Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH KESADARAN SOSIAL TERHADAP KETERIKATAN

KERJA DENGAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN SEBAGAI


VARIABEL MEDIATOR
Rachel Kizhaya Salim(1) Kelly Karnelia (2)
Management Program, Management Study Program, BINUS Business School Undergraduate
Program, Bina Nusantara University, Jakarta, Indonesia 11480.
ABSTRACT
This research discusses the influence of social awareness on work engagement with the well being as
a mediator variable. The aim of the research is to determine the effect of social awareness on work
engagement with the employee welfare variable as a mediator. The sampling technique used in this
research was by distributing questionnaires to 200 employees. The analysis test tool used is
SmartPLS v 3.2.9 with the SEM (Structural equation modeling) analysis method. The results of this
research show that social awareness has a positive and significant effect on work engagement, social
awareness has a positive and significant effect on well being, well being has a positive and significant
effect on work engagement, social awareness has a positive and significant effect on work
engagement with the well being as a mediator variable.
Keywords : Social Awarenes, Well Being, Work Engagement
ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai pengaruh kesadaran sosial terhadap keterikatan kerja dengan
kesejahteraan karyawan sebagai variabel mediator. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh kesadaran sosial terhadap keterikatan kerja dengan variabel kesejahteraan sebagai
mediasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan penyebaran kuesioner kepada 200 karyawan. Alat uji analisis yang digunakan adalah
SmartPLS v 3.2.9 dengan metode analisis SEM (Structural equation modeling). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kesadaran sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterikatan kerja,
kesadaran sosial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan karyawan, kesejahteraan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterikatan kerja, kesadaran sosial berpengaruh positif
dan signifikan terhadap keterikatan kerja dengan kesejahteraan karyawan sebagai variabel mediator.
Kata Kunci : Kesadaran Sosial, Kesejahteraan, Keterikatan Kerja

PENDAHULUAN
Organisasi saat ini sedang menghadapi persaingan yang semakin sengit. Dalam situasi ini, organisasi
semakin fokus pada kemampuan intelektual individu sebagai faktor keunggulan strategis yang
penting. Sementara itu, dalam hal kemampuan intelektual, organisasi menggantungkan diri pada
tenaga kerja yang terampil dan berpengetahuan. Anggota tim ini terdiri dari individu-individu terlatih
dengan kemampuan analitis yang kuat (Abdillah, 2022).
Populasi pekerja ini terdiri dari individu yang terampil dan berperan dalam menciptakan pengetahuan.
Mereka dikelompokkan ke dalam tiga kategori, yaitu pencipta pengetahuan yang merujuk pada
individu yang menciptakan pengetahuan baru seperti ahli riset; pembagi ilmu yang mengacu pada
individu yang berbagai pengetahuan kepada orang lain seperti guru; dan pemanfaat pengetahuan yang
menggambarkan individu yang menggunakan keterampilan mereka, seperti para teknisi (Aziz, 2019).
Gambar 1.1 Employee Engagements
Sumber : (Kompas, 2022)
Perusahaan dengan tingkat social awareness yang tinggi dapat meningkatkan penjualan dan
produktivitas karyawan sehingga semakin tinggi social awareness maka semakin baik work
engagement yang dihasilkan melalui well being. Dapat dilihat pada gambar 1.1 menunjukkan bahwa
employee engagement membantu perusahaan untuk meningkatkan produktivitas karyawan sebesar
22%, meningkatkan penjualan sebesar 20%, adapun karyawan yang merasa terikat karena belum
menerapkan social awareness dan well being sebesar 15%.
Saat dunia beralih ke ekonomi berbasis pengetahuan, konsep pekerja yang memiliki pengetahuan
menjadi semakin penting dalam bidang penelitian manajemen. Oleh karena itu, peneliti dan ahli
manajemen organisasi secara lebih intens menekankan pada konsep bahwa pengetahuan pekerja harus
dianggap sebagai aset yang penting, didorong, dipelihara, dan terlibat aktif dalam kegiatan organisasi
(Ardita, 2023). Karyawan dalam kelompok ini merasakan kegelisahan dan kekhawatiran mereka
karena tanggung jawab mereka untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan tepat waktu. Sifat
individu yang sangat memperhatikan ini mendukung peningkatan konsentrasi dan efisiensinya, dan
umumnya dianggap meningkatkan tingkat kebahagiaannya.
Social awareness merupakan suatu istilah yang termasuk dalam kompetensi sosial, merujuk pada
kemampuan individu untuk memahami dan menghargai hubungan emosional dengan orang di
sekitarnya, tanpa memperhatikan perbedaan golongan atau latar belakang mereka, social awareness
dapat dipahami sebagai kemampuan individu dalam merespons dengan cepat dan akurat terhadap
objek atau situasi sosial tertentu yang berada di sekitarnya (Pratiwi, 2019). Keterlibatan merupakan
dorongan atau semangat yang mendorong karyawan untuk aktif membantu perusahaan mencapai
tujuan. Employee engagement memiliki hubungan dengan konsekuensi positif bagi bisnis yang lebih
signifikan, seperti meningkatnya motivasi karyawan, peningkatan kinerja yang cepat, peningkatan
kualitas pekerjaan, dan penurunan tingkat pergantian karyawan.
Penelitian yang dilakukan oleh Alzyoud (2019) menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara
well being dengan work engagement artinya, semakin tinggi psychological well being maka semakin
tinggi pula work engagement. Penelitian yang dilakukan oleh (Ardita, 2023) terdapat Variabel
dukungan sosial berpengaruh signifikan terhadap keterikatan kerja, variabel dukungan sosial
berpengaruh signifikan terhadap modal psikologis, variabel modal psikologis berpengaruh signifikan
terhadap keterikatan kerja, variabel modal psikologis secara signifikan memediasi pengaruh dukungan
sosial terhadap keterikatan kerja. Oleh karena itu, manajer organisasi yang padat pengetahuan dapat
mengandalkan peningkatan tenaga kerja mereka penuh perhatian dengan berinteraksi dengan mereka
untuk mendapatkan wawasan mendalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian
mereka.
Bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Setiawan (2019) yang menyatakan bahwa tinggi
rendahnya social awareness dan komitmen perawat terhadap organisasi tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap tinggi rendahnya Perilaku Kewarganegaraan Organisasi. Dari permasalahan yang

