Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HUKUM PIDANA ADAT

INVENTARISASI NORMA HUKUM PIDANA ADAT SUKU KERINCI

Di Susun Oleh :

AHMAD SANUSI B1A019071

Kelas : A

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Herlambang S.H., M.H

Susi Rahmadhani S.H., M.H

FAKULTAS HUKUM/PRODI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS BENGKULU

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
karunianya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebaik-baiknya.

Tugas ini berisi tentang “Inventarisasi Norma Hukum Pidana Adat Suku Kerinci”.
Tugas ini di buat dalam rangka untuk mengkaji dan menginventarisasikan pengaturan norma
pidana adat yang ada di suku kerinci.

Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan dalam
rangkaian pembuatan tugas ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik,saran dan solusi agar
penulis dapat menyempurnakan tugas ini di masa yang akan datang.

Dengan demikian saya sampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen


pengampu mata kuliah Hukum Pidana Adat yaitu Bapak Prof Herlambang S.H., M.H dan
Ibuk Susi Rahmadhani S.H., M.H, Serta Orang-orang yang telah berperan dalam membantu
saya hingga tugas ini dapat terselesaikan. Semoga tugas ini bermanfaat bagi kita semua dan
dapat di jadikan pengetahuan maupun sumber referensi.

Kerinci, 6 Mei 2022

Ahmad Sanusi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR .............................................................................................................i

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................1

A. Latar Belakang ..........................................................................................1


B. Rumusan Masalah .....................................................................................1

BAB II PEBAHASAN .................................................................................................2

Norma Pidana Adat, Pengertian, Sanksi ......................................................2

BAB III PENUTUP ..............................................................................................4

A. Kesimpulan ..........................................................................................4
B. Saran ....................................................................................................4

IDENTITAS NARASUMBER DAN DOKUMENTASI WAWANCARA ............5


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Suku Kerinci adalah salah suku yang terletak di kabupaten kerinci provinsi jambi,
suku kerinci sebagai suku yang mempunyai Indonesia merupakan negara multikultural
yang kaya akan banyak suku, budaya dan adatnya yang beragam disetiap daerahnya.
Adat yakni adalah suatu kebiasaan masyarakat yang turun temurun dilakukan dan
ditetapkan sejak nenek moyang hingga kini. Adat juga disebut sebuah tradisi yang
dilahirkan oleh masyarakat adat itu sendiri, dengan adanya sebuah kebiasaan
masyarakat tersebut terbentuklah suatu hukum adat. Dalam hukum adat inilah ada
peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat adat dan dilengkapi oleh sanksi yang
diterapkan dan akan diberikan bagi masyarakat yag melanggar hukum adat itu sendiri.
Dalam melaksanakan suatu hukum adat, pastinya dengan tujuan agar bisa
memberantas terjadinya sebuah pelanggaran maupun suatu penyimpangan dalam
pelaksanaannya, masyarakat adat tentu harus memiliki sebuah pemerintahan yaitu
tokoh adat masyarakat untuk menjamin terjalannya suatu pelaksanaan hukum adat.
Tokoh adat dibentuk dari beberapa anggota masyarakat adat. Dengan diserahi
sebuah amanah untuk menjalankan suatu hukum adat, maka akan terjalanlah hukum
adat di dalam suatu daerah. Sumber hukum adat berasal dari suatu kebiasaan
masyarakat yang turun temurun dilakukan tanpa adanya hukum tertulis seperti KUHP.
Dalam kehidupan bermasyarakat tentu masih banyak perbuatan tindak pidana
yang terjadi, salah satunya adalah tindak pidana kejahatan. Kejahatan dalam hal ini
memiliki jenis yang berbeda-beda seperti salah satu contohnya adalah kejahatan
terhadap tubuh yang dalam kehidupan bermasyarakat sering disebut dengan
penganiayaan. Penganiayaan adalah sengaja merusak kesehatan orang.

B. Rumusan Masalah
- Bagaimana Norma Pidana Adat, Pengertian, Sanksi yang ada di suku kerinci?
BAB II

PEMBAHASAN

Norma Pidana Adat, Pengertian, dan Sanksi Adat Di Suku Kerinci

Suku kerinci merupakan suku yang berada di kawasan kabupaten kerinci provinsi
jambi, suku ini mempunyai adat istiadat yang kental dan terus bertahan dari dulu hingga
sekarang, adat istiadat di suku kerinci bukan hanya perihal ranah pidana adat saja, namun
juga melingkup banyak hal seperti ranah keperdataan dan kepemerintahan juga ada di adat
kerinci, sebelumnya penulis telah melakukan wawancara pada 6 mei 2022 pada pukul 19.30
WIB bersama seorang narasumber yang merupakan ketua adat di desa sungai betung hilir
kabupaten kerinci, yang berusia 63 tahun, penulis mewawancarai narasumber dan
menanyakan perihal delik-deklik/norma-norma hukum pidana adat kerinci, meskipun hukum
adat suku kerinci sangatlah banyak meliputi banyak hal namun dalam tulisan ini penulis
fokus membahas perihal hukum pidana adat suku kerinci dan yang penulis paparkan di dalam
tulisan ini masih banyak yang kurang karena terkendala waktu dan juga orang yang penulis
wawancarai perihal adat suku kerinci ini juga tidak dapat memberikan secara keseluruhan
informasi karena ada beberapa kendala, namun yang penulis telah hadirkan dan paparkan
dibawah ini merupakan sebagian besar yang sering dipakai dan senantiasa melekat pada adat
istiadat suku kerinci dalam ranah terjadi suatu tindak kiriminal atau tindakan pidana yang
kemudian diselesaikan dengan cara di hukum menggunakan hukum pidana adat, lebih jelas
dan spesifiknya telah penulis paparkan di norma-norma dan delik-delik adat suku kerinci
dibawah ini:

a. Tikam bunuh darah tasirak bangkai tajilo, artinya seseorang yang membunuh
orang lain dengan terang-terangan yang korbannya/mayatnya tergeletak didepan mata,
sanksinya berupa pembayaran uang bangun jenazah yang jumlahnya tergantung dari
permintaan keluarga korban, serta biaya pengurusan jenazah di tanggung oleh pelaku.

b. Samun sakar kujo badarah pedang badarah, artinya seseorang yang ingin
membunuh orang dengan cara sembunyi-sembunyi, sanksinya berupa pembayaran
uang bangun jenazah yang jumlahnya tergantung dari permintaan keluarga korban,
serta biaya pengurusan jenazah di tanggung oleh pelaku.
c. Upeh racun bertabung sayak siso mamakai, artinya seseorang yang membunuh
orang lain dengan racun yang terbukti dengan adanya wadah tempat iya menaroh
racun tersebut, sanksinya apabila korban tidak meninggal maka pelaku harus
membiayai biaya pengobatan dan biaya sehari-hari keluarga korban sampai si korban
sembuh, namun apabila korban meninggal, maka pelaku harus membiayai seluruh
biaya pemakaman dan membayar bangun jenazah kepada keluarganya.

d. Siur bakar berpuntung suluh, artinya orang yang membakar sesuatu yang merugika
orang lain, yang terbukti dengan benda yang digunakannya untuk membakar,
sanksinya adalah harus mengganti kerugian orang yang telah ia rugikan sesuai dengan
jumlah kerugian yang di alami korban

e. Malin curi sigai tategak lindin taragih atap bakuak lantai talbung, artinya orang
yang mencuri kerumah orang lain baik melalui membongkar
dinding/jendela,membongkar atap, ataupun melalui jalur pintu dan lantai, sanksinya
berupa ia harus mengembalikan barang yang dicurinya kepada pemilik kemudian
dihukum secara adat berupa di arak keliling kampung sambil mengatakan kepada
semua orang kalau iya telah mencuri barang tersebut dan kemudian iya dihutangkan
didalam adat jumlahnya sesuai dengan barang yang di ambil.

f. Lancung kicuh budi marangkak, artinya seseorang yang ingin mencuri dirumah
orang lain namun dengan cara mendekati orang tersebut sehingga orang tersebut tidak
merasa curiga kalau ia mau mencuri, sanksinya berupa apabila perbuatannya
diketahui maka orang tersebut akan dihutangkan didalam adat sesuai perbuatannya
dan jumlahnya sesuai kesalahan yang di perbuat, dan barang yang iya ambil harus
dikembalikan ke pemiliknya.

g. Sumbang salah, artinya seseorang yang berpacaran dengan bermesraan di depan


umum, sanksinya berupa pemanggilan keluarga dan taganai dari kedua belah pihak
dan orang yang bersangkutan kemudian diberikan pengajaran oleh orang adat, dan
dihutangkan di dalam adat jumlahnya sekitar 5 juta rupiah.

h. laku parangai, artinya seseorang yang berbuat hal negatif seperti zina, sanksinya
ditobatkan, kemudian di keparatkan, kemudian di dero/ dipukul dengan lidi sebanyak
100 kali, kemudian disuruh untuk berpuasa atau nyamu munkin/memberi makan
orang sebanyak 60 orang.

