Anda di halaman 1dari 144

ANALISIS PENERAPAN E-PROCUREMENT DAN KOMPETENSI

PEGAWAI DALAM PENCEGAHAN FRAUD PADA PENGADAAN


BARANG ATAU JASA DI POLITEKNIK MARITIM NEGERI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat


Untuk gelar Kesarjanaan pada Manajemen
Jenjang Pendidikan Strata 1

Oleh :
RIMA DWI NOR DIAH
NIM : 22120002
JURUSAN MANAJEMEN

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


CENDEKIA KARYA UTAMA
SEMARANG
2021

i
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Rima Dwi Nora Diah, atau akrab disapa Rima, lahir di


Grobogan 29 Desember 1997. Penulis merupakan anak ke-
dua dari Bapak Rachmad Hartanto dan Ibu Supartini.
Menempuh pendidikan di SD Negeri 1 Tawangharjo pada
tahun 2003-2009, SMP Negeri 1 Tawangharjo pada tahun
2009-2012, SMA Negeri 1 Purwodadi Kabupaten Grobogan
pada tahun 2012-2015, melanjutkan pendidikan di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia Prodi Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan
Kepelabuhan (2015-2018), serta di STIE Cendekia Karya Utama Prodi
Manajemen dan aktif mulai tahun ajaran 2020/2021.
Dengan ketekunan, motivasi yang tinggi untuk terus belajar dan berusaha
sehingga penulis berhasil menyelesaikan skripsi ini. Semoga dengan penulisan
skripsi ini dapat memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan.
Akhir kata penulis mengucapkan rasa syukur yang sebesar-besarnya atas
terselesaikannya skripsi yang berjudul “Analisis Penerapan E-Procurement dan
Kompetensi Pegawai Dalam Pencegahan Fraud Pada Pengadaan Barang dan
Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia”.

iv
ABSTRAK

Penelitian ini untuk memperjelas permasalahan tentang peran E-


procurement dan kompetensi pegawai dalam upaya pencegahan fraud pada
pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data
pada penelitian ini menggunakan metode observasi, metode wawancara, dan
metode pustaka. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
triangulasi teori.
Hasil analisis yang diperoleh sebagai berikut: (1) Pelaksanaan pengadaan
barang atau jasa melalui E-Procurement di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
meliputi perencanaan pengadaan, persiapan pengadaan, persiapan pemilihan,
pelaksanaan pemilihan, pelaksanaan kontrak dan serah terima hasil pekerjaan, (2)
Pencegahan fraud pada pengadaan barang dan jasa di lingkungan Politeknik
Maritim Negeri Indonesia dengan menerapkan E-Procurement dan penerapan
etika pengadaan barang dan jasa yang sesuai dengan aturan yang berlaku, (3)
Kompetensi pegawai yang memiliki integritas, keahlian serta susunan sumber
daya manusianya yang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018
tentang pedoman Pengadaan Barang dan Jasa menjadi salah satu upaya mencegah
fraud, (4) E-Procurement dan kompetensi pegawai memiliki keterkaitan dalam
pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim Negeri
Indonesia, pelaksanaan dan sumber daya manusianya diatur dan sesuai dengan
landasan hukum yang berlaku.

Kata kunci: E-Procurement, Kompetensi Pegawai, Pengadaan Barang atau Jasa,


Fraud

v
ABSTRACT

This study aims to clarify issues regarding the role of E-Procurement and
employee competence in preventing fraud in the Procurement of goods or services
at the Indonesian State Marine Polytechnic.
This research includes qualitative research. Data collection techniques
using observation methods, interview methods, and library methods. Data
analysis in this study uses the theory triangulation method.
The results of the analysis are as follows: (1) The implementation of the
procurement of goods or services through E-Procurement at the Indonesian State
Marine Polytechnic includes procurement planning, procurement preparation,
election preparation, election implementation, contract implementation and
handover of work results, (2) Prevention of fraud in the procurement of goods and
services within the Indonesian State Maritime Polytechnic by implementing E-
Procurement and the application of ethics for the procurement of goods and
services in accordance with applicable regulations, (3) Competence of employees
who have integrity, expertise and composition of human resources in accordance
with Presidential Regulation Number 16 The year 2018 concerning Guidelines for
the Procurement of Goods and Services is one of the efforts to prevent fraud, (4)
E-Procurement and employee competence have a relationship in preventing fraud
in the procurement of goods or services at the Indonesian State Maritime
Polytechnic, its implementation and human resources are regulated and
according to an a legal basis that behave.

Keywords: E-Procurement, Employee Competence, Procurement of Goods or


Services, Fraud

vi
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji dan syukur penulis panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Analisis Penerapan E-Procurement Dan Kompetensi Pegawai Dalam
Pencegahan Fraud Pada Pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia ”
Penulisan Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar
Kesarjanaan pada Jenjang Pendidikan Strata 1 program studi Manajemen di
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cendekia Karya Utama.
Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang-orang disekitar penulis,
sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:

vii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
sebab itu dengan tangan terbuka penulis menerima segala kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata
penulis berharap semoga penulisan skripsi ini berguna bagi penulis pada
khususnya dan pembaca pada umumnya sebagai wawasan pengetahuan.

Semarang,
Penulis

Rima Dwi Nora Diah


NIM 22120002
Daftar Isi

HALAMAN JUDUL................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN................................................................................iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................iv
ABSTRAK...............................................................................................................v
ABSTRACT..............................................................................................................vi
KATA PENGANTAR...........................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................viii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian.................................................................. 5

1.2.1 Identifikasi Masalah......................................................................... 5

1.2.2 Perumusan Masalah..........................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................. 6

1. Manfaat Teoritis.................................................................................... 7

2. Manfaat Praktis......................................................................................7

1.5 Fokus Penelitian...................................................................................... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................9

2.1 Tinjauan Pustaka..................................................................................... 9

2.1.1 Stewardship Theory...........................................................................8

2.1.2 E-Procurement..................................................................................9

2.1.2.1 Pengertian E-Procurement.......................................................9

viii
2.1.2.2 Landasan Hukum E-Procurement..........................................10

2.1.2.3 Tujuan E-Procurement........................................................10

2.1.2.4 Manfaat E-Procurement.........................................................12

2.1.2.5 Metode Pelaksanaan E-Procurement.....................................14

2.1.2.6 Proses Pelaksanaan E-Procurement.......................................15

2.1.3 Kompetensi Pegawai......................................................................19

2.1.3.1 Pengertian Kompetensi Pegawai............................................19

2.1.3.2 Pentingnya Kompetensi.........................................................20

2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi...................21

2.1.3.4 Dimensi dan Indikator Kompetensi.......................................23

2.1.4 Fraud atau Kecurangan...................................................................24

2.1.4.1 Pengertian Fraud atau Kecurangan.......................................24

2.1.4.2 Faktor Terjadinya Fraud atau Kecurangan...........................25

2.1.4.3 Klasifikasi Fraud..................................................................26

2.1.4.4 Bentuk-Bentuk Fraud atau Kecurangan...............................27

2.1.5 Pengadaan Barang dan Jasa............................................................29

2.1.5.1 Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa...............................29

2.1.5.2 Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa................................30

2.1.5.3 Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa.......................................30

2.1.5.4 Etika Pengadaan Barang atau Jasa.........................................32

2.1.5.5 Pengawasan dalam Proses Pengadaan Barang atau Jasa........33

2.2 Penelitian Terdahulu..........................................................................38

2.3 Rancangan Isi.................................................................................... 40

2.3.1 Analisis E-Procurement Dalam Pencegahan Fraud pada


Pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim Negeri
Indonesia ................................................................................39

2.3.2 Analisis Kompetensi Pegawai Dalam Pencegahan Fraud


Pada Pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.......................................................................40
2.3.3 Analisis E-Procurement dan Kompetensi Pegawai Dalam
Pencegahan Fraud Pada Pengadaan Barang atau Jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia.......................................41
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................46

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................. 46

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian........................................................... 46

3.3 Jenis dan Sumber Data...................................................................... 46

a. Jenis Data........................................................................................... 46

b. Sumber Data...................................................................................... 47

3.4 Informan............................................................................................ 48

3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................ 48

3.6 Teknik Analisis Data......................................................................... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN....................................50

4.1 Hasil Penelitian....................................................................................50

4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian..............................................50


4.1.1.1 Sejarah Singkat Politeknik Maritim Negeri Indonesia.........50
4.1.1.2 Lokasi Politeknik Maritim Negeri Indonesia...................... 51
4.1.1.3 Struktur Organisasi Politeknik Maritim Negeri Indonesia...52
4.1.1.4 Jam Kerja Politeknik Maritim Negeri Indonesia.................59
4.2 Hasil Penelitian....................................................................................60
4.2.1 Deskripsi Informan.......................................................................60
4.2.2 Hasil Dari Penelitian.....................................................................61
4.2.2.1 Pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa Secara
Elektronik melalui E-Procurement di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.................................................................61
4.2.2.2 Upaya Pencegahan Fraud dalam Pengadaan Barang dan
Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia Melalui E-
Procurement.........................................................................62
4.2.2.3 Kompetensi Pegawai dalam Mencegah Fraud Pengadaan
Barang dan Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
..............................................................................................67
4.2.2.4 Peran E-Procurement dan Kompetensi Pegawai dalam
Upaya Pencegahan Fraud di Lingkungan Politeknik
Maritim Negeri Indonesia.....................................................69
4.2.3 Pembahasan...................................................................................73
4.2.3.1 Pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa Secara
Elektronik melalui E-Procurement di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.................................................................73
4.2.3.2 Upaya Pencegahan Fraud dalam Pengadaan Barang dan
Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia Melalui E-
Procurement..........................................................................90
4.2.3.3 Kompetensi Pegawai dalam Mencegah Fraud Pengadaan
Barang dan Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
..............................................................................................92
4.2.3.4 Peran E-Procurement dan Kompetensi Pegawai dalam
Upaya Pencegahan Fraud di Lingkungan Politeknik
Maritim Negeri Indonesia...................................................95
BAB V PENUTUP............................................................................................102

5.1 Simpulan............................................................................................102

5.2 Keterbatasan.......................................................................................103

5.3 Saran...................................................................................................104

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 105

LAMPIRAN.........................................................................................................109
DAFTAR TABEL

Tabel I.1 Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Jenis Perkara..................................3


Tabel IV.1 Jam Kerja Karyawan Politeknik Maritim Negeri Indonesia................60

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar IV.1 Jurusan Bisnis Maritim dengan Program Studi................................52


Gambar IV.2 Jurusan Teknika dengan Program Studi...........................................52
Gambar IV.3 Jurusan Nautika dengan Program Studi...........................................52
Gambar IV.4 Struktur Organisasi Politeknik Maritim Negeri Indonesia..............53
Gambar IV.5 Siklus Tahapan Pengadaan Barang dan Jasa Tahapan.....................64
Gambar IV.6 Pembuatan Paket..............................................................................75
Gambar IV.7 Pilih Paket RUP...............................................................................75
Gambar IV.8 Konfirmasi Paket RUP....................................................................76
Gambar IV.9 Lengkapi Informasi Paket RUP.......................................................76
Gambar IV.10 Lengkapi Informasi Persiapan Pengadaan.....................................77
Gambar IV.11 Upload KAK atau Spesifikasi........................................................77
Gambar IV.12 Input HPS.......................................................................................78
Gambar IV.13 Upload Rancangan Kontrak...........................................................78
Gambar IV.14 Pilih UKPBJ...................................................................................79
Gambar IV.15 Kirim Persiapan ke Unit Kerja Pengadaan Barang atau Jasa
(UKPBJ)........................................................................................79
Gambar IV.16 Pilih Paket Permintaan Pemilihan dari PPK..................................80
Gambar IV.17 Pilih Pokja Pelaksanaan Pemilihan................................................80
Gambar IV.18 Konfirmasi Pokja Pemilihan..........................................................81
Gambar IV.19 Pilih Paket Permintaan Pemilihan Penugasan Kepala Pengelola
PBJ...............................................................................................81
Gambar IV.20 Melengkapi Informasi Persiapan Pemilihan (1).............................82
Gambar IV.21 Melengkapi Informasi Persiapan Pemilihan (2).............................82
Gambar IV.22 Upload Dokumen Tender...............................................................83
Gambar IV.23 Penjelasan Tender (Aanwijzing)....................................................83
Gambar IV.24 Pembukaan Penawaran..................................................................84
Gambar IV.25 Apendo Menggunakan Token SPSE.............................................84
Gambar IV.26 Apendo Informasi Tender..............................................................85
Gambar IV.27 Apendo Pembukaan Dokumen Penawaran...................................85

x
Gambar IV.28 Melihat Penawaran Peserta............................................................86
Gambar IV.29 Evaluasi Penawaran.......................................................................86
Gambar IV.30 Evaluasi Administrasi....................................................................87
Gambar IV.31 Evaluasi Kualifikasi.......................................................................87
Gambar IV.32 Evaluasi Teknis..............................................................................88
Gambar IV.33 Evaluasi Harga...............................................................................88
Gambar IV.34 Evaluasi Kualifikasi.......................................................................89
Gambar IV.35 Undangan Pembuktian Kualifikasi................................................89
Gambar IV.36 Pembuktian Kualifikasi..................................................................90
Gambar IV.37 Pengumuman Pemenang................................................................90
Gambar IV.38 Kirim Pengumuman Pemenang.....................................................90
Gambar IV.39 Bukti Penawaran Peserta................................................................97
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian.............................................................................109


Lampiran 2. SK Penetapan Dosen Pembimbing..................................................110
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian.........................................................................111
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian.........................................................................112
Lampiran 5. Transkrip Wawancara......................................................................113
Lampiran 6. SK Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen I............................120
Lampiran 7. SK Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen II...........................121
Lampiran 8. SK Pengangkatan Kelompok Kerja.................................................123
Lampiran 9. Sertifikat BimTek Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah...........125
Lampiran 10. Sertifikat Ahli Pengadaan Nasional...............................................128
Lampiran 11. Sertifikat Tingkat Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.......129
Lampiran 12. Dokumentasi Wawancara..............................................................130

xi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Instansi Pemerintah merupakan sebuah kolektif dari unit organisasi
pemerintahan yang menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, meliputi Kementerian Negara atau Departemen atau Lembaga
Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota,
Pemerintah Kabupaten, serta lembaga-lembaga pemerintahan yang
menjalankan fungsi pemerintahan dengan menggunakan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD).
Pengadaan barang atau jasa merupakan bagian dari aktivitas penting
yang dilakukan oleh institusi pemerintah dalam rangka mendukung kegiatan
operasional institusi guna mewujudkan kelancaran kinerja dari institusi
tersebut, serta mempunyai peran penting dalam pembangunan nasional untuk
peningkatan pelayanan publik dan pengembangan perekonomian nasional dan
daerah.
Perubahan yang dimulai beberapa tahun lalu di Indonesia telah
merambah hampir ke seluruh aspek kehidupan. Penyelenggaraan pemerintah
daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 melahirkan
nuansa baru, yaitu pergeseran kewenangan pemerintahan dari yang
sentralistik birokratik (pemeritahan terpusat atau kekuasaan pusat) ke
pemerintahan yang desentralistik partisipatoris (pemerintah pusat
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur
daerahnya sendiri). Terjadi perubahan terhadap manajemen keuangan daerah.
Paling tidak ada dua alasan mengapa perubahan di bidang ini diperlukan,
antara lain: 1) Pelimpahan berbagai wewenang dan urusan kepada daerah
akan mengakibatkan manajemen keuangan daerah menjadi semakin
kompleks, 2) Tuntutan publik akan pemerintahan yang baik (good
governance) memerlukan adanya perubahan paradigma dan prinsip-prinsip

1
manajemen keuangan daerah baik pada tahap penganggaran, implementasi
maupun pertanggungjawaban. (Mardiasmo, 2004:27).
Pengadaan barang atau jasa yang dibiayai oleh APBN diatur dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018. Regulasi pengadaan barang atau
jasa dilingkungan pemerintah atau BUMN atau BUMD telah beberapa kali
mengalami penyempurnaan dengan maksud agar mendapatkan barang atau
jasa yang berkualitas, dan terhindar dari fraud atau kecurangan sehingga
memberikan manfaat yang optimal bagi negara dalam pembangunan.
Menurut Karyono (2013:4-5) fraud dapat didefinisikan sebagai
kecurangan yang mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan
melanggar hukum (illegal act), yang dilakukan dengan sengaja untuk tujuan
tertentu misalnya menipu atau memberikan gambaran keliru (mislead) kepada
pihak-pihak lain, yang dilakukan oleh orang-orang baik dari dalam maupun
dari luar organisasi. Kecurangan dirancang untuk memanfaatkan peluang-
peluang secara tidak jujur, yang secara langsung maupun tidak langsung
merugikan pihak lain.
Karyono (2013:11) berpendapat bahwa ada beberapa pemicu utama
yang dikenal dengan fraud triangle theory sehingga seseorang termotivasi
untuk melakukan kecurangan atau fraud, faktor tersebut terdiri dari 1)
Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud (pressure), 2) Peluang atau
kesempatan untuk melakukan fraud (opportunity), 3) Dalih untuk
membenarkan tindakan fraud (retionalization). Apabila kecurangan ini
dibiarkan maka akan membahayakan bagi pemerintah atau organisasi yang
terkait. Pemerintah maupun organisasi yang terikat dalam praktek kecurangan
dapat mengakibatkan organisasi tersebut hancur reputasinya, kerugian
material, serta rusaknya moral di lingkungan pemerintah atau organisasi.
Pengadaan barang atau jasa dinilai sebagai masalah krusial, terbukti
dengan ditemukannya kasus-kasus penyimpangan dalam pengadaan barang
atau jasa. Kategori penanganan kasus sepanjang tahun 2019 terdiri dari 119
tindak perkara penyuapan, 118 perkara pengadaan barang atau jasa, dan 5

2
perkara tindak pidana pencucian uang (https://www.kpk.go.id/, diakses pada
tanggal 27 September 2021).

