Anda di halaman 1dari 15

A.

Keterangan Kelompok

Konseling kelompok adalah suatu proses konseling yang dilakukan dalam


situasi kelompok, dimana konselor berinteraksi dengan konseli dalam bentuk
kelompok yang dinamis untuk memfasilitasi perkembangan individu dan atau
membantu individu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya secara bersama-
sama. Kegiatan konseling kelompok ini diikuti oleh 1 pemimpin kelompok dan 6
anggota kelompok terdiri dari :

1. Pemimpin kelompok : Lailatul Maghfiroh


2. Anggota 1 : Niam Faiqoh
3. Anggota 2 : Mega Oktavia
4. Anggota 3 : Andi Kurniawan
5. Anggota 4 : Agus supriadi
6. Anggota 5 : Devita Sari
7. Anggota 6 : Alfiana Nur Janah
Pelaksanaan layanan konseling kelompok akan memberikan kesempatan
kepada setiap anggota untuk mengutarakan permasalahannya serta mengeluarkan
pendapat masing-masing secara bergantian. Setiap anggota kelompok masing-
masing memiliki permasalahan yang berbeda-beda, namun pada kegiatan
konseling kelompok ini hanya membahas salah satu masalah dari anggota
kelompok. Anggota kelompok yang bernama Alfiana Nur Janah, dia sekolah
SMA kelas 3 yang memiliki masalah berkaitan tentang rasa bimbang untuk
memilih studi lanjut. Dia sudah sudah memiliki pilihan untuk melanjutkan
pendidikan namun kedua orang tuanya tidak setuju kepada pilihannya tersebut.
Dia berharap dengan mengikuti konseling kelompok ini dapat menghilangkan rasa
bimbangnya untuk memilih studi lanjut serta dapat berani mengungkapkan
pendapatnya kepada orang tua.

TAHAP PEMBENTUKAN TEKNIK


Pk : “Assalamualaikum W. Wb.” Attending
Semua : “Waalaaikumsalam Wr. Wb.”
anggota
Pk : “Disini sebelum saya mengisi jam ini mari Opening
berdoa agar kegiatan hari ini lancar dan
semoga cepat selesai. Mari berdoa menurut
keyakinan masing-masing, berdoa mulai.
Selanjutnya perkenalkan nama kakak yaitu,
eee..panggil kakak aja ya..?”
Semua : “Ya.”
anggota
Pk : “Kakak atau mbak bisa. Ee...perkenalkan
nama saya Lailatul Maghfiroh disini saya
sebagai pimpinan kelompok kalian. Nah
ayok mari perkenalkan masing-masing
dimulai dari kanan saya..!”
Mega : “Perkenalkan nama saya Mega oktavia
nama panggilan saya Mega saya kelas 12.”
Pk : “Selanjutnya!”
Andi : “Nama saya Andi Kurniawan saya
Rogojampi rumahnya mbak, kelas 12,”
Adi : “Perkenalkan nama saya Agus Supriadi,
ee... rumah saya di Sukojati, say....ee...kelas
12 juga.”
Devita : “ee...saya juga, perkenalkan nama saya
Devita rumah saya Rogojampi, saya kelas
12.”
Alfiana : “Nama saya Alfiana, saya dari sempu kelas
say...kelas 12.”
Faiq : “Perkenalkan nama saya Niam Faiqoh
dipanggil Faiq bisa niam bisa terserah
ee...saya dari Rogojampi kelas 12.”
Pk : “Okay. Dimulai dari mbak Mega, mas
Andi, mas Adi, mbak no...mbak Devita,
mbak Alfianan, dan mbak Faiq ya.”
Semua : “Ya.” Acceptance
anggota
Pk : “nah sela...ee..sebelumnya saya trimak..ee.. Structuring
saya berikan ucapan terima kasih dulu sudah
menyempatkan waktunya untuk melakukan
konseling kelompok. Nah kalian tau nggak
konseling kelompok itu apa?”
Semua : “Tidak, tidak tau.”
anggota
Pk : “Masak nggak tau?”
Semua : “Enggak”
anggota
Pk “Pernah denger nggak?”
Semua : “Iya...pernah sih.”
anggota
Pk : “Mbak Devita coba. Apa itu konseling
kelompok?”
Devita : “Ee..konseling kelompok menurut saya itu
konseling yang dilakukan secara
berkelompok lebih dari satu orang, diskusi.”
Pk : “Ayo yang lain ada lagi?”
Andi : “Tidak tau mbak”
Adi : “Saya nggak tau kak, nggak tau ya pernah
denger cuman nggak tau artinya apa.”
Pk : “Nah konseling kelimpok itu adalah
suatu...suatu penanganan yang yang
dilakukan oleh guru BK yang dilakukan
secara berkelompok. Nah disitu dalam
kelompok itu bisa 2 orang atau lebih.
Selanjutnya yaitu asa, kalian tau asas nggak?
Asas.”
Andi : “Enggak mbak apa itu mbak apa asas itu.”
Pk : “Disini dalam konseling kelompok itu Cek persepsi
menerapkan 4 asas yang pertama
kerahasiaan, kedua keterbukaan, ketiga
kesukarelaan, dan yang keempat kekinian.
Kalian tau nggak salah satu asas tersebut?”
Adi : “Nggak tau kak.”
Andi : “Tau mbak dari namanya sih.”
Pk : “Ya nggak papa silakan mas Andi.”
Andi : “Kalau kesuk..eh..kesukarelaan itu yang
jelas kita sebagai peserta harus rela gitu rela
dulu dikorek-korek informasinya begitu ya
mbak ya?”
Pk : “Ya betul sekali. Ayok yang lain.”
Faiq : “Saya kak.”
Pk : “Ayo mbak Faiq!”
Faiq : “Keterbukaan... asas itu ee... pimpinan
maupun anggota itu harus terbuka, terbuka
dalam artian semua permasalahan itu harus
diuraikan tidak ada yang ditutup-tutupi.”
Pk : “Ya. Ayok selanjutnya siapa lagi yang
tau?”
Mega : “Kalau saya asas kerahasiaan ,asas
kerahasiaan itu kayak kita itu ee..saling
merahasiakan kayak suatu masalah yang
hanya diketahui oleh anggota dan pimpinan
kelompok.”
Pk : “yak betul selanjutnya asas kekinian, siapa
yang tau asas kekinian?”
Devita : “Ya namanya aja kekinian ya kak menurut
saya sih ya masalah yang masih fresh.”
Pk : “Ya bener sekali. Kalau asas kerahasiaan
itu yaitu dimana bimbi..ee.. konseling
kelompok itu itukan dilakukan oleh 2 orang
yaitu pimpinan kelompok dan anggota
kelompok dimana disitu juga. Jadi asas
kerahasiaan itu adalah dimana anggota dan
pimpinan kelompok itu mampu
merahasiakan masing-masing yang sudah
kita lakukan dalam konseling kelompok itu
tadi. Nah kalau keterbukaan, asas
keterbukaan dimana pimpinan kelompok dan
anggota itu mampu terbuka berbicara
terbuka tentang masalah mereka alami,
anggota alami seperti itu. Kalau
kesukarelaan dimana anggota kelompok itu
bersukarela secara sukarela lahir dan batin
untuk menceritakan masalah mereka
masing-masing. Dan kekinia, angota
kelompok itu menguraikan masalah yang
saat ini sedang terjadi, masalah yang saat ini
yang sedang mereka hadapi nah seperti itu.
Nah dari anggota kelompok sendiri apakah
kalian sudah siap untuk mengutarakan
masalaha yang kalian alami?”
Semua : “Siap.”
anggota
Tahap Peralihan
Pk : “Okey dimulai dari kiri saya tadikan sudah
kanan saya ya, masalah yang mereka... yang
mbak Faiq alami ya mbak Faiq alami.”
Faiq : “Gini ya kak ya aku kan susah untuk
belajar maunya maaaiiiiin terus jadi disuruh
eles janjinya eles malah nyleper ke PS-an
gitu kak jadi ya gak bisa ngatur jadwal atau
nggak bisa memberi semangat kepada diri
sendiri ajalah untuk kedepan untuk belajar
itu gimana.”
Pk : “Ayok selanjutnya mbak Alfiana.”
Alfiana : “Ee...gini ya kak kan sekarang saya sudah
kelas 12 pasti kan saya itu kayak bingung-
bingungnya masuk ke universitas mana
kuliah dimana jadi kayak kayak cari gimana
caranya, caranya agar saya itu bisa tetep
mencar...e..tetep apa ya kayak tetep sama
pendirian saya, saya ingin disini saya ingin
disitu gitu loh kak.”
Pk : “Ayo selanjutnya mbak Devita!”
Devita : “Khem...ee.. kalau saya itu punya masalah,
saya kan udah kelas 12 tapi saya ini
ee..sering nggak masuk sekolah gitu karena
gak ada motor udah gitu aja.
Pk : “Ayok selanjutnya mas Adi!”
Adi : “Ee...kalau masalah gini kak ee..ini kan apa
namanya ee...apa ya ini kan bentar lagi kan
mau lulus ya kak ya saya ini saya ini
bingung kak sama..orang tua disuruh
sekolah disini aja disitu aja kan gitu
aa...sedangkan aku maunya punyak pilhan
sekolah sendiri gitu lo kak setelah lulus ini
gitu. Bingung mau ngomong ke orang tua itu
gimana takutnya itu di apa dimarahin gitu ka
kalau gak mau nurut gitu kak.”
Pk : “Selanjutnya ayo mas Andi.”
Andi : “E...apa ya mbak kalau saya sih
masalahnya itu saya kok males banget ya
kalau pas pelajaran matematika gitu mbak
pasti saya bolos sudah mbak pasti saya bolos
saya gak masuk emm..beribu alasan
pokoknya kalau dah matematika itu wes
setiap pertama kali ketemu itu enak kedua
enak tapi ternyata kok lama, lama, lama,
lama gak enak, males, nyebelin pokok e ws
gak gelem pook e wayae matematika wes
turu mesti wes piye yo mbak carane aku ben
pateng maneh trus aku rajin maneh.”
Pk : “Selanjutnya mbak Mega!”
Mega : “Ee...kan ini sudah keles 2 kelas 12
pastinya kan kayak ada bimbel gitu kan
kayak lese-les trus habis itu kayak simulasi
ujian gitu sedangkan saya itu kalok untuk
bimbel atau les itu kayak males gitu kayak
pengen cepet-cepet lulus aja gitu kak, itu
gimana kak....iya semangatnya?”
Andi : “Yo ojok eles patengo masuk sekolah.”
Pk : “dari...ya dari mbak Faiq ya tadi
masalahnya ee..susah untuk belajar ya kan
maunya itu eles tapi perginya itu malah
nyelewang main PS gitu ya? Kalau mbak
Alfiana tadi kan ee..kan sudah kelas 12 jadi
bingung sama study lanjut yang ingin
ditempuh ya. Kalau mbak Devita itu sering
gak masuk sekolah karena gak punya motor
dan mas Adi bingung study lanjut karena
orang tua maunya itu tapi mas Adinya itu
maunya sini gitu ya.
Adi : “Ya betul kak dilema kak.”
Pk : “Dilema ya. Kalau mas andi sendiri males
dengan mapel matematika ya awal-awal itu
seneng lama kelamaan bosen gitu ya
bagaimana cara biar rajin lagi gitu ya.”
Andi : “Heem..heem...yoi.”
Pk : “Kalau mbak Mega sendiri itu males untuk
les atau bimbel saat kelas 12 ini ya inginnya
itu cepet-cepet lulus. Bagaimana agar
semangat lagi gitu ya.
Mega : “Iya kak.”
Pk : “Nah disini siapa, siapa dulu yang mau
diangkat dulu masalahnya siapa yang,
menurut kalian yang masalahnya itu berat
sekali?”
Adi : “Mbak Mega, mbak Alfi aja wes mbak
Alfiana aja .
Pk : “Sama ya. Punyaknya yang diangkat itu
punyanya mbka Alfiana. Setuju nggak?”
Anggota : “Setuju.”
Tahap Kegiatan
Pk : “Nah disini yang mempunyai masalah yang Directing
sama mas Adi ya mas Adi. Bagaimana kok
bisa binging itu bagaimana?”
Alfiana : “Gini kan kalau kelas 12 itu pasti ditanya- Restatement
tanya sama orang tua mau lanjut kemana
lanjut kemana sedangkan di sekolah kita tu
kayak mengadakan program seperti apa iya
sosialisasi ya kayak kan kebanyakan pilihan
kampus kayak banyak yang promosi ini
kampus dari sisni, sini , trus saya itu minat
dari salah stu kampus tapi kata orang tua
jangan, jangan apa, jangan ambil kampus
yang itu cari yang lain trus kan saya jadi
bingung trus saya mau ngambil yang mana
sedangkan sama orang tua tidak disetujui
habis itu ambil yang itu lagi nggak disetujui
trus gimana apa gambaran dari kakak itu
seperti apa?”
Pk : “Pernah nggak ee..mbak Alfiana itu tanya
kepada orang tua inginnya itu aku sekolah
dimana sih bu gitu?”
Alfiana : “Pernah trus katanya itu kalau bisa ya yang
deket-deket saja nggak usah yang jauh tapi
saya keinginannya itu yang diluar dari
Banyuwangi seperti itu.”
Pk : “Ee..misal mbak Alfiana itu sekolahnya
dideket-deket aja minat nggak, ada yang
salah satu minat ngak yang nyrempet-
nyrempet miat gitu?”
Alfiana : “Ee...ada sih tapi kayak bingung saya minat
tapi mau ngambil fakultas apa kejurusan apa
seperti itu.”
Pk : “Nah kan sebelum, sebelum mbak Alfiana
study, study lanjut itu kan seharusnya mbak
alfiana itu sudah mencari tau informasinya
dulu kan berarti kalau diluar kota itu apa aja
jurusannya misal di kampus A dan B
fakultasnya apa aja kalau menurut orang tua
misal di deket A dan B, C misal ada, ada
pilihn lah A, B, C gitu jurusan kan banyak
semua ya misal mbak Alfiana itu kalau
menuruti orang tua yang dideket, yang
kuliah deket dari sekolah A, B, C itu tadi ada
jurusan nggak yang mbak Alfiana itu yangdi
ingin diminiti gitu, ingin ditempuh?”
Alfiana : “Ya ada tapi itu tadi keinginan orang tua
itu kayak saya sudah minat dikampus itu tapi
jurusan yang saya inginkan tidak diminati
trus saya gini trus saya jalau nggak, nggak
intinya kayak tetep menuruti orang tua saya
trus gimana gitu trus saya ya sedikit demi
sedikit saya berkembang tapi kok kayak baik
nggak sih saya melawan orang tua ya seperti
itu jadi saya juga bingung kuliah mana yang
say..saya ambil tapi kalau saya bantah orang
tua kok juga salah.”
Pk : “Gimana mas Adi?kan mas Adi tadi Konfrontasi
masalahnya hampir sama ya dengan mbak
Alfiana, apakah sudah ada solusinya?”
Adi “Ya belum mbak mangkanya bingung ini
masih dilema gimana orang tua minta ini
dan saya sendiri memiliki pilihan sendiri
gitu lo kak saya sendiri bingung.”
Pk : “Pernah nggak ee..saling bicara dari hati ke
hatigitu ee.. misal mbak Alfiana itu dan mas
Adi itupinginnya itu kuliah disini ngambil
jurusan ini ini nanti seperti ini,seperti ini
gambarannya itu sudah dikasih gitu kepada
orang tua dan kalian pernah nggak tanya
kepada orang tua inginnya orang tua itu
ngambil jurusan ini nanti jadi ya seperti ini
nanti gitu jadi biar ada perbandingan gitu
lo?”
Adi : “Kalau saya nggak ada kak mau ngomong
gitu udah wes pokoknya kamu ndek situ wes
gitu ogh iyo jadi wes saya diem aja mau
ngomong dah digituin sama orang tua.”
Alfiana : “Sama juga.”
Andi : “Selain orang tua mestinya ada nggak sih
yang kayah om tah tabte tah yang kayak
selalu cerita-cerita yang kalian alami gitu?”
Alfiana : “Nggak ada saya itu paling deket ya sama
orang tua.”
Pk : “Ya menurut kalian semua ini kalian
bimbang nggak bimbang juga nggak
memilih study lanjut yang seperti apa?
Bagaimana menurut kalian?”
Andi : “Kalau saya sih nggak bimbang saya itu
dah jelas sekolah di e sekolah di Jakarta.”
Pk : “Itu sudah disetujui oleh orang tua?”
Andi : “Sudah, sebenernya orang tua ngelarang Advice
cuma kan saya kasih referensi juga nanti
kalau kuliah disini tu yang penting tu kayak
gini nanti ee..biar cepet ini ee..nanti kayak
gini jadinya seperti ini gitu.”
Adi : “Masalahnya itu tadi enak opo orang
tuanya mas kan saya baru ngomong aja
langsung, gimana?
Andi : “Anu aja mas cari om e samean atau emas
atau adek lah ya atau tante siapa gitu yang
memang deket sama orang tua ya itu kalau
samean ya itu tugasnya itu om atau tantene
samean itu ngomong coba aja dibukakan bu
ini lo bu kalau saya kuliah disini siapa tau
kalau sudah apa namanya sudah e..mereka
sudah tau maksud dan tujuan mas Agus
boleh kesana mungkin hatiya akan terbuka
biasanya sih kalau orang tuanya melarang
satu, takut mas Agus kenapa-napa. Dua,
takutnya jauh tidak bisa makan dan lain
sebagainya, jadi lebih ke,,,memberikan
alasan biar lebih komplit aja.”
Devita : “Sama buat orang tua percaya.”
Andi : “Eaakk.... itu.”
Adi : “Yaa... masalahnya itu ya mbak ya belum
ngomong aja udah dimarahin pokok ya
harus ndek sini titik gitu ogh orang tua.”
Pk : “Berarti mas Adi pernah menyalahgunakan
kepercayaan orang tua.”
Andi : “Emmh... iki....iki.”
Devita : “ Jujur.”
Semua : “(tertawa)”
anggota
Pk : “Sebelum, sebelum berbicara apakah
pernah melukai kepercayaan orang tua mas
Adi?”
Adi : “Selama ini nggak pernah ya kak ya pokok
saya ya waktunya sekolah, sekolah,
ngerjakan tugas, tugas padahal sampek gini
mbak padahal kayak apa namanya dirumah
juga bantu-bantu orang tua membantu kerja
juga kayak membantu ibuk bersih-bersih,
nyuci piring gitu kak suruh sekolah ya
sekolah jarang sampek apa namanya masuk
kalok temen-temen kan mestis ering sampek
orang tuanya dipanggil ke sekolah kan gitu
kalok say gak pernah kak gak pernah wes
gak nakal saya, nggak pernah nakal kok
mbak.”
Andi : “Mas Agus pernah itu gak tanya alasan
orang tuanya ko bersih keras sama mas Agus
itu?”
Adi : “Ya pernah tanya cuman....”
Andi : “Ap alasannya mas?”
Adi : “Ya pokonya kamu ndek situ wes titik itu
bagus.”
Andi : “Ya itu bukan alasan ya harus ada
nganunya dong...”
Mega : “Nggak konkrit.”
Andi : “Kenapa sih buk op iki iki mesti aku pakek.
Pk : “Kadang juga orang tuanya itu over
protektif kepada anaknya juga sangking
sayangnya itu tadi. Nah seperti itu, menurut
mas Adi sediri...emm mas Asi dan mbak
Alfianan sesayang apa sih kedua orang tua
kalian kepada kalian sehingga kalian ingin
ee... pimilihan kalian ee...ingin kalian itu
pinginnya tu disini tapi orang tua nggak bisa
kalian nggak. Pernak nggak mikirin orang
tua itu kesini tu pengennya aku sekolah
kesini tu inginnya tu seperti ini, seperti ini,
seperti ini gitu. Pernah nggak kalian itu
memikirkan ataupun tanya kepada orang tua
seperti itu?”
Alfiana : “Ya pernah sih tapi responnya orang tua tu
kayak udah gini kayak kasaran ngomongnya
seperti ini udah wes gak usah tanya-tanya
kasih sayang orang tua itu selalu gak ada
batasannya seperti itu jadi kan kayak kita
mau respon orang tua tanya-tanya lagi kayak
ya pasti jawbannya sama.”
Pk : “Nah dari situ kan berarti mbak Alfiana tau
ya sesayang apa kedua orang tua mbak
Alfiana kepada mbak Alfiana itu sendiri.
Nah disini mbak Alfiana pernah nggak
menyadari ee...ee...saat kedua orang tua
mbak Alfiana itu memilih universitas itu
study lanjut itu, itu berarti bukti kasih
sayangnya juga mbak Alfianan itu
menyadari kalau kedua orang tuanya itu
inginnya yang terbaik nah seperti itu.”
Alfiana : “Ya pernah tapi kayak rasanya kayak sekali
aja turutu saya ini kuliah disini saya juga
ingin berkembang diluar nggak harus di kota
sendiri seperti itu tapi setiap mau....ngomong
ini ya bu misal kuliah ini lo bu nagus ini,gini
selalu responnya tu udah wes ndek sini aja
tetep aja ndek sini sperti itu jadi kayak ini
gimana saya ingin berkembang tapi kok
tetep respon orang tua tetep seperti itu.
Faiq : “Mau izin bertanya boleh nggak?”
Pk : “Iya silahkan Alfiana eh mbak Faiq.”
Faiq : “Mungkin nggak sih orang tua melarang
kita untuk apa namanya mengambil
universitas jauh maksudnya ee..keluar dari
kota kita kemungkinan itu dari biaya juga
kalau kita ee..keluar kota kan otomatis
belum biaya makan, kos juga belum, uang
sakunya juga belum gitu belum lagi uang
gedung biaya-biaya kuliah yang belum di
apa namanya belum di...hitung otomatis kan
orang tua mikir ohh mampu nggak gitu.”
Alfiana : “Seperti itu” Summary
Pk : “Ayo menurut mas Adi sendiri
bagaimana?”
Adi : “Kalau saya kurang paham juga ya kak ya
soalnya kayak masalah biaya juga sebaiknya
sudah....apa ya permasalahan beda sih kalok
saya kan apa pengennya tempat kulaih saya
tu yang saya pengenin tu masih satu kota
dengan pilihan orang tua gitu kalau masalah
biaya sih tak rasa orang tua nggak inis kok
soalnya kemarin juga saya minta motor buat
berangkat sekolah dibeliin yang baru ogh
mbak malahan mbak.”
Devita : “Gonceng ya?”
Pk : “Ayo menurut mbak Devita gimana?”
Devita : “Menurut saya sih sependapat sama mbak
Lail sih mungkin eehh mbak Faiq sih.”
Andi : “Tapi iku sek aku pe tekok sek iku SNPTN
opo gak koyok misan SNPTN kan gratis apa
yang mau dipikirkan bahkan dapat
pesangon.”
Mega : “Mungkin jauh dari anak e iku mau mas
Andi.”
Faiq : “ketakutan dari orang tua maaf. Jaman
sekarang kan pergaulan orang...anak itukan
bebas semakin kita diwas...semakin kita
mengenal.”
Andi : “Enak iku bebas iku emmh....”
Faiq : “Tapikan pikiran orang tua beda mas.”
Mega : “ya kalok orang tuanya yang modern gitu
kan apalagi....”
Andi : “Yo kan aku wes ngomong alasannya apa
sih bu coba kalo alasannya kan bisa
difikirkan lagi misalkan ni apak e wes
ngomong ndok awakmu gak baik lilakno
awakmu kuliah adoh-adoh aku wedi
awakmu diapak-apokno kenopo-nopo nko
awakmu loro sopo seng ngrawat iki dadi
pertimbangan awakmu, iyo yo enko lek aku
kuliah adoh aku loro sopo seng ngrawat.”
Pk : “Berarti sama-sama kurang terbuka ya
berartikan, kurang terbuka, komunikasi
kepada kedua orang tuanya seperti itu iya
endak?”
Alfiana : “Iya.”
Pk : “Kalau mas Adi sendiri deket nggak
kepada orang tua?”
Adi : “Deket.”
Pk : “Mbak Alfianan deket nggak?”
Alfiana : “Deketnya hanya dari ayah.”
Pk : “Mungkin dari sini mbak Alfiana itu lebih
mengeratkan lagi komunikasinya dengan
kedua orang tuanya jangan salah satu nanti
kalau nanti kalau salah satu itu tu njengat
tidak seimbang nah seperti itu. Yo kita
istirahat dulu rentangkan tangan-tangan
kalian rentangkan kedua tangan, kedepan,
keatas, kesamping, dan buang nafasnya.”
Adi : “Belum ngambil nafas dibuang kakak ini
gimana seh?”
Pk : “Biar nggak tegang ya, biar nggak tegang.
Nah jadi disini kan bearti ee...berarti
ee...dalam study lanjut ini tadi orangtua dan
anak itu harus saling-saling berkomunikasi
biar-biar tau dari sudut pandang anak itu
seperti apa, sudut pandang kedua orang tua
itu seperti apa jadi biar ada jalan tengahnya
itu tadi jadi sa..inginnya kedua orang tua
dana anak itu sama-sama yang terbaik kan
maunya nah seperti itu. Nah selanjutnya
pertemuan berikutnya yaitu kapan dan
dimana?”
Semua : “Minggu aja kak ditempat yang sama.”
anggota
Pk : “Jam?”
Andi : “Saya nggak bisa kalau Minggu.”
Mega : “Kemana? Hangout?”
Andi : “Apel dong.....”
Faiq : “Hari Senin aja kak sepulang sekolah .”
Andi : “Ah... itu baru bisa sekalian gitu.”
Faiq : “Tapi diluar ya kak tempatnya.”
Adi : “Sambil ngopi.....”
Pk : “Sa...ee... mengambil masalah siapa yang
masalah yang akan diangkat masalah siapa
yang akan diangkat?”
Faiq : “Mas andi.”
Pk : “Mas Andi ya. Sepakat mas andi?”
Semua : “Okey.”
anggota
Tahap Akhir
Pk : “nah sera dan saran dan kesan untuk Termination
konseling berikutnya bagaimana konseling
kelompok berikutnya ayok, dimulai dari
mbak Faiq saran atau kesannya.”
Faiq : “Sarannya...aku liat teman-teman belum
kompak si kak lebih dikompakkan lagi lah
kalok pesanya tu...enak, ser,u lebih-lebih
terbuka temen-temen untuk menghadapi
masalah.”
Pk : “Seperti itu, ayo kalok mbak Alfiana?”
Alfianan : “Yah hampir sama kak kurang kompak
kesannya itu ya seru, kita bisa lu apa-apa
bisa sharing-sharing lagi.”
Pk : “Mbak Devita?”
Devita : “Kesannya tu yang saya rasain saat ini ee...
ruangan ini kan panas ya AC nya mati jadi
sarannya mending outdoor aja.”
Pk : “Ya yang berikutanya bearti outdoor ya
outdoor. Ayo kalau mas Adi?”
Adi : “Kalok say...kalok saya sih kak pesan
kesannya sih ya apa ya seneng bisa ngobrol
sama temen-temen buat apa ngomongin
masalah lah ibaratnya kayak gini kan
ternyata yang punya masalah seperti saya
bukan cuma saya aja kan gitu ada temen
untuk sharing-sharing.”
Pk : “Udah cukup? Ayok mas Andi!”
Andi : “Asik udah itu aja mbak asik menurut saya
seru-seru.”
Pk : “Asiknya kenapa? Kok asik?”
Andi : “Ya asik ada diskusi saya jadi tahu kalok
masing-masing orang itu berbeda.”
Pk : “Iya. Ayo mbak Mega selanjutnya.”
Mega : “Kesan saya saya tau masalah temen-temen
yang lain giru terus habis itu apa iti
bib..konseling kelompok terus habis itu
sarannya hampir sama dengan mbak Devita
lebih ke outdoor aja ruangannya iya.”
Pk : “Baik sebelum mengakhiri pertemuan
konseling kelompok ini mari kita berdoa
semoga konseling ee...kelompok tadi
bermanfaat bagi kalian dan bisa di..bisa
diterapkan dalam masalah yang sudah kalian
hadapi berdoa dimulai menurut keyakinan
masing-masing! Terima kasih sudah
me...sudah menyempatkan waktu dan juga
sudah mendengarkan juga sudah terbuka
secar sukarela ee..me..mengeluarkan
pendapat ataupun menge...mengemukakan
masalah yang kalian alami. Baik terima
kasih wassaalamualaikum Wr. Wb.”
Semua : “Waalaikumasalam Wr. Wb.”
anggota

Kesimpulan :

Konseling kelompok ini menggunakan teknik terapi rasional-emosi.


Rasional emosi keperilakuan adalah pendekatan yang mampu mengubah pikiran
konseli dari yang irasional menjadi rasional, masalah yang biasa dialami oleh
konseli berhubungan dengan emosi, kognisi dan perilaku, individu lebih sering
lari dari kesulitan dan tanggung jawab yang mengakibatkan kegagalan pada
diri individu (George & Cristiani dalam Komalasari, 2011 : 202). Rasional emosi
keperilakuan merupakan terapi yang sangat komprehensif yang menangani
masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi , kognisi dan perilaku
(Ellis dalam Latipun ,2011 : 72). Rasional emosi keperilakuan merupakan terapi
yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan
perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih
bermakna (Ellis dalam Khairani, 2014 : 57).

Rangkuman alternative pemecahan masalah: Masukan dari Konseli lain:


Mencoba dengan pendekatan lain seperti melibatkan sanak saudara misal bibi atau
paman untuk mencoba membujuk orang tua secara perlahan dan dibicarakan baik-
baik bahwa “kuliah yang diingankan itu universitas yang bagus dan juga lengkap
jurusannya siapa tahu nanti akan berhasil dan sukses dan memiliki masa depan
yang baik kedepannya”. Membuktikan kepada kedua orang tua bahwa saya bisa
kuliah dengan penuh semangat agar mereka percaya kepada kita. Menyadari
bahwa setiap keputusan orang tua didasarkan atas rasa kasih sayangnya terhadap
anak sehingga mereka tidak mau jika suatu saat anaknya menyesal.Menyadari
bahwa setiap perguruan tinggi membutuhkan banyak biaya sehingga orang tua
tidak mampu untuk mengeluarkan banyak biaya. Menyadari bahwa orang tua
merasa khawatir saat jauh dari anak apalagi dijaman sekarang yang sudah
mengenal pergaluan bebas. Lebih terbuka dan sering berkomunikasi dengan orang
tua tidak hanya dari salah satu anggota keluarga namun juga semua keluarga.
Respon/tanggapan konseli terhadap berbagai alternative: Senang dan merasa
terbantu sekali dengan berbagai masukan atau pendapat dari konseli yang lain,
dan akan mencoba mempraktekan apa yang sudah di sarankan.
Tanggapan/respon anggota kelompok terhadap permasalahn konseli:
Manfaat: dengan mengikuti konseling kelompok dapat menyelesaikan masalah
dengan mendapatkan masukan-masukan dari anggota kelompok yang lain
Kesan umum: lega, senang dan memiliki semangat baru, pesan dan harapan
terhadap konseling kelompok: mengharapkan waktu yang lebih banyak lagi agar
semua masalah dapat segera diselesaikan juga.

Anda mungkin juga menyukai