Anda di halaman 1dari 50

SISTEM KEKERABATAN TERHADAP PEWARISAN DALAM

MASYARAKAT DESA ADAT SINAR RESMI

DOSEN PENGAMPU:

ALBERT TANJUNG, SH., M.Kn. C.L.A


Dan
Ny. ERMASYANTI,S.H., M.Hum.

DISUSUN OLEH:

ARTANTI PUTRI CANDRANINGTYAS

183112330050157

UNIVERSITAS NASIONAL

FAKULTAS HUKUM

ILMU HUKUM

2019

i
ABSTRAK

Kesepuhan Adat Sinar Resmi adalah salah satu yang menganut sistem
kekerabatan yang berdasarkan pada asas Bilateral hingga saat ini. Penelitian ini
bertujuan untuk memahami sistem kekerabatan terhadap pewarisan dalam
masyarakat Desa Adat Sinar Resmi, sistem kekerabatan Bilateral ini
menempatkan pengaturan alur keturunan berasal dari pihak ayah dan ibu, namun
uniknya dalam Kesepuhan Adat Sinar Resmi tidak ada aturan adat terkait
pewarisan, karena pewarisan dianggap sebagai urusan keluarga dan akan
diselesaikan hanya pada keluarga yang bersangkutan dan tidak melibatkan adat
ataupun Kepala Adat.

Penelitian ini merupakan penelitia kualitatif pada penelitian ini, penulis


menggunakan pendekatan penelitian lapangan yang bertujuan untuk mendapatkan
deskripsi dan analisis mendalam tentang Sistem kekerabatan terhadap pewarisan
dalam masyarakat Desa Adat Sinar Resmi.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan yaitu (1) Kepastian bahwa
Masyarakat Adat Sinar Resmi menganut asas bilateral. (2) Tidak ada aturan adat
terkait pewarisan. (3) Kepala Adat Tidak ikut campur tentang pewarisan. (4)
Bagaian anak status anak Perempuan dan anak Laki- laki dianggap sama.

Kata Kunci: Kekerabatan, Bilateral, Kewarisan, Desa Adat Sinar Resmi

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Mahakuasa yang telah


memberikan penulis kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya
ilmiah ini yang berjudul “SISTEM KEKERABATAN TERHADAP
PEWARISAN DALAM MASYARAKAT DESA ADAT SINAR RESMI”
dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta Nabi Muhammad SAW kita nantikan
syafa’atnya di akhirat.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehatnya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran. Adapun penulisan
makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan tugas terhadap mata kuliah
Hukum Adat dan penulis berharap agar karya ilmiah ini bermanfaat.

Penulis sudah semaksimal mungkin dalam menyelesaikan makalah ini.


Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada dosen Hukum Keluarga kami Bapak ALBERT TANJUNG, SH., M.Kn.
C.L.A dan Ny. ERMASYANTI,S.H., M.Hum. yang telah membimbing penulis
dalam menulis makalah karya ilmiah ini.

Jakarta, Januari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK…………………………………………………………………...……i

KATA PENGANTAR……………………………………………………………ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………….....iii-iv

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………..………………………………1-3
B. Rumusan Masalah…………………………………………………....3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………….…4
D. Manfaat Penelitian………………………………………...…………4
E. Metode Penelitian…………………………………………......…...4-6
F. Sistematika Penulisan…...…………………………………………6-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. SISTEM KEKERABATAN………………………..…………….8-10
B. BILATERAL………………………………………………….....10-11

BAB III PEMBAHASAN


A. KEHIDUPAN MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI……..12-13
B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM
MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI………………………..13
C. TATA CARA PEWARISAN DALAM MASYARAKAT ADAT
SINAR RESMI…………………………………………….………..13
D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN
DALAM MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI……………….14

BAB IV ANALISA
A. KEHIDUPAN MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI………..15
B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM
MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI………………………….16

iii
C. TATA CARA PEWARISAN DALAM MASYARAKAT ADAT
SINAR RESMI……………………………………………………...16
D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN
DALAM MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI……………….16

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN………………………………………….……….….17
B. SARAN……………………………………………………………....17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...18

LAMPIRAN………………………………………………………………19-45

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hukum adat merupakan salah satu aturan hukum yang masih


digunakan dalam proses pewarisan. Proses pewarisan yang mengedepankan
musyawarah sebagai landasannya merupakan hal terpenting, agar keselarasan
dan kerukunan dalam keluarga tetap terjaga. Pewarisan merupakan salah satu
proses yang dilalui dalam kehidupan keluarga. Pewarisan mempunyai arti dan
pemahaman sebagai salah satu proses beralihnya harta peninggalan pewaris
kepada ahli warisnya. Keberadaan ahli waris mempunyai kedudukan penting
dalam proses pewarisan. Kedudukan ahli waris, seperti janda harus dipenuhi
haknya sebagai ahli waris dalam pembagian harta warisan.

