Anda di halaman 1dari 15

Bab 1

Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Kata naturalisasi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita akhir-akhir
ini. Khususnya naturalisasi pemain sepak bola lagi gencar dilakukan untuk
menggaet pemain sepak bola yang berkualitas untuk membela Indonesia.

Naturalisasi adalah permohonan atas kewarganegaraan. Permohonan


naturalisasi oleh seseorang diajukan atas banyak sebab, proses naturalisasi
ini melibatkan kerjasama Negara asal warga asing tersebut, juga Negara
tujuannya.

Di

Indonesia

sendiri,

pemerintah

terus

berupaya

agar

penyelesaian permohonan warganegara asing untuk menjadi warganegara


Indonesia dengan lancar dan tidak memakan waktu yang lama.

1.2 Tujuan Penulisan


Agar mahasiswa mengetahui pengertian naturalisasi.
Agar mahasiswa mengetahui hukum wadah dasar naturalisasi di
Indonesia.
Agar mahasiswa mengetahui syarat dan proses naturalisasi di
Indonesia.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Naturalisasi
Naturalisasi adalah permohonan atas kewarganegaraan
1) Arti Naturalisasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:
Naturalisasi adalah pemerolehan kewarganegaraan bagi penduduk asing; hal
menjadikan

warga

negara;

pewarganegaraan

yg

diperoleh

setelah

memenuhi syarat sebagaimana yg ditetapkan dalam peraturan perundangundangan.


2) Adalah suatu perbuatan hukum yang dapat menyebabkan seseorang
memperoleh status kewarganegaraan, Misal : seseorang memperoleh status
kewarganegaraan

akibat

dari

pernikahan,

mengajukan

permohonan,

memilih/menolak status kewarganegaraan.

2.2

Pewadahan Dalam Hukum

Dalam naskah asli UUD 1945, masalah kewarganegaraan diatur di dalam


Pasal 26 ayat (1) yang menyatakan bahwa
Yang menjadi warganegara ialah orang-orang bangsa
Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang
disahkan dengan Undang-undang.

Selanjutnya ayat (2) menyatakan


SYARAT-SYARAT
DENGAN

MENGENAI KEWARGANEGARAAN DITETAPKAN

UNDANG -UNDANG.

Ketentuan semacam ini memberikan penegasan bahwa untuk orang-orang


bangsa Indonesia asli secara otomatis merupakan warganegara, sedangkan
bagi orang bangsa lain untuk menjadi warga negara Indonesia harus
disahkan terlebih dahulu dengan undang-undang.
Dalam sejarah perjalanannya, Pasal 26 UUD 1945 telah menimbulkan dua
persoalan sosilogis di bidang hukum kewarganegaraan yaitu (a) pemahaman
orang-orang bangsa Indonesia asli, yang dalam dataran hukum sulit untuk
dilacak atau dibuktikan, karena yang disebut bangsa asli sering hanya
dikaitkan dengan aspek fisiologis manusia seperti warna kulit dan bentuk
wajah; dan (b) konsep tersebut mengindikasikan adanya 2 (dua) kelompok
warganegara, yaitu warganegara kelompok pribumi dan non pribumi yang
pada

akhirnya

berakibat

pula

pada

pembedaan

perlakuaan

pada

warganegara (Samuel Nitisapoetra, 2002: 40).


Kedua persoalan tersebut dalam tingkat pelaksanaan lebih melanjut melalui
peraturan perundang-undangan yang lebih rendah tingkatannya telah
menimbulkan penegakan hukum kewarganegaraan yang diskriminatif. Bagi
golongan pertama (pribumi) secara otomatis sudah menjadi warganegara
Indonesia tanpa melalui upaya hukum apapun. Sementara bagi golongan
kedua (nonpribumi) untuk disebut sebagai warganegara Indonesia harus
melakukan upaya-upaya hukum yang tertentu yang memakan waktu, biaya,
dan tenaga yang relatif besar sebagai akibat birokrasi yang berbelit-belit.
Oleh karena itu, Pasal 26 UUD 1945 tersebut harus diamandemen. Menurut
Samuel Nitisapotera amandemen itu merupakan salah satu langkah untuk
meluruskan makna dalam pikiran yang tertuang pada Pasal 26 UUD 1945

tentang kata orang Indonesia asli. Pelurusan saat ini menjadi penting
karena penafsiran pasal ini telah bergeser ke arah diskriminasi rasial dengan
menempatkan yang disebut orang-orang bangsa lain sebagai bangsa asing
yang layak ditempatkan di kelas dua. Amandemen ini lebih diarahkan untuk
menyempurnakan bahasa yang dipakai dalam penulisan pemikiran tentang
warganegara. Kalau dalam UUD 1945 memakai kata orang Indonesia
asli,maka diusulkan dalam amandemen untuk dipakai kalimat dengan
perspektif hukum, yaitu original born citizen, keaslian berdasarkan tempat
kelahiran (Samuel Nitisapoetra, 2000: 41).

