Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS HUKUM PENYALAHGUNAAN TANAH KAS DESA

DI SLEMAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Hukum Agraria
Dosen pengampu : SUNARNO.,SH.,M.HUM.,Ph.D.

Disusun oleh :
M Yahya Al Ansori (20220610115)
Fadhillah Nanda Stiffany (20220610139)
Ananditha Septiani ( 20220610116)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2023

0
Abstrak
Penelitian ini membahas mengenai penyalahgunaan tanah kas desa. Tanah kas desa merupakan
hak ulayat yang dimiliki desa dan harus dikelola dengan baik dengan membagi tanah kas desa sesuai
dengan kebutuhan desa. Permasalahan dalam pengelolaan aset desa bukanlah hal yang jarang terjadi.
Pembagian tanah dari kas desa oleh pemerintah desa harus diperhatikan sesuai dengan kebutuhan desa
untuk mencapai pembangunan. Pengelolaan aset desa dilakukan ketika pemerintah desa membaginya
menjadi beberapa bidang, seperti penyalurannya untuk kesejahteraan masyarakat, pendidikan,
kesehatan dan mungkin juga untuk perekonomian, namun hal tersebut masih belum terekspresikan
secara jelas di desa. Salah satu permasalahan utama dalam pengelolaan tanah kas desa adalah
bagaimana pemerintah desa membaginya. Pembagian yang tidak sesuai dengan kebutuhan desa dapat
berpotensi menyebabkan penyalahgunaan sumber daya ini. Pengelolaan yang tidak efektif dari aset desa
dapat menghambat kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk
memahami kerangka hukum yang mengatur penggunaan dan pembagian tanah kas desa. Penelitian ini
akan menganalisis kerangka hukum yang mengatur tanah kas desa, serta praktik penyalahgunaan yang
mungkin terjadi dalam pengelolaannya. Selain itu, penelitian ini juga akan membahas dampak dari
penyalahgunaan tanah kas desa terhadap pembangunan desa, termasuk kesejahteraan masyarakat,
pendidikan, kesehatan, dan perekonomian.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan
yang lebih jelas tentang isu-isu hukum yang berkaitan dengan penyalahgunaan tanah kas desa, serta
memberikan rekomendasi kebijakan yang dapat membantu pemerintah desa dan stakeholder terkait
untuk meningkatkan pengelolaan yang lebih efisien dan adil dari sumber daya berharga ini. Dengan
demikian, diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan kontribusi positif terhadap pembangunan
dan kesejahteraan desa.
Kata kunci : tanah kas desa , pengelolahan aset, Penyalahgunaan, hukum

Abstrak
This research discusses the misuse of village treasury land. Village treasury land is a customary
right owned by the village and must be managed well by dividing village treasury land according to
village needs. Problems in managing village assets are not uncommon. The distribution of land from
the village treasury by the village government must be considered in accordance with the village's needs
to achieve development. Village asset management is carried out when the village government divides
them into several areas, such as distribution for community welfare, education, health and perhaps also
for the economy, but this is still not clearly expressed in the village. One of the main problems in
managing village treasury land is how the village government divides it. Distribution that is not in
accordance with village needs can potentially lead to misuse of these resources. Ineffective management
of village assets can hinder village progress and community welfare. Therefore, it is important to
understand the legal framework that regulates the use and distribution of village treasury land. This
research will analyze the legal framework that regulates village treasury land, as well as abuse
practices that may occur in its management. Apart from that, this research will also discuss the impact
of misuse of village treasury land on village development, including community welfare, education,
health and the economy. The results of this research are expected to provide clearer insight into legal
issues related to misuse of treasury land villages, as well as providing policy recommendations that can
help village governments and related stakeholders to improve more efficient and fair management of
this valuable resource. Thus, it is hoped that this research will make a positive contribution to village
development and welfare
Keywords: village treasury land, asset management, abuse, law.

1
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Sumber kekayaan negara memiliki berbagai komponen, salah satunya adalah tanah.
Tanah dianggap sebagai sumber kekayaan negara karena dapat memberikan manfaat untuk
kemakmuran dan kepentingan umum. Secara yuridis, tanah diartikan sebagai permukaan bumi,
sementara hak atas tanah adalah hak tertentu atas sebagian permukaan bumi dengan batasan
dimensi dua, yakni panjang dan lebar. Konsep ruang, yang memiliki dimensi tiga (lebar, tinggi,
dan berbatas), menjadi fokus hukum penataan ruang. Termasuk dalam pengertian tanah adalah
tanah desa.