Tabel I.1
Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Jenis Perkara
Perkara 2017 2018 2019 2020
Pengadaan barang atau jasa 15 17 18 27
Perijinan 2 1 0 0
Penyuapan 93 168 119 55
Pungutan atau Pemerasan 0 4 1 0
Penyalahgunaan Anggaran 1 0 2 6
TPPU 8 6 5 3
Merintangi Proses KPK 2 3 0 0
Jumlah 121 199 145 91

Salah satu solusi dari upaya pencegahan terjadinya fraud dalam hal
pengadaan barang atau jasa yaitu dengan menerapkan E-Procurement. E-
Procurement adalah proses pengadaan barang atau jasa pemerintah yang
pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dan berbasis website atau
internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan informasi
yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang diselenggarakan oleh
Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE). Sesuai dengan latar belakang
diadakannya E-Procurement adalah penyelenggaraan pemerintahan yang baik
dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Selain untuk
transparansi, efisiensi dan efektivitas serta akuntabilitas dalam pengadaan
barang atau jasa melalui media elektronik antara Pokja dan Penyedia Jasa
juga merupakan tujuan dari E-Procurement.
Berdasarkan pada studi yang dilakukan oleh Dwi Ari Wibawa (2014)
menunjukkan bahwa adanya perbedaan transparansi antara sebelum dengan
sesudah dari penerapan E-Procurement di Kementerian Keuangan. Hasil
penelitian tersebut menggambarkan adanya peningkatan kualitas transparansi,

3
keterbukaan peluang dan aturan tender, kejelasan aturan dalam dokumen
pengadaan, penyampaian addendum dokumen pengadaan, pemenuhan waktu
pengadaan, pelaksanaan prinsip terbuka dan bersaing, kemudahan sanggahan
dan aduan, kemudahan mengikuti tender dan keterbukaan penyampaian hasil
evaluasi termasuk hal-hal yang menggugurkan.
Dalam pencegahan kasus fraud memiliki keterkaitan erat dengan
kompetensi sumber daya manusianya, kompetensi dasar manusia bengaruh
positif signifikan terhadap pencegahan fraud (Ni Kadek Dwi Ariastini, 2017).
Semakin baik atau semakin tinggi tingkat kompetensi sumber daya manusia
maka akan semakin baik pula tingkat pencegahan fraud. Namun sebaliknya,
apabila semakin rendah kompetensi yang dimiliki oleh sumber daya manusia
pada sebuah organisasi maka akan semakin rendah pula tingkat pencegahan
fraud tersebut.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hambani, S., Warizal, W.,
Kusuma, I. C., & Ramadianti, R. (2021) diperoleh hasil menunjukan bahwa
budaya organisasi, E-Procurement, whistleblowing system, dan pengendalian
interal berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud dalam
proses pengadaan barang atau jasa baik secara parsial maupun secara
simultan.
Meskipun dengan adanya perkembangan teknologi yang pesat pada
era sekarang, tindakan kecurangan pada pengadaan barang dan jasa tentu bisa
saja terjadi di institusi manapun. Sebagai pelaksanaan penggunaan anggaran,
pengadaan harus dapat menghasilkan barang atau jasa yang dapat
dipertanggung jawabkan kepada masyarakat. Dengan adanya sistem
pengadaan secara elektronik yang pada dasarnya dapat dilihat oleh khalayak
ramai, namun bagi masyarakat yang awam mengenai proses pengadaan serta
kebutuhan dan output suatu institusi pemerintah maka akan muncul stigma
bahwa suatu atau salah satu pengadaan barang dan jasa tersebut dinilai
berlebihan. Selain karena masyarakat awam menilai nominal yang berlebihan
tapi juga mempertanyakan apakah memang para pelaku pengadaan ini sudah

4
memiliki keahlian yang seharusnya. Dengan transparansi data yang dapat
dilihat melalui laman Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LSPE).
Sama hal nya dengan pengadaan barang atau jasa di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia, semua keluaran dari pelaksanaan tersebut haruslah
sesuai dengan kebutuhan dan manfaat utama. Untuk membuktikan bahwa
Politeknik Maritim Negeri Indonesia mengikuti perkembangan era teknologi
dan patuhnya terhadap landasan hukum yang berlaku, yaitu dengan
menerapkan sistem pengadaan secara elektronik. Kemudian untuk
meyakinkan publik bahwa kebutuhan sumber daya manusia pengadaan sudah
sesuai dan memang berkompeten maka ada upaya peningkatan sumber daya
manusia baik dari latar belakang pendidikan atau dengan mengikuti sertifikasi
pengadaan. E-Procurement dan kompetensi pegawai menjadi komponen
penting dalam keberhasilan pengadaan barang atau jasa.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS PENERAPAN E-
PROCUREMENT DAN KOMPETENSI PEGAWAI DALAM
PENCEGAHAN FRAUD PADA PENGADAAN BARANG ATAU JASA
DI POLITEKNIK MARITIM NEGERI INDONESIA”

1.2 Rumusan Masalah Penelitian


1.2.1 Identifikasi Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang masalah diatas, untuk
melakukan penelitian yang lebih terarah maka masalah tersebut perlu
diidentifikasi sehingga dapat diketahui sebab terjadinya masalah tersebut
yang kemudian akan diteliti sesuai dengan batasan masalah. Dengan
demikian dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Penerapan E-Procurement yang baik.
2. Kompetensi pegawai yang berkaitan dengan keberhasilan
pengadaan barang dan jasa.
3. Latar belakang pendidikan yang sesuai.
4. Tingkat pencegahan fraud yang harus disesuaikan dengan tingkat

5
penerapan E-Procurement dan kompetensi pegawai.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan, maka diperoleh
rumusan masalah. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
sebagai berikut :
1. Bagaimana penerapan E-Procurement di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia ?
2. Bagaimana pencegahan fraud pada pengadaan barang atau jasa
di Politeknik Maritim Negeri Indonesia ?
3. Bagaimana peran kompetensi pegawai dalam pencegahan
fraud pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia ?
4. Bagaimana peran E-Procurement dan kompetensi pegawai
dalam pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian dapat
diperoleh sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan E-Procurement di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.
2. Untuk mengetahui upaya pencegahan terjadinya fraud pada
pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia.
3. Untuk mengetahui pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia melalui peran kompetensi
pegawai.
4. Untuk mengetahui pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia melalui peran E-procurement
dan kompetensi pegawai.

1.4 Manfaat Penelitian

6
Manfaat yang diharapkan peneliti pada penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharap mampu menyempurnakan stewardship theory
yang dikemukakan oleh Donaldson dan Davis (1991:50). Teori ini
memaparkan situasi dimana bahwa manajemen lebih berfokus pada
hasil sasaran utama untuk kepentingan organisasi bukan termotivasi
dari tujuan-tujuan individu.
Penerapan stewardship theory dimaksudkan agar kepentingan personal
dengan pemerintah dapat sejalan melalui pencapaian tujuan organisasi.
Dan apabila adanya perbedaan kepentingan antara pemerintah dengan
masyarakat, maka pemerintah akan menjunjung tinggi nilai
kebersamaan sehingga tujuan organisasi tercapai dan tidak ada
kecurangan atau fraud yang akan terjadi.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan atau
masukan pada Politeknik Maritim Negeri Indonesia untuk mengatasi
kelemahan dalam hubungannya dengan E-Procurement, serta
kompetensi pegawai sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan
baik.

1.5 Fokus Penelitian


Fokus penelitian yaitu E-Procurement dan kompetensi pegawai
sebagai solusi pencegahan fraud pada pengadaan barang atau jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia.
Penelitian ini berfokus pada pengelolaan sistem informasi E-
Procurement serta keselarasan kompetensi pegawai yang dijalankan oleh
Politeknik Maritim Negeri Indonesia dan dalam mengurangi terjadinya fraud

7
pada proses pengadaan barang atau jasa di lingkungan Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.
Penelitian ini dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara
kepada informan secara mendalam yang dianggap memiliki kapasitas dalam
memberikan informasi tentang peran E-Procurement serta kompetensi
pegawai dalam pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa. Tujuan fokus
penelitian ini adalah agar ruang lingkup peneliti tidak luas dan lebih fokus
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Stewardship Theory
Stewardship theory adalah teori yang muncul bersamaan dengan
perkembangan akuntansi. Teori stewardship dapat digunakan untuk
penelitian akuntansi organisasi sektor publik seperti organisasi pemerintahan
dan non profit lainnya yang sejak awal perkembangannya, akuntansi
organisasi sektor publik telah dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan
informasi bagi hubungan antara stewards dengan principals, (Zoelisty dan
Adityawarman, 2014:3).
Stewardship theory menjelaskan bahwa kepentingan bersama
dijadikan dasar dari tindakan seorang manajer. Jika terdapat perbedaan
kepentingan antara principal dan steward, maka steward akan berusaha
bekerjasama karena bertindak sesuai dengan tindakan principal dan demi
kepentingan bersama dapat menjadi pertimbangan yang rasional agar
tercapainya tujuan bersama. Hal penting dalam stewardship theory adalah
manajer menyelaraskan tujuannya sesuai dengan tujuan principal namun
tidak berarti steward tidak memiliki kebutuhan (Raharjo, 2007).
Teori ini juga membahas bahwa pemerintah dalam suatu organisasi
sektor publik tidak menjurus kepada kepentingan pribadi melainkan
kepentingan masyarakat atau kepentingan umum. Jadi, stewardship theory
adalah para pemerintah dimotivasi untuk berbuat secara kolektif untuk
kepentingan organisasi hingga kerjasama seluruh anggota organisasi
merupakan ciri utama dari stewardship theory. Inti dari teori stewardship
adalah adanya kesuksesan organisasi atau instansi pemerintah dengan
kepuasan masyarakat dan juga teori stewardship bertujuan untuk menangani
konflik kepentingan antara instansi pemerintah dan masyarakat.

9
2.1.2 E-Procurement
2.1.2.1 Pengertian E-procurement
Menurut Croom dan Brandon Jones (2007) dalam penelitiannya
sebagai berikut sebagai berikut:
“E-Procurement refers to the use of internet-based (integrated)
information and communication technologies (ICTs) to carry out
individual or all stages of the procurement process including search,
sourcing, negotiation, ordering, receipt, and post-purchase review”

Yang mempunyai arti sebagai berikut, bahwa E-Procurement


mengacu pada penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (terpadu)
berbasis internet (TIK) untuk melaksanakan tahapan proses pengadaan
individu atau semua termasuk pencarian, sumber, negosiasi, pemesanan,
penerimaan, dan tinjauan pasca pembelian.
Pengadaan barang atau jasa dengan menggunakan sistem baru yang
disebut dengan E-Procurement telah diberlakukan untuk Kementerian atau
Lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah atau Instansi sejak tahun
2010. Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2018 tentang Pedoman Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah
sebagaimana menyatakan bahwa Pengadaan secara elektronik atau E-
Procurement adalah layanan pengelolaan teknologi informasi untuk
memfasilitasi pelaksanaan pengadaan barang atau jasa secara elektronik.
Pengertian E-Procurement yang bersumber pada website Sekretaris
Jenderal Kementerian Keuangan adalah proses pengadaan barang atau jasa
pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan secara elektronik dan berbasis
internet dengan memanfaatkan fasilitas teknologi komunikasi dan
informasi yang meliputi pelelangan umum secara elektronik yang
diselenggarakan oleh Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)
Kementerian Keuangan, Biro Manajemen BMN dan Pengadaan.
Menurut Sutedi (2012:254) E-Procurement sebagai sebuah website
yang merupakan sistem lelang dengan pengadaan barang oleh pemerintah
dengan menggunakan sarana teknologi, informasi, dan komunikasi berbasis
internet. E-procurement tidak hanya terkait dengan proses pembelian saja,

10
tetapi meliputi negosiasi-negosiasi elektronik dan pengambilan keputusan
atas kontrak dengan pemasok.
Pengertian lain dari E-Procurement dikemukakan oleh Willem
Siahaya (2012:80) yaitu pengadaan secara elektronik (E-Pro) merupakan
pelaksanaan pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan jaringan
elektronik (jaringan internet atau intranet) atau electronic data interchange
(EDI)”.
Berdasarkan beberapa pengertian E-Procurement yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa E-Procurement
mengacu pada pemanfaatan internet berdasarkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk membantu individu dan keseluruhan tingkatan proses
pengadaan barang dan jasa.

2.1.2.2 Landasan Hukum E-Procurement


Pada proses pengadaan barang atau jasa secara elektronik (E-
Procurement) telah diatur secara terperinci, sebagai berikut :
1. Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pengadaan Barang
atau Jasa Pemerintah, sebagaimana telah di ubah dalam Peraturan
Presiden Nomor 12 tahun 2021.
2. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-08/MBU/12
/2019 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa
Badan Usaha Milik Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-15/MBU/2012.

2.1.2.3 Tujuan E-Procurement


Dalam pasal 107 Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 16 Tahun
2018, disebutkan bahwa tujuan dari E-Procurement adalah:
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
2. Meningkatkan akses pasar dan persaingan usaha yang sehat.
3. Memperbaiki tingkat efisiensi proses pengadaan.
4. Mendukung proses monitoring dan audit.

11
5. Memenuhi kebutuhan akses informasi yang real time.
Selain itu, James E Demin dari Infonet Service Corp menyatakan
bahwa tujuan dari E-Procurement adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperbaiki tingkat layanan kepada para pembeli, pemasok, dan
pengguna.
2. Untuk mengembangkan sebuah pendekatan pengadaan yang lebih
terintegrasi melalui rantai suplai perusahaan tersebut
3. Untuk meminimalkan biaya-biaya transaksi terkait pengadaan melalui
standarisasi, pengecilan, dan otomatisasi proses pengadaan di dalam dan
sesuai dengan agensi-agensi dan sektor-sektor.
4. Untuk mendorong kompetisi antar pemasok sekaligus memelihara
sumber pasokan yang dapat diandalkan.
5. Untuk mengoptimalkan tingkatan-tingkatan inventori melalui penerapan
praktik pengadaan yang efisien.
6. Untuk mengefektifkan penggunaan sumber daya manusia dalam proses
pengadaan.
7. Untuk mengurangi pengeluaran putus kontrak dengan menggunakan
teknologi untuk meningkatkan kewaspadaan pengguna terhadap
fasilitas-fasilitas kontrak yang ada dan membuatnya lebih mudah untuk
menentangnya.
8. Untuk meningkatkan kemampuan membeli dengan menggunakan
teknologi untuk mendukung identifikasi peluang untuk penyatuan dan
dengan memfasilitasi penyatuan persyaratan pengguna di dalam dan
melalui garis-garis bisnis.
9. Mengurangi biaya-biaya transaksi dengan menggunakan teknologi untuk
mengotomatisasikan proses-proses, yang mana masih tercetak (paper-be-
proased), dan untuk mengecilkan, dan menstandarisasi proses-proses dan
dokumentasi.
Berdasarkan beberapa tujuan yang dikemukakan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan E-Procurement untuk menekan segala

12
bentuk penyimpangan dan peningkatan efisiensi serta transparansi dalam
proses pengadaan barang atau jasa.

2.1.2.4 Manfaat E-Procurement


Menurut Sutedi (2012:254) dengan E-Procurement proses lelang
dapat berlangsung secara efektif, efisien, terbuka, transparan, adil atau
tidak diskriminatif dan akuntabel, sehingga diharapkan dapat
mencerminkan keterbukaan atau transparansi dan juga meminimalisir
praktik curang atau KKN dalam lelang pengadaan barang yang berakibat
merugikan keuangan negara.
Manfaat E-Procurement menurut Yudho Giri (2009:36) antara lain:
1. E-Procurement memperluas akses pasar dan membantu menciptakan
persaingan sehat (transparansi, harga yang lebih baik, dan pola
interaksi yang lebih baik). Teknologi memungkinkan penyedia barang
atau jasa pemerintah di sebuah daerah, dengan hanya sekali
mendaftarkan diri, mendapatkan akses pasar yang lebih luas, yaitu
dalam hal ini seluruh Indonesia, untuk kemudian melakukan
persaingan secara sehat dan terbuka. Pengusaha besar dan pengusaha
kecil mendapatkan informasi peluang pasar yang sama dan
mendapatkan kesempatan yang sama untuk memenangkan peluang
tersebut.
2. E-Procurement juga memberikan rasa aman dan nyaman. Rasa aman
karena proses pengadaan mengikuti ketentuan yang diatur secara
elektronik dengan mengedepankan transparansi dan akuntabilitas,
sehingga pemenang adalah penyedia barang atau jasa yang telah
mengikuti kompetisi dengan adil dan terbuka. Jumlah peserta
pengadaan yang bertambah akan meningkatkan persaingan yang
mengakibatkan penawaran mencapai harga pasar yang sesungguhnya.
Risiko panitia menjadi berkurang karena teknologi membantu
mengurangi kemungkinan kesalahan prosedur baik yang disengaja
maupun tidak. Pada akhirnya, masing-masing pihak merasa nyaman

13
berkat bantuan E-Procurement. Kenyamanan yang diberikan juga
dapat dilihat dari menurunnya jumlah sanggah sejak digunakannya E-
Procurement. Teknologi juga turut berperan mengubah "budaya kerja"
aparatur negara yang terlibat. Pengaturan jadwal dan waktu yang ketat
membuat tidak ada lagi toleransi terhadap keterlambatan.
Konsekuensinya, semua pihak yang terlibat harus mengubah budaya
kerja mereka untuk disiplin memenuhi tenggat waktu yang telah
ditetapkan. Selain pengaturan jadwal dan waktu, teknologi juga
membantu memastikan bahwa semua persyaratan, ketentuan, dan
proses dipenuhi serta ditaati.
3. E-Procurement juga berperan mengubah sikap para pelaku usaha
untuk dapat terus meningkatkan kompetensinya. Dalam setiap proses
pengadaan, pelaku usaha akan selalu mengetahui mengapa mereka
tidak berhasil memenangkan sebuah paket pengadaan. Pelaku usaha
yang baik akan terus berusaha memperbaiki diri untuk dapat
memperbesar kemungkinan memenangkan paket pengadaan di
kemudian hari. E-Procurement juga berdampak terhadap interaksi
yang terjadi antara pelaku usaha dengan pemerintah. Jika di masa lalu,
pelaku usaha perlu sering mendatangi instansi pemerintah di masing-
masing sektor dan mendekati pihak yang terkait untuk mendapatkan
informasi tentang peluang pengadaan, maka kini informasi tersebut
telah tersedia dalam sistem. Akibatnya, terjadi perubahan cara
berinteraksi dimana frekuensi komunikasi melalui sistem E-
Procurement meningkat sedangkan frekuensi tatap muka menjadi jauh
berkurang.
4. E-Procurement juga memberikan manfaat lain diluar yang
diperkirakan. Sebagai contoh, seluruh proses pengadaan, mulai dari
pengumuman sampai dengan penetapan pemenang, tercatat dalam
sistem. Akibatnya, setiap kegiatan yang tercantum sebagai item
pengadaan secara tidak langsung mencerminkan aktivitas yang
dilakukan oleh unit organisasi tersebut. Pimpinan juga dapat

14
menggunakan sistem ini untuk mengetahui jumlah kegiatan yang telah
dilaksanakan, sedang dalam proses pelaksanaan, maupun yang akan
dilaksanakan. Secara tidak langsung, hal ini tentunya juga
menunjukkan kinerja organisasi yang dipimpinnya.
5. E-Procurement juga dapat digunakan sebagai sarana untuk monitoring
dan evaluasi atas indikator kinerja pengadaan barang atau jasa
pemerintah yang dapat ditinjau dari beberapa kategori E-Procurement
juga meningkatkan perhatian terhadap fasilitas Teknologi Iinformasi.
Sifat E-Procurement yang lintas sektor menuntut penyediaan fasilitas
TI yang mencukupi kebutuhan setiap unit organisasi dalam
menyelenggarakan proses pengadaan. Ketika sistem yang ada tidak
dapat digunakan oleh pihak yang terkait dengan proses pengadaan,
tentunya akan menimbulkan keluhan. Dari sisi panitia pengadaan,
ketidaktersediaan sistem akan mengganggu proses pencantuman
pengadaan beserta dokumen penunjangnya. Dari sisi pelaku usaha,
ketidaktersediaan sistem akan mengganggu proses pengunduhan
dokumen pengadaan, dan pengunggahan dokumen penawaran. Oleh
karenanya, E-Procurement menuntut organisasi untuk meningkatkan
kapasitas dan kemampuan dalam pengelolaan sistem TI.
6. E-Procurement juga mengajak pihak yang terlibat untuk lebih
mengenal dan mengerti TI. Panitia pengadaan dituntut mampu
menggunakan teknologi TI dalam mengoperasikan sistem E-
Procurement. Pelaku usaha wajib menggunakan teknologi yang ada
jika ingin berpartisipasi dalam kegiatan pengadaan.

2.1.2.5 Metode Pelaksanaan e-Procurement


Menurut Willem (2012:80) dalam kegiatan E-Procurement terdapat
beberapa metode pelaksanaan, yaitu:
1. E-Tendering
2. E-Bidding
3. E-Catalogue

15
4. E-Purchasing
Adapun penjelasan dari metode pelaksanaan E-Procurement adalah
sebagai berikut:
1. E-Tendering
E-Tendering adalah tata cara pemilihan pemasok yang dilakukan
secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua pemasok yang
terdaftar pada sistem pengadaan secara elektronik.
2. E-Bidding
E-Bidding merupakan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa
dengan cara penyampaian informasi dan atau data pengadaan dari
penyedia barang dan jasa, dimulai dari pengumuman sampai
dengan pengumuman hasil pengadaan, dilakukan melalui media
elektronik antara lain menggunakan media internet, intranet dan
atau atau electronic data interchange (EDI).
3. E-Catalogue
E-Catalogue adalah sistem informasi elektronik yang memuat
daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari
berbagai penyedia barang dan jasa.
4. E-Purchasing
E-Purchasing adalah tata cara pembelian barang dan jasa melalui
sarana E-Catalogue. Dalam modul yang disediakan dalam aplikasi
LPSE terdapat E-Tendering, E-Building, E-Catalogue, E-
Purchasing. Sehingga dapat memudahkan masyarakat untuk
mengikuti tender dalam pengadaan barang atau jasa.

2.1.2.6 Proses Pelaksanaan E-Procurement


Sistem pengadaan barang atau jasa pemerintah yang dilaksanakan
secara elektronik dengan memanfaatkan dukungan teknologi informasi.
Sistem LPSE ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, efektivitas, mutu,
dan transparansi dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. Berikut ini

16
adalah tahapan E-Procurement menurut website LPSE (Sumber:
www.lpse.kemdikbud.go.id), yaitu:
1. Persiapan pengadaan
a. PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) menetapkan paket pekerjaan
dalam SPSE (Sistem Pengadaan Secara Elektronik) dengan
memasukkan: nama paket, lokasi, kode anggaran, nilai pagu,
target pelaksanaan, dan kepanitiaan.
b. Panitia pengadaan memasukkan ke dalam SPSE:
1) Kategori paket pekerjaan.
2) Me t o d e pe m i l i h a n pe n y e d i a ba r a n g at a u ja s a da n
penyampaian dokumen penawaran yang meliputi :
- E-lelang umum pra kualifikasi dua file.
- E-lelang umum pasca kualifikasi satu file.
- E-lelang umum pasca kualifikasi dua file.
3) Metode evaluasi pemilihan penyedia barang atau jasa.
4) Harga perkiraan sendiri.
5) Persyaratan kualifikasi.
6) Jenis kontrak.
7) Jadwal pelaksanaan lelang.
8) Dokumen Pemilihan.
2. Pengumuman pelelangan
a. Setelah mendapatkan penetapan PPK, paket pekerjaan yang
bersangkutan akan tercantum dalam website LPSE dan panitia
pengadaan mengumumkan paket lelang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Masyarakat umum dapat melihat pengumuman pengadaan di
website LPSE yang bersangkutan.
3. Pendaftaran peserta lelang
a. Penyedia barang atau jasa yang sudah mendapat hak akses
dapat memilih dan mendaftar sebagai peserta lelang pada
paket-paket pekerjaan yang diminati.

17
b. Dengan mendaftar sebagai peserta lelang pada paket pekerjaan
yang diminati maka penyedia barang atau jasa dianggap telah
menyetujui Pakta Integritas.
c. Dengan mendaftar sebagai peserta lelang pada paket pekerjaan
yang diminati penyedia barang atau jasa dapat mengunduh
(download) dokumen pengadaan atau lelang paket pekerjaan
tersebut.
4. Penjelasan pelelangan
a. Proses penjelasan pelelangan dilakukan secara online tanpa
tatap muka melalui website LPSE yang bersangkutan.
b. Jika dianggap perlu dan tidak dimungkinkan memberikan
informasi lapangan ke dalam dokumen pemilihan, panitia
pengadaan dapat melaksanakan proses penjelasan di lapangan
atau lokasi pekerjaan.
5. Penyampaian penawaran
a. Pada tahap penyampaian penawaran, penyedia barang atau jasa
yang sudah menjadi peserta lelang dapat mengirimkan
dokumen (file) penawarannya dengan terlebih dahulu
melakukan enkripsi atau penyandia terhadap file penawaran
dengan menggunakan Aplikasi Pengaman Dokumen yang
tersedia dalam website LPSE.
b. Pengguna wajib mengetahui dan melaksanakan ketentuan
penggunaan APENDO yang tersedia dan dapat diketahui pada
saat mengoperasikan APENDO.
6. Proses evaluasi
a. Pada tahap pembukaan file penawaran, panitia pengadaan
dapat mengunduh (download) dan melakukan dekripsi file
penawaran tersebut dengan menggunakan APENDO.
b. Terhadap file penawaran yang oleh tidak dapat dibuka, Panitia
Pengadaan wajib menyampaikan file penawaran terenkripsi
yang tidak dapat dibuka (dekripsi) kepada LPSE dilakukan

18
analisa dan bila dianggap perlu LPSE dapat menyampaikan file
penawaran tersebut kepada Direktorat E-Procurement LKPP
(Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah).
c. Panitia pengadaan dimungkinkan melakukan reschedule jadwal
pada paket pekerjaan tersebut.
d. Proses evaluasi (administrasi dan teknis, harga, kualifikasi)
terhadap file penawaran dilakukan secara manual (off line) di
luar SPSE, dan selanjutnya hasil evaluasi tersebut dimasukkan
ke dalam SPSE.
e. Proses evaluasi kualifikasi dapat dilakukan dengan meminta dan
memeriksa semua dokumen penawaran asli calon pemenang
lelang.
7. Lelang gagal dan pelelangan ulang
a. Dalam hal panitia pengadaan memutuskan untuk melakukan
pelelangan ulang, maka terlebih dahulu panitia pengadaan
harus membatalkan proses lelang paket pekerjaan yang sedang
berjalan (pada tahap apapun) pada SPSE dan memasukkan
alasan penyebab pelelangan harus diulang.
b. Informasi tentang pelelangan ulang ini secara otomatis akan
terkirim melalui email kepada semua peserta lelang paket
pekerjaan tersebut.
8. Pengumuman calon pemenang lelang pada tahap pengumuman
pemenang dan PPK telah menetapkan pemenang lelang suatu paket
pekerjaan, SPSE secara otomatis akan menampilkan informasi
pengumuman pemenang paket pekerjaan dimaksud, dan juga
mengirim informasi ini melalui email kepada seluruh peserta lelang
paket pekerjaan tersebut.
9. Sanggah
a. Peserta lelang hanya dapat mengirimkan 1 (satu) kali sanggah
kepada PPK suatu paket pekerjaan yang dilakukan secara
online melalui SPSE.

19
b. SPSE memungkinkan PPK untuk melakukan jawaban terhadap
sanggahan Peserta lelang yang dikirimkan setelah batas akhir
waktu sanggah.
10. Pasca pengadaan
a. Proses pengadaan suatu paket selesai apabila Pejabat Pembuat
Komitmen telah menetapkan pemenang lelang dan panitia
Pengadaan mengirimkan pengumuman pemenang lelang
kepada peserta lelang melalui SPSE serta masa sanggah telah
dilalui.
b. SPSE secara otomatis akan mengirim pemberitahuan kepada
pemenang lelang dan meminta untuk menyelesaikan proses
selanjutnya yang pelaksanaannya di luar SPSE.
c. Dengan selesainya proses pengadaan melalui SPSE, PPK wajib
membuat dan menyampaikan Surat Penetapan Pemenang
kepada pemenang lelang secara tertulis.
d. Disertai dengan asli dokumen penawaran paket pekerjaan
tertentu, pemenang lelang melakukan penandatanganan
kontrak dengan pejabat terkait yang dilakukan di luar SPSE.
e. Pemenang lelang wajib menyelesaikan proses pengadaan di
luar SPSE dengan pejabat Kementerian atau Lembaga atau
Pemerintah daerah terkait.
f. Pengguna dan masyarakat pada akhir proses pengadaan dapat
mengetahui pemenang lelang paket. pekerjaan tertentu melalui
website LPSE terkait.

2.1.3 Kompetensi Pegawai


2.1.3.1 Pengertian Kompetensi Pegawai
Kompetensi pegawai adalah sesuatu yang digunakan untuk
melaksanakan pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan
serta pengetahuan dan didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh
pekerjaan tersebut. Keterampilan atau kemampuan yang diperlukan

20
pegawai yang ditunjukkan oleh kemampuan dengan konsisten
memberikan tingkat kinerja yang memadai atau tinggi dalam suatu
fungsi pekerjaan.
Pengertian kompetensi oleh Spencer yang dikutip oleh
Moeheriono (2014:5) adalah sebagai karakteristik yang mendasari
seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja individu dalam
pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang memiliki hubungan
kausal atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang dijadikan acuan.
Menurut Spencer, kompetensi terletak pada bagian dalam setiap manusia
dan selamanya ada pada kepribadian seseorang yang dapat
memprediksikan tingkah laku dan performansi secara luas pada semua
situasi dan tugas pekerjaan.
Menurut Brian E. Becher, Mark Huslid dkk. (Sudarmanto,
2009:47) mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan keahlian,
kemampuan, atau karakteristik pribadi individu yang mempengaruhi
secara langsung kinerja pekerjaan. Kompetensi merupakan penguasaan
terhadap tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan.
Sedangkan menurut pendapat Palan (2007:5) ada dua istilah yang
muncul dari dua aliran yang berbeda tentang konsep kesesuaian dalam
pekerjaan. Istilah tersebut adalah ”competency” (kompetensi) yaitu
deskripsi mengenai perilaku, dan “competence” (kecakapan) yang
merupakan deskripsi tugas atau hasil pekerjaan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
kompetensi merupakan suatu karakteristik yang melekat pada pribadi
seseorang yang menyebabkan seseorang itu akan mampu untuk
memprediksi sekelilingnya dalam suatu pekerjaan atau situasi.
2.1.3.2 Pentingnya Kompetensi
Menurut Dessler (2010:715) pentingnya kompetensi karyawan
atau pegawai adalah sebagai berikut :
a. Memahami prinsip pengukuran yang baik

21
Pondasi dasar kompetensi manajemen sangat bergantung pada
pengukuran yang baik. Terutama, pengukuran harus jelas
secara benar dan gamblang tentang konstruksi tersebut.
b. Mengetahui cara berpikir sebab-akibat yang kritis
Hubungan strategis antara sumber daya manusia dan kinerja
perusahaan adalah peta strategis yang menjelaskan proses
implementasi strategis perusahaan. Dan ingatlah bahwa peta
strategi ini merupakan kumpulan hipotesis mengenai hal apa
yang menciptakan nilai (value) dalam perusahaan.
c. Memastikan hubungan sebab-akibat (causal)
Berpikir secara sebab-akibat dan memahami prinsip penguku
ran mampu membantu memperkirakan dalam hubungan kausal
antara sumber daya manusia dengan kinerja perusahaan. Tugas
yang paling penting adalah untuk merealisasikan bahwa
estimasi tersebut adalah mungkin dan mengkalkulasikannya
sebagai suatu kesempatan yang muncul.
d. Mengkomunikasikan hasil kerja strategis sumber daya manusia
pada atasan
Untuk mengatur kinerja strategis sumber daya manusia, harus
mampu mengkomunikasikan pemahaman mengenai dampak
strategis sumber daya manusia pada atasan.

2.1.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi


Handoko (2006:122) mengungkapkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi
sumber daya manusia yaitu:
1. Keyakinan dan nilai-nilai keyakinan orang tentang dirinya maupun
terhadap orang lain akan sangat mempengaruhi perilaku. Apabila
orang percaya bahwa mereka tidak kreatif dan inovatif, mereka
tidak akan berusaha berpikir tentang cara baru atau berbeda dalam
melakukan sesuatu. Untuk itu setiap orang harus berpikir positif

22
tentang dirinya, maupun terhadap orang lain dan menunjukkan ciri
orang yang berpikir kedepan.
2. Keterampilan memainkan peran kompetensi, pengembangan
kompetensi secara spesifik berkaitan dengan budaya organisasdan
kompetensi individual.
3. Pengalaman juga sangat diperlukan dalam kompetensi. Diantaranya
pengalaman dalam mengorganisasi orang, berkomunikasi dihadapan
kelompok, menyelesaikan masalah, dan lain sebagainya. Orang yang
tidak pernah berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks
tidak mungkin mengembangkan kecerdasan organisasional untuk
memahami dinamika kekuasaan dan pengaruh dalam lingkungan.
Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis
kurang mengembangkan kompetensi dari pada mereka yang telah
menggunakan pemikiran strategis bertahun-tahun.
4. Aspek-aspek kepribadian (personal attributes) merupakan
kompetensi intrinsik individu tentang bagaimana orang
berpikir, merasa, belajar, dan berkembang. Personal
attribute merupakan kompetensi yang meliputi integritadan
kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan
manajemen stres, berpikir analitis, dan berpikir konseptual.
5. Motivasi merupakan faktor dalam kompetensi yang dapat dirubah.
Dengan memberikan dorongan dan apresiasi terhadap pekerjaan
bawahan, serta memberikan pengakuan dan perhatian individual dari
atasan dapat mempunyai pengaruh positif untuk memotivasi
seseorang bawahan.
6. Isu emosional, hambatan emosional dapat membatasi penguasaan
kompetensi. Takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak
disukai cenderung membatasi motivasi dan inisiatif. Kemampuan
intelektual, kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti
pemikiran konseptual dan pemikiran analitis. Salah satu faktor

23
seperti pengalaman dapat meningkatkan kecakapan dalam
kompetensi.
7. Budaya organisasi, budaya organisasi mempengaruhi kompetensi
sumber daya manusia dalam kegiatan antara lain: praktik rekrutmen
dan seleksi karyawan, bagaimana sistem penghargaan, pengambilan
keputusan, filosofi organisasi (visi dan misi organisasi), komitmen
pada pelatihan dan pengembangan, dan lain-lain.

2.1.3.4 Dimensi dan Indikator Kompetensi


Beberapa aspek yang terkandung dalam konsep kompetensi
menurut Gordon dalam Sutrisno (2011:204) sebagai berikut:
1. Pengetahuan (knowledge)
Kesadaran dalam bidang kognitif. Misalnya seorang karyawan
mengetahui cara melakukan identifikasi belajar dan bagaimana
melakukan pembelajaran yang baik sesuai dengan kebutuhan
yang ada dengan efektif dan efisien di perusahaan.
2. Pemahaman (understanding)
Kedalam kognittif dan afektif yang dimiliki individu. Misalnya
seorang karyawan dalam melaksanakan pembelajaran harus
mempunyai pemahaman yang baik tentang karakteristik dan
kondisi secara efektif dan efisien.
3. Kemampuan atau Keterampilan (skill)
Sesuatu yang dimiliki oleh individu yang melaksanakan tugas
atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Misalnya,
kemampuan karyawan dalam memilih metode kerja yang
dianggap lebih efektif dan efisien.
4. Nilai (value)
Suatu standar perilaku yang telah diyakini dan secara
psikologis telah menyatu dalam diri seseorang. Misalnya,
standar perilaku para karyawan dalam melaksanakan tugas
(kejujuran, keterbukaan, demokratis dan lain-lain).

24
5. Sikap (attitude)
Perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi
terhadap suatu rangsangan yang datang dari luar. Misalnya,
reaksi terhadap krisis ekonomi, perasaan terhadap kenaikan
gaji dan sebagainya.
6. Minat (interest)
Kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu perbuatan.
Misalnya, melakukan sesuatu aktivitas tugas. Sumber daya
manusia dapat tetap bertahan karena mereka memiliki
kompetensi manajerial, yaitu kemampuan untuk merumuskan
visi dan strategi perusahaan serta kemampuan untuk
memperoleh dan mengarahkan sumber daya lain dalam rangka
mewujudkan visi dan menerapkan strategi perusahaan
(Sutrisno, 2011:205).
Berikut adalah dimensi-dimensi kompetensi, namun dimensi
kompetensi dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, keterampilan,
kemampuan dan kinerja pegawai.

2.1.4 Fraud atau Kecurangan


2.1.4.1 Pengertian Fraud atau Kecurangan
Association of Certified Fraud Examiner mengemukakan bahwa:
“Fraud is an intentional untruth or dishonest scheme used to take
delibrate and unfair advantage of another person or group of
person it included any mean, such cheats another”.
Yang mempunyai arti sebagai berikut, fraud berkenaan dengan
adanya keuntungan yang diperoleh seseorang dengan menghadirkan
sesuatu yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Di dalamnya
termasuk unsur-unsur surprise atau tak terduga, tipu daya, licik, dan
tidak jujur yang merugikan orang lain. Definisi fraud menurut
Tuanakotta (2013:28) adalah sebagai berikut :
“Any illegal act characterized by deceit, concealment or violation
of trust, these acts are not dependent upon the application of
threats of violence or physical force. Fraud are perpetrated by

25
individuals, and organization to obtain money, property or
service; to avoid payment or loss of services; or to secure
personal to business advantage.”
Yang mempunyai arti sebagai berikut, fraud adalah setiap
tindakan illegal yang ditandai dengan tipu daya, penyembunyian atau
pelanggaran kepercayaan, tindakan ini tidak tergantung pana penerapan
ancaman kekerasan atau kekuatan fisik. Penipuan yang dilakukan oleh
individu, dan organisasi untuk memperoleh uang, kekayaan atau jasa;
untuk menghindari pembayaran atau kerugian jasa; atau untuk
mengamankan keuntungan bisnis pribadi.
Definisi fraud menurut Johnstone et. al, (2014:34) adalah sebagai
berikut :
“fraud is an intentional act involving the use of deseption that
result in a material misstatement of the financial statements.”
Yang mempunyai arti sebagai berikut, penipuan adalah tindakan
disengaja yang melibatkan pelaku penipuan yang menghasilkan bahan
salah saji laporan keuangan.
2.1.4.2 Faktor Terjadinya Fraud atau Kecurangan
Pengadaan barang dan jasa merupakan aktivitas pemerintah yang
paling signifikan, tidak hanya dari tingkat aktivitas tetapi juga dana yang
dialokasikan (Moon, 2005:56). Pengadaan barang dan jasa yang saat ini
berlaku, khususnya di Indonesia masih memiliki kelemahan dan belum
secara efektif mampu mencegah terjadinya korupsi. Karyono (2013:61)
mengemukakan bahwa terdapat 3 pemicu utama yang dikenal dengan
“fraud triangle theory” sehingga seseorang terdorong untuk melakukan
fraud, yaitu:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud (pressure)
2. Peluang atau kesempatan untuk melakukan fraud (opportunity)
3. Dalih untuk membenarkan tindakan fraud (retionalization)
Adapun penjelasan dari fraud triangle theory tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Insentif atau tekanan untuk melakukan fraud (pressure).

26
Dorongan untuk melakukan fraud terjadi pada karyawan
(employee fraud) dan oleh manajer (management fraud) dan
dorongan itu terjadi antara lain karena tekanan keuangan,
kebiasaan buruk, tekanan lingkungan kerja.
2. Peluang atau kesempatan untuk melakukan fraud (opportunity).
Kesempatan timbul terutama karena lemahnya pengendalian
internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.
Kesempatan juga dapat terjadi karena lemahnya sanksi, dan
ketidakmampuan untuk menilai kualitas kinerja.
3. Dalih untuk membenarkan tindakan fraud (retionalization)
Pelaku kecurangan mencari dalih atau pembenaran antara lain:
a. Pelaku menganggap bahwa yang dilakukan sudah
merupakan hal biasa atau wajar dilakukan oleh orang lain
pula.
b. Pelaku merasa berjasa besar terhadap organisasi dan
seharusnya ia menerima lebih banyak dari yang telah
diterimanya.
c. Pelaku menganggap tujuannya baik yaitu untuk mengatasi
masalah, nanti akan dikembalikan.
Seperti kebanyakan terjadi di Indonesia, pelaku fraud akan
mencari berbagai alasan bahwa tindakan yang dilakukannya bukan
merupakan fraud, karena pelaku merasa bahwa fraud yang dilakukannya
juga dilakukan oleh sebagian masyarakat lainnya yang punya
kesempatan.

2.1.4.3 Klasifikasi Fraud


Karyono (2013:11) mengemukakan klasifikasi fraud sebagai
berikut:
1. Kecurangan ditinjau dari sudut atau sisi korban kecurangan
2. Kecurangan ditinjau dari sisi pelaku kecurangan
3. Kecurangan ditinjau dari akibat hukum yang ditimbulkannya

27
Adapun penjelasan mengenai klasifikasi fraud tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kecurangan ditinjau dari sudut atau sisi korban kecurangan.
a. Kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi entitas
organisasi.
b. Kecurangan yang mengakibatkan kerugian bagi pihak lain.
2. Kecurangan ditinjau dari sisi pelaku kecurangan.
a. Kecurangan manajemen (management fraud).
b. Kecurangan karyawan (non-management fraud).
c. Kecurangan dari pihak luar organisasi (ekstern).
3. Kecurangan ditinjau dari akibat hukum yang
ditimbulkannya.
Perbuatan curang merupakan tindakan melawan hukum atau
suatu tindakan kriminal. Perbuatan curang tersebut dapat diklasifikasikan
menurut akibat hukum yang ditimbulkan yaitu: kasus pidana umum,
pidana khusus, dan kasus perdata.

2.1.4.4 Bentuk-Bentuk Fraud atau Kecurangan


Menurut Examination Manual 2006 dari Association of Certified
Fraud Examniner yang dikutip oleh Karyono (2013:17) fraud terdiri atas
empat kelompok besar yaitu:
1. Kecurangan laporan (fraudelent statement)
2. Penyalahgunaan aset (aset misappropriation)
3. Korupsi (corruption)
4. Kecurangan yang berkaitan dengan komputer
Bentuk-bentuk kecurangan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kecurangan laporan keuangan
Kecurangan laporan (fraudelent Statement) yang terdiri atas
kecurangan laporan keuangan (financial statement) dilakukan
dengan menyajikan laporan keuangan lebih baik dari

28
sebenarnya (under statement) dan kecurangan laporan lainnya
(non financial statement).
2. Kecurangan penyalahgunaan aset
Penyalahgunaan aset (aset misappropriation) yang terdiri
atas kas (cash) dan kecurangan persediaan dan aset lain
(inventory and other asets).
a. Kecurangan kas, terdiri atas kecurangan penerimaan
kas sebelum dicatat (skimming) kecurangan kas setelah
dicatat (larceny) dan kecurangan pengeluaran kas
(fraudulent disburhment) termasuk kecurangan
pengantian biaya (expense disburshment scheme).
b. Penyalahgunaan persediaan dan aset lain yang terdiri
dari pencurian dan penyalahgunaan. Larceny scheme
dimaksudkan sebagai pengambilan persediaan atau
barang di gudang karena penjualan atau pemakaian
untuk perusahaan tanpa ada upaya untuk menutupi
pengambilan tersebut dalam akuntansi atau catatan
gudang. Diantaranya yaitu penjualan fiktif, aset
requesition dan transfer scheme, kecurangan
pembelian dan penerimaan, membuat jurnal palsu,
menghapus persediaan, kecurangan persediaan barang
dan aset lainya yang berupa penyalahgunaan aset pada
umumnya sulit untuk dikualifikasikan akibatnya.
Sebagai contoh kasus ini misalkan pelaku
menggunakan peralatan kantor saat jam kerja untuk
kegiatan usaha sampingan pelaku. Hal ini berakibat
pula hilangnya peluang bisnis bila kegiatannya
merupakan usaha sejenis, selain itu peralatannya akan
lebih cepat rusak.

29
1. Korupsi
Kata korupsi berarti membusuk, kejahatan, ketidak jujuran,
tidak bermoral, dan penyimpangan dari kesucian. Secara
umum dapat didefinisikan dengan perbuatan yang merugikan
kepentingan umum atau publik atau masyarakat luas untuk
kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, korupsi terjadi
pada organisasi korporasi swasta dan pada sektor publik atau
pemerintah.
a. Pertentangan kepentingan
b. Suap
c. Pemberian tidak sah
d. Pemerasan ekonomi
2. Kecurangan yang berkaitan dengan komputer
Terjadi kejahatan dibidang komputer dan contoh tindak
kejahatan yang dilakukan sekarang antara lain:
a. Menambah, menghilangkan, atau mengubah masukan
atau memasukan dan palsu.
b. Salah memposting atau memposting sebagian
transaksi saja.
c. Memproduksi keluaran palsu, menahan, menghancur
kan, mencuri, dan keluaran.
d. Merusak program misalnya mengambil uang dari
banyak rekening dalam jumlah kecil-kecil.
e. Mengubah dan menghilangkan file.
f. Melakukan sabotase.
g. Mengabaikan pengendalian internal untuk memperoleh
ke informasi rahasia.
h. Mencuri waktu penggunaan komputer melakukan
pengamatan elektronik dari data saat dikirim.

30
2.1.5 Pengadaan Barang dan Jasa
2.1.5.1 Pengertian Pengadaan Barang dan Jasa
Menurut Indra Bastian (2010:263) pengadaan barang dan jasa
publik yakni perolehan barang, jasa dan pekerjaan publik dengan cara
dan waktu tertentu, yang menghasilkan nilai terbaik bagi publik
(masyarakat). Menurut Keputusan Presiden RI Nomor 16 Tahun 2018
tentang perubahan kedua atas peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2021
tentang pengadaan barang atau jasa pemerintah disebutkan bahwa
pengadaan barang atau jasa pemerintahan adalah kegiatan untuk
memperoleh barang atau jasa oleh kementerian atau lembaga atau satuan
kerja perangkat daerah atau instansi lainnya yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikan nya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang atau jasa.
Definisi lain mengenai pengadaan barang dan jasa yaitu seperti
yang diucapkan Marbun (dalam Isdiantika, 2013), yaitu pengadaan
barang dan jasa adalah upaya mendapatkan barang dan jasa yang
diinginkan yang dilakukan atas dasar pemikiran yang logis dan
sistematis (the system of thought), mengikuti norma dan etika yang
berlaku, berdasarkan metode dan proses pengadaan yang berlaku.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang dan jasa
merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan atau mewujudkan barang
dan jasa yang diinginkan berdasarkan peraturan yang berlaku dengan
cara dengan waktu serta dilaksanakan oleh pihak-pihak yang memiliki
keahlian dalam melakukan proses pengadaan.

2.1.5.2 Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa


Adapun kebijakan dalam pengadaan barang dan jasa adalah sebagai
berikut :
a) Meningkatkan kualitas perencanaan pengadaan barang atau jasa.
b) Melaksanakan pengadaan barang atau jasa yang lebih transparan,

31
terbuka, dan kompetitif.
c) Memperkuat kapasitas kelembagaan dan sumber daya manusia
pengadaan barang atau jasa.
d) Mengembangkan E-Marketplace pengadaan barang jasa.
e) Menggunakan teknologi informasi dan komunikasi, serta
transaksi elektronik.
f) Mendorong penggunaan barang atau jasa dalam negeri dan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
g) Memberikan kesempatan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan
Usaha Menengah.
h) Mendorong pelaksanaan penelitian dan industri kreatif
i) Melaksanakan pengadaan berkelanjutan.

2.1.5.3 Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa


Pengadaan barang dan jasa harus atau dilaksanakan dengan
menerapkan prinsip-prinsip pengadaan yang meliputi prinsip-prinsip
efisiensi, efektif, transparan, keterbukaan, bersaing, adil tidak diskriminatif
dan akuntabel yang akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap
proses pengadaan barang dan jasa karena hasilnya dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dari segi administrasi, teknis
dan keuangan. Hal ini sesuai dengan ketentuan dalam pasal 5 Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi
2. Efektif
3. Terbuka dan bersaing
4. Transparan
5. Adil atau tidak diskriminatif
6. Akuntabel
Adapun penjelasan mengenai prinsip pengadaan barang dan jasa
adalah sebagai berikut:

32
1. Efisiensi, artinya pengadaan barang dan jasa harus diusahakan
dengan menggunakan dana yang terbatas untuk mencapai
sasaran yang ditetapkan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.
2. Efektif, artinya pengadaan barang dan jasa harus sesuai dengan
kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan
manfaat yang besar sesuai dengan sasaran yang telah
ditetapkan.
3. Terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barang dan jasa harus
terbuka bagi semua penyedia barang dan jasa yang memenuhi
persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat
diantaranya penyedia barang dan jasa setara dan memenuhi
syarat atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur
yang jelas dan transparan.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang dan jasa ternasuk syarat teknis administrasi
pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi penetapan calon
penyedia barang dan jasa sifatnya terbuka bagi peserta penyedia
barang dan jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada
umumnya.
5. Adil atau tidak diskriminatif, berarti perlakuan yang sama
kepada semua calon penyedia barang dan jasa dan tidak
mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu
dengan cara dan atau alasan apapun.
6. Akuntabel, artinya harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan,
maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum
pemerintah dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-
prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang
dan jasa.
Menurut Marbun (2010:39) menyatakan bahwa pengadaan barang
dan jasa harus dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengadaan yang

33
dipraktikan secara internasional, efisien, efektifitas, persaingan sehat,
keterbukaan, transparansi, tidak diskriminatif. Berdasarkan beberapa
definisi yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat disimpulkan
bahwa penerapan prinsip pengadaan barang dan jasa sangat diperlukan
untuk meningkatkan kualitas proses pengadaan barang dan jasa karena
hasilnya dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat.

2.1.5.4 Etika Pengadaan Barang atau Jasa


Pengadaan barang atau jasa juga perlu memperhatikan etika yang
berlaku, etika juga merupakan suatu bentuk hukum preventif atau etika
merupakan suatu bentuk perlindungan atau penegakan yang diberikan
pemerintah yang bertujuan untuk mencegah sebelum terjadinya
pelanggaran. Hukum preventif dilakukan melalui pembentukan norma-
norma yang substansinya mencegah terjadinya pelanggaran dalam proses
pengadaan barang dan jasa sebagaimana yang telah diatur dalam Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan
Barang atau Jasa Pemerintah, peraturan perusahaan, dan berbagai peraturan
lainnya yang terkait.
Seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang atau Jasa
Pemerintah pada pasal 7 menyebutkan etika dalam pengadaan barang atau
jasa sebagai berikut :
1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggung
jawab untuk mencapai sasaran, kelancaran, dan ketepatan
tujuan pengadaan barang atau jasa.
2. Bekerja secara profesional, mandiri, dan menjaga kerahasiaan
informasi yang menurut sifatnya harus dirahasiakan untuk
mencegah penyimpangan pengadaan barang atau jasa.
3. Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung yang berakibat persaingan usaha tidak sehat.

34
4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang
ditetapkan sesuai dengan kesepakatan tertulis pihak yang
terkait.
5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan
kepentingan pihak yang terkait, baik secara langsung maupun
tidak langsung, yang berakibat persaingan usaha tidak sehat
dalam pengadaan barang jasa.
6. Menghindari dan mencegah pemborosan dan kebocoran
keuangan negara.
7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan
atau kolusi.
8. Tidak menerima, tidak menawarkan, atau tidak menjanjikan
untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan, komisi, rabat,
dan apa saja dari atau kepada siapapun yang diketahui atau
patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang atau jasa.
Demi mencegah timbulnya perilaku korupsi dan penyelewengan,
etika dalam pengadaan barang atau jasa diperlukan dan sangat penting
untuk dijadikan sebagai dasar pengadaan. Artinya norma atau aturan
menjadi pedoman pokok atau utama atau kunci yang harus dan wajib
dimiliki para pelaku dalam melaksanakan kegiatan pengadaan. Dengan
demikian penerapan etika dasar pengadaan adalah merupakan keharusan.

2.1.5.5 Pengawasan Dalam Proses Pengadaan Barang atau Jasa


Menurut Sutedi (2012:346) menjelaskan bahwa pengawasan
pengadaan barang dan jasa adalah pengawasan yang dilakukan terhadap
pelaksanaannya sesuai dengan rencana, prinsip dasar pengadaan, prosedur
dan aturan yang berlaku.
Sebagaimana diatur dengan ketentuan dalam Peraturan Presiden
Nomor 54 tahun 2010 adanya pengawasan dan pemeriksaan dimaksudkan
untuk dapat:

35
1. Meningkatkan kinerja aparatur pemerintah serta mewujudkan
aparatur yang profesional, bersih, dan bertanggung jawab.
2. Memberantas penyalahgunaan wewenang dan pratik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
3. Tegakkan peraturan yang berlaku dan mengamankan
keuangan negara.
Menurut Sutedi (2012:347) terdapat beberapa unsur yang
mempengaruhi keefektifan pengawasan yang dilakukan, antara lain:
a. Kebijakan dan prosedur
b. Cara atau metode pengawasan yang digunakan
c. Alat pengawasan
d. Bentuk pengawasan
e. Pelaku pengawasan
Adapun penjelasan terkait pengawasan dalam proses pengadaan
barang dan jasa adalah sebagai berikut:
a. Kebijakan dan prosedur
Kebijakan adalah ketentuan atau pedoman atau petunjuk yang
ditetapkan untuk diberlakukan dalam suatu organisasi dan berupaya
mengarahkan pelaksanaan kegiatannya agar sesuai dengan tujuan
organisasi dan tidak bertentangan dengan perundang-undangan yang
berlaku. Kebijakan merupakan unsur pengawasan preventif dan
represif. Prosedur adalah langkah atau tahap yang seharusnya
dilakukan sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan, misalnya:
1) Prosedur penerimaan dan pemberhentian pegawai.
2) Prosedur pengajuan APBD.
3) Prosedur pengadaan barang dan jasa.
b. Cara atau metode pengawasan yang dilakukan
Cara atau metode pengawasan yang dilakukan dapat berupa
pengawasan langsung. Pengawasan melekat, pengawasan fungsional.
c. Alat pengawasan

36
Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai alat berupa bentuk
organisasi dengan suatu sistem pengendalian manajemen, pencatatan,
pelaporan, dokumen perencanaan. Bentuk organisasi dengan adanya
pemisahan fungsi otorisasi, pelaksanaan dan pengendalian, disertai
dengan uraian tugas yang jelas dari masing-masing penyimpanan.
d. Bentuk pengawasan
Bentuk pengawasan dilihat dari sudut di dalam dan di lauar
organisasi yaitu ada pengawasan ekstern. Pengawasan internal
adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau unit yang berada
dalam organisasi yang hasilnya untuk kepentingan organisasi
tersebut. Sedangkan pengawasan ekstern adalah pengawasan yang
dilakukan oleh orang atau unit yang berada di luar organisasi dan
hasilnya biasanya ditunjukan kepada pihak yang berkepentingan
dengan organisasi tersebut serta dapat digunakan oleh organisasi
yang bersangkutan.
e. Pelaku pengawasan
Pelaku pengawasan adalah personil atau organisasi yang melakukan
pengawasan terhadap suatu organisasi, baik operasional organisasi,
suatu kegiatan, atau kasus permasalahan tertentu. Pelaku
pengawasan dimaksud antara lain:
1) Pimpinan tertinggi dalam suatu organisasi, atau orang yang di
tunjuk olehnya
2) Orang atau unit yang dalam organisasi itu sendiri, seperti
Inspektorat Departemen atau Lembaga atau SPI atau
Bawasda.
3) Masyarakat.
4) Legislatif.
Pengawasan pengadaan barang dan jasa wajib dilakukan
sebagai upaya untuk mewujudkan keadilan, transparansi dan
pertanggungjawaban serta dapat mencegah sedini mungkin
terjadinya penyimpangan.

37
2.2 Penelitian Terdahulu
Landasan penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi atau
acuan untuk menunjang keakuratan data penelitian yang dilakukan
peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini. Landasan penelitian
terdahulu menjadi hal yang sangat penting bagi peneliti dalam memilih
dan menentukan teori yang akan digunakan dan juga memilih variabel
yang tepat dalam penelitian ini.
Pertama, penelitian terdahulu dilakukan oleh Krisnhoe Sukma
Danuta (2017) yang berjudul “Crowe’s Fraud Pentagon Theory Dalam
Pencegahan Fraud Pada Proses Pengadaan Melalui E-Procurement”
yang bertujuan untuk melihat seberapa banyak pemanfaatan e-
Procurement dapat mencegah atau mengurangi hal-hal yang memicu
terjadinya fraud dan berfokus pada crowe’s fraud pentagon theory
yaitu arogansi dan kompetensi. Penelitian ini dilakukan dengan
metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Hasilnya
menunjukkan bahwa E-Procurement dapat mengurangi timbulnya
arogansi dan kompetensi melalui transparansi yang diperoleh dengan
menggunakan E-Procurement. Persamaan dengan penelitian ini adalah
adanya pengadaan sebagai variabel terikat, sedangkan perbedaannya
penelitian yang dilakukan oleh Krisnhoe Sukma Danuta dengan
penelitian ini adalah tidak terdapat variabel bebas arogansi serta
perbedaan waktu dan tempat penelitian.
Selanjutnya penelitian S.Hambani et al. (2021) dengan judul
“Analisis Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Pencegahan Fraud
Dalam Proses Pengadaan Barang dan Jasa (Persepsi Pegawai Dinas
Pemerintah Kota Bogor)” dengan menggunakan metode penelitian
deskriptif dan asosiatif yang menunjukan bahwa budaya organisasi, E-
Procurement, whistleblowing system, dan pengendalian interal
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pencegahan fraud dalam
proses pengadaan barang atau jasa baik secara parsial maupun secara

38
simultan. Bedanya dengan penelitian yang sedang dilakukan penulis
sekarang adalah tidak adanya budaya organisasi dan wistleblowing
system sebagai variabel bebas. Sedangkan persamaan penelitian
terdahulu ini dengan penelitian yang sekarang adalah adanya
pencegahan fraud dalam pengadaan barang atau jasa sebagai variabel
terikat.
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Ni Kadek Dwi Ariatini
et al. (2020) menggunakan metode kuantitatif dengan teknik analisis
data analisis regresi linear berganda yang berjudul “Pengaruh
Kompetensi Sumber Daya Manusia Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah Proactive Fraud Audit dan Whistleblowing System
Terhadap Pencegahan Fraud Pada Pengelola Dana Bos Se-Kabupaten
Klungkung”. Dari hasil penelitian ini dapat Adanya pengaruh
Kompetensi sumber daya manusia, sistem pengendalian internal
pemerintah, proactive fraud audit dan whistleblowing system terhadap
pencegahan fraud. Sama dengan penelitian yang penulis sedang
lakukan saat ini, sama-sama memiliki variabel terikat tentang
pencegahan fraud namun bukan pencegahan fraud pada pengelolaan
dana Bos tapi pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa.
Keempat, penelitian yang dilakukan oleh Lea Rahman Lezimat
(2018) yang berjudul “Pengaruh Penerapan E-Procurement Sistem
Pengendalian Internal Pemerintah Dan Kompetensi Sumberdaya
Manusia Terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan Barang dan Jasa
(Survey Pada Pemerintah Daerah di Wilayah Bandung Raya”
menggunakan metode deskriptif dan verifikatif dengan pengumpulan
data menggunakan kuesioner dan analisis-analisis statistik. Penelitian
yang dilakukan oleh Lea Rahman Lezimat (2018) ini memiliki
persamaan diantaranya yaitu E-Procurement dan Kompetensi sebagai
variabel bebas nya serta pencegahan fraud pengadaan barang dan jasa
sebagai variabel terikat. Bedanya dengan penelitian ini adalah
menggunakan sistem pengendalian internal sebagai variabel bebas,

39
sedangkan penelitian yang penulis lakukan tidak mencantumkan hal
tersebut sebagai variabel bebas. Hasil penelitian ini secara parsial
menunjukan bahwa analisis penerapan E-Procurement terhadap
pencegahan fraud adalah sebesar 18%, analisis sistem pengendalian
internal pemerintah terhadap pencegahan fraud adalah 27,2%, dan
kompetensi sumber daya manusia terhadap pencegahan fraud adalah
20,3%. Sedangkan secara simultan, penerapan E-Procurement, sistem
pengendalian internal pemerintah, dan kompetensi sumberdaya
manusia terhadap pencegahan fraud memberikan pengaruh 65,5% dan
sisanya, yaitu sebesar 34,5%, merupakan analisis faktor lain yang tidak
diteliti oleh penulis dari peneliti sebelumnya.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai
referensi diatas dalam penelitian ini memiliki beberapa kesamaan
seperti kesamaan variabel bebas dan variabel terikat, begitu juga
dengan perbedaan variabelnya. Perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian ini juga terletak pada waktu serta lokasi yang
digunakan penelitian.

2.3 Rancangan Isi


2.3.1 Analisis E-Procurement Dalam Pencegahan Fraud pada Pengadaan
Barang atau Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia pada Tahun
2020
Secara harafiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun
pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai
cakupan yang luas. Black’s Law Dictionary Fraud menguraikan
pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia,
dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari
orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan
mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Licik, tersembunyi,
dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu.

40
Pengadaan barang atau jasa adalah kegiatan untuk memperoleh barang
atau jasa oleh Kementerian atau Lembaga atau Satuan Kerja Perangkat
Daerah atau Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari perencanaan
kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh
barang atau jasa.
Proses pengadaan barang atau jasa dengan menggunakan metode
konvensional memiliki banyak kelemahan, maka dari itu dibutuhkan solusi
untuk membenahi kelemahan-kelemahan tersebut. Dengan melalui
lembaga kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah menerapkan
sistem pengadaan barang dan jasa menggunakan elektronik atau E-
Procurement. Sistem ini merupakan sebuah inovasi pelayanan publik
dalam pemerintahan bahwa pemerintah seharusnya harus mempertanggung
jawabkan setiap kegiatan yang telah dilaksanakan kepada stakeholder,
supaya pandangan dari masyarakat terhadap pemerintah itu baik. Seperti
berdasar pada stewardship theory yang mengasumsikan bahwa setiap
manusia harus menjaga sikap dan perilaku mereka serta lebih memilih
untuk kepentingan umum. Pengadaan barang dan jasa secara elektronik (E-
Procurement) pada dasarnya mengubah tatacara pengadaan barang dari
manual yang sangat rawan terjadinya kecurangan menjadi sistem elektronik
yang bisa menekan terjadinya kecurangan karena pengadaan secara
elektronik sifatnya transparan dan mengurangi biaya karena mengurangi
tatap muka.
Penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik dapat membangun
pemerintahan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel agar
mengurangi tindak kecurangan (fraud) dalam berbagai aspek. Pengelolaan
barang dan jasa pemerintah dengan akuntabel dan transparan yang
diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan keuangan
negara dari masyarakat atau stakeholder, sehingga pemerintah dapat
menjaga amanah yang diberikan oleh negara dan masyarakat. Dengan
demikian dapat diduga bahwa terdapat analisa bahwa penerapan E-

41
Procurement memiliki keterkaitan terhadap pencegahan fraud pada
pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia.

2.3.2 Analisis Kompetensi Pegawai Dalam Pencegahan Fraud Pada


Pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia.
Secara harafiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun
pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai
cakupan yang luas. Black’s Law Dictionary Fraud menguraikan
pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia,
dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari
orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan
mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Licik, tersembunyi,
dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu.
Pengadaan barang atau jasa adalah kegiatan untuk memperoleh
barang atau jasa oleh Kementerian atau Lembaga atau Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang atau jasa. Sedangkan kompetensi pegawai sendiri
memiliki arti sebagai karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan
dengan efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya atau karakteristik
dasar individu yang memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab akibat
dengan kriteria yang dijadikan acuan.
Di beberapa praktek pengadaan barang atau jasa pada sebuah
organisasi atau institusi pemerintah secara elektronik atau E-Procurement
adanya indikasi bahwa masih banyak faktor penghambat keberhasilan
penerapan E-Procurement. Terjadinya tender ulang, lelang gagal,
wanprestasi serta keterlambatan penyelesaian yang berhubungan dengan
keefektifan pengadaan baran atau jasa. Kurangnya sosialisasi terhadap
pegawai merupakan masalah dari sumber daya manusia yang mumpuni.
Permasalahan-permasalahan tersebut akan meminimalisasi kinerja pegawai
dalam hal pengadaan barang atau jasa. Selanjutnya kompetensi pegawai

42
memiliki peran penting dalam menjalankan sistem untuk peningkatan
kualitas dan mutu kinerja. Sejalan dengan hal tersebut, P. Stephen Robinns
(2001:241) mengemukakan bahwa kinerja dapat diketahui apabila individu
atau kelompok memiliki kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan
sebelumnya, dan kriteria keberhasilan tersebut berupa tujuan-tujuan atau
target tertentu yang hendak dicapai.

2.3.3 Analisis E-Procurement dan Kompetensi Pegawai Dalam Pencegahan


Fraud Pada Pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.
Secara harafiah fraud didefInisikan sebagai kecurangan, namun
pengertian ini telah dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai
cakupan yang luas. Black’s Law Dictionary Fraud menguraikan
pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia,
dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari
orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan
mencakup semua cara yang tidak terduga, penuh siasat. Licik, tersembunyi,
dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain tertipu.
Pengadaan barang atau jasa adalah kegiatan untuk memperoleh
barang atau jasa oleh Kementerian atau Lembaga atau Satuan Kerja
Perangkat Daerah atau Institusi lainnya yang prosesnya dimulai dari
perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang atau jasa.
Proses pengadaan barang atau jasa dengan menggunakan metode
konvensional memiliki banyak kelemahan, maka dari itu dibutuhkan solusi
untuk membenahi kelemahan-kelemahan tersebut. Dengan melalui
lembaga kebijakan pengadaan barang dan jasa pemerintah menerapkan
sistem pengadaan barang dan jasa menggunakan elektronik atau E-
Procurement. Sistem ini merupakan sebuah inovasi pelayanan publik
dalam pemerintahan bahwa pemerintah seharusnya harus mempertanggung
jawabkan setiap kegiatan yang telah dilaksanakan kepada stakeholder,

43
supaya pandangan dari masyarakat terhadap pemerintah itu baik. Seperti
berdasar pada stewardship theory yang mengasumsikan bahwa setiap
manusia harus menjaga sikap dan perilaku mereka serta lebih memilih
untuk kepentingan umum.
Penyelenggaraan pemerintahan berbasis elektronik dapat
membangun pemerintahan yang efisien, efektif, transparan dan akuntabel
agar mengurangi tindak kecurangan (fraud) dalam berbagai aspek.
Pengelolaan barang dan jasa pemerintah dengan akuntabel dan transparan
yang diharapkan akan mampu meningkatkan kepercayaan pengelolaan
keuangan negara dari masyarakat atau stakeholder, sehingga pemerintah
dapat menjaga amanah yang diberikan oleh negara dan masyarakat.
Sedangkan kompetensi pegawai sendiri memiliki arti sebagai
karakteristik yang mendasari seseorang berkaitan dengan efektivitas kinerja
individu dalam pekerjaannya atau karakteristik dasar individu yang
memiliki hubungan kausal atau sebagai sebab akibat dengan kriteria yang
dijadikan acuan.
Di beberapa praktek pengadaan barang atau jasa pada sebuah
organisasi atau institusi pemerintah secara elektronik atau E-Procurement
adanya indikasi bahwa masih banyak faktor penghambat keberhasilan
penerapan E-Procurement. Terjadinya tender ulang, lelang gagal, wan
prestasi serta keterlambatan penyelesaian yang berhubungan dengan
keefektifan pengadaan barang atau jasa. Kurangnya sosialisasi terhadap
pegawai merupakan masalah dari sumber daya manusia yang mumpuni.
Permasalahan-permasalahan tersebut akan mempengaruhi kinerja pegawai
dalam hal pengadaan barang atau jasa. Selanjutnya kompetensi pegawai
memiliki peran penting dalam menjalankan sistem untuk peningkatan
kualitas dan mutu kinerja.
Berdasarkan dari uraian diatas maka dapat diperoleh rancangan isi
penelitian sebagai berikut :

44
Latar Belakang
Pencegahan Fraud Pada pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim Negeri
Indonesia berkaitan dengan penerapan E-Procurement serta tingkat kompetensi
pegawainya.

Judul
Analisis Penerapan E-Procurement dan Kompetensi Pegawai Terhadap Pencegahan
Fraud Pada Pengadaan Barang atau Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia

Rumusan Masalah

1. Bagaimana penerapan E-Procurement di Politeknik Maritim Negeri Indonesia ?


2. Bagaimana pencegahan fraud pada pengadaan barang atau jasa di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia ?
3. Bagaimana peran kompetensi pegawai dalam fraud pengadaan barang atau jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia ?
4. Bagaimana peran E-Procurement dan kompetensi pegawai dalam pencegahan fraud
pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia ?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan E-Procurement di Politeknik Maritim Negeri


Indonesia.
2. Untuk mengetahui upaya pencegahan terjadinya fraud pada pengadaan barang atau
jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia.
3. Untuk mengetahui pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia melalui peran kompetensi pegawai.
4. Untuk mengetahui pencegahan fraud pengadaan barang atau jasa di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia melalui peran E-Procurement dan kompetensi
pegawainya.

Teknik Analisis Data dan Uji Keabsahan Data

Pengolahan data dilakukan setelah data diperoleh dari hasil wawancara, dokumentasi,
BAB III
dan observasi. Pengujian keabsahan data penelitian kualitatif dalam mendapatkan nilai
kebenaran terhadap penelitian disebut juga dengan uji kredibilitas (credibility) dengan
menggunakan metode triangulasi. 45
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif yaitu
mendeskripsikan aspek-aspek yang berkaitan dengan objek penelitian secara
mendalam. Simamora dan Abdul ( Sugiyono, 2012:52) mengatakan metode
penelitian kualitatif akan cocok digunakan untuk penelitian seperti hal-hal
berikut yaitu: masalah penelitian belum jelas (masih remang-remang atau
mungkin masih gelap), untuk memahami makna dibalik data yang tampak,
untuk memahami interaksi sosial, untuk memahami perasaan orang lain,
untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data dan untuk
meneliti sejarah perkembangan.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
kualitatif karena dalam penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan
keadaan sebagaimana adanya. Hasil penelitian ini ditekankan pada pemberian
gambaran secara obyektif tentang keadaan yang sebenarnya dari obyek yang
diteliti (Sukardi, 2003:157). Selain itu, menggunakan deskriptif kualitatif
juga karena data yang penulis kumpulkan adalah data dalam bentuk kata-kata,
kalimat, pencatatan dokumen, maupun arsip.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
dengan alamat di Jalan Pawiyatan Luhur I No.1, Kelurahan Bendan Duwur,
Kecamatan Gajah Mungkur, Kota Semarang.
Penelitian ini dilakukan selama kurun waktu 3 bulan atau saat
pelaksanaan Praktek Kerja (Praja) yaitu dari bulan September sampai dengan
bulan Desember tahun 2021.
3.3 Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1) Data Subjek (self data)

46
Data subjek adalah jenis data yang berupa opini, sikap,
pengalaman, atau karakteristik seseorang atau sekelompok orang
yang menjadi subjek penelitian. Data subjek dalam penelitian ini
dapat diperoleh dari informan.
2) Data Fisik (physical data)
Data fisik adalah jenis data penelitian yang berupa objek atau
benda fisik yang berwujud dapat digunakan sebagai bukti
keberadaan atau kejadian masa lalu yang dikumpulkan melalui
metode observasi. Data fisik dari penelitian ini diperoleh dari
informan, baik itu informan kunci maupun informan pendukung.
3) Data Dokumenter (documentary data)
Data dokumenter merupakan jenis data penelitian yang berupa
arsip yang memuat apa dan kapan suatu kejadian atau transaksi
serta siapa yang terlibat dalam suatu kejadian.

b. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara,
pendapat dari individu, atau kelompok (orang) maupun hasil
observasi dari suatu objek yang di dapat secara langsung
berupa foto dokumentasi dan hasil percakapan wawancara.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara serta pendapat dari informan kunci dan informan
pendukung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh
melalui media perantara atau secara tidak langsung yang
berupa buku,catatan, dan media internet. Data sekunder dari
penelitian ini diperoleh dari buku dan media internet.

47
3.4 Informan
Informan penelitian (sampel sumber data) merupakan orang yang
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan lokasi
penelitian (Moleong, 2010;132). Dalam penelitian ini menggunakan informan
kunci serta informan pendukung sebagai pelengkap keterangan data yang
diperoleh.
Dan berikut ini akan peneliti deskripsikan nama-nama dan
identitas beserta dokumentasi foto informan kunci dan pendukung
diantaranya :
1. Direktur Politeknik Maritim Negeri Indonesia, Bapak Ir.
Akhmad Nuriyanis, MT.
2. Wakil Direktur Bidang I Politeknik Maritim Negeri Indonesia
selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) I, Bapak Gunawan
Budi Santoso, S.Kom., M.Kom.
3. Kasubbag Keuangan Politeknik Maritim Negeri Indonesia
selaku perencana pengadaan, Bapak Muhammad Adib Hasan,
S.Si.
4. Pejabat Pengadaan Politeknik Maritim Negeri Indonesia,
Bapak Wahyu Ari Putranto, MT.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang lengkap peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Observasi, menurut Sukardi (2003:78), observasi atau yang disebut
pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu
objek dan lebih banyak menggunakan salah satu dari panca indra yaitu
indra penglihatan. Observasi akan lebih efektif jika informasi yang
hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami, tingkah laku dan hasil
kerja responden dalam situasi alami. Dalam hal ini, peneliti melakukan
pengamatan langsung pada lokasi penelitian dengan tujuan mengetahui

48
analisis E-Procurement dan kompetensi pegawai terhadap pencegahan
fraud pada pengadaan barang atau jasa yang ada di Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.
b. Dokumentasi, menurut Sukardi (2003:81) Pada teknik ini, peneliti
dimungkinkan memperoleh informasi dari bermacam-macam sumber
tertulis atau dokumen yang ada pada responden atau tempat.
Pengumpulan data seperti data sekunder berupa dokumen-dokumen yang
berkaitan dengan E-Procurement di lingkungan Politeknik Maritim
Negeri Indonesia.
c. Wawancara, Sugiyono (2014:231) menyatakan bahwa wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data jika peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang
harus diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari
responden yang lebih mendalam. Teknik pengumpulan data ini
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self –report atau
setidak–tidaknya pada pengetahuan atau keyakinan pribadi. Pihak yang
menjadi informan antara lain yaitu Perencana Pengadaan, Pejabat
Pembuat Komitmen (PPK) bagian pengadaan barang atau jasa dan
Pejabat Pengadaan (PP) dari Politeknik Maritim Negeri Indonesia. Data
yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut dijadikan sebagai data
primer yaitu data yang diperoleh dari informan melalui wawancara
langsung yang dilakukan oleh peneliti di lokasi penelitian
d. Kuesioner, Sugiyono (2018: 2019) angket atau kuesioner merupakan
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk
dijawabnya. Kuesioner dalam penelitian ini akan dibagikan kepada
pejabat maupun staff terkait yang berhubungan dengan pengadaan
barang atau jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia.

3.6 Teknik Analisis Data

49
Setelah data terkumpul lengkap, langkah selanjutnya adalah mengolah
data. Pada tahap ini data akan diproses atau dikerjakan sehingga dapat
menyimpulkan kebenaran yang dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan
yang dapat diajukan dalam laporan penelitian.
Dalam penelitian kualitatif yang diperlukan adalah dari mulai meneliti
sampai menyajikan dalam keadaan ringkas dan dikerjakan di lapangan, sebab
jika dikhawatirkan banyak data yang tidak terekam dan peneliti telah lupa
penghayatan situasinya, sehingga berbagai hal yang berikut berubah menjadi
fragmen-fragmen yang tidak berarti. Menurut Millis dan Huberman
sebagaimana dikutip oleh Djumhan Pida (2003:87), data kualitatif analisisnya
tetap menggunakan kata-kata yang disusun kedalam teks yang diperluas,
melalui tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersama-sama, berulang-ulang
dan terus menerus sehingga langkah analisanya menjadi :
a) Reduksi data, terdiri dari kegiatan menajamkan, mengolahkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan
data hasil wawancara sehingga kesimpulan final dapat ditarik dan
diverifikasikan. Dalam proses penelitian ini, ketika sudah masuk ke
tahap wawancara baik dengan perencana pengadaan, Pejabat
Pembuat Komitmen dan Pejabat Pengadaan di lingkungan
Politeknik Maritim Negeri Indonesia dan maka setelah
memperoleh hasil wawancara, hasil tersebut kemudian dipilah mana
yang perlu dicantumkan dan mana yang tidak perlu diorganisir
kedalam data penelitian.
b) Penyajian data, penyajian data kualitatif dalam penelitian ini dapat
berupa uraian singkat, bagan diagram, tabel, maupun flowchart atau
dengan teks yang bersifat naratif.
c) Menarik kesimpulan atau verifikasi, verifikasi juga dilakukan
dengan cara meninjau ulang pada catatan lapangan, bertukar pikiran
dengan teman sejawat untuk mengembangkan kesepakatan inter
subyektif.

50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian


4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1.1 Sejarah Singkat Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Politeknik Maritim Negeri Indonesia merupakan salah satu perguruan
tinggi negeri bernaung dibawah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset
dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) yang merupakan transformasi dari
Badan Pengembangan dan Layanan Perguruan Tinggi (BPLPT) di Semarang.
Perguruan tinggi maritim ini diresmikan pada tanggal 14 Januari 2013 oleh
Bapak Prof. Dr. Ir. Mohammad Nuh, DEA. selaku Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Perguruan tinggi ini berdiri atas dasar pertimbangan kebutuhan tenaga
pelaut yang terdidik di satu sisi, dibandingkan dengan kemampuan lembaga
pendidikan yang ada untuk menghasilkan lulusan pelaut. Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia memberikan dua tugas kepada Politeknik
Maritim Negeri Indonesia yakni : 1) Dengan potensi yang ada mampu
mengelola sumber daya kemaritiman dengan baik agar kejayaaan kemaritiman
bangsa Indonesia dapat diraih secara optimal. 2) Menjaga NKRI dan
kedaulatan ekonomi. Dengan demikian Polimarin akan menjadi kebanggaan
bukan saja bagi bangsa Indonesia, tetapi juga kebanggaan dunia.
Politeknik Maritim Negeri Indonesia memiliki visi untuk menjadi
Politeknik Maritim Negeri bertaraf internasional, yang menghasilkan sumber
daya manusia berkarakter, berkompetensi dibidang maritim dan berdaya saing
global yang berwawasan lingkungan. Serta dengan Misi yakni : 1)
Menyelenggarakan pendidikan tinggi vokasi bidang kemaritiman yang mampu
menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai dengan standar
nasional pendidikan dan standar internasional 2) Menyelenggarakan pendidikan

51
karakter, religius, berwawasan kebangsaan dan pelestarian lingkungan 3)
Menyelenggarakan pelatihan dan uji kompetensi yang berstandar internasional
4) Menyelenggarakan penelitian terapan bidang kemaritiman yang bermanfaat
bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat 5) Menyelenggarakan
pengabdian kepada masyarakat untuk mendukung peningkatan pelayanan mutu
kehidupan masyarakat.
Jurusan yang ada di Politeknik Maritim Negeri Indonesia meliputi :
1. Jurusan Bisnis Maritim
Jurusan Bisnis Maritim dengan Program Studi sebagai berikut :

Gambar IV.1
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia
2. Jurusan Teknika
Jurusan Teknika dengan Program Studi sebagai berikut :

Gambar IV.2
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia
3. Jurusan Nautika
Jurusan Nautika dengan Program Studi sebagai berikut :

Gambar IV.3
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia

52
4.1.1.2 Lokasi Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Politeknik Maritim Negeri Indonesia beralamat di Jalan Pawiyatan
Luhur I No.1, Bendan Duwur, Gajah Mungkur, Kota Semarang. Lokasi
Politeknik Maritim Negeri Indopnesia cukup strategis karena berada di
daerah Kota Semarang dan berdekatan dengan beberapa Perguruan Tinggi
lain yang berdomisili di Semarang.
4.1.1.3 Struktur Organisasi Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Struktur organisasi di Politeknik Maritim Negeri Indonesia adalah
struktur organisasi line (garis). Struktur organisasi tersebut dipandang praktis
dari struktur organisasi lainnya.
Dalam hal ini kekuasaan dan tanggung jawab ada ditangan Direktur,
sehingga segala perintah dari pimpinan tertinggi mengalir melalui garis lurus
kepada bawahan yang paling bawah. Dengan kata lain ketegasan perintah
dan pengawasan lebih jelas sehingga mampu meningkatkan kedisiplinan
karyawan. Bagan struktur organisasi pada Politeknik Maritim Negeri
Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar IV.4
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia

53
4.1.1.4 Jam Kerja Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Karyawan yang bekerja di kantor Politeknik Maritim Negeri
Indonesia memiliki jam kerja tetap, kecuali jika ada pekerjaan yang harus
diselesaikan saat itu juga maka diperbolehkan untuk lembur.
Berikut tabel jam kerja karyawan Politeknik Maritim Negeri Indonesia :
Jam Kerja Karyawan Politeknik Maritim Negeri Indonesia

Hari Jam Kerja Jam Istirahat


Senin 08.00 - 16.00 WIB 12.00 - 13.00 WIB
Selasa 08.00 - 16.00 WIB 12.00 - 13.00 WIB
Rabu 08.00 - 16.00 WIB 12.00 - 13.00 WIB
Kamis 08.00 - 16.00 WIB 12.00 - 13.00 WIB
Jumat 08.00 - 16.30 WIB 11.30 - 12.30 WIB

Tabel IV.1
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia

4.2 Hasil Penelitian


4.2.1 Deskripsi Informan
Informan penelitian ini terdiri dari 4 informan, 3 informan kunci yaitu
Kasubbag Keuangan selaku perencana pengadaan, Wakil direktur I selaku
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) I, Pejabat Pengadaan. Dan informan
pendukung yaitu Direktur selaku Kuasa Pembuat Anggaran (KPA). Peneliti
melakukan wawancara mendalam (in-depth interview) yang bertujuan untuk
memperjelas dan memperkuat data yang diperoleh dilapangan. Keseluruhan
infroman tersebut dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling
karena teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria-
kriteria yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan penelitian. Kriteria dari
informan yang dipilih yaitu memiliki kriteria yang berdasarkan ketentuan
yang telah peneliti tentukan untuk kemudian dipertimbangkan oleh peneliti,
sesuai dengan keterkaitan mereka dengan penelitian ini.
Dan berikut ini akan peneliti deskripsikan nama-nama dan identitas
beserta dokumentasi foto informan kunci dan pendukung diantaranya :

54
1. Direktur Politeknik Maritim Negeri Indonesia, Bapak Ir. Akhmad
Nuriyanis, MT.
2. Wakil Direktur Bidang I Politeknik Maritim Negeri Indonesia
selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) I, Bapak Gunawan Budi
Santoso, S.Kom., M.Kom.
3. Kasubbag Keuangan Politeknik Maritim Negeri Indonesia selaku
perencana pengadaan, Bapak Muhammad Adib Hasan, S.Si.
4. Pejabat Pengadaan Politeknik Maritim Negeri Indonesia, Wahyu
Ari Putranto, MT.

4.2.2 Hasil Dari Penelitian


Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan
informan penelitian di Politeknik Maritim Negeri Indonesia tentang
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa secara elektronik melalui E-
Procurement, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut:
4.2.2.1 Pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa Secara Elektronik melalui E-
Procurement di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
E-procurement merupakan sebuah inovasi dalam pelaksanaan
pengadaan barang atau jasa yang saat ini wajib dilaksanakan oleh instansi
pemerintah sebagai wujud reformasi birokrasi. Pada Politeknik Maritim
Negeri Indonesia sendiri, E-Procurement mulai di kenal pada tahun 2014.
Berikut penjelasan dari pak Muhammad Adib Hasan, S.Si. selaku Kasubbag
Keuangan Politeknik Maritim negeri Indonesia dan selaku perencana
pengadaan di Politeknik Maritim Negeri Indonesia, beliau mengatakan
bahwa :
“Polimarin mulai menerapkan E-Procurement itu sebelum saya kerja
di Polimarin, jadi tepatnya pada tahun 2014”

Berdasarkan penjelasan dari uraian wawancara diatas diperoleh


penjelasan bahwa pelaksanaan pengadaan barang dan jasa di Politeknik

55
Maritim Negeri Indonesia mulai diadakan pada tahun 2014 ketika Politeknik
Maritim Negeri Indonesia sudah berdiri selama 2 tahun, tepatnya berdiri pada
tahun 2012.
Sedangkan dalam pelaksanaan E-Procurement, Politeknik Maritim
Negeri Indonesia menggunakan 4 metode pelaksanaan yaitu E-Tendering, E-
Bidding, E-Catalogue dan E-Purchasing. Berikut adalah hasil wawancara
yang dilakukan dengan Bapak Wahyu Ari Putranto, MT., M.Si selaku
Pejabat Pengadaan (PP) :
“Seperti proses pengadaan pada umumnya ya, metoda
pelaksanaannya menggunakan E-Tendering, E-Bidding, E-
Catalogue dan E-Purchasing, intinya sesuai dengan pedoman
yang berlaku pada proses pengadaan barang dan jasa pemerintah
di Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2021. Tapi Polimarin lebih
sering mengunakan metoda E-Tendering, E-Catalogue dan E-
Purchasing ”

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas diperoleh penjelasan bahwa


Politeknik Maritim Indonesia menggunakan metode pelaksanaan yaitu E-
Tendering, E-Bidding, E-Catalogue dan E-Purchasing, dimana biasanya E-
Tendering digunakan untuk paket pekerjaan yang output pekerjaannya seperti
pemeliharaan gedung dan bangunan kantor Polimarin (Gedung Bertingkat)
dan pemeliharaan halaman gedung dan bangunan, kemudian untuk E-
Catalogue digunakan untuk pengadaan barang-barang elektronik untuk
kebutuhan kantor komputer, laptop dan lain sebagainya.
Penerapan sistem pengadaan barang atau jasa yang dilakukan oleh
pemerintah secara menyeluruh pada tahun 2013. Pemanfaatan sistem
berbasis website dengan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi ini
mulai dilaksanakan dengan sepenuhnya berdasarkan Peraturan Presiden yang
dikeluarkan yang secara signifikan diharapkan dapat meningkatkan kinerja,
efektifitas, efisiensi, transparansi, akuntabilitas yang dilakukan terkait
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa. Waktu itu, penerapan E-
Procurement dilakukan secara sepenuhnya pada pelaksanaan pengadaan
barang atau jasa, karena banyak protes dalam pelaksanaan pengadaan

56
barang/jasa yang dinilai sebagian pihak tidak transparan. Pemenang terkesan
perusahaan tertentu dan orang tertentu saja.

