Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM TIFOID

PUSKESMAS RAWAT INAP KEDATON

DISUSUN OLEH:

LIDIYA 22320081

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

TAHUN AJAR 2023/2024


A. DEMAM TYPOID

1. Pengertian
Demam typoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi.
Demam typoid juga dikenals sebagai tipes adalah penyakit infeksi saluran cerna yang
disebabkan oleh bakteri salmonella typhi dan ditemukan dalam dalam tinja dan urin
pasien. Mencuci tangan yang kurang bersih selepas BAK dan BAB dapat menyebabkan
tertularnya penyakit demam tipoid. Selain itu, lalat juga merupakan vector yang dapat
menginfeksi bakteri langsung dari feses ke makanan. (Swasanti (2013) dalam
Novitasari, 2019).

Demam tifoid adalah infeksi akut saluran cerna yang disebabkan oleh salmonella
typhi, merupakan infeksi pada usus halus yang disebabkan oleh bakteri salmonella typhi
atau salmonella paratyphi A,B,C. Demam tifoid ditularkan melalui feses dan rute oral
dan menyerang tubuh manusia melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
(Widoyono 2011 dalam Pujiarto, 2018).

Demam tifoid adalah infeksi akut yang mengenai saluran cerna dengan tanda-
tanda demam yang berlangsung lebih dari 7 hari, gangguan saluran cerna, gangguan
kesadaran dan sering terjadi pada anak usia 12-13 tahun (70%-80%), anak usia 30-40
tahun (10%-20%). (Anwar, 2020).

Jadi demam tifoid merupakan penyakit infeksi saluran cerna yang disebabkan
oleh bakteri salmonella typhi atau salmonella paratyphi A, B, C. dan bakteri ini
ditularkan melalui makanan dan minumam yang terkontaminasi dengan indikasi demam
lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, gangguan kesadaran, serta lebih banyak
melanda pada anak umur 12-13 tahun ( 70-80%), dan umur 30-40 ( 10-20%).

2. Tanda Dan Gejala


Masa tunas 7-14 (rata-rata 3-30 hari, selama inkubasi ditemukan gejala prodromal
(gejala awal tumbuhnya penyakit/ gejala yang tidak khas).
 Perasaan tidak enak badan
 Lesu
 Sakit kepala
 Pusing
 Diare
 Kehilangan nafsu makan
 Batuk
 Nyeri otot (Anwar, 2020).
 Menyusul gejala klinis yang lain demam yang berlangsung 3 minggu (Anwar,
2020).

Dan juga
 Demam 39-40 derajat celcius
 Berkeringat
 Batuk kering
 Ruam merah pada kulit
 Perut membengkak

a. Demam
1) Minggu 1: demam remiten, biasanya menurun pada pagi hari dan
cmeningkat pada sore dan malam hari.
2) Minggu 2: demam terus
3) Minggu 3: demam mulai turun secara berangsur-angsur
b. Gangguan pada saluran pencernaan
1) lidah kotor yaitu ditutupi selaput kecoklatan kotor, ujung dan tepi
kemerahan, jarak diserta tremor.
2) mual berat sampai muntah, bakteri salmonella berkembang biak di hati
dan limpa, akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung
sehingga terjadi rasa mual, dikarenakan mual yang berlebihan akhirnya
makanan tak bisa masuk secara sempurna.
3) diare, sifat bakteri yang menyerang saluran pencernaan sehingga
menyebabkan gangguan penyerapan cairan dan menyebabkan diare. Dan
beberapa kasus terjadi konstipasi.
4) lemas, pusing dan sakit perut, demam yang tinggi menyebabkan rasa lemas,
pembengkak an hati dan limpa menyebabkan sakit perut.

c. gangguan kesadaran

1) apatis hingga somnolen

2) gejala lain yaitu roseola (bintik kemerahan karena emboli hasil dalam kulit)

3. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Terdapat sejumlah pemeriksaan laboratorium yang dilakukan untuk
menunjang diagnosis demam tifoid.pemeriksaan laboratorium itu meliputi:
 Pemeriksaan darah tepi
 Pemeriksaan serologis
 Kultur dengan cara isolasi kuman
 Pemeriksaan molekuler (polymerase chain reaction PCR
Beberapa uji serologis yang dapat digunakan pada demam tifoid yaitu :
1. Tes widal
2. Tes anti s. typhi igM (TUBEX); metode enzyme immunoassay
3. Metode enzyme linked immunosorbent assay (ELISA)
4. Pemeriksaan dipstick
 Pemeriksaan darah perifer
tanpa infeksi sekunder, dapat ditemukan gambaran trombositopenia, mungkin
didapatkan aneosinofelia dan linfasitosis relative, terutama pada fase lanjut,
laju endap darah tidak mempunyai nilai sensitifitas dan spesifisitas untuk
menentukan diagnosis demam tifoid. Dapat ditandai dengan leokopenia dan
linfositosis.

