TUGAS PANCASILA
KELOMPOK:
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Deskripsi Kasus
Dengan wajah nelangsa, Nuryana, 22, menceritakan kepada wartawan
pengalaman pahitnya ketika bekerja di pabrik panci di Kampung Bayur Kopak,
Desa Lebak Wangi, Sepatan, Tangerang. Dalam waktu enam bulan dia bekerja
di pabrik milik Juki Hidayat itu, tidak sepeser pun uang yang diterimanya,
padahal anak ke enam dari tujuh bersaudara itu bekerja untuk membantu
orangtuanya. Setiap hari, kata Nuryana, dia dan teman-temannya harus bekerja
lebih dari 12 jam untuk membuat 200 panci. Jika tidak mencapai target,
lanjutnya, para pekerja akan disiksa dan dipukul. Mereka bekerja mulai jam 5.30
pagi hingga jam 1 malam, hanya . mereka hanya diberi makan nasi putih, tahu
dan tempe. Usai bekerja, para pekerja tinggal di sebuah ruangan berukuran 4
meter X 6 meter yang berada di belakang pabrik. Di dalam ruangan kecil itu
terdapat kamar mandi, namun tidak ada ventilasi udara, dan mereka hanya diberi
dua tikar yang sudah rusak untuk tidur. Ruangan itu kemudian dikunci dari luar.
Nuryana menceritakan para pekerja yang rata-rata berumur 17 hingga 24 tahun
ini hanya memiliki satu baju yang melekat di tubuh, karena menurutnya baju,
ponsel dan uang yang mereka bawa dari kampung disita oleh sang majikan
ketika baru tiba di pabrik tersebut. Pria asal Cianjur ini bekerja di pabrik itu atas
ajakan seseorang yang dia kenal dari temannya. Dia diiming-imingi mendapat
gaji Rp 600 ribu per bulannya. “Kondisi di sana sangat memprihatinkan, tidak
layak untuk ditiduri. Trauma rasanya. Sering diancam oleh mandor-mandor dan
bos Juki, mau dipukulin sampai kita mati, mayatnya langsung mau dibuang di
laut kalau kita macam-macam di sana. Sama Brimob Pak Nurjaman, ngeluarin
senjata, ditembakin ke tanah pas dekat kaki-kaki kita semua, katanya jangan
macam-macam, kalau macam-macam kayak gini,” ujarnya. Tindakan tidak
manusiawi yang diberikan kepada para buruh di pabrik panci itu membuat
sejumlah pekerja berusaha untuk melarikan diri, seperti Darmin. Ada yang
berhasil dan ada yang tidak. Darmin mengungkapkan dia pernah berusaha kabur
dari pabrik tersebut tetapi tidak berhasil. “Itu ada yang kejar, tentara itu, saya
langsung lari tapi ketangkap juga. Ditarik langsung dipukuli sebentar terus saya
diteriakin maling sama tentara itu, terus warga pada kumpul kan lalu saya bilang
saya bukan maling. Saya pekerja tidak betah, lalu warga pergi. Terus saya diikat
sama tentara terus dibawa ke mess. Saya ditelanjangi, dipukuli, ditendang,
ditampar, dikurung di WC satu malam terus besokannya kerja lagi,” ujarnya.
Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Lies Sulistiani
menyatakan pihaknya akan berupaya memulihkan trauma para korban serta
memfasilitasi para korban untuk meminta ganti rugi kepada pelaku. “Dan
kemudian kalau terkait soal perlindungan fisik, kami akan mengkoordinasikan
dulu kepada Polda (Metro) Jaya, Polda Jabar serta Polres Cianjur dan Lampung
Utara karena khawatirkan anakanak ini yang telah kembali ke orangtuanya,
karena mereka bilang khawatir masih berkeliaran orang-orang suruhan Juki
walaupu Juki dan mandor sudah ada di dalam,” ujarnya. Ketua Komisi Untuk
Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS), Haris Azhar meminta
polisi dan pemerintah serius membongkar kasus ini. Pemerintah, kata Haris, juga
harus dapat mencegah adanya perbudakan dalam bisnis ilegal. “Saya pikir kita
dukung bisnis-bisnis kecil, home industry, kita dukung, tetapi bukan berarti
negara boleh tidak melihat mereka. Itu bukan berarti negara tidak perlu
mengawasi mereka. Negara tetap perlu tahu apa yang terjadi dan apa yang
mungkin terjadi,” ujarnya. Sementara itu, Kapolri Jenderal Timor Pradopo
berjanji akan menindak tegas aparatnya yang turut terlibat dalam kasus
perbudakan di Pabrik panci di Tangerang, Banten. Praktek penyekapan dan
perbudakan buruh di pabrik panci ini terkuak setelah dua buruh di pabrik itu
berhasil melarikan diri dan melapor ke pos polisi setempat serta mengadu ke
Komnas HAM dan Kontras Jakarta. Dari pelaporan itu pada Jumat lalu, pabrik
ini akhirnya digerebek oleh polisi. Dan sekitar 40an buruh dari Lampung dan
Jawa Barat itu dipulangkan ke keluarga masing-masing.
2.2 Makna Sila Kedua
Sila Kedua itu sendiri, merupakan doktrin Indonesia tentang mutu manusia :
yakni, manusia (Indonesia) yang berperikemanusiaan di satu sisi, dan manusia
yang mampu adil dan beradab di sisi yang lain.
Dalam makna sebagai perikemanusiaan, maka kemanusiaan yang adil dan
beradab, berarti penghargaan penuh terhadap nilai manusia (martabat, nyawa,
raga, hak, kehormatan, kebutuhan, harga diri, dan hidup layak sebagai manusia).
Komitmen dan idealisme untuk menghargai nilai kemanusiaan dan martabat
manusia, menjadi tuntutan fundamental bagi hukum sebagai tatanan yang
bermartabat.
Makna kedua dari Sila Kedua, adalah sebagai praksis moral untuk bertindak adil
dan beradab. Ini ada kaitan dengan reposisi dan reformulasi sila-sila Pancasila
versi Soekarno (oleh Panitia Kecil) menjadi Piagam Jakarta “... Dalam susunan
sekarang ini, dasar kemanusiaan yang adil dan beradab harus menyusul,
berangkaian dengan yang pertama (Ketuhanan-Pen)... dasar kemanusiaan yang
adil dan beradab, adalah kelanjutan dalam perbuatan dan praktik hidup dari
dasar yang memimpin tadi.
DAFTAR PUSTAKA