Anda di halaman 1dari 11

MODUL 4

PENGUKURAN NILAI PUSAT (SENTRAL)

Kegiatan Belajar 1
Pengertian Nilai Pusat (Sentral)

1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti materi ini mahasiswa dapat mengetahui dan memahami serta
menjelaskan pengertian nilai pusat (sentral).

2. Uraian Materi
Untuk keperluan penganalisaan data lebih lanjut, di samping pembuatan tabel dan grafik
diperlukan, juga ukuran-ukuran yang dapat mewakili data tersebut, sehingga dapat diucapkan
secara singkat dan dapat digunakan untuk membandingkan keadaan berbagai kelompok
data.Untuk keperluan tersebut diperlukan suatu nilai berupa nilai tunggal yang cukup
mewakili keseluruhan nilai yang terdapat dalam data tersebut. Nilai demikian disebut sebagai
Ukuran Nilai Pusat atau Ukuran Tendesi Pusat.
Nilai tunggal yang dapat mewakili keseluruhan nilai dalam data dianggap sebagai
nilai rata-rata, karena nilai rata-rata ini dihitung berdasarkan keseluruhan nilai yang terdapat
dalam data tersebut. Ukuran nilai pusat merupakan ukuran yang dapat mewakili keseluruhan
data. Artinya, jika keseluruhan nilai yang ada dalam data tersebut diurutkan besarnya
dan selanjutnya dimasukkan nilai rata-rata kedalamnya, nilai rata-rata tersebut memiliki
kecenderungan (tendensi) terletak di urutan paling tengah atau pusat.
Tendensi pusat (sentral) adalah kecenderungan dalam mengemukakan sejumlah nilai
data dengan suatu pengukuran yang menggambarkan rata-rata nilai data tersebut dan
tergambar sesuai dengan pola atau diagram distribusi normal, yaitu distribusi sebagian besar
nilai data lebih terkumpul di tengah daripada kedua ujung.
Nilai sentral atau nilai rata-rata atau juga disebut nilai tengah dari sekumpulan data
statistik adalah suatu nilai dalam kumpulan atau rangkaian data yang dapat mewakili
kumpulan atau rangkaian data tersebut. Nilai rata-rata dari sekumpulan data statistik pada
umumnya cenderung berada di sekitar titik pusat penyebaran data. Oleh karena itu nilai rata -
rata dikenal dengan nama ukuran tendensi pusat (measure of central tendency). Nilai rata-rata
juga dikenal dengan nama ukuran nilai pusat (measure of central value), sebab nilai rata-rata
itu umumnya merupakan nilai pertengahan (pusat) dari nilai-nilai yang ada. Nilai rata-rata
tersebut merupakan cerminan atau gambaran secara umum atau nilai yang dianggap mewakili
nilai-nilai sekelompok atau serangkaian data.
Jenis-jenis pengukuran nilai pusat (sentral) terdiri dari, yaitu:
1. Rata-rata hitung (Mean)
2. Median
3. Modus
4. Rata-rata logaritma
5. Rata-rata harmonis
6. Kuartil
7. Desil
8. Persentil

Kegiatan Belajar 2
Rata-Rata Hitung (Mean)

1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti materi ini mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan serta
menghitung rata-rata hitung (mean).

2. Uraian Materi
Rata-rata hitung (mean) adalah jumlah dari seluruh nilai data dibagi dengan banyak
data. Dalam perhitungannya, nilai rata-rata hitung disimbolkan sebagai berikut:
𝑋̅ = Rata-rata hitung dari sampel (dibaca: eks bar)
µ = Rata-rata dari populasi (dibaca: miu)
𝑁 = Besarnya populasi
𝑛 = Besarnya sampel
Secara umum, rata-rata hitung dapat ditentukan dengan rumus:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑑𝑎𝑡𝑎
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑡𝑎

Jika ditinjau dari ciri data, maka rata-rata hitung dikelompokkan menjadi data tunggal
dan data berkelompok.
1. Rata-rata hitung data tunggal
1. Jika X1, X2, . . . ,Xn merupakan n buah nilai dari variabel X, maka rata-rata hitungnya
sebagai berikut:
∑𝑋
𝑋̅ =
𝑛
Keterangan:
𝑋̅ = Rata-rata hitung (mean)
𝑋 = Wakil data
𝑛 = Besarnya sampel (jumlah data)
Contoh:
Nilai ujian Statistik dari 5 orang mahasiswa sebagai berikut: 45, 50, 55, 70, dan 80.
Maka tentukan nilai rata-rata hitungnya?
Penyelesaian:

X = 45, 50, 55, 70, 80. Dan n = 5


∑𝑋
𝑋̅ =
𝑛
45 + 50 + 55 + 70 + 80
𝑋̅ =
5
300
𝑋̅ = = 60
5
2. Jika nilai X1, X2, . . . ,Xn, masing-masing memiliki frekuensi f1, f2, . . ., fn, maka rata-rata
hitungnya adalah
∑ 𝑓𝑋 ∑𝑋
𝑋̅ = 𝐴𝑡𝑎𝑢 𝑋̅ =
∑𝑓 𝑛
Keterangan:
X = Wakil data
f = Frekuensi untuk nilai X
n = Besarnya sampel (Jumlah data)
Contoh:
Dalam suatu latihan untuk peningkatan kemampuan kerja karyawan perusahaan “DEF”
telah diperoleh skor untuk 16 orang karyawan seperti diperlihatkan dalam TABEL 4.1
Skor Kemampuan Kerja Karyawan Perusahaan “DEF” Tahun 2005
X F
70 5
69 6
45 3
80 1
56 1
Jumlah 16

Penyelesaian:
TABEL 4.2 Perhitungan Rata-Rata Hitung Skor Kemampuan Kerja Karyawan
Perusahaan “DEF” Tahun 2005
X F fX
70 5 350
69 6 414
45 3 135
80 1 80
56 1 56
Jumlah 16 1.035
∑ 𝑓𝑋 1.035
𝑋̅ = = = 64,6
∑𝑓 16
2. Rata-rata hitung data berkelompok
Untuk data berkelompok terdapat dua metode yang dilakukan untuk menghitung rata-
rata hitung, yaitu:
a. Metode Panjang
∑ 𝑓𝑖 𝑋𝑖
𝑋̅ =
∑ 𝑓𝑖
Keterangan:
𝑋̅ = Rata-rata hitung
𝑋𝑖 = Titik tengah (Mid Point) interval kelas ke-i
𝑓𝑖 = Frekuensi kelas yang ke-i
Contoh:
Tentukan nilai rata-rata hitung dari tabel berikut!
TABEL 4.3 Pengukuran Diameter Pipa-Pipa (satuan mm)
No Diameter Pipa (mm) Jumlah Pipa (𝒇𝒊 )
1 65 – 67 3
2 68 – 70 6
3 71 – 73 12
4 74 – 76 13
5 77 – 79 4
6 80 – 82 2
Jumlah 40
Penyelesaian:
TABEL 4.4 Perhitungan Rata-Rata Hitung Pengukuran Diameter Pipa-Pipa dengan
Metode Panjang
No Diameter Pipa Jumlah Pipa Mid Point (𝑿𝒊 ) 𝒇𝒊 𝑿𝒊
(mm) (𝒇𝒊 )
1 65 – 67 3 66 198
2 68 – 70 6 69 414
3 71 – 73 12 72 864
4 74 – 76 13 75 975
5 77 – 79 4 78 312
6 80 – 82 2 81 162
Jumlah 40 - 2.925

Titik tengah (Mid Point):


𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑠 + 𝐵𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑎𝑤𝑎ℎ 67 + 65 132
𝑋𝑖 = = = = 66, 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑟𝑢𝑠𝑛𝑦𝑎.
2 2 2
Rata-rata hitungnya adalah:
∑ 𝑓𝑖 𝑋𝑖 2.925
𝑋̅ = = = 73,125
∑ 𝑓𝑖 40
b. Metode Pendek
𝑖 . ∑ 𝑓𝑖 𝑑𝑖
𝑋̅ = 𝑋0 +
∑ 𝑓𝑖
Keterangan:
𝑋̅ = Rata-rata hitung
𝑋0 = Mid point pada kelompok interval kelas dimana 𝑑𝑖 = 0
𝑑𝑖 = Bilangan skalar yang ditabelkan pada sebuah kolom tabel dimulai dengan nilai 0
pada sembarangan kelompok interval dan secara berurut bilangan skalar bertanda
negatif (-) sebelum nol dan bertanda positif (+) sesudah nol.
𝑖 = Panjang interval kelas
𝑓𝑖 = Frekuensi kelas yang ke-i
Contoh:
Berdasarkan data yang tercantum pada Tabel 4.3 (Contoh sebelumnya), hitunglah rata-
rata hitung pengukuran diameter 40 pipa-pipa yang dibuat oleh mesin (dalam mm
terdekat), dengan metode pendek.
Penyelesaian:
TABEL 4.5 Perhitungan Rata-Rata Pengukuran Diameter Pipa-Pipa dengan Metode
Pendek
No Diameter Pipa Jumlah Pipa Mid Point (𝑿𝒊 ) 𝒅𝒊 𝒇𝒊 𝒅𝒊
(mm) (𝒇𝒊 )
1 65 – 67 3 66 -3 -9
2 68 – 70 6 69 -2 -12
3 71 – 73 12 72 -1 -12
4 74 – 76 13 75 0 0
5 77 – 79 4 78 1 4
6 80 – 82 2 81 2 4
Jumlah 40 - - -25
Dimana: 𝑋0 = 75, dan i = 3
𝑖 . ∑ 𝑓𝑖 𝑑𝑖
𝑋̅ = 𝑋0 +
∑ 𝑓𝑖
3 (−25) (−75)
𝑋̅ = 75 + = 75 + = 75 + (−1,875) = 73,125
40 40
Ternyata hasil yang diperoleh dengan metode pendek yaitu = 73,125 sama dengan nilai
yang diperoleh bila dihitung dengan metode panjang.
MODUL 5
MEDIAN DAN MODUS

Kegiatan Belajar 1
Median

1. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti materi ini mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan serta
menghitung median.

2. Uraian Materi
Median adalah nilai tengah dari data yang ada setelah data diurutkan. Median
merupakan rata-rata apabila ditinjau dari segi kedudukannya dalam suatu urutan data. Median
sering pula disebut rata-rata posisi. Median disimbolkan dengan Md atau Me. Cara mencari
median dibedakan yaitu: data tunggal dan data berkelompok.
1. Median data tunggal
Median dengan data tunggal dapat dihitung dengan aturan sebagai berikut:
a. Untuk data ganjil (n = ganjil)
Jika jumlah data ganjil, maka mediannya adalah data yang berada paling tengah.
𝑀𝑑 = 𝑋𝑛+1
2

b. Untuk data genap (n = genap)


Jika jumlah data genap, maka mediannya adalah hasil bagi jumlah dua data yang berada
ditengah.
𝑋𝑛 + 𝑋𝑛+2
2 2
𝑀𝑑 =
2
Contoh:
Tentukan median dari data berikut?
a) 4, 3, 2, 6, 7, 5, 8
b) 11, 5, 7, 4, 8, 14, 9, 12
Penyelesaian:
a) Urutan data: 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8
Jumlah data (n) = 7 (ganjil)
𝑀𝑑 = 𝑋𝑛+1 = 𝑋7+1 = 𝑋4 = 5
2 2

b) Urutan data: 4, 5, 7, 8, 9, 11, 12, 14


Jumlah data (n) = 8 (genap)
𝑋𝑛 + 𝑋𝑛+2 𝑋8 + 𝑋8+2
2 2 2 2 𝑋4 + 𝑋5 8+9
𝑀𝑑 = = = = = 8,5
2 2 2 2

2. Median data berkelompok


Median untuk data berkelompok dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
𝑛⁄ − 𝑓
𝑀𝑑 = 𝐵 + 2
𝑐−1
.𝑖
𝑓𝑚
Keterangan:
Md = Median
B = Tepi bawah kelas median dari kelompok interval
(Tepi bawah kelas = batas bawah kelas – 0,5)
n = Jumlah frekuensi
𝑓𝑐−1 = Frekuensi kumulatif sebelum kelas median
𝑓𝑚 = Frekuensi pada kelas median
Contoh:
Tentukan median dari distribusi frekuensi berikut!
TABEL 5.1 Diameter dari 40 Buah Pipa (satuan mm)
No Diameter Pipa (mm) Jumlah Pipa (𝒇𝒊 )
1 65 – 67 3
2 68 – 70 6
3 71 – 73 12
4 74 – 76 13
5 77 – 79 4
6 80 – 82 2
Jumlah 40
Penyelesaian:
𝑛 40
 = = 20
2 2

 𝑓𝑚 = 12
 𝑓𝑐−1 = 9 (3 + 6 = 9)
 𝐵 = 71 − 0,5 = 70,5
 i =3
𝑛⁄ − 𝑓
𝑀𝑑 = 𝐵 + 2
𝑐−1
.𝑖
𝑓𝑚
20 − 9
𝑀𝑑 = 70,5 + (3)
12
33
𝑀𝑑 = 70,5 +
12
𝑀𝑑 = 70,5 + 2,75

𝑀𝑑 = 73,25

Kegiatan Belajar 2
Modus

3. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti materi ini mahasiswa dapat mengetahui dan menjelaskan serta
menghitung modus.

4. Uraian Materi
Modus adalah nilai yang paling sering muncul dalam data. Modus sering disimbolkan
dengan Mo. Sejumlah data bisa tidak mempunyai modus, mempunyai satu modus (disebut
Unimodal), mempunyai dua modus (Bimodal), atau mempunyai lebih dari dua modus
(Multimodal). Cara mencari modus dibedakan antara data tunggal dan data berkelompok.
1. Modus data tunggal
Modus dari data tunggal adalah data yang frekuensinya terbanyak.
Contoh:
Tentukan modus dari data-data berikut!
a) 1, 4, 7, 8, 9, 9, 11
b) 1, 4, 7, 8, 9, 11, 13
c) 1, 2, 4, 4, 7, 9, 11, 11, 13
d) 1, 1, 3, 3, 7, 7, 12, 12, 14,15
Penyelesaian:
a) Modus = 9
b) Modus = Tidak ada
c) Modus = 4 dan 11
d) Modus = 1, 3, 7, dan 12
2. Modus data berkelompok
Untuk data berkelompok pada distribusi frekuensi, modus hanya dapat diperkirakan. Nilai
yang paling sering muncul akan berada pada kelas yang memiliki frekuensi terbesar. Kelas
yang memiliki frekuensi terbesar disebut sebagai kelas modus.
Modus data berkelompok dapat dihitung dengan rumus berikut:
𝑓0 − 𝑓−1
𝑀𝑜 = 𝐵 + .𝑖
2. 𝑓0 − 𝑓1 − 𝑓−1
Keterangan:
Mo = Modus
B = Tepi bawah kelas modus (Tepi bawah kelas = batas bawah kelas – 0,5)
𝑓0 = Frekuensi pada kelas modus
𝑓−1 = Frekuensi sebelum kelas modus
𝑓1 = Frekuensi sesudah kelas modus
𝑖 = Panjang interval kelas
Contoh:
Tentukan modus dari distribusi frekuensi berikut!
TABEL 5.2 Pengukuran Diameter dari 40 Buah Pipa (satuan mm)
No Diameter Pipa (mm) Jumlah Pipa (𝒇𝒊 )
1 65 – 67 3
2 68 – 70 6
3 71 – 73 12
4 74 – 76 13
5 77 – 79 4
6 80 – 82 2
Jumlah 40
Penyelesaian:
 𝑓0 = 13
 𝑓−1 = 12
 𝑓1 = 4
 𝐵 = 74 − 0,5 = 73,5
 i =3
𝑓0 − 𝑓−1
𝑀𝑜 = 𝐵 + .𝑖
2. 𝑓0 − 𝑓1 − 𝑓−1
13 − 12
𝑀𝑜 = 73,5 + (3)
2(13) − 4 − 12
3
𝑀𝑜 = 73,5 +
10
𝑀𝑜 = 73,5 + 0,3
𝑀𝑜 = 73,8

Anda mungkin juga menyukai