 Uji widal
Uji widal dilakukan untuk mendeteksi antibody terhadap kuman
salmonella typhi
 Uji tubex
Merupakan uji semikuantitatif kolometrik untuk deteksi antibody anti
salmonella typhi . hasil psotif menunjukan infeksi salmonella
serogroup dan tidak spesifik S. tiphy. Infeksi S paratiphymenunjukan
hasil negative.
 Uji Igm Dipstick
Merupakan uji untuk mendeteksi secara khusus IgM spesifik
menggunKn strip yang mengandung antigen lipopolisakaradi S. Typhi
dan anti IgM sebagai control.
 Isolasi dan biakan
Isolasi salmonella typhi merupakan metode gold standar untuk
konfirmasi diagnosis demam tifoid.
 Kultur darah
 Kultur sumsum tulang
Mrupakan gold standar untuk diagnosis pasti demam tifoid.
 Pemeriksaan PCR
Salah satu metode untuk mendeteksi S. Typhi adalah pemeriksaan
PCR (polymerase chain reaction). Dengan mendeteksi DNA (asam
nukleat) gen flagelin bakteri S. typhi dengan tekhnik hibridisasi asam
nuleat atau amplifikasi DNA.

4. Pemeriksaan TUMBANG
Untuk mengukur pertumbuhan bayi, perlu dilakukan pengukuran ti nggi badan,
berat badan, dan lingkar kepala secara berkala.
3 indikator yang dinilai yaitu:

1. Indikator BB/TB
Digunakan untuk mengukur status gizi anak. Dengan membandingkan BB ideal;
ada 6 kategori status gizi anak yang diinterprestasikan dari pengukuran tersebut
yaitu:
 Obesitas
 Gizi berlebih
 Beresiko kurang gizi
 Gizi kurang
 Gizi buruk

2. Indikator TB/U
Indikator TB/U digunakan untuk menentukan status perawakan anak. Caranya
adalah dengan membandingkan tinggi badan si kecil dengan anak lain.
Ada 4 kategori:

 Berat abdan sangat kurang


 Berat badan kurang
 Berat badan normal
 Berat badan lebih

3. Indikator lingkar kepala


Lingkar kepala merupakan indikator yang sering terlupakan untuk diukur. Ada 2
kategori ukuran lingkar kepala:

 Lingkar kepala kecil (mikrosefali)


 Lingkar kepala normal
 Lingkar kepala besar (hidrosepalus)

Aspek aspek perkembangan yang dipantau:


1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yaitu berhubungan dengan
kemampuan untuk melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang
melibatkan otot otot besar.
2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang melibatkan
kemampuan anak untuk melakukan gerakan yang memerlukan otot otot
kecil, menulis, menjepit dll.
3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, bicara,
berkomunikasi.mengikuti perintah dan sebagainya.
4. Sosialisasi dan kemandirian
Adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak,
makan sendiri, membereskan mainan, bersosialisasi dengan
lingkungannya.

Pemeriksaan tumbang dimulai dari 0- dengan 72 bulan. Atau dari 0-6


tahun Pemeriksaan yang dilakukan yaitu:
 KPSP: kuesioner pra skrining perkembangan
 TDD: Tes daya dengar
 TDL: tes daya lihat
 KMPE: kuesioner masalah prilaku emosional
 M-CHAT: modified checklist for autism in toddlers
 GPPH: gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktive
5. Pathways

Sc: padila, 2013

6. Asuhan Keperawatan

PENGKAJIAN BAYI BARU


LAHIR

Nama Mahasiswa: Tempat Praktik :


Tgl. Pengkajian : Jam Pengkajian:

Nama Ayah-Ibu
:
Alamat :
1. Identitas Bayi
a. Nama bayi :
b. Jenis kelamin :
c. Anak ke :
d. Tanggal Lahir :
e. BBL :

2. Identitas Orang Tua


a. Nama :
b. Umur :
c. Agama :
d. Pendidikan :
e. Pekerjaan :
f. Alamat :
g. Cara persalinan :

A. PENGKAJIAN FISIK
C. Umur..........hari.............jam..................

Berat Badan............................................gr Perut O


Panjang Badan......................................cm Lembek
O
Suhu................................................... 0C
Kembun
Lingkar Kepala.....................................cm gO
Lingkar Dada........................................cm Lanugo Benjolan
Lingkar Perut........................................cm Vernix O Bising Usus........X/mnt
KEPALA Mekonium
........................
Bentuk Kepala O Bulat
PUNGGUNG ........................
O Lain-
lain Keadaan Punggung ........................

