Anda di halaman 1dari 20

Journal of Digital Law and Policy

Volume 1 Number 1, September 2021


e-ISSN 0000-0000 p-ISSN 0000-0000
https://ejournal.catuspata.com/index.php/jdlp

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN DANA DESA DALAM PEMBANGUNAN DESA


DI DESA RUIS, KECAMATAN REOK, KABUPATEN MANGGARAI
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

Siprianus Gano
Fakultas Hukum, Universitas Nusa Cendana, Kupang, Indonesia.
Email: ganopahill@gmail.com

Diterima pada Direvisi pada Diterima pada


DD MMMM YYYY DD MMMM YYYY DD MMMM YYYY

Abstrak

Kefektivan pengelolaan dana desa dapat diukur dari tingkat keberhasilan dalam
mengelola dana desa sesuai dengan tahapan dan tujuan pembangunan desa yang tertuang
dalam Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Terlaksananya pembangunan
desa dengan baik dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan dapat mengatasi
berbagai permasalahan yang ada di desa. Sehingga pembangunan desa perlu dilaksanakan
dengan kerja sama yang baik antara pemerintah desa dan masyarkat desa. Rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: (1) Seberapa jauhkah efektivitas pengelolaan dana desa dalam
pelaksanaan pembangunan desa di Desa Ruis, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai? (2)
Apakah faktor penghambat efektivitas pengelolaan dana desa dalam pembangunan desa di
Desa Ruis, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai?
Penelitian ini merupakan penelitian hukum empiris yang mana datanya diperoleh
secara langsung dari lokasi penelitian. Sumber dan bahan hukum yang digunakan berupa
bahan hukum primer, bahan hukum sekunder. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian menunjukan (1) Efektivitas Pengelolaan Dana Desa dalam
Pembangunan Desa di Desa Ruis, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai yaitu pada
tahapan pelaksanaan kurang efektif, oleh karena itu, seharusnya pemerintah Desa Ruis
2

memberikan sosialisasi dan informasi tentang pembangunan desa kepada masyarakat. Juga
mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan dan pengembangan desa.
Tahapan pertanggungjawaban tidak efektif, oleh karena itu, seharusnya laporan
pertanggungjawaban keuangan desa wajib dilakukan untuk mengetahui hasil pekerjaan yang
telah dilakukan selama satu periode tertentu dan dilakukan bersama masyrakat Desa Ruis.
(2) Faktor penghambat efektivitas pengelolaan dana desa di Desa Ruis, Kecamatan Reok,
Kabupaten Manggarai yaitu sumber daya manusia Pemerintah Desa Ruis, sarana dan
prasarana kurang memadai oleh karena itu, seharusnya melakukan pelatihan, pendampingan
dan menyediakan unit tempat-tempat dan program-program kerja pemerintah desa.
Disarankan kepada pemerintah Desa Ruis agar memperhatikan tahapan pengelolaan
dana desa yang sesuai dengan perencanaan pembangunan Desa Ruis dan mengadakan
pelatihan dan pendampingan pada pengelolaan dana desa serta pengadaan sarana dan
prasarana dilakukan berdasrkan analisis kebutuhan dan penentuan skala prioritas.
Kata Kunci: Efektivitas, Pengelolaan, Dana Desa, Pembangunan, Sumber Daya
Manusia, Sarana dan Prasarana.

PERKENALAN

Pemerintah Indonesia saat ini berupaya meningkatkan pelaksanaan pembangunan


nasional agar laju pembangunan daerah dan desa berjalan dengan seimbang. Strategi
pemerintah untuk mengatasi ketimpangan pembangunan yaitu dengan melaksanakan
pembangunan nasional yang menaruh perhatian besar terhadap pembangunan desa.
Pemberian otonomi desa yang seluas-luasnya berarti pemberian kewenangan
kepada desa untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya secara optimal agar dapat
menyeimbangkan pembangunan antara desa dan kota demi kemajuan negara.
Pemerintah Desa dapat meningkatkan kemampuannya untuk melakukan pembangunan
sesuai dengan sumber daya, dapat meningkatkan kualitas dan efektivitas pelayanan
publik.
Pelaksanaan otonomi desa dapat memberikan dampak positif apabila Pemerintah
desa melibatkan masyarakat dalam pembangunan dan memunculkan identitas
masyarakat lokal yang juga berpengaruh terhadap pelayanan masyarakat. Selain
berdampak positif, otonomi memiliki dampak negatif dalam pelaksanaannya yaitu
3

menimbulkan kesempatan kepada pihak oknum di tingkat desa untuk melakukan


pelanggaran yang berakibat mempengaruhi kegiatan pembangunan. Agar tidak terjadi
penyimpangan dan penyelewengan atas kewenangan tersebut harus dibarengi dengan
pengawasan yang kuat oleh pemerintah serta komponen masyarakat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 tahun 2014 tentang Desa,
yang menjelaskan bahwa Desa merupakan kesatuan masyarakat umum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dengan adanya kebijakan kewenangan di tangan
pemerintahan desa dan bergulirnya dana-dana perimbangan melalui dana desa
diharapkan dapat menjadikan desa benar-benar sejahtera.
Penggunaan dana desa diprioritaskan untuk membiayai pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat desa, peningkatan kualitas hidup manusia serta penanggulangan kemiskinan,
semuanya itu dituangkan dalam rencana kerja pemerintah desa. Dana desa dapat
digunakan untuk membiayai kegiatan yang tidak termasuk dalam prioritas penggunaan
dana desa, setelah mendapat persetujuan bupati/walikota dengan memastikan
pengalokasian dana desa untuk kegiatan yang menjadi prioritas telah terpenuhi dan/atau
kegiatan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat telah terpenuhi. (Djpk.kemenkeu,
2019).
Pembangunan pedesaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan masalah yang
dihadapi, potensi yang dimiliki, aspirasi masyarakat dan prioritas pembangunan
pedesaan yang telah ditetapkan. Bentuk kepedulian pemerintah terhadap pengembangan
wilayah pedesaan adalah adanya anggaran pembangunan secara khusus yang
dicantumkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk
pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk anggaran dana desa.
Penggunaan dana desa, memerlukan adanya perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan terhadap penggunaannya. Perencanaan pembangunan desa tidak terlepas
dari perencanaan pembangunan dari Kabupaten/Kota, sehingga perencanaan yang dibuat
tersebut bisa tetap selaras. Pelaksanaan pembangunan desa harus sesuai dengan yang
4

telah direncanakan, dalam prosesnya masyarakat bersama aparat pemerintahan juga


berhak mengetahui dan melakukan pengawasan terhadap jalannya pembangunan desa.
Dengan adanya dana desa, maka pemerintah dituntut memanfaatkan dana desa dengan
efektif dan akuntabel. Efektif yang dimaksud adalah kemampuan pemerintah desa dalam
memanfaatkan dana desa untuk melaksanakan program yang telah direncanakan.
Dana desa yang sejatinya digunakan sebagai biaya untuk pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat agar pertumbuhan ekonomi masyarakat desa meningkat,
namun fenomena buruk tentang pengelolaan dana desa terjadi menyeluruh di Negara
Republik Indonesia. Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun 2015 merilis, jumlah
kasus korupsi selalu melonjak lebih dari dua kali lipat dari tahun ke tahun. Pada tahun
2015, kasus korupsi berjumlah 17 kasus dan meningkat menjadi 41 kasus pada 2016.
Tahun 2017 melonjak menjadi 96 kasus.Total kasus pada 2015-2017 mencapai 154
kasus. Dari 154 kasus itu, pelakunya rata-rata dilakukan oknum Kepala Desa. Rata-rata
korupsi yang dilakukan atas dana desa adalah pada program-program kerja desa,
terkhususnya pembangunan pengerjaan fisik seperti infrastruktur di desa (Serambinews,
2019 hlm. 4).
Desa mempunyai wilayah yang cukup luas dan pengelolaannya dilakukan secara
mandiri oleh pemerintah desa tersebut, namun kemampuan desa dalam mengelola
alokasi dana tersebut masih diragukan. Kurangnya sumber daya manusia serta
pengawasan yang cukup membuat pengelolaan dana desa tidak berjalan dengan baik dan
lancar serta menjadi kelemahan pemerintah desa dalam mengelola anggaran dana
tersebut.
Salah satu Desa di Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai Yaitu Desa Ruis yang
setiap tahunnya mendapatkan dana desa dari pemerintah. Berdasarkan data yang dilansir
dari situs Floresa, Kritis Independen Com. (9 Maret 2020) bahwa selama tiga tahun
berturut, terhitung dari tahun 2015, 2016 dan 2017 dirampung Rp. 406.249.300 dana
desa diselewengkan oleh Kepala Desa Ruis. Dana yang diselewengkan tersebut
merupakan data yang valid melalui hasil perhitungan dari Inspektorat Pemerintah
Kabupaten Manggarai dan para Ahli pada saat penyidikan.
Dana yang ditujukan kepada desa setiap tahunnya dengan harapan dana tersebut
dapat dimanfaatkan dengan baik, baik dalam infrastrukur dan juga dalam pembangunan
sumber daya manusia pedesaan, khususnya pembangunan sumber daya manusia pada
pejabat desa. Dengan dana yang cukup besar akan menjadikan wilayah tersebut menjadi
5

berkembang jika dilakukan dengan sangat efektif dalam pengelolaan anggaran tersebut,
namun polemik yang terjadi di Desa Ruis menjadi permasalahan yang sangat serius.
Berdasarkan hasil observasi desa ini ditemukan masih banyak jalan pemukiman
warga yang dalam kondisi kurang baik. Jalan tersebut sering digunakan masyarakat
dalam menjalani kegiatannya sehari-hari, menurut Peraturan Menteri Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Permendes PDTT) No. 16 Tahun
2018 tentang Penetapan Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019 yang dalam Pasal
5 menjelaskan bahwa salah satu prioritas penggunaan dana desa dalam pembangunan
desa adalah tentang lingkungan pemukiman, salah satunya adalah jalan (meliputi jalan
pemukiman, jalan desa antara pemukiman ke lokasi wisata, jalan desa antara
pemukiman ke wilayah pertanian).
Hal ini, menjadi daya tarik dalam penelitian ini tentang keefektifan Pengelolaan
Dana Desa serta hambatan apa sehingga pembangunan desa tersebut dalam kondisi
kurang layak sedangkan setiap tahunnya adanya dana yang masuk dari pemerintah ke
desa. Seharusnya dengan adanya dana desa dapat membiayai program pemerintah desa
dalam melaksanakan program pemerintah dan pemberdayaan masyarakat, sehingga
pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan berusaha bagi masyarakat
desa dapat ditingkatkan. Efektivitas pengelolaan dana desa menggambarkan
kemampuan Pemerintahan Desa untuk merealisasikan keuangan dana desa dalam
melaksanakan program yang direncanakan serta transparansi kepada masyarakat dalam
prosesnya. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Efektivitas Pengelolaan Dana Desa dalam Pembangunan Desa di Desa
Ruis Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai “.

METODE

Guna memperoleh data yang diperlukan, maka peneliti melakukan penelitian dengan
mengambil lokasi di Desa Ruis Kabupaten Manggarai Kecamatan Reok. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian Hukum empiris yaitu jenis penelitian yang mengkaji Hukum
dalam realitas atau kenyataan dalam masyarakat tentang Efektivitas Pengelolaan Dana Desa
Dalam Pembangunan Desa di Desa Ruis Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai
Berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Jenis pendekatan penelitian yang digunakan, pendekatan sosiolegal yaitu suatu cara
untuk mendekatkan diri secara langsung kepada warga masyarakat lokal guna menyoroti
6

perilaku nyata warga masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


yang berlaku. Pendekatan Peraturan Perundang-undangan pendekatan ini dilakukan dengan
menelaah semua peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan permasalahan
yang sedang dihadapi. Pendekatan Konseptual, Pendekatan konseptual dilakukan dengan
menelaah literatur-literatur yang bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani serta
pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum
khususnya yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Fokus penelitian ini adalah
a. Efektivitas pengelolaan dana desa dalam pelaksanaan pembangunan desa di Desa
Ruis, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai.
b. Faktor penghambat penyalahgunaan dana desa dalam pembangunan desa di Desa Ruis,
Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai.

