Abstract
Nowadays da‘wa shows its significance in all of human life. Da’wa
experienced a great significance in the spread of Islam and the development of
religious conscience, especially in the West. Da‘wa observers believe that
Islam is the fastest growth in the West. This paper tries to discover the
significance of da‘wa in the Qur’an. It is a thematic contextual approach in
understanding Qur’anic verses of significance. Thematic contextual approach
analysis verses of the Qur’an under the topic of significance of da‘wa by
relating it with contemporary situation. The study shows that da‘wa scripturally
and historically demonstrated its significance for the messengers of God,
preachers (du‘ȃt), rulers, the spread of Islam, and community. This study will
be a foundation for exploration of da‘wa significance for any individual,
groups, and institutions.
1.Pendahuluan
Dakwah dalam berbagai dimensinya semakin digalakkan di berbagai penjuru
dunia. Perkembangan pesat Islam di Barat tidak bisa dilepaskan dari upaya dakwah
yang dilakukan baik oleh individu maupun lembaga dakwah. Namun demikian,
sebagian pengamat dakwah menilai bahwa Islam berkembang dengan sangat pesat di
Barat karena tiga hal yaitu 1. Watak intrinsik Islam sebagai agama tauhid, fitrah,
rasional dan universal. 2. Persentasi kelahiran Muslim lebih tinggi dibanding orang
Barat. 3. Imigrasi akibat perang di beberapa wilayah Islam. Sepintas pandangan ini
tampaknya mengenyampingkan peran-peran dakwah. Pengamatan lebih cermat
menunjukkan bahwa dakwah memainkan peran penting dalam memacu geliat
perkembangan dakwah di Barat. Dalam lima tahun terakhir ini dakwah dalam bentuk
debat semakin intensif dilakukan dalam bentuk “speaker’s corner”, Zoom dan WA.
Pada 2020 Di Amerika muncul bentuk dakwah baru yaitu pengajaran Islam di masjid
dengan pendengar kalangan non-Muslim. Sebagai tambahan, muballigh tertentu
terkadang diundang ke gereja untuk menjelaskan Islam.
Di Indonesia geliat dakwah ini terlihat dengan jelas, khususnya dalam bentuk
yang dilaksanakan oleh institusi dan individu melalui channel youtube masing-
masing. Debat-debat dilakukan dalam format debat akbar di gedung, atau melalui
media Zoom dan WA. Debat lintas agama ini melibatkan dua komunitas agama yaitu
Islam dan Kristen. Selain debat Islam versus Kristen juga ada debat Yahudi dan
Kristen. Signifikansi dakwah dalam perspektif Al-Qur’an menarik untuk dikaji untuk
mengetahui bagaimana Al-Qur’an memotret dan memosisikan dakwah dalam bingkai
perintah dan kewajiban agama. Selain itu untuk melihat rekaman sejarah mengenai
pentingnya dakwah bagi pengenalan ajaran-ajaran agama kepada komunitas tertentu.
dan Signifikansi dakwah ini kelihatannya belum banyak pihak yang tertarik untuk
menelitinya. Paper ini mencoba menelusuri signifikansi dakwah dalam Al-Qur’an,
sebagai suatu langkah penelusuran awal.
1
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
Terma dakwah berasal dari derivasi da’a dengan varian makna, antara lain:
mengajak (Q.12:33), menyeru (Q.3:104), memanggil (Q.17:71), mengundang
(Q.28:25)) dan berdoa (Q.13:13-14). Dalam Bahasa Inggris, kata da‘â antara lain
bermakna: to call up, ask for, summon, call upon, invoke, pray and invite. Terma
da‘watun sendiri dalam Bahasa Inggris dewasa ini antara lain berarti: propagation,
religious call, religious proselytizing, dan missionary endeavor. Derivasi kata dakwah
dalam berbagai bentuknya digunakan dalam Al-Qur’an sebanyak 212 kali.1 Beberapa
terma lain yang dianggap identik dengan dakwah, antara lain: tabligh (Q.5:67),
tandzir (Q.9:122), tazkirah (Q.69:48), tawshiyah (Q.103:3), tabsyir (Q.2:25),
nashihah (Q.7:62), dan maw’izhah (Q.16:125).