O
Molding O
O Kaput Simetris
O Cephalhematom O
Asimetris
Ubun-ubun Besar Punggung O Kelainan......................
Kecil
Sutur GENETALIA
a O Normal
Laki-laki
Mata
O Hypospadius
Posisi............
O Epispadius
O Kotoran Testis.................
O Perdarahan
Perempuan
Telinga Posisi.............. Labia minora O Menonjol
Bentuk.............. O Tertutup labia mayora
O Lubang Keluaran...................
telinga
O
Keluara
n

Anus Kelainan.................
Mulut O Simetris
EKSTREMITAS
O Palatum mole O
Jari tangan Jari kaki
Palatum Durum O Gigi O Kelainan..................
O Kelainan..................
Hidung O Lubang hidung O Pergerakan O Tidak aktif O Asimetris
Keluaran O Pernafasan O Tremor
cuping hidung

Leher O Pergerakan leher Nadi Brachial...............


Femoral..............

TUBUH
Warna O Pink O Pucat Garis telapak .....................................
kaki Posisi
O Cyanosis O Kuning
Kaki..............................
Tangan.........................
Pergerakan O Aktif DATA LAIN
YANG
O Kurang
MENUNJANG
(Lab, Psikososial,
dll)
Dada O Simetris O Asimetris
O Retraksi

KESIMPULAN

Jantung&Paru O Normal
Bunyi nafas O Ngorok O Lain-lain

Pernafasan Denyut ................X/mnt


jantung ................X/mnt

7. Analisa Data

Symptom Etiologi Problem


Ds: pasien mengatakan Proses infeksi Hipertermia
Demam sudah 4 hari yang
lalu, terasa panas, perut sakit
DO: demam 40 derajat
celcius, suhu tubuh panas.
TD: 100/60 x/menit
S: 40 derajat celcius
N: 85x/menit

DS: PX mengatakan susah Ketidakcukupan Konstipasi


BAB, BAB terasa sakit, feses asupan nutrisi
keras.
DO: BAB 4 hari sekali,
mendapatkan obat pencahar,
bising usus menurun,
gerakan peristaltik usus
menurun. Distensi abdomen
DS: px mengatakan perut Infeksi salmonella Diare
terasa melilit, BAB 7 kali
dalam sehari tanpa henti, px
mengatakan lemas
DO: tampak lemas, mata
cekung, peristaltik usus
meningkat 40x/menit
Bab cair.
S: 36,4 derajat celcius
TD: 110/70x/menit
N: 80x/menit
8. Diagnosa Keperawatan

1. hipertermia berhubungan dengan proses infeksi


2. konstipasi berhubungan dengan ketidakcukupan asupan nutri
3. diare berhubungan dengan infeksi salmonella

9. Intervensi Keperawatan.

N Diagnosa Tujuan dan Intervensi


o keperawatan kriteria hasil

1 Hipertermia Setelah 2. Monitor


berhubungan dilakukan suhu tubuh
dengan proses tindakan 3. Monitor
infeksi keperawatan TTV
Ds: pasien selama 2x 24 4. Identifikasi
mengatakan jam, penyebab
Demam sudah diharapkan hipotermia
4 hari yang pasien dapat 5. Monitor
lalu, terasa pulih dengan tanda gejala
panas, perut kriteria: akibat
sakit hipotermia
DO: demam 1. suhu tubuh 6. Lakukan
40 derajat membaik penghangat
celcius, suhu an pasive
tubuh panas. 2 . (pakaia
TD: 100/60 menggigil selimut dan
x/menit berkurang pakaian
S: 40 derajat tebal)
celcius 3 . pucat 7. Lakukan
N: 85x/menit berkurang penghangat
an aktivve
4 . internal
takikardi (cairan
berkurang infus)
8. Anjurkan
5 . takipnea
berkurang
makan atau
SDKI minuman
termoregulasi yang hangat
L. 14134
SDKI manajemen hipotermia 1.14507

2 Konstipasi Setelah 1. Identifika


berhubungan dilakukan si faktor
dengan tindakan resiko
ketidakcukupa keperawatan konstipas
n aupan nutrisi selama 2x 24 i (mis.
jam, diharapkan Asupan
DS: PX
pasien dapat serat
mengatakan
pulih dengan tidak
susah BAB,
kriteria: adekuat,
BAB terasa
asupan
sakit, feses 1 .
cairan
keras. keluhan
tidak ade
defekasi lama
DO: BAB 4 dam sulit kuat)
hari sekali, berkurang 2. Monitor
mendapatkan tanda dan
obat pencahar, 2 . gejala
bising usus mengejan saat konstipas
menurun, defekasi i
gerakan berkurang 3. Identifika
peristaltik usus si status
menurun, 3 . kognitif
distensi peristaltik usus 4. Identifika
abdomen. membaik si