2
telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Pengaruh Kesadaran Sosial
Terhadap Keterikatan Kerja Dengan Kesejahteraan Karyawan Sebagai Variabel Mediator”.
METODE PENELITIAN
Bentuk penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif kausal dengan
pendekatan kuantitatif. Menurut Sugiyono (Iqbal, 2021) data kuantitatif merupakan suatu metode
penelitian yang berlandaskan positivistic (data konkrit), data penelitian berupa angka-angka yang
akan diukur menggunakan statistik sebagai alat uji perhitungan, berkaitan dengan masalah yang
diteliti untuk menghasilkan suatu kesimpulan. Desain penelitian asosiatif kausal adalah penelitian
yang disusun untuk meneliti kemungkinan adanya hubungan sebab akibat yang sudah dapat diprediksi
oleh peneliti, sehingga peneliti dapat menyatakan klasifikasi variabel penyebab dan variabel terikat.
Tabel 1.1 Desain Penelitian
Tujuan Penelitian Jenis Penelitian Metode Penelitian Unit Analisis
T-1 Asosiatif Kausal Kuantitatif Karyawan

T-2 Asosiatif Kausal Kuantitatif Karyawan

T-3 Asosiatif Kausal Kuantitatif Karyawan

T-4 Asosiatif Kausal Kuantitatif Karyawan

Sumber : (Penulis, 2023)


Keterangan:
 T-1 Untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Sosial terhadap Kesejahteraan Karyawan
 T-2 Untuk mengetahui pengaruh Kesejahteraan Karyawan terhadap Keterikatan Kerja
 T-3 Untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Sosial terhadap Keterikatan Kerja
 T-4 Untuk mengetahui pengaruh Kesadaran Sosial terhadap Keterikatan Kerja dengan
Kesejahteraan Karyawan sebagai variabel Mediator.

