Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ahmad Shofie Muntaha Mata Kuliah : Teori Sosial & Budaya

NIM : 181010113 Dosen : Misroh Sulaswari M.Pd

Kelas : C5IPS Hari/tanggal : Senin, 2 November 2020

Jawablah pertanyaan berikut dengan jelas dan tepat!

1. Bagaimana keterkaitan antara teori dengan fenomena sosial budaya yang terjadi pada
masyarakat?
2. Apa yang membedakan antara teori sosial dengan teori budaya? Berikan contohnya!
3. Berikan contoh fenomena yang dapat dijelaskan menggunakan teori positivisme menurut
Auguste Comte! Berikan deskripsi singkat tentang fenomena tersebut dalam perspektif
teorinya!
4. Berikan contoh fenomena yang dapat dijelaskan menggunakan teori Evolusi Masyarakat
menurut Herbert Spencer! Berikan deskripsi singkat tentang fenomena tersebut dalam
perspektif teorinya!
5. Berikan contoh fenomena yang dapat dijelaskan menggunakan teori Konflik dari Karl Marx!
Berikan deskripsi singkat tentang fenomena tersebut dalam perspektif teorinya!
6. Berikan contoh fenomena yang dapat dijelaskan menggunakan teori Psikoanalisis Sigmund
Freud! Berikan deskripsi singkat tentang fenomena tersebut dalam perspektif teorinya!
7. Berikan contoh fenomena yang dapat dijelaskan menggunakan teori Fungsionalisme,
Berikan deskripsi singkat tentang fenomena tersebut dalam perspektif teorinya!
8. Berikan contoh fenomena yang dapat dijelaskan menggunakan teori Strukturalisme, Berikan
deskripsi singkat tentang fenomena tersebut dalam perspektif teorinya!
9. Bagaimana sebuah teori dinyatakan sudah tidak lagi relevan dengan fenomena sosial
budaya?
10. Menurut kalian, mungkinkan sebuah masyarakat tidak menganut teori sama sekali?
lLembar Jawaban

1. Keterkaitan Antara teori dengan fenomena sosial dan budaya yang terjadi di lingkungan
masyarakat tentu saling berkaitan dengan erat dan mungkin tidak dapat dipisahkan.Teori
adalah sebuah konsep yang mampu menguraikan kejadian-kejadian atau fenomena-
fenomena yang terjadi di masyarakat baik itu fenomena sosial maupun budaya.
Sedangkan fenomena sosial dan budaya adalah peristiwa yang terjadi secara nyata di
masyarakat hal ini tentu akan membawa dampak bagi keberlangsungan hidup bagi umat
manusia dapat bersifat positif maupun negative. Dalam hal ini posisi teori adalah sebagai
sebuah cara dalam menjelaskan peristiwa/fenomena-fenomena sosial maupun budaya
yang terjadi di masyarakat,mengkontrol,serta mampu memprediksi fenomena-fenomena
sosial maupun budaya yang ada di masyarakat

2. Hal yang membedakan Antara teori sosial dengan teori budaya adalah teori sosial
terfokus kepada realita kehidupan yang terjadi di lingkungan sosial dan meliputi gejala-
gejala penyebabnya baik latarbelakang ekonomi,kelahiran,pendidikan,usia dan lain
sebagainya, perubahan zaman serta pengaruh dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi sangat berdampak kepada kehidupan sosial, sedangkan teori budaya adalah
segala hal atau teori yang menjelaskan kehidupan suatu masyarakat dari berbagai unsur
baik meliputi sistem kekerabatan,kepercayaan,nilai,normaadat istiadat dan lain
sebagainya dalam hal ini budaya merupakan hasil dari pikiran manusia dan umumnya
telah diwariskan oleh generasi terdahulu.perubahan dalam aspek budaya mungkin tidak
mudah bila dibandingkan dengan perubahan sosial karena budaya merupakan suatu yang
telah dipegang secara erat dan turun temurun, sedangkan perubahan sosial lebih fleksibel
sesuai dengan perkembangan zaman dan perkembangan IPTEK,

Contoh dari teori sosial adalah angka kemiskinan yang ada di Negara Indonesia
sedangkan contoh dari budaya adalah sistem kekerabatan yang dianut beberapa suku di
Indonesia (suku jawa,batak,dayak dan lain-lain.).

