MNV EAjrbh 5 EM8 R of YIEARBSFQGp IRZug V0 e K01 TC
MNV EAjrbh 5 EM8 R of YIEARBSFQGp IRZug V0 e K01 TC
SKRIPSI
Oleh :
RIMA DWI NOR DIAH
NIM : 22120002
JURUSAN MANAJEMEN
i
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
This study aims to clarify issues regarding the role of E-Procurement and
employee competence in preventing fraud in the Procurement of goods or services
at the Indonesian State Marine Polytechnic.
This research includes qualitative research. Data collection techniques
using observation methods, interview methods, and library methods. Data
analysis in this study uses the theory triangulation method.
The results of the analysis are as follows: (1) The implementation of the
procurement of goods or services through E-Procurement at the Indonesian State
Marine Polytechnic includes procurement planning, procurement preparation,
election preparation, election implementation, contract implementation and
handover of work results, (2) Prevention of fraud in the procurement of goods and
services within the Indonesian State Maritime Polytechnic by implementing E-
Procurement and the application of ethics for the procurement of goods and
services in accordance with applicable regulations, (3) Competence of employees
who have integrity, expertise and composition of human resources in accordance
with Presidential Regulation Number 16 The year 2018 concerning Guidelines for
the Procurement of Goods and Services is one of the efforts to prevent fraud, (4)
E-Procurement and employee competence have a relationship in preventing fraud
in the procurement of goods or services at the Indonesian State Maritime
Polytechnic, its implementation and human resources are regulated and
according to an a legal basis that behave.
vi
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Penerapan E-Procurement Dan Kompetensi Pegawai Dalam
Pencegahan Fraud Pada Pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia ”
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Kesarjanaan pada Jenjang Pendidikan Strata 1 program studi Manajemen di
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cendekia Karya Utama.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang-orang disekitar penulis,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap semoga penulisan skripsi ini berguna bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya sebagai wawasan pengetahuan.
Semarang,
Penulis
HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
ABSTRACT..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1. Manfaat Teoritis.................................................................................... 7
2. Manfaat Praktis......................................................................................7
2.1.2 E-Procurement..................................................................................9
viii
2.1.2.2 Landasan Hukum E-Procurement..........................................10
a. Jenis Data........................................................................................... 46
b. Sumber Data...................................................................................... 47
3.4 Informan............................................................................................ 48
5.1 Simpulan............................................................................................102
5.2 Keterbatasan.......................................................................................103
5.3 Saran...................................................................................................104
LAMPIRAN.........................................................................................................109
DAFTAR TABEL
ix
DAFTAR GAMBAR
x
Gambar IV.28 Melihat Penawaran Peserta............................................................86
Gambar IV.29 Evaluasi Penawaran.......................................................................86
Gambar IV.30 Evaluasi Administrasi....................................................................87
Gambar IV.31 Evaluasi Kualifikasi.......................................................................87
Gambar IV.32 Evaluasi Teknis..............................................................................88
Gambar IV.33 Evaluasi Harga...............................................................................88
Gambar IV.34 Evaluasi Kualifikasi.......................................................................89
Gambar IV.35 Undangan Pembuktian Kualifikasi................................................89
Gambar IV.36 Pembuktian Kualifikasi..................................................................90
Gambar IV.37 Pengumuman Pemenang................................................................90
Gambar IV.38 Kirim Pengumuman Pemenang.....................................................90
Gambar IV.39 Bukti Penawaran Peserta................................................................97
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
manajemen keuangan daerah baik pada tahap penganggaran, implementasi
maupun pertanggungjawaban. (Mardiasmo, 2004:27).
Pengadaan barang atau jasa yang dibiayai oleh APBN diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018. Regulasi pengadaan barang atau
jasa dilingkungan pemerintah atau BUMN atau BUMD telah beberapa kali
mengalami penyempurnaan dengan maksud agar mendapatkan barang atau
jasa yang berkualitas, dan terhindar dari fraud atau kecurangan sehingga
memberikan manfaat yang optimal bagi negara dalam pembangunan.
Menurut Karyono (2013:4-5) fraud dapat didefinisikan sebagai
kecurangan yang mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan
melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan
tertentu misalnya menipu atau memberikan gambaran keliru (mislead) kepada
pihak-pihak lain, yang dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun
dari luar organisasi. Kecurangan dirancang untuk memanfaatkan peluang-
peluang secara tidak jujur, yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan pihak lain.
Karyono (2013:11) berpendapat bahwa ada beberapa pemicu utama
yang dikenal dengan fraud triangle theory sehingga seseorang termotivasi
untuk melakukan kecurangan atau fraud, faktor tersebut terdiri dari 1)
Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud (pressure), 2) Peluang atau
kesempatan untuk melakukan fraud (opportunity), 3) Dalih untuk
membenarkan tindakan fraud (retionalization). Apabila kecurangan ini
dibiarkan maka akan membahayakan bagi pemerintah atau organisasi yang
terkait. Pemerintah maupun organisasi yang terikat dalam praktek kecurangan
dapat mengakibatkan organisasi tersebut hancur reputasinya, kerugian
material, serta rusaknya moral di lingkungan pemerintah atau organisasi.
Pengadaan barang atau jasa dinilai sebagai masalah krusial, terbukti
dengan ditemukannya kasus-kasus penyimpangan dalam pengadaan barang
atau jasa. Kategori penanganan kasus sepanjang tahun 2019 terdiri dari 119
tindak perkara penyuapan, 118 perkara pengadaan barang atau jasa, dan 5
2
perkara tindak pidana pencucian uang (https://www.kpk.go.id/, diakses pada
tanggal 27 September 2021).
Tabel I.1
Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Jenis Perkara
Perkara 2017 2018 2019 2020
Pengadaan barang atau jasa 15 17 18 27
Perijinan 2 1 0 0
Penyuapan 93 168 119 55
Pungutan atau Pemerasan 0 4 1 0
Penyalahgunaan Anggaran 1 0 2 6
TPPU 8 6 5 3
Merintangi Proses KPK 2 3 0 0
Jumlah 121 199 145 91
Salah satu solusi dari upaya pencegahan terjadinya fraud dalam hal
pengadaan barang atau jasa yaitu dengan menerapkan E-Procurement. E-
Procurement adalah proses pengadaan barang atau jasa pemerintah yang
pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dan berbasis website atau
internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi
yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Sesuai dengan latar belakang
diadakannya E-Procurement adalah penyelenggaraan pemerintahan yang baik
dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Selain untuk
transparansi, efisiensi dan efektivitas serta akuntabilitas dalam pengadaan
barang atau jasa melalui media elektronik antara Pokja dan Penyedia Jasa
juga merupakan tujuan dari E-Procurement.
Berdasarkan pada studi yang dilakukan oleh Dwi Ari Wibawa (2014)
menunjukkan bahwa adanya perbedaan transparansi antara sebelum dengan
sesudah dari penerapan E-Procurement di Kementerian Keuangan. Hasil
penelitian tersebut menggambarkan adanya peningkatan kualitas transparansi,
3
keterbukaan peluang dan aturan tender, kejelasan aturan dalam dokumen
pengadaan, penyampaian addendum dokumen pengadaan, pemenuhan waktu
pengadaan, pelaksanaan prinsip terbuka dan bersaing, kemudahan sanggahan
dan aduan, kemudahan mengikuti tender dan keterbukaan penyampaian hasil
evaluasi termasuk hal-hal yang menggugurkan.
Dalam pencegahan kasus fraud memiliki keterkaitan erat dengan
kompetensi sumber daya manusianya, kompetensi dasar manusia bengaruh
positif signifikan terhadap pencegahan fraud (Ni Kadek Dwi Ariastini, 2017).
Semakin baik atau semakin tinggi tingkat kompetensi sumber daya manusia
maka akan semakin baik pula tingkat pencegahan fraud. Namun sebaliknya,
apabila semakin rendah kompetensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia
pada sebuah organisasi maka akan semakin rendah pula tingkat pencegahan
fraud tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hambani, S., Warizal, W.,
Kusuma, I. C., & Ramadianti, R. (2021) diperoleh hasil menunjukan bahwa
budaya organisasi, E-Procurement, whistleblowing system, dan pengendalian
interal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud dalam
proses pengadaan barang atau jasa baik secara parsial maupun secara
simultan.
Meskipun dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat pada
era sekarang, tindakan kecurangan pada pengadaan barang dan jasa tentu bisa
saja terjadi di institusi manapun. Sebagai pelaksanaan penggunaan anggaran,
pengadaan harus dapat menghasilkan barang atau jasa yang dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Dengan adanya sistem
pengadaan secara elektronik yang pada dasarnya dapat dilihat oleh khalayak
ramai, namun bagi masyarakat yang awam mengenai proses pengadaan serta
kebutuhan dan output suatu institusi pemerintah maka akan muncul stigma
bahwa suatu atau salah satu pengadaan barang dan jasa tersebut dinilai
berlebihan. Selain karena masyarakat awam menilai nominal yang berlebihan
tapi juga mempertanyakan apakah memang para pelaku pengadaan ini sudah
4
memiliki keahlian yang seharusnya. Dengan transparansi data yang dapat
dilihat melalui laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LSPE).
Sama hal nya dengan pengadaan barang atau jasa di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia, semua keluaran dari pelaksanaan tersebut haruslah
sesuai dengan kebutuhan dan manfaat utama. Untuk membuktikan bahwa
Politeknik Maritim Negeri Indonesia mengikuti perkembangan era teknologi
dan patuhnya terhadap landasan hukum yang berlaku, yaitu dengan
menerapkan sistem pengadaan secara elektronik. Kemudian untuk
meyakinkan publik bahwa kebutuhan sumber daya manusia pengadaan sudah
sesuai dan memang berkompeten maka ada upaya peningkatan sumber daya
manusia baik dari latar belakang pendidikan atau dengan mengikuti sertifikasi
pengadaan. E-Procurement dan kompetensi pegawai menjadi komponen
penting dalam keberhasilan pengadaan barang atau jasa.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS PENERAPAN E-
PROCUREMENT DAN KOMPETENSI PEGAWAI DALAM
PENCEGAHAN FRAUD PADA PENGADAAN BARANG ATAU JASA
DI POLITEKNIK MARITIM NEGERI INDONESIA”
5
penerapan E-Procurement dan kompetensi pegawai.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka diperoleh
rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan E-Procurement di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia ?
2. Bagaimana pencegahan fraud pada pengadaan barang atau jasa
di Politeknik Maritim Negeri Indonesia ?
3. Bagaimana peran kompetensi pegawai dalam pencegahan
fraud pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia ?
4. Bagaimana peran E-Procurement dan kompetensi pegawai
dalam pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia ?
6
Manfaat yang diharapkan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharap mampu menyempurnakan stewardship theory
yang dikemukakan oleh Donaldson dan Davis (1991:50). Teori ini
memaparkan situasi dimana bahwa manajemen lebih berfokus pada
hasil sasaran utama untuk kepentingan organisasi bukan termotivasi
dari tujuan-tujuan individu.
Penerapan stewardship theory dimaksudkan agar kepentingan personal
dengan pemerintah dapat sejalan melalui pencapaian tujuan organisasi.
Dan apabila adanya perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan
masyarakat, maka pemerintah akan menjunjung tinggi nilai
kebersamaan sehingga tujuan organisasi tercapai dan tidak ada
kecurangan atau fraud yang akan terjadi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan atau
masukan pada Politeknik Maritim Negeri Indonesia untuk mengatasi
kelemahan dalam hubungannya dengan E-Procurement, serta
kompetensi pegawai sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan
baik.
7
pada proses pengadaan barang atau jasa di lingkungan Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara
kepada informan secara mendalam yang dianggap memiliki kapasitas dalam
memberikan informasi tentang peran E-Procurement serta kompetensi
pegawai dalam pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa. Tujuan fokus
penelitian ini adalah agar ruang lingkup peneliti tidak luas dan lebih fokus
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
2.1.2 E-Procurement
2.1.2.1 Pengertian E-procurement
Menurut Croom dan Brandon Jones (2007) dalam penelitiannya
sebagai berikut sebagai berikut:
“E-Procurement refers to the use of internet-based (integrated)
information and communication technologies (ICTs) to carry out
individual or all stages of the procurement process including search,
sourcing, negotiation, ordering, receipt, and post-purchase review”
10
tetapi meliputi negosiasi-negosiasi elektronik dan pengambilan keputusan
atas kontrak dengan pemasok.
Pengertian lain dari E-Procurement dikemukakan oleh Willem
Siahaya (2012:80) yaitu pengadaan secara elektronik (E-Pro) merupakan
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan jaringan
elektronik (jaringan internet atau intranet) atau electronic data interchange
(EDI)”.
Berdasarkan beberapa pengertian E-Procurement yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa E-Procurement
mengacu pada pemanfaatan internet berdasarkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk membantu individu dan keseluruhan tingkatan proses
pengadaan barang dan jasa.
11
5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
Selain itu, James E Demin dari Infonet Service Corp menyatakan
bahwa tujuan dari E-Procurement adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki tingkat layanan kepada para pembeli, pemasok, dan
pengguna.
2. Untuk mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang lebih
terintegrasi melalui rantai suplai perusahaan tersebut
3. Untuk meminimalkan biaya-biaya transaksi terkait pengadaan melalui
standarisasi, pengecilan, dan otomatisasi proses pengadaan di dalam dan
sesuai dengan agensi-agensi dan sektor-sektor.
4. Untuk mendorong kompetisi antar pemasok sekaligus memelihara
sumber pasokan yang dapat diandalkan.
5. Untuk mengoptimalkan tingkatan-tingkatan inventori melalui penerapan
praktik pengadaan yang efisien.
6. Untuk mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses
pengadaan.
7. Untuk mengurangi pengeluaran putus kontrak dengan menggunakan
teknologi untuk meningkatkan kewaspadaan pengguna terhadap
fasilitas-fasilitas kontrak yang ada dan membuatnya lebih mudah untuk
menentangnya.
8. Untuk meningkatkan kemampuan membeli dengan menggunakan
teknologi untuk mendukung identifikasi peluang untuk penyatuan dan
dengan memfasilitasi penyatuan persyaratan pengguna di dalam dan
melalui garis-garis bisnis.
9. Mengurangi biaya-biaya transaksi dengan menggunakan teknologi untuk
mengotomatisasikan proses-proses, yang mana masih tercetak (paper-be-
proased), dan untuk mengecilkan, dan menstandarisasi proses-proses dan
dokumentasi.
Berdasarkan beberapa tujuan yang dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan E-Procurement untuk menekan segala
12
bentuk penyimpangan dan peningkatan efisiensi serta transparansi dalam
proses pengadaan barang atau jasa.
13
berkat bantuan E-Procurement. Kenyamanan yang diberikan juga
dapat dilihat dari menurunnya jumlah sanggah sejak digunakannya E-
Procurement. Teknologi juga turut berperan mengubah "budaya kerja"
aparatur negara yang terlibat. Pengaturan jadwal dan waktu yang ketat
membuat tidak ada lagi toleransi terhadap keterlambatan.
Konsekuensinya, semua pihak yang terlibat harus mengubah budaya
kerja mereka untuk disiplin memenuhi tenggat waktu yang telah
ditetapkan. Selain pengaturan jadwal dan waktu, teknologi juga
membantu memastikan bahwa semua persyaratan, ketentuan, dan
proses dipenuhi serta ditaati.
3. E-Procurement juga berperan mengubah sikap para pelaku usaha
untuk dapat terus meningkatkan kompetensinya. Dalam setiap proses
pengadaan, pelaku usaha akan selalu mengetahui mengapa mereka
tidak berhasil memenangkan sebuah paket pengadaan. Pelaku usaha
yang baik akan terus berusaha memperbaiki diri untuk dapat
memperbesar kemungkinan memenangkan paket pengadaan di
kemudian hari. E-Procurement juga berdampak terhadap interaksi
yang terjadi antara pelaku usaha dengan pemerintah. Jika di masa lalu,
pelaku usaha perlu sering mendatangi instansi pemerintah di masing-
masing sektor dan mendekati pihak yang terkait untuk mendapatkan
informasi tentang peluang pengadaan, maka kini informasi tersebut
telah tersedia dalam sistem. Akibatnya, terjadi perubahan cara
berinteraksi dimana frekuensi komunikasi melalui sistem E-
Procurement meningkat sedangkan frekuensi tatap muka menjadi jauh
berkurang.
4. E-Procurement juga memberikan manfaat lain diluar yang
diperkirakan. Sebagai contoh, seluruh proses pengadaan, mulai dari
pengumuman sampai dengan penetapan pemenang, tercatat dalam
sistem. Akibatnya, setiap kegiatan yang tercantum sebagai item
pengadaan secara tidak langsung mencerminkan aktivitas yang
dilakukan oleh unit organisasi tersebut. Pimpinan juga dapat
14
menggunakan sistem ini untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah
dilaksanakan, sedang dalam proses pelaksanaan, maupun yang akan
dilaksanakan. Secara tidak langsung, hal ini tentunya juga
menunjukkan kinerja organisasi yang dipimpinnya.
5. E-Procurement juga dapat digunakan sebagai sarana untuk monitoring
dan evaluasi atas indikator kinerja pengadaan barang atau jasa
pemerintah yang dapat ditinjau dari beberapa kategori E-Procurement
juga meningkatkan perhatian terhadap fasilitas Teknologi Iinformasi.
Sifat E-Procurement yang lintas sektor menuntut penyediaan fasilitas
TI yang mencukupi kebutuhan setiap unit organisasi dalam
menyelenggarakan proses pengadaan. Ketika sistem yang ada tidak
dapat digunakan oleh pihak yang terkait dengan proses pengadaan,
tentunya akan menimbulkan keluhan. Dari sisi panitia pengadaan,
ketidaktersediaan sistem akan mengganggu proses pencantuman
pengadaan beserta dokumen penunjangnya. Dari sisi pelaku usaha,
ketidaktersediaan sistem akan mengganggu proses pengunduhan
dokumen pengadaan, dan pengunggahan dokumen penawaran. Oleh
karenanya, E-Procurement menuntut organisasi untuk meningkatkan
kapasitas dan kemampuan dalam pengelolaan sistem TI.
6. E-Procurement juga mengajak pihak yang terlibat untuk lebih
mengenal dan mengerti TI. Panitia pengadaan dituntut mampu
menggunakan teknologi TI dalam mengoperasikan sistem E-
Procurement. Pelaku usaha wajib menggunakan teknologi yang ada
jika ingin berpartisipasi dalam kegiatan pengadaan.
15
4. E-Purchasing
Adapun penjelasan dari metode pelaksanaan E-Procurement adalah
sebagai berikut:
1. E-Tendering
E-Tendering adalah tata cara pemilihan pemasok yang dilakukan
secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua pemasok yang
terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik.
2. E-Bidding
E-Bidding merupakan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
dengan cara penyampaian informasi dan atau data pengadaan dari
penyedia barang dan jasa, dimulai dari pengumuman sampai
dengan pengumuman hasil pengadaan, dilakukan melalui media
elektronik antara lain menggunakan media internet, intranet dan
atau atau electronic data interchange (EDI).
3. E-Catalogue
E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat
daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari
berbagai penyedia barang dan jasa.
4. E-Purchasing
E-Purchasing adalah tata cara pembelian barang dan jasa melalui
sarana E-Catalogue. Dalam modul yang disediakan dalam aplikasi
LPSE terdapat E-Tendering, E-Building, E-Catalogue, E-
Purchasing. Sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk
mengikuti tender dalam pengadaan barang atau jasa.
16
adalah tahapan E-Procurement menurut website LPSE (Sumber:
www.lpse.kemdikbud.go.id), yaitu:
1. Persiapan pengadaan
a. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) menetapkan paket pekerjaan
dalam SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) dengan
memasukkan: nama paket, lokasi, kode anggaran, nilai pagu,
target pelaksanaan, dan kepanitiaan.
b. Panitia pengadaan memasukkan ke dalam SPSE:
1) Kategori paket pekerjaan.
2) Me t o d e pe m i l i h a n pe n y e d i a ba r a n g at a u ja s a da n
penyampaian dokumen penawaran yang meliputi :
- E-lelang umum pra kualifikasi dua file.
- E-lelang umum pasca kualifikasi satu file.
- E-lelang umum pasca kualifikasi dua file.
3) Metode evaluasi pemilihan penyedia barang atau jasa.
4) Harga perkiraan sendiri.
5) Persyaratan kualifikasi.
6) Jenis kontrak.
7) Jadwal pelaksanaan lelang.
8) Dokumen Pemilihan.
2. Pengumuman pelelangan
a. Setelah mendapatkan penetapan PPK, paket pekerjaan yang
bersangkutan akan tercantum dalam website LPSE dan panitia
pengadaan mengumumkan paket lelang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Masyarakat umum dapat melihat pengumuman pengadaan di
website LPSE yang bersangkutan.
3. Pendaftaran peserta lelang
a. Penyedia barang atau jasa yang sudah mendapat hak akses
dapat memilih dan mendaftar sebagai peserta lelang pada
paket-paket pekerjaan yang diminati.
17
b. Dengan mendaftar sebagai peserta lelang pada paket pekerjaan
yang diminati maka penyedia barang atau jasa dianggap telah
menyetujui Pakta Integritas.
c. Dengan mendaftar sebagai peserta lelang pada paket pekerjaan
yang diminati penyedia barang atau jasa dapat mengunduh
(download) dokumen pengadaan atau lelang paket pekerjaan
tersebut.
4. Penjelasan pelelangan
a. Proses penjelasan pelelangan dilakukan secara online tanpa
tatap muka melalui website LPSE yang bersangkutan.
b. Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan
informasi lapangan ke dalam dokumen pemilihan, panitia
pengadaan dapat melaksanakan proses penjelasan di lapangan
atau lokasi pekerjaan.
5. Penyampaian penawaran
a. Pada tahap penyampaian penawaran, penyedia barang atau jasa
yang sudah menjadi peserta lelang dapat mengirimkan
dokumen (file) penawarannya dengan terlebih dahulu
melakukan enkripsi atau penyandia terhadap file penawaran
dengan menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen yang
tersedia dalam website LPSE.
b. Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan
penggunaan APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada
saat mengoperasikan APENDO.
6. Proses evaluasi
a. Pada tahap pembukaan file penawaran, panitia pengadaan
dapat mengunduh (download) dan melakukan dekripsi file
penawaran tersebut dengan menggunakan APENDO.
b. Terhadap file penawaran yang oleh tidak dapat dibuka, Panitia
Pengadaan wajib menyampaikan file penawaran terenkripsi
yang tidak dapat dibuka (dekripsi) kepada LPSE dilakukan
18
analisa dan bila dianggap perlu LPSE dapat menyampaikan file
penawaran tersebut kepada Direktorat E-Procurement LKPP
(Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah).
c. Panitia pengadaan dimungkinkan melakukan reschedule jadwal
pada paket pekerjaan tersebut.
d. Proses evaluasi (administrasi dan teknis, harga, kualifikasi)
terhadap file penawaran dilakukan secara manual (off line) di
luar SPSE, dan selanjutnya hasil evaluasi tersebut dimasukkan
ke dalam SPSE.
e. Proses evaluasi kualifikasi dapat dilakukan dengan meminta dan
memeriksa semua dokumen penawaran asli calon pemenang
lelang.
7. Lelang gagal dan pelelangan ulang
a. Dalam hal panitia pengadaan memutuskan untuk melakukan
pelelangan ulang, maka terlebih dahulu panitia pengadaan
harus membatalkan proses lelang paket pekerjaan yang sedang
berjalan (pada tahap apapun) pada SPSE dan memasukkan
alasan penyebab pelelangan harus diulang.
b. Informasi tentang pelelangan ulang ini secara otomatis akan
terkirim melalui email kepada semua peserta lelang paket
pekerjaan tersebut.
8. Pengumuman calon pemenang lelang pada tahap pengumuman
pemenang dan PPK telah menetapkan pemenang lelang suatu paket
pekerjaan, SPSE secara otomatis akan menampilkan informasi
pengumuman pemenang paket pekerjaan dimaksud, dan juga
mengirim informasi ini melalui email kepada seluruh peserta lelang
paket pekerjaan tersebut.
9. Sanggah
a. Peserta lelang hanya dapat mengirimkan 1 (satu) kali sanggah
kepada PPK suatu paket pekerjaan yang dilakukan secara
online melalui SPSE.
19
b. SPSE memungkinkan PPK untuk melakukan jawaban terhadap
sanggahan Peserta lelang yang dikirimkan setelah batas akhir
waktu sanggah.
10. Pasca pengadaan
a. Proses pengadaan suatu paket selesai apabila Pejabat Pembuat
Komitmen telah menetapkan pemenang lelang dan panitia
Pengadaan mengirimkan pengumuman pemenang lelang
kepada peserta lelang melalui SPSE serta masa sanggah telah
dilalui.
b. SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan kepada
pemenang lelang dan meminta untuk menyelesaikan proses
selanjutnya yang pelaksanaannya di luar SPSE.
c. Dengan selesainya proses pengadaan melalui SPSE, PPK wajib
membuat dan menyampaikan Surat Penetapan Pemenang
kepada pemenang lelang secara tertulis.
d. Disertai dengan asli dokumen penawaran paket pekerjaan
tertentu, pemenang lelang melakukan penandatanganan
kontrak dengan pejabat terkait yang dilakukan di luar SPSE.
e. Pemenang lelang wajib menyelesaikan proses pengadaan di
luar SPSE dengan pejabat Kementerian atau Lembaga atau
Pemerintah daerah terkait.
f. Pengguna dan masyarakat pada akhir proses pengadaan dapat
mengetahui pemenang lelang paket. pekerjaan tertentu melalui
website LPSE terkait.
20
pegawai yang ditunjukkan oleh kemampuan dengan konsisten
memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu
fungsi pekerjaan.
Pengertian kompetensi oleh Spencer yang dikutip oleh
Moeheriono (2014:5) adalah sebagai karakteristik yang mendasari
seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam
pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan
kausal atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan.
Menurut Spencer, kompetensi terletak pada bagian dalam setiap manusia
dan selamanya ada pada kepribadian seseorang yang dapat
memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua
situasi dan tugas pekerjaan.
Menurut Brian E. Becher, Mark Huslid dkk. (Sudarmanto,
2009:47) mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan keahlian,
kemampuan, atau karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi
secara langsung kinerja pekerjaan. Kompetensi merupakan penguasaan
terhadap tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan.
Sedangkan menurut pendapat Palan (2007:5) ada dua istilah yang
muncul dari dua aliran yang berbeda tentang konsep kesesuaian dalam
pekerjaan. Istilah tersebut adalah ”competency” (kompetensi) yaitu
deskripsi mengenai perilaku, dan “competence” (kecakapan) yang
merupakan deskripsi tugas atau hasil pekerjaan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan suatu karakteristik yang melekat pada pribadi
seseorang yang menyebabkan seseorang itu akan mampu untuk
memprediksi sekelilingnya dalam suatu pekerjaan atau situasi.
2.1.3.2 Pentingnya Kompetensi
Menurut Dessler (2010:715) pentingnya kompetensi karyawan
atau pegawai adalah sebagai berikut :
a. Memahami prinsip pengukuran yang baik
21
Pondasi dasar kompetensi manajemen sangat bergantung pada
pengukuran yang baik. Terutama, pengukuran harus jelas
secara benar dan gamblang tentang konstruksi tersebut.
b. Mengetahui cara berpikir sebab-akibat yang kritis
Hubungan strategis antara sumber daya manusia dan kinerja
perusahaan adalah peta strategis yang menjelaskan proses
implementasi strategis perusahaan. Dan ingatlah bahwa peta
strategi ini merupakan kumpulan hipotesis mengenai hal apa
yang menciptakan nilai (value) dalam perusahaan.
c. Memastikan hubungan sebab-akibat (causal)
Berpikir secara sebab-akibat dan memahami prinsip penguku
ran mampu membantu memperkirakan dalam hubungan kausal
antara sumber daya manusia dengan kinerja perusahaan. Tugas
yang paling penting adalah untuk merealisasikan bahwa
estimasi tersebut adalah mungkin dan mengkalkulasikannya
sebagai suatu kesempatan yang muncul.
d. Mengkomunikasikan hasil kerja strategis sumber daya manusia
pada atasan
Untuk mengatur kinerja strategis sumber daya manusia, harus
mampu mengkomunikasikan pemahaman mengenai dampak
strategis sumber daya manusia pada atasan.
22
tentang dirinya, maupun terhadap orang lain dan menunjukkan ciri
orang yang berpikir kedepan.
2. Keterampilan memainkan peran kompetensi, pengembangan
kompetensi secara spesifik berkaitan dengan budaya organisasdan
kompetensi individual.
3. Pengalaman juga sangat diperlukan dalam kompetensi. Diantaranya
pengalaman dalam mengorganisasi orang, berkomunikasi dihadapan
kelompok, menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Orang yang
tidak pernah berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks
tidak mungkin mengembangkan kecerdasan organisasional untuk
memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam lingkungan.
Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis
kurang mengembangkan kompetensi dari pada mereka yang telah
menggunakan pemikiran strategis bertahun-tahun.
4. Aspek-aspek kepribadian (personal attributes) merupakan
kompetensi intrinsik individu tentang bagaimana orang
berpikir, merasa, belajar, dan berkembang. Personal
attribute merupakan kompetensi yang meliputi integritadan
kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan
manajemen stres, berpikir analitis, dan berpikir konseptual.
5. Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat dirubah.
Dengan memberikan dorongan dan apresiasi terhadap pekerjaan
bawahan, serta memberikan pengakuan dan perhatian individual dari
atasan dapat mempunyai pengaruh positif untuk memotivasi
seseorang bawahan.
6. Isu emosional, hambatan emosional dapat membatasi penguasaan
kompetensi. Takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak
disukai cenderung membatasi motivasi dan inisiatif. Kemampuan
intelektual, kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti
pemikiran konseptual dan pemikiran analitis. Salah satu faktor
23
seperti pengalaman dapat meningkatkan kecakapan dalam
kompetensi.
7. Budaya organisasi, budaya organisasi mempengaruhi kompetensi
sumber daya manusia dalam kegiatan antara lain: praktik rekrutmen
dan seleksi karyawan, bagaimana sistem penghargaan, pengambilan
keputusan, filosofi organisasi (visi dan misi organisasi), komitmen
pada pelatihan dan pengembangan, dan lain-lain.
24
5. Sikap (attitude)
Perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya,
reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan
gaji dan sebagainya.
6. Minat (interest)
Kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Misalnya, melakukan sesuatu aktivitas tugas. Sumber daya
manusia dapat tetap bertahan karena mereka memiliki
kompetensi manajerial, yaitu kemampuan untuk merumuskan
visi dan strategi perusahaan serta kemampuan untuk
memperoleh dan mengarahkan sumber daya lain dalam rangka
mewujudkan visi dan menerapkan strategi perusahaan
(Sutrisno, 2011:205).
Berikut adalah dimensi-dimensi kompetensi, namun dimensi
kompetensi dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan kinerja pegawai.
25
individuals, and organization to obtain money, property or
service; to avoid payment or loss of services; or to secure
personal to business advantage.”
Yang mempunyai arti sebagai berikut, fraud adalah setiap
tindakan illegal yang ditandai dengan tipu daya, penyembunyian atau
pelanggaran kepercayaan, tindakan ini tidak tergantung pana penerapan
ancaman kekerasan atau kekuatan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh
individu, dan organisasi untuk memperoleh uang, kekayaan atau jasa;
untuk menghindari pembayaran atau kerugian jasa; atau untuk
mengamankan keuntungan bisnis pribadi.
Definisi fraud menurut Johnstone et. al, (2014:34) adalah sebagai
berikut :
“fraud is an intentional act involving the use of deseption that
result in a material misstatement of the financial statements.”
Yang mempunyai arti sebagai berikut, penipuan adalah tindakan
disengaja yang melibatkan pelaku penipuan yang menghasilkan bahan
salah saji laporan keuangan.
2.1.4.2 Faktor Terjadinya Fraud atau Kecurangan
Pengadaan barang dan jasa merupakan aktivitas pemerintah yang
paling signifikan, tidak hanya dari tingkat aktivitas tetapi juga dana yang
dialokasikan (Moon, 2005:56). Pengadaan barang dan jasa yang saat ini
berlaku, khususnya di Indonesia masih memiliki kelemahan dan belum
secara efektif mampu mencegah terjadinya korupsi. Karyono (2013:61)
mengemukakan bahwa terdapat 3 pemicu utama yang dikenal dengan
“fraud triangle theory” sehingga seseorang terdorong untuk melakukan
fraud, yaitu:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud (pressure)
2. Peluang atau kesempatan untuk melakukan fraud (opportunity)
3. Dalih untuk membenarkan tindakan fraud (retionalization)
Adapun penjelasan dari fraud triangle theory tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud (pressure).
26
Dorongan untuk melakukan fraud terjadi pada karyawan
(employee fraud) dan oleh manajer (management fraud) dan
dorongan itu terjadi antara lain karena tekanan keuangan,
kebiasaan buruk, tekanan lingkungan kerja.
2. Peluang atau kesempatan untuk melakukan fraud (opportunity).
Kesempatan timbul terutama karena lemahnya pengendalian
internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Kesempatan juga dapat terjadi karena lemahnya sanksi, dan
ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja.
3. Dalih untuk membenarkan tindakan fraud (retionalization)
Pelaku kecurangan mencari dalih atau pembenaran antara lain:
a. Pelaku menganggap bahwa yang dilakukan sudah
merupakan hal biasa atau wajar dilakukan oleh orang lain
pula.
b. Pelaku merasa berjasa besar terhadap organisasi dan
seharusnya ia menerima lebih banyak dari yang telah
diterimanya.
c. Pelaku menganggap tujuannya baik yaitu untuk mengatasi
masalah, nanti akan dikembalikan.
Seperti kebanyakan terjadi di Indonesia, pelaku fraud akan
mencari berbagai alasan bahwa tindakan yang dilakukannya bukan
merupakan fraud, karena pelaku merasa bahwa fraud yang dilakukannya
juga dilakukan oleh sebagian masyarakat lainnya yang punya
kesempatan.
27
Adapun penjelasan mengenai klasifikasi fraud tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kecurangan ditinjau dari sudut atau sisi korban kecurangan.
a. Kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi entitas
organisasi.
b. Kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain.
2. Kecurangan ditinjau dari sisi pelaku kecurangan.
a. Kecurangan manajemen (management fraud).
b. Kecurangan karyawan (non-management fraud).
c. Kecurangan dari pihak luar organisasi (ekstern).
3. Kecurangan ditinjau dari akibat hukum yang
ditimbulkannya.
Perbuatan curang merupakan tindakan melawan hukum atau
suatu tindakan kriminal. Perbuatan curang tersebut dapat diklasifikasikan
menurut akibat hukum yang ditimbulkan yaitu: kasus pidana umum,
pidana khusus, dan kasus perdata.
28
sebenarnya (under statement) dan kecurangan laporan lainnya
(non financial statement).
2. Kecurangan penyalahgunaan aset
Penyalahgunaan aset (aset misappropriation) yang terdiri
atas kas (cash) dan kecurangan persediaan dan aset lain
(inventory and other asets).
a. Kecurangan kas, terdiri atas kecurangan penerimaan
kas sebelum dicatat (skimming) kecurangan kas setelah
dicatat (larceny) dan kecurangan pengeluaran kas
(fraudulent disburhment) termasuk kecurangan
pengantian biaya (expense disburshment scheme).
b. Penyalahgunaan persediaan dan aset lain yang terdiri
dari pencurian dan penyalahgunaan. Larceny scheme
dimaksudkan sebagai pengambilan persediaan atau
barang di gudang karena penjualan atau pemakaian
untuk perusahaan tanpa ada upaya untuk menutupi
pengambilan tersebut dalam akuntansi atau catatan
gudang. Diantaranya yaitu penjualan fiktif, aset
requesition dan transfer scheme, kecurangan
pembelian dan penerimaan, membuat jurnal palsu,
menghapus persediaan, kecurangan persediaan barang
dan aset lainya yang berupa penyalahgunaan aset pada
umumnya sulit untuk dikualifikasikan akibatnya.
Sebagai contoh kasus ini misalkan pelaku
menggunakan peralatan kantor saat jam kerja untuk
kegiatan usaha sampingan pelaku. Hal ini berakibat
pula hilangnya peluang bisnis bila kegiatannya
merupakan usaha sejenis, selain itu peralatannya akan
lebih cepat rusak.
29
1. Korupsi
Kata korupsi berarti membusuk, kejahatan, ketidak jujuran,
tidak bermoral, dan penyimpangan dari kesucian. Secara
umum dapat didefinisikan dengan perbuatan yang merugikan
kepentingan umum atau publik atau masyarakat luas untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, korupsi terjadi
pada organisasi korporasi swasta dan pada sektor publik atau
pemerintah.
a. Pertentangan kepentingan
b. Suap
c. Pemberian tidak sah
d. Pemerasan ekonomi
2. Kecurangan yang berkaitan dengan komputer
Terjadi kejahatan dibidang komputer dan contoh tindak
kejahatan yang dilakukan sekarang antara lain:
a. Menambah, menghilangkan, atau mengubah masukan
atau memasukan dan palsu.
b. Salah memposting atau memposting sebagian
transaksi saja.
c. Memproduksi keluaran palsu, menahan, menghancur
kan, mencuri, dan keluaran.
d. Merusak program misalnya mengambil uang dari
banyak rekening dalam jumlah kecil-kecil.
e. Mengubah dan menghilangkan file.
f. Melakukan sabotase.
g. Mengabaikan pengendalian internal untuk memperoleh
ke informasi rahasia.
h. Mencuri waktu penggunaan komputer melakukan
pengamatan elektronik dari data saat dikirim.
30
2.1.5 Pengadaan Barang dan Jasa
2.1.5.1 Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa
Menurut Indra Bastian (2010:263) pengadaan barang dan jasa
publik yakni perolehan barang, jasa dan pekerjaan publik dengan cara
dan waktu tertentu, yang menghasilkan nilai terbaik bagi publik
(masyarakat). Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 16 Tahun 2018
tentang perubahan kedua atas peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021
tentang pengadaan barang atau jasa pemerintah disebutkan bahwa
pengadaan barang atau jasa pemerintahan adalah kegiatan untuk
memperoleh barang atau jasa oleh kementerian atau lembaga atau satuan
kerja perangkat daerah atau instansi lainnya yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikan nya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang atau jasa.
Definisi lain mengenai pengadaan barang dan jasa yaitu seperti
yang diucapkan Marbun (dalam Isdiantika, 2013), yaitu pengadaan
barang dan jasa adalah upaya mendapatkan barang dan jasa yang
diinginkan yang dilakukan atas dasar pemikiran yang logis dan
sistematis (the system of thought), mengikuti norma dan etika yang
berlaku, berdasarkan metode dan proses pengadaan yang berlaku.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang dan jasa
merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan atau mewujudkan barang
dan jasa yang diinginkan berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
cara dengan waktu serta dilaksanakan oleh pihak-pihak yang memiliki
keahlian dalam melakukan proses pengadaan.
31
terbuka, dan kompetitif.
c) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia
pengadaan barang atau jasa.
d) Mengembangkan E-Marketplace pengadaan barang jasa.
e) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta
transaksi elektronik.
f) Mendorong penggunaan barang atau jasa dalam negeri dan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
g) Memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah.
h) Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif
i) Melaksanakan pengadaan berkelanjutan.
32
1. Efisiensi, artinya pengadaan barang dan jasa harus diusahakan
dengan menggunakan dana yang terbatas untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Efektif, artinya pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan
manfaat yang besar sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan.
3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang dan jasa harus
terbuka bagi semua penyedia barang dan jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantaranya penyedia barang dan jasa setara dan memenuhi
syarat atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas dan transparan.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang dan jasa ternasuk syarat teknis administrasi
pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi penetapan calon
penyedia barang dan jasa sifatnya terbuka bagi peserta penyedia
barang dan jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya.
5. Adil atau tidak diskriminatif, berarti perlakuan yang sama
kepada semua calon penyedia barang dan jasa dan tidak
mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu
dengan cara dan atau alasan apapun.
6. Akuntabel, artinya harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan,
maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum
pemerintah dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-
prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang
dan jasa.
Menurut Marbun (2010:39) menyatakan bahwa pengadaan barang
dan jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan yang
33
dipraktikan secara internasional, efisien, efektifitas, persaingan sehat,
keterbukaan, transparansi, tidak diskriminatif. Berdasarkan beberapa
definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan prinsip pengadaan barang dan jasa sangat diperlukan
untuk meningkatkan kualitas proses pengadaan barang dan jasa karena
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.
34
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang
terkait.
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak sehat
dalam pengadaan barang jasa.
6. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran
keuangan negara.
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan
atau kolusi.
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan
untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat,
dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau
patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang atau jasa.
Demi mencegah timbulnya perilaku korupsi dan penyelewengan,
etika dalam pengadaan barang atau jasa diperlukan dan sangat penting
untuk dijadikan sebagai dasar pengadaan. Artinya norma atau aturan
menjadi pedoman pokok atau utama atau kunci yang harus dan wajib
dimiliki para pelaku dalam melaksanakan kegiatan pengadaan. Dengan
demikian penerapan etika dasar pengadaan adalah merupakan keharusan.
35
1. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah serta mewujudkan
aparatur yang profesional, bersih, dan bertanggung jawab.
2. Memberantas penyalahgunaan wewenang dan pratik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
3. Tegakkan peraturan yang berlaku dan mengamankan
keuangan negara.
Menurut Sutedi (2012:347) terdapat beberapa unsur yang
mempengaruhi keefektifan pengawasan yang dilakukan, antara lain:
a. Kebijakan dan prosedur
b. Cara atau metode pengawasan yang digunakan
c. Alat pengawasan
d. Bentuk pengawasan
e. Pelaku pengawasan
Adapun penjelasan terkait pengawasan dalam proses pengadaan
barang dan jasa adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan dan prosedur
Kebijakan adalah ketentuan atau pedoman atau petunjuk yang
ditetapkan untuk diberlakukan dalam suatu organisasi dan berupaya
mengarahkan pelaksanaan kegiatannya agar sesuai dengan tujuan
organisasi dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang
berlaku. Kebijakan merupakan unsur pengawasan preventif dan
represif. Prosedur adalah langkah atau tahap yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan, misalnya:
1) Prosedur penerimaan dan pemberhentian pegawai.
2) Prosedur pengajuan APBD.
3) Prosedur pengadaan barang dan jasa.
b. Cara atau metode pengawasan yang dilakukan
Cara atau metode pengawasan yang dilakukan dapat berupa
pengawasan langsung. Pengawasan melekat, pengawasan fungsional.
c. Alat pengawasan
36
Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai alat berupa bentuk
organisasi dengan suatu sistem pengendalian manajemen, pencatatan,
pelaporan, dokumen perencanaan. Bentuk organisasi dengan adanya
pemisahan fungsi otorisasi, pelaksanaan dan pengendalian, disertai
dengan uraian tugas yang jelas dari masing-masing penyimpanan.
d. Bentuk pengawasan
Bentuk pengawasan dilihat dari sudut di dalam dan di lauar
organisasi yaitu ada pengawasan ekstern. Pengawasan internal
adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau unit yang berada
dalam organisasi yang hasilnya untuk kepentingan organisasi
tersebut. Sedangkan pengawasan ekstern adalah pengawasan yang
dilakukan oleh orang atau unit yang berada di luar organisasi dan
hasilnya biasanya ditunjukan kepada pihak yang berkepentingan
dengan organisasi tersebut serta dapat digunakan oleh organisasi
yang bersangkutan.
e. Pelaku pengawasan
Pelaku pengawasan adalah personil atau organisasi yang melakukan
pengawasan terhadap suatu organisasi, baik operasional organisasi,
suatu kegiatan, atau kasus permasalahan tertentu. Pelaku
pengawasan dimaksud antara lain:
1) Pimpinan tertinggi dalam suatu organisasi, atau orang yang di
tunjuk olehnya
2) Orang atau unit yang dalam organisasi itu sendiri, seperti
Inspektorat Departemen atau Lembaga atau SPI atau
Bawasda.
3) Masyarakat.
4) Legislatif.
Pengawasan pengadaan barang dan jasa wajib dilakukan
sebagai upaya untuk mewujudkan keadilan, transparansi dan
pertanggungjawaban serta dapat mencegah sedini mungkin
terjadinya penyimpangan.
37
2.2 Penelitian Terdahulu
Landasan penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi atau
acuan untuk menunjang keakuratan data penelitian yang dilakukan
peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Landasan penelitian
terdahulu menjadi hal yang sangat penting bagi peneliti dalam memilih
dan menentukan teori yang akan digunakan dan juga memilih variabel
yang tepat dalam penelitian ini.
Pertama, penelitian terdahulu dilakukan oleh Krisnhoe Sukma
Danuta (2017) yang berjudul “Crowe’s Fraud Pentagon Theory Dalam
Pencegahan Fraud Pada Proses Pengadaan Melalui E-Procurement”
yang bertujuan untuk melihat seberapa banyak pemanfaatan e-
Procurement dapat mencegah atau mengurangi hal-hal yang memicu
terjadinya fraud dan berfokus pada crowe’s fraud pentagon theory
yaitu arogansi dan kompetensi. Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasilnya
menunjukkan bahwa E-Procurement dapat mengurangi timbulnya
arogansi dan kompetensi melalui transparansi yang diperoleh dengan
menggunakan E-Procurement. Persamaan dengan penelitian ini adalah
adanya pengadaan sebagai variabel terikat, sedangkan perbedaannya
penelitian yang dilakukan oleh Krisnhoe Sukma Danuta dengan
penelitian ini adalah tidak terdapat variabel bebas arogansi serta
perbedaan waktu dan tempat penelitian.
Selanjutnya penelitian S.Hambani et al. (2021) dengan judul
“Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pencegahan Fraud
Dalam Proses Pengadaan Barang dan Jasa (Persepsi Pegawai Dinas
Pemerintah Kota Bogor)” dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif dan asosiatif yang menunjukan bahwa budaya organisasi, E-
Procurement, whistleblowing system, dan pengendalian interal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud dalam
proses pengadaan barang atau jasa baik secara parsial maupun secara
38
simultan. Bedanya dengan penelitian yang sedang dilakukan penulis
sekarang adalah tidak adanya budaya organisasi dan wistleblowing
system sebagai variabel bebas. Sedangkan persamaan penelitian
terdahulu ini dengan penelitian yang sekarang adalah adanya
pencegahan fraud dalam pengadaan barang atau jasa sebagai variabel
terikat.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Dwi Ariatini
et al. (2020) menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis
data analisis regresi linear berganda yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi Sumber Daya Manusia Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah Proactive Fraud Audit dan Whistleblowing System
Terhadap Pencegahan Fraud Pada Pengelola Dana Bos Se-Kabupaten
Klungkung”. Dari hasil penelitian ini dapat Adanya pengaruh
Kompetensi sumber daya manusia, sistem pengendalian internal
pemerintah, proactive fraud audit dan whistleblowing system terhadap
pencegahan fraud. Sama dengan penelitian yang penulis sedang
lakukan saat ini, sama-sama memiliki variabel terikat tentang
pencegahan fraud namun bukan pencegahan fraud pada pengelolaan
dana Bos tapi pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Lea Rahman Lezimat
(2018) yang berjudul “Pengaruh Penerapan E-Procurement Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah Dan Kompetensi Sumberdaya
Manusia Terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan Barang dan Jasa
(Survey Pada Pemerintah Daerah di Wilayah Bandung Raya”
menggunakan metode deskriptif dan verifikatif dengan pengumpulan
data menggunakan kuesioner dan analisis-analisis statistik. Penelitian
yang dilakukan oleh Lea Rahman Lezimat (2018) ini memiliki
persamaan diantaranya yaitu E-Procurement dan Kompetensi sebagai
variabel bebas nya serta pencegahan fraud pengadaan barang dan jasa
sebagai variabel terikat. Bedanya dengan penelitian ini adalah
menggunakan sistem pengendalian internal sebagai variabel bebas,
39
sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak mencantumkan hal
tersebut sebagai variabel bebas. Hasil penelitian ini secara parsial
menunjukan bahwa analisis penerapan E-Procurement terhadap
pencegahan fraud adalah sebesar 18%, analisis sistem pengendalian
internal pemerintah terhadap pencegahan fraud adalah 27,2%, dan
kompetensi sumber daya manusia terhadap pencegahan fraud adalah
20,3%. Sedangkan secara simultan, penerapan E-Procurement, sistem
pengendalian internal pemerintah, dan kompetensi sumberdaya
manusia terhadap pencegahan fraud memberikan pengaruh 65,5% dan
sisanya, yaitu sebesar 34,5%, merupakan analisis faktor lain yang tidak
diteliti oleh penulis dari peneliti sebelumnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai
referensi diatas dalam penelitian ini memiliki beberapa kesamaan
seperti kesamaan variabel bebas dan variabel terikat, begitu juga
dengan perbedaan variabelnya. Perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini juga terletak pada waktu serta lokasi yang
digunakan penelitian.
40
Pengadaan barang atau jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang
atau jasa oleh Kementerian atau Lembaga atau Satuan Kerja Perangkat
Daerah atau Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
barang atau jasa.
Proses pengadaan barang atau jasa dengan menggunakan metode
konvensional memiliki banyak kelemahan, maka dari itu dibutuhkan solusi
untuk membenahi kelemahan-kelemahan tersebut. Dengan melalui
lembaga kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah menerapkan
sistem pengadaan barang dan jasa menggunakan elektronik atau E-
Procurement. Sistem ini merupakan sebuah inovasi pelayanan publik
dalam pemerintahan bahwa pemerintah seharusnya harus mempertanggung
jawabkan setiap kegiatan yang telah dilaksanakan kepada stakeholder,
supaya pandangan dari masyarakat terhadap pemerintah itu baik. Seperti
berdasar pada stewardship theory yang mengasumsikan bahwa setiap
manusia harus menjaga sikap dan perilaku mereka serta lebih memilih
untuk kepentingan umum. Pengadaan barang dan jasa secara elektronik (E-
Procurement) pada dasarnya mengubah tatacara pengadaan barang dari
manual yang sangat rawan terjadinya kecurangan menjadi sistem elektronik
yang bisa menekan terjadinya kecurangan karena pengadaan secara
elektronik sifatnya transparan dan mengurangi biaya karena mengurangi
tatap muka.
Penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik dapat membangun
pemerintahan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel agar
mengurangi tindak kecurangan (fraud) dalam berbagai aspek. Pengelolaan
barang dan jasa pemerintah dengan akuntabel dan transparan yang
diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan
negara dari masyarakat atau stakeholder, sehingga pemerintah dapat
menjaga amanah yang diberikan oleh negara dan masyarakat. Dengan
demikian dapat diduga bahwa terdapat analisa bahwa penerapan E-
41
Procurement memiliki keterkaitan terhadap pencegahan fraud pada
pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia.
42
memiliki peran penting dalam menjalankan sistem untuk peningkatan
kualitas dan mutu kinerja. Sejalan dengan hal tersebut, P. Stephen Robinns
(2001:241) mengemukakan bahwa kinerja dapat diketahui apabila individu
atau kelompok memiliki kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
sebelumnya, dan kriteria keberhasilan tersebut berupa tujuan-tujuan atau
target tertentu yang hendak dicapai.
43
supaya pandangan dari masyarakat terhadap pemerintah itu baik. Seperti
berdasar pada stewardship theory yang mengasumsikan bahwa setiap
manusia harus menjaga sikap dan perilaku mereka serta lebih memilih
untuk kepentingan umum.
Penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik dapat
membangun pemerintahan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel
agar mengurangi tindak kecurangan (fraud) dalam berbagai aspek.
Pengelolaan barang dan jasa pemerintah dengan akuntabel dan transparan
yang diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan
keuangan negara dari masyarakat atau stakeholder, sehingga pemerintah
dapat menjaga amanah yang diberikan oleh negara dan masyarakat.
Sedangkan kompetensi pegawai sendiri memiliki arti sebagai
karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja
individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang
memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan.
Di beberapa praktek pengadaan barang atau jasa pada sebuah
organisasi atau institusi pemerintah secara elektronik atau E-Procurement
adanya indikasi bahwa masih banyak faktor penghambat keberhasilan
penerapan E-Procurement. Terjadinya tender ulang, lelang gagal, wan
prestasi serta keterlambatan penyelesaian yang berhubungan dengan
keefektifan pengadaan barang atau jasa. Kurangnya sosialisasi terhadap
pegawai merupakan masalah dari sumber daya manusia yang mumpuni.
Permasalahan-permasalahan tersebut akan mempengaruhi kinerja pegawai
dalam hal pengadaan barang atau jasa. Selanjutnya kompetensi pegawai
memiliki peran penting dalam menjalankan sistem untuk peningkatan
kualitas dan mutu kinerja.
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat diperoleh rancangan isi
penelitian sebagai berikut :
44
Latar Belakang
Pencegahan Fraud Pada pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim Negeri
Indonesia berkaitan dengan penerapan E-Procurement serta tingkat kompetensi
pegawainya.
Judul
Analisis Penerapan E-Procurement dan Kompetensi Pegawai Terhadap Pencegahan
Fraud Pada Pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Pengolahan data dilakukan setelah data diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi,
BAB III
dan observasi. Pengujian keabsahan data penelitian kualitatif dalam mendapatkan nilai
kebenaran terhadap penelitian disebut juga dengan uji kredibilitas (credibility) dengan
menggunakan metode triangulasi. 45
BAB III
METODE PENELITIAN
46
Data subjek adalah jenis data yang berupa opini, sikap,
pengalaman, atau karakteristik seseorang atau sekelompok orang
yang menjadi subjek penelitian. Data subjek dalam penelitian ini
dapat diperoleh dari informan.
2) Data Fisik (physical data)
Data fisik adalah jenis data penelitian yang berupa objek atau
benda fisik yang berwujud dapat digunakan sebagai bukti
keberadaan atau kejadian masa lalu yang dikumpulkan melalui
metode observasi. Data fisik dari penelitian ini diperoleh dari
informan, baik itu informan kunci maupun informan pendukung.
3) Data Dokumenter (documentary data)
Data dokumenter merupakan jenis data penelitian yang berupa
arsip yang memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi
serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian.
b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara,
pendapat dari individu, atau kelompok (orang) maupun hasil
observasi dari suatu objek yang di dapat secara langsung
berupa foto dokumentasi dan hasil percakapan wawancara.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara serta pendapat dari informan kunci dan informan
pendukung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
melalui media perantara atau secara tidak langsung yang
berupa buku,catatan, dan media internet. Data sekunder dari
penelitian ini diperoleh dari buku dan media internet.
47
3.4 Informan
Informan penelitian (sampel sumber data) merupakan orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan lokasi
penelitian (Moleong, 2010;132). Dalam penelitian ini menggunakan informan
kunci serta informan pendukung sebagai pelengkap keterangan data yang
diperoleh.
Dan berikut ini akan peneliti deskripsikan nama-nama dan
identitas beserta dokumentasi foto informan kunci dan pendukung
diantaranya :
1. Direktur Politeknik Maritim Negeri Indonesia, Bapak Ir.
Akhmad Nuriyanis, MT.
2. Wakil Direktur Bidang I Politeknik Maritim Negeri Indonesia
selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) I, Bapak Gunawan
Budi Santoso, S.Kom., M.Kom.
3. Kasubbag Keuangan Politeknik Maritim Negeri Indonesia
selaku perencana pengadaan, Bapak Muhammad Adib Hasan,
S.Si.
4. Pejabat Pengadaan Politeknik Maritim Negeri Indonesia,
Bapak Wahyu Ari Putranto, MT.
48
analisis E-Procurement dan kompetensi pegawai terhadap pencegahan
fraud pada pengadaan barang atau jasa yang ada di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.
b. Dokumentasi, menurut Sukardi (2003:81) Pada teknik ini, peneliti
dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber
tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat.
Pengumpulan data seperti data sekunder berupa dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan E-Procurement di lingkungan Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.
c. Wawancara, Sugiyono (2014:231) menyatakan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self –report atau
setidak–tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Pihak yang
menjadi informan antara lain yaitu Perencana Pengadaan, Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) bagian pengadaan barang atau jasa dan
Pejabat Pengadaan (PP) dari Politeknik Maritim Negeri Indonesia. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut dijadikan sebagai data
primer yaitu data yang diperoleh dari informan melalui wawancara
langsung yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian
d. Kuesioner, Sugiyono (2018: 2019) angket atau kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner dalam penelitian ini akan dibagikan kepada
pejabat maupun staff terkait yang berhubungan dengan pengadaan
barang atau jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia.
49
Setelah data terkumpul lengkap, langkah selanjutnya adalah mengolah
data. Pada tahap ini data akan diproses atau dikerjakan sehingga dapat
menyimpulkan kebenaran yang dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan
yang dapat diajukan dalam laporan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif yang diperlukan adalah dari mulai meneliti
sampai menyajikan dalam keadaan ringkas dan dikerjakan di lapangan, sebab
jika dikhawatirkan banyak data yang tidak terekam dan peneliti telah lupa
penghayatan situasinya, sehingga berbagai hal yang berikut berubah menjadi
fragmen-fragmen yang tidak berarti. Menurut Millis dan Huberman
sebagaimana dikutip oleh Djumhan Pida (2003:87), data kualitatif analisisnya
tetap menggunakan kata-kata yang disusun kedalam teks yang diperluas,
melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama, berulang-ulang
dan terus menerus sehingga langkah analisanya menjadi :
a) Reduksi data, terdiri dari kegiatan menajamkan, mengolahkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
data hasil wawancara sehingga kesimpulan final dapat ditarik dan
diverifikasikan. Dalam proses penelitian ini, ketika sudah masuk ke
tahap wawancara baik dengan perencana pengadaan, Pejabat
Pembuat Komitmen dan Pejabat Pengadaan di lingkungan
Politeknik Maritim Negeri Indonesia dan maka setelah
memperoleh hasil wawancara, hasil tersebut kemudian dipilah mana
yang perlu dicantumkan dan mana yang tidak perlu diorganisir
kedalam data penelitian.
b) Penyajian data, penyajian data kualitatif dalam penelitian ini dapat
berupa uraian singkat, bagan diagram, tabel, maupun flowchart atau
dengan teks yang bersifat naratif.
c) Menarik kesimpulan atau verifikasi, verifikasi juga dilakukan
dengan cara meninjau ulang pada catatan lapangan, bertukar pikiran
dengan teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan inter
subyektif.
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
51
karakter, religius, berwawasan kebangsaan dan pelestarian lingkungan 3)
Menyelenggarakan pelatihan dan uji kompetensi yang berstandar internasional
4) Menyelenggarakan penelitian terapan bidang kemaritiman yang bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat 5) Menyelenggarakan
pengabdian kepada masyarakat untuk mendukung peningkatan pelayanan mutu
kehidupan masyarakat.
Jurusan yang ada di Politeknik Maritim Negeri Indonesia meliputi :
1. Jurusan Bisnis Maritim
Jurusan Bisnis Maritim dengan Program Studi sebagai berikut :
Gambar IV.1
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia
2. Jurusan Teknika
Jurusan Teknika dengan Program Studi sebagai berikut :
Gambar IV.2
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia
3. Jurusan Nautika
Jurusan Nautika dengan Program Studi sebagai berikut :
Gambar IV.3
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia
52
4.1.1.2 Lokasi Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Politeknik Maritim Negeri Indonesia beralamat di Jalan Pawiyatan
Luhur I No.1, Bendan Duwur, Gajah Mungkur, Kota Semarang. Lokasi
Politeknik Maritim Negeri Indopnesia cukup strategis karena berada di
daerah Kota Semarang dan berdekatan dengan beberapa Perguruan Tinggi
lain yang berdomisili di Semarang.
4.1.1.3 Struktur Organisasi Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Struktur organisasi di Politeknik Maritim Negeri Indonesia adalah
struktur organisasi line (garis). Struktur organisasi tersebut dipandang praktis
dari struktur organisasi lainnya.
Dalam hal ini kekuasaan dan tanggung jawab ada ditangan Direktur,
sehingga segala perintah dari pimpinan tertinggi mengalir melalui garis lurus
kepada bawahan yang paling bawah. Dengan kata lain ketegasan perintah
dan pengawasan lebih jelas sehingga mampu meningkatkan kedisiplinan
karyawan. Bagan struktur organisasi pada Politeknik Maritim Negeri
Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
Gambar IV.4
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia
53
4.1.1.4 Jam Kerja Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Karyawan yang bekerja di kantor Politeknik Maritim Negeri
Indonesia memiliki jam kerja tetap, kecuali jika ada pekerjaan yang harus
diselesaikan saat itu juga maka diperbolehkan untuk lembur.
Berikut tabel jam kerja karyawan Politeknik Maritim Negeri Indonesia :
Jam Kerja Karyawan Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Tabel IV.1
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia
54
1. Direktur Politeknik Maritim Negeri Indonesia, Bapak Ir. Akhmad
Nuriyanis, MT.
2. Wakil Direktur Bidang I Politeknik Maritim Negeri Indonesia
selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) I, Bapak Gunawan Budi
Santoso, S.Kom., M.Kom.
3. Kasubbag Keuangan Politeknik Maritim Negeri Indonesia selaku
perencana pengadaan, Bapak Muhammad Adib Hasan, S.Si.
4. Pejabat Pengadaan Politeknik Maritim Negeri Indonesia, Wahyu
Ari Putranto, MT.
55
Maritim Negeri Indonesia mulai diadakan pada tahun 2014 ketika Politeknik
Maritim Negeri Indonesia sudah berdiri selama 2 tahun, tepatnya berdiri pada
tahun 2012.
Sedangkan dalam pelaksanaan E-Procurement, Politeknik Maritim
Negeri Indonesia menggunakan 4 metode pelaksanaan yaitu E-Tendering, E-
Bidding, E-Catalogue dan E-Purchasing. Berikut adalah hasil wawancara
yang dilakukan dengan Bapak Wahyu Ari Putranto, MT., M.Si selaku
Pejabat Pengadaan (PP) :
“Seperti proses pengadaan pada umumnya ya, metoda
pelaksanaannya menggunakan E-Tendering, E-Bidding, E-
Catalogue dan E-Purchasing, intinya sesuai dengan pedoman
yang berlaku pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah
di Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2021. Tapi Polimarin lebih
sering mengunakan metoda E-Tendering, E-Catalogue dan E-
Purchasing ”
56
barang/jasa yang dinilai sebagian pihak tidak transparan. Pemenang terkesan
perusahaan tertentu dan orang tertentu saja.
57
Siklus Tahapan Pengadaan Barang dan Jasa Tahapan
Gambar IV.5
Sumber data : LKPP tahun 2011
58
atau konvensional. Hal utama yang diutarakan dalam penyebab adanya
kecurangan adalah mengenai transparansi data, mulai dari peroses pengadaan,
peserta pengadaan, pemilihan pengadaan sampai kepada pemilihan
pemenang kontrak. Pelaksanaaan secara manual atau konvensional yang
kurang transparan juga berkaitan dengan penyebaran informasi kepada
masyarakat luas yang tidak merata.
Lebih lanjut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) I Politeknik Maritim
Negeri Indonesia memberikan pendapatnya terkait risiko kecurangan
pengadaan barang atau jasa secara manual:
“Bisa saja atau memungkinkan terjadi unsur kecurangan. Namanya
saja manual ya , jadi proses dilakukan secara manual. Adanya
pekerjaan secara manual memungkinkan adanya kontak langsung
antara pihak panitia pengadaan dan pihak penyedia barang ataupun
jasa. Sehingga risiko-risiko tidak terjamin untuk dihindari.”
59
sudah tidak manual lagi. Semua memakai sistem dimanapun bisa
bekerja selama terkoneksi dengan jaringan internet. Seperti yang
kita sering dengar ya banyak kemudahan dan transparansi
pengadaan barang dan jasa dan keuntungannya”
60
sehingga membutuhkan waktu yang lama. Hal ini tentu saja sangat
bertentangan dengan prinsip pengadaan barang atau jasa yang tercantum
dalam pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 yaitu:
1. Efisien, berarti pengadaan barang atau jasa harus diusahakan
dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk
mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau
2. menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil
dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.
3. Efektif, berarti pengadaan barang atau jasa harus sesuai dengan
butuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang atau jasa bersifat jelas dan dapat diketahui
secara luas oleh penyedia barang atau jasa yang berminat serta
oleh masyarakat pada umumnya.
5. Terbuka, berarti pengadaan barang atau jasa dapat diikuti oleh
semua penyedia barang atau jasa yang memenuhi persyaratan
atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas.
6. Bersaing, berarti pengadaan barang atau jasa harus dilakukan
melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin
penyedia barang atau jasa yang setara dan memenuhi persyaratan,
sehingga dapat diperoleh barang atau jasa yang ditawarkan secara
kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya
mekanisme pasar dalam pengadaan barang atau jasa.
7. Adil, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang atau jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.
61
8. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang
terkait dengan pengadaan barang atau jasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk itu pencegahan agar tidak terjadinya fraud atau penyimpangan
dalam pengadaan barang dan jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
adalah dengan menerapkan E-Procurement dan mengikuti aturan yang sesuai
dengan pedoman pengadaan barang dan jasa yang tertera pada Peraturan
Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah sebagai contoh dengan menerapkan etika pengadaan barang atau
jasa. Melalui E-Procurement, proses pengadaan barang dan jasa dapat
berjalan secara efisien, efektif bersaing, adil, akuntabel serta yang paling
penting juga adalah transparansi proses pengadaan sampai pada saat
pemilihan pemenang, sedangkan penerapan etika pengadaan barang dan jasa
yang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang
Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah akan memfilter
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa berjalan dengan baik dan benar
sehingga terhindar dari tindakan penyimpangan (fraud).
62
Pengadaan Barang dan Jasa yang tercantum pada Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 harus dimengerti oleh para pelaku pengadaan atau terutama
tim pengadaan dilingkungan institusi pemerintah mengingat pengadaan
barang dan jasa memanfaatkan APBN sebagai sumber dana yang kemudian
menghasilkan output yang sesuai dan menunjang pekerjaan di lingkungan
pengadaan tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Muhammad Adib
Hasan, S.Si. selaku Kasubbag Keuangan sebagai berikut :
63
pernah menangani pengadaan barang dan jasa di institusi lain dan bekerja di
unit keuangan. Background pendidikan dan pengalaman bekerja.
Lebih lanjutnya dijelaskan oleh Pejabat Pengadaan (PP) Politeknik
Maritim Negeri Indonesia pada pernyataan berikut ini :
64
f) Atas dasar pertimbangan besaran beban pekerjaan atau rentang
kendali organisasi, sumber daya manusia pengadaan barang atau
jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bertindak sebagai
PPK, Pejabat Pengadaan, PPHP dapat berkedudukan di luar
UKPBJ.
65
bekerja selama terkoneksi dengan jaringan internet. Seperti yang
kita sering dengar ya banyak kemudahan dan transparansi
pengadaan barang dan jasa dan keuntungannya”
“Semua orang bisa. Itu secara umum, tidak ada ketentuan khusus.
Pokoknya masyarakat umum bisa semua mengakses. Kecuali kalau
misalnya kita ingin ikut tender di dalamnya harus mendaftar dahulu
di LPSE nya”
66
Dimana rakyat sebagai principal dan pemerintah sebagai stewards, adalah
sebuah hubungan yang tercipta karena terdapat sifat manusia yang dapat
dipercaya, bertanggung jawab, integritas dan transparan kepada pihak
lainnya.
Menjalankan tugas utama sebagai tenaga kependidikan maupun
tenaga pendidik dalam suatu institusi pendidikan tentunya diperlukan
dukungan lain agar terwujud visi dan misi institusi. Institusi pendidikan
bukan hanya memikirkan bagaimana mencetak generasi penerus bangsa yang
memiliki profil lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar industri,
namun juga melakukan pemanfaatan kompetensi atau keahlian atau
ketrampilan dalam mendukung sejalan nya visi dan misi Politeknik Maritim
Negeri Indonesia sebagai contoh pengadaan barang dan jasa. Pengadaan
barang dan jasa ini menunjang pekerjaan segala bidang yang ada dalam
institusi, baik itu berupa barang ataupun jasa yang dipakai. Berikut adalah
hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Adib Hasan, S.Si. :
“Yang pasti harus sesuai ya background pendidikan atau
pengalaman bekerjanya, jadi dia sudah tahu alur dan sudah mengerti
apa saja yang perlu dihindari atau seperti apakah kategori
menyimpang dalam pengadaan itu. Pemenuhan SDM yang
berkualitas dan berintegritas serta profesional dalam bidangnya juga
akan berpengaruh untuk kemajuan dan pengembangan pengadaan
yang efektif, efisien dan transparansi. Karena tim pengadaan juga
punya acuan penyelesaian tugas atau katakanlah ya target lah ya”
67
dimanfaatkan dengan baik sehingga output daripada pengadaan juga
akan baik. Jadi E-Procurement dan kompetensi pegawai akhirnya
memiliki korelasi dan pengaruh agar tidak terjadinya penyimpangan
dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. E-Procurement
bertujuan agar proses pengadaan efektif, efisien, transparan dan
akuntabel. Nah sedangkan kompetensi pegawai mendukung secara
aktif dalam hal kepatuhan, keahlian dalam memanage pekerjaan
atau jalannya pengadaan. Jadi kedua nya bersinergi dalam upaya
pencegahan penyimpangan pada proses pengadaan barang dan jasa”
4.2.3 Pembahasan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas diketahui bahwa E-
Procurement dan kompetensi pegawai mempunyai peranan penting dan
keterkaitan dengan pencegahan fraud dalam pengadaan barang atau jasa
di Politeknik Maritim Negeri Indonesia. Pengadaan barang atau jasa menurut
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan barang atau jasa Pemerintah
Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang atau
Jasa Melalui Penyedia merupakan kegiatan yang dimulai dari identifikasi
kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.
68
Pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui penyedia
meliputi kegiatan persiapan pengadaan barang atau jasa melalui penyedia,
persiapan pemilihan penyedia, pelaksanaan pemilihan penyedia, pelaksanaan
kontrak dan serah terima hasil pekerjaan. Berikut merupakan alur
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui E-Procurement di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia
69
b. Pilih Paket Rencana Umum Pengadaan (RUP)
70
d. Lengkapi Informasi Paket Rencana Umum Pengadaan (RUP)
71
f. Upload KAK atau Spesifikasi
72
h. Upload Rancangan Kontrak
73
j. Kirim Persiapan ke Unit Kerja Pengadaan Barang atau Jasa (UKPBJ)
74
Gambar IV.16 Pilih Paket Permintaan Pemilihan dari PPK
75
3. Pokja Pemilihan
76
Gambar IV.20 Melengkapi Informasi Persiapan Pemilihan (1)
77
f. Penjelasan Tender (Aanwijzing)
g. Pembukaan Penawaran
78
h. Apendo Menggunakan Token Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)
79
j. Apendo Pembukaan Dokumen Penawaran
80
l.Evaluasi Penawaran
a. Evaluasi Administrasi
81
b. Evaluasi Teknis
c. Evaluasi Harga
82
d. Evaluasi Kualifikasi
83
f. Pembuktian Kualifikasi
a. Pengumuman Pemenang
84
b. Kirim Pengumuman Pemenang
85
Nomor 16 Tahun 2018. Pengadaan barang atau jasa lingkup kantor
Politeknik Maritim Negeri Indonesia sendiri merupakan salah satu bentuk
proses pelaksanaan untuk pengadaan aset-aset dalam lingkup tersebut.
Dalam pengadaan barang dan jasa baik memiliki risiko
penyimpangan, namun penyimpangan tersebut sering rentan terjadi pada
proses pengadaan yang diadakan secara manual, sedangkan dengan
menggunakan E-Procurement data atau proses pengadaan lebih transparan
dan dapat dilihat masyarakat umum. Untuk itu dalam pencegahan fraud
pengadaan barang dan jasa di lingkungan Politeknik Maritim Negeri
Indonesia maka begitu adanya launching E-Procurement pada tahun 2013,
Politeknik Maritim Negeri Indonesia langsung menerapkannya untuk
keperluan pengadaan barang dan jasa mulai dari tahun 2014 dan mengikuti
perkembangan maupun perubahan pedoman pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Selain itu para pelaku pengadaan di lingkungan Politeknik
Maritim Negeri Indonesia harus melaksanakan proses pengadaan dengan
sebaik-baiknya denagn berpedoman pada filosofoi pengadaan, tunduk pada
etika dan norma pengadaan yang berlaku.
Proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan Politeknik Maritim
negeri Indonesia sudah memiliki upaya pencegahan terjadinya penyimpangan
salah satunya adalah sudah sesuai dengan prinsip pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Berikut adalah keseusaian prinsip pengadaan barang dan jasa
pemerintah melalui E-Procurement Politeknik Maritim Negeri Indonesia :
86
Penggunaan dana dan daya yang
Efisien secukupnya untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan
87
Prinsip-prinsip dasar pengadaan barang dan jasa berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah diantaranya adalah efisien, efektif, terbuka,
bersaing, transparan, adil atau tidak diskriminatif, dan akuntabel. Ketujuh
prinsip tersebut diterapkan dengan tujuan mendorong praktik pengadaan
barang dan jasa yang baik dan menekan kebocoran anggaran (clean
governance). Dengan pelaksanaan E-Procurement yang langkah-langkah
nya sudah sesuai dengan pedoman yang berlaku sehingga tidak adanya
tindakan fraud atau penyimpangan baik itu ketika proses perencanaan sampai
ke tahap akhir pengadaan barang atau jasa.
Kemudian selain melalui E-Procurement, Politeknik Maritim Negeri
Indonesia juga mengharuskan pelauku pengadaannya dengan berpedoman
pada etika pengadaan barang atau jasa Pemerintah. Berikut etika pengadaan
barang dan jasa yang berlaku yaitu :
a) Melaksanakan tugas dengan tertib, penuh rasa tanggung jawab,
demi kelancaran, dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan
barang atau jasa.
b) Bekerja secara profesional dengan menjunjung tinggi kejujuran,
kemandirian, dan menjaga informasi yang bersifat rahasia.
c) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung, yang mengakibatkan persaingan tidak sehat, penurunan
kualitas proses pengadaan, dan hasil pekerjaan.
d) Bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kewenangannya.
e) Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of
interest) pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam proses pengadaan.
f) Mencegah terjadinya kebocoran keuangan dan kerugian. Tidak
menyalahgunakan wewenang dan melakukan kegiatan bersama
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak
lain secara langsung atau tidak langsung.
88
g) Tidak menerima, menawarkan, dan atau berjanji akan memberi
hadiah, imbalan, atau berupa apa saja kepada siapapun yang
diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan
barang atau jasa.
Dapat disimpulkan bahwa upaya pencegahan fraud pada pengadaan
barang atau jasa di lingkungan Politeknik Maritim Negeri Indonesia melalui
pelaksanaan E-Procurement serta melaksanakan kegiatan pengadaan dengan
filosofi pengadaan dan penerapan etika pengdaan yang berlaku dan sesuai
dengan Peraturan Presiden No 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan
Barang dan Jasa.
89
bidang umum dan keuangan mulai dari awal tahun Politeknik Indonesia
berdiri yaitu tahun 2012 sampai sekarang menjabat menjadi Direktur.
Kompetensi atau keahlian dalam pengadaan barang dan jasa yang
dimiliki oleh tim pengadaan juga diperoleh dari pelatihan pengadaan barang
dan jasa tingkat dasar atau mengikuti program pelatihan atau bimtek dan
ujian sertifikasi pengadaan barang dan jasa pemerintah yang sudah dilakukan
baik itu dari pihak Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat
komitmen (PPK) maupun Pejabat Pengadaan (PP) ataupun pihak Pokja
Pemilihan. Adadanya pelatihan tersebut tim pengadaan yang bersangkutan
dapat memiliki keahlian yang sepadan dengan kompetensi yang dibutuhkan
dalam mengelola dengan baik barang dna jasa yang pembiayaan nya
bersumber dari APBN atau APBD untuk pemanfaatan sarana pendukung kerja.
Seperti yang dikatakan oleh R. Fendy Dharma Saputra selaku Direktur
Pengambangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Khusus serta Direktur
Sertifikasi Profesi bahwa :
“Seorang pengelola pengadaan barang atau jasa baru dapat disebut
kompeten jika melakukan kegiatan sesuai dengan standar-standar
yang telah ditetapkan”
90
satu sama lainnya, Dana ini perlu dikelola dengan baik untuk
mendukung layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, tentu kita harus memiliki sistem yang
baik dan orang-orang yang mampu mengelola pengadaan barang
dan jasa secara baik pula”
91
memberikan barang atau jasa yang baik dipandang dari segi waktu, biaya,
kualitas, jumlah dan lain sebagainya. Dengan prinsip seperti ini, diharapkan
pemerintah bisa mendapatkan barang atau jasa dengan kualitas terbaik, harga
termurah, pengadaan paling cepat, keberadaan barang paling mudah
dijangkau dan berasal dari penyedia barang dan jasa yang bonafit dan lain
sebagainya.
Berikut adalah hasil wawancara dengan Pejabat Pengadaan Politeknik
Maritim Negeri Indonesia :
“Kalau untuk hal pencegahan fraud ya sudah nyata kalau E-
Procurement ini menjadi jawabannya, transparan data bisa dilihat
khalayak umum mbak, sekarang contohnya seperti salah satu tender
misal pengadaan perawatan gedung bertingkat Polimarin, di kolom
‘Penawaran Peserta’ disitu kan tertulis jelas siapa saja yang memiliki
kualifikasi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di Polimarin,
kelihatan itu siapa yang tidak kirim harga penawaran, siapa yang tidak
kirimdokumen kualifikasi, siapa yang tidak kirimadministrasi dan
teknis, harga dan surat penawaran. Karena peemnang kontrak sudah
pasti yang mengirimkan dokumen kualifikasi lengkap dengan harga,
administrasi dan teknis serta yang lain-lain. Jadi seumpama ada tender
ulang dikarenakan memang tidak ada pemenang dalam kontrak ya
pasti karena peserta penawaran tidak lengkap dokumen
persyaratannya, jadi ketika tender ulang karena alasan itu ya bukan
salah kami dari pihak non penyedia, tapi dari penyedia nya sendiri lah
yang tidak niat. Jadi gak ada yang namanya berusaha untuk KKN atau
dalam arti kami sebagai pihak non penyedia berusaha memenangkan
peserta penawaran tertentu”
92
Gambar IV.39 Bukti penawaran Peserta
93
proses interaksi antara pengguna dan penyedia jasa, serta masyarakat
menjadi lebih mudah dan cepat, 3) Menghemat biaya operasional pengadaan
baik dari sisi panitia maupun penyedia, 4) Meningkatkan kontrol terhadap
berbagai penyimpangan, menjadi solusi upaya mencegah terjadi nya KKN.
Sedangkan kompetensi pegawai atau sumber daya manusia yang kompeten
dan profesional atau sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah juga mendukung lancarnya kegiatan pengadaan
barang atau jasa. Sebagai sumber daya manusia pengadaanbarang dan jasa
yang kompeten, di Politeknik Maritim Negeri Indonesia sendiri dapat
dibuktikan melalui latar belakang pendidikan, pengalaamn bekerja atau
pelatiha, seperti data pada dibawah ini :
Data Kepegawaian Politeknik Maritim Indonesia
Jabatan Pendidikan Pangkat /
Nama NIP
PBJ Terakhir Golongan
Kuasa Pembina
S2 (Teknik
Ir. Akhmad Nuriyanis, MT 196207171993031001 Pengguna TK 1 /
Sipil)
Anggaran IVB
Pejabat S2 Penata
Gunawan Budi S, S.Kom., M.Kom. 198008302015041001 Pembuat (Magister Muda TK
Komitmen Komputer) 1 / IIIB
Perencana
Penata /
Muhamad Adib Hasan,S.Si 198606162009121009 Pengadaa S1 Sains
III C
n
Pejabat Penata
S2 Teknik
Wahyu Ari Putranto, M.T. 198212192018031001 Pengadaa Muda/
Mesin
n IIIB
Tabel IV.2
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia
94
Data kepegawaian Politeknik Maritim Negeri Indonesia diatas
menjelaskan bahwa syarat sumber daya manusia yang ditempatkan untuk
mengelola pengadaan barang dan jasa pada institusi tersebut berasal dari
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan lebih tepatnya adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS), sudah melaksanakan Bimbingan Teknis Sertifikasi Ahli Pengadaan
Barang atau Jasa Pemerintah yang diselenggarakan oleh BP-Unit Layanan
Pengadaan Universitas Diponegoro serta memiliki Sertifikat Tingkat Dasar
(Basic Level Certificate) Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah
(Goverment Procurement) yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PPSDM).
Berdasarkan dari data tersebut menunjukkan bahwa adanya kontribusi
atau peran dari E-Procurement dan kompetensi pegawai dalam upaya
pencegahan fraud pada pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim
Indonesia. Pelaksanaan E-Procurement dan penerapan kompetensi pegawai
berupa sumber daya manusia nya yang sudah sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan Barang atau
Jasa Pemerintah sebagai landasan hukumnya ini menjadi poin penting dalam
keberhasilan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan aturan, dengan
kesesuaian aturan itulah dapat mewujudkan pelaksaaan pengadaan barang
atau jasa yang baik.
95
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dalam penulisan skripsi ini dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui penyedia
meliputi kegiatan persiapan pengadaan barang atau jasa melalui
penyedia, persiapan pemilihan penyedia, pelaksanaan pemilihan
penyedia, pelaksanaan kontrak dan serah terima hasil pekerjaan.
Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui E-Procurement yang
berlaku di Politeknik Maritim Negeri Indonesia meliputi kegiatan
perencanaan pengadaan, kegiatan persiapan pengadaan, kegiatan
persiapan pemilihan, kegiatan pelaksanaan pemilihan, kegiatan
pelaksanaan kontrak dan kegiatan serah terima hasil pekerjaan.
Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah melalui E-
Procurement tersebut telah menerapkan suatu pedoman atau aturan
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa yang telah ditetapkan.
2. Mengikuti aturan yang sesuai dengan pedoman pengadaan barang
dan jasa yang tertera pada Peraturan Presiden No. 16 tahun 2018
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Melalui E-
Procurement, proses pengadaan barang dan jasa dapat berjalan secara
efisien, efektif bersaing, adil, akuntabel serta yang paling penting juga
adalah transparansi proses pengadaan sampai pada saat pemilihan
pemenang. Pencegahan fraud pada pengadaan barang dan jasa di
lingkungan Politeknik Maritim Negeri Indonesia dengan cara
menerapkan E-Procurement dan pengaplikasian etika pengadaan
barang dan jasa sehingga pengadaan berjalan dengan baik dan
semestinya seperti koridor yang sudah ditetapkan.
96
3. Kompetensi pegawai mempunyai peran dalam upaya pencegahan
penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia. Pegawai yang memiliki integritas,
keahlian serta susunan sumber daya manusianya yang sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
pedoman Pengadaan Barang dan Jasa menjadi salah satu upaya
dalam mencegah fraud.
4. E-Procurement dan kompetensi pegawai memiliki keterkaitan
dengan pencegahan fraud pada pengadaan barang dan jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia karena pelaksaan dan sumber
daya manusia pengadan barang dan jasanya diatur dan sesuai
dengan landasan hukum yang berlaku.
5.2 Keterbatasan
Penelitian ini hanya dilakukan di lingkungan Politeknik Maritim
Negeri Indonesia sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan kondisi
dilingkup Politeknik Maritim Negeri Indonesia. Hasil dalam penelitian ini
tidak dapat digeneralisir untuk institusi pendidikan atau kantor lainnya di
Indonesia karena situasi, hambatan, dan tantangan yang dihadapi berbeda-
beda. Hasil dan kesimpulan yang berbeda mungkin terjadi apabila penelitian
dilakukan pada institusi pendidikan lainnya.
5.3 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, maka saran yang dapat peneliti
rekomendasikan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Saran kepada pelaku pengadaan internal yang ada di institusi terkait
untuk memaksimalkan dan terus memperbaiki pelaksanaan
pengadaan barang atau jasa melalui E-Procurement, kualitas output
yang dihasilkan tergantung kepada lancar dan tidaknya tahapan yang
dilaksanakan. Sehingga wujud dari pengadaan tersebut dapat lebih
bernilai dan ikut berperan dalam menunjang pekerjaan.
97
2. Upaya pencegahan fraud terhadap pengadaan barang atau jasa dapat
dilakukan dengan mengadakan sosialisasi penerapan pedoman
pengadaan barang atau jasa Pemerintah melalui elektronik yang
berlaku kepada semua bidang, bukan hanya pada pelaku pengadaan
internal saja namun juga seluruh lingkup pegawai yang ada karena
meskipun bukan sebagai pelaku pengadaan yang ditunjuk, namun
unit atau bidang lain juga ikut berkontribusi agar kebutuhan atas
penunjang pekerjaan bidang lain terwujudkan melalui pengadaan
barang atau jasa salah satu nya. Segala filosofi, norma serta etika
dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 harus dapat
melandasi dan diterapkan dalam proses pengadaan.
3. Bagi institusi terkait hendaknya menempatkan pegawai yang
berstatus Tenaga Kependidikan (Tendik) sebagai unsur utama dalam
sumber daya manusia pada pengadaan barang dan jasa. Karena
dapat lebih fokus dalam bidang tersebut bila dibandingkan jika
keseluruhan sumber daya manusia nya berasal dari Tenaga Pendidik
saja. Selain dapat menghindari dari adanya kemungkinan beban
kerja bagi Tenaga Pendidik yang berat sehingga muncul hasrat ingin
bertindak curang, tetapi juga akan memudahkan dalam proses
pelaksanaan pengadaannya.
4. Antara pelaksanaan E-Procurement dengan penyediaan SDM terkait
kompetensi pada pegawai yang sudah diselaraskan untuk terus
ditingkatkan. Karena keahlian pegawai menjadi salah satu pokok
yang penting dalam pelaksanaan pengadaan, pengetahuan yang
cukup tentang bagaimana proses pelaksanaan pengadaan barang atau
jasa secara elektronik menjadi tonggak dan salah satu upaya
pencegahan penyimpangan (fraud).
98
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2019. “Cegah KKN, Pelaku Proses
PBJ Harus Kompeten Dan Bersertifikasi Nasional”,
https://bpsdm.pu.go.id/bacaber
ita-cegah-kkn-pelaku-proses-pbj-harus-kompeten-dan-bersertifikasi-
nasional, diakses pada tanggal 03 November 2021 pukul 10:10.
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
Dessler, Gary. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1. Edisi 13. Ahli
bahasa : Eli Tanya. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.
Davis, J.H., F.D Scoorman dan L. Donalson. 1997. Toward a Stewarship Theory
Of Management. Academy of Management Review. 22 (1): 22-47.
Giri Sucahyo, Yudho Giri dkk. 2009. “Inovasi Layanan Publik melalui E-
Procurement”, diambil dari Makalah Pembekalan Layanan Pengadaan
Barang Secara Elektronik. Bappenas. Jakarta: LKPP.
99
Isdiantika. 2013. “Pengaruh E-procurement dan Pengendalian
Internal terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan Barang dan
Jasa”. https://jurnal.umpp.ac.id/index.php/neraca/article/download/485/340,
diakses pada 16 November 2021 pukul 13:25.
Johnstone, Karla M., Gramling, Audrey A., & Larry E. 2014. Auditing A Risk-
Based Approach To Conductiong A Quality Audit. 34-35. USA : South-
Western Cengage Learning.
100
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit
Andi.
Ni kadek Dwi Ariatini, Gede Adi Yuniarta, Pupu Sukma Kurniawan. 2017.
“Analisis Kompetensi Sumber Daya Manusia Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah Proactive Fraud Audit dan Whistleblowing System Terhadap
Pencegahan Fraud Pada Pengelola Dana Bos Se-Kabupaten Klungkung”.
https://onesearch.id/Record/IOS1143.article13291?widget=1&repository_i
d=1149, diakses pada tanggal 27 September 2021 pukul 07:09.
Nosihana, Ariefia dan Rizal Yaya, 2016. “Internet Financial Reporting dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya pada Pemerintah Kota dan Kabupa
Ten di Indonesia”. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789
/13031/2016%20-%20Nosihana%20dan%20Yaya%20-%20JDAB%20-%2
0Internet%20Financial%20Reporting.pdf?sequence=1, diakses pada tangal
23 September 2021 pada pukul 07:34.
Raharjo, Eko. 2007. “Teori Agensi dan Teori Stewardship dalam Perspektif Akunt
ansi. Fokus Ekonomi. 2 (1): 37-46”. https://ejournal.stiepena.ac.id/index.ph
p/fe/article/view/22/22, diakses pada tanggal 27 September 2021 pukul
07:02.
Shofif Sobaruddin Akbar et al. 2021. Buku Pedoman Penulisan Proposal Dan
Skripsi Tahun 2021.
101
Siahaya Willem. 2014. Procurement Management. Bogor : In Media.
Sutedi, Adrian. 2012. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai
Permasalahannya. Jakarta: Bumi Aksara.
102
LAMPIRAN
103
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
JADWAL PENELITIAN
104
Lampiran 2. SK Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi
105
Lampiran 3. Surat izin Penelitian
106
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
107
Lampiran 5. Transkrip wawancara
Seperti apa risiko-risiko fraud pada Pejabat Ya kalau untuk risiko penyimpangan
pengadaan barang dan jasa di Pengadaan sendiri bisanya kita bandingkan
(PP) , dengan sewaktu masih konvensional
108
Polimarin ? KPA dengan saat menggunakan media
(Kuasa elektronik ya. Tapi kalau untuk
Pengguna Polimarin sendiri kemungkinan
Anggaran) adanya penyimpangan itu tidak. Kalau
konvensional kan bisa saja tidak
terjadinya transparasi data, tapi kalau
pakai e-Procurement kan semua atau
segala jenis pengadaan paket atau
lelang dan lain sebagainya transparan.
Masyarakat umum juga bisa lihat
Polimarin sedang ada kontrak atau
pengadaan apa sedang ada lelang apa
di website LSPE
Apakah pelaksanaan E-Procurement Perencana Tentu saja sesuai, seperti yang sudah
mulai dari perencanaan sampai Pengadaan saya sebutkan tadi bahwa Polimarin
kepada pengadaan barang dan jasa menggunakan Peraturan Presiden
peemrintahan di Polimarin sesuai Nomor 16 Tahun 2018 tentang
dengan pedoman pelaksanaan Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah, baru-baru ini peraturan
109
pengadaan barang dan jasa ? tersebut diperbarui atau diamandemen,
jadi yang berlaku sekarang ini adalah
Peraturan Presiden Nomor 12 tahun
2021 tentang Pedoman Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah sebagai
pedoman nya
Menurut Bapak, seberapa penting Pejabat Sangat penting, karena sebagian besar
proses pengadaan barang atau jasa Pengadaan APBD adalah berupa pengadaan
secara elektronik dilakukan ? (PP) barang dan jasa nah secara elektronik
itu kan penting terkait efektivitasnya
itu di situ. Jadi mempermudah, efektif
karena sudah tidak manual lagi. Semua
memakai sistem dimanapun bisa
bekerja selama terkoneksi dengan
jaringan internet. Seperti yang kita
sering dengar ya banyak kemudahan
dan transparansi pengadaan barang
dan jasa dan keuntungannya.
Bagaimana upaya pelaku pengadaan Pejabat Kalo ditanya apa saja yang dilakukan
barang atau jasa di Polimarin agar Pengadaan untuk mencegah adanya
terhindar dari penyimpangan ? (PP) penyimpangan, seperti pernyataan
saya sebelumnya tentang pentingnya
pelaksaan pengadaan barang dan jasa
melalui E-Procurement itu tadi, berarti
ya upayanya menerapkan E-
Procurement, kemudian memahami
dengan benar bagaimana etika dalam
pengadaan. Etika pengadaan barang
110
dan jasa seperti melaksanakan tugas
dengan tertib dan penuh tanggung
jawab, tidak saling mempengaruhi
sehingga terjadinya persaingan yang
tidak sehat ya mbak, mencegah adanya
kerugian, mengerti dengan betul
wewenang kita ini sebagai pelaku
pengadaan apa sih ya tidka boleh
menyalahgunakan tujuan untuk
kepentingan pribadi, tidak adanya
unsur KKN, kemudian kami ini
sebgaai pelaku pengadaan harus bisa
menjamin secara administratif,
teknikal dan dari segi finansial dapat
dipertanggungjawabkan dalam hal
biaya dan kualitas
Apakah sistem e-procurement dapat Pejabat Semua orang bisa. Itu secara umum,
diakses secara bebas oleh Pengadaan tidak ada ketentuan khusus. Pokoknya
masyarakat secara umum? (PP) masyarakat umum bisa semua
Bagaimana ketentuannya? mengakses. Kecuali kalau misalnya
kita ingin ikut tender di dalamnya
harus mendaftar dahulu di LPSE nya
Menurut Bapak apakah ada PPK Kalau pengadaan barang dan jasa
keterkaitan antara pengadaan barang dengan kompetensi pegawai tentunya
dan dan jasa dengan kompetensi berkaitan, karena apa ? tim pengadaan
pegawai ? baik itu KPA, PA, PPK, PP itu pasti
punya tugas nya masing-masing dalam
pengadaan barang dan jasa, karena ada
111
pedoman yang harus kita anut jadi tim
pengadaan juga harus paham
bagaimana alur pengadaan, aplikasi
apakah yang digunakan, bagaimana
harusnya proses pengadaan berjalan
dengan lancar.
Apakah tim pengadaan barang dan PPK Latar belakang menurut saya sudah
jasa sudah sesuai dengan latar sesuai, ada yang lulusan Sarjana
pendidikannya ? Ekonomi, namun yang perlu digaris
bawahi juga adalah yang terpenting
tentang pengalamannya, karena tim
Menurut bapak jika kompetensi Perencana Yang pasti harus sesuai ya background
pegawai itu ada hubungannya Pengadaan pendidikan atau pengalaman
dengan pencegahan fraud dalam bekerjanya, jadi dia sudah tahu alur
pengadaan barang dan jasa, lalu dan sudah mengerti apa saja yang
harus pegawai yang seperti apakah perlu dihindari atau seperti apakah
agar menguatkan bahwa kompetensi kategori menyimpang dalam
112
ini dapat berperan dalam upaya pengadaan itu.
pencegahan penyimpangan ?
Pemenuhan SDM yang berkualitas dan
berintegritas serta profesional dalam
bidangnya juga akan berpengaruh
untuk kemajuan dan pengembangan
pengadaan yang efektif, efisien dan
transparansi. Karena tim pengadaan
juga punya acuan penyelesaian tugas
atau katakanlah ya target lah ya.
Menurut bapak dan ibu apakah PPK Menurut saya jelas ada korelasi nya
penerapan E-Procurement dan antara E-Procurement dan kompetensi
kompetensi pegawai memiliki pegawai memiliki keterkaitan dengan
keterkaitan dengan pencegahan pada pencegahan pada proses pengadaan
proses pengadaan barang dan jasa di barang dan jasa di Polimarin. Kalau
Polimarin ? kita katakanlah tim Pengadaan sendiri
tidak tahu bagaimana proses
pengadaan barang dan jasa yang baik
dan benar mulai dari perenacnaan
kemudian tender nya lalu pemilihan
pemenang tender ataupun pelaksanaan
pengadaan non tender ya tentu tidak
akan berjalan dengan lancar
pengadaan tersebut. Karena kita
berurusan dengan uang negara atau
APBN yang harus dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik sehingga
output daripada pengadaan juga akan
baik.
113
pegawai akhirnya memiliki korelasi
dan pengaruh agar tidak terjadinya
penyimpangan dalam pengadaan
barang dan jasa pemerintah. E-
Procurement bertujuan agar proses
pengadaan efektif, efisien, transparan
dan akuntabel. Nah sedangkan
kompetensi pegawai mendukung
secara aktif dalam hal kepatuhan,
keahlian dalam memanage pekerjaan
atau jalannya pengadaan.
114
peemnang kontrak sudah pasti yang
mengirimkan dokumen kualifikasi
lengkap dengan harga, administrasi
dan teknis serta yang lain-lain. Jadi
seumpama ada tender ulang
dikarenakan memang tidak ada
pemenang dalam kontrak ya pasti
karena peserta penawaran tidak
lengkap dokumen persyaratannya, jadi
ketika tender ulang karena alasan itu
ya bukan salah kami dari pihak non
penyedia, tapi dari penyedia nya
sendiri lah yang tidak niat. Jadi gak
ada yang namanya berusaha untuk
KKN atau dalam arti kami sebagai
pihak non penyedia berusaha
memenangkan peserta penawaran
tertentu
115
Lampiran 6. SK Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen I
116
117
Lampiran 7. SK Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen II
118
119
Lampiran 8. SK Pengangkatan Kelompok Kerja
120
121
122
Lampiran 9. Sertifikat BimTek Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah
123
Lampiran 10. Sertifikat Ahli Pengadaan Nasional
124
Lampiran 11. Sertifikat Tingkat Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
125
Lampiran 12. Dokumentasi Wawancara
126
127
128