Anda di halaman 1dari 5

Muhamad Zaidan Algifari, Putu Ristyaning Ayu Sangging, Rani Himayani I Dakriosistitis

Dakriosistitis
Muhamad Zaidan Algifari1,
Putu Ristyaning Ayu Sangging2, Rani Himayani3
1Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
3Bagian Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Dakriosistitis ditandai dengan keadaan peradangan pada kantung nasolakrimalis. Hal ini disebabkan oleh obstruksi di dalam
duktus nasolakrimal dan stagnansi air mata di kantung lakrimal. Obstruksi yang terjadi pada duktus nasolakrimal dapat
menyebabkan infeksi sekunder berupa dakriosistitis. Obstruksi yang terjadi pada usia dini disebabkan karena tidak
terbukanya membran nasolakrimal, sedangkan jika pada dewasa disebabkan karena penekanan pada duktus nasolakrimal.
organisme yang paling banyak ditemukan pada dakriosistitis adalah spesies stafilokokus (kebanyakan S. Aureus, S. pneumonia,
dan S. epidermidis). Gejala yang ditemukan pada dakriosistitis adalah kemerahan, bengkak, dan rasa nyeri diatas sakus
lakrimalis terutama tepat di bawah batas anatomi dari ligamentum canthal medial. Terapi konservatif yang dilakukan dengan
melakukan kompres hangat sebanyak 3 kali sehari, diberikan analgetik dan terapi antibiotik oral. Tindakan pembedahan yang
umum dilakukan pada dakriosistitis adalah Dacryocystorhinostomy (DCR). DCR telah dilaporkan lebih dari 93% hingga 97%
berhasil. Komplikasi yang dapat terjadi akibat tidak ditangani dengan baik adalah selulitis presptal ataupun selulitis orbita.
Secara umum, prognosis dari dakriosistitis baik.

Kata Kunci : Dakriosistitis, dacryocystorhinostomy, duktus nasolakrimal

Dacryocystitis

Abstact
Dacryocystitis is characterized by inflammation of the nasolacrimal sac. This is due to obstruction within the nasolacrimal
duct and stagnation of tears in the lacrimal sac. Obstruction that occurs in the nasolacrimal duct can cause secondary infection
in the form of dacryocystitis. Obstruction that occurs at an early age is caused by the nasolacrimal membrane not opening,
whereas in adults it is due to pressure on the nasolacrimal duct. The most common organisms found in dacryocystitis are
staphylococcal species (mostly S. aureus, S. pneumoniae, and S. epidermidis). Symptoms found in dacryocystitis are redness,
swelling, and pain above the lacrimal sac, especially just below the anatomical boundary of the medial canthal ligament.
Conservative therapy is carried out by applying warm compresses 3 times a day, given analgesics and oral antibiotic therapy.
The most common surgical procedure for dacryocystitis is Dacryocystorhinostomy (DCR). DCR has been reported to be over
93% to 97% successful. Complications that can occur as a result of not being handled properly are presptal cellulitis or orbital
cellulitis. In general, the prognosis for dacryocystitis is good.

Keywords : Dacryocystitis, dacryocystorhinostomy, nasolacrimal duct

Korespondensi : Muhamad Zaidan Algifari., alamat Jl. Abdul Muis V no. 1A, Kec. Gedong Meneng, Bandar Lampung, hp
081398621889, e-mail: algifarizdn11@gmail.com

