Anda di halaman 1dari 10

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam kehidupan bernegara, begitu banyak masalah. Mulai dari masalah
ekonomi, masalah pendidikan, masalah kesehatan, masalah sosial, dll. Semua masalah
tentunya tidak dapat diatasi dengan cepat. Karena terkadang masalah tersebut terjadi
karena adanya masalah kecil yang belum diselesaikan, maka masalah-masalah yang
lain pun akan datang bergantian.
Dalam masalah tersebut menimbulkan permasalahan yang mampu dianalisis
dalam teori sosiologi sebagai ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang berkaitan dengan
sosial dan budaya yang ada pada masyarakat. Fenomena sosial yang akan dianalisis
saat ini adalah mengenai “Kasus perbudakan buruh pabrik kuali di Tangerang”.
Pengertian buruh pada dasarnya adalah manusia yang menggunakan tenaga
dan kemampuannya untuk mendapatkan balasan berupa imbalan yang sesuai dengan
kinerjanya. Sedangkan pada kasus ini buruh yang dimaksud adalah buruh kasar yaitu
biasa disebut “buruh kerah biru” yang menggunakan tenaga otot dalam bekerja.
Kurangnya pendidikan yang memadai mengakibatkan terjadinya perdangangan
manusia di pelosok-pelosok desa, seperti Desa Lebak Wangi Kecamatan Sepatan
Timur Tangerang, dan perdagangan manusia ini dijadikan sebagai budak yang bisa
diperlakukan dengan semena-menanya.
Para buruh ini pun bekerja pada jam yang sangat panjang, terkadang sampai
17 jam dalam satu hari dan dengan upah yang sangat kecil, tidak sesuai dengan tenaga
yang ia keluarkan. Dalam kasus ini buruh pabrik kuali mendapatkan perlakuan yang
tidak baik, dari tidak lengkapnya fasilitas yang diberikan kepada buruh, sampai
terjadinya kontak fisik yang dilakukan oleh mandor kepada buruh kuali.

2.2 Rumusan masalah


Dari kasus yang dipaparkan diatas, dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut:
- Apakah kasus ini dapat dianalisis menggunakan teori marxis?
Kasus
Perbudakan buruh pabrik kuali di tangerang

1
2

Buruh yang menjadi korban perbudakan dipabrik kuali milik Yuki Irawan di
Desa Lebak Wangi, Kecamatan Sepatan Timur, Tangerang. mengaku belum pernah
mendapatkan gaji selama mereka bekerja disana. Dalam kesehariannya, para buruh
yang diperbudak mulai bekerja dari jam 05.30 sampai 22.00. mereka mendapatkan
makan dua kali sehari pada pukul 12.00 dan 18.00 dengan lauk seadanya. Tak jarang
mereka hanya mendapat makan satu kali.
Mereka juga jarang mandi karena fasilitasnya tidak memadai, seperti air
yang keruh. Jika bisa mandi, para buruh hanya menggunakan sabun colek. Itu pun satu
sabun colek untuk jatah tiga orang. Baju yang mereka kenakan juga sama seperti baju
ketika mereka datang pertama kali ke pabrik. Sebab, pakaian yang mereka bawa disita
oleh para mandor yang ada di pabrik itu. (zico nurrashid priharseno, rabu, 8 mei 2013|
15.09 PM. Kompas.com)
Para pekerja di pabrik kuali yang menjadi korban perbudakan oleh para
mandornya mengakui sudah mendapatkan kekerasan fisik sejak awal mereka bekerja di
pabrik. Mulai dari ditoyol hingga ditampar. Terkuaknya kasus perbudakan yang
dialami buruh pabrik kuali di Tangerang, Banten, menyisakan pilu dan trauma bagi
para korbannya. Polisi dan instansi terkait terus menyelidiki kasus tersebut dan sudah
menangkap pemilik pabrik Yuki Irawan dan ketiga mandornya.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan
Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) Jumhur Hidayat menilai kasus perbudakan itu
merupakn murni tindakan kriminal. Hal yang menjadi masalah dalam kasus
perbudakan itu disebabkan dinas tenaga kerja dan transmigrasi (disnakertrans)
Tangerang tidak mengetahui ada perusahaan yang mempekerjakan orang. Dan,
perusahaan itu tidak memenuhi unsur dari aspek-aspek ketenagakerjaan.
Dalam hal ini Jumhur juga menjelaskan tidak adanya pengawasan dari
disnakertrans karena yuki sebagai pemilik perusahaan juga tidak mendaftarkan
usahanya. Sehingga, tidak ada data-data kegiatan perusahaan di disnaker setempat yang
membawahinya. Jadi peristiwa ini adalah murni kriminal. Dan ini biadab dan harus
dihukum seberat-beratnya. Jadi bukan hubungan tenaga kerja tapi ini hubungan
kejahatan. Kejahatan perdagangan manusia (human trafficking), kejahatan perbudakan.
Jadi ini murni kejahatan kecuali perusahaan itu ada data-datanya. Tukas jumhur.
(liputan 6.com senin, 27/5/13, 21:34. Oleh riski adam)