Elemen atau nilai yang berasal dari objek atau kegiatan yang memiliki ragam variasi tertentu yang
kemudian akan ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Berdasarkan objek
penelitian dan metode penelitian yang digunakan, maka dibawah ini diungkapkan operasionalisasi
variabel penelitian ini yaitu sebagai berikut :
 Variabel X (Kesadaran Sosial)
Social Awareness adalah kemampuan yang berkaitan dengan empati. Orang yang memiliki
empati yang tinggi mampu memahami, menghormati dan menempatkan dirinya di posisi
orang lain yang memiliki latar belakang atau budaya yang berbeda dari dirinya (Sahara,
2022).
 Variabel Y (Kesejahteraan Karyawan)
Well being adalah cara pandang dan penilaian individu baik dari evaluasi yang kognitif dan
afeksi (perasaan) terhadap pengalaman hidupnya serta mengidentifikasi dalam kesejahteraan
psikologis (Marheni,2021).
 Variabel Z (Keterikatan Kerja)
Work engagement yaitu keterlibatan, kepuasan, dan antusiasme karyawan dalam bekerja
Menurut Saks (Aziz, 2019).

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian
ini adalah data yang diperoleh berdasarkan jawaban kuesioner yang dibagikan kepada seluruh
responden. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama tanpa
melalui perantara, baik itu perorangan maupun kelompok. Adapun data sekunder dari penelitian ini
diperoleh dari penelitian terdahulu seperti, jurnal, artikel dan sejenisnya. Teknik pengumpulan data

3
dalam penelitian ini yaitu dengan cara teknik penyebaran kuesioner. Memberikan daftar pertanyaan
kepada para karyawan yang sudah bekerja untuk mengetahui respon maupun jawaban yang berkaitan
secara objektif dan seluruh pertanyaan berdasarkan kuesioner yang telah ditulis oleh peneliti. dalam
penggunaan teknik ini, responden diberikan tanggung jawab dan melakukannya secara objektif.
Adapun skala yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan Skala
Likert yaitu skala yang didasarkan pada penjumlahan sikap responden dalam merespon pertanyaan
berkaitan dengan indikator-indikator suatu variabel yang sedang diukur. Skala Likert adalah alat yang
digunakan untuk mengukur subjek kedalam 5 hingga 7 poin skala dengan interval yang sama. Dalam
penelitian ini menggunakan skala likert 7 poin. Skala likert 7 poin dapat meminimalisir kesalahan
pengukuran dan lebih presisi (Nastiti, 2023).
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dengan cara teknik penyebaran kuesioner.
Memberikan daftar pertanyaan kepada para karyawan yang sudah bekerja untuk mengetahui respon
maupun jawaban yang berkaitan secara objektif dan seluruh pertanyaan berdasarkan kuesioner yang
telah ditulis oleh peneliti. dalam penggunaan teknik ini, responden diberikan tanggung jawab dan
melakukannya secara objektif. Adapun skala yang digunakan dalam pengumpulan data dalam
penelitian ini menggunakan skala Likert yaitu skala yang didasarkan pada penjumlahan sikap
responden dalam merespon pertanyaan berkaitan dengan indikator-indikator suatu variabel yang
sedang diukur. Skala Likert adalah alat yang digunakan untuk mengukur subjek kedalam 5 hingga 7
poin skala dengan interval yang sama. Dalam penelitian ini menggunakan skala likert 7 poin. Skala
likert 7 poin dapat meminimalisir kesalahan pengukuran dan lebih presisi (Nastiti, 2023).
Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang sudah bekerja dan jumlah populasi dalam
penelitian ini tidak diketahui secara pasti. Sedangkan ukuran sampel merupakan suatu langkah untuk
menentukan besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan suatu penelitian. Dari penyebaran
data kuesioner online jumlah responden yang masuk adalah 200 karyawan. jumlah minimum sampel
dalam penelitian ini adalah 60 - 120. Untuk meningkatkan akurasi data, maka penulis memutuskan
untuk menggunakan sampel sebanyak 200 responden. Yang artinya, jika jumlah sampelnya terpenuhi
maka pengambilan sampel akan ditutup. Untuk meningkatkan akurasi data, maka penulis memutuskan
untuk menggunakan sampel sebanyak 200 responden. Maka dari itu, dalam penelitian ini
menggunakan rumus Lemeshow, karena jumlah populasi yang tidak diketahui.
Metode analisis data dalam penelitian ini yaitu SEM-Partial Least Square (PLS) dengan bantuan
Smartpls untuk pengujian hipotesisi ini. Structural Equation Modeling – Partial Least Square (SEM-
PLS) adalah sebuah teknik analisis data yang multivariate dengan tujuan untuk menguji hubungan
antar variabel yang ada pada model dan digunakan untuk jumlah sampel data yang sedikit.
HASIL DAN BAHASAN
Responden dalam penelitian ini adalah karyawan yang sudah bekerja. Terdapat total seluruh
responden sebanyak 200 responden. Peneliti mengelompokkan profil responden berdasarkan jenis
kelamin, usia, nama perusahaan, industry pekerjaan, lama bekerja, departemen pekerjaan, dan level
pekerjaan. Penyebaran kuesioner pada penelitian ini menggunakan Google Form dan disebar melalui
media seperti Instagram, Whatsapp, dan Line.
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner, dapat dilihat bahwa jenis kelamin pria lebih banyak dari
wanita. Jumlah responden karyawan berjenis kelamin laki sebanyak 107 atau (53,5%) karyawan dan
karyawan berjenis kelamin perempuan sebanyak 93 atau (46,5%), dengan total responden sebanyak
200 karyawan. Dalam penelitian ini, jumlah responden laki-laki lebih banyak daripada perempuan.
Hal ini dapat dijelaskan oleh beberapa factor yang relavan dengan konteks penelitian ini. Pertama,
industry tempat penulis melakukan penelitian cenderung didominasi oleh laki-laki. Sebagai contoh,
dalam industry transportasi lebih banyak laki-laki yang bekerja dibandingkan dengan perempuan,
sehingga wajar jika jumlah responden laki-laki lebih banyak.
Dalam penelitian ini, dominasi responden pada rentang usia 18-25 tahun memiliki beberapa
penjelasan yang relevan dengan konteks industri atau populasi yang diteliti. Pertama, rentang usia ini
mencerminkan komposisi umur yang lebih besar dalam populasi karyawan di industri tersebut.