Pendahuluan Dakriosistitis merupakan sebuah


Duktus nasolakrimalis merupakan peradangan yang terjadi pada saluran
sebuah saluran yang memiliki panjang sekitar nasolakrimal. Dakriosistitis ini paling banyak
12,4 mm. Duktus ini menurun dan memiliki terjadi pada anak dan individu yang berusia
sudut lateroposterior membuka ke meatus nasal diatas 40 tahun.1 Faktor risiko dari dakriosistitis
inferior dan ke bawah turbinasi inferior. Fungsi adalah obstruksi duktus nasolakrimal, umur,
dari duktus ini adalah menghubungkan antara wanita, ras (kulit hitam lebih sering karena
sakus lacrimalis dengan meatus nasi inferior. ostium nasolakrimal lebih besar, sedangkan
Duktus ini dapat terjadi sumbatan atau yang kanal lakrimal lebih pendek dan lurus).
biasa disebut obstruksi. Obstruksi yang terjadi Dakriosistitis biasanya diawali dengan adanya
dapat dikarenakan kelainan kongenital ataupun obstruksi pada duktus nasolakrimal yang
karena benda asing. Obstruksi yang terjadi pada menyebabkan infeksi akut dan tampak sebagai
duktus nasolakrimal dapat menyebabkan infeksi media orbital yang eritematosa, lunak, dan
sekunder berupa dakriosistitis.1 meradang. Tanda khas yang terjadi dari

Medula | Volume 13 | Nomor 4.1 | Juni 2023 | 202


Muhamad Zaidan Algifari, Putu Ristyaning Ayu Sangging, Rani Himayani I Dakriosistitis

sumbatan ini dapat ditemukannya penumpukan


air mata, debris epitel, dan cairan mukus sakus Etiologi
yang merupakan media pertumbuhan bakteri Dakriosistitis dapat diklasifikasikan menjadi akut
yang baik.7 atau kronik dan didapat atau bawaan. Dakriotitis
Menurut penenlitian yang dilakukan akut dapat disebabkan oleh beberapa
oleh Bahram dkk, organisme yang paling banyak mikroorganisme. Organisme yang paling umum
ditemukan pada dakriosistitis adalah spesies adalah spesies Staphylococcus, Streptococcus,
stafilokokus (kebanyakan S. Aureus, S. Haemophilus influenza dan Pseudomonas
pneumonia, dan S. epidermidis). Dalam aeruginosa.2 Dakriosistitis kronik merupakan
penelitian mereka kokus gram positif ditemukan hasil dari obstruksi kronis akibat penyakit
pada 53% dari semua kasus kultur positif, yang sistemik, infeksi berulang, dacryoliths, dan
sebagian besarnya adalah staphylococcus spp inflamasi kronis dari sistem nasolakrimal.
(81%). Spesies gram negatif menyumbang 28% Beberapa penyakit sistemik yang umum adalah
dari kasus kultur positif, yang sepertiga dari granulomatosis wegener, sarkoidosis, dan lupus
mereka (8 kasus) adalah klebsiella spp. Dalam eritematosus sistemik.5
laporan sebelymnya, terdapat dominasi variabel Dakriosistitis yang didapat dapat karena
pada isolat gram negatif seperti heamophilus, trauma berulang, operasi, obat-obatan, dan
pseudomonas aeroginosa, escherichia coli dan neoplasma. Fraktur nasoethmoid merupakan
corynebacterium diphtheria. Terdapat beberapa penyebab yang paling sering terjadi diantara
isolat yang tidak biasa seperti citrobacter, penyebab traumatis lainnya. Prosedur sinus
neisseria dan enterobacter.2 endonasal dan endoskopi salah satu contoh
Patofisiologi dakriosistitis adalah adanya penyebab operasi. Obat topikal umum yang
sumbatan pada duktus nasolakrimal sehingga terkait dengan dakriosistitis didapat adalah
terjadi bendungan air mata pada duktus tersebut timolol, pilocarpine, dorzolamide, idoxuridine,
dan biasanya diikuti dengan infeksi sekunder. dan trifluridine. Obat sistemik yang umum
Penanganan konservatif yang dapat dilakukan adalah fluorouracil dan docetaxel. Neoplasma
adalah kompres hangat, pemberian antibiotik yang paling umum adalah tumor kantung
sistemik, obat antiinflamasi, dan operasi seperti lakrimal primer dan papiloma jinak. Bentuk
drainase percutaneous abses dan kongenital disebabkan oleh obstruksi membran
dacryocyctorhinostomy yang dilakukan pada pada katup Hasner di duktus nasolakrimal
dakriosistits kronis.7 distal.5

