PANCASILA
OLEH:
SADJIRAN,SH.M.Hum
(8850810016 )
Dinamika Pendidikan Pancasila mengalami
pasang surut dalam pengimplementasinya.
1. Notonegoro
Pancasila adalah dasar falsafah negara Indonesia, sehingga dapat diartikan kesimpulan bahwa
Pancasila merupakan dasar fasafah dan ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup
bangsa Indonesia, sebagai dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian
pertahanan bangsa dan negara.
2. Muhammad Yamin
Pancasila berasal dari kata panca yang berarti lima dan sila yang berarti sendi, asas, dasar, atau
peraturan tingkah laku yang penting dan baik. Dengan démikian, Pancasila merupakan lima dasar
yang berisi pedoman atau aturan tentang tingkah laku yang penting
dan baik.
3. Ir. Soekarno
Pancasila adalah isi jiwa bangsa Indonesia secara turun-temurun yang sekian abad
Iamanya terpendam bisu oleh kebudayaan Barat. Dengan demikian, Pancasila tidak saja
falsafah negara, tetapi Iebih tuas lagi, yakni falsafah bangsa Indonesia
• Dari beberapa pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa Pancasila adalah fundamental
serta ideologi negara yang diharapkan menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia, sebagai
dasar pemersatu, lambang persatuan dan kesatuan, serta bagian pertahanan bangsa dan
negara
Landasan Pendidikan Pancasila
Landasan Historis
Landasan Kultural
Landasan Yuridis
Landasan Filosofis
Landasan Historis
Keyakinan bangsa Indonesia telah begitu tinggi terhadap kebenaran nilai-nilai Pancasila
dalam sejarah kenegaraan Negara Indonesia. Pancasila mendapat tempat yang berbeda-beda
da- lam Pandangan rezim pemerintahan yang berkuasa. Penafsiran
Pancasila didominasi oleh pemikiran-pemikiran dari rezim untuk melanggengkan
kekuasaannya. Pada masa Orde lama, Pancasila ditafsirkan dengan nasionalis, agama dan
komunis (Nasakom) yang disebut juga dengan Tri Sila, kemudian diperas lagi menjadi
Eka Sila (gotong royong). Pada masa Orde Baru pancasila harus dihayati dan diamalkan
dengan berpedoman kepada butir-butir yang ditetapkan oleh MPR melalui
Tap. MPR No.II/MPR/1978 tentang P-4. Namun,penafsiran rezim itu membuat kenyataan
dalam masyarakat dan bangsa berbeda dengan nilai-nilai Pancasila yang sesungguhnya.
Oleh sebab itu, timbulah tuntunan reformasi dalam segala bidang.
Dalam kenyataan ini, MPR melalui Tap. MPR No.XVIII/MPR/1998 tentang penegasan
Pancasila sebagai Dasar Negara, yang mengandung makna ideologi nasional sebagai
cita-cita dan tujuan Negara.
Landasan Kultural
Pancasila sebagai kepribadian dan jati diri bangsa Indonesia merupakan pencerminan nilai-
nilai yang telah lama tumbuh dalam kehidupan bangsa Indonesia. Nilai-nilai yang dirumuskan
dalam Pancasila bukanlah pemikiran
satu orang, seperti halnya ideologi komunis yang merupakan pemikran dari Karl Marx,
melainkan pemikiran
konseptual dari tokoh-tokoh bangsa Indonesia, seperti Soekarno, Moh.Hatta, Muhammad
Yamin, Supomo dan
tokoh-tokoh lain.
Sebagai hasil pemikiran dari tokoh-tokoh bangsa indonesia yang digali dari budaya bangsa
sendiri, Pancasila
tidak mengandung nilai-nilai yang terbuka terhadap masuknya nilai-nilai baru yang positif,
baik yang datang dari dalam negeri maupun yang datang dari luar negeri. Dengan demikian
generasi penerus bangsa dapat
memperkaya nilai-nilai Pancasila sesuai dengan perkembangan zaman .
Landasan Yuridis
Sebelum dikeluarkannya PP No.60 Tahun 1999, keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan No. 30 Tahun 1990
menetapkan status pendidikan Pancasila dari Kurikulum pendidikan tinggi sebagai mata kuliah wajib untuk setiap
program studi dan bersifat nasional. Silabus pendidikan Pancasila semenjak tahun 1993 sampai tahun 1999 telah
banyak mengalami perubahan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang berlaku dalam masyarakat, bangsa,
dan Negara yang berlangsung cepat serta kebutuhan untuk mengantisipasi tuntutan perkembangan ilmu
pengetahuan yang pesat disertai dengan pola kehidupan yang mengglobal.
