Konseling kelompok adalah suatu proses konseling yang dilakukan dalam
situasi kelompok, dimana konselor berinteraksi dengan konseli dalam bentuk kelompok yang dinamis untuk memfasilitasi perkembangan individu dan atau membantu individu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya secara bersama- sama. Kegiatan konseling kelompok ini diikuti oleh 1 pemimpin kelompok dan 6 anggota kelompok terdiri dari :
1. Pemimpin kelompok : Lailatul Maghfiroh
2. Anggota 1 : Niam Faiqoh 3. Anggota 2 : Mega Oktavia 4. Anggota 3 : Andi Kurniawan 5. Anggota 4 : Agus supriadi 6. Anggota 5 : Devita Sari 7. Anggota 6 : Alfiana Nur Janah Pelaksanaan layanan konseling kelompok akan memberikan kesempatan kepada setiap anggota untuk mengutarakan permasalahannya serta mengeluarkan pendapat masing-masing secara bergantian. Setiap anggota kelompok masing- masing memiliki permasalahan yang berbeda-beda, namun pada kegiatan konseling kelompok ini hanya membahas salah satu masalah dari anggota kelompok. Anggota kelompok yang bernama Alfiana Nur Janah, dia sekolah SMA kelas 3 yang memiliki masalah berkaitan tentang rasa bimbang untuk memilih studi lanjut. Dia sudah sudah memiliki pilihan untuk melanjutkan pendidikan namun kedua orang tuanya tidak setuju kepada pilihannya tersebut. Dia berharap dengan mengikuti konseling kelompok ini dapat menghilangkan rasa bimbangnya untuk memilih studi lanjut serta dapat berani mengungkapkan pendapatnya kepada orang tua.
TAHAP PEMBENTUKAN TEKNIK
Pk : “Assalamualaikum W. Wb.” Attending Semua : “Waalaaikumsalam Wr. Wb.” anggota Pk : “Disini sebelum saya mengisi jam ini mari Opening berdoa agar kegiatan hari ini lancar dan semoga cepat selesai. Mari berdoa menurut keyakinan masing-masing, berdoa mulai. Selanjutnya perkenalkan nama kakak yaitu, eee..panggil kakak aja ya..?” Semua : “Ya.” anggota Pk : “Kakak atau mbak bisa. Ee...perkenalkan nama saya Lailatul Maghfiroh disini saya sebagai pimpinan kelompok kalian. Nah ayok mari perkenalkan masing-masing dimulai dari kanan saya..!” Mega : “Perkenalkan nama saya Mega oktavia nama panggilan saya Mega saya kelas 12.” Pk : “Selanjutnya!” Andi : “Nama saya Andi Kurniawan saya Rogojampi rumahnya mbak, kelas 12,” Adi : “Perkenalkan nama saya Agus Supriadi, ee... rumah saya di Sukojati, say....ee...kelas 12 juga.” Devita : “ee...saya juga, perkenalkan nama saya Devita rumah saya Rogojampi, saya kelas 12.” Alfiana : “Nama saya Alfiana, saya dari sempu kelas say...kelas 12.” Faiq : “Perkenalkan nama saya Niam Faiqoh dipanggil Faiq bisa niam bisa terserah ee...saya dari Rogojampi kelas 12.” Pk : “Okay. Dimulai dari mbak Mega, mas Andi, mas Adi, mbak no...mbak Devita, mbak Alfianan, dan mbak Faiq ya.” Semua : “Ya.” Acceptance anggota Pk : “nah sela...ee..sebelumnya saya trimak..ee.. Structuring saya berikan ucapan terima kasih dulu sudah menyempatkan waktunya untuk melakukan konseling kelompok. Nah kalian tau nggak konseling kelompok itu apa?” Semua : “Tidak, tidak tau.” anggota Pk : “Masak nggak tau?” Semua : “Enggak” anggota Pk “Pernah denger nggak?” Semua : “Iya...pernah sih.” anggota Pk : “Mbak Devita coba. Apa itu konseling kelompok?” Devita : “Ee..konseling kelompok menurut