215–222
Terakreditasi SK. No. 040/P/2014
http://jurkubank.wordpress.com
D.S. Priyarsono
Adler Haymans Manurung
Tubagus Ahmad Maulana
Program Doktor Manajemen dan Bisnis Pascasarjana Institut Pertanian Bogor
Jl. Raya Pajajaran Bogor, 16151, Indonesia.
Abstract
This study aimed to explore the interconnection of capital structure and investment decisions based on the
relationship between corporate leverage and investment options. The samples used were telecommunication
companies in Indonesia which had already become public companies from 2006 to 2013. The data was pro-
cessed by using multiple regression technique and t test and F test to see the difference of investment source.
This study revealed that an increase in the firm value as a result of an increase in the debts of the company and
its increase was different between the companies that the investment came from foreign investment and local
investment. Investment selection by using the debt was considered to be the correct choice made by manage-
ment. The value of the company was obtained better by companies that used local investment. Telecommunica-
tion business was still considered by investors to be the prospective industries.
Key words: capital structure, investment decision, telecommunication
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sejak tahun 1996 comindo, Indosat, dan Flexi Telkom. Concentration
berdampak terhadap peningkatan jumlah ratio untuk 4 operator teratas (CR4) sebesar 89,93%.
pelanggan telepon seluler. Sampai akhir tahun Hal ini memperlihatkan konsentrasi yang tinggi
2011, jumlah pelanggan terus meningkat seperti dan pasar ini cenderung ke arah oligopoli.
pada Tabel 1. Telkomsel menguasai pasar pe- Herfindahl Hirschman Index (HHI) untuk seluruh
langgan telepon seluluer diikuti oleh Excel- pasar telepon seluler sebesar 2.840,99. HHI ini
Korespondensi Penulis:
Palti Marulitua Sitorus: Telp.+62 22 756 4108; Fax.+62 22 756 5200
E-mail: pmts_dori@yahoo.com
| 215 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 18, No.2, Mei 2014: 215–222
merupakan besaran distribusi pangsa pasar dari Gangguan yang dimaksud adalah menghilangkan
keseluruhan perusahaan yang ada pada industri teknologi lama dan menggantinya dengan tek-
tersebut (Baye, 2002 & Salvatore, 2010). HHI se- nologi yang baru seperti pada Gambar 1.
besar 2.840,99 termasuk pada pasar dengan kon-
sentrasi yang tinggi.
Menurut Christensen (1997), disruptive tech-
nological change merupakan kondisi dimana per-
usahaan kehilangan pelanggan yang disebabkan
oleh perubahan teknologi. Perusahaan yang tidak
mengikuti teknologi terakhir akan kegagalan men-
dapatkan pelanggan. Perusahaan sangat tergan-
tung dari pelanggan untuk mendapatkan penda-
patan dan pemilik modal baru untuk keperluan
modal dalam belanja teknologi. Pada perusahaan
telekomunikasi, kedua hal tersebut saling terkait.
Manajer perusahaan dituntut untuk cermat menge-
lola dana perusahaan sebab dana yang berasal dari
pemilik modal harus senantiasa dapat mening-
katkan keuntungan dalam bentuk gain maupun Gambar 1. The Impact of Sustaining
dividend. and Disruptive Technological Change
(Sumber: Christensen, 1997)
Untuk meningkatkan kinerja dari sebuah pro-
duk, diperlukan inovasi yang tidak berhenti.
