SKRIPSI
Disusun oleh:
Arifa Maharani
20.96.2124
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI S1-Ilmu Komunikasi
FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
TAHUN 2023
Komodifikasi Agama dalam Film Qodrat
( Analisis Semiotika Roland Barthes)
SKRIPSI
Disusun oleh:
Arifa Maharani
20.96.2124
PROGRAM SARJANA
PROGRAM STUDI S1-ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS EKONOMI DAN SOSIAL
UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA
TAHUN 2023
1
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
Arifa Maharani
NIM 20.96.2124
21 Desember 2023
Dosen Pembimbing,
2
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
Komodifikasi Agama dalam Film Qodrat
( Analisis Semiotika Roland Barthes)
Arifa Maharani
20.96.2124
...........................
NIK. 19030……
...........................
NIK. 19030……
...........................
NIK. 19030……
3
PERNYATAAN ORISINALITAS
Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan bahwa, skripsi ini merupakan
karya saya sendiri (ASLI), dan isi dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah
diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademis di suatu institusi
pendidikan tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat
karya atau pendapat yang pernah ditulis dan/atau diterbitkan oleh orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka.
Segala sesuatu yang terkait dengan naskah dan karya yang telah dibuat adalah
menjadi tanggungjawab saya pribadi.
Arifa Maharani
20.96.2124
4
HALAMAN PERSEMBAHAN
Segala puji syukur kepada Allah S.W.T yang telah melancarkan dalam penyusunan
skripsi ini. Rasa penuh syukur dan terimakasih skripsi ini dipersembahkan
kepada:
1. Allah SWT karena atas kehendak-NYA penulis masih diberikan
kesempatan serta kelancaran mampu menyelesaikan skrpsi ini.
2. Ayah saya Ridwan yang telah bekerja keras membiayai penulis hingga
sampai pada tahap akhir yaitu penulisan skripsi dan tak henti menasehati
serta menyemangati saya dalam penyusunan skripsi ini, serta doanya yang
selalu terlantun untuk putrinya ini.
3. Ibu tersayang Yuli Frida Wati atas doanya dan semangatnya hinga
putrinya mampu menyusun skrpsi ini dengan lancar dan sukses hingga
akhir.
4. Adik saya terbaik yang selalu menyemangati saya dengan celotehmya
hingga saya mampu tergerak menyelesaikan skripsi ini.
5. Arief Hardian yang selalu memberikan support baik bahu, pundak, waktu,
material, perhatiannya selama penulisan hingga akhir.
6. Hanifah Zulfa Indah yang tak henti memberi semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi.
7. Dyah Hayu teman satu-satunya saya di perkuliahan yang setia menemani
saya serta begitu baik mendengarkan serta mendukung saya dalam hal
apapun, semoga kita bisa wisuda barengan amin.
8. Teman kecil saya Arum, Cheryl, Vanes terimakasih selalu mendengarkan
curhatan serta keluhan saya dan semangatnya dalam penyusunan skripsi
ini.
9. Teman saya Erma atas perhatiannya dan semangatnya serta keinginannya
untuk datang ke wisuda saya nantinya.
10. Kim Taehyung dan BTS yang selalu membangkitkan semangat saya ketika
lelah dalam penyelesaian skripsi ini.
11. Seluruh keluarga serta saudara saya yang selalu mendoakan saya dalam
kesuksesan penulisan skripsi ini.
5
KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
taufik, serta karunia-NYA, sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan judul
“Komodifikasi Agama dalam Film Qodrat ( Analisis Semiotika Roland
Barthes)”. Penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam memenuhi
kelulusan dalam perkuliahan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas
Amikom Yogyakarta. Terimakasih penulis ucapkan terhadap semua pihak atas
bantuan, dukungan, bimbingan dalam terselesaikannya penelitian ini, yaitu kepada :
Arifa Maharani
6
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................iii
PERNYATAN ORISINALITAS ..........................................................................iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v
KATA PENGANTAR ............................................................................................vi
DAFTAR ISI...........................................................................................................7
DAFTAR TABEL...................................................................................................9
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................................10
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................................11
RINGKASAN .........................................................................................................12
BAB V PENUTUP..................................................................................................50
A. KESIMPULAN ...................................................................................................50
B. SARAN ...............................................................................................................50
8
DAFTAR TABEL
9
DAFTAR GAMBAR
10
DAFTAR LAMPIRAN
11
SUMMARY
The Qodrat film is a horror genre film that combines religious elements into the
content of the story, depicted through scenes, dialogue, and characters in the film.
Qodrat, who is the main character told in the film, is a cleric who performs ruqyah or
exorcism on people who are possessed. The Film Qodrat was released in Indonesia on
27 October 2022, shown in cinemas and also shown in other countries, namely
Malaysia, Brunei and Singapore. After premiering in cinemas, the Film Qodrat was
also shown on the paid streaming application Prime Video which can be accessed by
the whole world. This research method uses qualitative by collecting data from scenes
and dialogue in the Film Qodrat. The aim of this research is to analyze the existence
of forms of religious commodification in films through Roland Barthes' semiotic
analysis which is grouped into denotation, connotation and myth. The data collection
technique in the research was carried out by observation, namely observing scenes
containing elements of religious commodification in the Film Qodrat. The results of
this research found a form of commodification contained in the Qodrat film, namely
the commodification of the story content, namely prayer, depictions of suspended
animation, Islamic attributes, representations of ustadz, and ruqyah. This is part of
the teachings contained in the Islamic religion, in the Film Qodrat Islamic teachings
are mixed with the existing cultural habits of society and presented in the film with
meanings that are not in accordance with Islamic teachings in the Koran. The content
of the story depicted in the Film Qodrat gives the people who watch it a different
perspective regarding Islamic teachings in the film with appropriate teachings.