Secara etimologis kata dakwah bisa berarti positif dan juga berarti negatif.
Cara membedakannya yaitu dilihat dari pelaku dan tujuan dakwahnya. Kalau
pelakunya figure yang baik maka dakwahnya pasti positif, sebaliknya kalau
pelakunya figure yang jelek maka dipastikan dakwahnya negatif. Selain itu, penilaian
positif negatifnya dakwah juga tergantung pada tujuannya. Kalau tujuannya Syurga,
kebaikan dipastikan dakwahnya positif, sebaliknya kalau tujuannya neraka dipastikan
dakwahnya negatif. Sebagai contoh kata dakwah dalam arti positif disebutkan dalam
Q.2:221, “. . . Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya dan Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran. Adapun kata dakwah dalam arti negatif antara lain dapat
disimak dalam Q.35:6, “. . . sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya
agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” Al-Qur’an menjelaskan
bahwa dakwah orang-orang kafir sama dengan panggilan ke neraka sementara
dakwah Nabi sama dengan panggilan kepada keselamatan (salvation).2
Kata dakwah juga dapat berarti beribadah dan berdoa, tergantung arahnya.
Kalau redaksinya da’a ila’ ia berarti berdakwah, tetapi kalau teksnya berbunyi da’a
Allah, maka ia berarti beribadah, dan kalau berbunyi da‘ȃ rabbakum maka ia berarti
berdoa. Sebagai contoh, kata dakwah berarti berdakwah Q.41:33, “Dan siapakah yang
1 ‘Abd al-Mannȃn ‘Omar, Dictionary of tge Holy Qur’an (Hochessin: NOOR Foundation International,
2010), h. 179.
2 Oliver Leaman (ed.), The Qur’an: An Encyclopedia (London & New York: Routledge, 2008), h. 164.
2
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah.. . .” Dalam ayat
ini terdapat kata “da‘ȃ ilȃ allȃh” yang berarti menyeru kepada Allah. Adapun kata
dakwah berarti menyembah, antara lain Q.40:14, “Maka sembahlah Allah dengan
tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukainya.”
Dalam ayat ini terdapat kata “ud‘u Allȃh” yang berarti sembahlah Allah. Kata dakwah
dalam arti berdoa, antara lain dapat dilihat dalam Q.7:55, “Berdoalah kepada
Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. . .”. Arah ajakan dakwah:
kepada Allah (Q.12:108), iman (Q.40:10), Islam (Q.61:7), al-sujud (Q.68:42),
kitabillah (Q.3:23), sabili rabbika (Q.16:125), al-jannah (Q.2:221, dan al-salam
(Q.12:25), al-khayr (Q.3:104), dan al-silmi (Q.47:35).
Dalam tulisan ini penulis tidak akan menampilkan rumusan definisi dari para
ahli. Rumusan-rumusan dimaksud sudah banyak yang perlu diupdate. Varian rumusan
definisi dari para pengkaji dakwah didasarkan pada sudut tinjauan mereka dalam
membuat rumusan definisi. Asep Muhiddin menyebutkan 6 fokus tinjauan mereka
adalah melihat dakwah sebagai: 1. Proses pemberian motivasi, 2. Proses penyebaran
pesan agama, 3. Pengelolaan dan pemberdayaan sumber daya insani, 4. Sistem
penjelasan kebenaran, kebaikan dan ajaran, 5. Suatu aspek pengamalan pesan, 6.
Aktivitas dengan penekanan profesionalisme.3 Fokus tinjauan ini dirumuskan 2002
berarti untuk konteks saat ini diperlukan lagi tinjauan baru yang lebih akomodatif
dengan tuntutan zaman. Dengan mencermati perkembangan bentuk-bentuk dakwah
dewasa ini maka diperlukan fokus tinjauan baru untuk mewadahi dakwah
transformatif, dakwah kultural, dakwah multikultural, dakwah relasi agama, dan
dakwah lintas agama.