2.3 Kewarganegaraan Karena Naturalisasi


Ketentuan UU No. 62 Tahun 1958 pada prinsipnya mempergunakan asas ius
sanguinis. Namun dalam berbagai hal asas ius soli juga dipergunakan, yaitu
jika:
(a) orang lahir di wilayah Republik Indonesia akan tetapi kedua orang tuanya
tidak diketahui (Pasal 1 huruf f);
(b) Orang yang diketemukan di wilayah Republik Indonesia selama tidak
diketahui kedua orang tuanya (Pasal 1 huruf g);
(c) orang yang lahir di wilayah Republik Indonesia jika kedua orang tuanya
tidak mempunyai kewargenagraan atau selama kewarnegaraan kedua orang
tuanya tidak diketahui (Pasal 1 huruf h); dan
(d) orang yang lahir di dalam wilayah Republik Indonesia yang pada waktu
lahirnya tidak mendapatkan kewarganegaraan ayah atau ibunya, dan selama
ia tidak mendapat kewarganegaraan ayah atau ibunya itu (Pasal 1 huruf i).
Memperhatikan ketentuan-ketentuan tersebut, maka nampak sekali bahwa
UU No. 62 Tahun 1958 juga mempergunakan asas ius soli. Asas semacam ini
juga dipergunakan dengan maksud untuk menghindari terjadinya apatride

bagi orang-orang yang kebetulan ada di wilayah Republik Indonesia yang


status kewarganegaraannya tidak jelas, terutama bila ditinjau dari status
kewarganegaraan orang tuanya.
Dalam UU No. 62 Tahun 1958 juga ditentukan bahwa salah satu cara untuk
memperoleh kewarganegaraan Republik Indonesia adalah dengan jalan
pewarganegaraan (naturalisasi). Kewarganegaraan karena pewargenagaraan
diperoleh

dengan

berlakunya

keputusan

Menteri

Kehakiman

yang

memberikan pewarganegaraan itu. Pewarganegaraan diberikan (atau tidak


diberikan) atas permohonan. Instansi yang memberikan pewarganegaraan
itu ialah Menteri Kehakiman.
Sebenarnya ada dua jenis naturalisasi yang diterapkan, yaitu naturalisasi
biasa dan naturalisasi khusus. Ketentuan naturalisasi pemain ataupun warga
Negara asing kita bisa mengacu pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan RI sebagai pengganti Undang-undang Nomor 62
Tahun 1958.

2.4 Syarat Syarat Naturalisasi


Sebenarnya

ada

dua

jenis

naturalisasi

yang

diterapkan,

yaitu

naturalisasi biasa dan naturalisasi khusus.


Syarat - syarat memperoleh naturalisasi menurut UU No.12 Tahun
2006 adalah :
A. Naturalisasi Biasa.
Syarat-syaratnya:
1. Bertempat tinggal terakhir di Indonesia minimal 5 tahun.

Seseorang pemain atau atlit bisa di naturalisasi secara biasa jika dia
sudah menetap di Indonesia minimal 5 tahun. Dan dalam kurun waktu
lima tahun tersebut dia tidak keluar dalam waktu yang lama ke Negara
lain.
2. Telah berusia 21 tahun atau lebih.
Pada usia 21 tahun seseorang berhak untuk menentukan status
kewarganegaraannya.
3. Sudah menikah dan mendapatkan persetujuan dari pasangannya.
Seseorang yang sudah menikah jika ingin berpindah kewarganegaraan
harus terlebih dahulu mendapatkan ijin dari pasangannya yang sah.
4. Sehat jasmani dan rohani.
Harus dalam keadaan sehat baik jasmaninya maupun rohaninya
sebelum masuk menjadi warga Negara Indonesia, hal tersebut
ditunjukkan oleh surat keterangan dari pihak dokter.
5. Mampu berbahasa Indonesia secara lancar.
Berbahasa Indonesia menjadi syarat pendukung seseorang dalam
mendapatkan kewarganegaraan Indonesia.
6. Tidak mempunyai kewarganegaraan lain selain Indonesia.
Jika ingin mendapatkan kewarganegaraan Indonesia, seorang pemain
atau atlit harus terlebih dahulu melepas kewarganegaraannya yang
lama.