2
3

LAMPUNG UTARA - Sembilan buruh korban penyiksaan mandor dan pemilik


pabrik kuali di Tangerang, Banten, emosi setelah mengetahui mantan majikannya
memberikan keterangan palsu kepada polisi. Saat diperiksa petugas Polresta
Tangerang, pemilik pabrik membantah telah menyiksa para buruh.
Adi, salah seorang buruh warga Desa/Kecamatan Blambangpagar, Kabupaten
Lampung Utara, Lampung, menegaskan, mandor dan pemilik pabrik bukan saja
menyiksa dan tidak membayar upah, namun juga merampas barang berharga mereka.
Adi menilai apa yang disampaikan pemilik pabrik, Yuki Irawan, kepada polisi hanya
sebagai dalih untuk menghindari hukuman.
Barang-barang milik buruh yang diambil adalah telefon genggam, uang, dan tas
berisi pakaian. Barang-barang itu sudah diambil sejak awal mereka bekerja. Sampai
kasus ini terungkap, harta benda yang dirampas belum dikembalikan. Dia meminta
polisi menyelidiki harta benda para buruh yang dirampas dan tidak terpengaruh
keterangan bohong pelaku. Sementara itu, lebih dari sepekan pascaterungkapnya kasus
ini, para buruh masih sangat trauma. Mereka takut bila kedatangan orang tak dikenal.
Pamong desa dan Babinkamtibmas terus mendampingi korban untuk mengembalikan
rasa percaya diri. Petugas Babinkamtibmas Blambangpagar, Bripka Agus Setiawan,
mengatakan, para korban masih trauma akibat penyiksaan yang dialami selama
berbulan-bulan. Bahkan, mereka cenderung menghindari bila polisi datang. Sementara
itu, keluarga korban meminta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) lebih
aktif memantau kondisi para korban. Ada kekhawatiran dari para buruh bahwa rekan-
rekan pemilik pabrik akan balas dendam. (Haryadi HK/Sindo TV/ton)

"Pihak Polresta Tangerang telah memakai beberapa UU di luar KUHP seperti UU


Perlindungan Anak, UU Perdagangan Manusia, UU Industri, juga UU Ketenakerjaan,"
jelasnya.

BAB II
PEMBAHASAN

3
4

2.1 Teori-teori yang digunakan:


Teori Karl Marx (Marxist)
Karl Marx bukanlah satu- satunya sosiolog yang menganalisis teori kelas.
Sejarah industri abad 19 membuat para pengamat sosiolog mengkaji bagaimana situasi
buruh saat itu, termasuk Marx. Ia adalah seorang revolusioner yang mulai gelisah
dengan adanya perkembangan industrialisasi yang terjadi saat itu. Marx bukanlah
seorang penulis yang sistematis dimana dalam tulisannya masih banyak terkandung
keraguan, kurang memahami persyaratan, seperti ketepatan, konsepsi statistik, dan
probabilitas dewasa ini (Sidney Hook, 1955: 11). Pada abad 19, masyarakat
industrialisasi terdiri dari dua kelas yang saling bermusuhan karena pembagian hasil
produksi yang tidak adil. Di satu pihak terdapat kaum kapitalis yang memilik sarana
produksi dan di pihak lain terdapat kaum proletar yang menjual tenaganya kepada
kaum kapitalis. Akibatnya kaum proletar mengalami alienansi.
Alienansi dan pembagian hasil produksi yang tidak adil tersebut menimbulkan
ketegangan antara kedua kelas yang ada dalam masyarakat industri. Ketegangan itu
terus meningkat sehingga pemusuhan dan inilah yang disebut perjuangan kelas. Tidak
dapat dihindari bahwa perjuangan kelas ini akan menghasilkan suatu masyarakat tanpa
kelas dimana sarana-sarana produksi menjadi milik bersama. Dengan kata lain,
perjuangan kelas mutlak perlu untuk mewujudkan masyarakat komunis, dimana
akhirnya alienansi dan ketidakadilan pembagian hasil produksi ditiadakan.
Kelas pekerja kehilangan kontrol atas sistem produksi, maka mereka teralienasi
dari tugas-tugas ketenagakerjaan; dari hasil produksi yang dijual di pasar oleh
produsen, dari kalangan pekerja yang lain dan dari dimensi kemanusiaan manusia itu

4
5

sendiri (species being). ”Species being” merujuk kepada dimensi yang membedakan
manusia sebagai makhluk dengan binatang, yang digerakkan oleh instingnya sementara
manusia tidak. Sebaliknya, manusia mampu beradaptasi terhadap lingkungan bahkan
menguasainya dengan akal atau rasio yang dimiliki, sesuatu yang tidak mampu
dilakukan oleh binatang. Dengan begitu, manusia akan menjadi “master” atau tuan
(pengatur) atas lingkungannya secara aktif dan kreatif untuk bertahan hidup,
menciptakan kreatifitas serta mampu mengendalikan keadaan-kedaan di sekitar dirinya
yang secara intrinsik adalah bagian dari apa yang disebut manusia. Ketergantungan
manusia kepada manusia lain (kelas pekerja, tani atau non-producers terhadap
kapitalis) menyebabkan kemampuan membangun kesadaran diri menjadi dihilangkan.
Dengan demikian, kesadaran manusia ditentukan oleh pihak lain yang justru menjadi
“master” atas dirinya. Sebaliknya, hakikat kemanusiaan dari kelompok kapitalis juga
hilang karena keserahakan mereka untuk terus menguasai. Untuk menggambarkan
hubungan-hubungan sosial seperti ini, Marx menganalogikannya ke dalam suatu
pernyataan yang sangat menarik, yakni “binatang menjadi manusia dan manusia
menjadi binatang”.
Dalam Economic and Phiosophical Manuscripts, Marx menerangkan bahwa
dalam pekerjaannya manusia mengalami empat lapis keterasingannya, yaitu:
keterasingan dari hasil kerjanya, keterasingan dari tindakan berproduksi, keterasingan
dari sesama manusianya dan, keterasingan dari spesciesnya (jenisnya). Menurut Marx,
barang itu adalah obyektifitasi dari kerja. Hasil kerja adalah modal, tetapi modal itu
menjadi tuan atas buruh. Bentuk kerja semacam ini bukanlah membebaskan, melainkan
memperbudak manusia. Semakin banyak dia menghasilkan barang, semakin tidak
berharga dirinya. semakin si buruh menyerahkan dirinya kepada obyek, hidupnya
semakin milik obyek itu bukan miliknya sendiri. Jadi manusia mengalami keterasingan
dari hasil kerjanya sendiri. Menurut pengertian Marx adalah mampu menguasai alam,
bebas merdeka, kemampuannya terbuka untuk dikembangkan dan bersifat sosial.
Apabila kerjanya hanya menjadi sarana mempertahankan hidupnya yang fisik ini, maka
hal ini berarti bahwa barang produksi atau alam fisik baginya hanya dihadapinya
sebagai yang bernilai tukar belaka. Padahal seharusnya alam itu berarti hanya baginya,
sebagai pelengkap hidupnya, sebagai obyek ilmu pengetahuan, dan lain- lain. Marx
berkata bahwa kerja yang terasing mengasingkan hidup manusia dari hidup individua