Keywords : Horror Movie,Religius, Comodification, Semiotics
RINGKASAN
Film Qodrat merupakan film bergenre horror yang memadukan unsur religi
kedalam isi ceritanya, digambarkan melalui adegan, dialog, karakter tokoh dalam
film. Qodrat yang merupakan tokoh utama yang diceritakan dalam film
merupakan seorang ustadz yang melakukan ruqyah atau pengusiran setan kepada
masyarakat yang mengalami kerasukan. Film Qodrat rilis di Indonesia pada 27
Oktober 2022 yang ditayangkan di Bioskop dan juga tayang pada negara lain yaitu
Malaysia, Brunei, dan Singapura. Setelah tayang perdana di bioskop Film Qodrat
juga tayang pada sebuah aplikasi streaming berbayar Prime Video yang dapat
diakses seluruh masyarakat dunia. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif
dengan melakukan pengumpulan data dari adegan, dialog pada Film Qodrat.
Tujuan penelitian ini yaitu menganalisis adanya bentuk komodifikasi agama
dalam film melalui analisis semiotika Roland Barthes yang dikelompokan dalam
denotasi, konotasi dan mitos. Teknik pengumpulan data pada penelitian dilakukan
dengan observasi yaitu mengamati adegan yang mengandung unsur komodifikasi
agama dalam Film Qodrat. Hasil dari penelitian ini ditemukan bentuk
komodifikasi yang terdapat dalam Film Qodrat yaitu komodifikasi isi cerita yaitu
sholat, penggambaran mati suri, atribut islam, representasi ustadz, dan ruqyah.
Hal tersebut merupakan bagian ajaran yang terkandung dalam agama islam, dalam
12
Film Qodrat ajaran islam dibaurkan dengan kebiasaan budaya masyarakat yang
ada serta dibawakan dalam film dengan makna yang tidak sesuai ajaran islam
pada Al-Quran. Isi cerita yang digambarkan dalam Film Qodrat memberikan
persepsi pandangan lain kepada masyarakat yang menontonnya terhadap ajaran
islam yang ada pada film dengan ajaran yang sesuai.
13
BAB I
PENDAHULUAN
14
dibandingkan konten atau tema lainnya. (Haryanto dan Aris, 2017).
Irwansyah (2009) dalam penelitian Haryanto, mendefinisikan memproduksi
film ditujukan untuk kepentingan materialisasi atau untuk mencari uang. Karena
hal tersebut tentunya film yang diproduksi pasti harus berdasarkan kesukaan
pembeli yaitu penonton film. Film diproduksi tidak mungkin hanya menyasar
sedikit orang akan tetapi juga harus melaui perhitungan untung serta rugi.
Dalam Qomariyah (2023), menjelaskan bahwa film bergenre religi Islami
adalah film yang dibuat oleh umat Islam untuk tujuan dakwah dan dibuat
audiovisual sebanyak mungkin agar penonton mengetahui dan mengira bahwa
film tersebut adalah film Islami. Tergantung genrenya, film selalu menampilkan
idiom/simbol ajaran agama Islam seperti ibadah kepada Allah SWT, Shalat,
membaca Al-Quran, memakai pakaian islami dan melakukan dakwah islam.
Dakwah sendiri merupakan rekonstruksi masyarakat menurut ajaran islam.
Film religi sejarah dan mitos sebelum islam masuk ke nusantara dan
menunjukkan corak yang semakin khas melalui kontak dengan agama baru, seni,
salah satu bentuk ekspresi manusia yang berkembang pesat. Film religi dalam
perfilman Indonesia lebih bercirikan agama dan mitos sejarah, hindu dan budha
yang melekat dalam budaya nusantara, kemudian bergabung dengan budaya Islam
dengan menyebabkan perubahan yang cukup relatif kepada masyarakat Indonesia
dan kemudian dimasukkan ke dalam film sejarah bernuansa islami (Qomariyah,
2023).
Dibandingkan media lainnya, film merupakan media komunikasi yang
efektif. Film juga merupakan merupakan ekspresi budaya yang menyampaikan
pesan dari dang pembuat film kepada penontonnya. Film didefinisikan
mempengaruhi serta membentuk masyarakat berdasarkan isi pesan yang ada di
dalam film (Soboul dalam Pramonojati dan Santoso 2020).
Film merekam suatu realitas yang berkembang dan tumbuh pada
masyarakat , serta diproyeksikan ke layar. Film mampu menyampaikan pesan
berisi informasi serta menggunakan persepsi dan metode kreatif untuk
menyampaikan pemikiran baru pada penontonnya.