Inovasi harus dilakukan untuk mengejar kemajuan Bagi perusahaan yang sudah stabil, kerangka
teknologi baik untuk pasar yang berkinerja tinggi disruptive technological change merupakan kebijakan
maupun pasar yang berkinerja rendah. Strategi keuangan yang tidak rasional. Terdapat tiga alasan
yang dilakukan oleh perusahaan ketika kondisi ini mengapa disebut tidak rasional. Pertama, meng-
terjadi adalah dengan melakukan “gangguan” hilangkan produk yang sudah ada adalah sangat
pada teknologi lama berupa percepatan inovasi. mudah dan murah. Pada kondisi ini perusahaan
Tabel 1. Jumlah Pelanggan dan Pangsa Pasar Operator Telepon Seluler di Indonesia Tahun 2011
| 216 |
Struktur Modal dan Keputusan Investasi pada Perusahaan Telekomunikasi Indonesia
Palti Marulitua Sitorus, D.S. Priyarsono, Adler Haymans Manurung, Tubagus Ahmad Maulana
akan mendapatkan margin dan keuntungan yang utang itu sendiri. Biaya yang ada pada saham be-
rendah. Kedua, disruptive technologies adalah kon- rupa biaya penerbitan saham, dividen, atau
disi atau bentuk komersialisasi pada pasar yang investasi kembali. Dalam Lasher (2003) dan
sudah jenuh. Ketiga, untuk perusahaan yang Chatoth (2002) dijelaskan bahwa berdasarkan teori
menguasai pasar, secara umum tidak menginginkan Modligiani-Miller dengan utang dan biaya
disruptive technologies. Hal ini disebabkan karena kebangkrutan, pada struktur modal yang optimal
pelanggan tidak membutuhkannya selama produk maka biaya modal akan minimum sehingga nilai
yang lama masih dapat digunakan. Secara umum perusahaan akan maksimum. Apabila pasar ber-
disruptive technologies adalah menguntungkan pe- fungsi dengan baik, maka nilai perusahaan akan
langgan, tetapi sangat tidak diinginkan perusahaan tercermin dari harga saham. Lasher juga menyata-
karena akan menggunakan investasi yang tinggi. kan bahwa struktur modal yang optimal dapat
Perusahaan harus mendengarkan suara pelanggan memaksimumkan harga saham. Pada saat leverage
terbaik mereka sebelum membuat produk baru rendah, peningkatan sedikit leverage akan memiliki
agar ketika produk baru diluncurkan mereka tetap efek positif bagi investor. Namun pada saat lever-
menggunakannya. Di sisi lain, perusahaan harus age tinggi, maka akan mengandung risiko tinggi
melakukan investasi baru sebelum terlambat. sehingga penambahan sedikit leverage efeknya akan
Pola investasi pada industri telekomunikasi menjadi negatif bagi investor. Struktur modal op-
di Indonesia cenderung terbuka. Investor dari luar timal akan menghasilkan harga saham maksimum
mempunyai kesempatan yang sama dengan inves- yang dicapai pada saat terjadinya perubahan efek
tor dari dalam negeri. Di sisi lain, struktur modal dari positif ke negatif. Pada posisi struktur modal
perusahaan yang merupakan campuran dari utang optimal ini, apabila dilakukan penambahan lever-
dan ekuitas yang digunakan oleh perusahaan dan age maka harga saham justru akan turun (tidak lagi
pengambilan keputusan investasi, penting untuk pada posisi maksimum).
meningkatkan nilai perusahaan. Penelitian ini akan Struktur modal sebuah perusahaan biasanya
memberikan perspektif baru pada efek dari struk- diekspresikan dengan keberadaan utang seperti
tur modal dan keputusan investasi pada kinerja debt equity ratio dan debt asset ratio. Beberapa penulis
perusahaan pada perusahaan telekomunikasi di seperti Lasher (2003), Moyer et al. (2003), dan
Indonesia. Penelitian ini akan berusaha mencari Correia et al. (2006) mengindikasikan bahwa
pengaruh keputusan investasi dengan nilai per-
peningkatan tingkat utang akan meningkatkan
usahaan berdasarkan pilihan investasi yang dila-
earnings per share (EPS) dan return on equity (ROE).
kukan. Selain itu, studi ini akan memberikan infor-
Sekalipun tidak selalu meningkatkan kekayaan
masi apakah lebih baik berinvestasi pada perusa-
pemegang saham, namun tetap menjadi tantangan
haan yang dimiliki asing atau lokal.
bagaimana kombinasi utang dan saham bisa mening-
Variabel yang digunakan untuk melihat katkan nilai perusahaan dengan melihat harga
pengaruh struktur modal dan keputusan investasi sahamnya.
adalah debt equity ratio (DER), struktur aset (asset
structure), dan tingkat keuntungan (profitability).
DER adalah perbandingan antara total utang yang METODE
digunakan untuk operasional perusahaan dengan Penelitian ini menggunakan data dari seluruh
total nilai saham perusahaan, perbandingan ini perusahaan telekomunikasi yang sudah listing di
sama-sama mempunyai biaya. Biaya utang disini Bursa Efek Jakarta (BEJ) sejak tahun 2006–2013.
adalah biaya untuk mendapatkan utang dan bunga Pilihan tahun sebagai sumber data adalah karena
| 217 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 18, No.2, Mei 2014: 215–222
pada tahun tersebut terjadi perubahan teknologi milikan yang dapat dijelaskan melalui struktur
yang cepat di Indonesia (BMI, 2013). Data yang aset, risiko bisnis, kesempatan pertumbuhan, dan
digunakan adalah debt equity ratio, asset structure, ukuran perusahaan mempunyai pengaruh ter-
dan profitability dari perusahaan Telkom, Indosat, hadap struktur modal.
