Anda di halaman 1dari 5

TUGAS PENGENDALIAN DAN

PENJAMINAN MUTU
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan penilaian mata kuliah
Pengendalian dan Penjaminan Mutu yang diberikan oleh: Dr. Bambang
Darmawan, M.M.

Disusun Oleh

Navajo Hayunaji Ramadhan (2202257)

Teknik Logistik

4-A

PROGRAM STUDI TEKNIK LOGISTIK


FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2024
Konsep Dasar Mutu
Edward Sallis (1993:22) menjabarkan terkait konsep mutu dalam konteks
Total Quality Management (TQM) dengan sudut pandang bahwasanya mutu
merupakan suatu konsep yang bersifat relatif, bukan absolut. Relativitas ini
memberikan penekanan bahwa mutu tidak hanya berasal dari produk atau layanan
itu sendiri, melainkan juga terkait dengan sejauh mana produk atau layanan tersebut
memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Mutu diartikan sebagai kemampuan
produk atau layanan untuk sesuai dengan standar atau spesifikasi yang telah
ditetapkan.
Perspektif relatif tidak mengukur mutu semata-mata berdasarkan harganya
atau sejauh mana eksklusifnya produk atau layanan tersebut. Sallis menyoroti dua
aspek utama dari definisi relatif tentang mutu. Pertama, penyesuaian diri terhadap
spesifikasi, yang dapat diartikan sebagai kesesuaian dengan tujuan dan manfaat
yang diinginkan. Kedua, memenuhi kebutuhan pelanggan, menekankan pentingnya
produk atau layanan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.
Sallis juga menyebutkan bahwa produsen dapat mencapai mutu dengan
memastikan produk atau layanan memenuhi spesifikasi awal secara konsisten.
Konsep ini diterapkan melalui sistem jaminan mutu yang memungkinkan produksi
yang konsisten, sehingga produk atau layanan dapat memenuhi standar atau
spesifikasi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, suatu produk atau layanan dapat
dianggap bermutu ketika berhasil memenuhi spesifikasi atau standar yang telah
ditetapkan.
Definisi mutu telah diperbarui dari waktu ke waktu untuk memenuhi
persyaratan baru yang diberlakukan oleh pelanggan. Dalam era digital, mutu adalah
kategori sistemik dan multi-level yang mencerminkan kemampuan organisasi untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang berkepentingan dengan aktivitasnya,
sekaligus mencapai pembangunan berkelanjutan dalam persaingan yang selalu
berubah lingkungan.
Konsep Dasar Mutu Menurut Beberapa Ahli
Kualitas pada umumnya dipersepsikan secara berbeda oleh orang yang
berbeda, oleh karena itu, ujian utama dalam memahaminya
kualitas terletak pada pelanggan, pemangku kepentingan utama dari produk jadi
atau layanan yang diberikan.
William E. Deming (1900–1993), bapak manajemen kualitas,
memperjuangkan gagasan bahwa kualitas dirasakansebagai “tingkat keseragaman
dan ketergantungan yang dapat diprediksi dengan standar kualitas yang sesuai
dengan pelanggan”.
Joseph Juran (1904–2008), pelopor peningkatan kualitas, mendefinisikan
kualitas sebagai “kesesuaian untuk digunakan”, dengan demikian juga berfokus
pada pelanggan yang akan menggunakan produk akhir yang dikirim ke pasar.
Pada gilirannya, Philip B. Crosby (1926–2001), seorang guru kualitas,
mengemukakan gagasan bahwa kualitas harus diterima sebagaikesesuaian dengan
spesifikasi tertentu dan persyaratan yang ditetapkan.
Oleh karena itu, konsep dasar dari definisi-definisi ini adalah sama –
memastikan kepatuhan dan produktivitas dengan tetap mempertimbangkan
kepentingan pelanggan.
Manajemen Mutu Terpadu
Manajemen mutu terpadu menekankan strategi pembuatan, pendataan, dan
komunikasi demi meningkatnya disiplin dan kualitas kegiatan operasional dan
budaya perusahaan. Manajemen mutu terpadu juga bisa diartikan sebagai
pendekatan manajerial yang digunakan untuk menyentuh titik kesuksesan jangka
panjang dengan kepuasan pelanggan sebagai prioritas utama. Perlu diingat kembali
bahwa manajemen mutu terpadu merupakan konsep yang selalu berubah setiap
waktunya . Sistem yang mendasari manajemen mutu terpadu dirancang sebagai
sistem berstandar tinggi. Entah sistem atau budaya suatu organisasidapat
menghasilkan perubahan besar. Hansler and Brunell in Lamato et al. (2017)
menyatakan total empat prinsip manajemen mutu, yaitu kepuasan
pelanggan,menghormati semua orang, manajemen fakta, dan perbaikan secara
berkelanjutan.
Manajemen Mutu Terpadu melakukan pendekatan manajemen yang
mengubah permainan. Penelitian manajemen mutu terpadu muncul dari tuntutan
praktis bisnis yang mengadopsi sikap ini (Ahire et al., 1995). Akibatnya,
manajemen rantai pasok dan mutu terpadu, serta teknologi informasi di perusahaan
manufaktur menjadi burukmasih dalam tahap awal peningkatan kinerja operasional
dan kinerja perusahaan (Ahmed et al., 2022)
Manajemen mutu terpadu juga merupakan pendekatan populer untuk
meningkatkan mutu. Ini melibatkan komitmen jangka panjang instansi terhadap
peningkatan mutu yang berkelanjutan serta berkesinambungan, di seluruh
organisasi dan dengan partisipasi aktif dari seluruh individu di semua tingkatan
untuk memenuhi dan melampaui kepuasan pelanggan. Filosofi yang didorong oleh
manajemen puncak ini dianggap sebagai sebuah cara kehidupan organisasi (Joiner,,
2017).
Mutu 4.0
Mutu 4.0 merupakan istilah yang baru muncul di era sekarang ini yang
mewakili pendekatan unggulan baru terhadap manajemen mutu. Evolusi teknologi
informasi dan komunikasi saat ini membawa lompatan besar dalam bidang Industri
sehingga menimbulkan apa yang disebut dengan ‘Industri 4.0’. Istilah ‘4.0’ telah
melekat pada bidang lain seperti mutu 4.0, Agrikultur 4.0, Agribisnis 4.0, Logistik
4.0, dll. Hal ini mewakili dampak Industri 4.0 dalam istilah-istilah ini.
Dalam paradigma Industri 4.0, globalisasi mendorong bisnis untuk
beroperasi dengan cara khusus yang semakin kompleks dibandingkan di masa lalu.
Revolusi Industri 4.0 ini didasarkan pada teknik rekayasa dan manufaktur mutakhir,
digitalisasi secara masif, analisis data besar, robotika modern, otomatisasi adaptif,
aditif dan presisi manufaktur (misalnya, pencetakan 3D), pemodelan dan simulasi,
kecerdasan buatan, dan rekayasa nanoteknologi. Revolusi ini menghadirkan
tantangan dan peluang.
Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, semakin maraknya penerapan
Sistem Produksi Cyber-Fisik (CPPS) dan teknologi digital canggih di lantai
produksi melahirkan kemungkinan peralihan ke proses manufaktur cerdas yang
cenderung lebih akurat, dapat dikonfigurasi kembali, dan responsif terhadap
perubahan dalam konteks produksi. Sistem CPPS mewadahi digitalisasi proses
produksi fisik dan memberi peningkatkan optimalisasi proses otomasi dan kontrol
berbasis data. Selain itu, mereka dapat menutup loop di lapangan untuk menerapkan
proses otomasi industri berbasis data. Optimalisasi berbasis data berdasarkan sistem
CPPS merupakan inti dari revolusi industri keempat (Industri 4.0), yang merevolusi
otomasi industri dan mendorong pengembangan pabrik yang sangat efisien.
Di bidang manajemen mutu tingkat lanjut, Industri 4.0 merubah
pengendalian mutu ke arah yang meningkatkan kemampuan produsen untuk
memenuhi tujuan ambisius, seperti peningkatan kualitas produk, pengurangan
biaya produksi, waktu pemasaran yang lebih cepat, serta sasaran kinerja lingkungan
(e.g., reduction of scrap) (Soldatos et al., 2019)
Manajemen Mutu Pada Rantai Pasok
Pada prinsipnya, manajemen kualitas rantai pasokan merupakan koordinasi
dan integrasi proses bisnis yang mencakup semua organisasi dalam rantai pasokan,
untuk mengendalikan, mengevaluasi, menganalisis, dan meningkatkan output
untuk menciptakan nilai tambah pelanggan
DAFTAR REFERENSI