saya itu konseling yang dilakukan secara berkelompok lebih dari satu orang, diskusi.” Pk : “Ayo yang lain ada lagi?” Andi : “Tidak tau mbak” Adi : “Saya nggak tau kak, nggak tau ya pernah denger cuman nggak tau artinya apa.” Pk : “Nah konseling kelimpok itu adalah suatu...suatu penanganan yang yang dilakukan oleh guru BK yang dilakukan secara berkelompok. Nah disitu dalam kelompok itu bisa 2 orang atau lebih. Selanjutnya yaitu asa, kalian tau asas nggak? Asas.” Andi : “Enggak mbak apa itu mbak apa asas itu.” Pk : “Disini dalam konseling kelompok itu Cek persepsi menerapkan 4 asas yang pertama kerahasiaan, kedua keterbukaan, ketiga kesukarelaan, dan yang keempat kekinian. Kalian tau nggak salah satu asas tersebut?” Adi : “Nggak tau kak.” Andi : “Tau mbak dari namanya sih.” Pk : “Ya nggak papa silakan mas Andi.” Andi : “Kalau kesuk..eh..kesukarelaan itu yang jelas kita sebagai peserta harus rela gitu rela dulu dikorek-korek informasinya begitu ya mbak ya?” Pk : “Ya betul sekali. Ayok yang lain.” Faiq : “Saya kak.” Pk : “Ayo mbak Faiq!” Faiq : “Keterbukaan... asas itu ee... pimpinan maupun anggota itu harus terbuka, terbuka dalam artian semua permasalahan itu harus diuraikan tidak ada yang ditutup-tutupi.” Pk : “Ya. Ayok selanjutnya siapa lagi yang tau?” Mega : “Kalau saya asas kerahasiaan ,asas kerahasiaan itu kayak kita itu ee..saling merahasiakan kayak suatu masalah yang hanya diketahui oleh anggota dan pimpinan kelompok.” Pk : “yak betul selanjutnya asas kekinian, siapa yang tau asas kekinian?” Devita : “Ya namanya aja kekinian ya kak menurut saya sih ya masalah yang masih fresh.” Pk : “Ya bener sekali. Kalau asas kerahasiaan itu yaitu dimana bimbi..ee.. konseling kelompok itu itukan dilakukan oleh 2 orang yaitu pimpinan kelompok dan anggota kelompok dimana disitu juga. Jadi asas kerahasiaan itu adalah dimana anggota dan pimpinan kelompok itu mampu merahasiakan masing-masing yang sudah kita lakukan dalam konseling kelompok itu tadi. Nah kalau keterbukaan, asas keterbukaan dimana pimpinan kelompok dan anggota itu mampu terbuka berbicara terbuka tentang masalah mereka alami, anggota alami seperti itu. Kalau kesukarelaan dimana anggota kelompok itu bersukarela secara sukarela lahir dan batin untuk menceritakan masalah mereka masing-masing. Dan kekinia, angota kelompok itu menguraikan masalah yang saat ini sedang terjadi, masalah yang saat ini yang sedang mereka hadapi nah seperti itu. Nah dari anggota kelompok sendiri apakah kalian sudah siap untuk mengutarakan masalaha yang kalian alami?” Semua : “Siap.” anggota Tahap Peralihan Pk : “Okey dimulai dari kiri saya tadikan sudah kanan saya ya, masalah yang mereka... yang mbak Faiq alami ya mbak Faiq alami.” Faiq : “Gini ya kak ya aku kan susah untuk belajar maunya maaaiiiiin terus jadi disuruh eles janjinya eles malah nyleper ke PS-an gitu kak jadi ya gak bisa ngatur jadwal atau nggak bisa memberi semangat kepada diri sendiri ajalah untuk kedepan untuk belajar itu gimana.” Pk : “Ayok selanjutnya mbak Alfiana.” Alfiana : “Ee...gini ya kak kan sekarang saya sudah kelas 12 pasti kan saya itu kayak bingung- bingungnya masuk ke universitas mana kuliah dimana jadi kayak kayak cari gimana caranya, caranya agar saya itu bisa tetep mencar...e..tetep apa ya kayak tetep sama pendirian saya, saya ingin disini saya ingin disitu gitu loh kak.” Pk : “Ayo selanjutnya mbak Devita!” Devita : “Khem...ee.. kalau saya itu punya masalah, saya kan udah kelas 12 tapi saya ini ee..sering nggak masuk sekolah gitu karena gak ada motor udah gitu aja. Pk : “Ayok selanjutnya mas Adi!” Adi : “Ee...kalau masalah gini kak ee..ini kan apa namanya ee...apa ya ini kan bentar lagi kan mau lulus ya kak ya saya ini saya ini bingung kak sama..orang tua disuruh sekolah disini aja disitu aja kan gitu aa...sedangkan aku maunya punyak pilhan sekolah sendiri gitu lo kak setelah lulus ini gitu. Bingung mau ngomong ke orang tua itu gimana takutnya itu di apa dimarahin gitu ka kalau gak mau nurut gitu kak.” Pk : “Selanjutnya ayo mas Andi.” Andi : “E...apa ya mbak kalau saya sih masalahnya itu saya kok males banget ya kalau pas pelajaran matematika gitu mbak pasti saya bolos sudah mbak pasti saya bolos saya gak masuk emm..beribu alasan pokoknya kalau dah matematika itu wes setiap pertama kali ketemu itu enak kedua enak tapi ternyata kok lama, lama, lama, lama gak enak, males, nyebelin pokok e ws gak gelem pook e wayae matematika wes turu mesti wes piye yo mbak carane aku ben pateng maneh trus aku rajin maneh.” Pk : “Selanjutnya mbak Mega!” Mega : “Ee...kan ini sudah keles 2 kelas 12 pastinya kan kayak ada bimbel gitu kan kayak lese-les trus habis itu kayak simulasi ujian gitu sedangkan saya itu kalok untuk bimbel atau les itu kayak males gitu kayak pengen cepet-cepet lulus aja gitu kak, itu gimana kak....iya semangatnya?” Andi : “Yo ojok eles patengo masuk sekolah.” Pk : “dari...ya dari mbak Faiq ya tadi masalahnya ee..susah untuk belajar ya kan maunya itu eles tapi perginya itu malah nyelewang main PS gitu ya? Kalau mbak Alfiana tadi kan ee..kan sudah kelas 12 jadi bingung sama study lanjut yang ingin ditempuh ya. Kalau mbak Devita itu sering gak masuk sekolah karena gak punya motor dan mas Adi bingung study lanjut karena orang tua maunya itu tapi mas Adinya itu maunya sini gitu ya. Adi : “Ya betul kak dilema kak.” Pk : “Dilema ya. Kalau mas andi sendiri males dengan mapel matematika ya awal-awal itu seneng lama kelamaan bosen gitu ya bagaimana cara biar rajin lagi gitu ya.” Andi : “Heem..heem...yoi.” Pk : “Kalau mbak Mega sendiri itu males untuk les atau bimbel saat kelas 12 ini ya inginnya itu cepet-cepet lulus. Bagaimana agar semangat lagi gitu ya. Mega : “Iya kak.” Pk : “Nah disini siapa, siapa dulu yang mau diangkat dulu masalahnya siapa yang, menurut kalian yang masalahnya itu berat sekali?” Adi : “Mbak Mega, mbak Alfi aja wes mbak Alfiana aja . Pk : “Sama ya. Punyaknya yang diangkat itu punyanya mbka Alfiana. Setuju nggak?” Anggota : “Setuju.” Tahap Kegiatan Pk : “Nah disini yang mempunyai masalah yang Directing sama mas Adi ya mas Adi. Bagaimana kok bisa binging itu bagaimana?” Alfiana : “Gini kan kalau kelas 12 itu pasti ditanya- Restatement tanya sama orang tua mau lanjut kemana lanjut kemana sedangkan di sekolah kita tu kayak mengadakan program seperti apa iya sosialisasi ya kayak kan kebanyakan pilihan kampus kayak banyak yang promosi ini kampus dari sisni, sini , trus saya itu minat dari salah stu kampus tapi kata orang tua jangan, jangan apa, jangan ambil kampus yang itu cari yang lain trus kan saya jadi bingung trus saya mau ngambil yang mana sedangkan sama orang tua tidak disetujui habis itu ambil yang itu lagi nggak disetujui trus gimana apa gambaran dari kakak itu seperti apa?” Pk : “Pernah nggak ee..mbak Alfiana itu tanya kepada orang tua inginnya itu aku sekolah dimana sih bu gitu?” Alfiana : “Pernah trus katanya itu kalau bisa ya yang deket-deket saja nggak usah yang jauh tapi saya keinginannya itu yang diluar dari Banyuwangi seperti itu.” Pk : “Ee..misal mbak Alfiana itu sekolahnya dideket-deket aja minat nggak, ada yang salah satu minat ngak yang nyrempet- nyrempet miat gitu?” Alfiana : “Ee...ada sih tapi kayak bingung saya minat tapi mau ngambil fakultas apa kejurusan apa seperti itu.” Pk : “Nah kan sebelum, sebelum mbak Alfiana study, study lanjut itu kan seharusnya mbak alfiana itu sudah mencari tau informasinya dulu kan berarti kalau diluar kota itu apa aja jurusannya misal di kampus A dan B fakultasnya apa aja kalau menurut orang tua misal di deket A dan B, C misal ada, ada pilihn lah A, B, C gitu jurusan kan banyak semua ya misal mbak Alfiana itu kalau menuruti orang tua yang dideket, yang kuliah deket dari sekolah A, B, C itu tadi ada jurusan nggak yang mbak Alfiana itu yangdi ingin diminiti gitu, ingin ditempuh?” Alfiana : “Ya ada tapi itu tadi keinginan orang tua itu kayak saya sudah minat dikampus itu tapi jurusan yang saya inginkan tidak diminati trus saya gini trus saya jalau nggak, nggak intinya kayak tetep menuruti orang tua saya trus gimana gitu trus saya ya sedikit demi sedikit saya berkembang tapi kok kayak baik nggak sih saya melawan orang tua ya seperti itu jadi saya juga bingung kuliah mana yang say..saya ambil tapi kalau saya bantah orang tua kok juga salah.” Pk : “Gimana mas Adi?kan mas Adi tadi Konfrontasi masalahnya hampir sama ya dengan mbak Alfiana, apakah sudah ada solusinya?” Adi “Ya belum mbak mangkanya bingung ini masih dilema gimana orang tua minta ini dan saya sendiri memiliki pilihan sendiri gitu lo kak saya sendiri bingung.” Pk : “Pernah nggak ee..saling bicara dari hati ke hatigitu ee.. misal mbak Alfiana itu dan mas Adi itupinginnya itu kuliah disini ngambil jurusan ini ini nanti seperti ini,seperti ini gambarannya itu sudah dikasih gitu kepada orang tua dan kalian pernah nggak tanya kepada orang tua inginnya orang tua itu ngambil jurusan ini nanti jadi ya seperti ini nanti gitu jadi biar ada perbandingan gitu lo?” Adi : “Kalau saya nggak ada kak mau ngomong gitu udah wes pokoknya kamu ndek situ wes gitu ogh iyo jadi wes saya diem aja mau ngomong dah digituin sama orang tua.” Alfiana : “Sama juga.” Andi : “Selain orang tua mestinya ada nggak sih yang kayah om tah tabte tah yang kayak selalu cerita-cerita yang kalian alami gitu?” Alfiana : “Nggak ada saya itu paling deket ya sama orang tua.” Pk : “Ya menurut kalian semua ini kalian bimbang nggak bimbang juga nggak memilih study lanjut yang seperti apa? Bagaimana menurut kalian?” Andi : “Kalau saya sih nggak bimbang saya itu dah jelas sekolah di e