Anda di halaman 1dari 21

LANDASAN PENDIDIKAN

PANCASILA
OLEH:
SADJIRAN,SH.M.Hum
(8850810016 )
Dinamika Pendidikan Pancasila mengalami
pasang surut dalam pengimplementasinya.

Secara historis upaya pembudayaan atau pewarisan nilai-nilai


Pancasila telah secara konsisten dilakukan sejak awal
kemerdekaan sampai dengan sekarang, namun bentuk dan
intensitasnya berbeda dari zaman ke zaman.
1. Pada awal kemerdekaan pemdudayaan nilai-nilai Pancasila
dalam bentuk-bentuk pidato-pidato para tokoh bangsa dan
rapat-rapat akbar yang disiarkan melalui radio,surat kabar.
2. Pada 1 Juli 1947 diterbitkan sebuah buku yang berisikan
pidato Bung Karno tentang Lahirnya Pancasila.
3. Metode Pembudayaan /Pendidikan Pancasila setelah Dekrit
Presiden 5 Juli 1959, diterbitkan buku oleh Departemen P &K
dengan judul Manusia dan Masyarakat baru Indonesia.
4. TAP MPRS No.XX/MPRS/1966 Pancasila sebagai sumber da-
ri segala sumber hukum,
5. Tap MPR RI,Nomor II/MPR/1978, Tentang Pedoman Peng-
hayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4) yang dikenal dengan
(Ekaprasetya Pancakarsa) yang menjadi salah satu sumber pokok
Pendidikan Pancasila.
6. TAP MPR RI nomor II/MPR/1988 tentang GBHN yang men-
cantumkan bahwa “Pendidikan Pancasila” termasuk menga-
jarkan P4.
7. Undang-Undang No.12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi,pada pasal 35 bahwa setiap program studi Pendidikan
tinggi wajib mengajarkan Pendidikan Pancasila dan Pen-
didikan Kewarganegaraan menjadi Mata Kuliah Umum yang
wajib ada.
5. SK Dirjen Dikti SK nomor 86/DIKTI/KEP/1983, tanggal 5
Desember 1983 tentang Pelaksanaan penataran P-4,pola
serratus jam di Perguruan Tinggi.
6. Instruksi Dirjen Dikti SK nomor 25/DIKTI/KEP/1983,
tentang Penyempurnaan Kurikulum Inti Mata kuliah Dasar
Umum (MKDU) di Perguruan Tinggi
7. Undang-Undang RI Nomor 3 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional,pada pasal 39 ditentukan bahwa
Kurikulum Pendidikan tinggi harus memuat mata kuliah
Pendidikan Pancasila.
8. Peristiwa reformasi pada 1998, lahirlah Ketetapan MPR, Nomor XVIII/ MPR/1998, tentang Pencabutan
Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Ekaprasetia
Pancakarsa), sejak itu Penataran P-4 tidak lagi dilaksanakan.

9. SK Dirjen Dikti, Nomor 38/Dikti/Kep/2002, tentang Rambu-rambu


Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di
Per-guruan Tinggi.

