Anda di halaman 1dari 67

Komodifikasi Agama dalam Film Qodrat

( Analisis Semiotika Roland Barthes)

SKRIPSI

Disusun oleh:

Arifa Maharani
20.96.2124

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI S1-Ilmu Komunikasi
FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
TAHUN 2023
Komodifikasi Agama dalam Film Qodrat
( Analisis Semiotika Roland Barthes)

SKRIPSI

untuk memenuhi sebagian persyaratan


mencapai gelar Sarjana
pada Program Studi Ilmu Komunikasi

Disusun oleh:

Arifa Maharani
20.96.2124

PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI S1-ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
TAHUN 2023

1
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

Komodifikasi Agama dalam Film Qodrat


( Analisis Semiotika Roland Barthes)

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Arifa Maharani
NIM 20.96.2124

telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi

21 Desember 2023

Dosen Pembimbing,

Stara Asrita, S. I.Kom., M.A.


NIK. 19030……

2
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Komodifikasi Agama dalam Film Qodrat
( Analisis Semiotika Roland Barthes)

yang dipersiapkan dan disusun oleh

Arifa Maharani
20.96.2124

telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji


pada tanggal bln tahun

Nama Penguji Tanda Tangan

...........................
NIK. 19030……

...........................
NIK. 19030……

...........................
NIK. 19030……

Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan


Untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.
I.Kom) 21 Desember 2023

Dekan Fakultas Ekonomi dan Sosial

Emha Taufiq Luthfi, S.T., M.Kom.


NIK. 190302125

3
PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa, skripsi ini merupakan
karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu institusi
pendidikan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.

Segala sesuatu yang terkait dengan naskah dan karya yang telah dibuat adalah
menjadi tanggungjawab saya pribadi.

Yogyakarta, 14 September 2023

Arifa Maharani
20.96.2124

4
HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah melancarkan dalam penyusunan
skripsi ini. Rasa penuh syukur dan terimakasih skripsi ini dipersembahkan
kepada:
1. Allah SWT karena atas kehendak-NYA penulis masih diberikan
kesempatan serta kelancaran mampu menyelesaikan skrpsi ini.
2. Ayah saya Ridwan yang telah bekerja keras membiayai penulis hingga
sampai pada tahap akhir yaitu penulisan skripsi dan tak henti menasehati
serta menyemangati saya dalam penyusunan skripsi ini, serta doanya yang
selalu terlantun untuk putrinya ini.
3. Ibu tersayang Yuli Frida Wati atas doanya dan semangatnya hinga
putrinya mampu menyusun skrpsi ini dengan lancar dan sukses hingga
akhir.
4. Adik saya terbaik yang selalu menyemangati saya dengan celotehmya
hingga saya mampu tergerak menyelesaikan skripsi ini.
5. Arief Hardian yang selalu memberikan support baik bahu, pundak, waktu,
material, perhatiannya selama penulisan hingga akhir.
6. Hanifah Zulfa Indah yang tak henti memberi semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
7. Dyah Hayu teman satu-satunya saya di perkuliahan yang setia menemani
saya serta begitu baik mendengarkan serta mendukung saya dalam hal
apapun, semoga kita bisa wisuda barengan amin.
8. Teman kecil saya Arum, Cheryl, Vanes terimakasih selalu mendengarkan
curhatan serta keluhan saya dan semangatnya dalam penyusunan skripsi
ini.
9. Teman saya Erma atas perhatiannya dan semangatnya serta keinginannya
untuk datang ke wisuda saya nantinya.
10. Kim Taehyung dan BTS yang selalu membangkitkan semangat saya ketika
lelah dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Seluruh keluarga serta saudara saya yang selalu mendoakan saya dalam
kesuksesan penulisan skripsi ini.

5
KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, serta karunia-NYA, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul
“Komodifikasi Agama dalam Film Qodrat ( Analisis Semiotika Roland
Barthes)”. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memenuhi
kelulusan dalam perkuliahan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Amikom Yogyakarta. Terimakasih penulis ucapkan terhadap semua pihak atas
bantuan, dukungan, bimbingan dalam terselesaikannya penelitian ini, yaitu kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Suyanto, MM selaku rektor Universitas Amikom


Yogyakarta.
2. Bapak Emha Taufiq Luthfi, S.T., M.Kom selaku dekan Fakultas Ekonomi
dan Sosial.
3. Bapak Erik Hadi Saputra S.Kom, M.Eng. selaku Ketua Program Studi S1-
Ilmu Komunikasi Universitas Amikom Yogyakarta.
4. Ibu Stara Asrita, S.I.Kom., M.A selaku Dosen pembimbing yang telah
berkenan membimbing dengan sabar dan selalu memberikan arahan serta
nasehat dalam penyusunan skripsi.
5. Ayah dan Ibu tercinta Ridwan dan Frida yang selalu mendukung serta
mendoakan peneliti dalam penyusunan skripsi.
6. Teman-teman yang selalu mendukung penulis baik secara langsung maupun
tidak langsung.
7. Keluarga, saudara, kerabat, serta pihak lain atas dukungan dan motivasi
kepada penulis dalam penyusunan skripsi.

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menyadari bahwa masih terdapat


banyak kekurangan serta jauh dari kata sempurna, namun semoga penelitian ini
bermanfaat dan dapat dijadikan referensi ataupun media belajar.

Yogyakarta, 14 September 2023

Arifa Maharani

6
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii
PERNYATAN ORISINALITAS ..........................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v
KATA PENGANTAR ............................................................................................vi

DAFTAR ISI...........................................................................................................7
DAFTAR TABEL...................................................................................................9
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................10
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................11

RINGKASAN .........................................................................................................12

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................14


1.1 Latar Belakang ...................................................................................................14
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................18
1.3 Batasan Masalah.................................................................................................18
1.4 Tujuan Penelitian ...............................................................................................18
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................19
1.5.1 Manfaat Teoritis ..............................................................................................19
1.5.2 Manfaat Praktis ...............................................................................................19
1.6 Sistematika Penelitian ........................................................................................19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................20


2.1 Penelitian Terdahulu ..........................................................................................20
7
2.2 Landasan Teori ...................................................................................................22
1. Komodifikasi Agama ........................................................................................22
2. Semiotika Roland Barthes .................................................................................25
2.3 Kerangka Berpikir ..............................................................................................26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................27


A. Jenis Penelitian ....................................................................................................28
B. Sumber Data Penelitian .......................................................................................28
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................................29
D. Keabsahan Data ...................................................................................................30
E. Teknik Analisis Data ...........................................................................................30

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .........................................................32


A. Analisis Scene Film Qodrat .................................................................................32
B. Pembahasan Hasil Analisis komodifikasi Agama yang Terdapat dalam Film
Qodrat..................................................................................................................... 36

BAB V PENUTUP..................................................................................................50
A. KESIMPULAN ...................................................................................................50
B. SARAN ...............................................................................................................50

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................51


LAMPIRAN ............................................................................................................53

8
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Data Film Horror Religi ..........................................................................17


Tabel 2. 1 Analisis Scene Film Qodrat .....................................................................32

9
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Kerangka Berpikir ...............................................................................27

10
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. 1 Curriculum Vitae ..............................................................................54

11
SUMMARY

The Qodrat film is a horror genre film that combines religious elements into the
content of the story, depicted through scenes, dialogue, and characters in the film.
Qodrat, who is the main character told in the film, is a cleric who performs ruqyah or
exorcism on people who are possessed. The Film Qodrat was released in Indonesia on
27 October 2022, shown in cinemas and also shown in other countries, namely
Malaysia, Brunei and Singapore. After premiering in cinemas, the Film Qodrat was
also shown on the paid streaming application Prime Video which can be accessed by
the whole world. This research method uses qualitative by collecting data from scenes
and dialogue in the Film Qodrat. The aim of this research is to analyze the existence
of forms of religious commodification in films through Roland Barthes' semiotic
analysis which is grouped into denotation, connotation and myth. The data collection
technique in the research was carried out by observation, namely observing scenes
containing elements of religious commodification in the Film Qodrat. The results of
this research found a form of commodification contained in the Qodrat film, namely
the commodification of the story content, namely prayer, depictions of suspended
animation, Islamic attributes, representations of ustadz, and ruqyah. This is part of
the teachings contained in the Islamic religion, in the Film Qodrat Islamic teachings
are mixed with the existing cultural habits of society and presented in the film with
meanings that are not in accordance with Islamic teachings in the Koran. The content
of the story depicted in the Film Qodrat gives the people who watch it a different
perspective regarding Islamic teachings in the film with appropriate teachings.
Keywords : Horror Movie,Religius, Comodification, Semiotics

RINGKASAN

Film Qodrat merupakan film bergenre horror yang memadukan unsur religi
kedalam isi ceritanya, digambarkan melalui adegan, dialog, karakter tokoh dalam
film. Qodrat yang merupakan tokoh utama yang diceritakan dalam film
merupakan seorang ustadz yang melakukan ruqyah atau pengusiran setan kepada
masyarakat yang mengalami kerasukan. Film Qodrat rilis di Indonesia pada 27
Oktober 2022 yang ditayangkan di Bioskop dan juga tayang pada negara lain yaitu
Malaysia, Brunei, dan Singapura. Setelah tayang perdana di bioskop Film Qodrat
juga tayang pada sebuah aplikasi streaming berbayar Prime Video yang dapat
diakses seluruh masyarakat dunia. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif
dengan melakukan pengumpulan data dari adegan, dialog pada Film Qodrat.
Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis adanya bentuk komodifikasi agama
dalam film melalui analisis semiotika Roland Barthes yang dikelompokan dalam
denotasi, konotasi dan mitos. Teknik pengumpulan data pada penelitian dilakukan
dengan observasi yaitu mengamati adegan yang mengandung unsur komodifikasi
agama dalam Film Qodrat. Hasil dari penelitian ini ditemukan bentuk
komodifikasi yang terdapat dalam Film Qodrat yaitu komodifikasi isi cerita yaitu
sholat, penggambaran mati suri, atribut islam, representasi ustadz, dan ruqyah.
Hal tersebut merupakan bagian ajaran yang terkandung dalam agama islam, dalam
12
Film Qodrat ajaran islam dibaurkan dengan kebiasaan budaya masyarakat yang
ada serta dibawakan dalam film dengan makna yang tidak sesuai ajaran islam
pada Al-Quran. Isi cerita yang digambarkan dalam Film Qodrat memberikan
persepsi pandangan lain kepada masyarakat yang menontonnya terhadap ajaran
islam yang ada pada film dengan ajaran yang sesuai.