Pengertian yang lazim di Indonesia pewarisan ialah perpindahan


berbagai hak dan kewajiban tentang kekayaan seseorang yang meninggal
dunia kepada orang lain yang masih hidup.1 Secara umum dalam setiap
pewarisan disyaratkan memenuhi unsur-unsur yang terdiri atas: (a) pewaris,
(b) harta warisan, dan (c) ahli waris.2 Pengertian pewaris sendiri dapat
diartikan sebagai seorang peninggal warisan yang pada waktu wafatnya
meninggalkan harta kekayaan pada orang yang masih hidup. 3 Ahli waris
adalah anggota keluarga orang yang meninggal dunia yang menggantikan
kedudukan pewaris.4 Sedangkan harta warisan menurut hukum adat adalah
harta pencaharian yaitu harta yang diperoleh semasa masa perkawinan dan

1
Muslich Maruci, Ilmu Waris, Semarang: Penerbit Mujahidin, 1990, hal. 1
2
Zainuddin Ali, Pelaksanaan Hukum Waris Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008, hal. 2.
3
Mg. Sri Wiyarti, Hukum Adat dalam Pembinaan Hukum Nasional, Bagian B, Surakarta: Universitas
Sebelas Maret, 2000, hal. 4.
4
Ibid

1
harta bawaan.5 Proses beralihnya harta peninggalan pewaris kepada ahli
warisnya harus dilakukan sesuai ketentuan aturan hukum yang berlaku,
dengan tetap menjadikan musyawarah dan kesepakatan sebagai landasan
dalam pembagiannya. Keberadaan hukum waris adat sangat penting dalam
proses pewarisan, keberadaan hukum waris adat tersebut dapat dijadikan dasar
dalam tatanan pembagian harta warisan dalam keluarga. Pengertian hukum
waris adat sendiri adalah aturan-aturan hukum yang mengatur cara bagaimana
dari abad ke abad penerusan dan peralihan dari harta kekayaan yang berwujud
dan tidak berwujud dari generasi pada generasi berikut.6 Keberadaan harta
warisan dalam hukum adat dapat materiil benda seperti tanah, dan perhiasan,
serta dapat pula imateriil benda, melainkan suatu nilai atau prestise, misalnya
dalam hal ini adalah status jabatan, seperti status raja maupun kepala adat.

Perpindahan harta warisan harus mampu dilakukan dengan jalan


kekeluargaan, dengan menjadikan musyawarah dan kebersamaan sebagai
rujukannya. Kebersamaan dalam hubungan kekerabatan harus dipertahankan
sebagai identitas nilai luhur, seperti keberadaan Suku Samin yang tetap
menjaga kebersamaan dalam hubungan kekerabatan sebagai identitas budaya
yang tetap dijaga. Dalam menjaga dan melestarikan hubungan kekerabatan
masyarakat samin memiliki tradisi untuk saling berkunjung terutama pada
saat satu keluarga mempunyai hajat sekalipun tempat tinggal jauh. 7 Hubungan
kekerabatan dalam hukum waris adat harus tetap dijaga sebagai salah satu
aturan dan rujukan dalam pembagian warisan, yang sesuai ketentuan dan
semangat kebersamaan, seperti dalam keluarga Suku Samin yang

5
Satrio Wicaksono, Hukum Waris: Cara Mudah dan Tepat Membagi Harta Warisan, Jakarta:
Transmedia Pustaka. 2011, hal. 10.
6
Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, Bandung: Cipta Aditya Bhakti, 1993, hal. 23.
7
Ajaran Samin. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Samin. Diunduh pada hari Selasa 14 Januari
2020. Pukul 20.51

2
mendasarkan musyawarah dan mufakat sebagai dasar dan landasan
pembagian harta warisan dalam keluarga.

