Belajar Ekonomi Politik
Belajar Ekonomi Politik
Masalah yang sudah berabad-abad menyibukan fikiran manusia adalah tentang, Apa yang
menentukan sifat dari suatu system masyarakat?, Bagaimana manusia berkembang?, Apakah rakyat
yang sudah turun temurun hidup melarat dan sengsara dapat memperbaiki nasibnya?, Apakah
kebebasan dan kemakmuran dapat dicapai oleh semua manusia ataukah hanya untuk segolongan kecil
orang saja?, Apakah miskin dan kaya itu takdir?, atau Apakah dapat kemiskinan dilenyapkan?.
Abad demi abad berlalu, sudah banyak pemikir-pemikir yang mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaan diatas, namun bersamaan dengan itu bermacam-macam teori dan konsepsi terbantah sama
sekali, bukan saja disebabkan oleh kritik dari pemikir yang lain tetapi juga oleh kritik waktu, oleh seluruh
perkembangan sejarah itu sendiri.
Memang jalan untuk mencapai pengetahuan manusia mengenai sebab-sebab perkembangan sejarah
masyarakat sangat sulit dan berliku-liku, karena berbeda dengan kejadian-kejadian dalam alam,
peristiwa-peristiwa yang dialami masyarakat lebih sulit diobservasi dan dianalisa. Kekuatan-kekuatan
dalam alam bersifat spontan dan tidak berkenaan dengan seseorang sedangkan dalam masyarkat kita
menghadapi beraneka ragam orang yang memiliki motif-motif tertentu untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu, namun untuk menyelidiki manusia tidaklah cukup hanya dengan menyelidiki motif seseorang
saja ketika bertindak dalam mencapai tujuan tertentu karena hal ini tidak akan membawa kita kepada
pengertian sesungguhnya tentang perkembangan masyarakat, tetapi lebih jauh dari itu kita juga harus
bertanya motif tersebut dipunyai seseorang dan sementara orang lain memiliki motif yang berbeda?,
lagi pula tindakan orang-orang yang memiliki motif yang berbeda-beda tersebut akan saling
berbentrokan satu sama lain sehingga menimbulkan peristiwa sejarah namun hasil dari peristiwa sejarah
tersebut ternyata bisa berbeda dari apa yang dikehendaki atau dituju oleh orang-orang tertentu.
Misalnya banyak orang yang ikut dalam perebutan kemerdekaan Indonesia berfikir bahwa dengan
lenyapnya penjajahan maka akan tercipta suatu masyarakat yang adil dan makmur, namun
kenyataannya hingga kini masyarakat tersebut belum tercapai bahkan tidak jarang orang yang
kehidupannya menjadi bertambah buruk.
Uraian diatas menunjukan bahwa dalam masyarakat terdapat suatu kontradiksi yaitu kontradiksi
antara kegiatan subyektif yang dengan sadar dari seseorang disatu fihak dengan perkembangan obyektif
yang spontan dari masyarakat sebagai keseluruhan dilain fihak, kontradiksi disini menjadi sangat penting
dipahami karena kedangkalan kita dalam memahami kontradiksi ini menyebabkan kita akan beranggapan
bahwa sejarah hanya sebagai kumpulan kejadian yang bersifat kebetulan belaka atau sebagian yang lain
akan menganggap sejarah sebagai suatu keharusan tetapi tidak memahami apa yang menentukan suatu
keharusan itu, menjadi penganut fatalisme, menyerah pada takdir yang telah digariskan pada manusia.
Artinya ini menujukan bahwa perkembangan masyarakat tidak timbul dari kekuatan dari luar masyarakat
itu sendiri melainkan dari dalam masyarakat, yaitu bahwa manusia adalah pembuat sejarah mereka
sendiri namun disisi lain manusia tidak dengan seenaknya saja membuat sejarah seenaknya tetapi atas
dasar syarat-syarat materiil obyektif yang yang mereka warisi dari abad-abad sebelumnya.
Dan syarat-syarat materiil yang paling menentukan adalah produksi kekayaan materiil yang
diperlukan bagi kehidupan manusia sudah tentu faktor geografi, kepadatan penduduk, iklim dll juga
menentukan, namun dapat saja perkembangan suatu masyarakat akan berbeda meskipun keadaan
geografi, iklim maupun kepadatan penduduknya sama. Jadi kegiatan bekerja manusia untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya merupakan factor yang primer bagi kelangsungan hidup setiap masyarakat. Orang
tidak mungkin berpolitik, berkesenian, berilmu dll kalau belum makan, berpakaian dan memiliki tempat
berteduh.
Proses produksi kekayaaan materiil dalam masyarakat berpangkal pada tiga factor yaitu :
Kerja manusia
sasaran kerja
alat-alat kerja
Kerja adalah kegiatan manusia yang dilakukan dengan sengaja untuk mengubah dan menyesuaikan
benda-benda yang ada dialam agar dapat dipakai untuk memenuhi kebutuhan manusia. Kerja adalah
keharusan bagi kehidupan manusia tanpa kerja tidak akan ada kehidupan manusia, kerja ini pulalah yang
membedakan manusia dengan binatang, binatang secara pasif harus menyesuaikan diri dengan
lingkungannya namun manusia dengan perkakas yang dibuatnya dapat mempengaruhi serta mengubah
alam sekelilingnya agar sesuai dengan kebutuhannya serta memmenuhi bahan-bahan yang
dibutuhkannya.
Sasaran kerja (obyek kerja) adalah apa saja yang dikenakan kerja manusia baik yang diambil
langsung dari alam misalnya besi, kayu dll, maupun sasaran kerja yang sudah dikenakan kerja misalnya
bahan baku seperti kapas dalam pabrik pengolahan benang dll dinamakan bahan mentah/bahan baku.
Alat-alat kerja adalah segala benda yang dipergunakan manusia sebagai perkakas untuk
mengenakan kerjanya pada sasaran kerja dan mengubahnya, dalam hal ini termasuk pertama perkakas-
perkakas produksi, selanjutnya juga tanah, bangunan, perusahaan, jalan dst. Perkakas produksi
memegang peranan menentukan diantara alat-alat kerja, ini meliputi bermacam-macam perkakas yang
digunakan manusia dalam kerja, mulai dari perkakas batu yang kasar dari manusia primitif hingga
mesin-mesin modern. Berbagai sejarah tingkat perkembangan manusia bukan dilihat dari barang apa
yang dihasilkan tetapai bagaimana, dengan perkakas produkasi apa barang-barang tersebut
dihasilkan/diproduksi.
Sasaran kerja dan alat-alat kerja merupakan alat-alat produksi, alat-alat produksi itu sendiri bila
tidak disatukan dengan tenaga kerja menjadi setumpukan barang mati, dan sebaliknya untuk memulai
proses kerja tenaga kerja mesti menyatukan diri dengan perkakas produksi,
Tenaga kerja adalah kecakapan manusia bekerja yaitu keseluruhan kekuatan jasmani dan rohani
manusia dengan mana manuia itu dapat memproduksi barang-barang materiil.
Penggabungan antara alat-alat produksi dan manusia dengan kecakapan tertentu (Tenaga kerja)
menggerakan alat-alat ini untuk memprouksi barang-barang materiil dan rakyat pekerja disebut tenaga
produktif masyarakat.