Karena

tidak

memungkinkan

seseorang

kewarganegaraan ganda.
Syarat-syarat Naturalisasi secara umum :
1. Telah berusia 18 (delapan belas) tahun atau sudah kawin;

mempunyai

2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di


wilayah Negara Republik Indonesia paling singkat 5 (lima) tahun
berturut-turut atau paling singkat 10 (sepuluh) tahun tidak berturutturut;
3. Sehat jasmani dan rohani;
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar Negara Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
5. Tidak pernah dijatuhi pidana karena melakukan tindak pidana yang
diancam dengan pidana penjara 1 (satu) tahun atau lebih;
6. Jika dengan memperoleh Kewarga negaraan Republik Indonesia, tidak
menjadi berkewarganegaraan ganda;
7. Mempunyai pekerjaan dan / atau berpenghasilan tetap; dan
8. Membayar uang pewarganegaraan ke Kas Negara.
9. Membuat permohonan secara tertulis dalam bahasa Indonesia di atas
kertas bermeterai cukup kepada Kepala Kantor Wilayah Departemen
Hukum dan HAM atau Perwakilan RI di luar negeri dengan sekurangkurangnya memuat :

Nama lengkap;

Tempat dan tanggal lahir;

Alamat tempat tinggal;

Kewargenegaraan Pemohon;

Nama lengkap suami atau istri;

Tempat dan tanggal lahir suami atau istri, serta;

Kewarganegaraan suami atau istri.

10. Permohonan tersebut dilampiri dengan :

Foto copy kutipan akte kelahiran Pemohon yang disahkan oleh pejabat
yang berwenang;

Foto copy Kartu Tanda Penduduk atau surat keterangan tempat tinggal
Pemohon yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;

Foto copy kutipan akte kelahiran dan Kartu Tanda Penduduk Warga
negara Indonesia suami atau istri Pemohon yang disahkan oleh pejabat
yang berwenang;

Foto copy kutipan akte perkawinan/buku nikah Pemohon dan suami


atau istri yang disahkan oleh pejabat yang berwenang;

Surat keterangan dari kantor imigrasi tempat tinggal Pemohon yang


menerangkan bahwa Pemo hon telah bertempat tinggal di Indonesia
paling singkat 5 (lima) tahun berturut-turut atau paling singkat 10
(sepuluh) tahun tidak berturut-turut;

Surat keterangan catatan kepolisian dari kepolisian di tempat tinggal


Pemohon;

Surat keterangan dari perwakilan negara Pemohon yang menerang kan


bahwa setelah Pemohon memperoleh Kewarganegaraan Republik
Indonesia,

ia

bersangkutan;

kehilangan

kewarganegaraannya

negara

yang

Pernyataan tertulis bahwa Pemohon akan setiap kepada Negara


Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, dan akan membelanya dengan
sungguh-sungguh serta akan menjalankan kewajiban yang dibebankan
negara sebagai Warga Negara Indonesia dengan tulus dan ikhlas, dan

Pas poto Pemohon terbaru berwarna ukuran 4 x 6 sebanyak 6 (enam)


lembar.

B. Naturalisasi Khusus
Sedangkan Naturalisasi khusus diberikan kepada pemain atau individu yang
telah menunjukkan jasanya kepada Indonesia. Dia bisa mengajukan diri atau
atas permintaan pemerintah untuk menjadi WNI.
Untuk lebih jelasnya mengenai Ketentuan naturalisasi pemain ataupun warga
Negara asing kita bisa mengacu pada Undang-undang Nomor 12 Tahun 2006
tentang Kewarganegaraan RI sebagai pengganti Undang-undang Nomor 62
Tahun 1958.

2.5 Proses Proses Naturalisasi


Naturalisasi Biasa dan Naturalisasi Istimewa (diberikan kepada orang
yang sudah berjasa untuk kepentingan negara).
Prosesnya panjang:
Permohonan diajukan di negara asal secara tertulis kepada presiden melalui
menteri.
Berkias permohonan disampaikan kepada pejabat. Menteri meneruskan
permohonan kepada presiden max 3 bulan sejak permohonan diterima.
1.

Permohonan dikenai biaya sesuai peraturan pemerintah.

2.

Presiden dapat menolak atau mengabulkan permohonan.

3.