Janda adalah wanita yang tidak bersuami lagi karena bercerai ataupun
ditinggal mati suaminya. 8 Secara umum keberadaan janda dapat digolongkan
menjadi dua, yakni janda yang mempunyai anak dan janda yang tidak
mempunyai anak. Kedudukan janda dianggap sangat penting setelah
eninggalnya suami, ada hak dan tanggung jawab yang harus dipikul janda
dalam suatu keluarga. Janda sebagai salah satu orang yang mempunyai
kedudukan sebagai ahli waris, mempunyai peranan yang penting dalam proses
pewarisan. Keberadaan Istri atau suami apabila dalam kehidupan keluarga
salah satunya wafat, maka yang masih hidup dapat tetap untuk memiliki dan
menguasai harta peninggalan untuk kebutuhan biaya hidupnya, serta untuk
memelihara anak-anaknya.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan di atas, maka penulis


ingin melakukan penelitian ini dengan memberikan judul “SISTEM
KEKERABATAN TERHADAP PEWARISAN DALAM
MASYARAKAT DESA ADAT SINAR RESMI”.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Kehidupan Masyarakat Adat Sinar Resmi?
2. Bagaimana Sistem Kekerabatan yang dianut dalam Masyarakat Adat Sinar
Resmi?
3. Bagaimana Tata Cara Pewarisan dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi?
4. Bagaimana Peran Kepala Adat terkait sistem pewarisan terhadap
masyarakat Adat Sinar Resmi?

8
Arti kata janda. http://kbbi.web.id/janda. Diunduh pada hari Selasa 14 Januari 2020. Pukul 21.01.

3
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui Sisitem kekerabatan Masyarkat Adat Sinar Resmi.
2. Untuk mengetahui Tata Cara pewarisan dalam masyarakat adat sinar
resmi.
3. Untuk mengetahui sistem dan seluk- beluk kekerabatan dan pewarisan
dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi.

D. MANFAAT PENELITIAN
1. Memberikan pengetahuan dan menambah wawasan tentang Sistem
kekerabat dan pewarisan dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi.
2. Sebagai sumber dan bahan masukkan bagi penulis lain untuk menggali
tentang kekerabatan dan pewarisan dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi.
3. Salah satu referensi mengenai kekerabatan dan pewarisan dalam
Masyarakat Adat Sinar Resmi.

E. METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian lapangan ( field research ) yaitu :
“Suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis dengan mengangkat data
yang ada dilapangan”.9

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan


metode penelitian kualitatif. Dimana menurut Bodgan dan Taylor, metodologi
kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku dapat diamati.
Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.10

Sedangkan menurut Nawawi pendekatan kualitatif dapat diartikan


sebagai rangkaian atau proses menjaring informasi, dari kondisi sewajarnya
dalam kehidupan suatu obyek, dihubungkan dengan pemecahan suatu
masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Penelitian kualitatif
dimulai dengan mengumpulkan informasi-informasi dalam situasi sewajarnya,

9
Suharismi Arikunto, Dasar – Dasar Research, (Tarsoto:Bandung, 1995 ), h. 58
10
Lexy. J. Moleong ,Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung : Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3

4
untuk dirumuskan menjadi suatu generelasi yang dapat diterima oleh akal
sehat manusia.11

Oleh karena itu, pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis


beradasrkan tujuan penelitian yang ingin mendapatkan gambaran Sisitem
kekerabatan dan pewarisan dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi.

Dimana untuk mendapatkan hasil dari penelitian ini, penulis


mendapatkan data-data yang diperlukan melalui temuan data dilapangan
dengan mencari data-data yang ada yaitu penulis mengumpulkan data-data
yang berkaitan dengan masalah yang penulis bahas.

Selain itu, peneliti melakukan penelitian dengan menguraikan fakta-


fakta yang terjadi secara alamiah dengan menggambarkannya secara semua
kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan lapangan, dimana usaha
pengumpulan data dan informasi secara intensif disertai analisa dan pengujian
kembali atas semua yang telah dikumpulkan.12

Dilihat dari jenis penelitian, maka penelitian ini adalah Deskriptif.