10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003, kembali -


mengurangi langkah pembudayaan Pancasila melalui pendidikan.
Da-lam Undang-Undang tersebut pendidikan Pancasila tidak disebut
sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi sehingga beberapa
universi-tas menggabungkannya dalam materi pendidikan
kewarganegaraan.
11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2012, tentang
Pendidikan Tinggi, yang menetapkan ketentuan bahwa mata kuliah
pendi-dikan Pancasila wajib dimuat dalam kurikulum perguruan
tinggi, yaitu sebagai berikut:
a. Pasal 2, menyebutkan bahwa pendidikan tinggi berdasarkan
Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan
Bhinneka Tunggal Ika.
b. Pasal 35 Ayat (3) menentukan bahwa kurikulum pendidikan
tinggi wajib memuat mata kuliah: agama, Pancasila,
Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia.
LIMA BUTIR GAGASAN
1.Nasionalisme atau kebangsaan indonesia
2.Internasionalisme atau perikemanusiaan
3.Mufakat atau demokrasi
4.Kesejahteraan sosial
5.Ketuhanan yang berkebudayaan
BPUPKI dilantik oleh Letjen Lima dasar negara yang
Kumakichi Harada, dikemukakan ir.soekarno sebagai
panglima tentara ke-16 Jepang di berikut:
Jakarta,pada 28 Mei 1945 dimulailah 1.Nasionalisme atau kebangsaan
sidang yang pertama dengan materi indanesia
pokok pembicaraan calon dasar
2.Internasionlisme atau
negara.pengusul calon dasar negara dalam
sidang BPUPKI adalah ir.Soekarno yang perikemanusiaan
berpidato pada 1 juni 1945. 3.Mufakat atau Demokrasi
4.Kesejahteraan sosial
5.Ketuhanan yang berkebudayaan
Deskripsi
Ditinjau dari asal usulnya, kata “Pancasila” berasal dari bahasa
Sanskerta yang mengandung dua suku kata, yaitu panca dan
syila.
Panca berarti lima dan syila dengan huruf yang dibaca pendek
mempunyai arti satu sendi, dasar, alat, atau asas. Sedangkan syila
dengan pengucapan i panjang (syi:la) berarti peraturan tingkah
laku yang baik, utama atau yang penting. Dengan demikian
Pancasila dapat diartikan lima tingkah
laku utama, atau pelaksanaan lima kesusilaan (Panca syila
krama).
Pengertian pancasila menurut para ahli :

1. Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan kesimpulan bahwa
Pancasila merupakan dasar fasafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa Indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian
pertahanan bangsa dan negara.
2. Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau
peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan démikian, Pancasila merupakan lima dasar
yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting
dan baik.
3. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia secara turun-temurun yang sekian abad
Iamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja
falsafah negara, tetapi Iebih tuas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia

• Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Pancasila adalah fundamental
serta ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan
negara
Landasan Pendidikan Pancasila
Landasan Historis

Landasan Kultural

Landasan Yuridis

Landasan Filosofis
Landasan Historis
Keyakinan bangsa Indonesia telah begitu tinggi terhadap kebenaran nilai-nilai Pancasila
dalam sejarah kenegaraan Negara Indonesia. Pancasila mendapat tempat yang berbeda-beda
da- lam Pandangan rezim pemerintahan yang berkuasa. Penafsiran
Pancasila didominasi oleh pemikiran-pemikiran dari rezim untuk melanggengkan
kekuasaannya. Pada masa Orde lama, Pancasila ditafsirkan dengan nasionalis, agama dan
komunis (Nasakom) yang disebut juga dengan Tri Sila, kemudian diperas lagi menjadi
Eka Sila (gotong royong). Pada masa Orde Baru pancasila harus dihayati dan diamalkan
dengan berpedoman kepada butir-butir yang ditetapkan oleh MPR melalui
Tap. MPR No.II/MPR/1978 tentang P-4. Namun,penafsiran rezim itu membuat kenyataan
dalam masyarakat dan bangsa berbeda dengan nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu, timbulah tuntunan reformasi dalam segala bidang.
Dalam kenyataan ini, MPR melalui Tap. MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara, yang mengandung makna ideologi nasional sebagai
cita-cita dan tujuan Negara.
Landasan Kultural
Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-
nilai yang telah lama tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang dirumuskan
dalam Pancasila bukanlah pemikiran
satu orang, seperti halnya ideologi komunis yang merupakan pemikran dari Karl Marx,
melainkan pemikiran
konseptual dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia, seperti Soekarno, Moh.Hatta, Muhammad
Yamin, Supomo dan
tokoh-tokoh lain.
Sebagai hasil pemikiran dari tokoh-tokoh bangsa indonesia yang digali dari budaya bangsa
sendiri, Pancasila
tidak mengandung nilai-nilai yang terbuka terhadap masuknya nilai-nilai baru yang positif,
baik yang datang dari dalam negeri maupun yang datang dari luar negeri. Dengan demikian
generasi penerus bangsa dapat
memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman .
Landasan Yuridis
Sebelum dikeluarkannya PP No.60 Tahun 1999, keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 30 Tahun 1990
menetapkan status pendidikan Pancasila dari Kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk setiap
program studi dan bersifat nasional. Silabus pendidikan Pancasila semenjak tahun 1993 sampai tahun 1999 telah
banyak mengalami perubahan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang berlaku dalam masyarakat, bangsa,
dan Negara yang berlangsung cepat serta kebutuhan untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat disertai dengan pola kehidupan yang mengglobal.
Perubahan dari silabus pendidikan Pancasila adalah dengan dikeluarkannya keputusan Dirjen Dikti
Nomor: 265/Dikti/Kep/2000 tentang penyempurnaan Pancasila pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Dalam keputusan
ini dinyatakan bahwa mata kuliah Pendidikan Tinggi Pancasila yang mencakup unsur filsafat Pancasila merupakan
salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK)
dalam susunan
kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia.
Selanjutnya, berdasarkan keputusan Mendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan
Tinggi dan Penilaian hasil belajar mahasiswa telah ditetapkan bahwa pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi. Oleh
karena itu, untuk melaksanakan ketentuan diatas, maka dirjen dikti depdiknas mengeluarkan SK No.38/Dikti/Kep./
2002
tentang rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.
Landasan filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara harus menjadi sumber bagi segala
tindakan para
penyelenggara Negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan yang
berlaku dalam
kehidupan bernegara. Oleh sebab itu, dalam menghadapi tantangan
kehidupan bangsa
memasuki globalisasi,
bangsa Indonesia harus tetap memiliki nilai-nilai, yaitu Pancasila sebagai
sumber nilai
dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional
dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan
 
Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila

1. Reformulasi Pendidikan Karakter Berbasis


Pancasila
2. Membentuk Jati Diri dan Esensi Karakter
Bangsa
3. Membentuk Karakter yang Diharapkan
1. Reformulasi Pendidikan Karakter Berbasis Pancasila

Sebagai sebuah instrumen pendidikan karakter, Pendidikan Pancasila memiliki urgensi untuk
mengantisiasi beberapa fenomena degradasi karakter bangsa seperti di bawah ini:

a.Disorientasi dan belum Dihayatinya Nilai-nilai Pancasila sebagai Filosofi dan Ideologi Bangsa
b.Keterbatasan Perangkat Kebijakan Terpadu dalam Mewujudkan Nilai-nilai Esensi Pancasila
c.Bergesernya Nilai-nilai Etika dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
d.Memudarnya Kesadaran terhadap Nilai-nilai Budaya Bangsa
e.Ancaman Disintegrasi Bangsa
f. Melemahnya Kemandirian Bangsa
2 . Jati Diri dan Esensi Karakter Bangsa
Jati diri merupakan fitrah manusia yang merupakan potensi dan bertumbuh kembang selama mata hati
manusia bersih, sehat, dan tidak tertutup. Jati diri yang dipengaruhi lingkungan akan tumbuh menjadi karakter
dan selanjutnya karakter akan melandasi pemikiran, sikap dan perilaku
manusia. Oleh karena itu, tugas kita adalah menyiapkan lingkungan yang dapat mempengaruhi jati diri menjadi
karakter yang baik, sehingga perilaku yang dihasilkan juga baik.
Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada
akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan Negara Republik Indonesia, diperlukan karakter
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik,
dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek
karakter
harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif, yaitu
a.Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
b.
Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c.Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
d.
Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
e.Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
3. Membentuk Karakter yang Diharapkan
 
Adapun karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila, yaitu sebagai berikut:
1. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat
aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan
berjiwa patriotik;
2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif,
berorientasi Ipteks, dan reflektif;
3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal,
berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih;
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong
royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia),
mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk
Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai