Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DOSEM PEMBIMBING

RITA ANGGRAINY, ST,.MT

NAMA : Apen Hara Hara

NIM : 23 410 008

NAMA : M Sangkut Saputra

NIM : 23 410 030

NAMA : Fikriansyah

NIM : 23 410 026

NAMA : Erlangga Hendri Putra

NIM : 23 410 015

Fakultas Tenik Sipil


Universitas Palembang

2023 / 2024
Hari /Tanggal : Sabtu 20 Januari 2024
Jam : 10.30 Wib
Suhu : 31 Derajat
Praktikum Pertama
1.1 Tujuan Praktikum
Tujuan dari percobaan ini adalah dapat dan mahir menggunakan jangka sorong untuk
mengukur diameter benda.

2.1 Jangka Sorong


Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang terdiri atas skala utama, skala nonius,
rahang pengatur garis tengah dalam, rahang pengatur garis tengah luar, dan pengukur kedalaman.
(Saripudin, 2007)
Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
beberapa alat dalam kehidupan yang sulit untuk dijangkau dengan pengukuran biasa. Secara
umum, jangka sorong memiliki dua jenis skala. Skala pertama tertera pada rahang utama jangka
sorong. Skala ini disebut dengan skala tetap (skala utama). Skala kedua tertera pada rahang yang
bergerak disebut skala nonius atau skala vernier. (Mikrajuddi, 2007)
Skala nonius disebut juga sebagai skala vernier yang diambil dari nama penemunya
Piere Vernier, seorang ahli teknik berkebangsaan Perancis. Panjang 10 skala nonius adalah 9
mm. Ini berarti, 1 skala nonius (jarak antara dua garis nonius yang berdekatan) sama dengan 0,9
mm. Dengan demikian, selisih skala utama dengan skala nonius adalah 1 mm – 0,9 mm = 0,1
mm atau 0,01 cm. (Kamajaya, 2007)
Pengukuran panjang sisi luar suatu benda dapat dilakukan dengan menjepit benda yang
diukur dengan menggunakan rahang jangka sorong yang besar. Sebaliknya, pengukuran panjang
sisi dalam suatu benda dapat dilakukan dengan menarik benda yang ingin diukur dengan
menggunakan rahang jangka sorong yang kecil.
Dengan melihat skala terkecil dari jangka sorong ini, yaitu 0,1 mm atau 0,01 cm, maka
ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil jangka sorong tersebut, yaitu :
1
∆x = 2 × 0,1 mm = 0,05 mm atau 0,005 cm

2.1.1 Bagian-Bagian Jangka Sorong


Bagian-bagian jangka sorong terdiri atas :
1. Internal jaws (rahang dalam) adalah bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi
bagian dalam.
2. External jaws (rahang luar) adalah bagian yang berfungsi untuk mengukur dimensi
bagian luar.
3. Locking screw (baut pengunci) adalah bagian yang berfungsi sebagai pengunci rahang.
4. Imperial scale adalah skala dalam satuan inci.
5. Metric scale adalah skala dala satuan millimeter.
6. Depth measuring blade adalah batang pengukur kedalaman.

2.1.2 Fungsi dan Ketelitian Jangka Sorong


Jangka sorong mempunyai beberapa fungsi pengukuran, yaitu :
1. Mengukur benda kerja pada bagian luar, bentuk kubus, persegi panjang, bujur sangkar
atau bulat.
2. Mengukur benda kerja pada bagian dalam, bentuk pipa bulat, segi empat, dan lain-lain.
3. Mengukur kedalaman lubang.
4. Mengukur ketinggian benda yang bertingkat.
Ketelitian jangka sorong terdapat beberapa macam ketelitian, yaitu :
1. Ketelitian 0,02 mm : skala Vernier terbagi 50 ruas.
2. Ketelitian 0,05 mm : skala Vernier terbagi 20 ruas
1
3. Ketelitian inch : skala Vernier terbagi 8 ruas satuan yang dipakai inch (bagian
128
atas).

2.1.3 Proses Kerja Jangka Sorong


Mengukur kedalaman dan diameter suatu benda dapat diukur dengan menggunakan
jangka sorong. Hal itu karena pada dasarnya, alat ukur ini diciptakan untuk mengukur hal-hal
yang demikian. Selain itu, jangka sorong juga dapat memberikan hasil pengukuran yang sangat
detail.
Sebelum hendak melakukan pengukuran, ada baiknya diperhatikan hal-hal berikut ini
agar proses pengukuran dapat berjalan dengan baik
 Pertama-tama, bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukur. Jangka sorong dan
benda yang kotor dapat menyulitkan pengukuran. Hal tersebut juga dapat menghasilkan
pengukuran yang tidak tepat.
 Pastikan skala nonius yang terdapat pada jangka sorong dapat bergeser dengan bebas
tanpa adanya hambatan.
 Pastikan dua skala pada jangka sorong bertemu tepat pada angka 0 (nol). Jika angka nol
pada dua skala tidak tepat bertemu, maka akan menghasilkan pengukuran yang kurang
baik.
 Perhatikan tekanan pengukuran agar jangan sampai terlalu kuat karena akan
menyebabkan pembengkokan pada rahang ukur maupun lidah pengukur kedalaman.
Agar rahang tidak bergeser, kencangkan baut pengunci. Namun, jangan sampai terlau
kuat karena akan mengakibatkan kerusakkan pada baut pengunci.
 Ketika hendak mengukur, perhatikan bahwa benda yang akan diukur sedekat mungkin
dengan skala utama. Hal ini karena pengukuran yang dilakukan dengan ujung gigi
pengukur akan menghasilkan ukuran yang kurang tepat dan akurat.
 Posisikan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang akan diukur.
 Untuk membaca skala nonius, hendaknya dilakukan setelah jangka sorong diangkat
keluar dari benda ukur dengan hati-hati.
 Untuk menghindari salah baca ukuran, miringkan skala nonius sehingga sejajar dengan
pandangan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan melihat dan menentukan garis skala
nonius yang sejajar dengan garis skala utama.
 Untuk menghindari pengkaratan, bersihkan jangka sorong lalu simpan dengan baik.
Setelah memperhatikan hal-hal di atas, pengukuran benda menggunakan jangka sorong
dapat dilakukan. Pengukuran tersebut seperti yang telah dipraktikkan pada percobaan ini.

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaaan ini adalah :
3.1.1 Alat
1. Jangka Sorong

3.1.2 Bahan
1. Uang Logan
2. Pipa plastik
3. Pipa besi
4. Dll .

4.2 Cara Kerja


Prosedur kerja pada percobaan ini adalah :
A. Pengukuran Diameter Luar
1. Pipa diletakkan secara melintang antara rahang A B, kemudian roda R digeser
sehingga benda tepat terjepit di antara rahang tersebut.
2. Dibaca angka skala pada skala utama yang berada di sebelah kiri dari angka nol
nonius. Lalu dilihat garis skala nonius keberapa yang terhimpit dengan garis
skala utama. Hasil perkalian angka skala nonius dengan 0.05 mm kemudian
dijumlahkan dengan skala angka utama.

B. Pengukuran Diameter Dalam


1. Pipa atau silinder dimasukkan ke dalam rahang C D kemudian roda R digeser
kearah luar sehingga kedua rahang itu tepat menyentuh bagian dalan sisi pipa.
2. Pembacaan pengukuran dilakukan dengan cara yang sama seperti pada cara no. 2
di atas.
C. Pengukuran Tinggi atau Dalam Suatu Pipa
1. Pipa diletakkan secara tegak di atas meja lalu roda R digeser ke arah luar
sehingga tangkai T terlihat ke dalam pipa sehingga menyentuh meja dan pinggir
jangka sorong menyentuh bagian atas pipa.
2. Pembacaan pengukuran dilakukan seperti pada no. 2A di atas.
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 4.1 Pengukuran pada Ring
Ulangan Luar (mm) Dalam (mm) Kedalaman (mm)
1 31,2 29,325 11,275
2 31,275 30,5 12,5
3 31,35 29,5 11,375
Rata-rata 31, 275 29,775 11,717

Tabel 4.2 Pengukuran pada Pipa Plastik


Ulangan Luar (mm) Dalam (mm) Kedalaman (mm)
1 20,35 18,15 129,05
2 21,5 18,125 129,475
3 21,45 18,175 129,075
Rata-rata 21,1 18,15 129,2

Tabel 4.3 Pengukuran pada Pipa Besi


Ulangan Luar (mm) Dalam (mm) Kedalaman (mm)
1 25,2 22,05 100,4
2 25,175 21,375 100,35
3 25,325 22,375 100
Rata-rata 25,23 21,93 100,25

4.2 Pembahasan
Pada proses pengukuran ring diperoleh hasil seperti pada tabel di atas. Pada pengukuran
diameter luar, skala utama yang diperoleh adalah 31 mm, tetapi pada angka skala noniusnya
terdapat perbedaan yang tidak terlalu signifikan. Hal ini dikarenakan bentuk ring yang tidak bulat
sempurna. Sehingga pada saat pengukuran terjadi perbedaan angka skala noniusnya walaupun
perbedaan yang diperoleh tidak terlalu jauh. Pada saat pengukuran diameter dalam ring juga
demikian. Hanya saja hasil pengukuran yang diperoleh sedikit lebih jauh. Hal ini dikarenakan
kondisi ring yang digunakan tidak bulat sempurna dan pada saat pengukuran dilakukan, rahang C
D sedikit dipaksakan merenggang sehingga ring berbentuk sedikit lonjong. Pada pengukuran
kedalaman uang logam juga seperti pengukuran diameter dalam yang diperoleh hasil yang
berjarak sedikit lebih jauh yang dikarenakan pada saat pengukuran berlangsung, tangkai T pada
pengulangan kedua berada pada bagian tengah dasar ring sedangkan pada pengulangan pertama
dan ketiga, tangkai T berada tidak tepat di bagian tengah dasar ring. Ring yang digunakan
memiliki dasar yang sedikit melengkung.
Pada proses pengukuran pipa plastik diperoleh hasil seperti pada tabel. Pengukuran
diameter luar pada percobaan pertama hasilnya sedikit lebih jauh berbeda dibandingkan dengan
hasil pengukuran pengulangan kedua dan ketiga. Hal ini juga dikarenakan bentuk pipa plastik
yang tidak bulat sempurna. Pada pengukuran diameter dalam dan kedalaman diperoleh hasil
yang hampir sama, perbedaannya hanya terletak pada angka skala noniusnya.
Pada pengukuran pipa besi diperoleh hasil pengukuran diameter luar dan kedalaman
yang hampir sama, tetapi pada pengukuran diameter dalam terdapat sedikit perbedaan ukuran.
Karena pada pipa besi juga memiliki bulat yang tidak sempurna.
Pengukuran dari masing-masing benda diperoleh hasil perhitungan rata-rata diameter
luar, diameter dalam dan kedalamannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Jangka sorong adalah salah satu alat ukur yang dapat digunakan untuk mengukur
beberapa benda dalam kehidupan yang sulit untuk dijangkau dengan pengukuran biasa.
2. Pada jangka sorong skala yang digunakan ada 2, yaitu skala utama dan skala nonius
dengan satuan millimeter.
3. Ketelitian jangka sorong yang digunakan adalah 0,05 mm.
4. Perhitungan benda menggunakan jangka sorong digunakan rumus :
Skala utama + (Skala nonius × 0,05 mm)
5.2 Saran
Hendaknya pada saat praktikum dilaksanakan, peserta lebih fokus dan memeperhatikan
petunjuk atau proses kerja dari jangka sorong. Sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam
pengukuran.

Hari /Tanggal : Sabtu 20 Januari 2024


Jam : 11.00 Wib
Suhu : 31 Derajat
Praktikum Ke 2

1. Tujuan
Adapun tujuan praktikum viskositas ini adalah :
1. Mampu menentukan rapat massa pada bola dengan rapat massa pada zat cair.
2. Mampu menentukan hubungan antara kekentalan dengan kecepatan pada benda.
3. Mampu menentukan hubungan antara viskositas dengan kelajuan

2. Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum viskositas kali ini adalah praktikan atau mahasiswa dapat
mengerti dan memahami konsep viskositas (kekentalan) zat cair dengan prinsip bola jath, serta
dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari , misalnya kejadian pad asaat memasukkan olu
diesel, memasukkan barang ke dalam wadah yang di beri minyak serata contoh lainnya adalah
pengentslsn darah.

PERCOBAAN
1. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum viskositas adalah:
1. Kelereng jatuh dengan perlengkapannya , digunakan untuk mengukur viskositas zat cair.
Stopwatch, digunakan untut mencatat waktu yang diperlukan Kelereng untuk menempuh jarak
dari titik
2. Neraca / timbangan, digunakan untuk menimbang Kelereng .

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Adapun hasil dari percobaan viskositas ini adalah :

4.1.1 Minyak

Kelereng Pertama

Vm I K AP

142,8 0,074 0,009 (0,074 0,009) 13,3 % 86,7% 2

160 0,066 0,009 (0,066 0,009) 14,5% 85,5% 2

181,8 0,098 0,081 (0,098 0,081) 13,9% 86,1% 2

Kelereng Kedua

Vm I K AP

75,47 0,120 0,013 (0,120 0,013) 11,16 % 88,84% 2

30,53 0,298 0,015 (0,298 0,015) 5,03% 94,97% 2

29,6 0,245 0,060 (0,245 0,060) 2,5% 97,42% 2

Kelereng Ketiga

Vm I K AP

160 0,030 0,009 (0,030 0,009) 31% 69% 2

85,1 0,010 0,013 (0,010 0,013) 13% 87% 2


142,8 0,105 0,013 (0,105 0,013) 12,3% 87,7% 2

4.1.2 Oli
Kelereng Pertama
Vm I K AP
121,2 0,31 0,001 (0,31 0,001) 0,96% 99,24% 3

41,6 0,38 0,0018 (0,38 0,0018) 0,47% 99,53% 3

80,7 0,28 0,0011 (0,28 0,0011) 0,63% 99,53% 3

Keleng Kedua
Vm I K AP
5,1 3,16 0,005 (3,16 0,005) 0,16% 99,84% 4

4,8 2,7 0,0026 (2,7 0,0026) 0,21% 99,89% 4

4,5 2,4 0,0028 (2,4 0,0028) 0,28% 99,72% 4

Kelereng Ketiga
Vm I K AP
11,5 1,6 0,13 (1,6 0,13) 8,25% 91,8% 3

9,7 2,1 0,016 (2,1 0,016) 5,7% 94,3% 3

5,6 1,1 0,0021 (1,1 0,0021) 4,3% 95,7% 3

4.2 Pembahasan
Viskositas adalah ukuran resistensi zat cair untuk mengalir. Viskositas dapat berpengaruh
pada formulasi sediaan-sediaan farmasi, misalnya pada sediaan suspensi, tidak boleh terlalu
kental (viskositas tinggi) sehingga menyebabkan suspensi sulit dituangkan. Hal ini dapat
menyebabkan distribusi zat aktif tidak merata pada seluruh cairan dan keterimaan pasien juga
rendah. Viskositas bola bergantung pada waktu tempuh Kelereng dan jenis Kelereng yang
digunakan.
Berdasarakan praktikum yang telah dilakukan dan berdasarkan tabel hasil di atas, dapat
diketahui bahwa rapat massa dari benda atau bola lebih besar dari pada massa zat cair
( dalam hal ini minyak dan oli ). Dalam percobaan viskositas ini terdapat kekurangan yang
terjadi sehingga hasil yang diperoleh tidak begitu akurat, oleh karena itu agar mendekati nilai
kebenaran atau mendekati nilai sempurna. Melalui percobaan viskositas dapat diketahui bahwa
laju benda dalam fluida atau zat cair ditentukan oleh berbagai faktor, bukan hanya faktor nilai
viskositas, tetapi juga dipengaruhi oleh massa benda, jari-jari benda, serta kecepatan benda.
Selain itu juga massa jenis mempengauruhi pada proses ini.
Nilai viskositas yang diperoleh d engan nilai kelajuan berbanding terbalik, jika kecepatan
benda semakin besar atau semakin cepat maka viskositas akan semakin kecil. Dan sebaiknya jika
kelajuan semakin kecil maka nilai viskositas akan semakin besar. Pada percobaan ini diperoleh
hasil bahwa kecepatan benda di dalam minyak lebih besar jika dibandingkan dengan kecepatan
benda di dalam oli. Dengan melihat ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekentalan pada oli
lebih besar dari pada nilai kekentalan pada minyak.
Semakin besar angka viskositas atau kekentalan pada suatu fluida , maka akan semakin
lambat pada suati zat cair atau fluida tersebut. Dan sebaliknya jika angka atau nilai kekentalan
atau viskositas pada sebuah zat cair kecil, maka benda akan melaju dengan kecepatan yang tinggi
di dalam suatu fluida.
Dari perhitungan yang dilakukan dapat dibuktikan bahwa semakin banyak waktu yang
diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir, maka viskositas cairan tersebut semakin besar pula.
Hsl ini berarti waktu yang diperlukan oleh suatu cairan untuk mengalir sebanding atau
berbanding lurus dengan viskositasnya.

Hari /Tanggal : Sabtu 20 Januari 2024


Jam : 11.00 Wib
Suhu : 31 Derajat
Praktikum Ke 3

1.DASAR TEORI
Bila suatu benda dikenai sebuah gaya dan kemudian gaya tersebut dihilangkan, maka benda akan
kembali ke bentuk semula, berarti benda itu adalah benda elastis. Namun pada umumnya benda
bila dikenai gaya tidak dapat kembali ke bentuk semula walaupun gaya yang bekerja sudah
hilang. Benda seperti ini disebut benda elastis. Contoh benda elastis adalah karet ataupun pegas.
Pegas merupakan gulungan lingkaran kawat, yang digulung sedemikian rupa agar memiliki
kelenturan. Pegas ini biasanya terbuat dari besi, tembaga dan lainnya. Kelenturannya juga
disebut dengan elastisitas pegas.
Jika pegas dikaitkan dengan sebuah beban yang memiliki massa kemudian pegas digantung atau
ditarik, pegas akan mengalami perpanjangan. Perpanjangannya ini sebanding dengan gaya yang
bekerja pada pegas. Pada saat pegas ditarik atau di tekan (pada pegas bekerja gaya F) pegas
bertambah panjang atau mungkin bertambah pendek. Pegas tersebut juga memberikan gaya
perlawanan terhadap gaya yang bekerja pada pegas yang dinamakan gaya lenting pulih (Fp).
Besarnya gaya lenting pulih sama dengan gaya penyebabnya tetapi arahnya belawanan dengan
gaya penyebabnya. Sehingga hukum hooke juga disebut sebagai keelastisan suatu benda. Bila
pegas ditarik melebihi batasan tertentu maka benda itu tidak akan elastis lagi. Bagaimanakah
hubungan pertambahan panjang dengan gaya tarik ? karena besarnya gaya pemulih sebanding
besarnya pertambahan panjang .

1.ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain :

1. Pegas
2. Mistar
3. Beban
4. Papan Alus Dan Kasar

2.PROSEDUR PERCOBAAN

Pegas ditarik pada tempat yang telah dipersiapkan. Kemudian beban ditempatkan pada pegas,
dimulai dari massa beban yang paling kecil.
DATA PENGAMATAN

I. Percobaan I

No. Massa beban (kg) Waktu untuk 15 osilasi (s)

1 0,05 4,48

2 0,05 4,04

3 0,05 4,50

II. Percobaan II

No. Massa beban (kg) Waktu untuk 15 osilasi (s)

1 0,15 7,02

2 0,15 6,50

3 0,15 6,36

III. Percobaan III

No. Massa beban (kg) Waktu untuk 15 osilasi (s)

1 0,25 8,89

2 0,25 8,88
3 0,25 8,75

I. PEMBAHASAN

Percobaan pengukuran konstanta pegas dengan metode pegas dinamik ini masing-masing percobaan
dilakukan sebanyak lima kali dengan menggunakan massa beban yang berbeda–beda yaitu 0.05 kg, 0.15
kg,0.25kg.

Anda mungkin juga menyukai