Anda di halaman 1dari 8

Kajian Society 5.

0: Peran Chatbot dalam Kesehatan masyarakat


Menghadapi Pandemi Covid-19

Oleh: Yoanda Ikhsan - 230401162


Teknik informatika, Fakultas Komputer, Universitas Muhammadiyah Riau
230401162@umri.ac.id

Abstrak

Media menyajikan informasi dengan sangat cepat dan banyak selama


pandemi Covid-19, sehingga masyarakat kesulitan menentukan informasi yang
dapat dijadikan dasar dalam mengambil keputusan. Chatbot adalah alat
komunikasi yang dibuat oleh beberapa institusi di dunia untuk menyebarluaskan
informasi resmi kepada penggunanya dengan menggunakan teknologi kecerdasan
buatan. Fenomena ini dapat diuraikan dengan konsep Society 5.0 yang
memungkinkan mesin berbasis teknologi Revolusi Industri 4.0 membantu
manusia menyelesaikan berbagai masalah secara berkelanjutan. Penelitian
konseptual ini bertujuan untuk menganalisis fenomena pemanfaatan chatbot oleh
manusia melalui perspektif Society 5.0 dengan menggunakan metode tinjauan
literatur. Hasil penelitian menyatakan bahwa chatbot berkontribusi membangun
Society 5.0 karena berperan menyelesaikan permasalahan kesehatan sehingga
mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs). Chatbot menjadi
cara aman dalam mendapatkan informasi kesehatan yang terpercaya di masa
pandemi Covid-19 karena mendukung social distancing. Berkaitan dengan
pencapaian SDGs, chatbot dapat mendukung fasilitas screening dan monitoring
kesehatan serta menunjang program vaksinasi di suatu negara. Selain itu, chatbot
juga mendukung inklusivitas akses informasi, peningkatan perekonomian dan
pelestarian lingkungan

Kata kuci: Chatbot, Covid-19, Society 5.0, Industri 4.0, Kecerdasan Buatan.

1
Pendahuluan

Chatbot kesehatan adalah alat komunikasi yang memungkinkan manusia


berinteraksi dengan program AI, atau melalui perintah berbasis suara dan/atau
teks yang menggunakan bahasa alami manusia. Chatbot kesehatan dapat diakses
di berbagai platform seperti apps berbasis pesan seluler, jejaring sosial (misalnya,
Twitter), email, dan situs web. Chatbot kesehatan digunakan untuk membantu
memerangi penyebaran virus corona SARS-CoV-2 (COVID-19) yang baru.
Beberapa contoh chatbot kesehatan yang terkait dengan COVID-19 adalah chatbot
Kementerian Kesehatan Arab Saudi, chatbot WHO, chatbot pemerintah Inggris,
chatbot VA coronavirus dari Departemen Urusan Veteran AS, dan chatbot
pemerintah India. Fenomena ini dapat dijelaskan dengan konsep Society 5.0 yang
memungkinkan mesin berbasis teknologi Revolusi Industri 4.0 membantu
manusia menyelesaikan berbagai masalah secara berkelanjutan. Penelitian
konseptual ini bertujuan untuk menganalisis fenomena pemanfaatan chatbot oleh
manusia melalui perspektif Society 5.0 dengan menggunakan metode tinjauan
literatur (Almalki, 2021).

Beberapa contoh yang terkenal adalah “Alexa” dari Amazon, “Siri” dari
Apple, dan “Cortana” dari Microsoft. Mereka sering sudah terpasang di
smartphone atau speaker pintar berbasis rumah. Dalam beberapa tahun terakhir,
penggunaan chatbot untuk tujuan kesehatan telah meningkat secara signifikan,
mulai dari mendukung klinisi dengan wawancara dan diagnosis klinis hingga
membantu konsumen dalam mengelola kondisi kronis mereka sendiri (Miner et
al., 2020).