Kata Kunci : Komodifikasi Agama, Horror, Semiotika, Film Qodrat

13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perindustrian film kreatif di Indonesia mendapat sebuah perspektif baru
yaitu menonjolkan film bertemakan biografi sejarah yang dikemas kedalam
bentuk visualisasi para tokoh biografi dalam sejarah oleh para sineas di Indonesia
yang dijadikan sebagai sebuah bentuk komodifikasi. Tak hanya film biografi, film
yang berfokus pada tema dengan tokoh-tokoh yang memiliki hubungan atau
berkaitan dengan agama juga ikut masuk kedalam komodifikasi. Berdasarkan
sudut pandang visual-sinematik serta naratif tokoh ulama disebutkan menjadi isi
teks yang cukup identik dalam film. Film Sang Kiai dan Sang Pencerah
merupakan salah satu contoh film yang termasuk mewakili kelompok Muslim,
sedangkan film yang mewakili kelompok Katolik yaitu Soegija. Film Sang
Pencerah, memiliki unsur inovasi dalam konsep agama Islam yang dimana
digambarkan sebagai teks sinematik yang cukup kental, baik dari sudut pandang
naratif maupun visual-sinematik (Haryanto dan Aris, 2017).
Menurut Syah (2013) Film menjadi sebuah karya estetis yang juga
digunakan sebagai alat informasi. Film bisa menjadi alat, propaganda, penghibur
bahkan alat politik. Fungsi film yang beragam membawa implikasi yang tidak bisa
dilihat dari satu sisi budaya saja, melainkan juga harus dilihat dari sisi historis,
sosial, politik maupun ekonomi. Media yang mempunyai notaben sebagai produk
budaya (cultural goods), salah satunya film, merepresentasikan ruang dialektis
berbagai kepentingan.
Komersialisasi sering menjadi topik perbincangan yang cukup biasa atau
lumrah dalam industri perfilman. Sebuah film, diamati dari segi nilai atau daya
jual memang menjanjikan jika pembuat film dapat menghadirkan film dengan
mengangkat tema yang diperlukan atau menjadi kebutuhan serta disukai atau
diapresiasi oleh para penonton film. Hal tersebut menggambarkan bahwa bentuk
komodifikasi dalam dunia perfilman semakin memperoleh nilai melalui tayangan
terutama pada film religi yang mengandung simbol-simbol keagamaan. Film
dengan memberikan konten religi ternyata memiliki nilai pasar yang tinggi

14
dibandingkan konten atau tema lainnya. (Haryanto dan Aris, 2017).
Irwansyah (2009) dalam penelitian Haryanto, mendefinisikan memproduksi
film ditujukan untuk kepentingan materialisasi atau untuk mencari uang. Karena
hal tersebut tentunya film yang diproduksi pasti harus berdasarkan kesukaan
pembeli yaitu penonton film. Film diproduksi tidak mungkin hanya menyasar
sedikit orang akan tetapi juga harus melaui perhitungan untung serta rugi.
Dalam Qomariyah (2023), menjelaskan bahwa film bergenre religi Islami
adalah film yang dibuat oleh umat Islam untuk tujuan dakwah dan dibuat
audiovisual sebanyak mungkin agar penonton mengetahui dan mengira bahwa
film tersebut adalah film Islami. Tergantung genrenya, film selalu menampilkan
idiom/simbol ajaran agama Islam seperti ibadah kepada Allah SWT, Shalat,
membaca Al-Quran, memakai pakaian islami dan melakukan dakwah islam.
Dakwah sendiri merupakan rekonstruksi masyarakat menurut ajaran islam.
Film religi sejarah dan mitos sebelum islam masuk ke nusantara dan
menunjukkan corak yang semakin khas melalui kontak dengan agama baru, seni,
salah satu bentuk ekspresi manusia yang berkembang pesat. Film religi dalam
perfilman Indonesia lebih bercirikan agama dan mitos sejarah, hindu dan budha
yang melekat dalam budaya nusantara, kemudian bergabung dengan budaya Islam
dengan menyebabkan perubahan yang cukup relatif kepada masyarakat Indonesia
dan kemudian dimasukkan ke dalam film sejarah bernuansa islami (Qomariyah,
2023).
Dibandingkan media lainnya, film merupakan media komunikasi yang
efektif. Film juga merupakan merupakan ekspresi budaya yang menyampaikan
pesan dari dang pembuat film kepada penontonnya. Film didefinisikan
mempengaruhi serta membentuk masyarakat berdasarkan isi pesan yang ada di
dalam film (Soboul dalam Pramonojati dan Santoso 2020).
Film merekam suatu realitas yang berkembang dan tumbuh pada
masyarakat , serta diproyeksikan ke layar. Film mampu menyampaikan pesan
berisi informasi serta menggunakan persepsi dan metode kreatif untuk
menyampaikan pemikiran baru pada penontonnya.
Indonesia dalam industri perfilman begitu dekat dengan genre horor. Film
horor berupaya memperoleh respons emosional dari penontonnya dengan
mengeksploitasi ketakutan utama mereka. Film horor didesain memiliki adegan
yang mengejutkan penontonnya, dengan memberikan kejadian menyeramkan serta
15
fenomena paranormal yang merupakan tema umum. Film horor juga seringkali
berkaitan dengan fenomena paranormal seperti hantu dan makhluk halus. Hal ini
juga perlu dilakukan, karena tujuan film horor sendiri adalah untuk memancing
reaksi ketakutan dari penontonnya.

Film Qodrat merupakan film bergenre horror action-thriller dengan dibaurkan


dengan religi pada cerita didalamnya yang telah tayang perdana pada 27 Oktober 2022
dengan sutradara Charles Gozali. Dilansir dari artikel pemberitaan Produser kreatif
Qodrat mengatakan, filmnya telah menjangkau dan ditonton sebanyak lebih dari 1,7
juta penonton dan juga ditayangkan di berbagai negara tak hanya di Indonesia saja
yaitu Malaysia, Brunei, Singapura (Qomariyah, 2023)
Singkatnya, Film Qodrat mengisahkan mengenai seorang Ustadz yang
bernama Qodrat sesuai dengan judul filmnya dan merupakan tokoh utama pada film
ini. Qodrat merupakan seorang ahli ruqyah yang sudah menjalankannya selama
puluhan tahun. Suatu ketika ia gagal melakukan ruqyah dan hal tesebut terjadi
terhadap anaknya sendiri yang mengalami kerasukan dengan setan yang
merasukinya bernama Assuala. Sempat mengalami depresi dan kesedihan yang
amat dalam serta menyalahkan diriya sendiri, Qodrat memutuskan untuk kembali
ke kampung halamannya yaitu padepokan pesantrennya. Sesampainya di pesantren
tersebut tenyata banyak terjadi hal-hal yang tak pernah ia duga yaitu adanya gagal
panen yang menyebabkan susahnya bahan makanan diproduksi masyarakat, adanya
banyak kerasukan.Kejadian tersebut memaksa Qodrat untuk melakukan ruqyah
kepada seorang anak yang bernama Alif Amri yang kebetulan mempunyai nama
sama dengan almarhum anak Qodrat dan mereka kerasukan setan yang sama. Film
Qodrat memiliki nuansa didalamnya yang cukup kental ditandai dengan adanya
kutipan-kutipan Al-Quran yang dikumandangkan pada dialog tokoh didalamnya.
Pembacaan ayat yang dilantunkan Qodrat.
Menurut Eryawan (2009) dalam skripsi Qamariyah (2023),
mengidentifikasi film horror yaitu biasanya identik dengan pengusiran setan serta
eksploitasi setan atau arwan yang disajikan dan ditonton masyarakat, tak hanya itu
film horror juga identik dengan adanya pornografi yang dibaurkan didalamnya
seperti adegan-adegan yang sering disebut erotis yang pastinya dapat yang
menontonnya salah satunya generasi muda. Kerap kali adegan-adegan tersebut
mendominasi sekitar 77,7% dalam film horor. Film Qodrat sendiri mempunyai

16
penyajian cerita dengan dibaurkan ajaran agama yang dilakukan dalam pengusiran
setan atau proses ruqyah, serta juga ritual ilmu hitam.

Film horror baru yang akan tayang pada layar lebar menjadikan banyak
orang penasaran karena film horror menyajikan poster serta promosi filmnya yang
cukup gencar pada media sosial sehingga menyebabkan masyarakat menjadi segera
ingin menontonnya. Pada dasarnya film horror sendiri jarang menyajikan atau
memberikan pesan dakwah karena pada tujuan film horror sendiri yaitu sebagai
hiburan atau menjadi adrenalin para penonton hingga membuat penonton ketagihan
dalam melihatnya (Herman, 2023).
Film religi yaitu film yang mengisahkan kehidupan manusia beragama
sesuai syariat Al-Qur’an dan hadist. Film religi menjadi trend para sutradara,
karena memberikan nilai edukasi yang dipadukan dengan nilai agama dengan
mengajarkan perilaku baik yang cocok untuk pasar Indonesia (Listyorini, 2023).
Film horror bernuansa religi banyak diproduksi sutradara di Indonesia dan
tenyata banyak mendapatkan perhatian masyarakat, berdasarkan laman media
berita Liputan6.com yang diunggah pada 22 Mei 2022 oleh Ika Defianti, Psikolog
Rini Hapsari Santosa menyatakan bahwa alasan masyarakat menyukai film horror
karena film horror mempunyai suatu sisi mistik serta misterius yang memiliki daya
tarik bagi masyarakat. Tema horror menjadi teasa dekat dengan masyarakat
Indonesia yang punya latar belakang budaya serta kepercayaan. Mistis yaitu
merasa berada dalam perbatasan antara suatu khayalan fiksi atau kenyataan. Film
horror menjadi menarik dijelaskannya juga karena mengundang rasa ingin tahu dan
perdebatan menjadikannya daya tarik bagi masyarakat dalam menontonnya.
Berikut beberapa film horror bernuansa religi atau agama yang telah diproduksi dari
tahun ke tahun beserta jumlah penontonnya :
Tab 1.1 Film Horror Religi

NO Judul Film Tahun Tayang Jumlah Penonton


1. Makmum 2 2019 820.000
2. Perempuan Tanah Jahanam 2019 1.118.738
3. Qorin 2022 1.303.258
4. Qodrat 2022 1.751.637
Sumber : Olahan Penulis

17
Tabel yang tertera diatas menunjukkan bahwa tenyata film bergenre horror
religi mempunyai banyak peminat dilihat dari data jumlah penonton film yang terus
meningkat setiap tahunnya dari 2019-2022 hingga mencapai 1,7 juta penonton.
Penduduk Indonesia dilansir dari laman website kementerian agama, disebutkan
bahwa jumlah penduduk mayoritas beragama islam yaitu muslim mencapai
229,62 juta jiwa atau sekitar 87,2% dari total penduduk yang ada di Indonesia.