5
6

dan membuat hidup individual menjadi abstraksi yang terasing demi tujuan hidup
manusia. Akibatnya, manusia mengalami keterasingan dari sesamanya. Sesamanya
menjadi orang asing yang menjadi saingannya dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam
masyarakat kapitalis, manusia menjadi sarana kebutuhan orang lain, hasil kerjanya
menjadi milik dan dinikmati oleh orang lain.
Keadaan ekonomilah terutama yang mengubah masyarakat menjadi buruh.
Kekuasaan kapital telah menciptakan suatu situasi bersama massa ini. Dan agaknya
manusia dapat menyatakan: sejauh berjuta- juta keluarga hidup di bawah kondisi
ekonomi yang memisahkan pandangan hidup mereka , kepentingan- kepentingan
mereka, dan pendidikan mereka dari orang- orang yang termasuk anggota kelas lain
dan mereka menentang kelas lain itu, maka mereka merupakan suatu kelas. Akibat dari
ini adalah distribusi kekayaan dalam produksi adalah distribusi kekayaan itu
menentukan distribusi kekuasaan politik di dalam masyarakat. Hubungan- hubungan
produksi modern mencakup kekuasaan ekonomi pemilik kekayaan perseorangan, yakni
kekuasaan ekonomi si kapitalis.
Aspek revolusi dalam pemikiran Marx adalah kekayaan dan kemiskinan,
dominasi dan penundukan, pemilikan kekayaan dan ketiadaan pemilikan kekayaan,
prestiise tinggi dan prestise rendah, kesemuanya sudah ada sebelum dan sesuadah
terjadinya revolusi industri. Semuanya dipengaruhi oleh revolusi industri,
menggantikan strata sosial lama dengan yang baru: pemilik tanah dan kaum
bangasawan digantikan kaum kapitalis, buruh dan petani kecil digantikan oleh kelas
proletariat. Perbedaan kedudukan dalam masyrakat pra industri di abad ke-18 banyak
didasarkan atas tradisi yang dimitoskan, suatu sistem yang berbelit- belit sejak dahulu
kala yang selalu mengkodifikasikan hak dan kewajiban termasuk berdasarkan gradasi
kekayaan, kekuasaaan dan prsetise. Masyarakat pra industri jelas mempunyai awalnya
pula. Masayarakat ini adalah masyarakat produk sejarah atau mungkin produk idiologi.
Namun ketika berbenturan dengan Revolusi industri, masyarakat ini mempunyai suatu
tata yang dianugrahi oleh abad keeemasan dengan suatu legitimasi dan keterpaduan
yang khas. Tata masyarakat yang statis itu dileyapkan dengan adanya revolusi industri.
Dua strata baru yang tercipta di inggris – yakni strata pengusaha dab buruh. Tidak ada
yang ‘lebih utama’ dari keduanya, bahkan undang- undang kemiskinan Inggris
mencampurkan strata miskin yang lama dan yang baru, demikian pula raja