Menurut Pasal 1 angka 26 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1 Tahun 2016 tentang
Pengelolaan Aset Desa atau Permendagri No 1/2016, Tanah Desa merujuk pada tanah yang
dikuasai atau dimiliki oleh Pemerintah Desa sebagai salah satu sumber pendapatan asli desa
dan/atau untuk kepentingan sosial. Sementara itu, Pasal 77 Undang-Undang No. 6 Tahun 2014
tentang Desa atau UU Desa menetapkan bahwa pengelolaan kekayaan milik desa harus
didasarkan pada asas kepentingan umum, fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi,
efektivitas, akuntabilitas, dan kepastian nilai ekonomi.1

Dalam pengelolaan tanah kas desa sebagai kekayaan desa, kepala desa bertindak
sebagai pemegang wewenang dalam pengelolaannya. Kepala desa memiliki kemampuan untuk
memberikan sebagian dari wewenangnya kepada perangkat desa. Namun, penting untuk dicatat
bahwa kepala desa tidak diperbolehkan menggunakan kekuasaannya secara sembarangan.
Terkadang, muncul beberapa situasi di mana terdapat penyalahgunaan dalam pengelolaan
Tanah Kas Desa oleh kepala desa. Oleh karena itu, penegakan hukum perlu diimplementasikan
untuk menangani permasalahan penyalahgunaan dalam pengelolaan Tanah Kas Desa tersebut.2

Seperti kasus penyalahgunaan tanah kas desa yang dilakukan oleh lurah Maguwoharjo
Kasidi, Kabupaten Sleman. Yang digunakan untuk membangun perumahan dan menjualnya

1
Lavellia Ardita Dewi and S. H. Darsono, “Pengelolaan Dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa Oleh Perangkat Desa
(Ex-Tanah Bengkok)(Studi Kasus Di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi Kabupaten Ngawi)” (s1, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2017), https://eprints.ums.ac.id/49664/.
2
Fajar Wirawan, Nanik Sutarni, and Muhammad Fauzan Hidayat, “PENGELOLAAN TANAH KAS DESA OLEH KEPALA
DESA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN
ASET DESA (Studi Kasus Di Desa Pusporenggo Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali),” Jurnal Bedah Hukum 6,
no. 2 (October 31, 2022): 140–52, https://doi.org/10.36596/jbh.v6i2.684.

2
dengan tawaran investasi hak guna bangunan 20 tahun dan bisa diperpanjang.3 Hal ini
bertentangan dengan peraturan Undang-Undang Pasal 77 UU No. 6 Tahun 2014. Yang
berbunyi; (1) Pengelolaan kekayaan milik Desa dilaksanakan berdasarkan asas kepentingan
umum, fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, dan
kepastian nilai ekonomi. (2) Pengelolaan kekayaan milik Desa dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat Desa serta meningkatkan pendapatan Desa. (3)
Pengelolaan kekayaan milik Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibahas oleh Kepala
Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa berdasarkan tata cara pengelolaan kekayaan milik
Desa yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.4

Kondisi ini jelas merugikan masyarakat desa karena Tanah Kas Desa seharusnya
memberikan kesejahteraan, namun malah habis. Oleh karena itu, diperlukan perlindungan
hukum untuk Tanah Kas Desa dengan melakukan administrasi pendaftaran dan mengeluarkan
sertifikat atas nama Desa. Hal ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan manfaat Tanah
Kas Desa serta memberikan kepastian hukum. Sanksi perlu diberikan kepada pihak yang
sengaja menghilangkan Tanah Kas Desa, termasuk pengembalian dan sanksi hukum terkait
tindak pidana korupsi.5

2. Rumusan Masalah

Bagaimana ketentuan hukum yang mengatur sanksi terhadap pelaku penyalahgunaan tanah kas
desa di Sleman?

3. Tujuan penelitian

Untuk mengetahui ketentuan hukum yang mengatur sanksi terhadap pelaku penyalahgunaan
tanah kas desa di Sleman

3
Adji G. Rinepta, “Duduk Perkara Penyalahgunaan Tanah Kas Desa di Maguwoharjo Sleman,” detikjogja, accessed
November 25, 2023, https://www.detik.com/jogja/berita/d-7016543/duduk-perkara-penyalahgunaan-tanah-
kas-desa-di-maguwoharjo-sleman.
4
“UU No. 6 Tahun 2014,” Database Peraturan | JDIH BPK, accessed November 25, 2023,
http://peraturan.bpk.go.id/Details/38582/uu-no-6-tahun-2014.
5
“Kedudukan Hukum Tanah_cek.Pdf,” accessed November 25, 2023,
http://repository.iainmadura.ac.id/551/1/Kedudukan%20Hukum%20Tanah_cek.pdf.

3
B. METODE PENELITIAN

Metode pengumpulan data didasarkan pada sumber data yang diperoleh dalam penelitian
ini, data dikumpulkan dengan cara menganalisis hukum normatif yang mengacu pada jurnal,
buku, makalah, dan hasil penelitian terkait materi penelitian.