Pada jenis penelitian deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata,
gambar dan bahkan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan
diberi kutipan-kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
catatan atau memo dan dokumen resmi misalnya. 13

Penelitian bersifat deskriptif yaitu untuk membuat deskripsi/gambaran


atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta – fakta ,sifat
– sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.14

Menurut Irawan Suehartono Penelitian yang bersifat deskriptif ialah


penelitian yang menggambarkan karakteristik suatu masyarakat atau suatu
kelompok orang tertentu.15
11
Nawawi Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta : Gajah Mada University Press,
1992), h. 209
12
Gorys Kerap, Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, (NTT; Nusa Indah, 1989), h. 162
13
Burhan Bunga, Analisis Data Penelitian Kualitatif, ( Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003),cet ke
2, h.39
14
Muhammad Musa, Metodologi Penelitian,( Jakarta : Fajar Agung, 1988 ), h. 8

5
Menurut Koentjoroningrat penelitan yang bersifat deskriptif bertujuan
menggambarkan secara sifat – sifat suatu individu, keadaan, gejala – gejala
atau kelompok tertentu untuk melakukan hubungan frekuensi adanya
hubungan tertentu antara suatu gejala yang ada di masyarakat.16

Menurut Jalaludin Rahmat penelitian deskriptif tidak mencari atau


menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesi atau membuat prediksi,
penelitian ini diajukan untuk :
1. Mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan
gejala yang ada.
2. Mengidentifikasi masalah atau memeriksa kondisi dan praktek-
praktek yang berlaku.
3. Menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi
masalah yang sama dan belajar dari mereka untuk menentukan rencana
dan keputusan pada waktu yang akan datang. 17

F. SISTEMATIKA PENULISAN

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Metode Penelitian

15
7Irawan Soehartono,Metode Penelitian Sosial Suatu Teknik penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial
dan Ilmu Sosial lainnya, (Bandung : PT remaja Rosdakarya, 1995), Cet 1, h. 35
16
Koentoroningrat, Metodologi Penelitian Masyarakat, (Jakarta : Gramedia,1985), h. 32
17
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian komunikasi, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1984), h. 34

6
F. Sistematika Penulisan…...…………………………………………

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. SISTEM KEKERABATAN
B. BILATERAL
BAB III PEMBAHASAN
A. KEHIDUPAN MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI
B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM MASYARAKAT
ADAT SINAR RESMI
C. TATA CARA PEWARISAN DALAM MASYARAKAT ADAT SINAR
RESMI
D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN DALAM
MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI.

BAB IV ANALISA
A. KEHIDUPAN MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI
B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM MASYARAKAT
ADAT SINAR RESMI
C. TATA CARA PEWARISAN DALAM MASYARAKAT ADAT SINAR
RESMI
D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN DALAM
MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI..

BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. SISTEM KEKERABATAN
Sistem kekerabatan adalah serangkaian aturan yang mengatur
penggolongan orang-orang sekerabat. Istilah kekerabatan digunakan untuk
menunjukkan identitas para kerabat sehubungan dengan penggolongan
kedudukan mereka dalam hubungan kekerabatan masing-masing dengan ego.
Maka, hubungan sosial yang menyangkut kedudukan, hak, dan kewajiban
antara ego dan kerabat-kerabatnya dapat dilakukan dengan mudah dan tata
tertib sesuai dengan aturan yang berlaku.

Kekerabatan merupakan unit sosial di mana anggota-anggotanya


mempunyai hubungan keturunan (hubungan darah). Seseorang dianggap
sebagai kerabat oleh orang lain karena dianggap masih keturunan atau
mempuyai hubungan darah dengan ego (seseorang yang menjadi pusat
perhatian dalam suatu rangkaian hubungan baik dengan seorang maupun
dengan sejumlah orang lain).