Penulis tertarik meneliti Film Qodrat karena diantara film horror religi
keluaran tahun mulai dari 2019 hingga 2022 Qodrat memiliki jumlah tayang yang
paling banyak serta ditayangkan pula pada beberapa negara selain Indonesia
yaitu Malaysia, Brunei, dan Singapura dengan penonton yang mencapai 3 juta.
Film Qodrat mengangkat tema pengusiran setan atau eksorsis dengan dipadukan
unsur agama didalamnya. Film Qodrat meraih tiga penghargaan yaitu Piala Tuti
Indra Malaon, Festival Film Bandung untuk penata editing dan sutradara pada
tahun 2023. Segi cerita Film Qodrat berdasarkan sebuah cerita yang relate dengan
hidup masyarakat Inonesia. Penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan
mendeskripsikan bentuk komodifikasi agama yang terdapat dalam adegan Film
Qodrat.
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas nantinya dalam


penelitian ini adalah sebagai berikut :
“Bagaimana bentuk komodifikasi agama dalam Film Qodrat”

1.3 Batasan Masalah

Dalam penelitian inipeneliti membatasi masalah yang hendak diulas agar


dalam penulisannya pembahasan terarah dan tidak terlalu luas dari rumusan
masalah. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Fokus penulis dalam penelitian ini yaitu pada makna atau tanda tertentu
yang terdapat pada Film Qodrat seperti penggambaran adanya
komodifikasiagama didalamnya.
2. Analisis dalam penelitian ini mengunakan semiotika Roland Barthes
dengan menyajikan bentuk komodifikasi kedalam denotasi, konotasi, dan
mitos.
1.4 Tujuan Penelitian

18
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu untuk
mendeskripsikan bentuk komodifikasi agama yang terdapat dalam Film Qodrat.
1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

1. Dengan adanya penelitian ini mampu menambah wawasan serta


pengetahuan mengenai pembahasan komodifikasi agama dalam film yang
diharapkan mampu menjadi pengingat untuk tidak memanfaatkan agama
pada hal yang buruk atau negatif, khususnya di era globalisasi sekarang ini.
2. Penelitian ini diharapkan mampu menambah ilmu pengetahuan berkaitan
dengan teori semiotika Roland Barthes sehingga mampu menjadi pedoman
dalam penelitian berikutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu dijadikan sebagai informasi


tambahan seta menjadi kontribusi para praktisi film dan para peneliti lain ketika
meneliti atau mengkaji film melalui analisis semiotika.
1.6 Sistematika Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mempermudah penjabaran pada pembahasan,


penelitian ini akan dirancang secara sistematis. Dalam pembahasan dari penelitian
ini akan ada 5 bab yang tiap-tiap bab terdiri dari rangkaian sub bab yaitu sebagai
berikut :
BAB I PENDAHULUAN, terdiri mengenai latar belakang, rumusan masalah,
tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika bab.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, bab ini berisi landasan teori, penelitian terdahulu,
dan kerangka pemikiran.
BAB III METODE PENELITIAN, menguraikan mengenai jenis penelitian yang
dilakukan, metode penelitian, dan teknik analisis data yang dipilih oleh peneliti
dalam proses pengumpulan data penelitian.
BAB IV HASIL PENELITIAN, berisi mengai penjabaran dari hasil analisis serta
bukti atau data pendukung yang didapat dari permasalahan penelitian sesuai dengan
teori serta metode untuk mengumpulkan bukti data.
BAB V PENUTUP, pada bab ini berisikan simpulan dari analisis penelitian serta
dari hasil yang diperoleh dari penelitian yang telah ditulis.
19
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Dalam menyusun penelitian ini memerlukan penelitian yang telah ada


sebelumnya, agar mampu menemukan perbandingan serta perbedaan pada
kajiannya serta sebagai acuan terhadap penulisan penelitian. Hal yang diperhatikan
pada pembahasan dalam review penelitian ini adalah judul penelitian, teori yang
digunakan, metode dalam penelitian, persamaan dan perbedaan yang terdapat pada
penelitian didalamnya. Berdasarkan dari beberapa referensi penelitian yang
terdahulu dijabarkan sebagai berikut :
Journal Of Urban Society’s Arts tahun 2017, yang ditulis oleh Dwi
Haryanto dengan judul “Komodifikasi Agama pada Media Sinema sebagai Strategi
Jualan Industri Perfilman Indonesia”, penelitian tersebut memiliki tujuan
membuktikan antara konten agama yang berfungsi sebagai isu atau tematik terdapat
relevansi tekstualitas dengan konten film biopik yang dijadikan objek material
sebagai bagian dari tipe komodifikasi agama pada tren genre film di Indonesia.
Menggunakan metodelogi penelitian kualitatif deskriptif yaitu dengan menganalisis
konten teks ang dikemas sebagai bentuk komodifikasi agama dalam film Sang
Pencerah sebagai objek penelitian. Hasil dari penelitian tesebut diungkapkan bahwa
dalam film Sang Pencerah terdapatbentuk komodifikasi yang dilakukan para sineas
meliputi sutradara, produser, penulis naskah menjadi tontonan yang dijual kepada
para penonton. Perbedaan penelitian yaitu terhadap objek kajian yang dilakukan
dimana Haryanto meneliti film Sang Pencerah sedangkan peneliti objek kajian
adalah Film Qodrat. Persamaan penelitian yaitu sama-sama meneliti bentuk
komodifikasi agama pada film.
Penelitian komodifikasi religi atau agama pada iklan “Wardah Perfect
Bright Tone Up Cream” tahun 2019 yang diteliti oleh Kholqiana, Fauzianin, dan
Azzahra, ditahun 2020 dalam penelitiannya tersebut membahas bagaimana
komodifikasi agama yang terdapat pada iklan tersebut yang kemudian menyadarkan
masyarakat bahwa “Wardah” selalu fokus pada kecantikan dengan selalu

20
menekankan sertifikasi halal. Dalam iklan tersebut menyebutkan bahwa “Wardah”
dengan simbol halal tersebut selalu menampilkan seorang wanita berjilbab yang
merupakan simbol agama atau religi bagi wanita muslim. Penelitian tersebut
menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika
dari Roland Barthes dan memakai paradigma kritis. Hasil dari penelitian tersebut
yaitu tedapat tiga bentuk komodifikasi agama dalam iklan “Wardah” ditunjukan
dengan iklan yang berlabel halal, pertama adalah penggunaan gambar muslim
menjadi bentu pengekspresian jati diri. Kedua, penggunaan karakter muslim
sebagai objek yang berpengaruh bagi citra sertifikasi halal. Ketiga adalah
penggunaan teks atau konten iklan yang jauh dari penggunaan pesan islami itu
sendiri. Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama melakukan analisis
semiotika dan membahas mengenai komodifikasi agama, sedangkan perbedaan dari
penelitian ini terletak pada pokok bahasan penelitian yang mana penelitian ini
menggunakan periklanan dan lebih fokus pada perempuan.
Penelitian dalam Iklan Televisi Ramadhan yang ditulis oleh Abadi pada
tahun 2019 dengan judul “Komodifikasi Agama dalam Iklan TV Ramadhan
(Analisis Semiotika Iklan TV Ramadhan Versi Ramadhan 2017)” fokus utama
penelitian pada iklan televisi yang dimiliki oleh Ramayana Departement Store pada
tahun 2017 dengan judul “Bahagianya adalah Bahagiaku” dilakukan wawancara
dengan sutradara pembuat iklan untuk memperkuat data penelitian. Penelitian
tersebut memperoleh hasil bahwa konsep semiotika beroperasi dalam proses tanda,
petanda dan penanda, penemuan sebuah mitos dalam mempertahankan ideologi
konsumtif serta kapitalisme, yang dikemas kedalam nilai-nilai sakral doktrin
agama. Konsep simulacrum yang melibatkan pembuatan bentuk komersial dalam
durasi 3,15 menit tampaknya merupakan proposisi yang natural dan logis. Bahkan
juga realitas yang dikonstruksikan dalam iklan-iklan tersebut seringkali
bertentangan dengan kehidupan nyata. Persamaan yang terdapat dalam penelitian
ini adalah penggunaan analisis semiotika yang sama membahas mengenai proses
komodifikasi agama dalam film. Sedangkan untuk perbedaannya yaitu penelitian
tersebut berupaya menggali mitos serta ideologi yang dikonstruksi kedalam sebuah
iklan komersial televisi.

21
Skripsi karya Wivio Aulia pada tahun 2021, mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan
berjudul “Representasi Komodifikasi Simbol Religi dalam Serial Film Messiah
(Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Tokoh Payam Golshiri)”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam serial Film Messiah terdapat bentuk
representasi komodifikasi, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian bahwa film
bertemakan islam merupakan suatu bentuk komodifikasi agama yang dalam proses
produksinya dibaurkan dengan budaya yang sedang populer serta menjadi tontonan
yang dapat dijual pada khalayak ramai karena pada industri perfilman suatu aspek
ekonomi atau motif laba merupakan aspek yang dominan daripada aspek religi. Hal
tersebut menjadi peluang bagi industri perfilman untuk meraih aspek ekonomi
ataupun motif laba dari film dalam menghadirkan sebuah tayangan. Menggunakan
metode analisis semiotika Roland Barthes yang didasarkan pada penanda serta
pertanda yang terdapat pada konotasi, tataran denotasi, serta mitos. Persamaan
penelitian tersebut yaitu membahas mengenai analisis semiotika mengenai
komodifikasi agama serta bersifat deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian yaitu
pada objek kajian yang diteliti.

2.2 Landasan Teori

1. Komodifikasi Agama
Menurut Mosco dalam Adam (2014) Komodifikasi didesinisikan sebagai
sebuah perubahan nilai guna menjadi nilai tukar. Proses komodifikasi menjelaskan
bahwa suatu hal diproduksi bukan atas nilai guna, melainkan kepada nilai tukar
yang artinya, hal tersebut diproduksi hanya untuk memperoleh kepentingan pasar
(akumulasi modal) saja bukan untuk kegunaan (objektif) bagi
khalayak/masyarakat. Terciptanya komodifikasi karena adanya kebutuhan baik
berupa fisik atau budaya yang dapat diartikan dengan “bermacam cara”.

Ada tiga bentuk komodifikasi yang terdapat didalam media yaitu isi
(adanya perbahan isi pesan serta data yang memiliki makna aslinya menjadi
produk yang bisa dipasarkan), komodifikasi khalayak (media menghasilkan

22
khalayak yang dapat menguntungkan terhadap proses pengiklanan), komodifikasi
tenaga kerja yaitu pemanfaatan pekerja untuk penggerak kegiatan serta distribusi
dalam menghasilkankomoditas barang dan jasa (Ary dan Eka, 2020).

