DOSEN PENGAMPU:
DISUSUN OLEH:
183112330050157
UNIVERSITAS NASIONAL
FAKULTAS HUKUM
ILMU HUKUM
2019
i
ABSTRAK
Kesepuhan Adat Sinar Resmi adalah salah satu yang menganut sistem
kekerabatan yang berdasarkan pada asas Bilateral hingga saat ini. Penelitian ini
bertujuan untuk memahami sistem kekerabatan terhadap pewarisan dalam
masyarakat Desa Adat Sinar Resmi, sistem kekerabatan Bilateral ini
menempatkan pengaturan alur keturunan berasal dari pihak ayah dan ibu, namun
uniknya dalam Kesepuhan Adat Sinar Resmi tidak ada aturan adat terkait
pewarisan, karena pewarisan dianggap sebagai urusan keluarga dan akan
diselesaikan hanya pada keluarga yang bersangkutan dan tidak melibatkan adat
ataupun Kepala Adat.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan yaitu (1) Kepastian bahwa
Masyarakat Adat Sinar Resmi menganut asas bilateral. (2) Tidak ada aturan adat
terkait pewarisan. (3) Kepala Adat Tidak ikut campur tentang pewarisan. (4)
Bagaian anak status anak Perempuan dan anak Laki- laki dianggap sama.
i
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ABSTRAK…………………………………………………………………...……i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….....iii-iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………..………………………………1-3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………....3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….…4
D. Manfaat Penelitian………………………………………...…………4
E. Metode Penelitian…………………………………………......…...4-6
F. Sistematika Penulisan…...…………………………………………6-7
BAB IV ANALISA
A. KEHIDUPAN MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI………..15
B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM
MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI………………………….16
iii
C. TATA CARA PEWARISAN DALAM MASYARAKAT ADAT
SINAR RESMI……………………………………………………...16
D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN
DALAM MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI……………….16
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………….……….….17
B. SARAN……………………………………………………………....17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...18
LAMPIRAN………………………………………………………………19-45
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Muslich Maruci, Ilmu Waris, Semarang: Penerbit Mujahidin, 1990, hal. 1
2
Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 2.
3
Mg. Sri Wiyarti, Hukum Adat dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bagian B, Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 2000, hal. 4.
4
Ibid
1
harta bawaan.5 Proses beralihnya harta peninggalan pewaris kepada ahli
warisnya harus dilakukan sesuai ketentuan aturan hukum yang berlaku,
dengan tetap menjadikan musyawarah dan kesepakatan sebagai landasan
dalam pembagiannya. Keberadaan hukum waris adat sangat penting dalam
proses pewarisan, keberadaan hukum waris adat tersebut dapat dijadikan dasar
dalam tatanan pembagian harta warisan dalam keluarga. Pengertian hukum
waris adat sendiri adalah aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana
dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud
dan tidak berwujud dari generasi pada generasi berikut.6 Keberadaan harta
warisan dalam hukum adat dapat materiil benda seperti tanah, dan perhiasan,
serta dapat pula imateriil benda, melainkan suatu nilai atau prestise, misalnya
dalam hal ini adalah status jabatan, seperti status raja maupun kepala adat.
5
Satrio Wicaksono, Hukum Waris: Cara Mudah dan Tepat Membagi Harta Warisan, Jakarta:
Transmedia Pustaka. 2011, hal. 10.
6
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Cipta Aditya Bhakti, 1993, hal. 23.
7
Ajaran Samin. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Samin. Diunduh pada hari Selasa 14 Januari
2020. Pukul 20.51
2
mendasarkan musyawarah dan mufakat sebagai dasar dan landasan
pembagian harta warisan dalam keluarga.
Janda adalah wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun
ditinggal mati suaminya. 8 Secara umum keberadaan janda dapat digolongkan
menjadi dua, yakni janda yang mempunyai anak dan janda yang tidak
mempunyai anak. Kedudukan janda dianggap sangat penting setelah
eninggalnya suami, ada hak dan tanggung jawab yang harus dipikul janda
dalam suatu keluarga. Janda sebagai salah satu orang yang mempunyai
kedudukan sebagai ahli waris, mempunyai peranan yang penting dalam proses
pewarisan. Keberadaan Istri atau suami apabila dalam kehidupan keluarga
salah satunya wafat, maka yang masih hidup dapat tetap untuk memiliki dan
menguasai harta peninggalan untuk kebutuhan biaya hidupnya, serta untuk
memelihara anak-anaknya.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kehidupan Masyarakat Adat Sinar Resmi?
2. Bagaimana Sistem Kekerabatan yang dianut dalam Masyarakat Adat Sinar
Resmi?
3. Bagaimana Tata Cara Pewarisan dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi?
4. Bagaimana Peran Kepala Adat terkait sistem pewarisan terhadap
masyarakat Adat Sinar Resmi?
8
Arti kata janda. http://kbbi.web.id/janda. Diunduh pada hari Selasa 14 Januari 2020. Pukul 21.01.
3
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Sisitem kekerabatan Masyarkat Adat Sinar Resmi.
2. Untuk mengetahui Tata Cara pewarisan dalam masyarakat adat sinar
resmi.