1. Pendekatan

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dan mengkaji beberapa pendapat ilmiah
mengenai masalah penyalahgunaan tanah kas desa. Penelitian juga merangkum pandangan
mereka terhadap isu tersebut.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data didasarkan pada sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini,
data dikumpulkan dengan cara menganalisis hukum normatif yang mengacu pada jurnal, buku,
makalah, dan hasil penelitian terkait materi penelitian.

3. Analisis Data

Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa melakukan kajian terhadap hasil pengolahan
data. Adapun analisis data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini menggunakan sifat
deskriptif, yakni penulis dalam menganalisis berkeinginan untuk memberikan gambaran atau
pemaparan atas subjek dan objek penelitian sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti.

C. PEMBAHASAN
a. Ketentuan hukum yang mengatur sanksi terhadap pelaku penyalahgunaan tanah
kas desa di Sleman

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Desa, merupakan kesatuan masyarakat hukum


yang memiliki batas wilayah kewenangan yang dimiliki untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal
usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan pengertian desa, maka dapat disimpulkan bahwa
desa mempunyai otonomi dan batas-batas wilayah untuk mengatur dan mengurus kepentingan

4
masyarakat desa itu sendiri. Desa merupakan unit pemerintahan dengan tingkatan yang paling
rendah.6

Pengertian desa menurut R. Bintarto, desa adalah suatu perwujudan geografi yang
ditimbulkan oleh unsur-unsur geografis, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang terdapat di
situ (insitu) dalam hubungannya dan pengaruh timbal baliknya dengan daerah-daerah lain.
Hasil perpaduan antara kegiatan sekelompok manusia dan lingkungannya. Adapun lingkungan
yang dimaksud meliputi unsur-unsur fisiografi, sosial, ekonomi, politik, dan kultural yang
saling berinteraksi.

Pengertian Desa Menurut Kolb and Brunner Dalam buku yang berjudul A Study of
Rural Society, Kolb dan Brunner menjelaskan desa adalah suatu wilayah dengan populasi kecil.
Populasi penduduk yang hanya berkisar antara 200-250 orang. Pengertian Desa Menurut W.S.
Thompson Dari bukunya yang berjudul Population Problem, W.S. Thompson mengemukakan
makna desa sebagai salah satu tempat untuk menampung penduduk.

Pengertian desa Menurut Soetardjo Kartohadikusumo yang dikutip dari buku Geografi
SMA Kelas 3 karya Samadi, SPd, MSi, pengertian desa adalah suatu kesatuan adat atau hukum
yang mengikat yang menjadi tempat tinggal masyarakat pada suatu wilayah tertentu, dan
berhak mengadakan pemerintahannya sendiri. Pemaknaan desa diartikan ke dalam tiga istilah,
yaitu desa, dusun, dan desi yang mana semua kata tersebut berasal dari suku kata swadesi.

Pengertian Desa Menurut Koentjaraningrat Dikutip dari buku "Smart Village: Mewujudkan
SDGs Desa Berbasis Inovasi & Digitalisasi" karya Gunawan Prayitno dkk, pengertian desa
menurut Koentjaraningrat diartikan melalui dua jenis komunitas, yaitu komunitas besar
meliputi kota, negara bagian, dan negara. Serta komunitas kecil seperti rukun tetangga, desa,
dan dusun. Dari klasifikasi tersebut, dapat diartikan bahwa desa adalah komunitas kecil yang
menetap di suatu tempat dan memiliki aktivitas ekonomi yang beragam, tidak hanya di sektor
pertanian.7

6
Lingga Dwi Humantoro, “Penguasaan Tanah Kas Desa (Tkd) Oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo Yang Tidak
Sesuai Peruntukannya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan,” February 17, 2022, https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/38763.
7
Noor Faaizah, “7 Pengertian Desa Menurut Para Ahli,” detikedu, accessed November 26, 2023,
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6907700/7-pengertian-desa-menurut-para-ahli.

5
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Desa menyebutkan pengertian Desa
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat
istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia.8

Pemerintah desa dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan


pemberian pelayanan kepada masyarakat memerlukan sumber dana yang pasti dan memadai.
Salah satu sumber dana tersebut berasal dari tanah kas desa. Tanah kas desa adalah suatu tanah
yang dimiliki oleh pemerintah desa dan dikelola untuk kegiatan usaha desa sehingga menjadi
salah satu sumber pendapatan desa yang bersangkutan. Tanah kas desa merupakan kekayaan
desa dan menjadi sumber pendapatan asli desa disamping sumber-sumber pendapatan lainnya.
Tanah kas desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan desa dan
penggunaannya diarahkan untuk menunjang upaya pencapaian desa mandiri.9

Kepala desa merupakan pemimpin masyarakat disuatu desa guna menjalankan


kewenangannya disuatu wilayah yang terdiri dari beberapa dusun. Mulai menjabatnya seorang
kepala desa didasarkan pada pemilihan langsung oleh masyarakat desa di wilayah tertentu
dengan waktu jabatan selama enam tahun. Kepala desa dipilih oleh masyarakat langsung,
masyarakat seharusnya memilih berdasarkan pada pengetahuan calon kepala desa dalam
menjalankan administrasi desa dan prilaku terhadap masyarakat (Bagir Manan, 2013). Pada
umumnya yang terpilih menjadi kepala desa adalah orang-orang yang mempunyai kemampuan
interaksi sosial yang baik, seperti tokoh adat, tokoh agama dan orang kaya, Interaksi sosial itu
dilakukan kepada warganya. Sehingga kepala desa terpilih nantinya bukanlah orang yang
mempunyai sumber daya manusia yang cukup dalam menjalankan pemerintahan desa.

Pihak yang mempunyai kewajiban menjaga dan melindungi tanah kas desa adalah kepala
kelurahan atau kepala desa, camat, bupati, gubernur, menteri dalam negeri,sampai presiden
Republik Indonesia sebagai pelaksana hukum dalam konsep hukum administrasi tertinggi.
Tampaknya permasalahan tanah kas desa merupakan persoalan yang sederhana, namun tanah
kas desa tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Karenanya tanah kas desa merupakan bagian

8
Ervizal Amzu, “KAMPUNG KONSERVASI KELOR: UPAYA MENDUKUNG GERAKAN NASIONAL SADAR GIZI DAN
MENGATASI MALNUTRISI DI INDONESIA,” RISALAH KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian
Strategis Bidang Pertanian dan Lingkungan 1, no. 2 (2014): 86–91.
9
Pipin Mustika Sari, “SISTEM PENGELOLAAN TANAH KAS DESA BAGI PEMBANGUNAN DESA,” 2012,
https://repository.stpn.ac.id/1427/1/PIPIN%20Mustika%20Sari.pdf.

6
yang dominan, bagian yang penting sebagai sumber daya agraria bagi masyarakat adat maupun
masyarakat pedesaan pada khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya.10

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Pengelolaan Aset
Desa Pasal 3 Menerangkan Bahwa Pengelolaan Asest Desa Dilaksanakan Berdasarkan Asas
Fungsional, Kepastian Hukum, Transparansi dan Keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas, dan
kepastian nilai. Juga terdapat dalam pasal 4 Peraturan Menteri dalam negeri Nomor 1 tahun
2016 Tentang pengelolaan Aset Desa ; 1. Kepala Desa Sebagai Pemegang kekuasaan
Pengelolaan Aset Desa Berwenang dan Bertanggung Jawab Atas Pengelolaan Aset Desa. 2.
Kepala Desa Sebagai Pemegang Kekuasaan Pengelolaan aset Desa Sebagaimana Dimaksud
Pada Ayat (1), Mempunyai wewenang dan tanggungjawab; a. Menetapkan Kebijakan
Pengelolaan Aset Desa; b. Menetapkan pembantu pengelola dan petugas/pengurus aset Desa;
c. Menetapkan penggunaan, pemanfaatan atau pemindahtanganan aset Desa; d. Menetapkan
kebijakan pengamanan aset Desa; e. Mengajukan usul pengadaan, pemindahtanganan dan atau
penghapusan aset Desa yang bersifat strategis melalui musyawarah Desa: f. Menyetujui usul
Pemindahtanganan dan penghapusan aset Desa sesuai batas kewenangan; dan g. Menyetujui
usul pemanfaatan aset Desa selain tanah dan / atau bangunan.11

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa merupakan hukum tertinggi di


bawah konstitusi yang mengatur tentang desa. UndangUndang Desa telah mengatur desa secara
komprehensif termasuk kekayaan desa yang didalamnya terdapat tanah desa. Tanah desa
didalam UndangUndang Desa masuk kategori aset desa. Didalam Undang-Undang Nomor 6
tahun 2014 pasal 76 ayat (1) menyatakan bahwa aset desa dapat berupa tanah kas desa, tanah
ulayat, pasar desa, pasar hewan, tambatan perahu,bangunan desa, pelelangan ikan, pelelangan
hasil pertanian, hutan milik desa, mata air milik desa,pemandian umum dan aset lainnya milik
desa. Dari penjelesan tentang aset desa menurut undang-undang tersebut yaitu barang milik
desa yang berasal dari kekayaan asli desa, dibeli dan diperoleh atas beban Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa serta perolehan hak lainnya yang sah. Artinya secara hukum

10
Umi Supraptiningsih, “UPAYA HUKUM DALAM PERLINDUNGAN TANAH KAS DESA” 25, no. 3 (n.d.).
11
Ari Yulianggara, “Implementasi Penggunaan Tanah Kas Desa Berdasarkan Peraturan Bupati Nomor : 98 Tahun
2018 (Studi Di Desa Binor Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo)” (Thesis, Universitas Islam Malang, 2023),
http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/8739.

7
tanah kas desa merupakan aset desa yang dimiliki secara mutlak oleh desa dan didalam undang-
undang tanah desa disebut sebagai tanah kas desa atau tanah milik desa.12

Dalam ketentuan Peratuan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 06 Tahun 2013
Tentang Tanah Kas Desa Pasal 14 disebutkan: "Sewa Tanah Kas Desa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 11 ayat (1) yaitu tentang pengoptimalan pendapatan asli desa, dilarang untuk
dipergunakan sebagai pemukiman atau tempat tinggal.

Tanah Kas Desa mempunyai peran yang penting dalam menyongkong berjalannya
Pemerintah Desa, Sejak dilaksanakannya otonomi daerah, keberadaan tanah kas desa saat ini
begitu diperhatikan oleh pemerintah daerah. Tanah kas desa merupakan salah satu sumber
pendapatan asli desa yang keberadaannya tetap dilestariakan agar tidak mengalami penyusutan.
Persoalan tanah pada umum dan khususnya adalah persoalan dalam rangka pembangunan
ekonomi. Oleh karena itu, pemerintah Desa diharuskan untuk membuat kebijakan dengan
berdasarkan pada peraturan per Undang-Undang yang terkait tentang upaya pemberdayaan
Tanah Kas Desa dengan memanfaatkan untuk keuntungan yang sebesar-besarnya yang
bermanfaat bagi pembangunan masyarakat desa maupun pemerintah desa itu sendiri.13

Selanjutnya penguatan posisi tanah desa juga harus dilakukan untuk mengurangi potensi
penyalahgunaan tanah di wilayah desa. Beberapa kasus penyalahgunaan fungsi tanah desa telah
sering kali terjadi, seperti penggunaan tanah desa untuk pembangunan bangunan permanen dan
pemukiman, serta peralihan hak sewa.14

Penyalahgunaan tanah kas desa dapat memiliki dampak serius terhadap berbagai aspek,
termasuk aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Penyalahgunaan tanah kas desa dapat
menyebabkan kerugian ekonomi bagi masyarakat desa. Misalnya, jika tanah yang seharusnya
digunakan untuk pertanian atau kegiatan ekonomi lainnya beralih fungsi menjadi bangunan
permanen atau pemukiman, maka potensi pendapatan dari sektor pertanian atau usaha lainnya
dapat berkurang. Penyalahgunaan tanah kas desa bisa menciptakan ketidaksetaraan dalam
akses dan pemanfaatan tanah. Pihak-pihak tertentu yang dapat memanfaatkan tanah secara

12
Humantoro, “Penguasaan Tanah Kas Desa (Tkd) Oleh Pemerintah Kabupaten Wonosobo Yang Tidak Sesuai
Peruntukannya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan.”
13
14921014 Fattahillah Fahmi, “PENYALAHGUNAAN FUNGSI TANAH KAS DESA DI KECAMATAN BANGUNTAPAN
KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA” (Thesis, Universitas Islam Indonesia, 2016),
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/9370.
14
Ayon Diniyanto, “REFORMASI HUKUM TANAH DESA: REDEFINISI DAN PENGUATAN KEDUDUKAN,” Jurnal Rechts
Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional 8, no. 3 (December 11, 2019): 351,
https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v8i3.331.

8
tidak sesuai dengan peruntukannya mungkin mendapatkan keuntungan, sementara masyarakat
umum atau kelompok yang seharusnya diuntungkan dari tanah kas desa dapat mengalami
ketidaksetaraan.