Beberapa media massa kerap kali dengan sengaja menyajikan informasi


yang sensasional, misterius, topikal, dan erotis demi memperoleh keuntungan
sebesar-besarnya melalui komersialisasi konten. Karena cukup laris digemari
penonton di pasaran (Heryanto dalam Anggreani dan Wuryanta, 2020 ). Menurut
pandangan Marxis dalam Anggreani dan Wuryanta (2020), konten media adalah
suatu komoditas yang bisa dijual di pasaran dan Informasi yang disebarluaskan
tergantung pada apa yang dijual di pasar.
Film dijadikan sebagai suatu produk yang merupakan budaya unik dalam
melayani kepentingan kapitalisme. Dalam konteks kapitalisme, film dipahami
sebagai salah satu bentuk komoditas. Diungkapkan oleh Barker dalam Haryanto,
2017 dinyatakan bahwa komodifikasi merupakan suatu proses di mana objek,
kualitas, serta tanda dikonversi menjadi barang dengan tujuan utama yaitu dapat
dijual di pasar.
Komodifikasi jika dikaitkan dengan aspek religi serta agama, merupakan
salah satu bentuk perubahan yang mengarah pada transformasi dari simbol-simbol
agama menjadi suatu barang yang dapat dipertukarkan dengan tujuan memperoleh
keuntungan tertentu. Pada dunia fashion salah satunya, tempat ibadah serta simbol-
simbol keagamaan. Ketika aspek tertentu dari agama menggunakan konsep
komodifikasi maka agama akan diubah menjadi suatu komodits yang diperjual
belikan di pasaran.
Komodifikasi Isi didefinisikan oleh Febrianti dan Bakti (2017) Sebagai
Proses dalam komunikasi yang juga mencakup informasi dari data dan ide yang
memungkinkan produk diperjualbelikan di pasaran. Aset media massa yang
pertama adalah isi konten media. Proses komersialisasi dimulai ketika seorang
aktor media mengubah pesan menjadi sesuatu yang dapat dipasarkan melalui
teknologi yang ada. Konten media dibuat sedemikian rupa sehingga menjadi
kebutuhan nyata dan disukai masyarakat, padahal sebenarnya tidak demikian dan
merupakan kebutuhan publik. Hal tersebut menjadi ciri ideologi industri media.
Islam bukan sekedar fenomena, tapi juga fenomena sejarah, sosial, budaya,
politik, dan lain-lain. Karena terdapat lebih dari 1 miliar pengikut Islam, hal ini

23
juga merupakan "fenomena pasar". Sebagai “fenomena pasar”, umat Islam juga
mengalami proses komersialisasi yang tidak dapat dihindari (Azra, 2008).
Kajian Greg Feeley dan Sally White tentang ``Konsumsi Islam: Agama
yang Dikomodifikasi dan Pietisme Aspirasional di Indonesia Modern'' (2008)
menggunakan istilah komersialisasi untuk mengartikan suatu komoditi atau obyek
yang diperjualbelikan, disebutkan berasal dari suatu komoditi. Komersialisasi
Islam adalah komersialisasi Islam atau pengubahan syiar-syiarnya menjadi
barang-barang yang dapat diperjualbelikan untuk memperoleh keuntungan.
Dalam konteks kapitalisme industri, potensi besar pasar Islam telah
melahirkan hukum pasar yang disebut sisi penawaran dan permintaan. Di sisi
penawaran, industri tidak hanya menjamin permintaan tetapi juga aktif
mengkonstruksi selera, citra, nalar, dan selera sebagai bagian dari gaya hidup
masyarakat Islam modern.
Dari sisi permintaan, meningkatnya jumlah umat Islam kelas menengah
(middle-class Muslim) di berbagai negara di dunia menyebabkan meningkatnya
permintaan terhadap aroma, rasa, citra, hasrat, dan ikon gaya hidup masyarakat
Islam modern. Hal ini membuat proses komersialisasi tidak dapat dihindari
(Rozaki, 2013).
Ary dan Eka (2020), Komodifikasi Agama merupakan proses
mengkomersialisasikan ajaran agama atau mengubah simbol yang ada didalamnya
menjadi sebuah komoditas yang dapat diperjual belikan demi memperoleh
keuntungan. Konsep kapitalisme industri potensi pasaran umat muslim yang cukup
besar jumlahnya menciptakan suatu hukum pasar yaitu supply side serta demand
side yang dapat diartikan sebagai industri dari sisi supply tidak hanya menyajikan
permintaan atas dasar kebutuhan akan tetapi juga mengkonstruksi sebuah cita rasa,
nalar, imajinasi, serta selera sebagai lifestyle masyarakat muslim modern.
Sedangkan dari sisi demand, meningkatnya kelas menengah muslm di penjuru
negara dunia, muncul permintaan selera, cita rasa, imajinasi, hasrat, kenikmatan,
lambang gaya hidup masyarakat islam modern. Dengan jumlah pemeluk agama
khususnya muslim yang besar populasinya hingga mencapai miliaran jiwa di
seluruh dunia hal tersebut menjadikan sebuah gejala pasar serta pangsa pasar yang
berpotensial dan tidak dihindarkan dari konsep supply side dan demand side.

24
Komodifikasi agama yang terdapat dalam film dapat diperjual belikan atau
dipasarkan kepada penonton dengan sebuah tujuan tertentu. Menurut Hakam
(2016), Media Islam yang disajikan dengan cara segar, menarik, dan ramah
terhadap budaya kapitalis yang ada pada perkotaan, membuat agama menjadi suatu
hiburan daripada sesuatu yang sakral. Fakhruroji mendefinisikan bahwa
terbentuknya suatu komodifikasi tidak menciptakan suatu bentuk atau gerakan yang
bersifat keagamaan baru, melainkan memanfaatkan agama sebagai objek yang
mempunyai fungsi spiritual hingga menjadi barang yang layak dikonsumsi
masyarakat.
Haryanto (2017) menjabarkan bahwa agama yang selama ini bersifat private
serta relasi antara sang pencipta dengan manusia, melalui praktik komodifikasi
diposisikan sebagai produk yang bisa diperjual belikan kepada penonton film.
Penentuan dalam proses komodifikasi film dipilih berdasarkan dari konten narasi
film serta estetika sinematografi. Film berbasis agama di tengah industri perfilman
secara ekonomi sudah terukur dengan jelas dari segi kentungan capital. Adanya
kedekatan emosional antara tokoh dengan penonton yang beralasan agama dapat
dimanipulasi para sineas agar penonton datang untuk menonton. Disebutkan dalam
penelitianya tersebut film yang dikaji yaitu Sang Pencerah dengan mengisahkan
tokoh muslim Muhammadiyah, pasti akan menonton film tersebut padahal jika
dilihat umat Muhammadiyah sendiri diikuti oleh ribuan bahkan jutaan orang di
Indonesia. Dari hal tersebut dapat diperkirakan keuntungan finansial karena
penonton secara tidak langsung sudah terhitung dari hal tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan dari penjabaran diatas bahwa komodifikasi agama
merupakan upaya komersialisasi agama ataupun upaya menjadikan aspek agama
serta simbol-simbol agama menjadi barang yang dapat diperdagangkan atau
bernilai tukar ekonomi yang menguntungkan.

2. Semiotika Roland Barthes

Istilah semiotika secara etimologis berasal dari bahasa Yunani yaitu


“Semeion” artinya tanda. Tanda diartikan sebagai sesuatu yang berdasarkan

25
konvensi sosial yang sebelumnya sudah ditetapkan, dianggap dapat mewakili
sesuatu yang lain. Semiotika dengan kata lain mempunyai peran sebagai decoding
dari pencipta agar masyarakat mampu menerjemahkan serta memahami makna
yang terdapat dalam simbol-simbol tersebut.
Roland Barthes memaknai semiotika sebagai sebuah tanda yang memaknai
hal di sekitarnya. Objek diartikannya sebagai tanda yang memiliki suatu pesan
tersirat. Menurut Vera (2014), pemikiran Barthes tanda tersebut disesuaikan dengan
semiologi Saussure dengan penandaan konotatif serta mitos. Barthes membagi
tanda tersebut dalam beberapa aspek yaitu denotasi, konotasi, serta mitos. Denotasi
merupakan kata yang maknanya ditemukan dalam suatu kamus dengan
mengungkapkan makna dari yang dilihat oleh mata yang berarti denotasi itu sendiri
yaitu sebagai sebuah makna sebenarnya. Sedangkan konotasi dimaknai
mengungkapkan makna yang terkandung dalam suatu tanda.
Mitos juga merupakan kerangka aspek dalam Barthes yang bermakna beda
dengan arti ‘mitos’ yang diyakini oleh masyarakat. Barthes mengartikan mitos
sebagai suatu bahasa dan pesan. Dalam semiotika tanda merupakan konsep utama
untuk membantu manusia dalam memaknai pesan yang dimaksudkan. Tanda secara
sederhana dapat berbentuk fisik atau visual yang dapat merepresentasikan sesuatu
selain dirinya. ( Danesi dalam Jurnal Rahmawati, Rivaldi, dan Saida, 2020).
Semiotika Roland Barthes dipilih penulis dalam penelitian ini karena dalam
pemikiran Barthes yang mengelompokkan simbol kedalam tiga aspek yaitu
denotasi, konotasi, dan mitos dengan fokus kepada mitos yang tidak ada dalam
elemen penting dalam mencari sesuatu yang tidak terlihat kenapa agama
dikomodifikasi pada adegan, dialog, scene yang memiliki pesan atau makna yang
sebenarnya sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu bentuk komodifikasi
agama yang terdapat dalam Film Qodrat.

3. Kerangka Berpikir

Kerangka Berpikir dalam penelitian yaitu suatu proses berpikir peneliti


sebagai dasar pemikiran dalam memperkuat sub fokus yang ada pada penelitian.
Penelitian kualitatif membutuhkan sebuah landasan untuk melatar belakangi
26
penelitian dengan tujuan agar terarahnya penelitian. Sugiyono (2017) menjelaskan
tujuan dari kerangka itu sendiri untuk membentuk jalur penelitian yang jelas dan
dapat diterima secara wajar.
Film Qodrat merupakan film bergenre horror yang memadukan religi
didalam ceritanya. Dengan memperoleh 1,6 juta penonton per 2022, Qodrat
menjadi film horror religi yang paling banyak ditonton masyarakat dibandingkan
film horror religi lainnya ditahun 2022 (tabel 1.1). Analisis Semiotika Roland
Barthes dalam penelitian ini digunakan dengan tujuan untuk menganalisa bentuk
tanda komodifikasi yang terdapat dalam Film Qodrat dengan
mengelompokkannyakedalam tiga aspek yaitu denotasi, konotasi, dan mitos.