3. Untuk mengetahui sistem dan seluk- beluk kekerabatan dan pewarisan
dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi.
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan tentang Sistem
kekerabat dan pewarisan dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi.
2. Sebagai sumber dan bahan masukkan bagi penulis lain untuk menggali
tentang kekerabatan dan pewarisan dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi.
3. Salah satu referensi mengenai kekerabatan dan pewarisan dalam
Masyarakat Adat Sinar Resmi.
E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan ( field research ) yaitu :
“Suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data
yang ada dilapangan”.9
9
Suharismi Arikunto, Dasar – Dasar Research, (Tarsoto:Bandung, 1995 ), h. 58
10
Lexy. J. Moleong ,Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3
4
untuk dirumuskan menjadi suatu generelasi yang dapat diterima oleh akal
sehat manusia.11
5
Menurut Koentjoroningrat penelitan yang bersifat deskriptif bertujuan
menggambarkan secara sifat – sifat suatu individu, keadaan, gejala – gejala
atau kelompok tertentu untuk melakukan hubungan frekuensi adanya
hubungan tertentu antara suatu gejala yang ada di masyarakat.16
F. SISTEMATIKA PENULISAN
ABSTRAK
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian
15
7Irawan Soehartono,Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial
dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung : PT remaja Rosdakarya, 1995), Cet 1, h. 35
16
Koentoroningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia,1985), h. 32
17
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian komunikasi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1984), h. 34
6
F. Sistematika Penulisan…...…………………………………………
BAB IV ANALISA
A. KEHIDUPAN MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI
B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM MASYARAKAT
ADAT SINAR RESMI
C. TATA CARA PEWARISAN DALAM MASYARAKAT ADAT SINAR
RESMI
D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN DALAM
MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI..
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan adalah serangkaian aturan yang mengatur
penggolongan orang-orang sekerabat. Istilah kekerabatan digunakan untuk
menunjukkan identitas para kerabat sehubungan dengan penggolongan
kedudukan mereka dalam hubungan kekerabatan masing-masing dengan ego.
Maka, hubungan sosial yang menyangkut kedudukan, hak, dan kewajiban
antara ego dan kerabat-kerabatnya dapat dilakukan dengan mudah dan tata
tertib sesuai dengan aturan yang berlaku.
18
Hukum Adat Di Indonesia 2013: 43
19
Hukum Adat Di Indonesia 2013: 27
8
Berdasarkan definisi di atas dapat di tarik simpulkan bahwa sistem
kekerabatan adalah suatu hubungan yang kompleks berdasarkan hubungan
darah atau perkawinan. Berdasarkan hubungan darah disini maksudnya adalah
bahwa seseorang dinyatakan sebagai kerabat bila memiliki pertalian darah
dengan seseorang lainnya. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah
sejumlah orang yang dapat dihubungkan satu sama lainnya melalui hubungan
darah yang bersumber dari orang tua atau leluhur yang sama. orang-orang
yang seketurunan dinamakan kelompok consanguine. Sedangkan yang karena
adanya hubungan perkawinan dinamakan kelompok effine.
9
Terdapat empat fungsi penting sistem kekerabatan menurut Marzali
yaitu: menarik garis pemisah antara yang merupakan kerabat dan yang bukan
kerabat, menentukan hubungan kekerabatan seseorang dengan yang lain
secara tepat, mengukur jauh dekatnya hubungan kekerabatan individu dengan
yang lain, menentukan bagaimana individu bertingkah laku terhadap individu
lain sesuai dengan aturan-aturan kekerabatan yang telah disepakati bersama.20
B. BILATERAL
Kekerabatan bilateral merupakan sistem kekerabatan yang ditarik dari
garis keturunan ayah dan ibu secara bersama-sama. Seorang anak otomatis
menjadi anggota keluarga dari pihak ayah maupun pihak ibu. Kelompok
kekerabatan ini disebut kinred.
Sistem kekerabatan bilateral ini diterapkan oleh masyarakat Jawa dan
Sunda. Dalam masyarakat Jawa ada tujuh generasi secara vertikal keatas dan
kebawah yang menjadi warga Jika tujuh generasi diurutkan yakni: anak
(ego)- ayah/ibu- kakek/nenek- buyut- canggah- wareng- udeg-udeng- gantung
siwur. Adapun secara horizontal dikenal dengan saudara kandung, seluruh
saudara ayah dan ibu, seluruh saudara kakek dan nenek, seluruh saudara
sepupu dari pihak ayah dan ibu, dan sebagainya.
Ciri- Ciri keluarga yang menganut asas bilateral:
20
Hukum Adat di Indonesia 2010: 11
10
8. Suami dan istri mempunyai kekuasaan yang sama dalam keluarga baik
terhadap anak maupun penguasaan harta.
9. Dalam kewarisan lebih cenderung menuju ke arah asas bagian yang
sama antara laki- laki dan perempuan.
10. Dalam perwalian Suami dan Istri berhak terhadap anaknya, namun
dalam pernikahan hanya suami yang berhak berperan sebagai wali.