Jenis dan Sumber Data yang digunakan, data primer dan data sekunder. Data primer
yaitu data yang diperoleh langsung dari responden di lapangan atau lokasi penelitian
melalui wawancara, observasi, dan kuesioner. Data sekunder yaitu data yang diperoleh
melalui studi kepustakaan dengan mempelajari beberapa literatur dan berbagai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang menjadi referensi dalam penelitian. Sampel dalam
penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang dijadikan sebagai responden dalam
penelitian ini. Yang menjadi responden dalam penelitian ini yaitu, kepala desa, perangkat
desa, dan tokoh masyarakat. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah melalui
wawancara, obsrevasi, studi kepustakaan. Data yang dikumpul kemudian diolah dan
dianalisis dengan tahap-tahap berikut editing, yaitu dengan memeriksa dan mengoreksi
data yang diperoleh sesuai dengan permasalahan yang diteliti, coding, yaitu suatu cara
yang dilakukan dalam pengolahan data dengan cara memberi tanda atau simbol pada
jawaban responden sesuai dengan permasalahan yang diteliti, tabulasi, merupakan
sebuah bentuk dari rangkaian kegiatan penelitian, yang mana akan menggambarkan
jawaban dari responden dengan cara tabulasi data, verifikasi, yaitu pemeriksaan dan
pengkajian tentang keabsahan suatu data yang telah ditelusuri. Kemudian data yang telah
diolah, kemudian dianalisis menggunakan analisis deskriptif yuridis kualitatif. Dimana
analisis deskriptif yuridis kualitatif ini yaitu suatu proses penelitian yang menggunakan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang dapat diamati.
7

HASIL DAN DISKUSI

A. Efektivitas Pengelolaan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa di Desa Ruis


Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai

1. Perencanaan
Perencanaan merupakan bagian yang sangat penting dalam pengelolaan,
dikarena banyak faktor penting yang terdapat didalamnya mulai dari waktu
pelaksanaan, anggaran yang dibutuhkan sampai dengan berapa lama pelaksanaan.
Perencanaan menurut Adisasmita (2011:22) adalah suatu proses mempersiapkan
secara sistematis kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Tahap
perencanaan adalah musyawarah dusun dan musyawarah desa yang bertujuan untuk
merencanakan program kerja desa kedepannya.
Partisipasi masyrakat Desa Ruis dalam mengikuti musyawarah sangat besar,
ini dibuktikan dengan banyaknya informan yang mengungkapkan bahwa masyarakat
berpartisipasi pada kegiatan Musdus dan Musrenbang desa yaitu dari 33 informan
yang diwawancara sebanyak 30 orang atau 90,90% mengatakan bahwa masyarakat
berpartisipasi dalam kegiatan musyawarah dusun sedangkan hanya 3 orang atau 9,10%
lainnya tidak menghadiri Musdus. Berikut hasil wawancara Peneliti dengan Bapak
Kepala Desa Ruis yaitu Bapak Wensislaus Alhasi Sunardi tentang bagaimana
partisipasi masyarakat dalam kegiatan Musrembang: “Sebelum dilakukannya
Musrenbang terlebih dahulu dilakukan Musdus (Musyawarah Dusun) di musdus ini
sudah dilibatkan masyarakat. Para kepala dusun bersama tokoh masyarakat
mengadakan rapat terkait pembangunan yang akan dilakukan setelah itu diadakan
musdes (Musyawarah Desa), di musdes ini sudah dimasukkan aspirasi masyarakat
selanjutnya musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) di musrembang ini
sudah ada rencana kegiatan tapi sesuai kesepakatan masyarakat apakah dia ingin
mengganti atau tidak biasanya masyarakat akan berpendapat sampai mereka puas
dengan hasil musrembang.”(Wawancara 30 Agustus 2022).
Pernyataan Sekretaris Desa Ruis yaitu Bapak Stanislaus Sensi mengenai
partisipasi masyarakat dalam kegiatan Musdus/Musrenbang, yaitu sebagai berikut:
“Dalam proses musyawarah dusun yang dilakukan di masing-masing dusun, semua
masyarakat wajib mengikuti kegiatan tersebut agar aspirasi/usulan rencana kerja
dalam perencanaan pembangunan desa Ruis dapat disampaikan dalam musyawarah
8

tersebut dan selanjutnya hasil musyawarah tersebut disampaikan oleh kepala dusun
pada Musrenbang Desa.” (wawancara 31 Agustus 2022).
Pernyataan masyarakat Desa Ruis seperti yang disampaikan oleh Bapak Petrus
Aman selaku masyarakat yang mengatakan bahwa: “Saya sebenarnya masih kurang tahu
apa itu musrembang dan apa yang dibahas didalamnya. Memang pemerintah desa sudah
transparansi terkait Alokasi Dana Desa yang dilihat baliho depan kantor desa tapi saya
hanya melihat jumlah anggaran dan rencana kegiatan yang akan dilakukan sebenarnya
kami masyarakat juga ingin menyampaikan aspirasi kami untuk pembangunan yang
dilakukan karena pembangunan yang dilakukan ini juga untuk masyarakat.”(Wawancara
3 September 2022).
Kemudian Tokoh Masyarakat Desa Ruis Bapak Urbanus Amon menyampaikan
bahwa: “Kami Tokoh Masyarakat Dusun Ruis selalu mengikuti kegiatan musyawarah
dusun, karena tidak bisa hanya menyerahkan seluruhnya kepada kepala dusun, kita
sebagai tokoh masyarakat juga harus mengusulkan program pembangunan untuk desa
kita tercinta ini.”(wawancara 4 Agustus 2022). Selanjutnya pada Tabel 1 juga
menunjukkan bahwa dalam proses Musrenbang Dusun/Desa pemerintah desa lewat 5
Kepala Dusun dari Desa Ruis memaparkan anggaran dana yang diterima kepada
masyarakat. Dari 33 informan yang diwawancara 33 orang atau 100% mengatakan bahwa
pada saat Musrenbang Desa selalu dipaparkannya anggaran dana yang diterima oleh
dusun/desa. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Bapak Karolus Renhardo selaku
Kepala Dusun Ruis yang mengatakan bahwa: ”Pada saat musyawarah dusun, semua
jumlah dana yang diterima dusun dipaparkan dimusyawarah dan jika ada warga yang
tidak datang pada saat musyawarah maka dapat melihat pengumuman di balai dusun. Dan
pemaparan anggaran dana desa oleh pemerintah desa juga disampaikan kepada semua
kepala dusun dalam forum Musrenbang Desa.” (Wawancara 5 September 2022).
Tahap perencanaan pengelolaan dana desa di Desa Ruis, Kecamatan Reok telah
sesuai dengan aturan yang berlaku dimana proses perencanaan dilakukan dengan
partisipatif dalam kegiatan musrenbang. Perencanaan dengan model partisipatif di Desa
Ruis diawali dengan dilakukan Musyawarah Dusun (Musdus) di 5 dusun yang ada di
Desa Ruis yang wajib dihadiri oleh bebrapa masyarakat Desa Ruis pada masing-masing
dusun. Hal ini dikarenakan luas wilayah yang cukup besar dan jumlah penduduk yang
sangat banyak sehingga harus dilakukan musyawarah dusun yang selanjutnya Kepala
Dusun membawa hasil musyawarah dusun ke Musyawarah Perencanaan Pembangunan
9

Desa (Musrenbang Desa) untuk diajukan kepada pemerintah desa. Musdus dan
Musrenbang desa tersebut bertujuan untuk mendorong masyarakat agar turut serta
berpartisipasi dalam menyusun dan menentukan rencana kegiatan pembangunan di desa,
sehingga rencana kegiatan yang dihasilkan berdasarkan harapan dan kebutuhan seluruh
masyarakat setempat.
2. Pelaksanaan
Menurut Sujarweni (2015:19) Dalam pelaksaan anggaran desa yang sudah
ditetapkan sebelumnya timbul transaksi penerimaan dan pengeluaran desa. Semua
penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa
dilaksanakan melalui rekening kas desa.
Rendahnya keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan desa, yaitu
dari 33 informan yang diwawancara 15 orang atau 45,5% mengatakan bahwa
masyarakat terlibat dalam pelaksanaan pembangunan desa sedangkan 18 atau 54,5%
orang yang diwawancara mengatakan tidak terlibat. Hal ini seperti pernyataan bapak
Florianus Asisko yang menjabat sebagai Kasi Kesra Desa Ruis mengatakan bahwa:
”Tugas pokok saya yaitu mensosialisasikan kepada masyrakat terkait dengan
pelaksanaan atau mengerjakan pembangunan desa. Apa yang dimaksud
mensosialisasikan yaitu untuk menyiapkan bebrapa tenaga kerja yang dibutuhkan, materi
yang digunakan dan berapa upah yang diberikan kepada tenaga kerja, namun yang terjadi
adalah Bapak Kades Ruis dalam hal ini bapak Sibertus Sadan tidak terima jika hal ini
disosialisasikan kepada masyarakat karena beliau fokus pada keyakinannya bahwa dia
adalah penguasa sehingga segala bentuk masukan bawahan tidak akan diterima” (
Wawancara 6 September 2022).
Pernyataan Bapak Arnoldus Sudirman sebagai Ketua BPD Ruis mengatakan
bahwa: “Semua perencanaan dikerjakan semua, hanya dari tahun 2015-2017 ada
pemeriksaan dari Kejaksaan Reo dan Pegawai Inspektorat dari Kabupaten Manggarai
sehingga tidak tahu pelaksanaan kegiatannya itu di lapangan, baik administrasi maupun
lapangan. Soal menyangkut volume pas atau tidak, dan dana terserap habis, BPD tidak
tahu. Jadi BPD hanya sebatas apakah fisik ini kerja atau tidak” (Wawancara 8 September
2022). Dari pernyataan Bapak Ketua BPD di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa
tidak ada transparansi anggaran yang dikeluarkan oleh Pemerintah Desa Ruis sehingga
segala yang berkaitan dengan hal administrasi dan dana yang yang dikeluarkan tidak
sama sekali diketahui oleh BPD tetapi dalam wujud pembangunan memang ada dan
10

terealisasi semua. Pernyataan di atas didukung pula oleh hasil wawancara yang
disampaikan oleh Bapak Kornelis K. Nurdin selaku masyarakat Desa Ruis yang
mengatakan bahwa: “Pelaksanaan pembangunan di Desa Ruis semuanya dilaksanakan.
Namun dalam hal ini hanya sebagaian kecil masyarakat Desa Ruis dilibatkan, karena
yang memahami dan mahir terhadap apa yang akan dibangun. Tapi sebagian besar tenaga
kerja yang digunakan adalah tukang bangunan yang berasal dari Reo. Misalnya tukang
banguanan yang mengetahui tentang struktur kemiringan tanah supaya pembangunan
tembok penahan tanah dapat terlaksana dengan baik, tapi perlu kita ketahui juga bahwa
dana desa ini untuk mensejahtrakan kehidupan masyarakat sehingga peluang harus
sebagaian besar tenaga kerjanya berasal dari masyarakat desa Ruis ini.” (wawancara 9
September 2022).
Sesuai pernyataam di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa semua bentuk
pembangunan di Desa Ruis sudah terlaksana namun disisi lain tenaga kerja yang digunakan
bukan sebagaian besar dari masyarakat Desa Ruis hal ini memicu masyarakat tidak senang
dengan kebijakan yang diambil pemerintah Desa Ruis. Karena untuk apa mencari tenaga
kerja diluar Desa Ruis sementara masih banyak masyrakat Desa Ruis yang mumpun dalam
bidang tersebut. Kemudian oleh Bapak Kepala Desa Ruis yaitu Bapak Wensislaus Alhasi
Sunardi yang mengatakan bahwa: “Pembangunan yang dilakukan dan dilaksanakan oleh
pemerintah desa sudah sesuai dengan hasil usulan semua masyarakat yang sebelumnya
sudah melakukan Musyawarah di tingkat Dusun dan disampaikan oleh Kepala Dusun pada
Musrenbang Desa. Seperti pembangunan tembok penahan tanah, pembangunan bak air
minum di Dusun Ruis dan Dusun Golo Sita itukan semua dibangun sudah sesuai dengan
harapan masyarakat karena dikerjakan berdasarkan hasil musyawarah yang dilakukan di
tingkat Dusun.” (Wawancara 9 September 2022).
Adapun pendapat yang dibenarkan oleh Sekretaris Desa Ruis yaitu Bapak Stanislaus
Sensi yang mengatakan: “Kalau kita berbicara tentang pelaksanaan berarti kita berbicara
tentang jangka waktu pembangunannya karena selalu dituntut waktu penyelesaian
pengerjaanya. Satu tahun semua pembangunan harus selesai baik fisik maupun nonfisik.
Semua pembangunan yang nampak seperti; Pembuatan Tembok Penahan Lapanga Bola
Kaki Ruis, Pembangunan Bak Air Minum Bersih Dusun Ruis dan Dusun Golo Sita serta ada
beberapa pembangunan lainnya, semua sudah terealisasi pada tahun 2015-2017
”(Wawancara 9 September 2022). Pada tahapan pelaksanaan pengelolaan ADD di Desa Ruis
Kecamatan Reok hasil penelitian menunjukan bahwa dalam tahapan pelaksanaan
11

Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Desa Ruis ini, dari setiap pembangunan desa yang
dilakukan yakni pembangunan Tembok Penahan Tanah Dusun Ruis dengan volume 1 paket,
Pembangunan Bak Air Minum Bersih Dusun Ruis dengan volume 1 paket, dan
Pembangunan Bak Air Minum Golo Sita dengan volume 1 paket serta pembangunan lainnya
dapat terealisasi dengan baik, namun dikarenakan kurangnya transparansi informasi terkait
pelaksanaan perencanaan kegiatan oleh pemerintah desa kepada masyarakat serta kurangnya
kebijakan pemerintah desa, sehingga pencapaian tujuan pelaksanaan Pengelolaan Alokasi
Dana Desa yang dilakukan di Desa Ruis, Kecamatan Reok belum terlalu efektif.
3. Pengawasan
Pengawasan dalam sebuah program kerja sangat diperlukan agar dapat menilai
apakah program yang ditetapkan menyimpang atau sesuai dengan rencana. Menurut
Siswanto (2009:139) pengawasan atau pengendalian berusaha untuk mengevaluasi
apakah tujuan dapat dicapai, dan apabila tidak dapat dicapai maka dicari faktor
penyebabnya.
Tingginya tahap pengawasan yang dilakukan Badan Permusyawaratan Desa untuk
menjaring aspirasi masyarakat dalam pembangunan desa Ruis, yaitu dari 33 informan
yang diwawancara sebanyak 20 orang atau sekitar 70% yang mengatakan bahwa pernah
dilakukan penjaringan aspirasi masyarakat terkait usul saran dalam pembangunan desa
Ruis oleh Badan Permusyawaratan Desa . Sedangkan 10 atau 29% orang yang
diwawancara mengatakan tidak pernah dilakukan dan 3 orang atau 0,99% mengatakan
kadang-kadang dilakukan. Kemudian prioritas pembangunan cukup tinggi yaitu ada 18
orang atau sekitar 59,4% yang mengatakan pernah dilakukan. Kemudian yang
mengatakan tidak pernah dilakuakn sebanyak 10 orang atau sekitar 33% dan yang
menjawab tidak pernah dilakukan ada 5 orang atau sekitar 1,65%. Kemudian beralih
pada alokasi anggaran dana desa yaitu, dari 33 informan yang diwawancara sebanyak 15
orang mengatakan pernah dilakukan, sedangkan 15 orang yang mengatakan tidak pernah
dilakukan dan 3 orang yang mengatakan kadang-kadang dilakukan ini seperti pernyataan
bapak Sebastianus Lon sebagai masyarakat Desa Ruis mengatakan bahwa: ”Saya sebagai
masyrakat tidak tahu menahu bagaimana aturan dalam tahap pengawasan ini.
Keberadaan kami sebagai masyrakat benar-benar berfungsi atau tidak. Karena yang kami
lihat selama ini ada program kerja dari desa berupa pembuatan tembok penahahan
lapangan bola kaki Ruis, kemudian tembok penahan dibelakang Gendang Ruis oleh
12

karena itu kami hanya melihat hasilnya saja selama pekerjaan fisik ini ada, intinya kami
hanya melihat hasilnya saja”. (Wawancara 12 September 2022).

Pernyataan bapak Arnoldus Sudirman yang menjabat sebagai Kepala BPD Desa Ruis
mengatakan bahwa: ”Kami selaku BPD kan tidak jauh kesana, hanya kami sistem
pengawasannya yaitu misalnya ada kegiatan fisik apakah fisik A ini kerja atau tidak, soal
menyangkut volume pas atau tidak atau terserap habis dana, itu kami sebagai BPD tidak
tahu. Memang awal 2015-2019 BPD hanya mengawasi untuk pekerjaan fisik saja soal mutu
atau tidak pekerjaan fisik itu kami tidak tahu. (Wawancara 13 September 2022). Pernyataan
tokoh masyarakat yaitu Bapak Petrus Aman mengatakan bahwa: “Mengenai pengawasan,
terutama dalam kegiatan atau pelaksanaan program desa, saya melihat sebagian anggota
BPD masih kurang aktif dalam menjalankan fungsi pengawasannya”(wawancara 13
September 2022).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa pengurus BPD dalam
menjalankan fungsinya sebagai pengawas belum maksimal, itu terlihat dari masih adanya
anggota BPD yang kurang aktif dalam melukakan fungsinya sebagai pengawas dalam
pemerintahan desa. Kemudian pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Darius John
sebagai masyarakat Desa Ruis: “Dalam fungsi pengawasan tentu tidak semua elemen
masyarakat mampu dan mau untuk berpartisipasi dalam pengawasan dana desa ini.
Seringkali yang terpenting bagi masyrakat adalah bagaimana bisa bekerja dan mendapat
upah dari program pembangunan di Desa, apalagi yang didanai oleh dana desa” (Wawancara
14 September 2022).
Perlu disadari bahwa adanya kesempatan-kesempatan yang disediakan untuk
menggerakan partisipasi masyarakat akan tidak banyak berarti jika masyarakatnya tidak
memiliki kemampuan untuk berpartisipasi. Ada beberapa ciri kemampuan yang dimaksud
yaitu, kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan untuk membangun
selanjutnya adalah mengenai kemampuan untuk melaksanakan pembangunan yang
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. Mardikanto dalam (
Thhersia,2015:210) menjabarkan bahwa dalam konsep psikologi, tumbuh dan
berkembangnya partisipasi masyarakat sangat ditentukan oleh motivasi yang
melatarbelakanginya, yang merupakan cerminan dari dorongan, tekanan, kebutuhan,
keinginan dan harapan-harapan yang dirasakan. Kemudian secara sosiologis, sikap
merupakan fungsi dari kepentingan. Dengan demikian, tumbuh dan berkembangnya
13

partisipasi dalam masyarakat akan sangat ditentukan oleh persepsi masyrakat terhadap
tingkat kepentingan dari pesan-pesan yang disampaikan padanya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa BPD dalam melaksanakan fungsi pengawasannya terutama dalam
penggunaan Alokasi Dana Desa cukup baik, dimana pengurus BPD sudah melakukan
pengawasan secara langsung. Namun tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
pembangunan di Desa Ruis, khususnya dalam mengawasi kegiatan-kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah desa kurang maksimal, hal tersebut dilihat dari pemahaman masyarakat
terhadap regulasi dalam pengelolaan dana desa.
4. Pertanggungjawaban
Menurut Permendagri No.113 Tahun 2014, Kepala desa menyampaikan laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa kepada Bupati/Walikota setiap
akhir tahun anggaran.Laporan tersebut terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan
yang telah di tetapkan dalam peraturan desa Peraturan tentang laporan
pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa.
Dalam Laporan Pertanggung Jawaban yang dilaksanakan di Desa Ruis, yaitu dari
33 informan yang diwawancara sebanyak 30 orang atau sekitar 99% yang mengatakan
bahwa pihak penyusunan LPJ atau Laporan Pertanggung Jawaban Desa Ruis sudah
berjalan dengan baik dengan memperhatikan keterlibatan Pemerintah Desa Ruis bersama
dengan BPDes Ruis. Sedangkan 3 orang atau sekitar 0,99% orang yang diwawancara
mengatakan tidak tahu menegenai pihak yang menyusun LPJ di Desa Ruis. Kemudian
terkait dengan kualitas LPJ, yaitu dari 33 informan yang diwawancara sebanyak 30 orang
atau sekitar 99% yang mengatakan baik sedangkan 3 orang atau sekitar 0,99%
mengatakan tidak tahu. Dan yang terakhir adalah evaluasi kegiatan bersama masyrakat,
yaitu dari 33 informan yang diwawancara sebanyak 7 orang atau sekitar 13,1% yang
mengatakan ada pada saat evaluasi kegiatan berlangsung. Sedangkan sebanayak 10
orang atau sekitar 66% yang mengatakan tidak tahu tentang partisipasi masyarakat dalam
kegiatan evaluasi LPJ yang dilakukan di Desa Ruis. Sedangkan ada 6 orang atau sekitar
11,% mengatakan tidak tahu mengenai tingkat partisipasi masyrakat dalam evalauis LPJ
atau Laporan Pertanggung Jawaban di Desa ruis. Hal ini seperti pernyataan Bapak Ketua
BPD Ruis Arnoldus Sudirman mengatakan: “Untuk bentuk laporan pertanggungjawaban
kepala desa kepada kami itu bentuknya laporan tertulis yang dimana itu berisikan laporan
14

program yang telah dilaksanakan pemerintah desa, biasanya itu diserahkan kepada kami
melului rapat yang diadakan di akhir tahun” (Wawancara Tanggal 13 September 2022).
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa, pertanggungjawaban
Kepala Desa kepada BPD dalam hal pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD), Kepala
Desa memberikan laporan tertulis yang memuat laporan hasil penyelenggaraan
pemerintah desa yang telah dilaksanakan selama satu tahun, pemberian laporan ini
sebagai bentuk kewajiban Kepala Desa untuk menyampaikan segala kegiatannya kepada
Badan Permusyawaratan desa. Setelah anggota Badan Permusyawaratan Desa menerima
laporan penyelenggaraan pemerintahan desa dari kepala desa maka pengurus Badan
Permusyawaratan Desa yang dipimpin oleh ketua Badan Permusyawaratan Desa akan
mengadakan rapat untuk mengevaluasi laporan penyelenggaraan pemerintahan desa
tersebut. Hal ini senada dengan yang dikatakan oleh Ibu Margareta Adel yang menjabat
sebagai sekretaris Badan Permusyawaratan Desa Ruis yang mengatakan bahwa :
“Laporan yang diserahkan kepada kami akan dibahas kembali bersama dengan pengurus
BPD untuk dievaluasi. Setelah melakukan evaluasi apabila dalam laporan masih ada
yang kurang jelas atau ketidaksesuaian maka akan dikembalikan lagi kepada pemerintah
desa, setelah ada penjelasan dari pihak pemerintah desa maka kami akan musyawarahkan
kembali bersama pengurus BPD” (wawancara tanggal 14 September 2022).
Berdasarkan data yang diperoleh seperti penjelasan di atas, bahwa laporan
pertanggung jawaban pemerintah terhadap penggunaan dana desa sudah dilakukan
dengan baik yaitu dengan membuat tim penyusunan LPJ dan desa juga telah membentuk
musyawarah desa maupun laporan dalam bentuk papan informasi kepada masyarakat
Desa Ruis. Hanya saja tidak melibatkan masyarakat dalam rapat pemaparan LPJ, tetapi
mengundang utusan setiap dusun dan tokoh masyarakat. Informasi yang disampaikan
kepada masyarakat sudah baik karena sudah sesuai dengan UU No. 6 Tahun 2014
Tentang Desa, namun dalam hal ini tidak dilaksanakannya rapat pemaparan LPJ dengan
masyarakat itu tidak sesuai dengan UU No. 6 tahun 2014 Tentang Desa yang menyatakan
bahwa harus adanya rapat evaluasi kegiatan bersama masyarakat. Maka tahapan
pertanggungjawaban yang dilakukan dalam pengelolaan dana desa di Desa Ruis
Kecamatan Reok dapat dikatakan belum efektif karena tidak dilaksanakannya rapat
evaluasi bersama masyarakat yang bertentangan dengan UU No. 6 Tahun 2014 Tentang
Desa.
15

B. Faktor Penghambat Penyalahgunaan Dana Desa Dalam Pembangunan Desa Di


Desa Ruis Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai
1. Sumber Daya Manusia
Mayoritas Pemerintah Desa Ruis Kecamatan Reok Kabupaten Manggarai
berpendidikan SD, yaitu 0% orang diikuti oleh lulusan SMP yaitu 0% dan yang
berpendidikan SMA sebesar 13 orang atau 100% sedangkan lulusan D3 dan S1 0%
orang. Jika dilihat dari jumlahnya, dari total 13 orang perangkat Desa Ruis bahwa
sebanyak 13 orang yang lulusan SMA. Ini memperlihatkan di Desa Ruis Kecamatan
Reok belum tersedia Sumber Daya Manusia yang memadai dari sisi knowledge
sehingga mempengaruhi kinerja mereka dalam mengelola dana desa yang sesuai
dengan prinsip-prinsip good governance. Data dari dokumen ini, diperkuat dengan
hasil wawancara dengan informan-informan sebagai berikut: Pernyataan yang
disampaikan oleh Bapak Stanislaus Sensi sebagai Sekretaris Desa Ruis mengatakan:
“Hampir seluruh perangkat Desa Ruis lulusan SMA sehingga kami banyak
mengalami kewalahan terkait aturan pengelolaan dana desa dan bagaimana ketika
kesalahan ini kemudian menjadi masalah yang sangat serius, sehingga kami
mengharapkan senantiasa ada pihak lulusan sarjana hukum yang dapat membantu
kami memberikan pencerahan mengenai aturan tata kelola penggunaan dana desa
agar tidak menyimpang dari aturan pengelolaannya”. (Wawancara 13 September
2022).
Sesuai hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa minimnya sumber
daya manusia dari Perangkat Desa Ruis menyebabkan banyak aturan tata kelola dana
desa menyimpang dari aturan yang sudah di tetapakan. Sehingga sangat diperlukan
lulusan sarjana hukum sebagaimana yang diharapkan dari Sekretaris Desa Ruis agar
mempermudah mereka dalam mengetahui tentang pentingnya mengelola dana desa
sesuai dengan aturan yang telah ditetapakan.
2. Sarana dan Prasarana
Faktor ketertinggalan desa dipengaruhi dengan masih minimnya ketersediaan
sarana dan prasarana, sedikitnya peluang kerja di luar sektror pertanian dan hasil
pembangunan yang tidak bermanfaat langsung kepada masyarakat miskin serta
kelompok marginal di desa. Oleh karena itu, pemerintah bertanggung jawab secara
penuh untuk memastikan penyediaan sarana dan prasrana yang pendukung
pelayanan dasar di desa dan penunjang ekonomi. Kementrian Desa, Pembangunan
16

Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia telah


menginventaarisasikan kebutuhan sarana dan prasarana desa yang diolah
berdasarkan data Potensi Desa tahun 2014 sebagaimana telah dirilis oleh Badan Pusat
Statistik.
Persediaan meja di Kantor Desa Ruis sebanyak 6 buah, kursi 13 buah, lemari
2 buah, laptop 1 buah sedangkan persediaan komputer tidak ada sama sekali. Hasil
wawancara penulis dengan Sekretaris Desa Ruis yaitu Bapak Stanislaus Sensi,
mengenai penggunaaan barang elektronik berupa laptop Desa mengatakan : “Jujur
saja di tahun 2015-2017 persediaan unit laptop di Desa Ruis tidak memadai sehingga
kami kewalahan dalan urusan pengetikan surat laporan pertanggungjawaban setiap
akhir tahun, persediaan laptop hanya satu saja di Desa kami. Didukung dengan
keadaan geografis Desa Ruis banyak bukit sehingga sinyal tidak stabil, kadang kami
harus turun ke kota Reo untuk mengakses jaringan internet. Tetapi syukur kepada
Tuhan sekarang sudah sangat stabil, karena penerangan masuk di Desa serta adanya
tower yang berdiri tegak di belakang kantor Desa”. (Wawancara 13 Septtember
2022).
Sesuai pernyataan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa persedian
barang elektronik di Desa Ruis berupa laptop masih kurang, di hitung dari tahun
2015-2017 dan faktor letak geografis Desa Ruis mempengaruhi jaringan komunikasi
yang tidak stabil. Sehingga hal ini berdampak pada faktor penghambat
penyalahgunaan dana desa dalam pembangunan desa karena keterbatasan yang ada.
Pernyataan yang disampaikan diatas senada dengan yang disampaikan oleh Bapak
Florianus Asisko sebagai Kasi Kesra Desa Ruis mengatakan: “Minimnya sarana
komunikasi di Desa Ruis dan terbatasnya sinyal telepon sehingga pihak-pihak proyek
susah untuk dihubungi ketika ada pembangunan fisik yang belum mencapai seratus
persen pengerjaannya, tetapi memang semua pembangunan tetap dikerjakan namun
tidak sesuai dengan waktu yang ditargetkan”. (Wawancara 13 September 2022). Dari
pernyataan di atas Peneliti dapat menyimpulkan bahwa terbatasnya sarana
komunikasi sangat berpengaruh dengan hasil kerja aparatur Desa Ruis. Dimana
susahnya menghubungi pihak kontraktor pembangunan di Desa Ruis sehingga terget
kerja pembangunan Desa Ruis tidak tepat waktu. Pernyataan yang disampaikan oleh
Ketua BPD Arnoldus Sudirman mengatakan bahwa: “ Persediaan komputer di Desa
kami sama sekali tidak ada dan kalau pun ada mungkin harus belajar untuk
17

menggunakannya, supaya tidak terjadi kerusakan pada alat elektronik tersebut”. (


Wawancara 13 September 2022). Sesuai dengan pernyataan di atas peneliti dapat
menyimpulkan bahwa persediaan komputer di Desa Ruis tidak ada serta keahlian
dalam bidang komputer juga terbilang rendah karena tidak ada yang memiliki skill
menggunakan komputer.

SIMPULAN

Mengacu pada uraian-uraian bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan:

1. Pengelolaan dana desa dalam pelaksanaan pembangunan desa di Desa Ruis,


Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai kurang efektif. Hal ini dapat dilihat dari
tahapan pelaksanaan kerja yang tidak sesuai dengan perencanaan. Ada
pembangunan desa yang tidak terealisasi seperti jalan tani yang tidak terlaksana
di tahun 2019. Pada tahapan pengawasan kurang efektif, hal ini dapat dilihat dari
fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa Ruis terhadap pembangunan
fisik desa, sehingga tidak mengetahaui mutu dari pembangunan fisik yang
dikerjakan. Juga pada tahapan pertanggungjawaban tidak efektif. Hal ini dapat
dilihat dari tidak adanya data laporan transparansi dana yang terserap habis serta
tidak melibatkan masyarakat dalam laporan pertanggungjawaban setiap akhir
tahun.
2. Faktor penghambat pengelolaan dana desa dalam pembangunan desa di Desa
Ruis, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai yaitu sumber daya manusia. Hal
ini dapat dilihat dari tingkat pemahaman terhadap regulasi penegelolaan dana
desa yang sangat minim. Sarana dan prasarana juga menjadi faktor penghambat
penegelolaan Dana Desa di Desa Ruis Kecamatan Reok. Hasil ini dapat dilihat
dari penyediaan barang elektronik berupa laptop, komputer, meja, kursi di Desa
Ruis Kecamatan Reok sangat memperhiatinkan sehingga berdampak pada
pembangunan desa.
18

SARAN
Sebaiknya pemerintah Desa Ruis memperhatikan tahapan-tahapan dalam
pengelolaan dana desa mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pertanggung jawaban agar tercapainya pembangunan desa berdasarkan anggaran sudah
ditetapkan. Anggaran yang ditetapkan merupakan anggaran yang sesuai dengan perencanaan
kerja. Sehingga seharusnya pada pelaksanaan program kerja harus betul-betul ada
pembangunan fisik sesuai dengan hasil musrenbang yang termuat dalam tahapan
perencanaan kerja. Serta transparansi dana desa yang dianggarkan sebelum pembangunan
dimulai maupun dana yang terserap habis oleh karena pembangunan fisik harus dibuatkan
papan informasi di Desa maupun disetiap program pembangunan agar masyarkat
mengetahui secara jelas perinciannya. Dan perlu adanya peningkatan sarana dan prasarana
pendukung kegiatan Pemerintah Desa Ruis dengan penganggaran dana yang diambil dari
dana pembagunan desa untuk peningkatan kualitas kerja Pemerintah Desa Ruis. Serta perlu
adanya prioritas pembangunan agar APBDesa yang dapat digunakan dengan baik dan
diserap dalam pembangunan di Ruis Kecamatan Reok.
UCAPAN TERIMAKSIH
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kepada Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala berkat, rahmat dan cinta-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya
berjudul, “Efektivitas Pengelolaan Dana Desa dalam Pembangunan Desa di Desa Ruis,
Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai, Berdasarkan Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa. ’’
Dalam proses penulisan skripsi ini tidak sedikit tantangan yang penulis hadapai, namun
berkat cinta kasih Tuhan Yesus, Bunda Maria dan Santu Yosef serta bimbingan dari Dr.
Saryono Yohanes, S.H., M.H. dan Hernimus Ratu Udju, S.H., M.H. baik dalam memberikan
pengarahan dan juga saran-saran yang bermanfaat. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati
penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya serta semua pihak yang
telah membantu dan menyelesaikan tulisan ini.

REFRENSI

Arif, Muhamad, Tata Cara Pengelolaan Keuangan Desa dan Pengelolaan Kekayaan
Desa Pekan Baru: Pekan Baru: ReD Post Press, 2007.

Assidiqie, Jimly. 2006. Pengantar Hukum Tata Negara Jilid II, Jakarta: 2006 Sekretariatan
Jendral Mahkamah Konstitusi.
19

Chozin, Sumardjo dan Susetiawan, 2010. Pembangunan Pedesaan dalam Rangka


Peningkatan Kesejahtraan Masyarakat.IPB Press, Bogor.
Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara,2013.
Huruta, A. D., & Sasongko, G. (2017). Uang dan Ruang yang Berkelanjutan dalam
Pembentukan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).
Makmur, 2011. Efektivitas Kebijakan Kelembagaan Pengawasan.
Kementrian Keuangan Republik Indonesia.2017. Buku Panduan Petunjuk Pelaksanaan
Pengelolaan Keuangan Desa.
Kementerian Keuangan. (2017). Buku Saku Dana Desa. Jakarta.
Kemenkeu. 2018 Rincian Alokasi Dana Desa Provinsi/Kabupaten/Kota
Indrawati, Sri Muliyani, Buku Pintar Dana Desa, Jakarta: Kemenkeu,/1017.dalam APBN
T.A/2019. Kementrian Keuangan: Jakarta. Bandung: Refika Aditama.
Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi, Jakarta:Penerbit
Erlangga, 2011.
Nata, Irawan, Tata Kelola Pemerintah Desa Di Indonesia Yayasan Pustaka, Jakarta, 2017.
Rustian Kamaluddin, Beberapa Aspek Pelaksanaan Kebijaksanaan Pembangunan Daerah,
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001.
R. Bintarto, Interaksi Desa-Kota dan Permasalahannya, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2009.
Rofiq, Ahmad dkk, Praktik Baik Desa Dalam Implementasi Undang-undang Desa, Jakarta:
Pattiro, 2016.
Sutopo, HB. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif Dasar Teori dan Terapannya dalam
Penelitian, Surakarta: UNS Press.
Soekanto, Soerjono. 2007. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Penegak Hukum. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
Saibani, A, Pedoman Umum Penyelenggaraan Pemerintahan Desa, Jakarta: Media Pustaka,
2014.
Sinaga, Murbanto. 2016. Keuangan Daerah. Medan: USU press.
Sjafrizal, 2016. Perancanaan Pembangunan Daerah Di Era Otonmi, Rajawali Pers.
Engkos Pahing, https://www.floresa.com/2020/03/09/diduga-korupsi-kepala-desa

ruis-di-reok-manggarai-jadi-tersangka/diakses tanggal/10

Februari2022.

Fansi Runggat, https://timexkupang.com/11/03/2020/kejari-manggarai

tahan-kades-ruis-diduga-lakukan-korupsi-add/diakses tanggal/17 Maret/2022


20

Undang-undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor. 60 Tahun 2014 sebagaimana telah dirubah dengan PP
Nomor 12 Tahun 2015 dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2016 tentang Dana Desa
yang Bersumber dari APBN.
Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa.
Permenkeu Nomor 93 PMK.07 2015 tentang Tata Cara Pengalokasian,
Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi Dana Desa atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 (2016).

Anda mungkin juga menyukai