4.2.2.2 Pencegahan Fraud dalam Pengadaan Barang dan Jasa di Politeknik


Maritim Negeri Indonesia Melalui E-Procurement
Berdasarkan Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang atau
Jasa Pemerintah Nomor 4 Tahun 2018 Pengadaan Barang atau Jasa
Pemerintah yang selanjutnya disebut PBJ adalah kegiatan pengadaan barang
atau jasa oleh Kementerian atau Lembaga atau Perangkat Daerah yang
dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah yang prosesnya sejak identifikasi kebutuhan
sampai dengan serah terima hasil pekerjaan. Pelaksanaan pengadaan barang
atau jasa pemerintah merupakan rangkaian kegiatan dari proses pengadaan
barang atau jasa pemerintah mulai dari perencanaan kebutuhan hingga
diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang atau jasa.
Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa ini merupakan bentuk konkret
terhadap pemerintahan pusat maupun daerah di bawah kontrol Peraturan
Pemerintah Pusat dalam hal ini Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018.
Pengadaan barang atau jasa lingkup kantor Politeknik Maritim Negeri
Indonesia sendiri merupakan salah satu bentuk proses pelaksanaan untuk
pengadaan aset-aset dalam lingkup tersebut. Pengadaan barang atau jasa ini
sangat penting untuk dilakukan karena menjadi salah satu bentuk pengadaan
aset yang memiliki nilai yang cukup signifikan bila dibandingkan dengan
komponen lainnya, seperti dalam lingkup poin-poin dalam neraca (Halim dan
Kusufi, 2014:307). Adapun siklus pengadaan barang atau jasa sebagai
berikut:

57
Siklus Tahapan Pengadaan Barang dan Jasa Tahapan

Gambar IV.5
Sumber data : LKPP tahun 2011

Akan tetapi, pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah


mendapatkan poin merah dalam pandangan KPK. Berdasarkan rekapitulasi
data yang dipaparkan, berbagai kasus-kasus korupsi berasal dari bidang
pengadaan barang dan jasa. Ketika dikonfirmasi terkait beberapa risiko-
risiko kecurangan yang seringkali terjadi dalam pelaksanaan pengadaan
barang atau jasa pemerintah, Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Politeknik
Maritim Negeri Indonesia menyatakan sebagai berikut:

“Ya kalau untuk risiko penyimpangan sendiri bisanya kita


bandingkan dengan sewaktu masih konvensional dengan saat
menggunakan media elektronik ya. Tapi kalau untuk Polimarin
sendiri kemungkinan adanya penyimpangan itu tidak. Kalau
konvensional kan bisa saja tidak terjadinya transparasi data, tapi
kalau pakai E-Procurement kan semua atau segala jenis pengadaan
paket atau lelang dan lain sebagainya transparan. Masyarakat umum
juga bisa lihat Polimarin sedang ada kontrak atau pengadaan apa
sedang ada lelang apa di website LSPE”

Berdasarkan dari transkrip wawancara diatas dengan Kuasa Pengguna


Anggaran (KPA) Politeknik Maritim Negeri Indonesia dapat dipaparkan
bahwa risiko-risiko fraud dalam pengadaan barang dan jasa terjadi
memungkinkan pada pengadaan barang dan jasa pemerintah secara manual

58
atau konvensional. Hal utama yang diutarakan dalam penyebab adanya
kecurangan adalah mengenai transparansi data, mulai dari peroses pengadaan,
peserta pengadaan, pemilihan pengadaan sampai kepada pemilihan
pemenang kontrak. Pelaksanaaan secara manual atau konvensional yang
kurang transparan juga berkaitan dengan penyebaran informasi kepada
masyarakat luas yang tidak merata.
Lebih lanjut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) I Politeknik Maritim
Negeri Indonesia memberikan pendapatnya terkait risiko kecurangan
pengadaan barang atau jasa secara manual:
“Bisa saja atau memungkinkan terjadi unsur kecurangan. Namanya
saja manual ya , jadi proses dilakukan secara manual. Adanya
pekerjaan secara manual memungkinkan adanya kontak langsung
antara pihak panitia pengadaan dan pihak penyedia barang ataupun
jasa. Sehingga risiko-risiko tidak terjamin untuk dihindari.”

Berdasarkan pernyataan Pejabat Pembuat Komitmen Politeknik


Maritim Negeri Indonesia tersebut mengungkapkan pendapatnya terkait
risiko-risiko pengadaan secara manual yang mengungkapkan mengenai
persekongkolan tender antara pihak panitia dan penyedia barang atau jasa.
Pernyataan tersebut secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan
pengadaan barang atau jasa yang dilakukan secara manual memungkinkan
terjadinya tatap muka atau pertemuan langsung antara pihak panitia
pengadaan dengan pihak penyedia barang. Hal tersebut menjadi celah yang
besar berpeluang terjadinya kecurangan dalam pelaksanaan pengadaan barang
atau jasa. Pengadaan barang dan jasa dengan menggunakan E-Procurement
selain dapat dilihat transparansi datanya juga lebih efektif dan efisien dalam
proses pengadaannya. Hal itu diperkuat oleh hasil wawancara dari Bapak
Wahyu Ari Putranto, MT selaku Pejabat Pengadaan (PP) di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia yang menyatakan bahwa penerapan E-Procurement
dinilai penting untuk dilakukan, sebagai berikut :
“Sangat penting, karena sebagian besar APBD adalah berupa
pengadaan barang dan jasa nah secara elektronik itu kan penting
terkait efektivitasnya itu di situ. Jadi mempermudah, efektif karena

59
sudah tidak manual lagi. Semua memakai sistem dimanapun bisa
bekerja selama terkoneksi dengan jaringan internet. Seperti yang
kita sering dengar ya banyak kemudahan dan transparansi
pengadaan barang dan jasa dan keuntungannya”

Lanjutan pernyataan dari hasil wawancara dari Bapak Wahyu Ari


Putranto, MT selaku Pejabat Pengadaan (PP) di Politeknik Maritim Negeri
Indonesia yang menyatakan bahwa :
“Kalo ditanya apa saja yang dilakukan untuk mencegah adanya
penyimpangan, seperti pernyataan saya sebelumnya tentang
pentingnya pelaksaan pengadaan barang dan jasa melalui E-
Procurement itu tadi, berarti ya upayanya menerapkan E-
Procurement, kemudian memahami dengan benar bagaimana etika
dalam pengadaan. Etika pengadaan barang dan jasa seperti
melaksanakan tugas dengan tertib dan penuh tanggung jawab, tidak
saling mempengaruhi sehingga terjadinya persaingan yang tidak
sehat ya mbak, mencegah adanya kerugian, mengerti dengan betul
wewenang kita ini sebagai pelaku pengadaan apa sih ya tidka boleh
menyalahgunakan tujuan untuk kepentingan pribadi, tidak adanya
unsur KKN, kemudian kami ini sebgaai pelaku pengadaan harus
bisa menjamin secara administratif, teknikal dan dari segi finansial
dapat dipertanggungjawabkan dalam hal biaya dan kualitas”

Peneliti mengilustrasikan bahwa pelaksanaan pengadaan barang atau


jasa secara manual memberikan peluang bagi penyedia barang atau jasa atau
rekanan yang sedang atau akan mengikuti tender barang atau jasa untuk
melakukan berbagai cara yang diinginkan agar menjadi pemenang dalam
tender. Walaupun kadangkala tidak ada niat untuk melakukan kecurangan,
akan tetapi ketika ada peluang tentu akan menggiurkan pelaku dalam
menjalankan aksinya. Pelaksanaan pengadaan baran atau jasa secara manual
dapat membuat kedua belah pihak sekongkol untuk melakukan tawar
menawar harga yang membuat rekanan memberikan keuntungan berupa suap
kepada panitia pengadaan. Karena pelaksanaannya manual, sehingga
kesempatan untuk terus membujuk atau mengajak panitia pengadaan bekerja
sama semakin besar. Selain itu, pelaksanaan manual ini akan membutuhkan
biaya yang lebih karena semua dokumen-dokumen dilampirkan secara fisik.
Semua proses dalam pelaksanaan pengadaan barang atau jasa serba manual,

60
sehingga membutuhkan waktu yang lama. Hal ini tentu saja sangat
bertentangan dengan prinsip pengadaan barang atau jasa yang tercantum
dalam pasal 6 Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 yaitu:
1. Efisien, berarti pengadaan barang atau jasa harus diusahakan
dengan menggunakan dana dan daya yang minimum untuk
mencapai kualitas dan sasaran dalam waktu yang ditetapkan atau
2. menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk mencapai hasil
dan sasaran dengan kualitas yang maksimum.
3. Efektif, berarti pengadaan barang atau jasa harus sesuai dengan
butuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya.
4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai
pengadaan barang atau jasa bersifat jelas dan dapat diketahui
secara luas oleh penyedia barang atau jasa yang berminat serta
oleh masyarakat pada umumnya.
5. Terbuka, berarti pengadaan barang atau jasa dapat diikuti oleh
semua penyedia barang atau jasa yang memenuhi persyaratan
atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang
jelas.
6. Bersaing, berarti pengadaan barang atau jasa harus dilakukan
melalui persaingan yang sehat diantara sebanyak mungkin
penyedia barang atau jasa yang setara dan memenuhi persyaratan,
sehingga dapat diperoleh barang atau jasa yang ditawarkan secara
kompetitif dan tidak ada intervensi yang mengganggu terciptanya
mekanisme pasar dalam pengadaan barang atau jasa.
7. Adil, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon
penyedia barang atau jasa dan tidak mengarah untuk memberi
keuntungan kepada pihak tertentu, dengan tetap memperhatikan
kepentingan nasional.

61
8. Akuntabel, berarti harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang
terkait dengan pengadaan barang atau jasa sehingga dapat
dipertanggungjawabkan.
Untuk itu pencegahan agar tidak terjadinya fraud atau penyimpangan
dalam pengadaan barang dan jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
adalah dengan menerapkan E-Procurement dan mengikuti aturan yang sesuai
dengan pedoman pengadaan barang dan jasa yang tertera pada Peraturan
Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah sebagai contoh dengan menerapkan etika pengadaan barang atau
jasa. Melalui E-Procurement, proses pengadaan barang dan jasa dapat
berjalan secara efisien, efektif bersaing, adil, akuntabel serta yang paling
penting juga adalah transparansi proses pengadaan sampai pada saat
pemilihan pemenang, sedangkan penerapan etika pengadaan barang dan jasa
yang sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang
Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah akan memfilter
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa berjalan dengan baik dan benar
sehingga terhindar dari tindakan penyimpangan (fraud).

4.2.2.3 Kompetensi Pegawai dalam Mencegah Fraud Pengadaan Barang dan


Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Kompetensi pegawai adalah sesuatu untuk melaksanakan pekerjaan
atau tugas yang dilandasi dengan keterampilan serta pengetahuan dan
didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut.
Keterampilan atau kemampuan yang diperlukan pegawai yang ditunjukkan
oleh kemampuan dengan konsisten memberikan tingkat kinerja yang
memadai atau tinggi dalam suatu fungsi pekerjaan. Proses pengadaan barang
dan jasa yang perlu memperhatikan rencana pengadaan, daftar pemasok,
pembayaran, inspeksi dan penerimaan serta pemeliharaan serta pemanfaatan
barang atau jasa yang diperoleh hasil pengadaan. Semua alur atau siklus
proses pengadaan barang dan jasa pemerintah yang sesuai dengan Pedoman

62
Pengadaan Barang dan Jasa yang tercantum pada Peraturan Presiden Nomor
16 Tahun 2018 harus dimengerti oleh para pelaku pengadaan atau terutama
tim pengadaan dilingkungan institusi pemerintah mengingat pengadaan
barang dan jasa memanfaatkan APBN sebagai sumber dana yang kemudian
menghasilkan output yang sesuai dan menunjang pekerjaan di lingkungan
pengadaan tersebut. Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Muhammad Adib
Hasan, S.Si. selaku Kasubbag Keuangan sebagai berikut :

“Kalau pengadaan barang dan jasa dengan kompetensi pegawai


tentunya berkaitan, karena apa ? tim pengadaan baik itu KPA, PA,
PPK, PP itu pasti punya tugas nya masing-masing dalam pengadaan
barang dan jasa, karena ada pedoman yang harus kita anut jadi tim
pengadaan juga harus paham bagaimana alur pengadaan, aplikasi
apakah yang digunakan, bagaimana harusnya proses pengadaan
berjalan dengan lancar. Kompetensi kan kemampuan atau keahlian
ya, kita tidak bisa asal menempatkan seorang pegawai ke tim
Pengadaan, penempatan menjadi tim pengadaan itu bisa karena
background pendidikannya, pengalaman kerja sebelumnya apakah
pernah menangani pengadaan. Kemudian sumber daya manusia nya
dalam pengadaan barang dan jasa ini juga terdiri dari pengelola
pengadaan barang dan jasa, Aparatur Sipil Negara ya, dan diluar
dari itu”

Dari hasil wawancara tersebut Pejabat Pengadaan (PP) Politeknik


Maritim Negeri Indonesia menjelaskan bahwa adanya keterkaitan antara
kompetensi pegawai, beliau menerangkan bahwa susunan tim pengadaan
berupa KPA, PA, PPK, dan PP mempunyai tugas nya masing-masing dalam
pengadaan barang dan jasa baik itu dengan cara manual atau secara elektronik.
Pejabat Pengadaan (PP) juga mengatakan bahwa dalam penempatan seorang
pegawai ke tim pengadaan juga tidak asal saja, namun harus memperhatikan
beberapa hal seperti background pendidikannya dan background pengalaman
dari tim pengadaan tersebut. Ada beberapa tim pengadaan yang memang
sebelum bekerja di Politeknik Maritim Negeri Indonesia sudah sempat bekerja
di institusi pemerintah lain seperti Politeknik Pelayaran Banten dan Semarang
Growth Center, yang memang dimana beberapa tim pengadaan tersebut sudah

63
pernah menangani pengadaan barang dan jasa di institusi lain dan bekerja di
unit keuangan. Background pendidikan dan pengalaman bekerja.
Lebih lanjutnya dijelaskan oleh Pejabat Pengadaan (PP) Politeknik
Maritim Negeri Indonesia pada pernyataan berikut ini :

“Latar belakang menurut saya sudah sesuai, ada yang lulusan


Sarjana Ekonomi, namun yang perlu digaris bawahi juga adalah
yang terpenting tentang pengalamannya, karena tim pengadaan rata-
rata sudah pernah telibat dalam proyek pengadaan, sudah mengerti
instrumen pengadaan itu seperti apa”

Selama APBN atau APBD masih ada maka akan diperlukan


pengadaan barang atau jasa yang meliputi pengadaan melalui Penyedia
maupun melalui Swakelola. Kebutuhan akan organisasi pengadaan pada
saat ini adalah suatu kebutuhan yang wajib dipenuhi oleh satuan kerja dalam
melaksanakan anggaran. Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Pasal 74
dan Pasal 88 tentang pelaku pengadaan dengan standar kompetensi. Berikut
kriteria sumber daya manusia dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah :
a) Pengelola Pengadaan Barang atau Jasa di lingkungan
Kementerian atau Lembaga Pemerintah Daerah.
b) Aparatur Sipil Negara atau Tentara Nasional Indonesia atau
Kepolisian Negara Republik Indonesia di lingkungan
Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
c) Personel selain Aparatur Sipil Negara atau dan Tentara Nasional
Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia di
lingkungan Kementerian Pertahanan dan Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
d) Sumber daya manusia pengadaan barang dan jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dan ayat (1) huruf c memiliki
kompetensi di bidang pengadaan barang atau jasa.
e) Sumber daya manusia pengadaan barang atau jasa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) berkedudukan di UKPBJ.

64
f) Atas dasar pertimbangan besaran beban pekerjaan atau rentang
kendali organisasi, sumber daya manusia pengadaan barang atau
jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang bertindak sebagai
PPK, Pejabat Pengadaan, PPHP dapat berkedudukan di luar
UKPBJ.

4.2.2.4 Peran E-Procurement dan Kompetensi Pegawai dalam Upaya


Pencegahan Fraud di Lingkungan Politeknik Maritim Negeri Indonesia.