Indonesia dalam industri perfilman begitu dekat dengan genre horor. Film
horor berupaya memperoleh respons emosional dari penontonnya dengan
mengeksploitasi ketakutan utama mereka. Film horor didesain memiliki adegan
yang mengejutkan penontonnya, dengan memberikan kejadian menyeramkan serta
15
fenomena paranormal yang merupakan tema umum. Film horor juga seringkali
berkaitan dengan fenomena paranormal seperti hantu dan makhluk halus. Hal ini
juga perlu dilakukan, karena tujuan film horor sendiri adalah untuk memancing
reaksi ketakutan dari penontonnya.
16
penyajian cerita dengan dibaurkan ajaran agama yang dilakukan dalam pengusiran
setan atau proses ruqyah, serta juga ritual ilmu hitam.
Film horror baru yang akan tayang pada layar lebar menjadikan banyak
orang penasaran karena film horror menyajikan poster serta promosi filmnya yang
cukup gencar pada media sosial sehingga menyebabkan masyarakat menjadi segera
ingin menontonnya. Pada dasarnya film horror sendiri jarang menyajikan atau
memberikan pesan dakwah karena pada tujuan film horror sendiri yaitu sebagai
hiburan atau menjadi adrenalin para penonton hingga membuat penonton ketagihan
dalam melihatnya (Herman, 2023).
Film religi yaitu film yang mengisahkan kehidupan manusia beragama
sesuai syariat Al-Qur’an dan hadist. Film religi menjadi trend para sutradara,
karena memberikan nilai edukasi yang dipadukan dengan nilai agama dengan
mengajarkan perilaku baik yang cocok untuk pasar Indonesia (Listyorini, 2023).
Film horror bernuansa religi banyak diproduksi sutradara di Indonesia dan
tenyata banyak mendapatkan perhatian masyarakat, berdasarkan laman media
berita Liputan6.com yang diunggah pada 22 Mei 2022 oleh Ika Defianti, Psikolog
Rini Hapsari Santosa menyatakan bahwa alasan masyarakat menyukai film horror
karena film horror mempunyai suatu sisi mistik serta misterius yang memiliki daya
tarik bagi masyarakat. Tema horror menjadi teasa dekat dengan masyarakat
Indonesia yang punya latar belakang budaya serta kepercayaan. Mistis yaitu
merasa berada dalam perbatasan antara suatu khayalan fiksi atau kenyataan. Film
horror menjadi menarik dijelaskannya juga karena mengundang rasa ingin tahu dan
perdebatan menjadikannya daya tarik bagi masyarakat dalam menontonnya.
Berikut beberapa film horror bernuansa religi atau agama yang telah diproduksi dari
tahun ke tahun beserta jumlah penontonnya :
Tab 1.1 Film Horror Religi
17
Tabel yang tertera diatas menunjukkan bahwa tenyata film bergenre horror
religi mempunyai banyak peminat dilihat dari data jumlah penonton film yang terus
meningkat setiap tahunnya dari 2019-2022 hingga mencapai 1,7 juta penonton.
Penduduk Indonesia dilansir dari laman website kementerian agama, disebutkan
bahwa jumlah penduduk mayoritas beragama islam yaitu muslim mencapai
229,62 juta jiwa atau sekitar 87,2% dari total penduduk yang ada di Indonesia.
Penulis tertarik meneliti Film Qodrat karena diantara film horror religi
keluaran tahun mulai dari 2019 hingga 2022 Qodrat memiliki jumlah tayang yang
paling banyak serta ditayangkan pula pada beberapa negara selain Indonesia
yaitu Malaysia, Brunei, dan Singapura dengan penonton yang mencapai 3 juta.
Film Qodrat mengangkat tema pengusiran setan atau eksorsis dengan dipadukan
unsur agama didalamnya. Film Qodrat meraih tiga penghargaan yaitu Piala Tuti
Indra Malaon, Festival Film Bandung untuk penata editing dan sutradara pada
tahun 2023. Segi cerita Film Qodrat berdasarkan sebuah cerita yang relate dengan
hidup masyarakat Inonesia. Penelitian ini nantinya akan dilakukan dengan
mendeskripsikan bentuk komodifikasi agama yang terdapat dalam adegan Film
Qodrat.
1.2 Rumusan Masalah
18
Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah diatas yaitu untuk
mendeskripsikan bentuk komodifikasi agama yang terdapat dalam Film Qodrat.
1.5 Manfaat Penelitian
20
menekankan sertifikasi halal. Dalam iklan tersebut menyebutkan bahwa “Wardah”
dengan simbol halal tersebut selalu menampilkan seorang wanita berjilbab yang
merupakan simbol agama atau religi bagi wanita muslim. Penelitian tersebut
menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan menggunakan analisis semiotika
dari Roland Barthes dan memakai paradigma kritis. Hasil dari penelitian tersebut
yaitu tedapat tiga bentuk komodifikasi agama dalam iklan “Wardah” ditunjukan
dengan iklan yang berlabel halal, pertama adalah penggunaan gambar muslim
menjadi bentu pengekspresian jati diri. Kedua, penggunaan karakter muslim
sebagai objek yang berpengaruh bagi citra sertifikasi halal. Ketiga adalah
penggunaan teks atau konten iklan yang jauh dari penggunaan pesan islami itu
sendiri. Persamaan dari penelitian ini yaitu sama-sama melakukan analisis
semiotika dan membahas mengenai komodifikasi agama, sedangkan perbedaan dari
penelitian ini terletak pada pokok bahasan penelitian yang mana penelitian ini
menggunakan periklanan dan lebih fokus pada perempuan.