Terlepas dari sudut pandang atau fokus tinjauan tersebut, rumusan definisi
dakwah, dapat dibuat berdasar pada indikator dari ayat-ayat Al-Qur’an. Indikator-
indikator dimaksud antara lain: 1. Dakwah sebagai suatu aktivitas menyeru atau
mengajak. Indikator ini diadopsi dari terma “da‘a” (Q.41:33), yang antara lain berarti:
menyeru dan mengajak. 2. Manusia sebagai sasaran dakwah. Poin ini dipahami dari
terma “kaffatan li al-nas” (Q.34:28) yang berarti semua manusia. 3. Metode yang
diterapkan dalam berdakwa. Poin ini digali dari konsep “bi al-hikmah” yakni dengan
hujjah yang kuat (Q.16:125), yang berarti berdakwah dengan bijak. Ayat ini memuat
tiga metode utama dalam dakwah yang diterapkan sesuai dengan kondisi obyektif
3 Asep Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi dan Wawasan
(Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h. 32-34.
3
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
sasaran dakwah. Menurut Syekh Muhammad Abduh, sasaran dakwah yang sudah
mampu menangkap dan memahami hal-hal abstrak dan filosofis didekati bi al-
hikmah, sedang kelompok sasaran dakwah yang mudah menerima ide, sugestible
didakwah dengan metode maw‘izhah ḥasanah dan sasaran dakwah yang suka
berdebat da membantah dihadapi dengan debat.4 4. Media penyampaian dakwah.
Penggunaan media dakwah Al-Qur’an antara lain didasarkan pada lafzh “bi kitȃbi”
(Q.27:28), yakni pemanfaatan surat sebagai media. Untuk kepentingan dakwah Nabi
Sulaiman as. menggunakan surat yang dikirim kepada Ratu Balqis. Arah ajakan dan
panggilan. Ada 9 arah ajakan seperti dikemukakan di atas, terutama sekali adalah
Allah dan Jalan Allah (sabȋli raabbik). Allah memang menjadi tujuan dakwah secara
hakiki karena semua makhluk akan kembali kepada-Nya. Dakwah juga senantiasa
mengarahkan manusia ke jalan Allah, karena memang inilah satu-satunya jalan
keselamatan.
Rasul-rasul yang diutus telah memainkan peran istimewa ini mendorong orang
untuk meniti jalan Allah, mereka ini berfungsi sebagai juru selamat. Terdapat 25 juru
selamat yang pernah diutus Allah swt. ke dunia ini mengemban misi penyelamatan,
dan memang melalui merekalah keselamatan dunis akhirat akan diperoleh. Pandangan
inilah yang paling kuat karena sepanjang sejarah penyelamatan tidak mungkin hanya
diperankan satu orang. Tuhan menciptakan banyak umat, setiap umat dibekali dengan
syari’ah tertentu dan dibimbing oleh Rasul tertentu. Dengan demikian konsep atau
pemahaman atau klaim hanya satu penyelamat berdiri di atas landasan argument yang
rapuh. Agama Kristen hanya meyakini satu jurus selamat yaitu Yesus Kristus. Salah
satu inti doa dalam Surah al-Fatihah juga mencerminkan arah ajakan ini “tunjukilah
kami jalan yang lurus (ihdin al-shirȃt al-mustaqȋm).