4
Misalnya, industri teknologi atau startup cenderung memiliki jumlah karyawan muda yang lebih
besar, sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar responden berada dalam rentang usia
tersebut.
Kedua, faktor-faktor seperti tingkat pendidikan atau pengalaman kerja awal juga dapat mempengaruhi
dominasi responden pada rentang usia ini. Pada umumnya, orang yang berusia 18-25 tahun cenderung
baru lulus 46 atau masih dalam tahap awal karir mereka, sehingga lebih aktif dalam mencari informasi
atau berpartisipasi dalam penelitian. Namun demikian, penting untuk memperhatikan bahwa dominasi
responden pada rentang usia tertentu tidak selalu mencerminkan keseluruhan gambaran industri atau
populasi karyawan. Misalnya, meskipun responden usia 46-60 tahun hanya sedikit, pandangan dan
pengalaman mereka dalam industri mungkin sangat berharga dan berbeda dengan kelompok usia
lainnya.
Pada penelitian ini dijelaskan secara singkat mengenai gambaran umum penelitian pada setiap
variabel, antara lain Kesadaran Sosial, Kesejahteraan Karyawan, dan Keterikatan Kerja. Setiap
variabel dijelaskan 55 bagaimana gambaran tersebut diukur berdasarkan skala likert, sesuai dengan
skala pengukuran pada hasil kuesioner yang telah diisi oleh 200 responden. Pada penelitian ini,
indikator atau butir pertanyaan dihitung dengan skala skor 1-5. Oleh sebab itu, rata-rata skor tiap
variabel dapat diinterpretasikan menjadi 5 kategori, yaitu sebagai berikut :
Tabel 1.2 Interval per Kategori Jawaban
No. Interval Keterangan
1. 1,00 – 1,80 Sangat Rendah

2. 1,81 – 2,60 Rendah

3. 2,61 – 3,40 Sedang

4. 3,41 – 4,20 Tinggi

5. 4,21 – 5,00 Sangat Tinggi

Sumber : (Sugiyono, 2018)

Implikasi Teoritis Kesadaran Sosial berpengaruh signifikan terhadap Kesejahteraan Karyawan


Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Social Awareness memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel Well Being. Hal tersebut dapat dilihat dari
nilai yang dihasilkan oleh t-statistic sebesar 4.463 > 1.96. Penelitian ini didasarkan pada nilai
koefisien jalur sebesar 0.404 atau sebesar 40.4% yang artinya variabel Social Awareness memberikan
kontribusi terhadap variabel Well Being sebesar 40.4%. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Social Awareness terhadap Well Being yang dapat
diterima.
Pendapat lain juga dijelaskan oleh penelitian sebelumnya yaitu Syafiasani (2022) menunjukkan bahwa
mindfulness berpengaruh signifikan terhadap psychological well being pada remaja SMA Negeri X di
Kota Bandung sebesar 50,7%. Jika seorang remaja mampu melakukan berbagai aktivitas dengan
penuh perhatian dan dapat menunjukkan adanya penerimaan diri tanpa menghakiminya, maka dapat
mempengaruhi psychological well being remaja tersebut sehingga mereka memiliki rasa kemandirian,
tekun dan optimis.
Penelitian juga dilakukan oleh Istiqomah, (2020) menunjukkan bahwa mindfulness berpengaruh
signifikan terhadap psychological well being pada mahasiswa yang baru tinggal di pondok pesantren.
Hal ini pun menunjukkan bahwa semakin tinggi mindfulness maka semakin tinggi pula psychological
well being seseorang atau mahasiswa. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah mindfulness maka
semakin rendah pula psychological well being seseorang atau mahasiswa.
Implikasi Kesejahteraan Karyawan berpengaruh signifikan terhadap Keterikatan Kerja

5
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Well Being memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel Work Engagement. Hal tersebut dapat dilihat
dari nilai yang dihasilkan oleh t-statistic 5.817 > 1.96. Penelitian ini didasarkan pada nilai koefisien
jalur sebesar 0.394 atau sebesar 39.4% yang artinya variabel Well Being memberikan kontribusi
terhadap variabel Work Engagement sebesar 39.4%. Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan antara variabel Well Being terhadap Work Engagement yang dapat
diterima.
Pendapat lain juga dijelaskan oleh penelitian sebelumnya yaitu Safinaz (2022) menjelaskan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara psychological well being terhadap work engagement guru. Jika
psychological well being semakin tinggi maka semakin tinggi pula work engagement guru. Begitu
pula sebaliknya, Jika psychological well being semakin rendah maka semakin rendah pula work
engagement guru. Penelitian juga dilakukan oleh Paramitta (2020) menjelaskan bahwa terdapat
hubungan positif antara psychological well being terhadap work engagement karyawan. Apabila
semakin tinggi psychological well being maka semakin tinggi work engagement yang dimiliki oleh
karyawan. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah psychological well being maka semakin rendah
work engagement yang dimiliki oleh karyawan.
Implikasi Kesadaran Sosial berpengaruh signifikan terhadap Keterikatan Kerja
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Social Awareness memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel Work Engagement. Hal tersebut dapat 76
dilihat dari nilai yang dihasilkan oleh t-statistic 4.196 > 1.96. Penelitian ini didasarkan pada nilai
koefisien jalur sebesar 0.301 atau sebesar 30.1% yang artinya variabel Social Awareness memberikan
kontribusi terhadap variabel Work Engagement sebesar 30.1%. Maka dari itu, dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Social Awareness terhadap Work
Engagement yang dapat diterima.
Pendapat lain juga dijelaskan oleh penelitian sebelumnya yaitu Wiroko (2019), menunjukkan bahwa
terdapat pengaruh signifikan antara variabel mindfulness terhadap work engagement. Semakin tinggi
tingkat kesadaran seseorang maka dia akan lebih ikut terlibat dalam pekerjaannya. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah tingkat kesadaran seseorang maka dia akan jarang ikut terlibat dalam
pekerjaannya.
Penelitian juga dilakukan oleh (Aisyah, 2022) menunjukkan bahwa adanya tidak terdapat hubungan
yang signifikan antara mindfulness terhadap work engagement. Hal ini disebabkan karena ada faktor
lain seperti karyawan bekerja dengan penuh dengan tekanan sehingga membuat mindfulness
karyawan menjadi negatif atau buruk yang akhirnya menimbulkan kecemasan dan ketidaknyamanan
karyawan saat bekerja. Hal ini pun didukung oleh penelitian sebelumnya bahwa mindfulness tidak
selalu berpengaruh positif karena terdapat perbedaan faktor individu yang mempengaruhi mindfulness
mereka seperti bagaimana individu dalam menyikapi sebuah kesadaran.
Implikasi Kesadaran Sosial berpengaruh signifikan terhadap Keterikatan Kerja dengan
Kesejahteraan Karyawan sebagai variabel Mediator
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Social Awareness memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel Work Engagement melalui mediator Well
Being. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai yang dihasilkan oleh t- 77 statistic 3.024 > 1.96. Penelitian
ini didasarkan pada nilai koefisien jalur sebesar 0.138 atau sebesar 13.8% yang artinya variabel Well
Being memberikan kontribusi terhadap variabel Work Engagement sebesar 13.8%Maka dari itu, dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel Social Awareness terhadap
Work Engagement melalui mediator Wellbeing yang dapat diterima.
Pendapat lain juga dijelaskan oleh penelitian sebelumnya yaitu Masyhuri (2021) menunjukkan bahwa
psychological well being memiliki peran sebagai variabel mediator antara variabel workplace
spirituality dan perceived organizational support terhadap innovative work behavior. Hal ini pun
menunjukkan bahwa workplace spirituality dapat secara langsung dan tidak langsung berpengaruh