Penelitian dalam Iklan Televisi Ramadhan yang ditulis oleh Abadi pada
tahun 2019 dengan judul “Komodifikasi Agama dalam Iklan TV Ramadhan
(Analisis Semiotika Iklan TV Ramadhan Versi Ramadhan 2017)” fokus utama
penelitian pada iklan televisi yang dimiliki oleh Ramayana Departement Store pada
tahun 2017 dengan judul “Bahagianya adalah Bahagiaku” dilakukan wawancara
dengan sutradara pembuat iklan untuk memperkuat data penelitian. Penelitian
tersebut memperoleh hasil bahwa konsep semiotika beroperasi dalam proses tanda,
petanda dan penanda, penemuan sebuah mitos dalam mempertahankan ideologi
konsumtif serta kapitalisme, yang dikemas kedalam nilai-nilai sakral doktrin
agama. Konsep simulacrum yang melibatkan pembuatan bentuk komersial dalam
durasi 3,15 menit tampaknya merupakan proposisi yang natural dan logis. Bahkan
juga realitas yang dikonstruksikan dalam iklan-iklan tersebut seringkali
bertentangan dengan kehidupan nyata. Persamaan yang terdapat dalam penelitian
ini adalah penggunaan analisis semiotika yang sama membahas mengenai proses
komodifikasi agama dalam film. Sedangkan untuk perbedaannya yaitu penelitian
tersebut berupaya menggali mitos serta ideologi yang dikonstruksi kedalam sebuah
iklan komersial televisi.
21
Skripsi karya Wivio Aulia pada tahun 2021, mahasiswa jurusan Ilmu
Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta dengan
berjudul “Representasi Komodifikasi Simbol Religi dalam Serial Film Messiah
(Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Tokoh Payam Golshiri)”. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa dalam serial Film Messiah terdapat bentuk
representasi komodifikasi, sebagaimana dijelaskan dalam penelitian bahwa film
bertemakan islam merupakan suatu bentuk komodifikasi agama yang dalam proses
produksinya dibaurkan dengan budaya yang sedang populer serta menjadi tontonan
yang dapat dijual pada khalayak ramai karena pada industri perfilman suatu aspek
ekonomi atau motif laba merupakan aspek yang dominan daripada aspek religi. Hal
tersebut menjadi peluang bagi industri perfilman untuk meraih aspek ekonomi
ataupun motif laba dari film dalam menghadirkan sebuah tayangan. Menggunakan
metode analisis semiotika Roland Barthes yang didasarkan pada penanda serta
pertanda yang terdapat pada konotasi, tataran denotasi, serta mitos. Persamaan
penelitian tersebut yaitu membahas mengenai analisis semiotika mengenai
komodifikasi agama serta bersifat deskriptif kualitatif. Perbedaan penelitian yaitu
pada objek kajian yang diteliti.
1. Komodifikasi Agama
Menurut Mosco dalam Adam (2014) Komodifikasi didesinisikan sebagai
sebuah perubahan nilai guna menjadi nilai tukar. Proses komodifikasi menjelaskan
bahwa suatu hal diproduksi bukan atas nilai guna, melainkan kepada nilai tukar
yang artinya, hal tersebut diproduksi hanya untuk memperoleh kepentingan pasar
(akumulasi modal) saja bukan untuk kegunaan (objektif) bagi
khalayak/masyarakat. Terciptanya komodifikasi karena adanya kebutuhan baik
berupa fisik atau budaya yang dapat diartikan dengan “bermacam cara”.
Ada tiga bentuk komodifikasi yang terdapat didalam media yaitu isi
(adanya perbahan isi pesan serta data yang memiliki makna aslinya menjadi
produk yang bisa dipasarkan), komodifikasi khalayak (media menghasilkan
22
khalayak yang dapat menguntungkan terhadap proses pengiklanan), komodifikasi
tenaga kerja yaitu pemanfaatan pekerja untuk penggerak kegiatan serta distribusi
dalam menghasilkankomoditas barang dan jasa (Ary dan Eka, 2020).
23
juga merupakan "fenomena pasar". Sebagai “fenomena pasar”, umat Islam juga
mengalami proses komersialisasi yang tidak dapat dihindari (Azra, 2008).
Kajian Greg Feeley dan Sally White tentang ``Konsumsi Islam: Agama
yang Dikomodifikasi dan Pietisme Aspirasional di Indonesia Modern'' (2008)
menggunakan istilah komersialisasi untuk mengartikan suatu komoditi atau obyek
yang diperjualbelikan, disebutkan berasal dari suatu komoditi. Komersialisasi
Islam adalah komersialisasi Islam atau pengubahan syiar-syiarnya menjadi
barang-barang yang dapat diperjualbelikan untuk memperoleh keuntungan.
Dalam konteks kapitalisme industri, potensi besar pasar Islam telah
melahirkan hukum pasar yang disebut sisi penawaran dan permintaan. Di sisi
penawaran, industri tidak hanya menjamin permintaan tetapi juga aktif
mengkonstruksi selera, citra, nalar, dan selera sebagai bagian dari gaya hidup
masyarakat Islam modern.
Dari sisi permintaan, meningkatnya jumlah umat Islam kelas menengah
(middle-class Muslim) di berbagai negara di dunia menyebabkan meningkatnya
permintaan terhadap aroma, rasa, citra, hasrat, dan ikon gaya hidup masyarakat
Islam modern. Hal ini membuat proses komersialisasi tidak dapat dihindari
(Rozaki, 2013).