sekolah di Jakarta.” Pk : “Itu sudah disetujui oleh orang tua?” Andi : “Sudah, sebenernya orang tua ngelarang Advice cuma kan saya kasih referensi juga nanti kalau kuliah disini tu yang penting tu kayak gini nanti ee..biar cepet ini ee..nanti kayak gini jadinya seperti ini gitu.” Adi : “Masalahnya itu tadi enak opo orang tuanya mas kan saya baru ngomong aja langsung, gimana? Andi : “Anu aja mas cari om e samean atau emas atau adek lah ya atau tante siapa gitu yang memang deket sama orang tua ya itu kalau samean ya itu tugasnya itu om atau tantene samean itu ngomong coba aja dibukakan bu ini lo bu kalau saya kuliah disini siapa tau kalau sudah apa namanya sudah e..mereka sudah tau maksud dan tujuan mas Agus boleh kesana mungkin hatiya akan terbuka biasanya sih kalau orang tuanya melarang satu, takut mas Agus kenapa-napa. Dua, takutnya jauh tidak bisa makan dan lain sebagainya, jadi lebih ke,,,memberikan alasan biar lebih komplit aja.” Devita : “Sama buat orang tua percaya.” Andi : “Eaakk.... itu.” Adi : “Yaa... masalahnya itu ya mbak ya belum ngomong aja udah dimarahin pokok ya harus ndek sini titik gitu ogh orang tua.” Pk : “Berarti mas Adi pernah menyalahgunakan kepercayaan orang tua.” Andi : “Emmh... iki....iki.” Devita : “ Jujur.” Semua : “(tertawa)” anggota Pk : “Sebelum, sebelum berbicara apakah pernah melukai kepercayaan orang tua mas Adi?” Adi : “Selama ini nggak pernah ya kak ya pokok saya ya waktunya sekolah, sekolah, ngerjakan tugas, tugas padahal sampek gini mbak padahal kayak apa namanya dirumah juga bantu-bantu orang tua membantu kerja juga kayak membantu ibuk bersih-bersih, nyuci piring gitu kak suruh sekolah ya sekolah jarang sampek apa namanya masuk kalok temen-temen kan mestis ering sampek orang tuanya dipanggil ke sekolah kan gitu kalok say gak pernah kak gak pernah wes gak nakal saya, nggak pernah nakal kok mbak.” Andi : “Mas Agus pernah itu gak tanya alasan orang tuanya ko bersih keras sama mas Agus itu?” Adi : “Ya pernah tanya cuman....” Andi : “Ap alasannya mas?” Adi : “Ya pokonya kamu ndek situ wes titik itu bagus.” Andi : “Ya itu bukan alasan ya harus ada nganunya dong...” Mega : “Nggak konkrit.” Andi : “Kenapa sih buk op iki iki mesti aku pakek. Pk : “Kadang juga orang tuanya itu over protektif kepada anaknya juga sangking sayangnya itu tadi. Nah seperti itu, menurut mas Adi sediri...emm mas Asi dan mbak Alfianan sesayang apa sih kedua orang tua kalian kepada kalian sehingga kalian ingin ee... pimilihan kalian ee...ingin kalian itu pinginnya tu disini tapi orang tua nggak bisa kalian nggak. Pernak nggak mikirin orang tua itu kesini tu pengennya aku sekolah kesini tu inginnya tu seperti ini, seperti ini, seperti ini gitu. Pernah nggak kalian itu memikirkan ataupun tanya kepada orang tua seperti itu?” Alfiana : “Ya pernah sih tapi responnya orang tua tu kayak udah gini kayak kasaran ngomongnya seperti ini udah wes gak usah tanya-tanya kasih sayang orang tua itu selalu gak ada batasannya seperti itu jadi kan kayak kita mau respon orang tua tanya-tanya lagi kayak ya pasti jawbannya sama.” Pk : “Nah dari situ kan berarti mbak Alfiana tau ya sesayang apa kedua orang tua mbak Alfiana kepada mbak Alfiana itu sendiri. Nah disini mbak Alfiana pernah nggak menyadari ee...ee...saat kedua orang tua mbak Alfiana itu memilih universitas itu study lanjut itu, itu berarti bukti kasih sayangnya juga mbak Alfianan itu menyadari kalau kedua orang tuanya itu inginnya yang terbaik nah seperti itu.” Alfiana : “Ya pernah tapi kayak rasanya kayak sekali aja turutu saya ini kuliah disini saya juga ingin berkembang diluar nggak harus di kota sendiri seperti itu tapi setiap mau....ngomong ini ya bu misal kuliah ini lo bu nagus ini,gini selalu responnya tu udah wes ndek sini aja tetep aja ndek sini sperti itu jadi kayak ini gimana saya ingin berkembang tapi kok tetep respon orang tua tetep seperti itu. Faiq : “Mau izin bertanya boleh nggak?” Pk : “Iya silahkan Alfiana eh mbak Faiq.” Faiq : “Mungkin nggak sih orang tua melarang kita untuk apa namanya mengambil universitas jauh maksudnya ee..keluar dari kota kita kemungkinan itu dari biaya juga kalau kita ee..keluar kota kan otomatis belum biaya makan, kos juga belum, uang sakunya juga belum gitu belum lagi uang gedung biaya-biaya kuliah yang belum di apa namanya belum di...hitung otomatis kan orang tua mikir ohh mampu nggak gitu.” Alfiana : “Seperti itu” Summary Pk : “Ayo menurut mas Adi sendiri bagaimana?” Adi : “Kalau saya kurang paham juga ya kak ya soalnya kayak masalah biaya juga sebaiknya sudah....apa ya permasalahan beda sih kalok saya kan apa pengennya tempat kulaih saya tu yang saya pengenin tu masih satu kota dengan pilihan orang tua gitu kalau masalah biaya sih tak rasa orang tua nggak inis kok soalnya kemarin juga saya minta motor buat berangkat sekolah dibeliin yang baru ogh mbak malahan mbak.” Devita : “Gonceng ya?” Pk : “Ayo menurut mbak Devita gimana?” Devita : “Menurut saya sih sependapat sama mbak Lail sih mungkin eehh mbak Faiq sih.” Andi : “Tapi iku sek aku pe tekok sek iku SNPTN opo gak koyok misan SNPTN kan gratis apa yang mau dipikirkan bahkan dapat pesangon.” Mega : “Mungkin jauh dari anak e iku mau mas Andi.” Faiq : “ketakutan dari orang tua maaf. Jaman sekarang kan pergaulan orang...anak itukan bebas semakin kita diwas...semakin kita mengenal.” Andi : “Enak iku bebas iku emmh....” Faiq : “Tapikan pikiran orang tua beda mas.” Mega : “ya kalok orang tuanya yang modern gitu kan apalagi....” Andi : “Yo kan aku wes ngomong alasannya apa sih bu coba kalo alasannya kan bisa difikirkan lagi misalkan ni apak e wes ngomong ndok awakmu gak baik lilakno awakmu kuliah adoh-adoh aku wedi awakmu diapak-apokno kenopo-nopo nko awakmu loro sopo seng ngrawat iki dadi pertimbangan awakmu, iyo yo enko lek aku kuliah adoh aku loro sopo seng ngrawat.” Pk : “Berarti sama-sama kurang terbuka ya berartikan, kurang terbuka, komunikasi kepada kedua orang tuanya seperti itu iya endak?” Alfiana : “Iya.” Pk : “Kalau mas Adi sendiri deket nggak kepada orang tua?” Adi : “Deket.” Pk : “Mbak Alfianan deket nggak?” Alfiana : “Deketnya hanya dari ayah.” Pk : “Mungkin dari sini mbak Alfiana itu lebih mengeratkan lagi komunikasinya dengan kedua orang tuanya jangan salah satu nanti kalau nanti kalau salah satu itu tu njengat tidak seimbang nah seperti itu. Yo kita istirahat dulu rentangkan tangan-tangan kalian rentangkan kedua tangan, kedepan, keatas, kesamping, dan buang nafasnya.” Adi : “Belum ngambil nafas dibuang kakak ini gimana seh?” Pk : “Biar nggak tegang ya, biar nggak tegang. Nah jadi disini kan bearti ee...berarti ee...dalam study lanjut ini tadi orangtua dan anak itu harus saling-saling berkomunikasi biar-biar tau dari sudut pandang anak itu seperti apa, sudut pandang kedua orang tua itu seperti apa jadi biar ada jalan tengahnya itu tadi jadi sa..inginnya kedua orang tua dana anak itu sama-sama yang terbaik kan maunya nah seperti itu. Nah selanjutnya pertemuan berikutnya yaitu kapan dan dimana?” Semua : “Minggu aja kak ditempat yang sama.” anggota Pk : “Jam?” Andi : “Saya nggak bisa kalau Minggu.” Mega : “Kemana? Hangout?” Andi : “Apel dong.....” Faiq : “Hari Senin aja kak sepulang sekolah .” Andi : “Ah... itu baru bisa sekalian gitu.” Faiq : “Tapi diluar ya kak tempatnya.” Adi : “Sambil ngopi.....” Pk : “Sa...ee... mengambil masalah siapa yang masalah yang akan diangkat masalah siapa yang akan diangkat?” Faiq : “Mas andi.” Pk : “Mas Andi ya. Sepakat mas andi?” Semua : “Okey.” anggota Tahap Akhir Pk : “nah sera dan saran dan kesan untuk Termination konseling berikutnya bagaimana konseling kelompok berikutnya ayok, dimulai dari mbak Faiq saran atau kesannya.” Faiq : “Sarannya...aku liat teman-teman belum kompak si kak lebih dikompakkan lagi lah kalok pesanya tu...enak, ser,u lebih-lebih terbuka temen-temen untuk menghadapi masalah.” Pk : “Seperti itu, ayo kalok mbak Alfiana?” Alfianan : “Yah hampir sama kak kurang kompak kesannya itu ya seru, kita bisa lu apa-apa bisa sharing-sharing lagi.” Pk : “Mbak Devita?” Devita : “Kesannya tu yang saya rasain saat ini ee... ruangan ini kan panas ya AC nya mati jadi sarannya mending outdoor aja.” Pk : “Ya yang berikutanya bearti outdoor ya outdoor. Ayo kalau mas Adi?” Adi : “Kalok say...kalok saya sih kak pesan kesannya sih ya apa ya seneng bisa ngobrol sama temen-temen buat apa ngomongin masalah lah ibaratnya kayak gini kan ternyata yang punya masalah seperti saya bukan cuma saya aja kan gitu ada temen untuk sharing-sharing.” Pk : “Udah cukup? Ayok mas Andi!” Andi : “Asik udah itu aja mbak asik menurut saya seru-seru.” Pk : “Asiknya kenapa? Kok asik?” Andi : “Ya asik ada diskusi saya jadi tahu kalok masing-masing orang itu berbeda.” Pk : “Iya. Ayo mbak Mega selanjutnya.” Mega : “Kesan saya saya tau masalah temen-temen yang lain giru terus habis itu apa iti bib..konseling kelompok terus habis itu sarannya hampir sama dengan mbak Devita lebih ke outdoor aja ruangannya iya.” Pk : “Baik sebelum mengakhiri pertemuan konseling kelompok ini mari kita berdoa semoga konseling ee...kelompok tadi bermanfaat bagi kalian dan bisa di..bisa diterapkan dalam masalah yang sudah kalian hadapi berdoa dimulai menurut keyakinan masing-masing! Terima kasih sudah me...sudah menyempatkan waktu dan juga sudah mendengarkan juga sudah terbuka secar sukarela ee..me..mengeluarkan pendapat ataupun menge...mengemukakan masalah yang kalian alami. Baik terima kasih wassaalamualaikum Wr. Wb.” Semua : “Waalaikumasalam Wr. Wb.” anggota
Kesimpulan :
Konseling kelompok ini menggunakan teknik terapi rasional-emosi.