6
tanpa harus melalui psychological well being terhadap peningkatan perilaku inovatif dari guru dan
karyawan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah.
Penelitian juga dilakukan oleh Seno (2022) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh simultan antara
quality of work life dan stres kerja terhadap kinerja karyawan yang dimediasi oleh psychological well
being. Dapat dikatakan apabila terjadi peningkatan quality to work life dan penurunan stres kerja
maka akan meningkatkan kinerja karyawan yang dimediasi oleh psychological well being pada tenaga
kesehatan yang bekerja selama pandemi Covid-19.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa seluruh variabel memiliki pengaruh
yang signifikan dan positif. Bagi perusahaan yang belum menerapkan kesadaran sosial baik secara
langsung maupun tidak langsung, karena sebagian karyawan sudah akan tentang lingkungan sosial
mereka sendiri dan tanggung jawab. Oleh karena itu, bagi perusahaan yang menerapkan kesadaran
sosial secara langsung maka perusahaan harus tetap mempertahakan agar kesadaran sosial karyawan
tidak menurun. Untuk perusahaan yang belum menerapkan kesadaran sosial secara tidak langsung
maka perusahaan harus memberikan motivasi, 78 mengajak karyawan yang berada di bawah untuk
ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan perusahaan.
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh social awareness terhadap work engagement
melalui mediator well being. Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka kesimpulan yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel Kesadaran
Sosial terhadap Kesejahteraan Karyawan.
2. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel
Kesejahteraan Karyawan terhadap Keterikatan Kerja.
3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel Kesadaran
Sosial terhadap Keterikatan Kerja.
4. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara variabel Kesadaran
Sosial terhadap Keterikatan Kerja melalui mediator Kesejahteraan Karyawan.

Berdasarkan kesimpulan diatas, saran yang dapat diberikan sebagai berikut :


1. Bagi Perusahaan
Bagi perusahaan yang belum menerapkan kesadaran sosial baik secara langsung maupun
tidak langsung, karena sebagian karyawan sudah akan tentang lingkungan sosial mereka
sendiri dan 80 tanggung jawab. Oleh karena itu, bagi perusahaan yang menerapkan kesadaran
sosial secara langsung maka perusahaan harus tetap mempertahakan agar kesadaran sosial
karyawan tidak menurun. Untuk perusahaan yang belum menerapkan kesadaran sosial secara
tidak langsung maka perusahaan harus memberikan motivasi, mengajak karyawan yang
berada di bawah untuk ikut aktif berpartisipasi dalam kegiatan perusahaan.
2. Bagi Pihak Akademisi
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu proses pembelajaran serta
praktikilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan praktik Kesadaran Sosial terhadap
Keterikatan Kerja dengan Kesejahteraan Karyawan sebagai Variabel Mediator.
3. Bagi Peneliti
Selanjutnya Penelitian ini dapat menjadi referensi tambahan bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan Kesadaran Sosial terhadap Keterikatan Kerja dengan Kesejahteraan
Karyawan sebagai Variabel Mediator

REFERENSI
Abdillah, M. R., & Rahmat, A. (2022). Hubungan Dukungan Sosial dan Keterikatan Kerja: Peran
Mediasi Modal Psikologis. JURNAL KOMUNITAS SAINS MANAJEMEN, 1(3), 257-264.
Aisyah, S. (2022). Pengaruh Job Crafting Terhadap Work Engagement Melalui Mindfulness Sebagai
Mediator. Jurnal Indonesia Sosial Teknologi, 3(08), 852-866.