3. Contoh fenomena sosial dan budaya yang dapat dikaji dengan teori positivism auguste
comte adalah Kemacetan yang biasa terjadi di jalan raya demak-semarang tepatnya di
kawasan Industri Kecamatan Sayung, Hal ini benar-benar terjadi setiap hari terutama
pada jam kerja selesai/pergantian shift kerja, yaitu pada pagi dan sore hari,Kemacetan
yang terjadi disebabkan oleh ribuan buruh pabrik yang pulang bekerja. Kendaraan-
kendaraan besar(container) juga sering keluar masuk pabrik untuk mengangkut hasil
produksi, Selain dari faktor tersebut biasanya kawasan sayung juga sering dilanda banjir
rob, hal ini tentu mengganggu kelancaran arus transportasi yang melintasi jalan raya
tersebut. Jika hal ini ditelaah lebih lanjut dengan teori positivism auguste comte
kemacetan yang terjadi di jalan raya demak-semarang memang benar-benar terjadi setiap
hari terutama di pagi dan sore hari, yang menjadi penyebab adalah pulangya ribuan buruh
pabrik,kendaraan besar yang sering keluar masuk pabrik, serta jalan utama kawasan
industry sayung sering dilanda banjir rob.dari berbagai penyebab kemacetan itu memang
benar-benar terjadi dan bisa dirasakan oleh mereka buruh pabrik sendiri maupun orang
lain yang sedang melintasi jalanan tersebut, jadi hal ini selaras dengan teori positivism
auguste comte.

4. Contoh fenomena yang dapat dikaji dengan teori evolusi masyarakat oleh Herbert
spencer adalah sejarah Perkembangan kehidupan masyarakat petani yang ada di
Indonesia, pada awalnya para petani mengolah sawah dengan alat-alat tradisional yang
sederhana baik dalam hal membajak sawah,menanam tanaman,merawat tanaman, hingga
memanen hasil pertanian mereka, namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya
ilmu pengetahuan dan teknologi, perlahan para petani dalam mengolah sawahnya juga
menerima perubahan yang terjadi, mereka mulai menerapkan pengolahan sawah dengan
mesin traktor, dalam menanam juga telah ada mesin penanam kacang hijau, dalam
memanen juga yang awalnya memakai alat tradisional kini juga telah banyak mesin-
mesin yang mampu memudahkan para petani dalam memanen tanaman mereka dengan
skala yang lebih besar dan waktu yang lebih cepat yaitu blower dan comby. Hal ini
selaras dengan Teori evolusi masyarakat Herbert spencer yang memandang evolusi di
masyarakat adalah perubahan yang dilakukan oleh usaha manusia untuk menyesuaikan
diri dengan keperluan,keadaan,dan kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan
masyarakat.

5. Contoh Fenomena sosial budaya dari teori konflik karl marx adalah Maraknya aksi
kriminalitas (Begal/copet/maling) di beberapa wilayah di Indonesia, Dalam hal ini angka
kriminalitas yang terjadi tentu dipengaruhi oleh beberapa hal salah satu, penyebab yang
paling sering dijumpai adalah motif ekonomi, rata-rata pelaku kejahatan adalah mereka
yang taraf ekonominya masih jauh dari kata sejahtera atau dari masyarakat kelas bawah,
sehingga mereka terpaksa melakukan tindak kejahatan untuk mencukupi kebutuhan
hidupnya. Para pelaku kejahatan berusaha merebut sesuatu hal yang bernilai dari orang
lain dengan cara yang keliru sehingga hal ini menghasilkan permasalahan di lingkungan
masyarakat. Hal ini sesuai dengan Teori konflik karl marx memandang bahwa Sebuah
konflik adalah gejala-gejala yang pasti terjadi di masyarakat serta bersifat inheren atau
konflik akan akan senantiasa terjadi di dalam kehidupan masyarakat, pertentangan antar
segmen-segmen masyarakat yang memperebutkan asset-aset bernilai. Terutama dalam
bidang ekonomi,status dan kekuasaan politik. Strktur kelas dalam masyarakat adalah hal
yang sangat ditekankan dalam teori konflik karl marx.