Menurut G. Murdock “Sistem kekerabatan dijelaskan bukan hanya saja


karena adanya ikatan perkawinan atau karena adanya hubungan keluarga,
tetapi karena adanya hubungan darah”.18

Menurut Keesing dalam Ali Imron “Sistem kekerabatan adalah


hubungan berdasarkan pada model hubungan yang dipandang ada antara
seorang ayah dengan anak serta antara seorang ibu dengan anak”.19

18
Hukum Adat Di Indonesia 2013: 43
19
Hukum Adat Di Indonesia 2013: 27

8
Berdasarkan definisi di atas dapat di tarik simpulkan bahwa sistem
kekerabatan adalah suatu hubungan yang kompleks berdasarkan hubungan
darah atau perkawinan. Berdasarkan hubungan darah disini maksudnya adalah
bahwa seseorang dinyatakan sebagai kerabat bila memiliki pertalian darah
dengan seseorang lainnya. Kelompok kekerabatan yang terkecil adalah
sejumlah orang yang dapat dihubungkan satu sama lainnya melalui hubungan
darah yang bersumber dari orang tua atau leluhur yang sama. orang-orang
yang seketurunan dinamakan kelompok consanguine. Sedangkan yang karena
adanya hubungan perkawinan dinamakan kelompok effine.

Sistem kekerabatan menurut Soerjono Soekanto dibedakan menjadi


tiga yaitu:
1. Sistem kekerabatan patrilineal, yaitu sistem kekerabatan yang mengambil
garis kekerabatan dari pihak laki-laki (ayah). Oleh karena itu perkawinan
dalam sistem ini akan mengakibatkan si isteri tersebut akan menjadi warga
masyarakat dari pihak suaminya.
2. Sistem kekerabatan matrilineal, yaitu sistem kekerabatan yang mengambil
garis kekerabatan dari pihak perempuan (ibu). Oleh karena itu dalam
perkawinan si isteri tetap tinggal dalam clan atau golongan famili
(keluarganya). Disini berlaku, bahwa si suami tidak masuk dalam clan atau
golongan si isteri, melainkan tetap tinggal dalam clannya sendiri
3. Sistem kekerabatan parental (bilateral), yaitu sistem kekerabatan yang
mengambil garis kekerabatan baik dari pihak ayah maupun ibu, dan prinsip
garis keturunan parental dibangun atas dua sisi (pihak ayah dan ibu)
perkawinan itu mengakibatkan bahwa baik pihak suami maupun pihak isteri,
masing-masing menjadi anggota kerabat dari kedua belah pihak. Artinya
bahwa setelah perkawinan, si suami menjadi anggota keluarga isterinya dan si
isteri menjadi anggota keluarga suaminya. Demikian juga halnya terhadap
anak-anak yang (akan)lahir dari perkawinan itu.

9
Terdapat empat fungsi penting sistem kekerabatan menurut Marzali
yaitu: menarik garis pemisah antara yang merupakan kerabat dan yang bukan
kerabat, menentukan hubungan kekerabatan seseorang dengan yang lain
secara tepat, mengukur jauh dekatnya hubungan kekerabatan individu dengan
yang lain, menentukan bagaimana individu bertingkah laku terhadap individu
lain sesuai dengan aturan-aturan kekerabatan yang telah disepakati bersama.20

B. BILATERAL
Kekerabatan bilateral merupakan sistem kekerabatan yang ditarik dari
garis keturunan ayah dan ibu secara bersama-sama. Seorang anak otomatis
menjadi anggota keluarga dari pihak ayah maupun pihak ibu. Kelompok
kekerabatan ini disebut kinred.
Sistem kekerabatan bilateral ini diterapkan oleh masyarakat Jawa dan
Sunda. Dalam masyarakat Jawa ada tujuh generasi secara vertikal keatas dan
kebawah yang menjadi warga Jika tujuh generasi diurutkan yakni: anak
(ego)- ayah/ibu- kakek/nenek- buyut- canggah- wareng- udeg-udeng- gantung
siwur. Adapun secara horizontal dikenal dengan saudara kandung, seluruh
saudara ayah dan ibu, seluruh saudara kakek dan nenek, seluruh saudara
sepupu dari pihak ayah dan ibu, dan sebagainya.
Ciri- Ciri keluarga yang menganut asas bilateral:

1. Mengutamakan garis keturunan kedua- duanya yaitu ayah dan ibu,


2. Kedudukan suami dan isteri dalam keluarga seimbang
3. Suami dan istri bersama- sama mengurus keluarga, kebutuhan sehari-
hari.
4. Harta benda diurus dan digunakan untuk kepentingan bersama,
5. Dalam perkawinan tidak dikenal sistem jujur
6. Ashabah bertindak sebagai wali nikah
7. Suami dan Istri menentukan sendiri tempat kediamannya

20
Hukum Adat di Indonesia 2010: 11

10
8. Suami dan istri mempunyai kekuasaan yang sama dalam keluarga baik
terhadap anak maupun penguasaan harta.
9. Dalam kewarisan lebih cenderung menuju ke arah asas bagian yang
sama antara laki- laki dan perempuan.
10. Dalam perwalian Suami dan Istri berhak terhadap anaknya, namun
dalam pernikahan hanya suami yang berhak berperan sebagai wali.