Film Qodrat

Analisis Semiotika Roland Barthes

Denotasi
Konotasi Mitos

Komodifikasi Agama Dalam Film Qodrat

Gambar 1.1
Sumber : Penulis

27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Data atau informasi dalam penelitian ini didapatkan dengan menggunakan


langkah-langkah analisis data yang dikumpulkan yaitu disebut sebagai metode
penelitian. Konsep rencana penelitian dilakukan sebagai cara memperoleh
informasi dan data antara lain yaitu: langkah dan prosedur yang ditempuh, waktu
penelitian, sumber data, serta pengolahan atau pemrosesan data yang digunakan
dalam penelitian.
A. Jenis Penelitian

Metode penelitian kualitatif dijabarkan Sugiyono (2017) merupakan metode


yang tanpa memperhitungkan data serta fokus utama yaitu memahami daripada
mengontrol atau memprediksi data penelitian. Dijabarkan pula definisi metode
penelitian kualitatif sebagai metode yang berlandasan fillsafat konstruktivime
karena ditetapkan dalam meneliti suatu kebenaran yang terapat dalam realitas sosial
dilihat sebagai suatu hasil konstruksi sosial dan kebenaran tersebut bersifat rellatif
dan kondisi objek sebagai kunci terhadap peneliti. Keluaran atau hasil dari
penelitian kualitatif menekanan terhadap suatu makna daripada generalisasi karena
mana merupakan data sebenarnya yang menadi nilai di balik suatu data yang terlihat
(Sugiyono, 2017).
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan
tujuan mengetahui pemaparan serta pendeskripsian tehadap penelitian secara
terperinci.
B. Sumber Data Penelitian

Jenis data yang ada dalam penelitian ini yaitu :

a. Data Primer

Dijelaskan oleh Supomo dalam Khafid (2015), data primer


merupakan data yang langsung didapatkan melalui subjek yang diteliti
dengan menggunakan instrumen yang telah ditetapkan peneliti sebelumnya.
Pengumpulan data primer ditujukan untuk mendapatkan jawaban terhadap

28
pertanyaan penelitian karena data dianggap lebih akurat dengan disajikan
secara terperinci.
Data primer dalam penelitian ini didapatkan dengan potongan scene
yang terpilih menjadi 6 scene yaitu scene 1, 3, 5, 18, 20, 21 berdasarkan
rumusan masalah yang tertera yaitu yang terdapat bentuk komodifikasi
atau simbol agama islam dalam Film Qodrat langsung yaitu menonton
Film Qodrat melalui aplikasi prime video lalu mengambil gambarnya
(dokumentasi) yang menunjukan adanya komodifikasi dalam Film Qodrat
dengan melakukan screenshoot.

b. Data Sekunder

Data sekunder dijelaskan oleh Moehar dalam Khafid (2015) yaitu


data yang tersedia dalam berbagai bentuk biasanya merupakan data statistik
yang telah diolah dengan sedemikian rupa. Umumnya data sekunder berupa
catatan, bukti, laporan historis yang tersusun dalam sebuah arsip dan
dipublikasikan ataupun tidak dipublikasikan.
Data sekunder penelitian ini berasal dari objek penelitian yaitu
dengan penjabaran hasil dokumentasi pada data primer menggunakan
literatur dari buku, jurnal, artikel intenet.

C. Metode Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini diperoleh peneliti dengan cara sebagai berikut :

1. Studi Pustaka

Studi pustaka dijabarkan oleh Samuheri (2018) sebagai suatu metode


pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan sumber
dari buku, catatan literatur, jurnal serta informasi lain yan berguna dalam
penelitian. Studi pustaka penelitian ini diambil dari jurnal, buku, serta
artikel berita yang berhubungan dengan penelitian.
2. Observasi

29
Observasi penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian dengan cara pengamatan dan pengindraan dengan tujuan
menganalisa data penelitian agar memperoleh pemahaman serta
pemaparan jawaban terhadap masalah penelitian (Bungin, 2016).
Observasi dalam penelitian ini merupakan observasi partisipan yaitu

dilakukan dengan cara mengamati adegan dalam Film Qodrat secara


langsung yang kemudian oleh penulis catat, dokumentasi, serta analisis
bagian yang merupakan fokus permasalahan terhadap kesesuaian dengan
penelitian.
3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam penelitian digunakan dalam mendapatkan data


sekunder tentang objek yang diteliti Bungin dalam Intan (2020). Data
dokumentasi dalam penelitian ini berbentuk sumber tertulis, adegan film,
dan foto atau gambar yang relevan dengan penelitian.
D. Keabsahan Data

Keabsahan data dijelaskan oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam


Wijaya (2018), merupakan suatu realistis yang bersifat majemuk serta
dinamis sehingga tidak berulang dan konsisten seperti pada mulanya.
Kebasahan data dapat tercapai dengan menggunakan teknik triangulasi data
dalam proses pengumpulan data yang dilakukan.
Samuheri (2018) dalam penelitiannya menjabarkan triangulasi data
sebagai suatuteknik pemeriksaansuatu keabsahan data penelitian dengan
memanfaatkan sesuatu lain diluar data itu sendiri, untuk keperluan
pengecekan data atau sebagai pembanding dari data yang ada.
Triangulasi data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara
mengecek hasil penelitian dengan berbagai sumber data serta menggunakan
berbagai metode agar dalam pengecekan kepercayaan data dapat ditetapkan
dengan menggunakan studi pustaka, observasi, dan dokumentasi.
E. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan suatu tindakan dalam penelitian untuk


mengurutkan, mengatur, mengelompokkan, memberikan tanda/kode, serta
mengkategorikan hingga diperoleh sebuah temuan berdasarkan fokus

30
masalah penelitian yang akan dijawab nantinya (Samuheri, 2018).
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu sebagai berikut :

a. Reduksi data yaitu suatu cara memilah atau merangkum hal-hal pokok
dalam penelitian (Miawaty, 2022). Reduksi data penelitian ini
dilakukan dengan cara memilah atau mengelompokkan tiap scene atau
adegan pada film yang merupakan objek yang akan dilakukan analisis
agar peneliti mudah dalam mengamati indikator yang akan diteliti dan
kemudian akan diseleksi melalui klasifikasi sesuai peran pemain di
Film Qodrat.
b. Interpretasi atau penyajian data merupakan informasi yang tesusun
dalam penelitian yang memberi kemungkinan dalam penarikan
kesimpulan serta adanya pengambilan tindakan (Miawaty, 2022).
Interpretasi penelitian ini dilakukan dengan menyajikan peristiwa
dalam Film Qodrat yang akan memudahkan penulis dalam
menemukan informasi dengan menggunakan analisis wacana adegan
dalam Film Qodrat mengenai komodifikasi agama yang terdapat
didalam film.
c. Simpulan dijabarkan oleh Miawaty (2022) dalam skripsinya sebagai
proses yang dilakukan dari awal pendataan, kemudian dirangkum atas
permasalahan dilapangan, lalu melakukan pencatatan hingga menarik
simpulan. Simpulan penelitian ini akan berisi rangkuman dan gagasan
inti berdasarkan tahapan diatas untuk menemukan komodifikasi yang
digambarkan dalam Film Qodrat.

31
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Scene Film Qodrat

Untuk memperjelas dalam pengidentifikasian masalah daam penelitian ini,


maka dipilihlah sepuluh scene pada Film Qodrat yang telah dianalisis
menggunakan Teori Semiotika Roland Barthes, sebagai berikut :
No Makna
Scene
Denotasi Konotasi Mitos
1 Teman Satu Teman Shalat merupakan
Sel Qodrat Satu Sel tiang agama dan
yang selesai Qodrat merupakan
melaksanak mengajak kewajiban yang
an sholat Untuk harus dilaksanakan
Scene 1
dan melaksanak oleh umat muslim.
mengajak an sholat Dengan
Qodrat subuh agar melaksanakan sholat
untuk sholat mendapatka diyakini bahwa
subuh “Di n rezeki dan Allah akan
Subuhlah mengingatk senantiasa
kau akan annya untuk memberikan dan
mendapatka bersyukur mempermudah
n rezeki.” kepada rezeki serta
Allah. merupakan cara
umat muslim dalam
bersyukur.

2 Padang pasir, Penggamb Alam barzah

Badan aran merupakan alam


Qodrat yang Mengenai sesudah kematian
Alam Barzah yang sangat
32
hanya ketika Qodrat berbeda dengan
diselimuti terbangun kehidupan dunia.
kain putih, dari Dimana ketika
Tidak ada kondisinya seorang berada di
makhluk setelah alam barzah dia
Scene 3
hidup lain, digantung hanya akan berdiri
lantunan oleh penjaga sendiri dan tidak ada
suara adzan, sel yang unsur
serta hanya kerasukan kehidupan disana,
adanya setan. melainkan hanya ada
cahaya dia, iman, dan
matahari tuhannya.
yang
menyinari

Qodrat.
3 Ibu-ibu di Perkumpul Pengajian dilaukan
Desa Kober an ibu-ibu untuk membantu

yang tengah Desa Kober mendoakan

berkumpul yang seseorang baik

dengan mengguna dalam keadaan


Scene 5
pakaian kan pakaian sedang sakit
tertutup, maupun sehat yang
yang tertutup
jilbab, serta merupakan
dan
membaca permohonan rasa
mengguna
lantunan syukur dan harapan
kan jilbab,
ayat al- yang ditujukan
serta buku
quran kepada Allah SWT
yang sedang
menandak dengan
dibaca dan
an adanya menggunakan
lantunan ayat
pengajian pakaian yang sesuai
suci al
yang ajaran dan
quran.
dilakukan membaca Al-
untuk Quran.

33
membantu
salah satu
warga yang
anaknya
tengah
kerasukan
yang tak
kunjung
sembuh.
4 Qodrat yang Jaffar dan Sesuatu yang
sedang Qodrat merupaan

menasehat yang kewajiban haruslah


Jaffar merupakan dilakukan tanpa
“Jangan seorang mengharap imbalan
pernah lagi ustadz atau memperoleh
Scene 18
kau Meminta sudah keuntungan untuk
imbalan atas termasuk kepentingan
jasa kewajiban pribadi.
ruqyahmu ” mereka
dalam
melakukan
ruqyah
atau
penyembu
han
pengusiran
setan dari
tubuh
manusia
atau umat
lainnya.

34
5 Jaffar yang Ritual yang Menyembah
sedang dilakukan kepada berhala atau
melakuka n Jaffar selain Allah
ritual ditujukan merupakan hal
kepada untuk syirik yang
Scene 20
berhala. membuat
dilakukan untuk
penduduk
memenuhi hawa
desa sakit
agar ia nafsu atau
dapat
kepentingan
menyembu
individu sendiri.
han mereka
dan
memperol
eh
keuntunga
6 Qodrat yang Pelantunan Proses ruqyah
sedang ayat suci dalam ajaran islam
melantunk Al-Quran yaitu dengan
an ayat dilakukan pembacaan ayat al-
suci al- untuk quran dilakukan
Scene 21 quran untuk pengusiran untuk mengusir
Yasmin. setan atau setan atau jin
jin ataupun ataupun iblis yang
iblis yang merasuki tubuh
sedang seseorang.
merasuki
tubuh
Yasmin.