Exelcomindo, Bakrie Telecom, dan Smartfren. Tingkat keuntungan adalah kemampuan per-
Teknik pengolahan data dalam penelitian ini meng- usahaan untuk memperoleh laba dari modal yang
gunakan teknik regresi berganda. Perusahaan digunakan (Martono & Harjito, 2007). Dalam hal
yang mayoritas dimiliki oleh investor asing adalah struktur modal, tingginya tingkat profit membawa
Indosat dan Exelcomindo, sedangkan investor pada kemungkinan kebangkrutan yang lebih
lokal adalah Telkom, Bakrie Telecom, dan Smartfren. rendah dan insentif yang lebih tinggi untuk meng-
DER menjadi variabel untuk menilai struktur gunakan tax shield, sehingga menyebabkan ting-
modal, struktur aset menjadi variabel untuk me- ginya tingkat utang. Barclay & Smith (2001), me-
nilai keputusan investasi, sedangkan profitability nambahkan bahwa peningkatan pendapatan meng-
menjadi variabel nilai perusahaan. indikasikan perusahaan memiliki kualitas yang
Vries (2010) menginvestigasi efek dari karak- tinggi, sehingga akan menggunakan lebih banyak
teristik perusahaan dan faktor-faktor ekonomi ter- utang. Di lain pihak, tingginya keuntungan menye-
hadap struktur modal. Ukuran struktur modal babkan ketersediaan dana internal yang lebih
yang dugunakan adalah DER. Karakteristik per- tinggi, sebagai hasil dari tingginya laba ditahan.
usahaan yang digunakan adalah profitability, assest Selanjutnya, perusahaan menggunakan dana inter-
structure, liquidity, business risk, growth, dan size. nal terlebih dahulu sebelum menggunakan dana
Faktor-faktor ekonomi yang digunakan adalah eksternal untuk membiayai proyek-proyek inves-
interest rate, inflalion rate, dan economics growth. tasinya.
Dengan menggunakan analisis regresi, dapat dike- Struktur aset merupakan perbandingan
tahui faktor-faktor dari karakteristik perusahaan antara aktiva tetap dengan total aktiva. Hal ini me-
dan faktor ekonomi mana yang termasuk mem- nunjukkan proporsi komposisi aktiva tetap ter-
pengaruhi struktur modal. Disamping temuan hadap aktiva perusahaan secara keseluruhan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi (Manurung, 2012). Perusahaan yang struktur akti-
struktur modal, ditemukan juga perbedaan koefi- vanya memiliki perbandingan aktiva tetap yang
sien determinasi antara perusahaan yang sudah lebih tinggi, akan cenderung menggunakan utang
masuk bursa, dengan perusahaan yang belum yang lebih banyak karena aktiva tetap yang ada
masuk bursa. Penelitian Vries ini didasari oleh dapat digunakan sebagai jaminan utang. Perusa-
penelitian yang dilakukan oleh Drobetz et al. (2007), haan akan menggunakan modal sendiri atau utang
dimana ada hubungan karakteristik perusahaan jangka panjang yang sesuai dengan umur aktiva
dengan faktor ekonomi dalam satau negara. untuk diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap.
Al-Najjar & Taylor (2008), menginvestigasi Perusahaan yang memiliki jumlah aktiva tetapnya
secara komparatif hubungan antara struktur kepe- tinggi akan lebih mudah untuk mendapatkan
milikan dengan struktur modal. Penelitian ini utang, karena aktiva tetap dapat dijadikan sebagai
mengaplikasikan model ekonometrik berdasarkan jaminan. Semakin besar proporsi aktiva tetap, maka
single equation dan reduced form equation dengan perusahaan akan cenderung menggunakan lebih
menggunakan data panel (Gourieroux & Jasiak, banyak utang.
2001). Hasil yang didapatkan adalah struktur kepe-
| 218 |
Struktur Modal dan Keputusan Investasi pada Perusahaan Telekomunikasi Indonesia
Palti Marulitua Sitorus, D.S. Priyarsono, Adler Haymans Manurung, Tubagus Ahmad Maulana
Tabel 5. Hasil Regresi Pengujian Pengaruh Struktur Modal dan Struktur Aset terhadap Profitabilitas
Variabel Perusahaan Asing Perusahaan Lokal Keseluruhan
Constanta 0,127 0,800 0,233
(0,047) (0,002) (0,000)
DER -0,038 0,109 -0,057
(0,000) (0,005) (0,05)
Asset Structure 0,029 -0,083 -0,042
(0,046) (0,037) (0,031)
R-squared 0,746 0,095 0,341
F-statistic 30,862 1,107 5,440
Prob(F-statistic) 0,000 0,034 0,012
Dependent Variable: Profitability= sig. p value < 0,05
| 219 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 18, No.2, Mei 2014: 215–222
| 220 |
Struktur Modal dan Keputusan Investasi pada Perusahaan Telekomunikasi Indonesia
Palti Marulitua Sitorus, D.S. Priyarsono, Adler Haymans Manurung, Tubagus Ahmad Maulana
tur aset (0,029), sedangkan untuk perusahaan lokal, ment, asset life cycle yang pendek. Karena r2 untuk
yang memberikan kontribusi positif menjadi kon- perusahaan asing jauh lebih besar dari perusahaan
tributor adalah struktur modal (0,109). lokal, maka penelitian ini dapat diteruskan untuk
industri lain dengan kepemilikan asingnya tinggi.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA
Ahmed, R. 2012. Is There an Optimal Capital Structure in
Penelitian ini telah mengungkapkan bebe- the UK Telecommunication Industry. International
rapa temuan penting yang berkaitan dengan efek Journal Research in Finance and Marketing, 2(2): 26-
struktur modal dan keputusan investasi pada ki- 47.
