
Turkmenistan dan lain-lain setelah terlibat perang dingin yang cukup lama dengan musuh
17
Iftitah Jafar, Membangun Elemen Dakwah berbasis Al-Qur’an (Makassar: Alauddin University
Press, 2011), h. 66.
18
Igdunas Racius, “The Multiple Nature of the Islamic Da’wa,” Academic Disseration, (Faculty of
Arts, University of Helsinki, 2004), h. 11.

10
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

bebuyutan, Amerika Serikat. Kasus yang sama juga terjadi di Yugoslavia yang terpecah
menjadi beberapa negara, seperti Bosnia Herzegovina, Serbia Montenegro, Kroasia dan lain-
lain. Bagaimana dengan Indonesia sebagai salah satu negara besar dengan jumlah penduduk
mayoritas Muslim? Pengamat tadi menjawab bahwa Indonesia tidak akan mengalami nasib
yang sama karena Islam menjadi perekat yang sangat kuat di antara penduduknya.

4. Penutup
Dari perspektif dakwah, Al-Qur’an merupakan “kitab” dakwah. Al-Qur’an selain
berfungsi sebagai materi dakwah utama, ia juga menetapkan tujuan dakwah yang akan
dicapai dan menyediakan metode dakwah yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam paper ini penulis bahkan menunjukkan bahwa makna dakwah secara bahasa
dan istilah dapat dirumuskan melalui analisis terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Signifikansi
dakwah secara skriptural dapat dilacak dalam Al-Qur’an. Signifikansi dapat dilihat dalam
hirarki kewajiban agama, perintah dakwah dalam beberapa ayat disandingkan dengan
perintah menegakkan sholat dan membayar zakat. Signifikansi juga dapat dicermati dalam
peran-peran yang dimainkan Rasul-rasul Allah dalam mendakwahkan ajaran agama yang
mereka bawa. Selanjutnya, signifikansi dapat juga diamati dalam Individu Muslim dan
masyarakat Islam. Sebagai tambahan, signifikansi dakwah juga terlihat dalam penyebaran
agama, pengembangan masyarakat, dan pelaksanaan program pemerintah

11
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

Daftar Pustaka

Akbar, Maulana. “Islamic Da‘wa Through A Creative Ideological Approach.”


Journal of Education and Social Sciences. Vol. 4 (June) 2016: 194-203.

Asad, Muhammad. The Message of the Qur’an. Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980.

al-Bayȃnȗnȋ, Muḥammad Abȗ al-Fatḥ. al-Madkhal Ilȃ ‘Ilm al-Da‘wah. Qathar:


Idȃrat al-Syu’ȗn al-Islȃmiyyah Wazȃrat al-Awqȃf wa al-Syu’ȗn al-Islȃmȋ, 1997.

Firousyurhman, Muhammad. “Da’wah and Interpersonal Attraction of Public Figure


in Indonesian Television,” Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 12 (2)
2018: 259-274.

Jafar, Iftitah. Tafsir Ayat Dakwah: Pesan, Metode dan Prinsip Dakwah Inklusif.
Jakarta: Mishbah, 2010.

----------- Membangun Elemen Dakwah berbasis Al-Qur’an. Makassar: Alauddin


University Press, 2011.

Leaman, Oliver (ed.), The Qur’an: An Encyclopedia (London & New York:
Routledge, 2008), h. 164.

Mubasyaroh, “Develop Quality People Through Da’wah in the Face of The Asean
Economic Community (AEC)” ADDIN, Volume 10, Number 2, August 2016: 449-473.

Muhiddin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi
dan Wawasan. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.

‘Omar, ‘Abd al-Mannȃn. Dictionary of the Holy Qur’an. Hochessin: NOOR


Foundation International, 2010.

Racius, Igdunas. “The Multiple Nature of the Islamic Da’wa.” Academic Disseration.
(Helsinki: Faculty of Arts, University of Helsinki, 2004

Rukhasana, Nighat dan Mussarat Jamal. “The Methodology of the Prophet in Calling
to Allah.” Journal of Social Science Research. Vol. 5, No. 3, November8, 2014: 827-843.

al-Shȃbȗnȋ, Muḥammad ‘Alȋ. Shafwat al-Tafȃsȋr, Vol. II. Beirut: Dȃr al-Qur’an al-
Karȋm, 1981.

Thalib, Muhammad. Al-Qur’anul Karim: Tarjamah Tafsiriyyah. Yogyakarta:


Ma’had al-Nabawi, 2011.

http://eanggraeta27.blogspot.com/2015/12/peranan-dakwah-dalam-merubah-
suatu.html (01 Oktober 2018)

Hauser, Albrebht. “ Da‘wah: Islamic Mission and Its Current Implications,”


International Bulletin of Missionary Research, Vol. 30, No. 4 October 2012: 189-194.

12
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020

http://www.internatonalbulleti.org/issues/2012-04-hauser-189.html (08 Februari


2021)

13

Anda mungkin juga menyukai