Tabel 2.1 Analisis Scene Film Qodrat Semiotika Roland Barthes


Sumber : Penulis
Berdasarkan penjabaran analisis tiap scene yang ada di atas, terdapat
beberapa scene yang menunjukkan adanya komodifikasi terhadap agama dalam

35
Film Qodrat berupa adanya suatu tindakan oleh para pemeran pada dialog film
untuk mempengaruhi serta merubah pola pandang dan pikir penonton terhadap
agama islam.
Film Qodrat menyampaikan pesan mengenai perjalanan Qodrat sebagai
seorang ustadz yang melawan kekecewaan terhadap dirinya yang gagal meruqyah
anaknya dan selalu diganggu oleh jin Asuala hingga akhirnya ia kembali melakukan
kewajibannya melakukan ruqyah untuk membantu menyembuhkan masyarakat di
desanya dari gangguan jin.
Komodifikasi agama terjadi ketika agama pada masyarakat dikomodifikasi
dan mempengaruhi aktivitas masyarakat terhadap lingkungan sosialnya. Film
ini mempengaruhi pola pikir masyarakat mengenai jin dan manusia hingga dapat
membinasakan manusia padahal dalam islam hal tersebut masih banyak
diperselisihkan karena sesungguhnya kematian hanya diketahui dan terjadi karena
Allah S.W.T untuk itu sebagai manusia hanya perlu selalu tawakkal dan tidak takut
sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 76 yang artinya :
“Perangilah para pasukan setan, sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (QS.
An-Nisa: 76).
B. Pembahasan Hasil Analisis Komodifikasi Agama yang Terdapat
dalamFilm Qodrat
Setelah melakukan analisa secara mendalam pada tiap scene dalam
Film Qodrat menggunakan teori semiotika Roland Barthes, bentuk komodifikasi
yang terdapat dalam Film Qodrat yaitu komodifikasi isi cerita sebagaimana
dijabarkan oleh Mosco sebagai suatu proses mengubah nilai guna suatu informasi
atau pesan yang menjadi suatu hal yan dapat diperjualkan dan bernilai ekonomi (
Mosco dalam Fikry, 2017). Komodifikasi isi juga dijabarkan sebagai sesuatu yang
bisa dilihat secara kasat mata yang terjadi pada sebuah konten isi dalam film
(Adrie, 2022). Film Qodrat memiliki komodifikasi isi di dalamnya yang mana
akan dianalisis sebagai berikut :
Scene 1 : Dijelaskan bahwa dalam scene 1 merupakan komodifikasi
makna dalam sholat yang dalam adegan film digambarkan dengan sebuah ajakan
untuk sholat dari teman Qodrat “Di Subuhlah agar senantiasa kamu mendapatkan
rezeki”.

36
Analisis Semiotika Roland Barthes Scene 1
Signifer I Signified I
Sajadah Gerakan melipat sajadah yang
Dialog dilakukan aktor dalam adegan,
Dialog aktor yang mengucapkan “Di
Subuhlah Agar Kau Mendapat
Rezeki”.
Signifer II Signified II
Melipat sajadah bermakna bahwa Rezeki akan diperoleh dengan
telah selesai melaksanakan sholat melaksanakan sholat yang
karena sajadah merupakan atribut merupakan perintah Allah.
untuk sholat. Dialog “Di Subuhlah
Agar Kau Mendapat Rezeki.”
menandakan ajakan untuk
melaksanakan sholat shubuh agar
sholat dapat membawakan rezeki.
Mitos
Scene 1 menjelaskan bahwa rezeki dapat diperoleh dengan melaksanakan
sholat, karena dengan melaksanakan perintah Allah akan ada kemudahan yang
diberikan oleh-Nya.

Islam memiliki arti kedamaian dan keselamatan dengan berserah diri


hanya kepada Allah SWT karena tiada Tuhan selain-NYA. Menurut istilah islam
merupakan agama dari Allah dengan di bwa melalui perantara Rasul untuk
kemaslahatan manusia baik ketika di dunia ataupun di akhirat (Superadmin,
2014).
Seorang pemikir kontemporer menyatakan bahwa Islam merupakan
agama yang paripurna dengan memmuat prinsip tentang segi kehidipan yang

37
lengkap berupa etika, moral, serta petunjuk di bidang sosial, ekonomi, dan politik
(Esposito dalam Gunawan, 2017).
Perkembangan budaya populer islam kian berkembang pesat dalam
penelitian yang dilakukan oleh Meutia (2023) yang mengkaji mengenai fenomena
budaya populer agama islam dengan direpresentasikan melalui film, mulai
bermunculan film bergenre islam yang populer yaitu Ayat-Ayat Cinta,
Assalamualaikum Beijing dengan menampilkan citra kaum muda yang memiliki
ketakwaan serta ketekunan intelektual dan kesadaran moral. Penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa film bergenre religi yang populer melahirkan
kekhawatiran baru dengan mulai hilangnya ruang publik yang seharusnya mampu
mengatasi masalah sosial akan tetapi membawa penontonnya menuju imaji
hipperealitas mengenai muslim yang kekinian.
Agama islam karena merupakan agama ketuhanan mengajarkan
umatnya untuk menunaikan ibadah sholat karena sholat merupakan suatu
kewajiban umat muslim berdasarkan dalil Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 45
yang artinya : “Dan lasanakanlah sholat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta
orang yang rujuk”. Serta dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 78 yang artinya
“Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat)”.
Sholat merupakan kewajiban serta perintah Allah dan sebagai umat muslim
harus dengan ikhlas melaksanakannya hanya karena Allah. Perihal nantinya akan
diberikan sesuai dengan yang kita harapkan itu merupakan suatu rezeki yang diberikan
oleh Allah kepada kita umatnya. Aqidatur (2022) menjelaskan bahwasanya sholat ialah
kewajiban utama umat muslim setelah mengucapkan syahadat yang merupakan syarat
masuk islam. (Aqidatur, 2022)
Bentuk komodifikasi agama pada scene 1 dalam film ditunjukan
dengan pemaknaan arti sholat yang dikemas memiliki perbedaan makna tujuan
dengan apa yang diajarkan dalam islam. Ajakan sholat yang ditujukan kepada
Qodrat agar senantiasa bertujuan untuk mendapat rezeki, akan tetapi sholat harus
dilasanakan karena merupakan kewajiban dan tidak hanya melaksanakannya saja
ketika ada maunya kepada Allah. Dilansir dari laman kemenag yang ditulis
Nurkholis (2023), yaitu sholat merupakan tiangnya agama, barangsiapa yang
melaksanakannya tentu akan menegakkan sendi agama dan sebaliknya yang

38
meninggalkannya akan meruntuhkan tiang agama tersebut.
Scene 3 : Penggambaran mati suri yang ditunjukan dalam film dengan
padang pasir setelah Qodrat meninggal dunia.

Analisis Semiotika Roland Barthes Scene 3


Signifer I Signified I
Gurun pasir Latar adegan setelah Qodrat
Pakaian Qodrat meninggal dibangunkan pada gurun
Terik panas matahari pasir yang diselimuti terik panas
“La Illaha Ilallah” matahari, Pakaian yang dikenakan
Qodrat serba putih dan panjang,
Lantunan “La Illaha Ilallah” oleh
Qodrat sembari berjalan menyusuri
gurun pasir yang kosong.
Signifer II Signified II
Gurun pasir yang terik dengan Gurun pasir merupakan gambaran
hanya ada cahaya matahari panas kehidupan setelah kematian, dimana
dimaknai sebagai gambaran ketika hanya ada cahaya dari matahari dan
manusia dibangunkan setelah lahan luas yang terbentang, tidak
meninggal, Pakaian serba putih ada tanda kehidupan, hanya ada diri
panjang yang dikenakan Qodrat kita sendiri dan sang pencipta.
bermakna suci dan kembali pada
sang pencipta, “La Illaha Ilallah”
bermakna tiada Tuhan selain Allah
yang merupakan untuk mengingat
Allah.
Mitos
Scene 3 merupakan gambaran mengenai kehidupan setelah kematian yang

39
dimaknai hanya ada diri kita dengan sang pencipta, tidak ada lagi hal lain
selain hanya mengingat sang pencipta karena kenikmatan isi dunia tidak akan
dapat dirasakan lagi setelah kematian.

Mati suri didefinisikan dalam hadist qudsi yaitu sebagai pintu dunia
dan akhirat yang dihubungkan dimana prinsip mati suri sendiri hampir sama
dengan keadaan seseorang yang tertidur ketika roh masih terikat dalam tubuh
manusia (Hadi, 2022).
Kematian pasti akan menimpa setiap makhluk yang hidup karena ruh
yang ada dalam makhluk hidup hanya bersifat sementara dan ada masanya untuk
kembali kepada sang pencipta ( Mahmudah dalam Sulistyandi dan Mutrofin
2021).
Studi yang dipublikasikan oleh Martial dalam penelitiannya tahun
2017 berhasil mengumpulkan bermacam pengalaman orang yng pernah mati suri.
Tertulis sekitar 80 persen responden merasa damai ketika mati suri, 69 persen
melihat sebuah cahaya yang terang, dan 64 persen bertemu dengan sosok roh atau
makhluk yang telah meninggal. Hasil dari peneltian tersebut menyimpulkan
bahwa pengalaman mati suri selalu berawal saat roh keluar dari tubuh hingga
kembali lagi.
Keadaan mati suri atau biasa disebut mati samar yaitu suatu keadaan
dimana manusia sudah dalam keadaan meninggal akan tetapi ternyata tidak benar
terjadi. Keadaan tersebut hampir sama dengan kematian somatis dimana otak, hati,
jantung kehilangan fungsinya sementara (Mun’im dalam Sulistyandi dan Mutrofin
2021). Keadaan dalam mati suri juga tidak diketahui seperti apa gambaran
kebenarannya.
Komodifikasi agama dalam scene 3 terjadi ketika dalam film
menggambarkan keadaan ketika mati suri terjadi oleh Qodrat, ketia ia terbangun
dengan tempat yang berbeda dari terakhir kali dia berada, tiba-tiba berada pada
gurun pasir, bajunya yang sudah terganti dengan kain putih panjang, panasnya
terik sinar matahari, lantunan “La Illaha Ilallah” pengingat kepada sang pencipta.
Penggambaran kehidupan setelah kematian atau gambaran mati suri yang
dituangkan dengan perspektif atau ide pencipta film. Pada dasarnya kehidupan
setelah kematian tidak ada yang mengetahui dan merupakan rahasia Illahi, oleh
karena itu dengan penggambaran kehidupan mati suri tentunya dapat mengubah
40
pandangan penonton yang akan terbawa bahwa bayangan mati suri adalah sesuai
yang telah ditonton dalam film.

Scene 5 : Atribut Islam yang digunakan aktor dalam penggambaran


cerita film.

Analisis Semiotika Roland Barthes Scene 5


Signifer I Signified I
Jilbab Para wanita berkumpul pada suatu
Buku rumah untuk melakukan doa
Pakaian panjang bersama dengan mengenakan
Wanita yang berkumpul pakaian panjang dan jilbab. Buku
yang sedang dipegang dan dibaca
wanita disana dengan melantuntan
ayat suci Al-Quran.
Signifer II Signified II
Para wanita yang sedang berkumpul Doa bersama yang dilakukan para
dengan mengenakan jilbab dan wanita dalam film untuk meminta
pakaian panjang bermakna mereka kepada sang pencipta dengan
sedang melakukan doa bersama membaca ayat Al-Quran dan
dengan membaca buku yang mereka menggunakan pakaian yang sesuai
bawa yang merupakan Al-Quran dengan anjuran ajaran agama untuk
dengan ayat-ayat yang dilantunkan menghadap sang pencipta.
dalam film.
Mitos
Scene 5 menceritakan bahwa dalam film para wanita yang berkumpul sedang
melakukan doa bersama untuk memohon kesembuhan kepada warga yang
sakit. Doa bersama dilakukan dengan membaca ayat Al-Quran dan dengan

41
menggunakan pakaian yang panjang atau tertutup dengan dibalur hijab sesuai
dengan aturan ajaran agama ketika menghadap sang pencipta.