Isi Epidemiologi
Penyakit sistem lakrimal yang sering Dakriosistitis banyak terjadi pada bayi
ditemukan adalah dakriosistitis. Dakriosistitis baru lahir atau orang dewasa berumur lebih dari
adalah infeksi kelenjar lakrimal yang umumnya 40 tahun. Dakriosistitis kongenital memiliki
disebabkan oleh obstruksi duktus nasolakrimal. angka kejadian 1 dari 3884 bayi lahir hidup. Pada
Obstruksi duktus nasolakrimal mengakibatkan orang dewasa, kulit putih lebih cenderung
terhambatnya aliran air mata sehingga terpengaruh. Wakita memiliki persentase 75%
menyebabkan dakriosistitis.7 dari semua kasus. Morbiditas dan mortalitas
Pasien dakriosistitis biasanya datang dakriosistitis rendah, namun pada dakriosistitis
dengan keluhan berupa kemerahan, kongenital dapat terjadi morbiditas dan
pembengkakan, dan rasa sakit pada bagian mortalitas yang signifikan jika tidak ditangani
medial dari orbital secara mendadak. dengan segera dan tepat.5
Manifestasi dari dakriosistitis dapat berupa akut
dan kronik. Dakriosistitis aku dapat ditandai Patofisiologi
dengana danya lakrimasi, pembengkakan yang Aliran pada sistem lakrimal diawali dari
lunak, sekret, nyeri, dan kemerahan di area punctum yang berada di medial dari kelopak
sakus lakrimal di bagian bawa tepi atas tendon mata atas dan bawah. Kedua punctum tersebut
kantus media. Dakriotitis kronik dapat memiliki fungsi sebagai pintu dari kanalikuli
menimbulkan gejala ataupun tidak.6 (struktur saluran pada medial tendon canthal).

Medula | Volume 13 | Nomor 4.1 | Juni 2023 | 203


Muhamad Zaidan Algifari, Putu Ristyaning Ayu Sangging, Rani Himayani I Dakriosistitis

Kanalikuli ini akan bergabung dan membentuk Gejala yang biasa timbul pada pasien
saluran pendek sebelum memasuki sakus bayi dapat berupa munculnya eksudat purulen
lakrimalis yang biasa disebut kanalikuli komunis. pada konjungtiva bulbi bagian medial dan
Sakus lakrimalis merupakan suatu kantung yang pembengkakan pada media palpebra inferior
berisi air mata dan akan mengalir melalui duktus yang kemerahan. Pada pasien anak dan dewasa
nasolakrimal dan meatus nasi inferior. ditandai dengan gejala epifora yang diikuti
Perpindahan tersebut disebabkan karena dengan pembengkakan yang berwarna merah,
adanya perubahan tekanan intraluminal akibat indurasi dengan konsistensi lunak, dan rasa nyeri
gerakan berkedip. Gerakakn berkedip ini akan di daerah atas sakus lakrimal. Terdapat
membuat otot orbicularis oculi secara spontan kemerahan di area konjungtiva dan terkadang
mengalami kontraksi dan relaksasi.7 tertutup oleh sekret yang purulen.7
Dakriosistitis kronik juga memiliki gejala
epifora. Gejala tersebut akan meningkat apabila
dalam keadaan dingin, paparan debu, dan
kebiasaan merokok. Selain itu, apabila menekan
sakus akan mengeluarkan cairan pus yang
bersifat mukoid, encer, berwarna kehijauan atau
kekuningan. Jika tidak dilakukan terapi maka
akan mengalami atrofi pada mukus membran
yang khas dengan ditandai oleh adanya
peregangan dinding sakus karena dinding
Figure 1. Anatomi Sistem Lakrimal
tersebut menjadi atonik.7