Tenaga produktif mencerminkan hubungan manusia terhadap benda-benda dan kekuatan-kekuatan
alam yang digunakan untuk memproduksi kekayaan materiil. Namun dalam produksi manusia tidak
hanya mempengaruhi alam melainkan juga mempengaruhi sesama manusia, mereka hanya berproduksi
dengan berkerja sama dengan cara tertentu dan saling menukarkan kegiatan mereka. Untuk berproduksi
mereka memasuki pertalian timbal balik dan perhubungan tertentu, dan hanya dalam pertalian dan
perhubungan kemasyarakatan tersebut proses mempengaruhi alam dilakukan. Pertalian dan
perhubungan dan hanya dalam pertalian dan perhubungan kemasyarakatan inilah proses mempengaruhi
alam dilakukan (dilakukanlah proses produksi). Pertalian dan perhubungan tertentu antara manusia dan
proses produksi kekayaan materiil dinamakan Hubungan produksi. Yang meliputi bentuk-bentuk hak milik
atas alat-alat produksi, kedudukan klas-klas, golongan-golongan masyarakat dalam produksi dan
hubungan timbal balik antara mereka, bentuk-bentuk distribusi dari hasil-hasil produksi.
Watak dari hubungan-hubungan produksi ditentukan pertama-tama oleh soal milik siapakah alat-alat
produksi (tanah, hutan, perairan dll), milik orang perorang, golongan-golongan masyarakat atau kelas-
kelas yang mempergunakan alat produksi tersebut untuk menghisap rakyat pekerja ataukah milik
masyarakat yang bertujuan memenuhi kebutuhan-kebutuhan materiil dan kulturiil dari massa rakyat.
Tenaga-tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi menyatakan dua segi dalam produksi,
yaitu segi teknik dan segi kemasyarakatan dari produksi, ilmu ekonomi politik mempelajari segi
kemasyarakatan dari produksi yaitu mempelajari hubungan-hubungan produksi dalam pengaruhnya yang
timbal balik dengan tenaga produktif. Tenaga produktif dan hubungan-hubungan produksi sebagai satu
kesatuan merupakan cara produksi.
Tenaga-tenaga produktif adalah unsur yang paling mobil dan revolusioner dalam produksi,
perkembangan produksi mulai dengan perubahan-perubahan dalam tenaga produktif, pertama-tama
dengan perubahan dan perkembangan perkakas produksi dan kemudian perubahan-perubahan yang
berkesesuaian terjadi juga dalam lapangan hubungan produksi dan sebaliknya hubungan produksi antar
manusia mempengaruhi tenaga-tenaga produktif secara aktif.
Tenaga-tenaga produktif masyarakat hanya dapat berkembang dengan tiada rintangan, apabila
hubungan-hubungan produksi sesuai dengan tingkat perkembangan tenaga-tenaga produktif, apabila
hubungan produksi sudah tidak lagi mampu membingkai tingkat perkembangan dari tenaga-tenaga
produktif sehingga terjadi benturan antara hubungan produksi lama dengan hubungan produksi yang
baru maka akan terjadi pertentangan. Pertentangan inilah yang menjadi dasar ekonomi bagi revolusi
sosial dalam masyarakat berkelas yang mendasarkan penghisapan manusia atas manusia, dalam
masyarakat seperti ini bentrokan-bentrokan antara tenaga produktif dengan hubungan produksi
dinyatakan dalam perjuangan kelas. Tujuan revolusi adalah menghapuskan pertentangan antara tenaga
produktif yang baru dengan hubungan produksi yang lama dan membentuk hubungan produksi yang
baru yang sesuai dengan tingkat perkembangan tenaga-tenaga produktif yang sudah dicapai. Dengan
jalan revolusi sosial ini masyarakat maju ketingkat perkembangan yang lebih tinggi maka orang sering
menyebut revolusi sosial merupakan lokomotif sejarah yang menggerakan ke masyarakat yang lebih
maju.
Terbaginya masyarakat dalam kelas-kelas menjadi awal mula timbulnya negara, dalam masyarakat
komune primitif ini masih belum tampak adanya negara namun kita menemukan betapa besarnya
kekuasaan adat istiadat, otoritas, penghargaan, kekuasaan yang berada di tangan ketua klan. Tetapi
bagaimanapun juga kita dapat menemukan suatu golongan orang-orang yang khusus, yang dipisahkan
untuk memerintahkan orang lain dan untuk kepentingan dan tujuan memerintah, secara sistematis dan
terus-menerus menggunakan suatu alat pemaksa tertentu sehingga susunan politik masyarakat primitif
seperti ini tidak mungkin bertahan dalam masyarakat yang terbagi oleh perjuangan kelas dan
kepentingan-kepentingannya tidak dapat didamaikan. Timbulnya negara merupakan kebutuhan obyektif,
negara bukanlah merupakan kekuasaan yang dipaksakan kepada masyarakat dari luar, ia adalah hasil
dari masyarakat pada suatu tingkat perkembangan tertentu yang telah terlibat dalam suatu kontradiksi
yang tidak terpecahkan dengan dirinya sendiri. Alat negara terpenting adalah tentara, polisi, pengadilan
dan alat-alat pemaksa lainnya yang digunakan kelas yang berkuasa untuk mempertahankan susunan
masyarakat dan memperkokoh kedudukan mereka.
Produksi dalam masyarakat pemilikan budak didasarkan atas kerja kaum budak; tuan budak dapat
hidup mewah dan mempunyai waktu yang cukup untuk urusan-urusan negara, kebudayaan dan
kesenian, dengan demikian terjadi pemisahan dan pertentangan antara kerja badan dan kerja otak yang
terus terdapat dalam semua masyarakat berkelas. Kerja badan dipandang hina dan hanya patut untuk
rakyat pekerja, sedangkan kerja otak menjadi hak eksklusif bagi kelas yang berpunya. Sepanjang
sejarah masyarakt kepemilikan budak timbul pemberontakan –pemberontakan budak yang besar yang
menggoncangkan kekuasaan tuan budak dan akhirnya sistem ini berganti menjadi sistem masyarakat
yang lain.
Sistem Feodal
Masyarakat ini adalah masyarakat yang menggantikan sistem masyarakat kepemilikan budak,
masyarakat ini terbagi dalam dua kelas pokok; yaitu tuan tanah dan kaum tani. Tuan tanah memiliki alat
produksi terpokok pada waktu itu yaitu tanah, maka untuk dapat hidup kaum tani harus menyewa tanah
dari tuan tanah, kaum tani tidak sepenuhnya milik tuan tanah, ia mempunyai usaha tanahnya sendiri
maka ia lebih mempunyai kemajuan bekerja daripada budak, tetapi tani harus membayar sewa tanah
yang berat kepada tuan tanah, Karena itu sebagian besar waktunya tidak digunakan buat bekerja untuk
dirinya melainkan untuk tuan tanah jadi masih berlaku penindasan klas dan kedudukan tani sering tidak
banyak berbeda dari kedudukan budak. Sepanjang jaman feudal kaum tani berjuang melawan tuan tanah
dan semakin hari bertambah meruncing. Dalam sejarah tiap negri terjadi pemberontakkan tani yang
berlangsung hingga puluhan tahun, pemerintahan tani inilah yang memperlemah dasar-dasar feodalisme
dan akhirnya mengakibatkan keruntuhan feodalisme itu. Tetapi kaum tani belum bisa mencapai
kebebasan dari penghisapan. Hasil perjuangan revolusioner kaum tani dimiliki oleh klas borjuis yang
timbul pada akhir masyarakat feudal. Revolusi borjuis menyingkirkan sistem feudal dan menegakkan
kekuasaan kapitalisme.
Sistem kapitalis.
Di bawah kapitalisme masyarakt terbagi didalam klas kapitalis atau borjuasi dan klas buruh atau
ploretariat. Buruh bukan milik si kapitalis, buruh tidak dibeli atau dijual, ia nampaknya bebas tetapi tidak
memiliki alat produksi sama sekali sehingga terpaksa menjual tenaga kerjanya kepada pemilik alat-alat
produksi yaitu si kapitalis (Pemilik pabrik dan perusahaan-perusahaan lain) dan buruh harus kerja
membanting tulang supaya tidak mati kelaparan, satu grup kecil kaum penghisap mendapat laba besar
dan sedangkan masa pekerja semakin lama semakin banyak menderita kesengsaraan dan penderitaan.
