Pendahuluan
Sering kita melihat ada masalah yang muncul di sebuah perusahaan. Dari yang paling remeh,
misalnya datang terlambat ke kantor, korupsi kecil-kecilan, sampai yang berat seperti firnah, sabotase,
membocorkan rahasia perusahaan atau mungkin juga membunuh. Ini bisa terjadi di mana saja, karena
semuanya ini bersumber dari sifat dasar manusia. Munculnya masalah dalam pekerjaan ini bisa
disebabkan oleh berbagai hal. Padahal, pada mulanya orang bekerja adalah untuk memenuhi
kebutuhannya. Misalnya, ia butuh untuk makan, minum, pakaian, rumah, mobil dan lain sebagainya.
Dan karena semua itu bisa diperoleh melalui uang (uang adalah alat tukar yang sah diakui negara)
sementara dengan kita bekerja maka kita akan mendapatkan uang maka mau tidak mau, kalau kita
ingin memenuhi kebutuhan kita tersebut, kita harus bekerja. Menurut psikologi, ada beberapa macam
kebutuhan. Seperti teori kebutuhan (motivasi) yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, ada lima
macam kebutuhan, yakni:
1. Kebutuhan dasar
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan berafiliasi
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan aktualisasi diri.
Teori tentang kebutuhan lainnya dikemukakan oleh Mc Clelland, yang mengemukakan hanya ada 3
(tiga) kebutuhan utama, yakni:
1. Kebutuhan berafiliasi
2. Kebutuhan berkuasa
3. Kebutuhan berprestasi.
Seseorang ketika memutuskan diri untuk bekerja atau bergabung dalam suatu kelompok bisa
disebabkan karena terdorong untuk memenuhi salah satu atau beberapa kebutuhan tersebut. Misalnya
ada orang yang bekerja hanya karena ingin dapat banyak teman, atau ingin menjadi pemimpin dan
mengatur orang lain atau ingin menunjukkan kemampuan/prestasinya. Persoalannya, dalam perjalanan
karier atau kehidupannya dalam bekerja, ternyata tidak semuanya berjalan dengan mulus. Banyak
hambatan dan rintangan muncul yang berpotensi menyebabkan timbulnya masalah yang serius dalam
kantor. Kadang kita lupa pada tujuan awal mengapa kita bekerja. Apakah kita bekerja untuk atasan
kita, apakah untuk perusahaan, apakah untuk keluarga, ataukah, kita bekerja untuk diri kita sendiri?
Banyak orang yang saling jegal, saling sikut-menyikut, saling fitnah, saling baku hantam atau bahkan
saling bunuh. Manusia yang dikatakan sebagai makhluk berakal budi ternyata tidak menunjukkan sifat-
sifat yang baik, namun seperti menurut teori psikoanalisa Sigmund Freud, manusia masih membawa
bibit asal sifat-sifat jelek (id).
2. Serakah
Faktor kedua adalah serakah. Serakah adalah keinginan untuk memperoleh sesuatu yang
bukan miliknya dan hal tersebut adalah milik pihak lain. Seseorang merasa tidak puas dengan apa yang
telah dimilikinya dan berusaha untuk dapat menguasai bagian dari orang lain. Misalnya, seorang
pimpinan karena serakah, maka hak-hak karyawannya dikurangi. Serakah dalam bentuknya sehari-
hari mendorong seseorang untuk melakukan tindakan pencurian. Walau demikian, pencurian tidak
selalu disebabkan oleh sifat serakah. Bisa saja orang mencuri karena dendam. Orang yang serakah
cenderung tidak merasa puas dengan apa yang didapatkannya. Ini juga bisa didasari dengan rasa iri
hati, namun umumnya lebih didasari faktor ingin menguasai.
3. Iri Hati
Faktor ketiga adalah iri hati. Iri hati dan cemburu adaah hal yang sering terjadi dan
sebenarnya merupakan gejala yang bisa mengakibatkan sesuatu yang serius. Orang senang mendapat
penghargaan, tapi sekaligus orang lain bisa iri hati karena dirinya bukan yang mendapatkannya. Hal ini
merupakan inti dari gejala iri dan cemburu.
Oleh karena itu, seseorang yang iri hati dengan orang lain, ia tidak menyukai suatu keadaan di
mana orang tersebut memiliki atau mempunyai keadaan yang lebih dari darinya atau bahkan sama. Ia
selalu ingin berada di atasnya. Misalnya, kalau tetangga beli TV baru, ia tidak mau kalah, beli TV yang
lebih besar.
Iri hati merupakan upaya dalam mempertahankan monopoli. Kalau cemburu adalah
merupakan monopoli cinta, sementara iri hati merupakan monopoli kepandaian atau sumber rejeki.
Gejala ini muncul kalau orang merasa adanya persaingan, ia merasa terancam dan kalau ‘musuh’nya
mengalami kerugian atau kekalahan dianggapnya sebagai keuntungan bagi dirinya. Cemburu lebih
merupakan monopoli di bidang seks dan sifatnya lebih rohaniah, sementara iri yang terjadi di bidang
keahlian atau kepandaian lebih pada hasrat monopoli yang lebih jasmaniah.
Rasa iri hati dan cemburu (posesif) ini merupakan benih dari suatu perasaan ancaman dan ia
akan menggunakan segala macam ikhtiar untuk menghilangkan saingannya dari arena. terutama orang
yang peka pujian, dia akan mudah merasa iri.