Diagnosis
Pada aliran air mata terdapat sebuah
Diagnosis dakriosistits dapat dilakukan
sudut yang terbentuk dari duktus nasolakrimal
melalui anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
dan fossa lakrimalis. Sudut yang terbentuk lebih
pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik yang
besar pada mata kanan dibandingkan mata kiri,
dilakukan bertujuan untuk mengetahui ada
karena itulah mengapa pada beberapa kasus
tidaknya obstruksi pada duktus nasolakrimal.
dakriosistitis lebih sering dijumpai menginfeksi
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah dye
mata sebelah kanan. Kanalisasi dari sitem
disappearance test, fluorescence slearance test,
ekskresi lakrimal dimulai pada bagian superior
dan jines dye test. Semua pemeriksaan ini
yang bersifat segmental lalu membentuk sebuah
dilakukan menggunakan zat warna fluoresin 2%
lumen. Pada pertemuan antara sakus lakrimalis
sebagai indikatornya. Pemeriksaan fisik yang
dan kanalikuli komunis akan membentuk sebuah
lipatan mukosa yang biasa disebut katup dilakukan untuk mengetahui letak obstruksinya
menggunakan probing test dan anel test.7
rosenmuller dan pada pertemuan antara duktus
Pemeriksaan dye disappearance test ini
nasolakrimalis dan mukosa hidung akan
dilakukan dengan meneteskan zat warna
membentuk katup hasner.1
fluoresin 2% sebanyak 1 tetes pada kedua mata
lalu dilihat menggunakan slit lamp. Jika zat
Patogenesis
pewarna tersebut akan bertahan di kantong
Patogenesis dakriosistitis adalah adanya
konjungtiva selama 3 menit menandakan adanya
penyumbatan pada duktus nasolakrimal
obstruksi atau epifora pada salah satu atau
sehingga menyebabkan terbendungnya air mata
kedua mata, sebaliknya jika zat warna tersebut
pada duktus tersebut. Bendungan air mata akan
memberikan lingkungan yang menguntungkan menghilang maka tidak terdapat obstruksi.7
bagi organisme menular untuk berkembang biak.
Lalu kantung lakrimal akan meradangan dan
menyebabkan pembengkakan khas di bagian
anferomedial orbit.1

Gejala Klinis

Medula | Volume 13 | Nomor 4.1 | Juni 2023 | 204


Muhamad Zaidan Algifari, Putu Ristyaning Ayu Sangging, Rani Himayani I Dakriosistitis