Perubahan dari silabus pendidikan Pancasila adalah dengan dikeluarkannya keputusan Dirjen Dikti
Nomor: 265/Dikti/Kep/2000 tentang penyempurnaan Pancasila pada Perguruan Tinggi di Indonesia. Dalam keputusan
ini dinyatakan bahwa mata kuliah Pendidikan Tinggi Pancasila yang mencakup unsur filsafat Pancasila merupakan
salah satu komponen yang tidak dapat dipisahkan dari kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian (MKPK)
dalam susunan
kurikulum inti perguruan tinggi di Indonesia.
Selanjutnya, berdasarkan keputusan Mendiknas No.232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum
Pendidikan
Tinggi dan Penilaian hasil belajar mahasiswa telah ditetapkan bahwa pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan
kelompok mata kuliah pengembangan kepribadian yang wajib diberikan dalam kurikulum setiap program studi. Oleh
karena itu, untuk melaksanakan ketentuan diatas, maka dirjen dikti depdiknas mengeluarkan SK No.38/Dikti/Kep./
2002
tentang rambu-rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi.
Landasan filosofis
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara harus menjadi sumber bagi segala
tindakan para
penyelenggara Negara, menjadi jiwa dari perundang-undangan yang
berlaku dalam
kehidupan bernegara. Oleh sebab itu, dalam menghadapi tantangan
kehidupan bangsa
memasuki globalisasi,
bangsa Indonesia harus tetap memiliki nilai-nilai, yaitu Pancasila sebagai
sumber nilai
dalam pelaksanaan kenegaraan yang menjiwai pembangunan nasional
dalam bidang
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan
Konsep dan Urgensi Pendidikan Pancasila
Sebagai sebuah instrumen pendidikan karakter, Pendidikan Pancasila memiliki urgensi untuk
mengantisiasi beberapa fenomena degradasi karakter bangsa seperti di bawah ini:
a.Disorientasi dan belum Dihayatinya Nilai-nilai Pancasila sebagai Filosofi dan Ideologi Bangsa
b.Keterbatasan Perangkat Kebijakan Terpadu dalam Mewujudkan Nilai-nilai Esensi Pancasila
c.Bergesernya Nilai-nilai Etika dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
d.Memudarnya Kesadaran terhadap Nilai-nilai Budaya Bangsa
e.Ancaman Disintegrasi Bangsa
f. Melemahnya Kemandirian Bangsa
2 . Jati Diri dan Esensi Karakter Bangsa
Jati diri merupakan fitrah manusia yang merupakan potensi dan bertumbuh kembang selama mata hati
manusia bersih, sehat, dan tidak tertutup. Jati diri yang dipengaruhi lingkungan akan tumbuh menjadi karakter
dan selanjutnya karakter akan melandasi pemikiran, sikap dan perilaku
manusia. Oleh karena itu, tugas kita adalah menyiapkan lingkungan yang dapat mempengaruhi jati diri menjadi
karakter yang baik, sehingga perilaku yang dihasilkan juga baik.
Karakter pribadi-pribadi akan berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada
akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan Negara Republik Indonesia, diperlukan karakter
yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik,
dinamis, berbudaya, dan berorientasi Ipteks berdasarkan Pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa. Karakter yang berlandaskan falsafah Pancasila artinya setiap aspek
karakter
harus dijiwai ke lima sila Pancasila secara utuh dan komprehensif, yaitu
a.Bangsa yang Ber-Ketuhanan Yang Maha Esa
b.
Bangsa yang Menjunjung Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
c.Bangsa yang Mengedepankan Persatuan dan Kesatuan Bangsa
d.
Bangsa yang Demokratis dan Menjunjung Tinggi Hukum dan Hak Asasi Manusia
e.Bangsa yang Mengedepankan Keadilan dan Kesejahteraan
3. Membentuk Karakter yang Diharapkan
Adapun karakter individu yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila, yaitu sebagai berikut:
1. Karakter yang bersumber dari olah hati, antara lain beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, tertib, taat
aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan
berjiwa patriotik;
2. Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif, ingin tahu, produktif,
berorientasi Ipteks, dan reflektif;
3. Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat, sportif, tangguh, andal,
berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria, dan gigih;
4. Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling menghargai, gotong
royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli, kosmopolit (mendunia),
mengutamakan kepentingan umum, cinta tanah air (patriotis), bangga menggunakan bahasa dan produk
Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.
Terima kasih