7
Alzyoud, A. A. Y. (2018). The influence of human resource management practices on employee work
engagement. Foundations of Management, 10(1), 251-256.
Ardita, L., & Nugrohoseno, D. (2023). Peran job crafting dan work engagement sebagai pemediasi
pengaruh perceived organizational support terhadap adaptive performance. Jurnal Ilmu
Manajemen, 433-446.
Aziz, F. A., & Raharso, S. (2019, August). Pengaruh work engagement terhadap employee service
innovative behavior: Kajian empiris di minimarket. In Prosiding Industrial Research
Workshop and National Seminar (Vol. 10, No. 1, pp. 777-788).
Iqbal, M. (2021). Efektifitas Digital Marketing Terhadap Kualitas Layanan pada Usaha di Masa
Pandemi Covid 19 (Studi Kasus di Aceh). JEMSI (Jurnal Ekonomi, Manajemen, dan
Akuntansi), 7(2), 83-93.
Istiqomah, S., & Salma, S. (2020). Hubungan antara mindfullness dan psychological well-being pada
mahasiswa baru yang tinggal di pondok pesantren x, y, dan z.
Marheni, A. K. I. (2021). Psychological well-being dan keterampilan bersosialisasi pada wanita
bekerja yang sudah menikah. Jurnal Selaras: Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi
Pendidikan, 4(2), 97-108.
Masyhuri, M., Pardiman, P., & Siswanto, S. (2021). The effect of workplace spirituality, perceived
organizational support, and innovative work behavior: the mediating role of psychological
well-being. Journal of Economics, Business, & Accountancy Ventura, 24(1), 63-77.
Nastiti, W. A. R., Wibowo, J., & Suhandiah, S. (2023). Analisis Kelayakan Bisnis Produksi Tas
Backpack: Studi Tentang 85 Potensi Pasar Berdasarkan 6 Aspek Kelayakan. Jurnal Bisnis
dan Manajemen, 3(2), 253-268.
Paramitta, A., Putra, A. I. D., & Sarinah, S. (2020). Work Engagement Ditinjau dari Psychological
Well-being pada Karyawan PT. Sumatera Berlian Motors. Philanthropy : Journal of
Psychology, 4(1), 45-56.
Pratiwi, C. Y. (2019). Strategi Komunikasi Indonesian Youth Opportunities In International
Networking (Iyoin) Dalam Meningkatkan Social Awareness Kepada Masyarakat (Studi
Kasus pada IYOIN wilayah Tangerang). Swabumi, 7(2), 99- 103. Putri, N. A.,
Sahara, P. L. (2022). Peningkatan Social Awareness Mahasiswa Bimbingan Penyuluhan Islam IAIN
Ponorogo Melalui Komunitas Ngaji Pramonorogo (Doctoral dissertation, IAIN Ponorogo).
Seno, Y. A., Anindita, R., & Jus‟at, I. (2022). Tenaga Kesehatan Selama Pandemi: Pentingnya Peran
Psychological Well Being sebagai Mediasi Quality of Work Life dan Stres Kerja terhadap
Perceived Productivity dalam Masa Pandemi Covid19 di Rumah Sakit Swasta Jakarta. Jurnal
Health Sains, 3(1), 162-177.
Setiawan, M. H., Komarudin, R., & Kholifah, D. N. (2022). Pengaruh Kepercayaan, Tampilan Dan
Promosi Terhadap Keputusan Pemilihan Aplikasi Marketplace. Jurnal Infortech, 4(2), 139-
147.
Syafiasani, N., & Rahayu, M. S. (2022, January). Pengaruh Mindfulness terhadap Psychological
Well- Being pada Remaja SMA Negeri X di Kota Bandung. In Bandung Conference Series:
Psychology Science (Vol. 2, No. 1, pp. 160-166).

RIWAYAT PENULIS
Nama penulis lahir di kota (kelahiran) pada (tanggal bulan tahun). Penulis menamatkan pendidikan
S1/S2/S3 di (Universitas) dalam bidang (ilmu) pada (tahun). Saat ini bekerja sebagai (jabatan) di
(instansi tempat bekerja). Penulis aktif di (organisasi profesi) sebagai (jabatan).

Anda mungkin juga menyukai