6. Teori Psikoanalisis Sigmund freud adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan
perkembangan kepribadian. Menurutnya, tingkah laku manusia justru didominasi oleh
alam bawah sadar yang berisi id, ego, dan super ego. Contoh penerapan teori
psikoanalisis Sigmund freud dalam kehidupan nyata adalah Perasaan takut seseorang
terhadap suatu benda tertentu (phobia), dalam hal ini orang yang memiliki ketakutan
terhadap benda tertentu tidak langsung takut terhadap benda benda tertentu melainkan
terdapat peristiwa-peristiwa dimasa lalu yang mengakibatkan dirinya tidak suka terhadap
benda itu, dan berangsur angsur akan menghasilkan kebencian, bahkan sampai ketakutan
terhadap suatu benda karena memang berdasarkan peristiwa yang pernah dialami dimasa
lalu. Kaitanya dengan teori psikoanalisis adalah ketakutan akan suatu benda (phobia)
awalnya disebabkan oleh pengalaman tidak mengenakkan dimasa lalu, namun seiring
berjalannya waktu secara tidak sadar pengalaman tersebut menjelma menjadi suatu hal
yang dibenci, kemudian menimbulkan rasa ketakutan dalam diri manusia.

7. Contoh Fenomena sosial/budaya teori fungsionalisme adalah diberlakukannya Sebuah


sistem peraturan/hukum perundang-undangan yang diterapkan di sebuah Negara, salah
satunya adalah di Indonesia dimana menerapkan UUD 1945 sebagai instrument dasar
untuk mengatur kehidupan berbandan dan bernegara, kemudian dari UUD 1945,
mempunyai turunan peraturan perundang-undangan lain misalnya UU, Perpu, Peraturan
pemerintah.Perda,Keppres,dan lain sebagainya. Semua peraturan hukum undang-undang
yang diterapkan memanglah dibutuhkan untuk mengatur kehidupan masyarakat Indonesia
supaya dapat hidup dalam keadaan yang tertib,aman,nyaman. Dalam perspektif Teori
Fungsionalisme hukum dapat dipandang sebagai sebuah hal yang mempunyai sifat
kerjasama di dalam kehidupan manusia sampai kapanpun serta hukum tersebut
diterapkan di dalam kehidupan untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta mengatur pola
kehidupan yang terjadi di masyarakat.

8. Contoh fenomena sosial yang mampu dikaji dengan teori strukturalisme levis strauss
adalah Tradisi pagelaran Reog ponorogo dimana dalam pagelaran ini terdapat dua
penyusun yaitu struktur luar dan struktur dalam, Struktur luar terkait dengan alat-alat dan
kelengkapan dari pagelaran reog itu sendiri, dimana barongan reog terdapat kelengkapan
seperti kostum, alat music gamelan dan lain sebagainya, kemudian dari sisi struktur
dalamnya terdapat cerita atau lakon yang akan dimainkan dalam pagelaran tersebut serta
juga terdapat upacara-upacara pemanggilan arwah untuk dimasukkan kepada pemain
reog itu sendiri.

9. Sebuah teori sudah dikatan tidak relevan lagi dengan Fenomena sosial dan budaya ketika
teori tersebut telah tertutup oleh teori-teori yang lebih baru, serta teori-teori baru yang ada
mampu membantah ataupun menerangkan konsep-konsep yang ada lebih ringkas lagi
serta dianggap sesuai dengan keadaan masyarakat dan lingkungan sosial yang ada,

10. Sebuah masyarakat tidak mungkin mampu hidup tanpa menganut teori apapun, di dalam
suatu kehidupan tentu terdapat sebuah teori dan teori tersebutlah yang akan menjelaskan
kehidupan dari suatu masyarakat karena tanpa teori suatu masyarakat pasti tidak akan
memiliki suatu kebudayaan, walaupun masih kita jumpai ada beberapa suku yang sampai
saat ini masih menjaga tradisi mereka dan memutus hubungannya dari dunia luar serta
tetap melestarikan kehidupan yang diwarisan oleh nenek moyangnya, tetapi tetap saja di
dalam hidupnya mereka tetap menganut sebuah teori, misalnya dalam peraturan yang
diterapkan dalam kehidupan suku tersebut, kemudian juga dalam memilih ketua suku
mereka. Apabila masyarakat yang ada tidak menganut teori sama sekali maka masyarakat
tersebut tidak akan memiliki suatu budaya serta masyarakat tersebut mungkin tidak akan
bertahan hidup karena tanpa sebuah teori tentu kehidupan mereka akan kacau jika
kehidupan mereka tidak ingin kacau tentu harus diterapkan sebuah
peraturan/norma/hukum dan hukum merupakan sebuah teori yang digunakan untuk
mengatur kehidupan masyarakat tertentu, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak mungkin
sebuah masyarakat dapat hidup tanpa sebuah teori.

Anda mungkin juga menyukai