Anda di halaman 1dari 3

HUKUM KEWARGANEGARAAN DAN KEIMIGRASIAN

John Museptem Messakh


A1011221316

F Reguler A

UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2006


Undang-undang Nomor 12 tahun 2006 tentang kewarganegaraan Republik Indonesia.
Cara memperoleh kewarganegaraan melalui prosedur pewarganegaraan tercantum dalam pasal 8
dan syarat-syarat permohonan pewarganegaraan tercantum dalam pasal 9 “Permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memnuhi syarat sebagai berikut:

a. Telah berusia 18 tahun atau sesudah


b. Peada waktu mengajukan permohonan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah
Negara Republik Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10
tahun tidak berturut-turut c. Sehat jasmani dan rohani
d. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara pancasila dan Undang-undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
e. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 tahun
f. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia, Tidak menjadi
kewarganegaraan ganda
g. Mempunyai pekerjaan dan/atau berpenghasilan tetap dan
h. Membayar uang pewarganegaraan ke kas negara”

Status kewarganegaraan adalah hak dasar bagi seseorang. Status kewarganegaraan


menimbulkan hak dan kewajiban bagi pemiliknya. Seorang warga negara mempunyai hubungan
timbal balik antara negara dan warga negaranya.Negara wajib menjamin kepemilikan hak
seorang warganegaranya yang mencakup hak sipil, hak politik, hak ekonomi, sosial, danbudaya,
sedangkan kewajiban sebagai seorang pemegang status kewarganegaraan Hilangnya
kewarganegaraan seseorang dapat juga dikarenakan kelalaian, karena alasan politik karena
alasan teknis ataupun karena alasan yang bersangkutan memang secara sadar dan sengaja ingin
melepaskan status kewarganegaraannya. Proses perolehan kembali yang dilakukan untuk
masing-masing alasan tersebut harusnya berbeda satu sama lain. Pada pokoknya adalah setiap
orang terjamin haknya untuk mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari
kemungkinan stateless, apatride atau tanpa kewarganegaraan.

Hilangnya kewarganegaraan seseorang berarti hilangnya hak dan kewajiban orang itu
terhadap negara yang bersangkutan. Hilangnya status kewarganegaraan seseorang
mengakibatkan putusnya hubungan seorang warga negara dengan negaranya.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2l TAHUN 2022

Kewarganegaraan merupakan bentuk status hukum yang wajib dimiliki oleh setiap
manusia Indonesia. Dalam Pasal 2aD ayat (41 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak atas status kewarganegaraan.
Pasal 26 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi
Manusia menyatakan perlunya hak-hak dan status kewarganegaraan setiap orang.
Kewarganegaraan sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia dan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2007 tentang
Tata Cara Memperoleh, Kehilangan, Pembatalan, dan Memperoleh Kembali Kewarganegaraan
Republik Indonesia yang sudah berlaku lebih dari satu dasawarsa. Namun seiring perkembangan
hukum dan kebutuhan masyarakat, kedua aturan itu dianggap kurang memenuhi rasa keadilan
masyarakat sehingga perlu dilakukarl penyesuaian untuk pelayanan kewarganegaraan kepada
masyarakat serta demi kepastian hukum status kewarganegaraan seseorang.

Mengingat pentingnya status kewarganegaraan bagi setiap orang, saat ini masih banyak
dijumpai anak hasil perkawinan antara Warga Negara Indonesia dengan warga negara asing yang
tjdak didaftarkan berdasarkan ketentuan Pasal 41 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia sehingga melewati batas waktu yang ditentukan
atau sudah didaftarkan tetapi tidak memilih Kewarganegaraan Republik Indonesia. Oleh karena
ihr, Peraturan Pemerintah ini memberikan landasan hukum agar anak yang belum mendaftar atau
sudah mendaftar tetapi belum memilih kewarganegaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia dapat
mendaftar atau memilih dalam jangka waktu 2 (dua) tahun untuk memberikan kepastian terhadap
status kewarganegaraan bagi anak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1).

Lahirnya regulasi PP No. 21 tahun 2022 sangat dinantikan dan dianggap sebagai jalan
keluar atas permasalahan kewarganegaraan yang telah dihadapi masyarakat. Peraturan
Pemerintah (PP) terbaru ini merupakan bentuk kehadiran negara dalam memberikan
perlindungan dan kepastian hukum bagi anak-anak hasil perkawinan campuran, dan anak-anak
yang lahir di negara ius soli.

Adapun kondisi yang dapat difasilitasi dengan regulasi tersebut yaitu bagi anak-anak
yang lahir sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang
Kewarganegaraan Republik Indonesia (UU Kewarganegaraan RI) yang tidak mendaftar sebagai
ABG, dan anak-anak yang lahir sebelum berlakunya UU Kewarganegaraan RI yang sudah
mendaftar tetapi tidak atau terlambat memilih Kewarganegaraan Republik Indonesia hingga
batas waktu yang ditentukan berakhir.

Dengan berlakunya PP Nomor 21 Tahun 2022 ini, anak-anak sebagaimana dapat


memperoleh Kewarganegaraan Republik Indonesia melalui mekanisme permohonan
pewarganegaraan kepada Presiden, yang disampaikan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia dalam jangka waktu selambat-lambatnya dua tahun sejak Peraturan Pemerintah (PP) ini
diundangkan.

PP Nomor 21 Tahun 2022 tersebut diharapkan dapat mengatasi permasalahan/ konflik yang
dihadapi dalam implementasi aturan hukum Kewarganegaraan Republik Indonesia. Khususnya
permasalahan yang sering menjadi perhatian publik, yaitu perihal status kewarganegaraan bagi
anak hasil perkawinan campuran dan isu kehilangan Ke

Anda mungkin juga menyukai