Jadi penghisapan atas rakyat pekerja masih tetap berlangsung, walaupun bentuknya telah berubah.
Dalam kapitalis produktifitas kerja sangat dipertinggi dan produksi mencapai perluasan yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Pabrik dan perusahaan besar dilengkapi dengan mesin-mesin dan
memperkerjakan ribuan buruh. Pekerjaan tiap-tiap perusahaan, tiap-tiap cabang industri dan pertanian
tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan perusahaan dan cabang-cabang lain. Jika perusahaan lain tidak
bekerja lagi, maka ratusan lain tidak bekerja lagi. Dan terpaksa berhenti bekerja. Dalam kapitalisme
barang-barang hasil industri adalah hasil kerja masyarakat bukan hasil kerja orang-seorang.
Kaum kapitalis tidak memperdulikan kepentingan masyarakat, mereka memproduksi dan menjual
barang-barangnya hanya untuk mendapatkan laba yang besar. Kapitalis memperluas produksi dan
memperkeras penghisapan kepada kaum buruh dengan jalan jam kerja yang lama dengan upah yang
lebih rendah. Akibatnya, barang-barang yang dihasilkan jauh lebih banyak dari yang mampu dibeli oleh
pemakai pokok yaitu masa rakyat sehingga menimbulkan krisis ekonomi kelebihan produksi, untuk
mempertahankan agar harga tetap tinggi kaum kapitalis menghancurkan barang-barang mereka dan
untuk sementara menghentikan produksi serta memecat ribuan buruh. Jadi hak milik perseorangan
secara kapitalis mengakibatkan penghancuran materiil yang sudah dihasilkan dan menyebabkan rakyat
pekerja menderita karena pengangguran dan upah yang rendah.
Pertentangan antara watak kemasyarakatan dari proses produksi dan kepemilikan perseorangan
secara kapitalis atas alat produksi dan hasil produksi merupakan pertentangan dasar dari cara produksi
dari kapitalis. Pertentangan ini tak dapat didamaikan dan satu-satunya jalan untuk keluar dari masalah
ini adalah dengan menghapuskan hak milik perseorangan secara kapitalis atas alat-alat produksi dengan
hak milik kemasyarakatan artinya beralih dari masyarakat kapitalis ke masyarakat sosialis.
Uraian diatas menunjukan berbagai tingkat perkembangan masyarakat dan perpindahan dari suatu
masyarakat satu kemasyarakat yang lain merupakan kemajuan lebih lanjut dari masyarakat manusia.
Untuk dapat mempersamakan, jumlah kerja yang terkandung dalam bermacam-macam kerja
kongkret, maka bentuk kongkret dari kerja harus ditinggalkan dan kerja hanya dipandang sebagai
pemakaian tenaga kerja pada umumnya, Oleh sebab itu dalam syarat-syarat produksi perseorangan,
kerja kemasyarakatan bersifat kerja abstrak, artinya kerja abstrak adalah kerja kemasyarakatan yang
dilakukan oleh produsen-produsen barang dagangan perseorangan, dalam kerja abstrak terkandung
hubungan-hubungan kemasyarakatan diantara produsen-produsen barang dagangan perseorangan,
maka nilai dari sebuah barang dagangan terkandung hubungan kemasyarakatan yaitu hubungan antara
produsen-produsen (orang-orang), yang tersembunyi dibelakang hubungan antar barang dagangan.