Atribut islam yaitu jilbab digunakan dalam film untuk penggambaran


melasanakan doa bersama oleh warga. Atribut islam yaitu jilbab wajib digunakan
oleh perempuan muslim. Jilbab kerap kali digunakan dalam film sebagai tanda
bahwa tokoh digambarkan sebagai seorang muslim. Seiring berkembangnya
peradaban pergeseran akan penggunaan dan makna jilbab yang benar sesuai
ajaran agama kian meningkat. Penelitian Rahmawati (2009), menyatakan bahwa
pergeseran makna jilbab terjadi karena proses pruralisasi budaya yang terjadi
pada masyarakat, dimana dikatakan bahwa jilbab merupakan suatu budaya dan
orang memakainya karena bermacam alasan, mulai dari memenuhi kebutuhan
akan agama modern tetapi islami, serta kerepaksaan kebiasaan atau adat dari
lingkungan tempat tinggalnya.
Komodifikasi agama terjadi dalam film ketika jilbab digunakan
dengan kurang tepat pada film. Jilbab yang dipakai sesuai anjuran agama islam
yaitu menutup dada, memakaikannya pada seluruh tubuh, tidak menampakkan
auratnya sebagaimana dijelaskan dalam surat An-Nur ayat 31 yang artinya “Dan
katakanlah kepada wanita yang beriman : hendaklah mereka menahan
padangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa kelihatan dari padanya. Dan
hendaklah mereka menutupkan khumur (kerudung) mereka sampai ke dada
mereka”.
Aurat merupakan bagian tubuh manusia yang tak boleh nampak baik
untuk laki-laki maupun perempuan sesuai dengan dalil Al-Quran yang
mewajibkan untuk menutup aurat yaitu pada Qs Al- Ahzab ayat 59 disebutkan
bahwa batasan aurat wanita ialah seluruh tubuhnya terkecuali wajah serta telapak
tangannya (Rofiqoh, 2023).
Penduduk Indonesia dilansir dari laman website kementerian agama,
disebutkan bahwa jumlah penduduk muslim mencapai 229,62juta jiwa atau sekitar
87,2% dari total penduduk yang ada di Indonesia, yang artinya bahwa memang
penduduk Indonesia mayoritasnya memeluk agama islam dan dengan
memproduksi atau menayangkan film yang mengangkat agama tentunya akan
cukup laris mengingat penduduk muslim yang banyak jumlahnya.
42
Scene 18 : Representasi Ustadz dalam Film Qodrat

Analisis Semiotika Roland Barthes Scene 18


Signifer I Signified I
Baju dan celana panjang Baju dan celana panjang yang
Warna Baju Putih dan Merah dipakai Qodrat dan Jaffar. Pemilihan
Dialog warna baju putih dan merah. Qodrat
yang memperingatkan Jaffar
“Jangan pernah lagi kau meminya
imbalan atas jasa ruqiahmu”.
Signifer II Signified II
Baju dan celana panjang yang Seorang ustadz yang digambarkan
dipakai Qodrat dan Jaffar dimaknai dalam scene memiliki citra dirinya
pakaian yang menutup aurat dan masing-masing. Pemilihan warna
terlihat shalih. Warna baju putih baju merupakan simbolik karakter
bermakna polos, murni suci, bersih, tokoh. Ustadz yang notabennya
dan memiliki keseimbangan dengan suatu pengajar atau pendidik
kesederhanaan sedangkan warna haruslah mengerjakan sesuatu
merah bermakna agresif, berhasrat, kewajibannya dengan tanpa pamrih
impulsif. Qodrat yang dan mengharap imbalan.
memperingatkan Jaffar “Jangan
pernah lagi kau meminya imbalan
atas jasa ruqiahmu” bermakna
bahwa untuk tidak meminta balasan
terhadap kebaikan yang merupakan
kewajibanmu.
Mitos
Scene 18 memberikan gambaran mengenai sosok ustadz yang dibawakan

43
dengan pakaian panjang untuk memberikan kesan shalih, dan dalam film
diceritakan bahwa ustadz bertugas untuk menyembuhkan orang yang
kesurupan melalui ruqyah dan sebagai ustadz yang melakukan kebaikan karena
Allah tidak boleh melakukan ruqyah dengan tujuan mementingan diri sendiri
tapi haruslah mementingkan keadaan orang lain juga.

Ustadz dalam film horror sering digambarkan sebagai seseorang yang


melakukan pengusiran setan atau biasa disebut ruqyah. Menurut Rendragraha
(2019) representasi ustadz dalam film horror Munafik 2 digambarkan sebagai
Ustadz praktisi Ruqyah yaitu Ustadz yang memiliki kemampuan mengobati
orang yang terkena gangguan atau guna-guna yang diceritakan dalam film
mengobati pasien menggunakan tangan dengan membawa daun bidara dan
membaca ayat Al-Quran, memakai atribut islami sebagai penanda kepada
penonton film untuk pembeda orang dalam film yang paham agama dan biasa.
Ustadz dalam penelitiannya digambarkan juga selalu memakai gamis atau baju
panjang, sajadah dan menggunakan kopiah di kepala karena mengikuti budaya
Arab sebagaimana nabi Muhammad lahir di Arab. Ada 2 sosok ustadz dalam film
tersebut menurut Rendragraha yaitu ada ustadz yang menjadi cerminan dan
memberikan ajaran yang sesuaui agama islam, akan tetapi ada juga yang sesat
atau tidak sesuai ajaran islam yang benar.

Film Qodrat merepresentasikan mengenai sosok ustadz juga sebagai


orang yang melakukan ruqyah atau pengusiran setan. Ustadz digambarkan dalam
film memakai pakaian dan celana serba panjang seperti baju koko yang biasa
dipakai masyarakat muslim akan tetapi tidak terlalu memadukan budaya Arab
untuk menggambarkan ustadz dalam film. Film Qodrat menceritakan sosok
ustadz dalam 2 pandangan yaitu memiliki pengetahuan agama dan takwa kepada
Allah, dengan melakukan sholat dan berbuat kebaikan semata karena Allah, dan
sosok ustadz yang sesat karena memanfaatkan ilmu agamanya untuk memberikan
keuntungan terhadap dirinya sendiri bahkan menyusahkan orang lain dengan ilmu
hitamnya.

Ustadz diserap dari bahasa Arab yang dimaknai dalam bahasa


Indonesia yaitu seorang pendidik atau guru. Menurut Mulyasa, Ustadz
merupakan seorang pendidik yang menjadi tokoh panutan serta identifikasi untuk
44
anak didik dan suatu lingkungan yang memiliki suatu kualitas standar pribadi
tertentu dengan mencakup wibawa, disiplin, mandiri serta tanggung jawab. Sosok
ustadz berdasarkan penjabaran diatas merupakan seorang pendidik, akan tetapi
dalam film diceritakan bahwa tugas ustadz mengusir setan.
Agama islam dilansir dari laman artikel repository.umy.ac.id dengan
judul “Kesurupan dalam pandangan Islam” ada kriteria untuk umat muslim yang
dapat menyembuhkan seseorang yang mengalami kesurupan diantaranya ialah
seseorang yang harus mempunyai iman yang kuat, senantiasa merupakan muslim
yang mengingat Allah SWT, menaati perintahnya dan menjauhi larangan Allah,
serta biasanya mempunyai keyakinan kuat terhadap firman Allah yang memiliki
pengaruh terhadap jin dan setan. Penjabaran yang ada tidak menjelaskan apakah
hanya seorang ustadz saja yang dapat mengobati kerasukan setan.
Komodifikasi agama terdapat pada scene 18 ketika Film Qodrat
memunculkan sososk ustadz dalam film dan memberikan gambaran atau
perspektif kepada masyarakat mengenai sosok ustadz yang direpresentasikan
mengikuti budaya pada masyarakat yang ada dengan pakaian panjang seperti baju
koko, serta tujuan ustadz digambarkan dalam film untuk melakukan ruqyah
pengusiran setan dimana setan atau hantu pasti akan selalu nampak dalam film
bergenre horror tujuan dari film tersebut sendiri.
Scene 20 : Ustadz Jaffar yang melakukan ritual penyembahan setan yang
memberikan contoh sesat atau tidak sesuai dengan ajaran agama.

Analisis Semiotika Roland Barthes Scene 20


Signifer I Signified I
Kepala Kambing Kepala kambing yang dipegang
Kain dan Baju Merah Ustadz Jaffar dengan rapalan yang
dilantunkannya. Kain dan Baju yang
bernuansa merah.
Signifer II Signified II
Kepala kambing yang dipegang Ritual penyembahan setan
45
Ustadz Jaffar dimaknai sebagai digambarkan dalam film dengan
persembahan kepada setan dengan memasukan nuansa serba merah
merapalkan lantunan persembahan melalui kain yang bergantung di
yang dibaca Ustadz Jaffar. Kain dan tempat Ustadz Jaffar melakukan
baju bernuansa serba merah persembahan dan penggambaran
bermakna mencengkram, seperti baju yang dipakai Ustadz Jaffar
darah yang disembahkan kepada serba merah. Persembahan
setan. dilakukan dengan membacakan
lantunan ritual kepada setan dan
dengan persembahan kepala
kambing untuk perantara.
Mitos
Scene 20 menceritakan mengenai ritual persembahan kepada setan yang berupa
kepala kambing dan dengan digambarkan menggunakan latar yang bernuansa
merah agar mencengkram, menakutkan, serta bacaan persembahan yang
dibacakan Ustadz Jaffar dalam scene menekankan bahwa hal tersebut memang
ditujukan kepada makhluk ghaib atau setan dan merupakan ajaran sesat.