i. Dago dagi batando jahat, artinya seseorang yang mengadu domba dan memfitnah
orang lain, sanksinya berupa dibuang sirih didalam negri basudut empat tidak dibao
samakan saminum tidak dibao sa ili sa mudik tidak dibao saiyo sakato dan tidak dibao
sa adat salambago, maksudnya adalah ketika orang tersebut ingin mengadakan pesta
maka orang lain tidak boleh untuk mengunjungi pestanya dan ketika orang lain ingin
mengadakan pesta maka orang lain tersebut tidak boleh mengundang si tukang adu
domba dan fitnah tadi.

j. Baritik barayam di tepi sawah, bakambing babiri biri di dalam kampung, baternak
kbau jawi di lpeh kamalam, artinya seseorang yang mempunyai ternak baik itik,
ayam,kambing,biri-biri, kerbau dan sapi jika ternaknya tersebut menimbulkan
kerugian bagi orang lain seperti kerbau atau sapi yang memakan hasil sawah
seseorang, sanksinya adalah membayar gantu rugi berupa uang atau sesuai dengan
tanaman yang dimakan oleh ternak orang tersebut, seperti apabila ternaknya makan
hasil sawah maka iya harus menggantikannya dengan padi.

k. Jenis orang yang denda adatnya ataupun pembayaran bangunnya 2 kali lipat
1. Rajo yang adil artinya seorang kepala pemerintahan suku kerinci yang adil dan
bijaksana kepada masyarakatnya apabila seketika iya dibunuh maka si pembunuh
harus membayar dendanya dua kali lipat
2. Urang munjalankan suruh, yaitu orang yang di beri mandat atau di delegasikan
untuk melaksanakan suatu pekerjaan tertentu, dan dalam melaksanakan tugasnya
apabila iya meninggal maka harus di denda bangun jenazah menjadi dua kali lipat
3. Btino sedang hamil, yaitu wanita yang sedang hamil dan kemudian dibunuh maka
dendanya menjadi dua kali lipat
4. Dukun pnembeng jio/dukun yang pintar mengobati orang, artinya dukun atau
orang pintar di desa yang bisa mengobati orang dan terbukti dapat mengobati
orang dan apabila iya dibunuh maka dendanya dua kali lipat
5. Anak-anak yang sedang bermain dihalaman, artinya anak kecil yang sedang main
di halaman rumah, jika dibunuh maka dendanya menjadi dua kali lipat.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah penulis sampaikan di atas maka adapun kesimpulan
yang dapat di ambil adalah, bahwa suku kerinci merupakan suku yang juga masih
kental dengan adat istiadatnya yang terbukti dengan banyak aturan-aturan adat yang
ada di suku kerinci, sehingga tidak kalah dengan daerah lainnya, seyogyanya bukan
cuman hal itu saja yang terdapat dalam hukum adat suku kerinci namun terdapat
banyak hal hal lain seperti masalah kerperdataan, perkawinan, dan lain sebagainya
juga sudah dijelaskan secara komprehensif oleh huikum adata kerinci, namun disini
penulis tidak mencantumkan hal-hal perihal keperdataan dan ketatanan adat kerinci
karena fokus dari tugas ini adalah perihal hukum adatnya jadi penulis hanya
membahasa dalam pembahasan perihal hukum pidana adat suku kerinci, harapan
penulis adat suku kerinci yang belum di perda kan hendaknya terus menerus dapat di
pahami oleh masyarakat sebagai regenerasi penegakkan hukum adat nantinya, dan
besar harapan kami agar kiranya hukum adat dikerinci terkhusus mengenai hukum
pidana adat dapat di buat dalam bentuk perda oleh masyarakat setempat.

B. Saran
Setelah mempelajari membaca dan membahasa perihal hukum pidana adat suku
kerinci penulis merasa perlu memberika satu saran terjhusus kepada pemerintah
kabupaten kerinci, saran tersebut yaitu:
a. Agar kiranya hukum pidana adat suku kerinci dibuku kan oleh tetua adat di
kabupaten kerinci supaya bisa di baca dan dipelajari oleh anak-anak muda di
kabupaten kerinci
b. Agar kiranya pemerintah daerah kabupaten kerinci menyususn rancang perda adat
terkait hukum pidana adat yang ada dikerinci
IDENTITAS NARASUMBER DAN DOKUMENTASI WAWANCARA

Nama : Baharudin

TTL : Sungai Betung Hilir, Kerinci 14 September 1961

Umur : 62 Tahun

Agama : islam

Jabatan : ketua adat desa sungai betung hilir, kabupaten kerinci, provinsi jambi

Anda mungkin juga menyukai