5. Tujuan pelaksanaan dakwah. Salah satu tujuan dakwah berbasis fungsi Al-
Qur’an yang penulis perkenalkan adalah transformasi atau perubahan. Rumusan
tujuan dakwah ini digali dari ungkapan “yukhrijuhum min al-zhulumȃt ilȃ al-nȗr”
yang secara leksikal diterjemahkan dengan “mengeluarkan mereka dari kegelapan
kepada cahaya”. Muhammad Ali al-Shabuni menafsirkan lafaz zhulumȃt, khususnya
terdapat dalam QS. Ibrahim(14): 1-5 dengan kebodohan, kesesatan, dan kekafiran.5
Cahaya (nȗr) sendiri dipahami antara lain dengan: iman, cahaya Allah, dan
kebenaran. Tujuan ini juga sesuai dengan efek komunikasi yang mencakup tiga
perubahan: 1. Perubahan pengetahuan (cognitive), 2. Perubahan sikap (attitude), dan
3. Perubahan perilaku (behaviour). Perubahan ini mengarah pada pencapaian tujuan
akhir yaitu Islam totalitas (Q.2:208). Definisi yang dapat dihasilkan dengan sejumlah
indikator di atas adalah, seperti: Dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Allah
dengan metode dan media yang tepat agar terjadi perubahan dalam kehidupan
menuju Islam paripurna.
3. Signifikansi Dakwah dalam Al-Qur’an
Dakwah dalam konteks amar maruf nahyi munkar menempati posisi sangat
strategis dalam bingkai ibadah-ibadah Islam. Dalam QS.al-Hajj (22): 41, amar maruf
4
Iftitah Jafar, Tafsir Ayat Dakwah: Pesan, Metode dan Prinsip Dakwah Inklusif (Jakarta: Mishbah,
2010), h. 249.
5
Muḥammad ‘Alȋ al-Shȃbȗnȋ, Shafwat al-Tafȃsȋr, Vol. II (Beirut: Dȃr al-Qur’an al-Karȋm, 1981), h.
90-91.
4
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
6
Muhammad Firousyurhman, “Da’wah and Interpersonal Attraction of Public Figure in Indonesian
Television,” Ilmu Dakwah: Academic Journal for Homiletic Studies, 12 (2) 2018: 259-274.
5
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
ditunjukkan Rasul Allah dan para sahabatnya, Negara Islam dapat terwujud. Dengan
berdirinya Negara Islam, Muhammad memiliki otoritas yang lengkap untuk
menerapkan Syari’a dan untuk mengatur segala urusan masyarakat sesuai dengan
hukum-hukum Allah Swt. di bawa naungan otoritas Islam, Muslim dan non-Muslim
menikmati kesuksesan, keadilan, dan keamanan yang tiada tara bandingannya pada
waktu itu, yang berbeda tajam dengan masyarakat lain pada waktu itu. 7
6
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
Dakwah akan senantiasa mendorong seseorang untuk mengikuti jalan ketakwaan dan
membatasi kemungkinan mengikuti jalan kejahatan. Selain itu manusia senantiasa berada
dalam proses perbaikan diri dimana mereka berhadapan dengan dua arus yang berseberangan
dan kontradiktif antara kebenaran dan kebatilan, kema‘rufan dan kemunkaran, kema‘rufan
dan fahsya’ yang terus berlangsung dan berperan sebagai media ujian bagi manusia. Mereka
yang pandai memilah dan memilih tujuan hidupnya akan lulus dari ujian ini. 11 Dakwah akan
mampu membimbing manusia dalam memilih tujuan hidupnya sehingga lulus dalam berbagai
ujian yang dihadapinya.
3.3 Masyarakat
Dakwah dapat menjadi tameng turunnya azab Allah secara umum, sebagaimana telah
ditimpakan pada umat-umat terdahulu. Dalam QS.al-Anfal (8): 25, “Dan peliharalah dirimu
dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.
Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.”Ayat sebelumnya memuat ajakan
kepada orang yang beriman untuk memenuhi seruan Allah dan seruan Rasul-Nya apabila
Rasul menyeru mereka. Dakwah juga dapat menghindarkan masyarakat dari laknat Allah
Swt. sebagaimana Firman-Nya dalam QS.al-Maidah (5); 78-79, “Telah dilaknat orang-orang
kafir dari Bani Israil dengan lidah Nabi Dawud dan Isa Putra Maryam. Yang demikian itu
disebabkan mereka durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu
melarang tindakan mungkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat buruklah apa yang
selalu mereka perbuat itu.”Akhirnya dakwah itu sendiri merupakan media turunnya hidayah
Tuhan. Kemungkaran apabila tidak segera dicegah maka ia akan merajalela dimana-mana.