Ary dan Eka (2020), Komodifikasi Agama merupakan proses
mengkomersialisasikan ajaran agama atau mengubah simbol yang ada didalamnya
menjadi sebuah komoditas yang dapat diperjual belikan demi memperoleh
keuntungan. Konsep kapitalisme industri potensi pasaran umat muslim yang cukup
besar jumlahnya menciptakan suatu hukum pasar yaitu supply side serta demand
side yang dapat diartikan sebagai industri dari sisi supply tidak hanya menyajikan
permintaan atas dasar kebutuhan akan tetapi juga mengkonstruksi sebuah cita rasa,
nalar, imajinasi, serta selera sebagai lifestyle masyarakat muslim modern.
Sedangkan dari sisi demand, meningkatnya kelas menengah muslm di penjuru
negara dunia, muncul permintaan selera, cita rasa, imajinasi, hasrat, kenikmatan,
lambang gaya hidup masyarakat islam modern. Dengan jumlah pemeluk agama
khususnya muslim yang besar populasinya hingga mencapai miliaran jiwa di
seluruh dunia hal tersebut menjadikan sebuah gejala pasar serta pangsa pasar yang
berpotensial dan tidak dihindarkan dari konsep supply side dan demand side.
24
Komodifikasi agama yang terdapat dalam film dapat diperjual belikan atau
dipasarkan kepada penonton dengan sebuah tujuan tertentu. Menurut Hakam
(2016), Media Islam yang disajikan dengan cara segar, menarik, dan ramah
terhadap budaya kapitalis yang ada pada perkotaan, membuat agama menjadi suatu
hiburan daripada sesuatu yang sakral. Fakhruroji mendefinisikan bahwa
terbentuknya suatu komodifikasi tidak menciptakan suatu bentuk atau gerakan yang
bersifat keagamaan baru, melainkan memanfaatkan agama sebagai objek yang
mempunyai fungsi spiritual hingga menjadi barang yang layak dikonsumsi
masyarakat.
Haryanto (2017) menjabarkan bahwa agama yang selama ini bersifat private
serta relasi antara sang pencipta dengan manusia, melalui praktik komodifikasi
diposisikan sebagai produk yang bisa diperjual belikan kepada penonton film.
Penentuan dalam proses komodifikasi film dipilih berdasarkan dari konten narasi
film serta estetika sinematografi. Film berbasis agama di tengah industri perfilman
secara ekonomi sudah terukur dengan jelas dari segi kentungan capital. Adanya
kedekatan emosional antara tokoh dengan penonton yang beralasan agama dapat
dimanipulasi para sineas agar penonton datang untuk menonton. Disebutkan dalam
penelitianya tersebut film yang dikaji yaitu Sang Pencerah dengan mengisahkan
tokoh muslim Muhammadiyah, pasti akan menonton film tersebut padahal jika
dilihat umat Muhammadiyah sendiri diikuti oleh ribuan bahkan jutaan orang di
Indonesia. Dari hal tersebut dapat diperkirakan keuntungan finansial karena
penonton secara tidak langsung sudah terhitung dari hal tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan dari penjabaran diatas bahwa komodifikasi agama
merupakan upaya komersialisasi agama ataupun upaya menjadikan aspek agama
serta simbol-simbol agama menjadi barang yang dapat diperdagangkan atau
bernilai tukar ekonomi yang menguntungkan.
25
konvensi sosial yang sebelumnya sudah ditetapkan, dianggap dapat mewakili
sesuatu yang lain. Semiotika dengan kata lain mempunyai peran sebagai decoding
dari pencipta agar masyarakat mampu menerjemahkan serta memahami makna
yang terdapat dalam simbol-simbol tersebut.
Roland Barthes memaknai semiotika sebagai sebuah tanda yang memaknai
hal di sekitarnya. Objek diartikannya sebagai tanda yang memiliki suatu pesan
tersirat. Menurut Vera (2014), pemikiran Barthes tanda tersebut disesuaikan dengan
semiologi Saussure dengan penandaan konotatif serta mitos. Barthes membagi
tanda tersebut dalam beberapa aspek yaitu denotasi, konotasi, serta mitos. Denotasi
merupakan kata yang maknanya ditemukan dalam suatu kamus dengan
mengungkapkan makna dari yang dilihat oleh mata yang berarti denotasi itu sendiri
yaitu sebagai sebuah makna sebenarnya. Sedangkan konotasi dimaknai
mengungkapkan makna yang terkandung dalam suatu tanda.
Mitos juga merupakan kerangka aspek dalam Barthes yang bermakna beda
dengan arti ‘mitos’ yang diyakini oleh masyarakat. Barthes mengartikan mitos
sebagai suatu bahasa dan pesan. Dalam semiotika tanda merupakan konsep utama
untuk membantu manusia dalam memaknai pesan yang dimaksudkan. Tanda secara
sederhana dapat berbentuk fisik atau visual yang dapat merepresentasikan sesuatu
selain dirinya. ( Danesi dalam Jurnal Rahmawati, Rivaldi, dan Saida, 2020).