Krisis COVID-19 memberikan banyak contoh untuk proses penyebaran


infodemik seperti ini dan sebagaimana penelusuran penularan virus sebenarnya
memberikan wawasan baru tentang dinamika pandemi dan menyoroti titik-titik
kritis di mana penularan seperti itu bisa diperlambat atau dihentikan, penelusuran
mendalam misinformasi dan disinformasi terkait COVID-19 di jejaring sosial
menawarkan wawasan baru yang penting tentang dinamika penyebaran informasi

2
online dan menunjukkan peluang untuk memperlambat dan menghentikan
penyebaran informasi palsu, atau setidaknya untuk melawannya lebih langsung
dengan kontra informasi yang akurat. Peran dan manfaat masyarakat dalam
menghadapi pandemi COVID-19 adalah dengan menjadi konsumen dan produsen
informasi yang cerdas dan kritis, dengan memverifikasi sumber dan kebenaran
informasi sebelum menyebarkannya, dengan mencari informasi dari sumber resmi
dan terpercaya, dan dengan melaporkan dan menolak informasi yang
mencurigakan atau menyesatkan (Bruns et al., 2020).

Society 5.0 adalah konsep yang diusung oleh Jepang untuk mewujudkan
masyarakat yang berbasis pada teknologi Revolusi Industri 4.0, seperti internet of
things, big data, artificial intelligence, dan cloud computing. Dalam Society 5.0,
teknologi digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia dan
menyelesaikan berbagai masalah sosial, seperti penuaan penduduk, ketimpangan,
dan lingkungan. Salah satu bidang yang dapat diharapkan mendapat manfaat dari
Society 5.0 adalah sektor kesehatan, yang merupakan salah satu tujuan dari
Sustainable Development Goals (SDGs) yang ditetapkan oleh PBB (WHO, 2021).

Ada tiga tujuan dari makalah ini. Pertama, untuk menyoroti strategi dan
tindakan respons utama dalam menanggapi keadaan darurat COVID-19 di
Indonesia. Kedua, untuk menganalisis celah dan peluang dalam respons ini.
Ketiga, untuk memberikan rekomendasi menuju pendekatan yang cepat,
komprehensif, dan lebih sistematis dalam jangka pendek dan panjang. Peran dan
manfaat masyarakat dalam menghadapi pandemi COVID-19 adalah dengan
menjadi konsumen dan produsen informasi yang cerdas dan kritis, dengan
memverifikasi sumber dan kebenaran informasi sebelum menyebarkannya,
dengan mencari informasi dari sumber resmi dan terpercaya, dan dengan
melaporkan dan menolak informasi yang mencurigakan atau menyesatkan
(Djalante et al., 2020).

3
Pembahasan

SDGs mencakup tujuh belas bidang yang harus dicapai, fokus analisis
adalah peran media komunikasi untuk mencapai SDGs, khususnya di sektor
kesehatan. SDGs sektor kesehatan berbunyi sebagai berikut: “memastikan hidup
yang sehat dan mempromosikan hidup sehat pada setiap jenjang umur”. Tujuan
yang ingin dicapai SDGs tersebut adalah sebagai berikut: “Kita harus
mewujudkan perlindungan kesehatan universal dan akses kepada layanan
kesehatan yang berkualitas serta memastikan bahwa tidak ada orang yang
tertinggal”. Dengan kata lain, perlu dilakukan suatu upaya untuk memastikan
bahwa setiap lapisan masyarakat mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan
(WHO, 2021).

Gambar 1. 1 SDGs WHO,2021

Salah satu media komunikasi yang dapat berkontribusi pada pencapaian


SDGs sektor kesehatan adalah chatbot. Chatbot merupakan aplikasi yang
didukung oleh gawai mobile yang telah dilengkapi dengan teknologi sensor
sehingga dapat mengirimkan berbagai macam data seperti lokasi geografis
(Almalki, 2021).