Menurut Mukhtar al-Manfaluthi, pujangga Mesir, kemungkaran bagaimanapun kecilnya
kalau tidak segera diantisipasi nantinya akan tidak dianggap lagi sebagai suatu kejahatan.
Kalau kemungkaran telah merajalela dan dianggap hal biasa tidak menutup kemungkinan
datangnya murka Allah dalam bentuk musibah yang merata ke seluruh lapisan masyarakat.
9 Muhammad Thalib, Al-Qur’anul Karim: Tarjamah Tafsiriyyah (Yogyakarta: Ma’had al-Nabawi, 2011),
h. 596.
10 Muhammad Asad, The Message of the Qur’an (Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980), h. 954-955.
11 Muhiddin, Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an, h. 35.
7
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
13
Albrebht Hauser, “ Da‘wah: Islamic Mission and Its Current Implications,” International Bulletin of
Missionary Research, Vol. 30, No. 4 October 2012: 189-194.
14
http://www.internatonalbulleti.org/issues/2012-04-hauser-189.html (08 Februaey 2021)
8
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
Meskipun secara tekstual dengan tegas dikatakan misi dakwah Yesus hanya untuk
Bani Israel namun faktanya Agama Kristen dianut oleh lebih separuh penduduk dunia.
Keberhasilan misi ini berkat usaha keras dari para penginjil, ditopang kekuasaan, dan
kemampuan finansil. Di samping tentunya, ditopang oleh kemampuan dan keunggulan
mereka dalam strategi misi, khususnya dalam mendisain metode dakwah, mengemas materi
dakwah, dan menggunakan media dakwah yang tepat. Di saat semakin banyak orang Barat,
khususnya Eropa dan Amerika meninggalkan agama Kristen para pendeta dan pastor semakin
kreatif dalam misi agamanya dengan melakukan berbagai inovasi untuk mengajak orang
masuk ke dalam gereja.
Dakwah merupakan ruh agama Islam, tanpa dakwah agama Islam tidak bisa
berkembang dengan pesat.Kalangan pakar Barat sendiri menilai Agama Islam sebagai agama
yang paling cepat perkembangannya di Barat. Hal ini tentunya tidak lepas dari upaya para dai
yang tidak kenal lelah menyebarkan agama Islam. Meskipun harus diakui bahwa agama
Islam memang mempunyai daya tarik sendiri yang luar biasa. Ajaran Islam, sungguhpun oleh
kalangan Barat dinilai unik, tetapi justeru dengan keunikan ini membuat mereka selalu
penasaran untuk mengetahui secara pasti bagaimana sesungguhnya Islam itu.
Mubasyaroh, “Develop Quality People Through Da’wah in the Face of The Asean Economic
15
9
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
Untuk konteks Indonesia, dakwah sangat penting bagi pihak pemerintah. Secara
historis dakwah melalui ulama, baik secara individu maupun kelembagaan telah memberi
kontribusi besar dalam perjuangan untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah.
Dakwah ini membantu dalam mengisi kemerdekaan dan menggalakkan pembangunan dalam
seluruh sektor kehidupan. Dakwah membantu dalam menyosialisasikan program-program
pemerintah, misalnya program keluarga berencana. Pada awalnya, program ini agak sulit
diterima masyarakat akan tetapi dengan bantuan para dai dengan pendekatan agamanya, pada
akhirnya program ini dapat diterima masyarakat. Bahkan saat ini masyarakat tanpa dimotivasi
mereka telah menyadari sendiri perlunya program keluarga berencana ini.
Di samping itu, dakwah juga membantu menjaga keutuhan bangsa dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Agama menjadi perekat keutuhan bangsa
karena itu dakwah dengan fokus ukhuwah islamiyyah hendaknya semakin dikedepankan.