Figure 2. Dye disappearance test menunjukan normal, maka sonde yang masuk
panjangnya lebih dari 8 mm, tetapi jika yang
Pemeriksaan fluorescence clearance test masuk kurang dari 8 mm berarti terdapat
dilakukan untuk melihat fungsi saluran ekskresi obstruksi.7
lakrimal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan
meneteskan zat warna fluoresin 2% pada mata, Tatalaksana
kemudian pasien diminta untuk berkedip Tatalaksana farmakologi yang digunakan pada
beberapa kali dan bersin/beringus pada tisu. Jika dakriosistitis ini bersifat konservatif untuk
didapatkan zat warna pada tisu tersebut, maka mengurangi gejala yang dialami. Terapi yang
tidak terdapat obstruksi pada duktus umum dilakukan berupa melakukan kompres
nasolakrimal.7 hangat sebanyak 3 kali sehari, analgetik untuk
Jones dye test terbagi menjadi dua, yaitu meredakan nyeri, dan antibiotik oral. Obat tetes
jones dye test I dan jones dye test II. Jones dye mata dapat diberikan kloramfenikol 8% yang
test I digunakan untuk mengetahui kelainan diberi setiap 6 jam, obat ini dapat mempercepat
fungsi ekskreis sistem lakrimal dan menjadi satu- penyembuhan penyakit ini, namun tidak efektif
satunya pemeriksaan yang dapat membuktikan jika diberikan pada infeksi yang terjadi di dalam
epifora yang disebabkan oleh hipersekresi sakun lakrimalis atau jaringan sekitarnya. Terapi
kelenjar lakrimal. Pemeriksaan ini dilakukan konservatif ini dilakukan selama 5-7 hari. Jika
dengan cara melihat munculnya zat warna pada didapatkan gambaran klinis yang sudah cukup
tisu. Dalam keadaan normal fluoresin pada berat, berikan cefazolin 3 x 1 gr IV (dosis anak 25-
konjungtiva fornik sampai dihidung dalam waktu 50 mg/KgBB/hari dibagi 3 dosis) atau cefuroxime
2 menit, jika setelah 3 menit muncul fluoresin 3 x 1,5 gr IV (dosis anak 75-100 mg/KgBB/hari
pada tisu, maka tes ini menunjukan hasil positif. dibagi 3 dosis).1
Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat
penyumbatan pada duktus nasolakrimal dan Tindakan pembedahan yang umum
epifora disebabkan karena hipersekresi kelenjar dilakukan pada dakriosistitis ini adalah tindakan
lakrimal. Jones dye test II digunakan untuk Dacryocystorhinostomy (DCR). Tindakan DCR ini
mengetahui kelainan fungsi eksresi sistem merupakan tatalaksana pilihan untuk
lakrimal. Pemeriksaan ini dilakukan dengan dakriosistitis dan penyakit yang disebabkan
meneteskan zat fluoresin pada konjungtiva dan karena obstruksi duktus nasolakrimalis. DCR
dilihat hasil ekskresi pada tisu yang diletakan memiliki 2 pendekatan yaitu eksternal dan
pada hidung. Dalam keadaan normal fluoresin endonasal. DCR eksternal dilakukan dengan
sampai dihidung dalam waktu 2 menit. Bila zat menggunakan insisi transkutan. DCR endonasal
tersebut keluar dalam waktu lebih dari 5 menit dilakukan dengan penggunaan endoskopi.
maka kemungkinan terdapat obstruksi parsial, Tingkat kesuksesan yang didapat sebesar 84%
bila tidak terdapat zat warna yang keluar dan untuk DCR endonasal dan 70% untuk DCR
cenderung hiperlakrimasi di konjungtiva maka eksternal.4
kemungkinan terjadi obstruksi total.7 Pertimbangan untuk melakukan DCR
Anel test merupakan suatu pemeriksaan eksternal adalah sebagai berikut :
untuk menilai fungsi ekskresi lakrimal dengan 1. Pada pasien lanjut usia, tidak layak untuk
cara menginduksi anestesi lokal. Kemudian anastesi umum, DCR eksternal merupakan
punctum mata dilebarkan menggunakan pilihan yang ideal karena dapat dilakukan
dilatator lalu menginjeksikan cairan garam dengan sedasi minimal dibawah anestesi
fisiologis (NaCl) dengan jarum anel melalui lokal.
kanalis lakrimalis hingga sakus lakrimalis. Hasil 2. Biopsi kantung lakrimal, akan lebih mudah
positif jika terdapat reaksi menelan pada dengan pendekatan eksternal. Selain itu,
pasien.7 biopsi dapat dilakukan sebelum patah
Probing test merupaka pemeriksaan tulang, sehingga mengurangi risiko
untuk menentukan letak obstruksi pada saluran penyebaran potensi keganasan.
ekskresi lakrimal dengan cara memasukan 3. Pada pasien dengan fraktur wajah atau
sonde/probe ke dalam saluran lakrimal. Jika hasil anatomi yang tidak biasa sebelumnya,

Medula | Volume 13 | Nomor 4.1 | Juni 2023 | 205


Muhamad Zaidan Algifari, Putu Ristyaning Ayu Sangging, Rani Himayani I Dakriosistitis