Semiotika Roland Barthes dipilih penulis dalam penelitian ini karena dalam
pemikiran Barthes yang mengelompokkan simbol kedalam tiga aspek yaitu
denotasi, konotasi, dan mitos dengan fokus kepada mitos yang tidak ada dalam
elemen penting dalam mencari sesuatu yang tidak terlihat kenapa agama
dikomodifikasi pada adegan, dialog, scene yang memiliki pesan atau makna yang
sebenarnya sesuai dengan permasalahan penelitian yaitu bentuk komodifikasi
agama yang terdapat dalam Film Qodrat.
3. Kerangka Berpikir
Film Qodrat
Denotasi
Konotasi Mitos
Gambar 1.1
Sumber : Penulis
27
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
a. Data Primer
28
pertanyaan penelitian karena data dianggap lebih akurat dengan disajikan
secara terperinci.
Data primer dalam penelitian ini didapatkan dengan potongan scene
yang terpilih menjadi 6 scene yaitu scene 1, 3, 5, 18, 20, 21 berdasarkan
rumusan masalah yang tertera yaitu yang terdapat bentuk komodifikasi
atau simbol agama islam dalam Film Qodrat langsung yaitu menonton
Film Qodrat melalui aplikasi prime video lalu mengambil gambarnya
(dokumentasi) yang menunjukan adanya komodifikasi dalam Film Qodrat
dengan melakukan screenshoot.
b. Data Sekunder
Data dalam penelitian ini diperoleh peneliti dengan cara sebagai berikut :
1. Studi Pustaka
29
Observasi penelitian digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian dengan cara pengamatan dan pengindraan dengan tujuan
menganalisa data penelitian agar memperoleh pemahaman serta
pemaparan jawaban terhadap masalah penelitian (Bungin, 2016).
Observasi dalam penelitian ini merupakan observasi partisipan yaitu
30
masalah penelitian yang akan dijawab nantinya (Samuheri, 2018).
Penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif yaitu sebagai berikut :
a. Reduksi data yaitu suatu cara memilah atau merangkum hal-hal pokok
dalam penelitian (Miawaty, 2022). Reduksi data penelitian ini
dilakukan dengan cara memilah atau mengelompokkan tiap scene atau
adegan pada film yang merupakan objek yang akan dilakukan analisis
agar peneliti mudah dalam mengamati indikator yang akan diteliti dan
kemudian akan diseleksi melalui klasifikasi sesuai peran pemain di
Film Qodrat.
b. Interpretasi atau penyajian data merupakan informasi yang tesusun
dalam penelitian yang memberi kemungkinan dalam penarikan
kesimpulan serta adanya pengambilan tindakan (Miawaty, 2022).
Interpretasi penelitian ini dilakukan dengan menyajikan peristiwa
dalam Film Qodrat yang akan memudahkan penulis dalam
menemukan informasi dengan menggunakan analisis wacana adegan
dalam Film Qodrat mengenai komodifikasi agama yang terdapat
didalam film.
c. Simpulan dijabarkan oleh Miawaty (2022) dalam skripsinya sebagai
proses yang dilakukan dari awal pendataan, kemudian dirangkum atas
permasalahan dilapangan, lalu melakukan pencatatan hingga menarik
simpulan. Simpulan penelitian ini akan berisi rangkuman dan gagasan
inti berdasarkan tahapan diatas untuk menemukan komodifikasi yang
digambarkan dalam Film Qodrat.
31
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Qodrat.
3 Ibu-ibu di Perkumpul Pengajian dilaukan
Desa Kober an ibu-ibu untuk membantu
33
membantu
salah satu
warga yang
anaknya
tengah
kerasukan
yang tak
kunjung
sembuh.
4 Qodrat yang Jaffar dan Sesuatu yang
sedang Qodrat merupaan
34
5 Jaffar yang Ritual yang Menyembah
sedang dilakukan kepada berhala atau
melakuka n Jaffar selain Allah
ritual ditujukan merupakan hal
kepada untuk syirik yang
Scene 20
berhala. membuat
dilakukan untuk
penduduk
memenuhi hawa
desa sakit
agar ia nafsu atau
dapat
kepentingan
menyembu
individu sendiri.
han mereka
dan
memperol
eh
keuntunga
6 Qodrat yang Pelantunan Proses ruqyah
sedang ayat suci dalam ajaran islam
melantunk Al-Quran yaitu dengan
an ayat dilakukan pembacaan ayat al-
suci al- untuk quran dilakukan
Scene 21 quran untuk pengusiran untuk mengusir
Yasmin. setan atau setan atau jin
jin ataupun ataupun iblis yang
iblis yang merasuki tubuh
sedang seseorang.
merasuki
tubuh
Yasmin.
35
Film Qodrat berupa adanya suatu tindakan oleh para pemeran pada dialog film
untuk mempengaruhi serta merubah pola pandang dan pikir penonton terhadap
agama islam.
Film Qodrat menyampaikan pesan mengenai perjalanan Qodrat sebagai
seorang ustadz yang melawan kekecewaan terhadap dirinya yang gagal meruqyah
anaknya dan selalu diganggu oleh jin Asuala hingga akhirnya ia kembali melakukan
kewajibannya melakukan ruqyah untuk membantu menyembuhkan masyarakat di
desanya dari gangguan jin.