Jika mengabulkan, pejabat memanggil pemohon untuk mengucapkan

sumpah / janji.
4.

Jika tidak hadir tanpa alasan maka kepres (keputusan presiden) batal

demi hukum.
5.

Pengucapan sumpah dilakukan dihadapan pejabat.

6.

Pejabat membuat berita acara pelaksanaan pengucapan sumpah.

7.

Pejabat menyampaikan berita acara kepada menteri max 14 hari sejak

pelaksanaan.
8.

Pemohon menyerahkan dokumen keimigrasian max 14 hari sejak


pengucapan sumpah.

Proses pewarganegaraan tersebut kadangkala memakan waktu lama karena


tidak adanya peraturan yang mengatur tata cara jangka waktu penyelesaian
permohonan pewarganegaraan pada masing-masing instansi yang terkait
dengan proses tadi.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, dikeluarkan Surat Menteri Sekretaris
Negara

tanggal

16

September

1961

No.F/III/2008/B.24/65

tentang

penyelesaian permohonan warganegara asing untuk menjadi warganegara


Indonesia

dengan

lancar

dan

tidak

memakan

waktu

yang

lama.

Kebijaksanaan tersebut kemudian diubah dengan Keputusan Presiden No. 13


Tahun

1980

tentang

Tentang

Tata

Cara

Penyelesaian

Permohonan

Pewarganegaraan Republik Indonesia.


Untuk melaksankan keputusan presiden tersebut, maka dikeluarkan Instruksi
Menteri Kehakiman No. M.03-UM.09-03-80 tentang Pelaksanaan Keputusan
Presiden No. 13 Tahun 1980 tentang Tentang Tata Cara Penyelesaian
Permohonan Pewarganegaraan Republik Indonesia. Instruksi tersebut berisi
bahwa kepada semua pengadilan negeri, semua Kepala Wilayah Direktorat
Jenderal Imigrasi, dan semua Kepala Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi di
seluruh Indonesia untuk melaksanakan Keputusan Presiden No. 13 Tahun
1980 menurut bidangnya masing-masing dengan sebaik-baiknya dan penuh

tanggung

jawab.

Demi

kelancaran,

kecepatan,

dan

pengamanan

pelaksanaan keputusan presiden, dibentuk tim gabungan dari pusat yang


ditugaskan ke daerah tertentu. Keanggotaan tim gabungan terdiri antara lain
pejabat-pejabat

Departemen

Kehakiman,

Departemen

Dalam

Negeri,

Kejaksaan, Kepolisian, BAKIN, dan lain-lain.


Selain menyederhanakan syarat-syarat dan tata cara permohonan, surat
tersebut juga mengatur tentang peranan pengadilan negeri. Ditentukan
bahwa sejak 4 bulan diajukan permohonan tersebut dan telah memperoleh
verifikasi kebenarannya, maka Ketua Pengadilan Negeri menguji kecakapan
pemohon tentang bahasa Indonesia dan pengetahuan sejarah Indonesia.
Setelah segala sesuatunya dilaksanakan sesuai dengan prosedur, maka
berkas permohonan dikirim ke Departemen Kehakiman selambat-lambatnya
30 hari setelah menerima permohonan dan dilakukan pemeriksaan kembali
semua berkas pemohon. Jika ada kekurangan, maka dapat dilengkapi.
Pemeriksaan berkas di atas untuk memenuhi persyaratan politik dan yuridis
yang ditentukan. Setelah itu, Departemen Kehakiman meneliti berkas
permohonan yang memenuhi syarat dan diteruskan kepada presiden untuk
memperoleh

keputusan.

Tembusan

surat

pengantar

beserta

berkas-

berkasnya disampaikan kepada Kepala BAKIN. Selanjutnya, Kepala BAKIN


meneliti dan menilai permohonan itu lalu menyampaikan pertimbangan
kepada presiden. Penyelesaian tahap ini dalam waktu 14 hari sejak
diterimanya berkas permohonan. Presiden memberikan keputusan dengan
mempertimbangkan bahan-bahan dari BAKIN. Jika permohonan ditolak,
Departemen

Kehakiman

memberitahukan

penolakan

kepada

pemohon

dengan memberikan tembusan kepada Kepal BAKIN, Ketua Pengadilan


Negeri, dan Bupati/Kepala Daerah yang bersangkutan.
Petikan Keputusan Presiden selambat-lambatnya 7 hari setelah keluarnya
Keputusan Presiden tentang pengabulan pewargane-garaan oleh Sekretariat
Negara harus sudah disampaikan kepada pengadilan negeri setempat.