Kedua Besar kecilnya nilai suatu barang dagangan juga ditentukan oleh watak kemasyarakatan dari
sebuah barang dagangan yang ditentukan oleh waktu kerja, semakin banyak waktu kerja yang
diperlukan untuk memproduksi sebuah barang dagangan maka semakin tinggi nilainya, namun ini tidak
berarti semakin malas pekerja semakin tinggi nilai barang dagangan yang diproduksi, hal ini tidaklah
demikian karena waktu kerja disini bukanlah waktu kerja individual yang dicurahkan untuk memproduksi
barang dagangan, namun ditentukan oleh waktu kerja perlu sosialnya yaitu waktu yang diperlukan untuk
pembuatan suatu barang dagangan dalam syarat-syarat produksi kemasyarakatan yang rata-rata,
dengan tingkat teknik rata-rata, kecakapan rata-rata dan intensitas kerja rata-rata. Oleh sebab itu nilai
bukan sifat materiil melainkan sifat kemasyarakatan dari barang dagangan, tetapi nilai barang dagangan
itu tidak dapat dilihat pada barang dagangan itu sediri, nilai itu tampak dalam pertukaran dengan barang
dagangan laindalam proses pertukaran, yaitu nilai tukar atau bentuk nilai.
Bersamaan dengan perkembangan produksi barang dagangan, bentuk nilai atau nilai tukar juga
mengalami perkembangan dan hasil dari perkembangan tersebut timbulah bentuk uang sebagai
pernyataan nilai, dengan menganalisa perkembangan bentuk nilai maka dapat dijelaskan pula hakekat
dan fungsi dari uang.
Bentuk nilai yang paling sederhana (primitif) ialah dinyatakannya nilai sesuatu barang dagangan
dengan barang dagangan lain, yang terjadi ketika pertukaran masih bersifat spontan dan kebetulan,
misalnya 1 kampak=20 kg padi. Disini kampak dinyatakan dengan padi, padi berlaku sebagai cermin nilai
(bentuk tara), sebagai alat untuk menyatakan nilai dari kampak (bentuk nilai nisbi), namun seiring
dengan perkembangan produksi barang dagangan dan masyarakat mulai terbagi dalam pembagian kerja,
manusia mulai menemukan lebih banyak lagi barang dagangan yang dapat dipertukarkan misalnya:
_ 40 kg padi
1 ekor domba 20 m kain
2 kampak
3 kg emas dst
Per
arena bisa saja seseorang penjual kampak tidak membutuhkan padi tapi kain, disini tampak
pertentangan dari produksi barang dagangan, dimana pertentangan ini terjadi karena produsen barang
dagangan ketika membuat hasil produksinya yang malakukan kerja perseorangan sekaligus kerja
kemasyarakatan, yaitu kerja untuk masyarakat, maka terjadilah tara umum, misalnya :
_40 kg padi
20 meter kain
2 kampak 1 ekor domba
3 kg emas
dst.
Dalam bentuk umum ini domba sebagai tara umum, namun barang yang menjadi tara umum belum
tetap dan berbeda-beda diberbagai tempat dan pada waktu yang berlainan. Akhirnya terbentuk tara
umum yang tidak lagi berubah menurut waktu dan tempat, terjadilah bentuk uang sebagai hasil tertinggi
dari perkembangan bentuk nilai. Dengan pengetahuan kita tentang asal usul histories dari uang maka
kita akan terhindar dari pengertian yang salah tentang uang, uang bukan semata-mata hasil penemuan
jenius seorang ilmuan dalam menghadapi kesulitan dalam proses pertukaran barng-barang dagangan
pada masyarakat modern tetapi uang itu sendiripun merupakan barang dagangan misalnya jika
seseorang yang terdampar dipulau terpencil yang tidak ada aktivitas perekonomian, maka sepeti uang
bagi orang tersebut tidak akn berguna, mungkin sebilah kail akan lebih bermanfaat, lain halnya ketika
orang tersebut berada ditengah-tengah kota Surabaya yang ramai dengan aktivitas ekonomi, maka
tentulah sepeti uang bagi orang tersebut lebih berguna daripada sebilah kail.