Komodifikasi agama terjadi ketika agama pada masyarakat dikomodifikasi
dan mempengaruhi aktivitas masyarakat terhadap lingkungan sosialnya. Film
ini mempengaruhi pola pikir masyarakat mengenai jin dan manusia hingga dapat
membinasakan manusia padahal dalam islam hal tersebut masih banyak
diperselisihkan karena sesungguhnya kematian hanya diketahui dan terjadi karena
Allah S.W.T untuk itu sebagai manusia hanya perlu selalu tawakkal dan tidak takut
sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 76 yang artinya :
“Perangilah para pasukan setan, sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.” (QS.
An-Nisa: 76).
B. Pembahasan Hasil Analisis Komodifikasi Agama yang Terdapat
dalamFilm Qodrat
Setelah melakukan analisa secara mendalam pada tiap scene dalam
Film Qodrat menggunakan teori semiotika Roland Barthes, bentuk komodifikasi
yang terdapat dalam Film Qodrat yaitu komodifikasi isi cerita sebagaimana
dijabarkan oleh Mosco sebagai suatu proses mengubah nilai guna suatu informasi
atau pesan yang menjadi suatu hal yan dapat diperjualkan dan bernilai ekonomi (
Mosco dalam Fikry, 2017). Komodifikasi isi juga dijabarkan sebagai sesuatu yang
bisa dilihat secara kasat mata yang terjadi pada sebuah konten isi dalam film
(Adrie, 2022). Film Qodrat memiliki komodifikasi isi di dalamnya yang mana
akan dianalisis sebagai berikut :
Scene 1 : Dijelaskan bahwa dalam scene 1 merupakan komodifikasi
makna dalam sholat yang dalam adegan film digambarkan dengan sebuah ajakan
untuk sholat dari teman Qodrat “Di Subuhlah agar senantiasa kamu mendapatkan
rezeki”.
36
Analisis Semiotika Roland Barthes Scene 1
Signifer I Signified I
Sajadah Gerakan melipat sajadah yang
Dialog dilakukan aktor dalam adegan,
Dialog aktor yang mengucapkan “Di
Subuhlah Agar Kau Mendapat
Rezeki”.
Signifer II Signified II
Melipat sajadah bermakna bahwa Rezeki akan diperoleh dengan
telah selesai melaksanakan sholat melaksanakan sholat yang
karena sajadah merupakan atribut merupakan perintah Allah.
untuk sholat. Dialog “Di Subuhlah
Agar Kau Mendapat Rezeki.”
menandakan ajakan untuk
melaksanakan sholat shubuh agar
sholat dapat membawakan rezeki.
Mitos
Scene 1 menjelaskan bahwa rezeki dapat diperoleh dengan melaksanakan
sholat, karena dengan melaksanakan perintah Allah akan ada kemudahan yang
diberikan oleh-Nya.
37
lengkap berupa etika, moral, serta petunjuk di bidang sosial, ekonomi, dan politik
(Esposito dalam Gunawan, 2017).
Perkembangan budaya populer islam kian berkembang pesat dalam
penelitian yang dilakukan oleh Meutia (2023) yang mengkaji mengenai fenomena
budaya populer agama islam dengan direpresentasikan melalui film, mulai
bermunculan film bergenre islam yang populer yaitu Ayat-Ayat Cinta,
Assalamualaikum Beijing dengan menampilkan citra kaum muda yang memiliki
ketakwaan serta ketekunan intelektual dan kesadaran moral. Penelitian tersebut
mengungkapkan bahwa film bergenre religi yang populer melahirkan
kekhawatiran baru dengan mulai hilangnya ruang publik yang seharusnya mampu
mengatasi masalah sosial akan tetapi membawa penontonnya menuju imaji
hipperealitas mengenai muslim yang kekinian.
Agama islam karena merupakan agama ketuhanan mengajarkan
umatnya untuk menunaikan ibadah sholat karena sholat merupakan suatu
kewajiban umat muslim berdasarkan dalil Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 45
yang artinya : “Dan lasanakanlah sholat, tunaikan zakat, dan rukuklah beserta
orang yang rujuk”. Serta dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 78 yang artinya
“Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula sholat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh
malaikat)”.
Sholat merupakan kewajiban serta perintah Allah dan sebagai umat muslim
harus dengan ikhlas melaksanakannya hanya karena Allah. Perihal nantinya akan
diberikan sesuai dengan yang kita harapkan itu merupakan suatu rezeki yang diberikan
oleh Allah kepada kita umatnya. Aqidatur (2022) menjelaskan bahwasanya sholat ialah
kewajiban utama umat muslim setelah mengucapkan syahadat yang merupakan syarat
masuk islam. (Aqidatur, 2022)
Bentuk komodifikasi agama pada scene 1 dalam film ditunjukan
dengan pemaknaan arti sholat yang dikemas memiliki perbedaan makna tujuan
dengan apa yang diajarkan dalam islam. Ajakan sholat yang ditujukan kepada
Qodrat agar senantiasa bertujuan untuk mendapat rezeki, akan tetapi sholat harus
dilasanakan karena merupakan kewajiban dan tidak hanya melaksanakannya saja
ketika ada maunya kepada Allah. Dilansir dari laman kemenag yang ditulis
Nurkholis (2023), yaitu sholat merupakan tiangnya agama, barangsiapa yang
melaksanakannya tentu akan menegakkan sendi agama dan sebaliknya yang
38
meninggalkannya akan meruntuhkan tiang agama tersebut.