11
BAB III
PEMBAHASAN
Dalam masyarkat adat itu terdapat jiwa dan ruh nya Masyarakat adat
itu sendiri dan ini tidak bisa dilanggar, sebagai contohnya, Masyarakat Adat
Sinar Resmi Pada hari lahirnya, memanen pada hari lahirnya, menyimpan ke
lumbung padi pada hari lahirnya, dan mulai menumbuk pada hari larinya
pula, ini merupakan aturan yang tidak bisa dilanggar.
12
sedikit padi yang telah ditanam oleh seorang petani, yang kelak jika ia
meninggal hasil jikat padi tersebut akan dibagikan. Dalam hal ini Abah Asep
pernah mendapat pengalaman ketika Pakde/ Uwa nya meninngal dunia,
Abang Asep menerim jikat dari Pakdenya tersebut berupa padi yang berusia
lebih dari 56 tahun baru ditumbuk.
21
https://id.wikipedia.org/wiki/Bilateral diakses pada hari Selasa, 14 Januari 2020. Pukul 22.11.
13
D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN DALAM
MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI.
Pewarisan dalam Kesepuhan Adat Sinar Resmi dianggap sebagai salah
satu urusan keluarga, bahkan dalam kehidupan Masyarakat Adat Sinar Resmi
tidak diatur terkait pewarisan atau tidak ada tentang Hukum Adat Pewarisan,
sehingga masyarakat akan menyelesaikannya secara kekeluargaan saja tanpa
melibatkan Kepala Adat, maka disini dalam sistem kewarisan Kepala Adat tidak
berperan dalam penyelesaiannya.
14
BAB IV
ANALISA
15
B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM MASYARAKAT
ADAT SINAR RESMI
Bilateral adalah asas yang dianut dalam sistrem kewarisan Masyarakat
Adat Sinar Resmi, tidak berbeda dengan Adat Sunda yang pewarisannya
berdadsarkan garis ketururnan ayah dan ibu. Dengan demikian dengan Asas
bilateral yang dianut ini membuat kesetaraan derajat antara Laki – laki dengan
Perempuan, terkait hak nya tidak ada perbedaan dan dianggap sederajat.
16
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesepuhan Adat Sinar Resmi merupakan desa adat yang memiliki
masyarakat adat yang hidup dalam menjunjung tinggi kekeluargaan yang
membuat hidup disana sangat damai, aman dan tentram, Masyarakatnya yang
sangat mengahargai dan menganggapnya sama seperti manusia dan harus
diperlakukan sama layaknya manusia karena menganggap padi adalah sumber
kehidupannya, dalam sistem kekerabatannya yang tergolong bilateral
membuat Laki- laki dan perempuan menjadi setara, dan dalam pewarisan yang
dianggap sebagai urusan pribadi keluarga dan tidak ada pula aturan adat
terkait pewarisan semakin menunjukan bahwa Kesepehuan Adat Sinar Resmi
ini sangat menjunjung sifat kekeluargaan. Keunikan nya dalam masyarakat ini
sangat bisa terlihat saat berkunjung ke Kesepuhan Adat Sinar Resmi
B. SARAN
Kesepuhan Adat Sinar Resmi adalah salah satu adat yang sangat unik di
Indonesia ini, Penulis berharap agar Kesepuhan Adat Sinar Resmi bisa
mendapatkan payung hukum atau perlindungan hukum sesuai yang dicita-
citakan Abah Asep untuk melindungi masyarakat nya, hak tanah ulayat nya,
dan sebagainya.
17
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.radenintan.ac.id/1457/6/Bab_III.pdf
http://digilib.uinsby.ac.id/15783/2/Abstrak.pdf
http://repository.unpas.ac.id/13498/4/BAB%202.pdf
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_lapangan
https://media.neliti.com/media/publications/240350-kewarisan-bilateral-
antara-ahli-waris-ya-342eee5f.pdf
https://www.slideshare.net/UsmanJambak/sistem-kekerabatan-
pengaruhnya-terhadap-hukum-keluarga
https://www.academia.edu/11526473/Sistem_Kekerabatan
18
LAMPIRAN
19
20
21
2. Dokumentasi bersama Abah Asep dan Ambu selaku Kepala Adat
22
23
24
3. Dokumentasi bersama Anak Pertama dari Abah Asep
25
26
4. Dokumentasi Cucu Abah Asep yang bernama Faro
27
5. Dokumentasi bersama Rika, anak yatim piatu yang ayang, ibu, kakek
dan neneknya menjadi korban longsor tahun 2018, dan skerang ia
dirawat kakaknya dan tinggal di Kesepuhan Adat Sinar Resmi.
28
29
30
6. Dokumentasi Imah Gede
31
32
33
34
35
36
37
7. Dokumentasi Kesenian Adat
38
8. Dokumentasi saat menumbuk padi, dan hasil berasnya
39
40
41
9. Dokumentasi Macam- Macam padi yang disimpan digaleri sebanyak
lebih dari 60 jenis padi.
42
10. Dokumentasi hasil karya Masyarakat Adat sinar rersmi yang digaleri
berupa gelang yang terbuat dari akar.
43
11. Dokumentasi lainnya
44
45