Fungsi terpenting dari uang adalah sebagai ukuran nilai namun karena saat ini setiap barang
dagangan dapat dinyatakan dengan uang maka uang itu menjadi ukuran harga, maka harga itu sendiri
tak lain adalah adalah nilai barang dagangan yang dinyatakan dalam bentuk uang.
Pada tingkat perkembangan tertentu dari barang dagangan uang dapat menjadi kapital, namun uang
itu sendiri bukan kapital misalnya pada produsen kecil barang dagangan yang hidup dari penjualan
barang-barang mereka, uang disinihanya berperan sebagai alat peredar dan bukan kapital (barang-uang-
barang), yaitu menjual barang yang satu dan membeli barang yang lain/nilai pakai yang satu ditukar
dengan nilai pakai yang lain, jadi tujuan peredaran disini adalah nilai pakai.
Uang menjadi kapital apabila digunakan untuk menghisap kerja orang lain, berarti yang tadinya
rumus umum kapital adalah uang – barang – uang, yaitu membeli untuk menjual, namun karena disini
jika proses akhirnya sama dengan jumlah awalnya (uang = nilai) maka gerak kapital tak ada gunanya,
padahal tujuan dari aktivitas kapitalis adalah membuat jumlah akhir manjadi lebih besar dari jumlah
awal, maka kapital harus memperbesar hasil akhir manjadi (uang – barang - uang +keuntungan).
Apakah sumber pertambahan nilai tersebut, jelas bukan peredaran karena sepert contoh pertama
bahwa peredaran akan membawa nilai akhir yang sama dengan nilai awal, sebab peredaran merupakan
pertukaran barang-barang yang senile. Pertambahan ini juga bukan karena kenaikan harga sebab
keuntungan yang didapat sebagai penjual akan hilang karena kerugian yang diterima sebagai pembeli,
sedang yang kita persoalkan adalah bukan gejala individual tetapi gejala social, rata-rata dan masal,
dalam kasus bertambahnya nilai ternyata semua dari kaum kapitalis memperoleh pertambahan nilai
tersebut.
Jelaslah disini bahwa untuk menjadi kapitalis, seseorang harus mendapatkan dipasaran suatu barang
dagangan apabila dipakai untuk proses produksi akan menciptakan nilai yang lebih tinggi pada hasil
akhirnya atau dengan kata lain kapitalis harus mendapatkan suatu barang dagangan yang nilai pakainya
memiliki sifat sebagai sumber nilai. Dan yang bisa memberi jawab atas pertanyaan ini adalah tenaga
kerja manusia, dengan menunjukan bahwa buruh menjual kepada si kapitalis bukan kerjanya tetapi
tenga kerjanya. Kerja dan tenaga kerja adalah dua hal yang berbeda, pemakaian tenaga kerja berati
juga kerja, dan kerja akan menciptakan nilai, pemilik uang membeli tenaga kerja (lewat upah) menurut
nilainya yaitu nilai tenaga kerja, nilai tenaga kerja sebagaimana barang dagangan lainnya besar kecilnya
tergantung dari kerja perlu social yang diperlukan untuk berproduksi, yaitu ongkos untuk memelihara diri
dan keluargannya, jadi upah yang diberikan kaum kapitalis kepada buruhnya sama sekali tidak ada
hubungannya dengan kerja yang dilakukan oleh buruh, maka nilai yang diciptakan dalam proses
penggunaan tenaga kerja dan nilai tenaga kerja adalah dua jumlah yang berbeda, selisih perbedaan ini
disebut nilai lebih, misalnya pemilik pabrik membeli tenaga kerja, lalu mempekerjakan buruhnya selama
8 jam, namun jika buruh dalam 3 jam ia sudah menciptakan nilai baru yang sesuai dengan sebesar nilai
kerjanya atau dengan kata lain telah cukup untuk ongkos kehidupannya, maka 5 jam berikutnya (waktu
kerja lebih) ia telah menciptakan nilai lebih yang tidak dibayarkan oleh tuan kapitalis.