Anda di halaman 1dari 4

BAB II

JENIS JENIS TSUNAMI BERDASARKAN KARAKTERISTIK

Untuk dapat menyadari kemungkinan terjadi bencana tsunami, kita perlu


mengetahui jenis tsunami yang ada dengan memperhatikan tanda-tandanya,
seperti gempa dengan kekuatan yang cukup besar, berkisar 7-9 Skala Richter.
Lihat pula kondisi air laut, apabila tiba-tiba saja surut setelah gempa terjadi, maka
kita wajib waspada karena bisa aja aliran energi laut tengah terjadi dengan
menarik air masuk sebelum memuntahkannya dengan kekuatan yang lebih besar.
Selain itu, kita perlu memperhatikan tanda-tanda alam yang tidak biasa, seperti
gerakan angin, adanya suara gemuruh dari arah laut, bahkan perilaku hewan liar.

Sering kali tsunami disalahartikan dengan fenomena gelombang air


pasang. Hal itu disebabkan karena air yang ketika mencapai daratan nampak
seperti gelombang air pasang yang tinggi, daripada ombak biasa.

Sesuai dengan waktu terjadinya, berikut jenis-jenis tsunami.

A. Tsunami jarak dekat

Disebut jarak dekat atau lokal karena jeda sejak terjadi gempa hingga
menimbulkan tsunami terjadi setelah 0-30 menit. Jarak dari pusat gempa menuju
lokasi tsunami sejauh 200 kilometer. Daerah di sekitar gempa mungkin merasakan
getaran yang amat hebat hingga menimbulkan kerusakan pada bangunan. Tanda-
tanda sebelum terjadi tsunami adalah terasanya getaran yang hebat disertai dengan
pasang-surut air laut. Adapun alat pendeteksi gempa bumi yaitu:

Accelerograph, biasa disebut juga strong motion seismograph. Alat ini dipasang
hanya untuk mendeteksi getaran kuat saja, dilengkapi dengan alarm dan sistem
komunikasi untuk menyebar berita, kontrol operasional, dan perawatan jarak jauh.

Tide gauge, yakni alat untuk mengukur perubahan muka laut, yang disebabkan
oleh pasang dan surut harian muka laut yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan
matahari (normal), angin, atau tsunami. Informasi yang dibutuhkan untuk
peringatan dini (early warning) adalah pasang surut saat sebelum terjadinya
tsunami di lokasi bersangkutan, kemudian pasang naik mengakibatkan tsunami
menjadi informasi untuk lokasi yang lebih jauh.

Kedua alat tersebut dipasang di tempat yang sama pada sebuah shekter di
area pantai yang dilengkapi dengan alarm penanda bahaya. Peringatan pertama
berasal dari accelerograph, kemudian disusul dengan peringatan dari tide gauge
apabila terjadi perubahan muka air laut. Peringatan tersebut disampaikan kepada
warga sekitar berupa alarm, petugas atau aparat setempat untuk memulai proses
evakuasi, dan BMG pusat untuk monitoring dan informasi darurat agar disebarkan
ke daerah berpotensi lainnya.

B. Tsunami jarak menengah

Dikatakan jarak menengah, karena jeda waktu dari setelah terjadi gempa hingga
tsunami adalah 30 menit hingga 2 jam. Jarak dari pusat gempa hingga ke lokasi
berkisar antara 200-1,000 kilometer, yang mungkin saja masih merasakan gempa
dengan intensitas II hingga V MMI (Modified Mercalli Intensity). Tanda sebelum
terjadi tsunami adalah getaran kuat dan sering diikuti oleh laut pasang surut.
Peralatan tanda bahaya juga dilengkapi alarm untuk memberi peringatan tanda
bahaya, namun mungkin accelerograph tidak cukup berpengaruh karena
getarannya lemah.

C. Tsunami jarak jauh

Disebut dengan jarak jauh, karena jeda waktu dari setelah terjadi gempa hingga
tsunami bisa lebih dari dua jam. Jarak lokasi dari titik gempa melebihi 1,000
kilometer, karena itulah warga setempat tidak akan merasakan gempa. Pasang
surut air laut masih mungkin terjadi sebelum gelombang tsunami datang. Pada
daerah ini tidak diperlukan accelerograph.
JENIS JENIS STUNAMI DI INDONESIA

1. Tsunami Sumatera

Pada tanggal 25 November 1833, gempa bumi mengguncang wilayah


Sumatera. Diperkirakan gempa yang terjadi di lepas pantai barat sumatera ini
berkekuatan 8,8 hingga 9,2 skala richter. Gempa ini disebabkan pecahnya segmen
palung Sumatera sepanjang 1.000 km di tenggara area yang mengalami hal yang
sama pada Gempa bumi Samudra Hindia 2004.
Adapun gempa tersebut memicu terjadinya gelombang tsunami yang
menerjang kawasan pesisir barat sumatera, terutama wilayah terdekat dari pusat
gempa yakni Pariaman dan Bengkulu. Namun bencana ini tidak terdokumentasi
dengan baik sehingga tidak diketahui dengan pasti dampak dan
korbannya.Sebelumnya pada tahun 1797, juga terjadi gempa bumi berkekuatan
8,5 sampai 8,7 Skala Richter yang juga menimbulkan tsunami di pesisir Sumatera
Barat.

2. Tsunami Krakatau

Pada tanggal 26 Agustus 1883, Gunung Api Krakatau meletus dahsyat


hingga meruntuhkan kantung magma. Reruntuhannya memicu terjadinya ombak
besar hingga menjelma menjadi gelombang tsunami dahsyat. Bahkan, menurut
laporan disebutkan bahwa gelombang tsunami ada yang mencapai ketinggian 40
meter. Gelombang tsunami ini juga terdeteksi hingga ke Samudera Hindia dan
Samudera Pasifik. Kedahsyatan letusan krakatau juga tergambar dari laporan
bahwa suara letusannya bahkan terdengar hingga radius 4,830 kilometer jauhnya.
Peristiwa ini setidaknya menyebabkan korban jiwa sebanyak 36,417 orang.
Bagaimana tidak, setelah letusan terjadi, Krakatau menyemburkan jutaan ton
sulfur ke atmosfer hingga memicu terjadinya penurunan suhu global yang
berlangsung selama lima tahun.

3. Tsunami Jawa Timur

Tangal 3 Juni 1994, terjadi gempa bumi 7,8 SR yang berpusat di samudera
hindia hingga kemudian memicu terjadinya gelombang tsunami di pantai selatan
Jawa Timur. Tsunami mengakibatkan kerusakan parah di kawasan pemukiman
pesisir pantai terutama di Kabupaten Banyuwangi. Diperkirakan korban
meninggal mencapai 215 jiwa.

Anda mungkin juga menyukai