Disusun oleh :
Elizah Yanti
(101001067)
Pembimbing
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SUMATERA UTARA
KEPANITERAAN KLINIK SENIOR BAGIAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM dr.DJASAMEN SARAGIH
PEMATANG SIANTAR
2014
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas kehendakNya, saya telah menyelesaikan laporan co-ass poli mata ini.
Semoga penyusunan laporan ini dapat menjadi wadah pengembangan diri dan
kreatifitas.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dr. Dasril, SpM, Dr. Januar H.M.Sitorus, SpM atas
bimbingannya,
sehingga
makalah
berjudul
Dakrioadenitis
ini
dapat
Penulis
DAFTAR ISI
ii
2.1.
2.2.
Dakrioadenitis .............................................................................
1. Definisi .................................................................................
2. Epidemiologi.........................................................................
3. Klasifikasi .............................................................................
4.
5. Patofisiologi ..........................................................................
7. Diagnosis ..............................................................................
8. Terapi ....................................................................................
9. Komplikasi ...........................................................................
11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa
kelenjar lakrimal dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimal,
kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, duktus nasolakrimal, dan meatus inferior.
Sistem eksresi lakrimal cenderung mudah terjadi infeksi dan inflamasi karena
berbagai sebab. Membran mukosa pada saluran ini terdiri dari dua permukaan
yang saling bersinggungan, yaitu mukosa konjungtiva dan mukosa nasal, di mana
pada keadaan normal pun sudah terdapat koloni bakteri. Tujuan fungsional dari
sistem ekskresi lakrimal adalah mengalirkan air mata dari kelenjar air mata
menuju ke cavum nasal. Kelainan yang dapat terjadi pada sistem lakrimal dapat
berupa dakriosistitis dan dakrioadenitis. Tersumbatnya aliran air mata secara
patologis menyebabkan terjadinya peradangan pada sakus lakrimal yang biasa
disebut dengan dakriosistitis.
Dakriosistitis dapat berlangsung secara akut maupun kronis. Dakriosistitis
akut ditandai dengan nyeri yang muncul secara tiba-tiba dan kemerahan pada
regio kantus medial, sedangkan pada inflamasi maupun infeksi kronis dari sakus
lakrimal ditandai dengan adanya epifora, yaitu rasa nyeri yang hebat di bagian
sakus lakrimal dan disertai dengan demam. Selain dakriosistitis akut dan kronis,
ada juga dakriosistitis kongenital yang merupakan bentuk khusus dari
dakriosistitis. Patofisiologinya berhubungan erat dengan proses embriogenesis
dari sistem eksresi lakrimal.
Dakriosistitis umumnya terjadi pada dua kategori usia, yaitu anak-anak
dan orang dewasa di atas 40 tahun dengan puncak insidensi pada usia 60 hingga
70 tahun. Dakriosistitis pada bayi yang baru lahir jarang terjadi, hanya sekitar 1%
dari jumlah kelahiran yang ada. Kebanyakan penelitian menyebutkan bahwa
sekitar 70-83% kasus dakriosistitis dialami oleh wanita, sedangkan pada
dakriosistitis kongenital jumlahnya hampir sama antara laki-laki dan perempuan.
Virus : parotitis, herpes zoster, virus ECHO, dan virus sitomegali. Pada anak
dapat terlihat sebagai komplikasi infeksi kelenjar liur,campak, influenza.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Sistem Lakrimalis
Sistem lakrimal terdiri dari dua bagian, yaitu sistem sekresi yang berupa
kelenjar lakrimalis dan sistem ekskresi yang terdiri dari punctum lakrimalis,
kanalis lakrimalis, sakus lakrimalis, duktus nasolakrimalis, dan meatus inferior.
Kelenjar lakrimalis terletak pada bagian lateral atas mata yang disebut dengan
fossa lakrimalis. Bagian utama kelenjar ini bentuk dan ukuranya mirip dengan biji
almond, yang terhubung dengan suatu penonjolan kecil yang meluas hingga ke
bagian posterior dari palpebra superior. Dari kelenjar ini, air mata diproduksi dan
kemudian dialirkan melalui 8-12 duktus kecil yang mengarah ke bagian lateral
dari fornix konjungtiva superior dan di sini air mata akan disebar ke seluruh
permukaan bola mata oleh kedipan kelopak mata.
2.2 Dakrioadenitis
1. Definisi
Dakrioadenitis ialah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars
sekretorik. Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik, keduanya
dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit sistemik lainnya.
2. Epidemiologi
kelopak mata (S- shape), proptosis , pergerakan bola mata yang terbatas.
Diagnosis bandingnya :
1. Hordeolum internum biasanya lebih kecil dan melingkar
2. Abses kelopak mata terdapat fluktuasi
3. Selulitis orbita biasanya berkaitan dengan penurunan pergerakan
mata
b. Dakrioadenitis Kronik
Pada kronis darkrioadenitis gejala klinisnya lebih baik daripada
yang akut. Umumnya tidak ditemukan nyeri , ada pembesaran kelenjar
namun mobile, tanda-tanda ocular minimal, ptosis bisa ditemukan, dapat
ditemukan sindroma mata kering .
Diagnosis bandingnya :
1. Periostitis dari kelopak mata atas sangat jarang terjadi
2. Lipodermoid tidak ada tanda-tanda inflamasi
Semuanya diterapi secara kausatif dan kompres mata dengan rivanol.
9. Komplikasi
Dakrioadenitis yang tidak diobati dapat menyebabkan fistula pada kelenjar
lakrimalis.
10. Prognosis
Jika di lakukan pengobatan yang baik dan tepat pada dakrioadenitis seperti
kompres dengan air hangat, diberikan antibiotik sistemik, dan dilakukan insisi
(bila ada atau terlihat abses) umumnya prognosisnya dubia ad bonam.
BAB III
KESIMPULAN
8
Dakrioadenitis ialah suatu proses inflamasi pada kelenjar air mata pars
sekretorik. Dibagi menjadi dua yaitu dakrioadenitis akut dan kronik, keduanya
dapat disebabkan oleh suatu proses infeksi ataupun dari penyakit sistemik lainnya.
Peradangan kelenjar lakrimal atau dakrioadenitis merupakan penyakit yang jarang
di temukan dan dapat dalam bentuk unilateral ataupun bilateral.
Dakrioadenitis dapat berjalan akut ataupun kronis. Dakrioadenitis akut dan
kronis dapat terjadi akibat infeksi :
a. Virus : parotitis, herpes zoster, virus ECHO, dan virus sitomegali. Pada anak
dapat terlihat sebagai komplikasi infeksi kelenjar liur,campak, influenza.
b. Bakteri : Staphylococcus aureous,streptokok gonokok. Dakrioadenitis dapat
terjadi akibat infeksi retrograd konjungtivitis. Trauma tembus dapat
menimbulkan reaksi radang pada kelenjar lakrimal.
c. Jamur : histoplasmosis, aktinomises, blastomikosis, nokardiosis dan
sporotrikosis.
d. Sarkoid dan idiopati.
Dakrioadenitis menahun sekunder dapat terjadi akibat penyakit Hodgkin,
tuberkolosis, mononukleosis infeksiosa, leukimia limfatik dan limfosarkoma.
Patofisiologinya masih belum jelas, namun beberapa ahli mengemukakan
bahwa proses infeksinya dapat terjadi melalui penyebaran kuman yang berawal di
konjungtiva yang menuju ke ductus lakrimalis dan menuju ke kelenjar lakrimalis.
Pasien dakrioadenitis akut umumnya mengeluh sakit di daerah glandula
lakrimal Yaitu di bagian temporal atas rongga orbita disertai dengan kelopak mata
yang bengkak, konjungtiva kemotik dengan belek. Pada infeksi akan terlihat bila
mata bergerak akan memberikan sakit dengan pembesaran kelenjar preaurikel.
Dakrioadenitis akut perlu dibedakan dengan selulitis orbita, dengan
melakukan biopsi kelenjar lakrimal.
Bila kelopak mata di balik tampak pembengkakan bewarna merah di
bawah kelopak mata atas temporal.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi Bag/SMF. Ilmu Penyakit
Mata Ed.III. Surabaya: Rumah Sakit Umum Dokter Soetomo.
2. Ilyas, Sidharta. 2012. Dasar-Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit
Mata Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
3. Ilyas, Sidharta. 2011. Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Eva. Roirdan Paul & Whitcher J.P. Oftalmologi Umum Vaughan &
Asbury, Ed. 17. EGC. Jakarta. 2007
11