4
Chatbot dapat berinteraksi dengan pengguna melalui teks atau suara, dan
memberikan informasi, layanan, atau hiburan sesuai dengan permintaan atau
kebutuhan pengguna. Chatbot dapat berkontribusi pada Society 5.0 dengan
memanfaatkan teknologi Revolusi Industri 4.0, seperti artificial intelligence,
machine learning, dan big data.

chatbot yang dapat meningkatkan kesehatan masyarakat adalah chatbot


yang dapat mengidentifikasi gejala Covid-19. Pandemi Covid-19 telah
menimbulkan berbagai dampak negatif, baik dari segi kesehatan, ekonomi,
maupun sosial. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kurangnya informasi
yang akurat dan terpercaya tentang Covid-19, baik mengenai penyebaran,
pencegahan, maupun penanganannya. Selain itu, keterbatasan akses kepada
lembaga pemerintahan maupun institusi kesehatan akan menyebabkan terjadinya
salah interpretasi terhadap suatu informasi di media. Berbagai permasalahan
tersebut perlu diatasi dengan penyampaian informasi yang valid dan sesuai
dengan kebutuhan seorang individu (Djalante et al., 2020).

Chatbot dapat berperan sebagai sumber informasi yang dapat diakses


dengan mudah dan cepat oleh masyarakat. Chatbot dapat memberikan informasi
tentang Covid-19, seperti gejala, cara pencegahan, dan tempat pelayanan
kesehatan terdekat. Chatbot juga dapat membantu mengidentifikasi gejala
Covid-19 yang dialami oleh pengguna, dan memberikan saran kesehatan yang
sesuai menyatakan bahwa dalam mengidentifikasi gejala Covid-19, chatbot
jenis tertentu dapat menggunakan teknik machine learning dalam menganalisis
big data untuk menaksir dan mengklasifikasikan risiko kesehatan dari
penggunanya sehingga chatbot dapat memberikan saran kesehatan yang sesuai
dengan kebutuhan individu (Almalki, 2021).

Beberapa contoh chatbot yang telah dikembangkan untuk mengatasi


masalah Covid-19 adalah sebagai berikut. Di Indonesia, Kementerian Kesehatan
telah meluncurkan chatbot bernama Peduli Lindungi, yang dapat memberikan
informasi tentang Covid-19, melakukan skrining gejala, dan memberikan
rekomendasi tindakan. Di Bangladesh, lembaga COVID-19 Response

5
Bangladesh, telah mengembangkan Mitra Chatbot dan Bloodman dalam fasilitas
chatting di Facebook. Mitra Chatbot dapat memberikan informasi tentang
Covid-19, melakukan skrining gejala, dan memberikan saran kesehatan.
Bloodman dapat membantu mencari donor darah bagi pasien Covid-19 yang
membutuhkan transfusi darah (Islam & Najmul Islam, 2020).

Salah satu cara untuk mengevaluasi kinerja dan keandalan chatbot dalam
bidang kesehatan adalah dengan mengukur persepsi pengguna tentang kegunaan
chatbot. Kegunaan chatbot dapat didefinisikan sebagai sejauh mana pengguna
merasa bahwa chatbot dapat membantu mereka dalam mencapai tujuan mereka,
serta sejauh mana pengguna merasa puas dengan pengalaman mereka dalam
berinteraksi dengan chatbot. melakukan penelitian tentang persepsi pengguna
tentang kegunaan chatbot kesehatan di Arab Saudi, dengan menggunakan
kuesioner online yang disebarkan kepada 400 responden. Perbandingan statistik
yang dilakukan dengan Uji Man-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan secara statistik dalam semua persepsi tentang kegunaan chatbot
kesehatan antara kelompok-kelompok dari variabel berikut: jenis kelamin, usia,
kewarganegaraan, tingkat pendidikan tertinggi, dan penggunaan chatbot
kesehatan sebelumnya. Lihat Tabel 1.1 sebagai berikut (Almalki, 2021).

