Anda di halaman 1dari 9

KASUS PELANGGARAN NILAI SILA KEDUA

“ KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB ”

TUGAS PANCASILA

KELOMPOK:

GANDA SANDI DERMAWAN 21090000003


DANI SETIAWAN 21090000007
ASTRI RAUDHATUL JANNAH 21090000025
AINNI FATHMAWATI 21090000031

UNIVERSITAS MERDEKA MALANG


FAKULTAS PSIKOLOGI
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan kekuatan
serta ilmu yang bermanfaat kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila dengan judul materi “ Kasus Pelanggaran
Nilai Sila Kedua ‘Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab’ ”.
kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada ibu Dr. Kadek Wiwik
Indrayanti, S.H., M.Sc. Selaku dosen pengampu mata kuliah Pancasila atas bimbingan
dan arahan yang beliau berikan kepada kami selaku penyusun dari kelompok II selama
pengerjaan makalah ini.
Kami berharap, semoga makalah ini dapat membantu, menambah pengetahuan dan
wawasan bagi para pembaca dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca.
Demikian makalah ini kami susun, dan kami sadar bahwa makalah ini masih banyak
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami meminta agar
sekiranya pembaca dapat memberikan masukan dan sarannya demi kebaikan kami
dalam penulisan makalah kedepannya.

Malang, 28 Desember 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Kasus
Dengan wajah nelangsa, Nuryana, 22, menceritakan kepada wartawan
pengalaman pahitnya ketika bekerja di pabrik panci di Kampung Bayur Kopak,
Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang. Dalam waktu enam bulan dia bekerja
di pabrik milik Juki Hidayat itu, tidak sepeser pun uang yang diterimanya,
padahal anak ke enam dari tujuh bersaudara itu bekerja untuk membantu
orangtuanya. Setiap hari, kata Nuryana, dia dan teman-temannya harus bekerja
lebih dari 12 jam untuk membuat 200 panci. Jika tidak mencapai target,
lanjutnya, para pekerja akan disiksa dan dipukul. Mereka bekerja mulai jam 5.30
pagi hingga jam 1 malam, hanya . mereka hanya diberi makan nasi putih, tahu
dan tempe. Usai bekerja, para pekerja tinggal di sebuah ruangan berukuran 4
meter X 6 meter yang berada di belakang pabrik. Di dalam ruangan kecil itu
terdapat kamar mandi, namun tidak ada ventilasi udara, dan mereka hanya diberi
dua tikar yang sudah rusak untuk tidur. Ruangan itu kemudian dikunci dari luar.
Nuryana menceritakan para pekerja yang rata-rata berumur 17 hingga 24 tahun
ini hanya memiliki satu baju yang melekat di tubuh, karena menurutnya baju,
ponsel dan uang yang mereka bawa dari kampung disita oleh sang majikan
ketika baru tiba di pabrik tersebut. Pria asal Cianjur ini bekerja di pabrik itu atas
ajakan seseorang yang dia kenal dari temannya. Dia diiming-imingi mendapat
gaji Rp 600 ribu per bulannya. “Kondisi di sana sangat memprihatinkan, tidak
layak untuk ditiduri. Trauma rasanya. Sering diancam oleh mandor-mandor dan
bos Juki, mau dipukulin sampai kita mati, mayatnya langsung mau dibuang di
laut kalau kita macam-macam di sana. Sama Brimob Pak Nurjaman, ngeluarin
senjata, ditembakin ke tanah pas dekat kaki-kaki kita semua, katanya jangan
macam-macam, kalau macam-macam kayak gini,” ujarnya. Tindakan tidak
manusiawi yang diberikan kepada para buruh di pabrik panci itu membuat
sejumlah pekerja berusaha untuk melarikan diri, seperti Darmin. Ada yang
berhasil dan ada yang tidak. Darmin mengungkapkan dia pernah berusaha kabur
dari pabrik tersebut tetapi tidak berhasil. “Itu ada yang kejar, tentara itu, saya
langsung lari tapi ketangkap juga. Ditarik langsung dipukuli sebentar terus saya
diteriakin maling sama tentara itu, terus warga pada kumpul kan lalu saya bilang
saya bukan maling. Saya pekerja tidak betah, lalu warga pergi. Terus saya diikat
sama tentara terus dibawa ke mess. Saya ditelanjangi, dipukuli, ditendang,
ditampar, dikurung di WC satu malam terus besokannya kerja lagi,” ujarnya.
Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Lies Sulistiani
menyatakan pihaknya akan berupaya memulihkan trauma para korban serta
memfasilitasi para korban untuk meminta ganti rugi kepada pelaku. “Dan
kemudian kalau terkait soal perlindungan fisik, kami akan mengkoordinasikan
dulu kepada Polda (Metro) Jaya, Polda Jabar serta Polres Cianjur dan Lampung
Utara karena khawatirkan anakanak ini yang telah kembali ke orangtuanya,
karena mereka bilang khawatir masih berkeliaran orang-orang suruhan Juki
walaupu Juki dan mandor sudah ada di dalam,” ujarnya. Ketua Komisi Untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar meminta
polisi dan pemerintah serius membongkar kasus ini. Pemerintah, kata Haris, juga
harus dapat mencegah adanya perbudakan dalam bisnis ilegal. “Saya pikir kita
dukung bisnis-bisnis kecil, home industry, kita dukung, tetapi bukan berarti
negara boleh tidak melihat mereka. Itu bukan berarti negara tidak perlu
mengawasi mereka. Negara tetap perlu tahu apa yang terjadi dan apa yang
mungkin terjadi,” ujarnya. Sementara itu, Kapolri Jenderal Timor Pradopo
berjanji akan menindak tegas aparatnya yang turut terlibat dalam kasus
perbudakan di Pabrik panci di Tangerang, Banten. Praktek penyekapan dan
perbudakan buruh di pabrik panci ini terkuak setelah dua buruh di pabrik itu
berhasil melarikan diri dan melapor ke pos polisi setempat serta mengadu ke
Komnas HAM dan Kontras Jakarta. Dari pelaporan itu pada Jumat lalu, pabrik
ini akhirnya digerebek oleh polisi. Dan sekitar 40an buruh dari Lampung dan
Jawa Barat itu dipulangkan ke keluarga masing-masing.
2.2 Makna Sila Kedua
Sila Kedua itu sendiri, merupakan doktrin Indonesia tentang mutu manusia :
yakni, manusia (Indonesia) yang berperikemanusiaan di satu sisi, dan manusia
yang mampu adil dan beradab di sisi yang lain.
Dalam makna sebagai perikemanusiaan, maka kemanusiaan yang adil dan
beradab, berarti penghargaan penuh terhadap nilai manusia (martabat, nyawa,
raga, hak, kehormatan, kebutuhan, harga diri, dan hidup layak sebagai manusia).
Komitmen dan idealisme untuk menghargai nilai kemanusiaan dan martabat
manusia, menjadi tuntutan fundamental bagi hukum sebagai tatanan yang
bermartabat.
Makna kedua dari Sila Kedua, adalah sebagai praksis moral untuk bertindak adil
dan beradab. Ini ada kaitan dengan reposisi dan reformulasi sila-sila Pancasila
versi Soekarno (oleh Panitia Kecil) menjadi Piagam Jakarta “... Dalam susunan
sekarang ini, dasar kemanusiaan yang adil dan beradab harus menyusul,
berangkaian dengan yang pertama (Ketuhanan-Pen)... dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab, adalah kelanjutan dalam perbuatan dan praktik hidup dari
dasar yang memimpin tadi.

2.3 Poin Poin Penyelewengan


Adapun poin-poin penyelewengan dari makna sila kedua yang dilakukan oleh
perusahaan/pabrik pembuatan panci kepada para karyawannya, poin-poin tidak
lain sebagai berikut :
1. Pekerja Tidak Menerima Upah
a) Nuryana, 22. Dalam waktu enam bulan dia bekerja di pabrik milik Juki
Hidayat itu, tidak sepeser pun uang yang diterimanya,
b) b. Pria asal Cianjur ini bekerja di pabrik itu atas ajakan seseorang yang
dia kenal dari temannya. Dia diiming-imingi mendapat gaji Rp 600 ribu
per bulannya.
2. Overtime Work
a) Setiap hari, kata Nuryana, dia dan teman-temannya harus bekerja
lebih dari 12 jam untuk membuat 200 panci.
b) Mereka bekerja mulai jam 5.30 pagi hingga jam 1 malam (18 Jam 30
menit), hanya . mereka hanya diberi makan nasi putih, tahu dan
tempe.