Penyalahgunaan tanah kas desa dapat memicu konflik agraria antara masyarakat desa,
pemerintah, dan pihak-pihak terkait. Ketidakpuasan masyarakat terhadap penyalahgunaan
tanah dapat menciptakan ketegangan sosial dan konflik yang berpotensi merugikan stabilitas
di tingkat lokal. Jika tanah desa dimanfaatkan tidak sesuai dengan peruntukannya, seperti untuk
pembangunan permanen, pemukiman, atau kegiatan yang dapat merusak lingkungan, maka
dapat terjadi kerusakan ekosistem dan lingkungan alam sekitar. Ini dapat mencakup hilangnya
lahan pertanian, penggundulan hutan, atau kerusakan ekosistem lainnya. Penyalahgunaan tanah
kas desa dapat melibatkan pelanggaran terhadap ketentuan hukum yang mengatur pemanfaatan
tanah. Ini dapat berakibat pada sanksi hukum terhadap pelaku penyalahgunaan tanah, seperti
denda atau sanksi pidana, sesuai dengan peraturan yang berlaku. Penyalahgunaan tanah kas
desa dapat menghambat pembangunan yang berkelanjutan. Pemanfaatan tanah yang tidak
sesuai dengan rencana tata ruang dan peruntukannya dapat menghancurkan upaya untuk
menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Menurut pasal 45 Pergub DIY no 65 tahun 2013 mengenai tanah kas desa dijelaskan bahwa
Setiap orang yang memberikan izin tanpa hak untuk pemanfaatan Tanah Kas Desa dapat
dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.15 Pemberlakuan sanksi
hukum yang tegas terhadap individu yang melakukan pelanggaran atau tindakan yang dapat
merugikan Tanah Kas Desa merupakan suatu langkah yang penting. Jenis sanksi yang dapat
diterapkan meliputi sanksi administrasi, sanksi perdata, dan sanksi pidana.

Sanksi administrasi diberlakukan jika pelanggaran terkait dengan tindakan administrasi


yang salah dalam pengelolaan, pemanfaatan, atau tindakan lain yang merugikan Tanah Kas
Desa, seperti pembangunan permanen tanpa izin atau pelanggaran terhadap prosedur hukum.
Pemberian sanksi ini dapat ditujukan kepada pejabat administrasi negara seperti Kepala Desa,
Kepala Kelurahan, Menteri Dalam Negeri, Gubernur, Kepala Kantor Wilayah Badan
Pertanahan Nasional, Bupati/Walikotamadya, dan Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional
Kabupaten/Kota. Proses penegakan hukum lebih cenderung melibatkan lembaga Peradilan
Tata Usaha Negara.

15
“Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 65 Tahun 2013.”

9
Sanksi perdata dapat diterapkan bersamaan dengan sanksi administrasi dan sanksi pidana.
Sebagai contoh, pelaku yang merusak atau menghilangkan Tanah Kas Desa wajib mengganti
atau mengembalikan kondisi tanah seperti semula, sebagaimana prinsip "Pencemar Wajib
Membayar" pada kasus pencemaran lingkungan.

Sanksi pidana seharusnya diterapkan untuk memberikan efek jera, khususnya pada pelaku
dan pejabat yang memiliki tanggung jawab terhadap Tanah Kas Desa. Pelanggaran ini dapat
termasuk dalam kategori tindak pidana korupsi. Dalam konteks korupsi, setiap individu berhak
melaporkan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengenai dugaan tindak korupsi yang
terjadi. Hal ini menjadi langkah penting dalam menegakkan hukum dan memastikan
perlindungan terhadap Tanah Kas Desa.16

Pengelolaan aset desa saat ini belum sepenuhnya dilakukan dengan baik, hal ini
ditunjukkan F-LIB-102 dengan pertumbuhan kasus kecurangan terkait tata kelola pemerintah
dalam pengelolaan aset desa yang terus meningkat. Kecurangan (fraud) tersebut dapat berupa
korupsi, penyalahgunaan aset dan salah saji laporan keuangan. Berikut ini merupakan beberapa
kasus kecurangan aset desa yang telah terjadi.17

Seperti penyalahgunaan tanah kas desa di Kalurahan Maguwoharjo yang dilakukan oleh
PT. Indonesia Internasional Capital dan PT. Komando Bayangkara Nusantara tidak ada izin
dari Gubernur DIY. Di titik pertama, Robinson selaku Direktur PT Indonesia Internasional
Capital dalam kurun waktu 2022 sampai dengan tahun 2023 membangun perumahan Kandara
Village. Di dalamnya telah didirikan sebanyak 152 unit rumah di atas lahan TKD dan
Palungguh seluas 41.655 Meter persegi di Padukuhan Pugeran, Maguwoharjo, Depok, Sleman.
Kemudian di titik kedua, Robinson yang juga selaku pendiri dan pemilik PT Komando
Bayangkara Nusantara membangun dua perumaha yakni perumahan D'Jonas dan Nirwana
Djiwangga. Di sana telah membangun rumah sebanyak 53 unit.

Adapun tersangka Kasidi selaku Lurah Adapun tersangka Kasidi selaku Lurah
Maguwoharjo yang memiliki kedudukan pejabat fungsionaris yang menjalankan pemerintahan
desa, diduga telah melakukan pembiaran terhadap pembangunan di TKD dan Palungguh
tersebut.