Aspek psikologi penyebab iri hati ada beberapa macam. Iri hati biasanya ada pada orang yang
memiliki sifat:
1. Rendah diri, merasa diri kalah/tidak sukses, takut ditolak.
2. Mentalitas Tuan-Hamba, dimana cenderung ingin menguasai.
3. Perilaku merusak diri.
4. Sulit menerima tanggung jawab, menuduh orang lain menjadi penyebab masalah.
5. Mementingkan diri sendiri dan tidak matang
6. Takut/merasa terancam dan mudah curiga
4. Hubungan cinta
Faktor keempat penyebab masalah dalam keluarga adalah cinta atau hubungan asmara. Ada 3
variasi pola hubungan asmara di tempat kerja
a. Loving Commitment
Pada hubungan ini, 2 orang individu yang berada dalam satu lingkungan kerja saling tertarik
satu sama lain namun tidak ada risiko akibat dari hubungan mereka tersebut. Hubungan mereka
biasanya langgeng karena masing-masing punya komitmen dengan rahasia pekerjaannya.
b. Affair
Hubungan ini terjadi antara dua orang karyawan yang salah satu atau keduanya sudah
berkeluarga. Pada awalnya mereka biasanya saling tertarik secara fisik akibat pertemuan-pertemuan
yang tidak disengaja. Namun hubungan ini biasanya tidak berlangsung lama, karena banyak sekali
hambatannya, baik itu dari pihak istri atau suami, atasan atau masyarakat.
c. Mentorship
Atasan dan bawahan sering terlibat dalam proyek yang sama dan menghabiskan waktu kerja
bersama-sama. Hubungan dapat menjadi lebih akrab dengan biasanya salah satu mulai membicarakan
soal pribadi yang ditanggapi dengan rasa simpati oleh pihak yang lain. Setelah itu pihak yang satunya
juga mulai membuka rahasia kehidupan pribadi kepada yang lain. Hubungan akan terasa akrab sebab
masing-masing merasa saling mengetahui rahasia kehidupan pribadi yang lainnya. Jika atasan dan
bawahan tersebut sama-sama pria atau sama-sama wanita, mungkin hubungan akan mengarah kepada
hubungan ibu dan anak atau ayah dan anak. Namun jika keduanya berlawanan jenis besar
kemungkinan rasa simpati tersebut dapat berubah menjadi rasa kasih sayang sehingga jadi hubungan
yang romantis.
Langkah-langkah penyelesaian
Berikut ini langkah-langkah penyelesaian yang perlu dicontoh oleh pihak manajemen,
khususnya manajer personalia maupun atasan dari kedua pihak yang terlibat hubungan.
1. Tunjukkan perhatian kepada pasangan tersebut dengan sikap yang hangat dan jangan langsung
menuduh.
2. Ungkapkan bahwa manajemen menyadari dan menghargai kebutuhan mereka untuk selalu
bersama-sama, saling mempercayai, saling terbuka dan saling membantu untuk mendapatkan
prestasi mereka yang terbaik. Namun juga ungkapkan mengenai pengaruh negatifnya terhadap
kerahasiaan pengambilan keputusan, dan moril kerja bawahan maupun rekan kerja lainnya jika
meeka terlalu eklusif dalam berhubungan. Coba untuk mengajak mereka menilai dengan jelas
dan objektif mengenai resiko dan apa yang bakal hilang jika mereka tidak membuat
hubungannya menjadi sehat.
3. Tegaskan mengenai kebijaksanaan perusahaan, bahwa jika mereka menikah salah satunya
harus keluar dari perusahaan atau dimutasikan ke bagian lain.
4. Bicara kepada mereka secara terpisah dan secara pribadi. Jauh dari lingkungan kerja lebih baik.
Dorong agar mereka berdua untuk membicarakan masalah tersebut. Beri kesan kepada mereka
bahwa perusahaan sangat ingin membantu mengatasi masalah mereka sehingga tidak akan
terjadi permusuhan antara karyawan dan perusahaan.
5. Konsisten dalam memberikan peraturan kepada setiap pasangan sehingga peraturan tersebut
akan dijadikan pertimbangan oleh pasangan yang lain sebelum mereka memasuki jenjang
perkawinan.
Penutup
Cara yang paling baik untuk mencegah timbulnya masalah asalah memperkecil peluang untuk
timbulnya keempat faktor di atas. Misalnya, jangan menyakiti atau mengecewakan hati orang lain.
Berilah pengertian sebaik-baiknya tanpa membuat orang itu sakit hati. Seringkali justru perbincangan
atasan dan karyawan yang hendak berhenti bekerja berlangsung berlarut-larut sehingga melibatkan
emosi dan membuat si karyawan sakit hati. Hindari perlakukan yang bisa menimbulkan iri hati dan
kecemburuan sosial. Perlakukan kepada seseorang karyawan yang dianggap anak emas menyebabkan
munculnya konflik yang tidak perlu. Selain itu, memang perlu dibina agar keserakahan tidak menjadi
dasar perilaku yang membudaya di perusahaan. Kalau atasan serakah, ini bisa ditiru oleh bawahannya.
Dan yang terakhir, hindari affair dan cinta yang berlangsung kurang baik. Jangan menjalin asmara di
kantor, apalagi kalau Anda sudah mempunyai keluarga sendiri.