pendekatan eksternal dapat membuat pemeriksaan fisik yang menggunakan zat warna
pembedahan lebih mudah dan dapat fluoresin seperti dye disappearance test,
diprediksi. fluorescence slearance test, dan jines dye test.
4. Pendekatan eksternal dapat dilakukan Tatalaksana yang dilakukan dapat berupa
untuk menghindari kebutuhan septoplasty. konservatif seperti kompres hangat, pemberian
5. Pada pasien dengan stenosis kanalikuli analgetik, dan antibiotik. Selain tatalaksana
proksimal atau tengah, DCR eksternal konservatif, dapat dilakukan terapi operatif
memungkinkan intubasi retrograde.4 berupa Dacryocystorhinostomy (DCR) yang
memiliki 2 pendekatan, yaitu DCR eksternal dan
Pertimbangan untuk melakukan DCR DCR endonasal.
endonasal adalah sebagai berikut :
1. Beberapa Indikasi DCR endoskopi meliputi : Simpulan
a. Obstruksi duktus nasolakrimalis primer Dakriosistitis merupakan sebuat
didapat. peradangan yang disebabkan karena obstruksi
b. Obstruksi duktus nasolakrimalis sekunder duktus nasolakrimal sehingga menyebabkan
didapat. infeksi sekunder. Tatalaksana yang dapat
c. Obstruksi duktus nasolakrimalis kongenital diberikan berupa tatalaksana farmakologi
yang persisten konserfatif untuk mengurangi gejala yang
d. Obstruksi duktus nasolakrimalis fungsional dialami. Tindakan pembedahan berupa
e. Dakriosistitis akut, tidak responsif terhadap Dacryocystorhinostomy dapat dilakukan melalui
perawatan medis beberapa pertimbangan. Prognosis yang terjadi
f. Dakriosistitis kronis baik apabila dilakukan tatalaksana yang tepat.
2. Beberapa kontraindikasi DCR endoskopi
meliputi : Daftar Pustaka
a. Penyebab epiphora lain, seperti mata kering 1. Nurladira, S. T. Manajemen
evaporatif Dakriosistits : Jurnal Medika Hutama.
b. Keganasan kulit canthus medial sebelumnya 2021; 3(1): 1468-1474.
c. Melanggar penghalang tulang dan kulit 2. Eshraghi, B., Abdi, P., Akbari, M., & Fard,
dalam pengaturan DCR eksternal M. A. Microbiologic spectrum of acute
berpotensi menyebarkan tumor dalam and chronic dacryocystitis. International
pengaturan penyakit berulang journal of ophthalmology. 2014; 7(5):
d. Radioterapi di daerah canthal medial.4 864–867.
3. Engelsberg, K., & Sadlon, M. First-Onset
Prognosis Dacryocystitis: Characterization,
Prognosis yang terjadi pada dakriosistits Treatment, and
baik. Dacryocystorhinotomy terbukti memiliki Prognosis. Ophthalmology and
tingkat keberhasilan yang sangat baik dan dapat therapy. 2022; 11(5): 1735–1741.
mengurangi risiko infeksi berulang.5 4. Ullrich, K., Malhotra, R., & Patel, B. C.
Dacryocystorhinostomy. In StatPearls.
Ringkasan StatPearls Publishing. 2022
Dakriosistitis ada penyakit yang terjadi 5. Taylor, R. S., & Ashurst, J. V.
akibat infeksi kelenjar lakrimal sehingga Dacryocystitis. In StatPearls. StatPearls
menyebabkan obstruksi pada duktus Publishing; 2022
nasolakrimal. Mikroorganisme yang sering 6. Aleid, S., Schellini, S. A., Alsheikh, O.
ditemukan adalah spesies Staphylococcus, Elkhamary, S. M. Acute dacryocystitis
Streptococcus, Haemophilus influenza dan retention: a case report and literature
Pseudomonas aeruginosa. Gejala yang umum review. Arquivos brasileiros de
terjadi adalah berupa pembengkakan pada oftalmologia. 2022; 85(3): 306–308.
media palpebra inferior dan munculnya eksudat 7. Soebagjo, H, Nurwasis. Penyakit sistem
purulen pada konjungtiva bulbi bagian media. lakrimal. Surabaya : Airlangga University
Dakriosistitis dapat ditegakan melalui beberapa Press ; 2019.

Medula | Volume 13 | Nomor 4.1 | Juni 2023 | 206

Anda mungkin juga menyukai