Sebagai negara kepulauan, Indonesia yang multi etnis, bahasa, tradisi bahkan kepercayaan
memerlukan perekat.Islam sebagai agama yang mayoritas dianut oleh bangsa Indonesia yang
tersebar ke seluruh pulau dapat menjadi perekat yang ampuh. Seorang pengamat politik
Amerika Serikat dalam wawancara di Radio Voice of America (VOA) ditanyak, Uni Sovyet
telah tumbang dan terpecah ke dalam beberapa negara seperti Rusia, Tajikistan,
Turkmenistan dan lain-lain setelah terlibat perang dingin yang cukup lama dengan musuh
17
Iftitah Jafar, Membangun Elemen Dakwah berbasis Al-Qur’an (Makassar: Alauddin University
Press, 2011), h. 66.
18
Igdunas Racius, “The Multiple Nature of the Islamic Da’wa,” Academic Disseration, (Faculty of
Arts, University of Helsinki, 2004), h. 11.
10
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
bebuyutan, Amerika Serikat. Kasus yang sama juga terjadi di Yugoslavia yang terpecah
menjadi beberapa negara, seperti Bosnia Herzegovina, Serbia Montenegro, Kroasia dan lain-
lain. Bagaimana dengan Indonesia sebagai salah satu negara besar dengan jumlah penduduk
mayoritas Muslim? Pengamat tadi menjawab bahwa Indonesia tidak akan mengalami nasib
yang sama karena Islam menjadi perekat yang sangat kuat di antara penduduknya.
4. Penutup
Dari perspektif dakwah, Al-Qur’an merupakan “kitab” dakwah. Al-Qur’an selain
berfungsi sebagai materi dakwah utama, ia juga menetapkan tujuan dakwah yang akan
dicapai dan menyediakan metode dakwah yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan
tersebut. Dalam paper ini penulis bahkan menunjukkan bahwa makna dakwah secara bahasa
dan istilah dapat dirumuskan melalui analisis terhadap ayat-ayat Al-Qur’an. Signifikansi
dakwah secara skriptural dapat dilacak dalam Al-Qur’an. Signifikansi dapat dilihat dalam
hirarki kewajiban agama, perintah dakwah dalam beberapa ayat disandingkan dengan
perintah menegakkan sholat dan membayar zakat. Signifikansi juga dapat dicermati dalam
peran-peran yang dimainkan Rasul-rasul Allah dalam mendakwahkan ajaran agama yang
mereka bawa. Selanjutnya, signifikansi dapat juga diamati dalam Individu Muslim dan
masyarakat Islam. Sebagai tambahan, signifikansi dakwah juga terlihat dalam penyebaran
agama, pengembangan masyarakat, dan pelaksanaan program pemerintah
11
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
Daftar Pustaka
Asad, Muhammad. The Message of the Qur’an. Gibraltar: Dar al-Andalus, 1980.
Jafar, Iftitah. Tafsir Ayat Dakwah: Pesan, Metode dan Prinsip Dakwah Inklusif.
Jakarta: Mishbah, 2010.
Leaman, Oliver (ed.), The Qur’an: An Encyclopedia (London & New York:
Routledge, 2008), h. 164.
Mubasyaroh, “Develop Quality People Through Da’wah in the Face of The Asean
Economic Community (AEC)” ADDIN, Volume 10, Number 2, August 2016: 449-473.
Muhiddin, Asep. Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Kritis atas Visi, Misi
dan Wawasan. Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002.
Racius, Igdunas. “The Multiple Nature of the Islamic Da’wa.” Academic Disseration.
(Helsinki: Faculty of Arts, University of Helsinki, 2004
Rukhasana, Nighat dan Mussarat Jamal. “The Methodology of the Prophet in Calling
to Allah.” Journal of Social Science Research. Vol. 5, No. 3, November8, 2014: 827-843.
al-Shȃbȗnȋ, Muḥammad ‘Alȋ. Shafwat al-Tafȃsȋr, Vol. II. Beirut: Dȃr al-Qur’an al-
Karȋm, 1981.
http://eanggraeta27.blogspot.com/2015/12/peranan-dakwah-dalam-merubah-
suatu.html (01 Oktober 2018)
12
PUBLISITAS Jurnal Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Edisi 09 No. 2 Desember 2020
13