3. Penganiayaan (kekerasan fisik)


a) Jika tidak mencapai target, lanjutnya, para pekerja akan disiksa dan
dipukul.
b) “Kondisi di sana sangat memprihatinkan, tidak layak untuk ditiduri.
Trauma rasanya. Sering diancam oleh mandor-mandor dan bos Juki, mau
dipukulin sampai kita mati, mayatnya langsung mau dibuang di laut
kalau kita macam-macam di sana. Sama Brimob Pak Nurjaman,
ngeluarin senjata, ditembakin ke tanah pas dekat kaki-kaki kita semua,
katanya jangan macam-macam, kalau macam-macam kayak gini,” ujar
Nuryana.

4. Perlakuan Tidak layak Terhadap Para Pekerja


a) Tempat Tinggal Usai bekerja, para pekerja tinggal di sebuah ruangan
berukuran 4 meter X 6 meter yang berada di belakang pabrik. Di dalam
ruangan kecil itu terdapat kamar mandi, namun tidak ada ventilasi udara,
dan mereka hanya diberi dua tikar yang sudah rusak untuk tidur.
Ruangan itu kemudian dikunci dari luar.
b) Kelayakan Higienitas Pekerja Nuryana menceritakan para pekerja yang
rata-rata berumur 17 hingga 24 tahun ini hanya memiliki satu baju yang
melekat di tubuh, karena menurutnya baju, ponsel dan uang yang mereka
bawa dari kampung disita oleh sang majikan ketika baru tiba di pabrik
tersebut. Kondisi tempat mereka pengab, lembab, gelap, dan kamar
mandi yang kondisnya kotor dan jorok karena tidak terawat.
c) Kondisi Kesehatan Sebagian besar dari mereka berpakaian kumal,
menderita penyakit kulit, dan kelopak mata gelap. Andi juga menunjukan
koreng di kedua kakinya. Koreng yang telah mengering itu merupakan
dampak dari tetesan cairan alumunium panas bahan panci yang
dituangkan di kakinya.

5. Mempekerjakan Pegawai di Bawah Umur


a) Nuryana menceritakan para pekerja yang rata-rata berumur 17 hingga 24
tahun.

2.4 Solusi Secara General dan Dari Sisi Psikologi


Solusi Yang Dilakukan :
1. Sebagai Masyarakat
a) Masyarakat sekitar diharapkan dapat bersikap lebih peka terhadap
kondisi sekitar. Jika ditinjau dari kasus diatas. Dimana jam operasional
pabrik lebih dari 12 jam (18 jam 30 menit), sedangkan untuk lokasinya
berada di tengah pemukiman padat penduduk, juga karyawan yang tidak
pernah terlihat keluar dari pabrik home industri tersebut. Jika masyarakat
sekitar melihat keabnormalan tersebut, segera melapor pada pihak
berwajib agar hal tersebut ditangani sesegera mungkin.
b) Masyarakat menjalin kerjasama dengan aparat atau pertinggi desa Untuk
melakukan inspeksi secara rutin atau berkala, jika di daerah tempat
tinggalnya ada badan usaha yang baru didirikan. Apakah badan usaha
tersebut legal dan memilki izin usaha.
2. Sebagai Mahasiswa
a) Menjalin kerjasama dengan desa atau daerah setempat yang mebutuhkan
melalui aparat desa, untuk melakukan penyuluhan serta pelatihan
keterampilan kepada warga. Sehingga, warga memiliki bekal skill yang
dapat digunakan baik untuk melamar kerja yang layak ataupun
mendirikan usaha.
(Contoh : Program KKN dari Universitas Negeri Malang, Mendirikan
KWJ)
3. Sisi Psikologi
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai