Segala puji hanya milik Allahhu Rabbi. Segala Zat yang Maha Ghafur, Zat yang Maha Syukur yang
telah memberikan beribu-ribu nikmat yang tidak terukur. Nikmat iman, nikmat Islam, sampai nikmat
sehat walafiat sehingga kita bisa berkumpul di tempat yang Insyaallah diberkahi Allah Swt.
Seandainya lautan yang ada di muka bumi ini, Allah jadikan sebagai tinta. Lalu, pepohonan-
pepohonan Allah jadikan pena, dan dedaunan Allah jadikan kertas. Niscaya ia tidak akan cukup
untuk menuliskan nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita.
Selawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi akhirul zaman, seorang Nabi yang
lahirnya saja membuat goncang alam semesta, membuat heboh para malaikat Allah Swt. yang kalau
bukan karenanya tidak akan Allah ciptakan alam semesta ini. Siapakah dia, tidak lain dan tidak
bukan yaitu Nabi Muhammad saw.
Semoga keluarganya, sahabatnya dan kita selaku umatnya yang mengikuti sunah-sunahnya semoga
mendapatkan syafaatnya
Begitu juga dalam menghadapi getirnya kehidupan di era sekulerisme—kapitalisme. Semua orang
bebas dan berhak berekspresi, bersikap, beramal sesuka hatinya. Tak menutup kemungkinan bahwa
semua yang mereka lakukan jika mendapat materi/ keuntungan maka akan dilakukannya. Sebaliknya
jika tidak mendapatkan keuntungan/ materi, maka mereka pun tinggalkan.
Padahal telah jelas dalam Al-Qur’an, seperti yang Allah perintahkan kepada kita sekalian. Bahwa
kita diperintahkan untuk senantiasa menjauhi perbuatan sombong dan berbuat semena-mena.
Ayat di atas telah mengingatkan kepada kita bahwa tidaklah selayaknya memdebatkan ayat-ayat
Allah SWT tanpa alasan. Apalagi hanya sekadar mengalahkan orang lain dan mencari kenggulan diri
sendiri dari pada orang lain.
Hal ini akan menjadi salah satu pintu mengundang murka Allah SWT. Sebab Allah tidak menyukai
hal yang demikian. Tak satu pun orang beriman yang menginginkan murka dan azab dari-
Nya. Naudzubillah tsuma naudzubillah.
Kemudian Allah SWT mengunci hati orang yang Dia kehendaki. Dia sangat membenci orang-orang
yang berlaku semena-mena terhadap yang lainnya dan juga orang-orang yang sombong. Jelas suatu
hal yang memiriskan hati jika Allah SWT sampai mengunci hati seorang hamba-Nya. Dia juga
membenci orang-orang yang sombong dan berlaku semena-mena kepada orang lain.
Sikap sombong misalnya, kita tidak mau berteman dengan orang yang status sosialnya menengah ke
bawah. Kita tidak mau menerima pendapat orang lain. Kita tidak mau menghargai dan menghormati
orang lain. Kita tidak mau bertegur sapa dengan tetangga dalam kehidupan bertetangga dan lain
sebagainya.
Adapun sikap semena-mena contohnya memaksakan pendapat kita diambil oleh orang banyak.
Menghakimi perkara tanpa mengumpulkan data dan fakta dari sumber perkara. Janganlah kita
dengan sepihak mengatakan usaha si fulan batil, rezeki yang didapatkan orang lain tidak berkah,
harta yang dikumpulkan dan dibelanjakan si fulan tidak halal walau digunakan untuk sedekah,
umrah, naik haji, dan lain-lain. Mengatur kehidupan orang lain sesuai dengan nafsu kita. Menentukan
suatu perkara dengan hawa nafsu, bukan bertabayun terlebih dahulu.
Sikap semena-mena penguasa terhadap rakyatnya. Tarif listrik melonjak, harga bahan pokok
meroket. Harga hasil panen anjlok, hasil tambang yang terbatas dan murah harganya. Perilaku Zionis
Israel yang melakukan penyerangan terhadap Palestina dan masih banyak lagi hal-hal yang dilakukan
secara semena-mena kepada orang lain.
Semoga kita semua terjaga dari sikap sombong dan semena-mena terhadap orang lain. Jangan sampai
ada orang yang di bawah kita baik kedudukan sosial, pangkat, jabatannya, dan lain-lain sehingga kita
semena-mena. Merasa paling benar, paling saleh, paling bertakwa, paling taat, paling suci, yang
harus dihargai dan dihormati. Naudzubillah min dzalik, tsuma naudzubillah.
PANTUN PENUTUP