DOSEN PENGAMPU :
Noorochmat Isdaryanto S.S., M.Si.
DISUSUN OLEH :
Oktavia Simamora (3301422111)
Minna Muyasaroh (3301422027)
Nada Salsabila (3301422024)
A. Latar Belakang
Pancasila merupakan dasar filsafat negara Republik Indonesia yang secara resmi
tercantum dalam pembukaan UUD 1945, dan ditetapkan oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945
bersama-sama dengan UUD 1945. Maka seharusnya setiap warga negara terutama golongan
intelektual untuk mempelajari, mendalami, menghayati seta mengembangkan dalam rangka
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Terdapat dua hal utama yang melatarbelakangi perlunya suatu pedoman untuk
menghayati dan mengamalkan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan negara yaitu
pengamalan serta tugas menyongsong masa depan, yaitu liberalisme dan aktualisasi Pancasila
zaman orde baru.
Untuk pertama kali setelah merdeka diselenggarakan pemilihan umum pada tahun
1955 yang terjadi dalam suasana liberal. Proses pembahasan dasar negara dalam dewan
konstituante yang terlarut-larut itu bisa terjadi karena anggota konstituante telah
meninggalkan konsensus menerima Pancasila sebagai dasar negara, seperti terumus dalam
pembukaan UUD.
Orde Baru lahir sebagai reaksi terhadap penyelewengan yang terjadi dalam
pelaksanaan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa. Motivasi
perjuangannya adalah melaksanakan Pancasila secara murni dan konsekuen. Orde Baru
meletakkan tata kehidupan bernegara dan bermasyarakat diatas azas konstitusional yang
bersumber kepada Pancasila.
Sebagai generasi sat ini, kita tidak ikut merasakan betapa sulitnya mencapai
kemerdekaan, untuk itu generasi sat in harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan
dengan melakukan hal yang positif dan bermanfaat bagi kita sendiri dan orang lain sesuai
dengan Pancasila. Namun pada sat ini Pendidikan Pengamalan dan Penghayatan Pancasila
tidak lagi menjadi pedoman hidup masyarakat Indonesia.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
D. Manfaat Penulisan
2. Sejarah Pembentukan P4
Kelahiran dan tumbuh kembang P-4 didorong oleh situasi kehidupan negara
yang terjadi pada pertengahan tahun 1965. Orde Baru menilai bahwa terjadinya
tragedi nasional, G-30-S/PKI pada tahun 1965, adalah karena bangsa Indonesia tidak
melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 secara muni dan
konsekuen. Setelah bangsa Indonesia mampu mengatasi akibat dari gejolak yang
ditimbulkan oleh gerakan G-30-S/PKI, serta telah mampu untuk menetapkan program
pembangunnya, dirasa perlu untuk membenahi karakter bangsa dengan
mengembangkan sika dan perilaku warganegara sesuai dengan amanat yang tertuang
dalam Undang-Undang Dasarnva.
Maka Majelis Permusyawaratan Rakyat, dalam Sidang Umumnya, pada
tanggal 22 Maret 1978 menetapkan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila.
Dengan demikian pelaksanaan P-4 merupakan kehendak rakyat yang ditetapkan oleh
MPR RI sebagai penjelmaan rakyat, yang wajib dipatuhi. Apabila kita cermati bahwa
penataran P-4 lebih dititik beratkan pada pembinaan moral bangsa yang esensinya
adalah pengendalian diri. Seorang warganegara diharapkan mampu mengendalikan
diri dalam segala aspek kehidupan, diperlukan toleransi yang tinggi, dan tidak
mementingkan diri sendiri. Hanya dengan jalan in maka kebersamaan akan terwujud
dalam masyarakat yang pluralistik
Dalam rangka mengantisipasi gerakan globalisasi yang melanda dunia dan
dalam mempersiapkan diri memasuki millennium ke-3, serta menghadapi tinggal
landas pembangunan, penataran P-4 perlu ditingkatkan. Terbitlah Instruksi Presiden
No. 2 tahun 1994 tentang Peningkatan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila disingkat P2-P. Intinya adalah bagaimana Pancasila sebagai
ideologi terbuka mampu mengantisipasi tantangan zaman. dan bagaimana usaha untuk
meningkatkan kesadaran warganegara akan hak dan kewajibannya sebagai pribadi,
makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai warga masyarakat, dan sebagai warga
bangsa serta warga dunia.
3. Butir - Butir P4
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
(1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
(2) Manusia Indonesia percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar
kemanusiaan yang adil dan beradab.
(3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
(4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
(5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
(6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
(7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
3. Persatuan Indonesia
(1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
(2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
(3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
(4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
(5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
(6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
(7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
b. Aparatur Negara
Rakyat hendaklah berpartisipasi aktif di dalam menciptakan suasana dan
keadaan yang mendorong pelaksanaan P4. Aparatur pemerintah sebagai pelaksana dan
pengabdi kepentingan rakyat harus memahami dan mengatasi permasalahan-
permasalahan yang ada di dalam masyarakat. Sarana dan prasarana dalam
pelaksanaan pengamalan Pancasila perlu disediakan dan memfungsikan lembaga-
lembaga kenegaraan, khususnya lembaga penegak hukum dalam menjamin hak-hak
warga negaranya dan melindungi dari perbuatan-perbuatan tercela.