Salinan Keputusan Presiden disampaikan kepada Menteri Kehakiman, yang


selanjutnya

bersama-sama

dengan

tembusan

surat

pengantar

menyampaikan keputusan tersebut kepada pemohon. Dengan dikabulkannya


permohonan pewarganegaraan tersebut, maka pengadilan negeri melakukan
pengambilan sumpah atau janji setia pemohon terhadap negara Republik
Indonesia dan diikuti dengan pembuatan berita acara. Berita acara tersebut
bagian yang asli diberikan kepada pemohon, sementara tembusan dibuat
rangkap 3 untuk disampaikan kepada Departemen Kehakiman, Sekretariat
Negara, dan Pengadilan Negeri yang bersangkutan.
Dari

proses

tersebut

nampak

bagaimana

usaha

pemerintah

untuk

mempercepat proses pewarganegaraan dengan memberikan batas waktu


tiap tahap penyelesaian yang tidak pernah terjadi sebelumnya. Selain
mempercepat proses, nampak bahwa titik berat pertimbangan beralih
kepada BAKIN, yang menunjukkan bahwa pewargane-garaan tidak sekadar
berdimensi hukum, tetapi juga menyangkut masalah keamanan (B.P. Paulus,
1983: 215-216). Menurut Gouw Giok Siong, proses tersebut tidak mengalami
perubahan yang fundamental karena tetap eksekutif yang menentukan
(Gouw Giok Siong, 1983: 97).

2.6 Hak dan Kewajiban Dasar Warga Negara Indonesia


Hak-hak Dasar WNI Menurut UUD 1945
Pasal. 26 : Menyatakan diri sebagai warga negara dan penduduk Indonesia
atau ingin menjadi warga negara suatu negara.
Pasal.

27

(1)

Memiliki

persamaan

kedudukan

dalam

hukum

dan

pemerintahan
Pasal. 27 (2) : Memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak
Pasal. 28A : Berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya sebagai hak
asasi manusia

Pasal. 29 (2): Memperoleh jaminan untuk memeluk salah satu agama dan
melaksanakan ajaran agamanya masing-masing.
Pasal. 30 : Berhak ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan
Pasal. 31 : Berhak memperoleh pendidikan
Pasal. 32 : Berhak mengembangkan kebudayaan nasional
Pasal. 33 : Berhak untuk mengembangkan usaha-usaha bidang ekonomi
Pasal. 34 : Berhak memperoleh jaminan pemerliharaan dari pemerintah bagi
fakir miskin dan anak-anak terlantar
Kewajiban Dasar WNI menurut UUD 1945 :
Pembukaan UUD Alenia-1 : Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan
keadilan
Pembukaan UUD Alenia-2 : Menghargai nilai-nilai persatuan, kemerdekaan
dan kedaulatan bangsa
Pembukaan Alenia-4 : Menjunjung tinggi dan setia kepada konstitusi negara
dan dasar negara
Pasal. 23 (2) : Setia membayar pajak untuk negara
Pasal. 27 (1) : Menjunjung tinggi hukum dan pemrintahan dengan tidak ada
kecualinya
Pasal. 30 (1) : Ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara
Pasal. 35 : Menghormati bendera Sang Merah Putih
Pasal. 36 : Menghormati bahasa negara Bahasa Indonesia
Pasal. 36A : Menjunjungtinggi Lambang Negara Garuda Pancasila dengan
semboyan Bhineka Tunggal Ika
Pasal. 36B : Menghormati Lagu Kebangsan Indonesia Raya

Bab 3
PENUTUP
KESIMPULAN

Warga asing dalam menjadi WNI harus menjalani Naturalisai. Naturalisasi ini
tidak mudah, melainkan ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi,
serta proses proses naturalisasi yang harus dijalani sesuai dengan UU. No.
12 Tahun 2006.

SUMBER

http://punyaku.web.id/naturalisasi-permohonan-kewarganegaraan.html
http://kewarganegaraan-rosi.blogspot.com/2009/01/warga-negara-dan
pewarganegaraan.html
http://ekaharisprastiwi.blogspot.com/2011/11/pengertian-syarat-prosesnaturalisasi.html
http://id.shvoong.com/law-and-politics/public-administrations/2133934-apanaturalisasi-itu-dan-apa/
http://kumham-jakarta.info/info-layanan/kewarganegaraan/persyaratanpermohonan/naturalisasi

Anda mungkin juga menyukai