11
BAB III
PEMBAHASAN

A. KEHIDUPAN MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI


Kesepuhan Adat Sinar Resmi ada sejak abad ke- 16 secara nomaden
tersebar di 3 Kabupaten, yaitu:
11. Sukabumi,
12. Lebak,
13. Bogor.

Dahulu Banten belumlah menjadi Provinsi, karna itu lah namanya


“KESATUAN ADAT BANTEN KIDUL” Yang diamanatkan oleh Leluhur
pada Kepala Adat ( Abah Asep Nugraha) adalah Pertanian.
Abah Asep menjelaskan bahwa sebelum ada Handphone ketika seorang anak
bermain keluar rumah dan Ibunya ingin memanggilnya pulang cara yang
dilakukan adalah Menggendang, Menggendang adalah cara yang dilakukan
Ibu untuk memanggil anaknya yang sedang bermain keliar dengan media
seng yang dipukulkan dan menimbulkan suara yang kencang, sebenernya
bukan karena suaranya yang kencang tetapi karna ada ikatan hati antara ibu
dan anaknya saja.

Dalam masyarkat adat itu terdapat jiwa dan ruh nya Masyarakat adat
itu sendiri dan ini tidak bisa dilanggar, sebagai contohnya, Masyarakat Adat
Sinar Resmi Pada hari lahirnya, memanen pada hari lahirnya, menyimpan ke
lumbung padi pada hari lahirnya, dan mulai menumbuk pada hari larinya
pula, ini merupakan aturan yang tidak bisa dilanggar.

Kalo membicarakan padi terhadap Masyarakat Adat Sinar Resmi ini


sangat sakral sekali, karna Masyarakat Adat Sinar Resmi memperlakukan
padi sama seperti memperlakukan dirinya sendiri dan manusia lainnya, padi
dianggap pula seperti manusia. Dalam masehi satu bulan terdiri atas 28- 31
hari, tapi Masyarakat Adat Sinar Resmi meyakini bahwa satu bulan itu terdiri
atas 30 hari tidak kurang dan tidak lebih.

Panca Tunggal menurut kesepuhan adat Sinar Resmi adalah Alam


Pubra, Para Dewa, Rasul, Nabi, dan alam akhir. Dan setelah memanen pun
ada pula istilah Jikat dalam Masyarakat Adat Sinar berarti menyisihkan

12
sedikit padi yang telah ditanam oleh seorang petani, yang kelak jika ia
meninggal hasil jikat padi tersebut akan dibagikan. Dalam hal ini Abah Asep
pernah mendapat pengalaman ketika Pakde/ Uwa nya meninngal dunia,
Abang Asep menerim jikat dari Pakdenya tersebut berupa padi yang berusia
lebih dari 56 tahun baru ditumbuk.

Kesakralan padi yang dianggap sebagai sumber kehidupan membuat


Masyarakat Adat Sinar Resmi berkomitmen untuk tidak menjual padi
tersebut ke mana pun sebelum memastikan kecukupan padi untuk dirinya dan
kelurganya cukup selama 3 tahun kedepan. Tetapi dalam hasil padi tersebut
tetap dibagikan kepada anak yatim piatu, fakir miskin dan pejompo lainnya.

B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM MASYARAKAT


ADAT SINAR RESMI
Kekerabatan dalam masyarakat adat Sinar resmi adalah menganut asas
bilateral. Bilateral adalah suatu adat masyarakat yang mengatur alur keturunan
berasal dari pihak ayah dan ibu.21

C. TATA CARA PEWARISAN DALAM MASYARAKAT ADAT SINAR


RESMI
Masyarakat Adat Sinar Resmi sangat lah menjunjung tinggi
kekerabatan sehingga jika ada urusan ataupun kepentingan apapun itu akan
diselesaikan secara kekeluargaan. Emak Sarmi selaku tuan rumah
menjelaskan bahwa dalam Masyarakat Adat Sinar Resmi tidak ada ketentuan
Adat untuk pewarisan, karna ini merupan sebuah urusan keluarga, sehingga
jika ada permasalahan dalam pewarisan akan diselesaikan secara musyawarah
terhadap keluarga tersebut. Dan tidak ada ketentuan hukum apapun. Terhadap
anak laki- laki dan anak Perempuan dianggap rata. Sehingga pembagiannya
akan dibagi sama rata dan diselesaikan secara kekeluargaan.

21
https://id.wikipedia.org/wiki/Bilateral diakses pada hari Selasa, 14 Januari 2020. Pukul 22.11.

13
D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN DALAM
MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI.
Pewarisan dalam Kesepuhan Adat Sinar Resmi dianggap sebagai salah
satu urusan keluarga, bahkan dalam kehidupan Masyarakat Adat Sinar Resmi
tidak diatur terkait pewarisan atau tidak ada tentang Hukum Adat Pewarisan,
sehingga masyarakat akan menyelesaikannya secara kekeluargaan saja tanpa
melibatkan Kepala Adat, maka disini dalam sistem kewarisan Kepala Adat tidak
berperan dalam penyelesaiannya.

14
BAB IV
ANALISA

A. KEHIDUPAN MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI


Masyarkat Adat Sinar Resmi yang sangat menjunjung tinggi
kekeluargaan dan jauh dari hingar binger Kota membuat kehidupan
bermasyarakat disana sangatlah tenang dan damai, dapat dibandingkan dengan
perkotaan, jika kita memiliki rumah di Kota pastinya kita akan mengunci
rumah kita ketika hendak pergi, lain hal nya dengan Masyarakat Adat Sinar
Resmi mereka tidak akan mengunci rumah mereka dengan gembok ataupun
kunci, bahkan motor pun diletakan di luar rumah tanpa pengunci apapun dan
Imah Gede (Rumah Kepala Adat dan tempat berkumpul Masyarkat Adat Sinar
Resmi) pun tidak pernah dikunci. Abah Asep menjelaskan bahwa “kita tidak
perlu mengunci rumah dan benda- benda berharga kita agar aman, kita
cukup sama- sama mengunci hati kita dalam hal yang positif maka semua
kehidupan akan aman” dan terbukti dengan kebersihan hati Masyarakat Adat
Sinar Resmi tidak pernah terjadi pencurian ataupun kehilangan barang
apapun.

Dari eratnya kekeluargaan yang ada pada Masyarakat Adat sinar


Resmi pun terlihat jelas dari pemaparan yang Abah Asep jelaskan ketika
terjadi masalah pada masyarakat adat setempat, sebagai contoh jika ada
perselisihan antar keluarga Masyarakat Adat Sinar Resmi mereka akan
menyelesaikannya secara kekeluargaan, jika mereka merasa tidak bisa
menyelesaikannya antar kedua belah pihak mereka akan melaporkannya dan
meminta bantuan Abah Asep selaku Kepala Adat untuk membantu
menyelesaikan. Dan jika terjadi suatu hal yang merugika salah- satu dari
kedua belah pihak dan jalur kekeluargaan tidak bisa ditempuh dan Abah Asep
merasa tidak bisa membantu barulah akan dilaporkan kepada pihak yang
berwajib. Abah Asep mengatakan “ belum ada kejadian- kejadian apapun
disini yang harus melibatkan polisi atau pihak berwajib dan semoga tidak
akan ada. Dan disini Abah tidak berhak menghukum pihak yang bersalah.
Dalam adat itu urusan ruh nya dengan Yang Maha Kuasa, biar pihak yang
berwajib aja atau Allah yang menghukum yang bersalah. Abah tidak ada hak
sama sekali untuk itu”.

15
B. SISTEM KEKERABATAN YANG DIANUT DALAM MASYARAKAT
ADAT SINAR RESMI
Bilateral adalah asas yang dianut dalam sistrem kewarisan Masyarakat
Adat Sinar Resmi, tidak berbeda dengan Adat Sunda yang pewarisannya
berdadsarkan garis ketururnan ayah dan ibu. Dengan demikian dengan Asas
bilateral yang dianut ini membuat kesetaraan derajat antara Laki – laki dengan
Perempuan, terkait hak nya tidak ada perbedaan dan dianggap sederajat.

C. TATA CARA PEWARISAN DALAM MASYARAKAT ADAT SINAR


RESMI
Pewarisan masyarakat Adat Sinar Resmi dilakukan secara
kekeluargaan, dimana tidak memandang perbedaan gender, sehingga anatar
anak Laki- laki dengan anak Perempuan itu memiliki hak yang sama,
sehingga nantinya dalam pewarisan anak Laki – laki dan Perempuan akan
dibagi sama rata.

D. PERAN KEPALA ADAT TERKAIT SISTEM PEWARISAN DALAM


MASYARAKAT ADAT SINAR RESMI.
Dikarenakan dalam Kesepuhan Adat Sinar Resmi pewarisan dianggap
sebagai urusan pribadi keluarga dan tidak ada aturan adat terkait pewarisan,
maka akan diselesaikan secara kekeluargaan dengan keliarga yang
bersangkutan saja tanpa melibatkan kepala adat, dan kepala adat tidak
memeiliki peranan apapun dalam pewarisan Masyarakat.

16
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kesepuhan Adat Sinar Resmi merupakan desa adat yang memiliki
masyarakat adat yang hidup dalam menjunjung tinggi kekeluargaan yang
membuat hidup disana sangat damai, aman dan tentram, Masyarakatnya yang
sangat mengahargai dan menganggapnya sama seperti manusia dan harus
diperlakukan sama layaknya manusia karena menganggap padi adalah sumber
kehidupannya, dalam sistem kekerabatannya yang tergolong bilateral
membuat Laki- laki dan perempuan menjadi setara, dan dalam pewarisan yang
dianggap sebagai urusan pribadi keluarga dan tidak ada pula aturan adat
terkait pewarisan semakin menunjukan bahwa Kesepehuan Adat Sinar Resmi
ini sangat menjunjung sifat kekeluargaan. Keunikan nya dalam masyarakat ini
sangat bisa terlihat saat berkunjung ke Kesepuhan Adat Sinar Resmi

B. SARAN
Kesepuhan Adat Sinar Resmi adalah salah satu adat yang sangat unik di
Indonesia ini, Penulis berharap agar Kesepuhan Adat Sinar Resmi bisa
mendapatkan payung hukum atau perlindungan hukum sesuai yang dicita-
citakan Abah Asep untuk melindungi masyarakat nya, hak tanah ulayat nya,
dan sebagainya.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://repository.radenintan.ac.id/1457/6/Bab_III.pdf

http://digilib.uinsby.ac.id/15783/2/Abstrak.pdf

http://repository.unpas.ac.id/13498/4/BAB%202.pdf

https://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_lapangan

https://media.neliti.com/media/publications/240350-kewarisan-bilateral-
antara-ahli-waris-ya-342eee5f.pdf

https://www.slideshare.net/UsmanJambak/sistem-kekerabatan-
pengaruhnya-terhadap-hukum-keluarga

https://www.academia.edu/11526473/Sistem_Kekerabatan

18
LAMPIRAN

1. Dokumentasi bersama tuan rumah, tanda tangan dan KTP

19
20
21
2. Dokumentasi bersama Abah Asep dan Ambu selaku Kepala Adat

22
23
24
3. Dokumentasi bersama Anak Pertama dari Abah Asep

25
26
4. Dokumentasi Cucu Abah Asep yang bernama Faro

27
5. Dokumentasi bersama Rika, anak yatim piatu yang ayang, ibu, kakek
dan neneknya menjadi korban longsor tahun 2018, dan skerang ia
dirawat kakaknya dan tinggal di Kesepuhan Adat Sinar Resmi.

28
29
30
6. Dokumentasi Imah Gede

31
32
33
34
35
36
37
7. Dokumentasi Kesenian Adat

38
8. Dokumentasi saat menumbuk padi, dan hasil berasnya

39
40
41
9. Dokumentasi Macam- Macam padi yang disimpan digaleri sebanyak
lebih dari 60 jenis padi.

42
10. Dokumentasi hasil karya Masyarakat Adat sinar rersmi yang digaleri
berupa gelang yang terbuat dari akar.

43
11. Dokumentasi lainnya

44
45

Anda mungkin juga menyukai