6
7

mencampurkan aristokrat yang lama dan yang baru. Kedua strata ini ‘borjuis dan
proretariat’, yang tumbuh bersama- sama dan saling terikat satu sama lain. Tak
memiliki tradisi kedudukan, mitos legitimasi maupun gengsi keturunan. Mereka
semata- mata ditandai oleh petunjuk- petunjuk kasar berupa pemilikan kekayaan dan
ketiadaan pemilik kekayaan. Pemgusaha industri dan buruh tidak mempunyai
kelaziman, tradisi dan kesatuan sebagai sebuah strata. Mereka dikatakan nouveaux
riches dan nouveaux pauvers, penyeludup di dalam sistem nilai lama yang diwariskan
turun temurun, dan kurir dari sistem nilai baru.
Dalam teori marxisme tersebut mengenai analisis kelas menitik beratkan dalam
perkataan adalah pernyataan yang terkenal dari communist manifesto yang didalamnya
marx dang engels mendeklarasikan bahwa “sejarah dari semua bentuk masyarakat yang
eksis sampai sekarang adalah sejarah tentang perjuangan kelas.”
Orang bebas dan budak, orang terpandang dan rakyat jelata, tuan dan hamba
sahaya, penguasa guilda (guild master) dan pengangguran- dengan kata lain, penindas
dan yang tertindas, berdiri dalam oposisi konstan satu sama lain membawa dalam
dirinya semangat perlawanan, kadang tersembunyi kadang terbuka, dan setiap kali
berakhir entah dalam bentuk pengonstitusian- ulang revolusioner masyarakat luas, atau
hancurnya kelas-kelas yang melawan. (marx dan engels: 1976, hal. 482)

2.2 Analisa kasus dengan teori


Dalam teori marxis ada kejadian yang sama terjadi pada buruh kuali di tangerang
yaitu Pada abad 19, masyarakat industrialisasi terdiri dari dua kelas yang saling
bermusuhan karena pembagian hasil produksi yang tidak adil. Di satu pihak terdapat
kaum kapitalis yang memilik sarana produksi dan di pihak lain terdapat kaum proletar
yang menjual tenaganya kepada kaum kapitalis. Akibatnya kaum proletar mengalami
alienansi. Yang terjadi pada buruh kuali adalah pemilik modal dan produksi (Yuki
Irawan) mempekerjakan pekerjanya dalam satu hari selama 17 jam dan hanya
mendapat gaji 700ribu perbulanya, tidak sebanding dengan tenaga yang dikeluarkan.
Dalam Economic and Phiosophical Manuscripts, Marx menerangkan bahwa
dalam pekerjaannya manusia mengalami empat lapis keterasingannya, yaitu:
keterasingan dari hasil kerjanya, keterasingan dari tindakan berproduksi, keterasingan
dari sesama manusianya dan, keterasingan dari spesciesnya (jenisnya). Dalam kasus

7
8

buruh kuali ini yang dimaksud keterasingan dari hasil kerjanya adalah buruh tidak
mengetahui rincian hasil kerjanya selama dia bekerja dan juga bisa dilihat dari hasil
produksi tersebut, buruh itu tidak tau kuali itu nantinya mau dijadikan apa yang tau
hanya berproduksi-produksi saja. Keterasingan dari sesama manusianya, dalam kasus
ini maksudnya adalah buruh kuali merasa terasing dari manusia lainnya karena harus
terus bekerja dan ditempatkan di mes yang ada dalam tempat produksi sehingga sulit
untuk bersosialisasi dengan manusia lainnya dan tidak diberikan kesempatan
bersosialisasi dengan manusia lainnya.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

8
9

Dari paparan kasus yang di analisis diatas dapat disimpulkan bahwa teori marxis
dpat digunakan untuk menganalisi kasus perbudakan buruh kuali tangerang.

DAFTAR PUSTAKA

(zico nurrashid priharseno, rabu, 8 mei 2013| 15.09 PM. Kompas.com)


(liputan 6.com senin, 27/5/13, 21:34. Oleh riski adam)

9
10

Sitorus, Utari Romauli. 2012. Teori Marxis. file://localhost/F. diakses pada tanggal 18 mei
2013.
Giddens, Anthony dan Jonathan Turner. social Teory Today. Yogyakarta: pustaka
pelajar,2008.

10

Anda mungkin juga menyukai