Pada scene 20 menggambarkan mengenai ritual persembahan kepada


setan yang merupakan perbuatan sirik dan dilarang agama hal tersebut
digambarkan dalam film yang akan mempengaruhi cara pandang kepada
penonton film terhadap sosok ustadz yang ternyata juga bisa melakukan hal-hal
yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Dijelaskan dalamAl-Quran QS Luqman,
31:13 yang artinya “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: ‘Hai anakku, janganlah kamu
memersekutukan Allah, sesungguhnya memersekutukan (Allah) adalah benar-
benar kezaliman yang besar’.” Ayat tersebut menekankan bahwa sesungguhnya
umat beragama islam diperingatkan untuk jangan mempersekutukan Allah karena
hal tersebut merupakan kezaliman. Penggambaran mengenai persembahan setan
dalam film horror semata ditujukan agar film menarik dan semakin menakutkan
berdasarkan latar yang bernuansa merah.
Oktualisme diartikan sebagai suatu paham untuk mempraktikan
kekuatan atau kuasa dunia roh jahat atau kegelapan yang menekankan pada
penyembahan berhala yang terjadi pada film horror. Ruslani dalam (2022),
46
menjelaskan mengenai pesugihan dalam mencari kejayaan atau sebuah kekayaan
dengan perjamuan atau persekutuan dengan setan, siluman, dan iblis.
Film yang merupakan sebuah media yang menyebarkan suatu
informasi, persuasif maupun hiburan yang dimana film juga dapat menjadi suatu
pengaruh terhadap seseorang yan menontonnya (MustofaBisri, dkk, 2022).
Komodifikasi agama dalam scene ini terjadi ketika film
menggambarkan sosok seorang ustadz yang merupakan seorang pendidik, yang
menyebarkan kebaikan,serta mampu menyembuhkan orang kerasukan berbuat hal
yang kurang baik dan melanggar perintah Allah. Hal tersebut memberikan suatu
pandangan negatif mengenai sosok ustadz kepada masyarakat yang menontonnya
yang bisa saja mempengaruhi masyarakat menjadi tidak percaya akan apa yang
diajarkan oleh ustadz, atau bahkan bisa saja menjadi contoh bagi mereka dalam
memanfaatan gelar ustadz mereka demi memperoleh keuntungan pribadi.
Scene 21 : Proses ruqyah yang dilakukan ustadz Qodrat

Analisis Semiotika Roland Barthes Scene 21


Signifer I Signified I
Tangan yang memengang kepala Ustadz Qodrat yang melakukan
Lantunan ayat Al-Quran ruqyah dengan memegang kepala
Yasmin. Lantunan ayat Al-Quran
untuk proses ruqyah.
Signifer II Signified II
Tangan Ustadz Qodrat yang Proses ruqyah yang dilakukan untuk
memegang kepala Yasmin ketika pengusiran setan oleh Ustadz Qodrat
kesurupan bermakna Qodrat yang dengan membacakan ayat Al-Quran
sedang melakukan ruqyah untuk agar setan keluar dari tubuh Yasmin.
Yasmin dengan menempelkan
tangannya untuk menenangkan

47
Yasmin. Lantunan ayat Al-Quran
merupakan bacaan untuk mengusir
setan dari tubuh manusia karena
semua makhluk ciptaan Allah
berupa jin atau setan akan takut
kepada ayat Allah.
Mitos
Scene 21 menceritakan tentang tata cara ruqyah yang dilakukan Ustadz Qodrat
sesuai dengan anjuran islam dengan membacakan ayat Al-Quran kepada
Yasmin yang sedang kesurupan.

Kerasukan menurut pandangan islam dijelaskan dalam surah Al-


Baqarah (2:3) yang artinya “(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib,
yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang kami
anugrahkan kepada mereka.” Berdasarkan dari ayat tersebut memiliki makna
bahwa Allah ternyata juga menciptakan makhluk lain selain manusia yaitu
makhluk ghaib dan dari ayat tersebut kita diperintahkan harus yakin bahwa
adanya yang ghaib atau tak kasat mata.
Fenomena kesurupan sendiri dilansir dari artikel umy.ac.id yaitu
sebuah fenomena masuknya makhluk tak kasat mata bisa berupa jin atau setan ke
dalam tubuh manusia sebagai suatu godaan setan yang menyerang iman seorang
muslim yang tengah goyah.

Pasmawati, menjelaskan bahwa setan itu akan mempengaruhi anak


adam hingga akhir hayat, mereka berjalan dalam tubuh disepanjang aliran darah
kecuali seseorang yang dijaga oleh Allah. Dijabarkan pula bahwa dalam
pandangan islam faktor penyebab terjadinya gangguan setan adalah karena
kondisi rohani manusia yang sedang lemah, dalam keadaan marah, kesedihan
yang mendalam, takut yang berlebihan nafsu syahwat,dan perilaku yang menyakiti
jin yang kita sadari ataupun tidak.
Proses untuk mengatasi gangguan kesurupan menurut islam dalam
Pasmawati, dapat dilakukan dengan ruqyah syar’iyah. Adapun menurut Arifuddin
dalam Pasmawati menyebutkan prosedur yang harus ditempuh yaitu a) proses
pengenalan ruqyah syar’iyah dengan sumber syariatnya, syarat, dan penanaman
48
nilai, b) perjanjian pertemuan terapi yang dapat diatur pelaksanaannya, c) tempat
dan pasien yang dikondisikan, d) dialog materi keislaman, e) pembacaan ayat
ruqyah. Ramuan atau obat dalam proses ruqyah sendiri dalam Bari (x/23) dalam
Pasmawati, 2018 yaitu a) habbatus sauda’ (jinten hitam), b) buah kurma ajwa, c)
madu, d) daun bidara atau sidr, dan e) air.
Komodifikasi terjadi pada scene 21 ketika Film Qodrat menceritakan
kesurupan yang harus disembuhkan oleh Ustadz Ruqyah dengan menampilkan
proses penyembuhan ruqyah yang tidak lengkap sesuai ajaran agama hanya
ditampilkan berdasarkan perspektif penulis cerita.
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang tertera diatas, Film Qodrat
memiliki bentuk komodifikasi isi didalamnya. Komodifikasi isi terjadi ketika
Film Qodrat menjual isi ceritanya dengan memasukan unsur agama kedalam
ceritanya yang berupa perubahan makna tujuan dalam ajaran sholat,
penggambaran kehidupan ketika mati suri sesuai dengan pandangan penulis film,
atribut islam yang digunakan dalam film yang berdasarkan budaya masyarakat,
representasi ustadz dalam film yang digambarkan sebagai pengusir setan atau
melakukan ruqyah dan ada yang mengajarkan hal sesat untuk memperoleh
keuntungan dirinya, Ajaran sesat yang digambarkan dalam film yang dilarang
agama, dan proses ruqyah yang tidak sesuai dengan prosedur ajaran yang lengkap
dan tepat.
Ajaran yang sesuai dengan agama telah dikomodifkasi berdasarkan
budaya modern yang dijalankan masyarakat dan penggambaran akan jin atau setan
dengan yang dapat membinasakan manusia sesuai dengan budaya mistis
masyarakat yang mana kematian sesungguhnya rahasia Illahi atau hanya Allah
sajalah yang mengetahui dan yang dapat membinasakan manusia. Mayoritas
penduduk Indonesia yang beragama islam menjadikan film dengan cerita yang
berbaur agama terutama film horror yang memacu ketegangan, adrenalin dalam
diri menjadi menarik diproduksi para sutradara film, dengan tujuan pasti
masyarakat akan menontonnya karena merasa sejalan dengan apa yang mereka
anut dan alami dalam kehidupannya. Oleh karena itu hal tersebut memberikan
keuntungan tersendiri bagi para sutradara atau industri film yang ada.

49
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap Film


Qodrat menggunakan Analisis Semiotika Roland Barthes maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :

Komodifikasi agama yang terdapat dalam Film Qodrat mengambil


dari penjabaran Mosco yaitu terdapat bentuk komodifikasi isi dalam
cetrita. Bentuk komodifikasi isi tersebut tertuang pada 6 scene film yaitu
memberikan perubahan makna tujuan dalam ajaran sholat yang dicetitakan
dalam film, penggambaran kehidupan ketika mati suri sesuai dengan
pandangan penulis film, atribut islam yang digunakan dalam film yang
berdasarkan budaya masyarakat, representasi ustadz dalam film yang
digambarkan sebagai pengusir setan atau melakukan ruqyah dan ada yang
mengajarkan hal sesat untuk memperoleh keuntungan dirinya, Ajaran sesat
yang digambarkan dalam film yang dilarang agama, dan proses ruqyah
yang tidak sesuai dengan prosedur ajaran yang lengkap dan tepat
B. Saran

Saran yang dapat disampaikan agar menjadi catatan ataupun dapat


diperhatikan agar ada inovasi terhadap sineas dan perfilman di Indonesia :

1. Bagi sineas atau pecinta film dan penonton, lebih selektif dalam
memilih film jangan mudah terpengaruh akan apa yang diceritakan
dalam film apalagi terhadap film yang memiliki unsur agama
didalamnya, bijaklah agar agama tak hanya di perntungan untuk
memenuhi nilai ekonomi ataukepentingan industri film saja.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar bisa menemukan temuan baru dalam bentuk
komodifikasi lain pada penelitian serupa yang mengangkat film horror
kedepannya agar film tak hanya sebagai media yang kita tonton lalu tidak
pedulikan makna tersirat yang akan berdampak nantinya terhadap
kehidupan

50
DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, E., Erdinayaini, L., & Karlina, S. (2004). Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Aulia, W. (2021). Representasi Komodifikasi Simbol Religi Dalam Serial Film


Messiah(Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Tokoh Payam
Golshiri).
Defianti, I. (2022). Alasan Psikologis Mengapa Orang Suka Film Horor – News
Liputan6.com.
https://www.liputan6.com/news/read/4967441/alasan-psikologis-
mengapa-orang-suka-film-horor
Fajar, R. P. A. L., & Lestari, T. (2021). Pengaruh Film Horror Terhadap
PerkembanganKepribadian dan Emosional Anak, Vol. 05 No. 1.
Herman, A. (2023). “Representasi Nilai Keislaman dalam Film Qodrat”.
Irsyadi, M. T. (2020). Analisis Semiotik Komodifikasi Nilai Agama dalam
Iklan LuwakWhite Koffie Versi Ustad Taufiqurahman Ramadan
2020.
Isnaini, I. (2020). Komodifikasi Nilai Keislaman Dalam Film 99 Cahaya di
Langit Eropa.
Kartika, B. A. (2015). “Komodifikasi Histori dalam Sinema Indonesia, Volume
9,Nomor 1.
Kristina. (2022). 10 Dalil Perintah Sholat dalam Al-Quran.
https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6451529/10-dalil-sholat dalam-al-
quran
Lailatul, Q. (2023). Visualisasi Nilai-nilai Qur'ani Film Qodrat.
Listyorini, R. (2023). Komodifikasi Agama dalam Film Iqro: My
Universe.
Pasmawati, H. (2018). Fenomena Gangguan Kesurupan (Dalam Perspetif
Islam danPsikologi), Volume 7, No 1.
Rofiqoh, A. (2020). Sholat dan Kesehatan Jasmani, Vol.4 No 1.
Sari, F. N. I. (2015). Konstruksi Agama dan Identitas dalam Film Cinta Tapi
Beda.
Setiawan, I., & Haryanto, D. (2016). Komodifikasi Agama pada Media Sinema

51
Sebagai Strategi Jualan Industri Perfilman Indonesia.
Sukri, S. A. L. (2021). Komodifikasi Agama dalam Iklan Produk Kecantikan di
Televisi.
Tifani, S. N. (2022). Komodifikasi Agama dalam Iklan Marketplace: Studi
Pada Shopee Barokah.
Wibisono, A. A., & Vera, N. (2022). Komodifikasi Agama dalam
Program Religi Siraman Qalbu di MNC TV, Vol 6, No 2.

Yulistiani, A. (2022). Komodifikasi Pesan Dakwah dalam Film Pendek Yatim


yang Terzalimi : Analisis Semiotika Rolland Barthes.
Yusriyah, K. (2013). Komodifikasi Agama di Balik Sinetron Religi, Vol 7, No 9.

52
LAMPIRAN

53
54
55
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73

Anda mungkin juga menyukai