16
M. Hum Supraptiningsih, Kedudukan Hukum Tanah Kas Desa Dalam Sistem Hukum Tanah Nasional (Jakarta:
Kencana, 2021), http://repository.iainmadura.ac.id/551/.
17
Thelma Titin Yakadewa, “Identifikasi Resiko Kecurangan Dalam Pengelolaan Aset Desa (Studi Kasus di Desa
Muaif Distrik Demta Ka bupaten Jayapura)” (Thesis, 2023),
https://repository.uksw.edu//handle/123456789/28815.

10
"Tidak melakukan upaya penghentian terhadap pembangunan yang dilakukan oleh RS
padahal mengetahui bahwa pembangunan tersebut tidak bersesuaian dengan fungsi atau
kegunaan tanah kas desa dan pelungguh serta tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku

Hal tersebut melanggar peraturan Pergub DIY Nomor 34 tahun 2017 tentang Pemanfaatan
Tanah Kas Desa tertulis bahwa TKD tidak boleh diperuntukkan dan dibangun hunian. Sehingga
negera mengalami kerugian sebanyak Rp 995.120.000, dengan rincian kerugian di Pugeran
sebanyak Rp 486.000.000 serta di Jenengan sebesar Rp 509.120.000.

Diperlukan sosialisasi yang lebih intensif terkait peraturan daerah istimewa dan peraturan
gubernur yang mengatur pertanahan. Hal ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik kepada aparatur pemerintah, masyarakat, dan pengusaha/investor dalam
memanfaatkan tanah kas desa dan pembangunan di DIY secara umum. Sosialisasi perlu
ditujukan kepada seluruh aparatur pemerintah di tingkat kelurahan, masyarakat, dan
pengusaha/investor untuk mencegah penyalahgunaan yang merugikan masyarakat.18

18
Admin, “Komisi A Dukung Penegakan Hukum Dan Sosialisasi Aturan Dalam Penanganan Penyalahgunaan
Tanah Kas Desa,” E-Parlemen DPRD DIY (blog), July 18, 2023, https://www.dprd-diy.go.id/komisi-a-dukung-
penegakan-hukum-dan-sosialisasi-aturan-dalam-penanganan-penyalahgunaan-tanah-kas-desa/.

11
KESIMPULAN

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa memberikan dasar hukum yang kuat
untuk mengatur dan melindungi tanah kas desa sebagai aset vital dalam pembangunan dan
pemerintahan desa. Dalam kerangka ini, penguatan kedudukan tanah desa menjadi krusial
untuk meminimalisir penyalahgunaan. Beberapa kasus penyalahgunaan tanah desa, seperti
pembangunan bangunan permanen dan peralihan hak sewa, telah terjadi di Indonesia.

Pentingnya tanah kas desa dalam mendukung pemerintahan desa diakui dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Desa. Tanah kas desa menjadi sumber pendapatan
yang signifikan, digunakan untuk membiayai pemerintahan desa, dan diarahkan untuk
mendukung upaya mencapai desa mandiri. Kepala desa memiliki peran sentral dalam
pengelolaan tanah kas desa, dengan tanggung jawab menetapkan kebijakan pengelolaan aset
desa.

Pengelolaan tanah kas desa membutuhkan ketegasan hukum, terutama dalam mencegah
dan menindak penyalahgunaan. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 memberikan landasan untuk sanksi hukum terhadap pelaku
penyalahgunaan tanah kas desa. Sanksi administrasi, perdata, dan pidana harus diterapkan
untuk menjamin kepastian hukum dan melindungi tanah kas desa.

Penegakan hukum juga perlu memperhatikan kebijakan pengelolaan aset desa, sesuai
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2016 tentang Pengelolaan Aset Desa.
Sosialisasi intensif terkait peraturan daerah dan gubernur yang mengatur pertanahan di DIY
menjadi kunci untuk memberikan pemahaman yang lebih baik kepada aparatur pemerintah,
masyarakat, dan pengusaha/investor, sehingga dapat mencegah penyalahgunaan tanah kas desa
yang merugikan masyarakat.

Dengan demikian, melalui penguatan hukum dan penegakan aturan, serta sosialisasi yang
efektif, diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengelolaan dan
pemanfaatan tanah kas desa secara berkelanjutan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Supraptiningsih, M. Hum. Kedudukan Hukum Tanah Kas Desa Dalam Sistem Hukum Tanah
Nasional. Jakarta: Kencana, 2021. http://repository.iainmadura.ac.id/551/.

Skripsi

Dewi, Lavellia Ardita, and S. H. Darsono. “Pengelolaan Dan Pemanfaatan Tanah Kas Desa
Oleh Perangkat Desa (Ex-Tanah Bengkok)(Studi Kasus Di Desa Kandangan Kecamatan Ngawi
Kabupaten Ngawi).” S1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2017.
https://eprints.ums.ac.id/49664/.

