Disebut jarak dekat atau lokal karena jeda sejak terjadi gempa hingga
menimbulkan tsunami terjadi setelah 0-30 menit. Jarak dari pusat gempa menuju
lokasi tsunami sejauh 200 kilometer. Daerah di sekitar gempa mungkin merasakan
getaran yang amat hebat hingga menimbulkan kerusakan pada bangunan. Tanda-
tanda sebelum terjadi tsunami adalah terasanya getaran yang hebat disertai dengan
pasang-surut air laut. Adapun alat pendeteksi gempa bumi yaitu:
Accelerograph, biasa disebut juga strong motion seismograph. Alat ini dipasang
hanya untuk mendeteksi getaran kuat saja, dilengkapi dengan alarm dan sistem
komunikasi untuk menyebar berita, kontrol operasional, dan perawatan jarak jauh.
Tide gauge, yakni alat untuk mengukur perubahan muka laut, yang disebabkan
oleh pasang dan surut harian muka laut yang disebabkan oleh gaya tarik bulan dan
matahari (normal), angin, atau tsunami. Informasi yang dibutuhkan untuk
peringatan dini (early warning) adalah pasang surut saat sebelum terjadinya
tsunami di lokasi bersangkutan, kemudian pasang naik mengakibatkan tsunami
menjadi informasi untuk lokasi yang lebih jauh.
Kedua alat tersebut dipasang di tempat yang sama pada sebuah shekter di
area pantai yang dilengkapi dengan alarm penanda bahaya. Peringatan pertama
berasal dari accelerograph, kemudian disusul dengan peringatan dari tide gauge
apabila terjadi perubahan muka air laut. Peringatan tersebut disampaikan kepada
warga sekitar berupa alarm, petugas atau aparat setempat untuk memulai proses
evakuasi, dan BMG pusat untuk monitoring dan informasi darurat agar disebarkan
ke daerah berpotensi lainnya.
Dikatakan jarak menengah, karena jeda waktu dari setelah terjadi gempa hingga
tsunami adalah 30 menit hingga 2 jam. Jarak dari pusat gempa hingga ke lokasi
berkisar antara 200-1,000 kilometer, yang mungkin saja masih merasakan gempa
dengan intensitas II hingga V MMI (Modified Mercalli Intensity). Tanda sebelum
terjadi tsunami adalah getaran kuat dan sering diikuti oleh laut pasang surut.
Peralatan tanda bahaya juga dilengkapi alarm untuk memberi peringatan tanda
bahaya, namun mungkin accelerograph tidak cukup berpengaruh karena
getarannya lemah.
Disebut dengan jarak jauh, karena jeda waktu dari setelah terjadi gempa hingga
tsunami bisa lebih dari dua jam. Jarak lokasi dari titik gempa melebihi 1,000
kilometer, karena itulah warga setempat tidak akan merasakan gempa. Pasang
surut air laut masih mungkin terjadi sebelum gelombang tsunami datang. Pada
daerah ini tidak diperlukan accelerograph.
JENIS JENIS STUNAMI DI INDONESIA
1. Tsunami Sumatera
2. Tsunami Krakatau
Tangal 3 Juni 1994, terjadi gempa bumi 7,8 SR yang berpusat di samudera
hindia hingga kemudian memicu terjadinya gelombang tsunami di pantai selatan
Jawa Timur. Tsunami mengakibatkan kerusakan parah di kawasan pemukiman
pesisir pantai terutama di Kabupaten Banyuwangi. Diperkirakan korban
meninggal mencapai 215 jiwa.