Variable Values Mean Mean Mean Mean


Rank Rank Rank Rank
Gender Female 82.7 82.7 82.4 81.3
Male 84.2 84.2 84.5 85.5
Age Under 30 89.3 92.4 87.6 85.5
30 and above 80.8 79.3 81.6 82.5
Nationality Non-Saudi 72.9 66.1 83.1 78.7
saudi 84.7 85.5 83.5 84.1
Highest level Undergraduate 86.8 88.2 89.9* 90.7*
of degree
education Postgraduate 80.0 77.2 74.9* 73.9*
degree
Tabel 1. 1 Variabel dari Uji Man-Whitney

6
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa chatbot kesehatan dapat
diterima dan digunakan oleh berbagai kelompok pengguna, tanpa memandang
karakteristik demografis atau pengalaman mereka. Hal ini menunjukkan bahwa
chatbot kesehatan memiliki potensi untuk menjadi media komunikasi yang
efektif dan inklusif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat, khususnya
dalam menghadapi pandemi Covid-19 (Almalki, 2021).

Kesimpulan

Chatbot memiliki peran penting dalam membangun Society 5.0 dalam


konteks pandemi Covid-19 karena mampu menyelesaikan permasalahan
kesehatan dan mendukung pencapaian SDGs di sektor kesehatan. Terkait dengan
penanganan permasalahan kesehatan, chatbot memungkinkan penggunanya untuk
mendapatkan informasi kesehatan yang terpercaya secara personal sehingga
mereka tidak terpapar oleh konten misinformasi dan disinformasi. Layanan
informasi kesehatan secara digital turut mendukung aturan jaga jarak/ social
distancing serta menekan mobilitas masyarakat sehingga komunikasi melalui
chatbot merupakan salah satu cara aman untuk mendapatkan informasi pada masa
pandemi. Terkait dengan pencapaian SDGs, chatbot mampu memberikan akses
layanan screening dan monitoring kesehatan secara mudah serta mendukung
kesuksesan program vaksinasi pada suatu negara. Berdasarkan berbagai temuan
yang telah disampaikan, pemanfaatan teknologi chatbot pada pandemi Covid-19
dinilai menjadi aspek penting dalam pembentukan Society 5.0, ketika masyarakat
dapat memanfaatkan teknologi Revolusi Industri 4.0 dalam memecahkan berbagai
permasalahan.

mengimplikasikan bahwa chatbot adalah salah satu teknologi Revolusi


Industri 4.0 yang berkontribusi pada pembentukan Society 5.0 karena secara
konseptual berfungsi menangani masalah kesehatan dan mendukung pencapaian
SDGs. secara praktis menunjukkan bahwa pemanfaatan chatbot dapat diperluas
lagi untuk menyelesaikan masalah lainnya.

7
Daftar Pustaka

Almalki, M. (2021). Perceived utilities of COVID-19 related chatbots in Saudi


Arabia: A cross-sectional study. Acta Informatica Medica, 28(3), 219–224.
https://doi.org/10.5455/AIM.2020.28.219-224

Bruns, A., Harrington, S., & Hurcombe, E. (2020). ‘Corona? 5G? or both?’: the
dynamics of COVID-19/5G conspiracy theories on Facebook. Media
International Australia, 177(1), 12–29.
https://doi.org/10.1177/1329878X20946113

Djalante, R., Lassa, J., Setiamarga, D., Sudjatma, A., Indrawan, M., Haryanto, B.,
Mahfud, C., Sinapoy, M. S., Djalante, S., Rafliana, I., Gunawan, L. A.,
Surtiari, G. A. K., & Warsilah, H. (2020). Review and analysis of current
responses to COVID-19 in Indonesia: Period of January to March 2020.
Progress in Disaster Science, 6. https://doi.org/10.1016/j.pdisas.2020.100091

Islam, M. N., & Najmul Islam, A. K. M. (2020). A Systematic Review of the


Digital Interventions for Fighting COVID-19: The Bangladesh Perspective.
IEEE Access, 8, 114078–114087.
https://doi.org/10.1109/ACCESS.2020.3002445

Miner, A. S., Laranjo, L., & Kocaballi, A. B. (2020). Chatbots in the fight against
the COVID-19 pandemic. Npj Digital Medicine, 3(1), 1–4.
https://doi.org/10.1038/s41746-020-0280-0

WHO. (2021). Introduction to the Sustainable Development Goals (SDGs).


February, 1–10.

Anda mungkin juga menyukai