Fattahillah Fahmi, 14921014. “PENYALAHGUNAAN FUNGSI TANAH KAS DESA DI


KECAMATAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA.” Thesis, Universitas Islam Indonesia, 2016.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/9370.
Humantoro, Lingga Dwi. “Penguasaan Tanah Kas Desa (Tkd) Oleh Pemerintah Kabupaten
Wonosobo Yang Tidak Sesuai Peruntukannya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun
2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan,” February 17, 2022.
https://dspace.uii.ac.id/handle/123456789/38763.

Sari, Pipin Mustika. “SISTEM PENGELOLAAN TANAH KAS DESA BAGI


PEMBANGUNAN DESA,” 2012.
https://repository.stpn.ac.id/1427/1/PIPIN%20Mustika%20Sari.pdf.

Wirawan, Fajar, Nanik Sutarni, and Muhammad Fauzan Hidayat. “PENGELOLAAN TANAH
KAS DESA OLEH KEPALA DESA BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM
NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA (Studi Kasus
Di Desa Pusporenggo Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali).” Jurnal Bedah Hukum 6, no. 2
(October 31, 2022): 140–52. https://doi.org/10.36596/jbh.v6i2.684.

Yakadewa, Thelma Titin. “Identifikasi Resiko Kecurangan Dalam Pengelolaan Aset Desa
(Studi Kasus di Desa Muaif Distrik Demta Ka bupaten Jayapura),” 2023.
https://repository.uksw.edu//handle/123456789/28815.

Yulianggara, Ari. “Implementasi Penggunaan Tanah Kas Desa Berdasarkan Peraturan Bupati
Nomor : 98 Tahun 2018 (Studi Di Desa Binor Kecamatan Paiton Kabupaten Probolinggo).”

13
Thesis, Universitas Islam Malang, 2023.
http://repository.unisma.ac.id/handle/123456789/8739.

Journal

Amzu, Ervizal. “KAMPUNG KONSERVASI KELOR: UPAYA MENDUKUNG GERAKAN


NASIONAL SADAR GIZI DAN MENGATASI MALNUTRISI DI INDONESIA.” RISALAH
KEBIJAKAN PERTANIAN DAN LINGKUNGAN Rumusan Kajian Strategis Bidang Pertanian
dan Lingkungan 1, no. 2 (2014): 86–91.

Diniyanto, Ayon. “REFORMASI HUKUM TANAH DESA: REDEFINISI DAN


PENGUATAN KEDUDUKAN.” Jurnal Rechts Vinding: Media Pembinaan Hukum Nasional
8, no. 3 (December 11, 2019): 351. https://doi.org/10.33331/rechtsvinding.v8i3.331.
Supraptiningsih, Umi. “UPAYA HUKUM DALAM PERLINDUNGAN TANAH KAS DESA”
Yuridika Vol. 25 No. 3, September–Desember 2010: 259–268, no. 3 (2010).
Internet
Admin. “Komisi A Dukung Penegakan Hukum Dan Sosialisasi Aturan Dalam Penanganan
Penyalahgunaan Tanah Kas Desa.” E-Parlemen DPRD DIY (blog), July 18, 2023.
https://www.dprd-diy.go.id/komisi-a-dukung-penegakan-hukum-dan-sosialisasi-aturan-
dalam-penanganan-penyalahgunaan-tanah-kas-desa/.

Database Peraturan | JDIH BPK. “UU No. 6 Tahun 2014.” Accessed November 25, 2023.
http://peraturan.bpk.go.id/Details/38582/uu-no-6-tahun-2014.

Faaizah, Noor. “7 Pengertian Desa Menurut Para Ahli.” detikedu. Accessed November 26,
2023. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6907700/7-pengertian-desa-menurut-para-ahli.

“Kedudukan Hukum Tanah_cek.Pdf.” Accessed November 25, 2023.


http://repository.iainmadura.ac.id/551/1/Kedudukan%20Hukum%20Tanah_cek.pdf.

“Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 65 Tahun 2013,” May 9, 2022.
https://daerah.peraturanpedia.id/peraturan-gubernur-daerah-istimewa-yogyakarta-nomor-65-
tahun-2013/.

Rinepta, Adji G. “Duduk Perkara Penyalahgunaan Tanah Kas Desa di Maguwoharjo Sleman.”
detikjogja. Accessed November 25, 2023. https://www.detik.com/jogja/berita/d-
7016543/duduk-perkara-penyalahgunaan-tanah-kas-desa-di-maguwoharjo-sleman.

14

Anda mungkin juga menyukai