Scene 3 : Penggambaran mati suri yang ditunjukan dalam film dengan
padang pasir setelah Qodrat meninggal dunia.
39
dimaknai hanya ada diri kita dengan sang pencipta, tidak ada lagi hal lain
selain hanya mengingat sang pencipta karena kenikmatan isi dunia tidak akan
dapat dirasakan lagi setelah kematian.
Mati suri didefinisikan dalam hadist qudsi yaitu sebagai pintu dunia
dan akhirat yang dihubungkan dimana prinsip mati suri sendiri hampir sama
dengan keadaan seseorang yang tertidur ketika roh masih terikat dalam tubuh
manusia (Hadi, 2022).
Kematian pasti akan menimpa setiap makhluk yang hidup karena ruh
yang ada dalam makhluk hidup hanya bersifat sementara dan ada masanya untuk
kembali kepada sang pencipta ( Mahmudah dalam Sulistyandi dan Mutrofin
2021).
Studi yang dipublikasikan oleh Martial dalam penelitiannya tahun
2017 berhasil mengumpulkan bermacam pengalaman orang yng pernah mati suri.
Tertulis sekitar 80 persen responden merasa damai ketika mati suri, 69 persen
melihat sebuah cahaya yang terang, dan 64 persen bertemu dengan sosok roh atau
makhluk yang telah meninggal. Hasil dari peneltian tersebut menyimpulkan
bahwa pengalaman mati suri selalu berawal saat roh keluar dari tubuh hingga
kembali lagi.
Keadaan mati suri atau biasa disebut mati samar yaitu suatu keadaan
dimana manusia sudah dalam keadaan meninggal akan tetapi ternyata tidak benar
terjadi. Keadaan tersebut hampir sama dengan kematian somatis dimana otak, hati,
jantung kehilangan fungsinya sementara (Mun’im dalam Sulistyandi dan Mutrofin
2021). Keadaan dalam mati suri juga tidak diketahui seperti apa gambaran
kebenarannya.
Komodifikasi agama dalam scene 3 terjadi ketika dalam film
menggambarkan keadaan ketika mati suri terjadi oleh Qodrat, ketia ia terbangun
dengan tempat yang berbeda dari terakhir kali dia berada, tiba-tiba berada pada
gurun pasir, bajunya yang sudah terganti dengan kain putih panjang, panasnya
terik sinar matahari, lantunan “La Illaha Ilallah” pengingat kepada sang pencipta.
Penggambaran kehidupan setelah kematian atau gambaran mati suri yang
dituangkan dengan perspektif atau ide pencipta film. Pada dasarnya kehidupan
setelah kematian tidak ada yang mengetahui dan merupakan rahasia Illahi, oleh
karena itu dengan penggambaran kehidupan mati suri tentunya dapat mengubah
40
pandangan penonton yang akan terbawa bahwa bayangan mati suri adalah sesuai
yang telah ditonton dalam film.
41
menggunakan pakaian yang panjang atau tertutup dengan dibalur hijab sesuai
dengan aturan ajaran agama ketika menghadap sang pencipta.
43
dengan pakaian panjang untuk memberikan kesan shalih, dan dalam film
diceritakan bahwa ustadz bertugas untuk menyembuhkan orang yang
kesurupan melalui ruqyah dan sebagai ustadz yang melakukan kebaikan karena
Allah tidak boleh melakukan ruqyah dengan tujuan mementingan diri sendiri
tapi haruslah mementingkan keadaan orang lain juga.
47
Yasmin. Lantunan ayat Al-Quran
merupakan bacaan untuk mengusir
setan dari tubuh manusia karena
semua makhluk ciptaan Allah
berupa jin atau setan akan takut
kepada ayat Allah.
Mitos
Scene 21 menceritakan tentang tata cara ruqyah yang dilakukan Ustadz Qodrat
sesuai dengan anjuran islam dengan membacakan ayat Al-Quran kepada
Yasmin yang sedang kesurupan.
49
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Bagi sineas atau pecinta film dan penonton, lebih selektif dalam
memilih film jangan mudah terpengaruh akan apa yang diceritakan
dalam film apalagi terhadap film yang memiliki unsur agama
didalamnya, bijaklah agar agama tak hanya di perntungan untuk
memenuhi nilai ekonomi ataukepentingan industri film saja.
2. Bagi peneliti selanjutnya agar bisa menemukan temuan baru dalam bentuk
komodifikasi lain pada penelitian serupa yang mengangkat film horror
kedepannya agar film tak hanya sebagai media yang kita tonton lalu tidak
pedulikan makna tersirat yang akan berdampak nantinya terhadap
kehidupan
50
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, E., Erdinayaini, L., & Karlina, S. (2004). Komunikasi Massa Suatu
Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
51
Sebagai Strategi Jualan Industri Perfilman Indonesia.
Sukri, S. A. L. (2021). Komodifikasi Agama dalam Iklan Produk Kecantikan di
Televisi.
Tifani, S. N. (2022). Komodifikasi Agama dalam Iklan Marketplace: Studi
Pada Shopee Barokah.
Wibisono, A. A., & Vera, N. (2022). Komodifikasi Agama dalam
Program Religi Siraman Qalbu di MNC TV, Vol 6, No 2.
52
LAMPIRAN
53
54
55
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73