4 .
konsistensi
feses membaik
SDKI eliminasi pengguna
fekal L. 04033 an obat
obatan
penyebab
konstipas
i
5. Batasi
minuman
yang
mengand
ung
kafein
dan
alkohol
6. Berikan
terapi
akupresur
7. Jelaskan
penyebab
dan
faktor
resiko
konstifasi
8. Anjurkan
makanan
berserat
25-30
gram
perhari
9. Kolabora
si dengan
ahli gizi

SDKI pencegahan konstipasi


1.04160
3. Diare Setelah 1. Identifikasi penyebab
berhubungan dilakukan diare (iritasi
dengan infeksi tindakan gastrointestinal, proses
salmonella keperawatan infeksi, ansietas, stress)
selama 2x 24 2. Identifikasi riwayat
Ds: DS: px
jam, diharapkan pemberian makanan
mengatakan
pasien dapat 3. Monitor warna, volume,
perut terasa
pulih dengan frekuensi, dan
melilit, BAB 7
kriteria: konsistensi tinja.
kali dalam
4. Monitor tanda dan gejala
sehari tanpa 1 . pengontrolan
hypovolemia (nadi
henti, px feses membaik
teraba lemah, TD turun,
mengatakan
2 . defekasi turgor kulit turun,
lemas
berkurang mukosa mulut kering
DO: tampak CRT melambat)
3 . 5. Berikan asupan cairan
lemas, mata
frekuensi buang oral (oralit)
cekung,
air besar 6. Pasang infus IV
peristaltik usus
membaik 7. Ambil sample darah
meningkat
40x/menit untuk pemeriksaan LAB
4 .nyeri
8. Anjurkan makanan porsi
abdomen
Bab cair. kecil tapi sering
berkurang
9. Kolaborasi pemberian
S: 36,4 derajat
SDKI fungsi obat
celcius
gastrointestinal
TD: L. 03019
SDKI manajemen diare 1.03101
100/60x/mnt
SDKI
N: 80x/menit kontinensia
fekal L.04035

10. Discharge Planning


Perencanaan pulang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan terutama oleh
perawat. Sebagai persiapan pasien dan keluarga kembali kerumah setelah perawatan
dirumah sakit. Identifikasi kebutuhan pasien merupakan sebuah kewajiban yang harus
dilakukan melalui proses assesmen termasuk memberikan pendidikan kesehatan
kepada pasein dan keluarga (JCI, 2014).
Yulnofaldi (2008) menyatakan bahwa informasi tentang penyakit mereka seperti
nama penyakit, penyebab, hasil, pemeriksaan penunjang, tindakan khusus, bagaimana
perkembangan penyakit, upaya pencegahan, pengobatan dan perawatannya.
Pemberian informasi tentang penyakit tipoid, perawatan semasa demam dan pasca
demam tipoid.
a. Obat
Obat harus diminum secara teratur
b. Hindari makanan yang berserat tinggi dan sedang contoh susu dan daging,
makanan terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam,dan berbumbu tajam
c. Makanan lebih baik dimasak hingga lunak dan di hidangkan pada suhu yang tidak
terlalu panas
d. Makanan yang dianjurkan yaitu: sumber karbohidrat (bubur, nasi tim, roti bakar,
kentang rebus)
e. Makanan yang dianjurkan yaitu protein hewani: daging empuk, hati, ayam, ikan
rebus.
f. Sumber protein nabati: tempe, tahu, susu kedelai
g. Sayuran, buah-buahan
h. Hal hal yang harus diperhatikan: batasi aktivitas, banyak istirahat, makan teratur,
minum obat teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Murzalina, Cut. 2019. Pemeriksaan laboratorium untuk penunjang diagnostik demam tifoid.
Jurnal kesehatan cehadum. Vol 1 No 3 (61-68).
https://jkc.puskadokesa.com/jkc/article/view/42/28

Oky gunawan. (2022, 23 agustus). Discharge plannign thypoid. Diakses pada 5 february 2024
dari https://www.scribd.com/doc/588656646

Rumah sakit universitas udayana. (2019, 23 juli). Demam tifoid. Diakses pada 5 februari 2024
dari https://rs.unud.ac.id/tipes-demam-tifoid/

Universitas bhakti husada semarang. 2023, 12 maret). Konsep dasar demam tifoid. Diakses pada
5 februari dari https://repository.poltekkes.smg.ac.id/index.php/index.php?p=fstream-
pdf&fid=127391&bid=30525

Poltekkes kemenkes semarang. (2016, 20 september). Diakses pada 5 januari 2024 dari
https://repository.poltekkes-smg.ac.id/index.php?p=stream-pdf-fid=112236&bid=28404

Anda mungkin juga menyukai