Suhendi, R. International Journal of Social Science and Human Research.


DOI: 10.47191/ijsshr/v6-i12-94, Impact factor- 6.686

Sumiati, S., & Ahmad, A. (2021). Pengendalian Mutu Pendidikan: Konsep Dan
Aplikasi. Iqra: Jurnal Magister Pendidikan Islam, 1(1), 43-50.

Sader, S., Husti, I., & Daroczi, M. (2022). A review of quality 4.0: Definitions, features,
technologies, applications, and challenges. Total Quality Management & Business
Excellence, 33(9-10), 1164-1182.
https://doi.org/10.1080/14783363.2021.1944082

Christou, I. T., Kefalakis, N., Soldatos, J. K., & Despotopoulou, A. M. (2022). End-to-end
industrial IoT platform for Quality 4.0 applications. Computers in Industry, 137, 103591.
https://doi.org/10.1016/j.compind.2021.103591

Akhmatova, M. S., Deniskina, A., Akhmatova, D. M., & Prykina, L. (2022). Integrating
quality management systems (TQM) in the digital age of intelligent transportation systems
industry 4.0. Transportation Research Procedia, 63, 1512-1520.
https://doi.org/10.1016/j.trpro.2022.06.163

: Ramlawati, S. Murniati, A. H. C. Haditomo, N. Mambuhu, A. J. Indriakati, and Fitriana.


2022. Analyzing Mediation Effect of Competitive Advantage on Firm Performance as
Measured by Total Quality Management and Supply Chain Management. Jurnal Aplikasi
Manajemen, Volume 20, Number 1, Pages 66–74. Malang: Universitas Brawijaya.
http://dx.doi.org/10.21776/ub.jam.2022.020.01.07.

Jarrah, M. (2023). Total quality management and the role in developing supply chain
management in Jordan companies. Uncertain Supply Chain Management, 11(2), 737-742.
http://dx.doi.org/10.5267/j.uscm.2023.1.007

Burgess, P., Sunmola, F., & Wertheim-Heck, S. (2022). Blockchain enabled quality
management in short food supply chains. Procedia Computer Science, 200, 904-913.
https://doi.org/10.1016/j.procs.2022.01.288

Carvalho, A. V., & Lima, T. M. (2022). Quality 4.0 and Cognitive Engineering Applied to
Quality Management Systems: A Framework. Applied System Innovation, 5(6), 115.
https://doi.org/10.3390/asi5060115

Ahmad, M. A. (2022). Impact of total quality management on the performance of


organizations in the Nigerian service sector. Total Quality Management, 2(3).

Anda mungkin juga menyukai