nerja perusahaan, yang secara khusus berfokus
Al-Najjar, B. & Taylor, P. 2008. The Relationship between
pada industri telekomunikasi Indonesia. Pengaruh Capital Structure and Ownership Structure. Mana-
negatif dan signifikan dari variabel independen gerial Finance, 34(12): 919-933.
memberi kesimpulan bahwa utang tidak selalu
Antoniou, A., Guney, Y., & Paudal, K. 2008. The Determi-
menjadi pilihan yang strategis untuk dana investasi nants of Corporate Debt OwnershipS t r u c t u r e :
agar mendatangkan keuntungan pada industri Evidence from Market-Based and Bank Based
telekomunikasi Indonesia selama periode 2006- Economies. Managerial Finance, 34(12): 821-847.
2013. Sekalipun masih terbuka untuk perusahaan Asosiasi Telepon Seluler Indonesia. 2012. Jakarta: ATSI.
asing yang beroperasi di Indonenesia. Hal ini men-
jadi cacatan penting karena Indonesia mempunyai Baye, M.R. 2002. Managerial Economics and Business Strat-
egy. New York: McGraw-Hill Higher Education.
pelanggan telekomunikasi yang sangat besar dan
kemungkinan akan terjadi capital flight yang tinggi Business Monitor International. 2010. India Telecommu-
sebagai hasil operasi. nication Report. New Delhi: BMI.
| 221 |
Jurnal Keuangan dan Perbankan | KEUANGAN
Vol. 18, No.2, Mei 2014: 215–222
Fee, C.E., Hadlock, C.J., & Pierce, J.R. 2009. Investment, cial Performance. Journal of Business Research, 59(6):
Financing Constraints, andInternal Capital Mar- 679–685.
kets: Evidence from the Advertising Expenditures
of Multinational Firms. Review of Financial Stud- Manurung, A.H. 2012. Teori Keuangan Perusahaan. Jakarta:
ies, 22(6): 2361-2392. PT Adler Manurung Press.
Gitman, L.J. & Hennessey, S. 2006. Principles of Manage- Martono & Harjito, D.A. 2007. Manajemen Keuangan. Edisi
rial Finance. 1st Edition. Toronto: Pearson Addison Pertama. Yogyakarta: Ekonisia.
Wesley.
Moyer, R.C., McGuigan, J.R., & Kretlow, W.J. 2003. Con-
Gourieroux, C. & Jasiak, J. 2001. Financial Econometrics. temporary Financial Management. 9th Edition. Ma-
New Jersey: Princeton University Press. son: Thomson.
Jedidi, K., Mela, C.F., & Gupta, S. 1999. Managing Adver- Salvatore, D. 2010. Managerial Economics: Principles and
tising and Promotion for Long- Run Profitability. Worldwide Applications. 6th Edition. New York:
Marketing Science, 18(1): 1-22. Oxford University Press.
Chen, H.L., Hsu, W.T., Huang, Y.S. 2008. Top Manage- Smart, S.B., Megginson, W.L., & Gitman, L.J. 2004. Corpo-
ment Team Characteristics, R&D Investment, and rate finance. 2nd Edition. Mason: Thomson.
Capital Structure in the IT Industry. Small Business
Vries, A.D. 2010. The Effect of Firm Characteristics and
Economics, 2(35): 319–333.
Economic Factors on Capital Structures: A South
Lasher, W.R. 2003. Practical Financial Management. 3rd African Study. The Business Review Cambrige, 8(50):
Edition. Ohio: Thomson South-Western. 205-211.
Lin, B.W., Lee, Y., & Hung, S.C. 2006. R&D Intensity and
Commercialization Orientation Effects on Finan-
| 222 |