Rasional emosi keperilakuan adalah pendekatan yang mampu mengubah pikiran konseli dari yang irasional menjadi rasional, masalah yang biasa dialami oleh konseli berhubungan dengan emosi, kognisi dan perilaku, individu lebih sering lari dari kesulitan dan tanggung jawab yang mengakibatkan kegagalan pada diri individu (George & Cristiani dalam Komalasari, 2011 : 202). Rasional emosi keperilakuan merupakan terapi yang sangat komprehensif yang menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan emosi , kognisi dan perilaku (Ellis dalam Latipun ,2011 : 72). Rasional emosi keperilakuan merupakan terapi yang berfokus pada penyelesaian masalah-masalah gangguan emosional dan perilaku, serta menghantarkan individu untuk lebih bahagia dan hidup yang lebih bermakna (Ellis dalam Khairani, 2014 : 57).
Rangkuman alternative pemecahan masalah: Masukan dari Konseli lain:
Mencoba dengan pendekatan lain seperti melibatkan sanak saudara misal bibi atau paman untuk mencoba membujuk orang tua secara perlahan dan dibicarakan baik- baik bahwa “kuliah yang diingankan itu universitas yang bagus dan juga lengkap jurusannya siapa tahu nanti akan berhasil dan sukses dan memiliki masa depan yang baik kedepannya”. Membuktikan kepada kedua orang tua bahwa saya bisa kuliah dengan penuh semangat agar mereka percaya kepada kita. Menyadari bahwa setiap keputusan orang tua didasarkan atas rasa kasih sayangnya terhadap anak sehingga mereka tidak mau jika suatu saat anaknya menyesal.Menyadari bahwa setiap perguruan tinggi membutuhkan banyak biaya sehingga orang tua tidak mampu untuk mengeluarkan banyak biaya. Menyadari bahwa orang tua merasa khawatir saat jauh dari anak apalagi dijaman sekarang yang sudah mengenal pergaluan bebas. Lebih terbuka dan sering berkomunikasi dengan orang tua tidak hanya dari salah satu anggota keluarga namun juga semua keluarga. Respon/tanggapan konseli terhadap berbagai alternative: Senang dan merasa terbantu sekali dengan berbagai masukan atau pendapat dari konseli yang lain, dan akan mencoba mempraktekan apa yang sudah di sarankan. Tanggapan/respon anggota kelompok terhadap permasalahn konseli: Manfaat: dengan mengikuti konseling kelompok dapat menyelesaikan masalah dengan mendapatkan masukan-masukan dari anggota kelompok yang lain Kesan umum: lega, senang dan memiliki semangat baru, pesan dan harapan terhadap konseling kelompok: mengharapkan waktu yang lebih banyak lagi agar semua masalah dapat segera diselesaikan juga.