Prinsip pengadaan barang atau jasa tidak bisa diabaikan dalam


pengadaan barang atau jasa pemerintah. Prinsip-prinsip ini harus dijalankan
agar pelaksanaan pengadaan barang atau jasa berjalan sesuai Peraturan
Presiden Nomor 16 tahun 2018. Hal ini juga berkaitan dengan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance), agar pemerintah dapat mencapai
tujuannya serta memberikan kepercayaan dan kepuasan publik. Prinsip
pengadaan barang atau jasa yang juga menjadikan tata kelola pemerintahan
yang baik diantaranya efisien, efektif, transparan dan akuntabel (Christian,
2016:2783). Bentuk-bentuk kecurangan yang seringkali terjadi pada
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa secara konvensional dapat dicegah
dengan selalu menjunjung tinggi prinsip-prinsip good governance (Anugerah,
2014:101) yang juga berkaitan dengan prinsip pengadaan barang atau jasa
pemerintah.
Hal ini tentu saja tidak lepas dari bentuk pengendalian yang
diterapkan dalam pelaksanaannya. Prinsip pengadaan barang atau jasa yang
efektif, efisien, transparan dan akuntabel ini menjadikan fraud procurement
pada Politeknik Maritim Negeri Indonesia dapat dicegah melalui pelaksanaan
E-procurement. Seperti yang sudah ditegaskan oleh Pejabat Pengadaan di
Lingkungan Politeknik Maritim Negeri Indonesia sebagai berikut :
“Sangat penting, karena sebagian besar APBD adalah berupa
pengadaan barang dan jasa nah secara elektronik itu kan penting
terkait efektivitasnya itu di situ. Jadi mempermudah, efektif karena
sudah tidak manual lagi. Semua memakai sistem dimanapun bisa

65
bekerja selama terkoneksi dengan jaringan internet. Seperti yang
kita sering dengar ya banyak kemudahan dan transparansi
pengadaan barang dan jasa dan keuntungannya”

Dan dilanjutkan dengan hasil wawancara dengan Pejabat Pengadaan


di Lingkungan Politeknik Maritim Negeri Indonesia sebagai berikut :

“Semua orang bisa. Itu secara umum, tidak ada ketentuan khusus.
Pokoknya masyarakat umum bisa semua mengakses. Kecuali kalau
misalnya kita ingin ikut tender di dalamnya harus mendaftar dahulu
di LPSE nya”

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa


peranan E-procurement pada Politeknik Maritim Negeri Indonesia dapat
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan pengadaan
barang atau jasa serta membuat pelaksanaan pengadaan barang atau jasa
menjadi lebih efektif dan efisien. Rasa aman karena proses pengadaan
mengikuti ketentuan yang diatur secara elektronik dengan mengedepankan
transparansi dan akuntabilitas, sehingga pemenang adalah penyedia barag
atau jasa yang telah mengikuti kompetisi dengan adil dan terbuka. Jumlah
peserta pengadaan yang bertambah akan meningkatkan persaingan yang
mengakibatkan penawaran mencapai harga pasar yang sesungguhnya. Risiko
panitia menjadi berkurang karena teknologi membantu mengurangi
kemungkinan kesalahan prosedur baik yang disengaja maupun tidak. Pada
akhirnya, masing-masing pihak merasa nyaman berkat bantuan E-
procurement.
Kesimpulan diatas sejalan dengan teori stewardship yang
mengasumsikan adanya hubungan yang kuat antara kepuasan dan kesuksesan
organisasi. Pemerintah sebagai pihak yang lebih banyak memiliki informasi
khususnya dalam bidang pengadaan barang atau jasa pemerintah diharapkan
dapat mewujudkan transparansi terhadap rakyat sesuai harapan dan
kepercayaan yang diberikan, dimana Nosihana dan Rizal (2016:91)
menyatakan bahwa organisasi sektor publik telah dipersiapkan untuk
memenuhi kebutuhan informasi bagi hubungan antara stewards dan principal.

66
Dimana rakyat sebagai principal dan pemerintah sebagai stewards, adalah
sebuah hubungan yang tercipta karena terdapat sifat manusia yang dapat
dipercaya, bertanggung jawab, integritas dan transparan kepada pihak
lainnya.
Menjalankan tugas utama sebagai tenaga kependidikan maupun
tenaga pendidik dalam suatu institusi pendidikan tentunya diperlukan
dukungan lain agar terwujud visi dan misi institusi. Institusi pendidikan
bukan hanya memikirkan bagaimana mencetak generasi penerus bangsa yang
memiliki profil lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pangsa pasar industri,
namun juga melakukan pemanfaatan kompetensi atau keahlian atau
ketrampilan dalam mendukung sejalan nya visi dan misi Politeknik Maritim
Negeri Indonesia sebagai contoh pengadaan barang dan jasa. Pengadaan
barang dan jasa ini menunjang pekerjaan segala bidang yang ada dalam
institusi, baik itu berupa barang ataupun jasa yang dipakai. Berikut adalah
hasil wawancara dengan Bapak Muhammad Adib Hasan, S.Si. :
“Yang pasti harus sesuai ya background pendidikan atau
pengalaman bekerjanya, jadi dia sudah tahu alur dan sudah mengerti
apa saja yang perlu dihindari atau seperti apakah kategori
menyimpang dalam pengadaan itu. Pemenuhan SDM yang
berkualitas dan berintegritas serta profesional dalam bidangnya juga
akan berpengaruh untuk kemajuan dan pengembangan pengadaan
yang efektif, efisien dan transparansi. Karena tim pengadaan juga
punya acuan penyelesaian tugas atau katakanlah ya target lah ya”

Dan dilanjutkan dengan pernyataan dari perencana pengadaan


sekaligus Kasubbag Keuangan sebagai berikut :

“Menurut saya jelas ada korelasi nya antara E-Procurement dan


kompetensi pegawai memiliki keterkaitan dengan pencegahan pada
proses pengadaan barang dan jasa di Polimarin. Kalau kita
katakanlah tim Pengadaan sendiri tidak tahu bagaimana proses
pengadaan barang dan jasa yang baik dan benar mulai dari
perenacnaan kemudian tender nya lalu pemilihan pemenang tender
ataupun pelaksanaan pengadaan non tender ya tentu tidak akan
berjalan dengan lancar pengadaan tersebut. Karena kita berurusan
dengan uang negara atau APBN yang harus dikelola dan

67
dimanfaatkan dengan baik sehingga output daripada pengadaan juga
akan baik. Jadi E-Procurement dan kompetensi pegawai akhirnya
memiliki korelasi dan pengaruh agar tidak terjadinya penyimpangan
dalam pengadaan barang dan jasa pemerintah. E-Procurement
bertujuan agar proses pengadaan efektif, efisien, transparan dan
akuntabel. Nah sedangkan kompetensi pegawai mendukung secara
aktif dalam hal kepatuhan, keahlian dalam memanage pekerjaan
atau jalannya pengadaan. Jadi kedua nya bersinergi dalam upaya
pencegahan penyimpangan pada proses pengadaan barang dan jasa”

Dari kedua hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa latar belakang


pendidikan serta pengalaman kerja yang sesuai mampu berperan dalam
pencegahan penyimpangan barang dan jasa. Keterkaitan nya antara E-
Procurement dan kompetensi pegawai yang baik dan sesuai menjadi
tombak agar terwujudnya pengadaan efektif, efisien, transparan dan
akuntabel serta hal upaya pencegahan kompetensi pegawai mendukung
secara aktif dalam hal kepatuhan, keahlian dalam memanage pekerjaan atau
jalannya pengadaan.

4.2.3 Pembahasan
Berdasarkan pemaparan hasil penelitian di atas diketahui bahwa E-
Procurement dan kompetensi pegawai mempunyai peranan penting dan
keterkaitan dengan pencegahan fraud dalam pengadaan barang atau jasa
di Politeknik Maritim Negeri Indonesia. Pengadaan barang atau jasa menurut
Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan barang atau jasa Pemerintah
Nomor 9 Tahun 2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang atau
Jasa Melalui Penyedia merupakan kegiatan yang dimulai dari identifikasi
kebutuhan sampai dengan serah terima hasil pekerjaan.

4.2.3.1 Pelaksanaan Pengadaan Barang atau Jasa Secara Elektronik melalui


Procurement di Politeknik Maritim Negeri Indonesia

68
Pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui penyedia
meliputi kegiatan persiapan pengadaan barang atau jasa melalui penyedia,
persiapan pemilihan penyedia, pelaksanaan pemilihan penyedia, pelaksanaan
kontrak dan serah terima hasil pekerjaan. Berikut merupakan alur
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui E-Procurement di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia

ALUR SPSE VERSI 4.4

1. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)


a. Pembuatan Paket

Gambar IV.6 Pembuatan Paket

69
b. Pilih Paket Rencana Umum Pengadaan (RUP)

Gambar IV.7 Pilih Paket RUP

c. Konfirmasi Paket Rencana Umum Pengadaan (RUP)

Gambar IV.8 Konfirmasi Paket RUP

70
d. Lengkapi Informasi Paket Rencana Umum Pengadaan (RUP)

Gambar IV.9 Lengkapi Informasi Paket RUP

e. Lengkapi Informasi Persiapan Pengadaan

Gambar IV.10 Lengkapi Informasi Persiapan Pengadaan

71
f. Upload KAK atau Spesifikasi

Gambar IV.11 Upload KAK atau Spesifikasi

g. Input Harga Perkiraan Sendiri (HPS)

Gambar IV.12 Input HPS

72
h. Upload Rancangan Kontrak

Gambar IV.13 Upload Rancangan Kontrak

i. Pilih Unit Kerja Pengadaan Barang atau Jasa (UKPBJ)

Gambar IV.14 Pilih UKPBJ

73
j. Kirim Persiapan ke Unit Kerja Pengadaan Barang atau Jasa (UKPBJ)

Gambar IV.15 Kirim Persiapan ke UKPBJ

2. Kepala Unit Pengelola Pengadaan Barang atau Jasa

a. Pilih Paket Permintaan Pemilihan dari Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

74
Gambar IV.16 Pilih Paket Permintaan Pemilihan dari PPK

b. Pilih Pokja Pelaksanaan Pemilihan

Gambar IV.17 Pilih Pokja Pelaksanaan Pemilihan

c. Konfirmasi Pokja Pemilihan

Gambar IV.18 Konfirmasi Pokja Pemilihan

75
3. Pokja Pemilihan

a. Pilih Paket Permintaan Pemilihan Penugasan Kepala Pengelola PBJ

Gambar IV.19 Pilih Paket Permintaan Pemilihan Penugasan Kepala


Pengelola PBJ

b. Melengkapi Informasi Persiapan Pemilihan (1)

76
Gambar IV.20 Melengkapi Informasi Persiapan Pemilihan (1)

c. Melengkapi Informasi Persiapan Pemilihan (2)

Gambar IV.21 Melengkapi Informasi Persiapan Pemilihan (2)

d. Upload Dokumen Tender

Gambar IV.22 Upload Dokumen Tender

77
f. Penjelasan Tender (Aanwijzing)

Gambar IV.23 Penjelasan Tender (Aanwijzing)

g. Pembukaan Penawaran

Gambar IV.24 Pembukaan Penawaran

78
h. Apendo Menggunakan Token Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE)

Gambar IV.25 Apendo Menggunakan Token SPSE

i. Apendo Informasi Tender

Gambar IV.26 Apendo Informasi Tender

79
j. Apendo Pembukaan Dokumen Penawaran

Gambar IV.27 Apendo Pembukaan Dokumen Penawaran

k. Melihat Penawaran Peserta

Gambar IV.28 Melihat Penawaran Peserta

80
l.Evaluasi Penawaran

Gambar IV.29 Evaluasi Penawaran

a. Evaluasi Administrasi

Gambar IV.30 Evaluasi Administrasi

81
b. Evaluasi Teknis

Gambar IV.31 Evaluasi Teknis

c. Evaluasi Harga

Gambar IV.32 Evaluasi Harga

82
d. Evaluasi Kualifikasi

Gambar IV.34 Evaluasi Kualifikasi

e. Undangan Pembuktian Kualifikasi

Gambar IV.35 Undangan Pembuktian Kualifikasi

83
f. Pembuktian Kualifikasi

Gambar IV.36 Pembuktian Kualifikasi

a. Pengumuman Pemenang

Gambar IV.37 Pembuktian Kualifikasi

84
b. Kirim Pengumuman Pemenang

Gambar IV.38 Kirim Pengumuman Pemenang

Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui E-Procurement yang


berlaku di Politeknik Maritim Negeri Indonesia meliputi kegiatan
perencanaan pengadaan, kegiatan persiapan pengadaan, kegiatan persiapan
pemilihan, kegiatan pelaksanaan pemilihan, kegiatan pelaksanaan kontrak dan
kegiatan serah terima hasil pekerjaan. Pelaksanaan pengadaan barang atau
jasa pemerintah melalui E-Procurement tersebut telah menerapkan suatu
pedoman atau aturan pelaksanaan pengadaan barang atau jasa yang telah
ditetapkan.

5.2.2.2 Pencegahan Fraud dalam Pengadaan Barang dan Jasa di Politeknik


Maritim Negeri Indonesia Melalui E-Procurement
Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah merupakan
rangkaian kegiatan dari proses pengadaan barang atau jasa pemerintah mulai
dari perencanaan kebutuhan hingga diselesaikannya seluruh kegiatan untuk
memperoleh barang atau jasa. Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa ini
merupakan bentuk konkret terhadap pemerintahan pusat maupun daerah di
bawah kontrol Peraturan Pemerintah Pusat dalam hal ini Peraturan Presiden

85
Nomor 16 Tahun 2018. Pengadaan barang atau jasa lingkup kantor
Politeknik Maritim Negeri Indonesia sendiri merupakan salah satu bentuk
proses pelaksanaan untuk pengadaan aset-aset dalam lingkup tersebut.
Dalam pengadaan barang dan jasa baik memiliki risiko
penyimpangan, namun penyimpangan tersebut sering rentan terjadi pada
proses pengadaan yang diadakan secara manual, sedangkan dengan
menggunakan E-Procurement data atau proses pengadaan lebih transparan
dan dapat dilihat masyarakat umum. Untuk itu dalam pencegahan fraud
pengadaan barang dan jasa di lingkungan Politeknik Maritim Negeri
Indonesia maka begitu adanya launching E-Procurement pada tahun 2013,
Politeknik Maritim Negeri Indonesia langsung menerapkannya untuk
keperluan pengadaan barang dan jasa mulai dari tahun 2014 dan mengikuti
perkembangan maupun perubahan pedoman pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Selain itu para pelaku pengadaan di lingkungan Politeknik
Maritim Negeri Indonesia harus melaksanakan proses pengadaan dengan
sebaik-baiknya denagn berpedoman pada filosofoi pengadaan, tunduk pada
etika dan norma pengadaan yang berlaku.
Proses pengadaan barang dan jasa di lingkungan Politeknik Maritim
negeri Indonesia sudah memiliki upaya pencegahan terjadinya penyimpangan
salah satunya adalah sudah sesuai dengan prinsip pengadaan barang dan jasa
pemerintah. Berikut adalah keseusaian prinsip pengadaan barang dan jasa
pemerintah melalui E-Procurement Politeknik Maritim Negeri Indonesia :

86
Penggunaan dana dan daya yang
Efisien secukupnya untuk mencapai
sasaran yang telah ditetapkan

Sesuai dengan kebutuhan yang


Efektif ditetapkan dan bermanfaat

Memberikan informasi yang


Transparan lengkap kepada seluruh peserta
pengadaan barang dan jasa

Terbuka bagi seluruh peserta


Bersaing
yang memenuhi persyaratan

Memberikan perlakuan yang


Adil sama kepada seluruh peserta
pengadaan baarang dan jasa

Mencapai sasaran baik fisik,


Akuntabel keuangan maupun manfaat
output dari pengadaan

Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui E-Procurement yang


berlaku di Politeknik Maritim Negeri Indonesia sudah menerapkan prinsip-
prinsip pengadaan barang dan jasa. Prinsip pengadaan barang dan jasa
merupakan dasar yang menjadi acuan dalam pelaksanaan proses tersebut.

87
Prinsip-prinsip dasar pengadaan barang dan jasa berdasarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah diantaranya adalah efisien, efektif, terbuka,
bersaing, transparan, adil atau tidak diskriminatif, dan akuntabel. Ketujuh
prinsip tersebut diterapkan dengan tujuan mendorong praktik pengadaan
barang dan jasa yang baik dan menekan kebocoran anggaran (clean
governance). Dengan pelaksanaan E-Procurement yang langkah-langkah
nya sudah sesuai dengan pedoman yang berlaku sehingga tidak adanya
tindakan fraud atau penyimpangan baik itu ketika proses perencanaan sampai
ke tahap akhir pengadaan barang atau jasa.
Kemudian selain melalui E-Procurement, Politeknik Maritim Negeri
Indonesia juga mengharuskan pelauku pengadaannya dengan berpedoman
pada etika pengadaan barang atau jasa Pemerintah. Berikut etika pengadaan
barang dan jasa yang berlaku yaitu :
a) Melaksanakan tugas dengan tertib, penuh rasa tanggung jawab,
demi kelancaran, dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan
barang atau jasa.
b) Bekerja secara profesional dengan menjunjung tinggi kejujuran,
kemandirian, dan menjaga informasi yang bersifat rahasia.
c) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak
langsung, yang mengakibatkan persaingan tidak sehat, penurunan
kualitas proses pengadaan, dan hasil pekerjaan.
d) Bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang ditetapkan
sesuai dengan kewenangannya.
e) Mencegah terjadinya pertentangan kepentingan (conflict of
interest) pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak
langsung dalam proses pengadaan.
f) Mencegah terjadinya kebocoran keuangan dan kerugian. Tidak
menyalahgunakan wewenang dan melakukan kegiatan bersama
dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak
lain secara langsung atau tidak langsung.

88
g) Tidak menerima, menawarkan, dan atau berjanji akan memberi
hadiah, imbalan, atau berupa apa saja kepada siapapun yang
diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan pengadaan
barang atau jasa.
Dapat disimpulkan bahwa upaya pencegahan fraud pada pengadaan
barang atau jasa di lingkungan Politeknik Maritim Negeri Indonesia melalui
pelaksanaan E-Procurement serta melaksanakan kegiatan pengadaan dengan
filosofi pengadaan dan penerapan etika pengdaan yang berlaku dan sesuai
dengan Peraturan Presiden No 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan
Barang dan Jasa.

4.2.3.3 Kompetensi Pegawai dalam Mencegah Fraud Pengadaan Barang dan


Jasa di Politeknik Maritim Negeri Indonesia
Berdasarkan data dari hasil wawancara menyatakan bahwa Pejabat
Pengadaan (PP) Politeknik Maritim Negeri Indonesia menjelaskan bahwa
adanya keterkaitan antara kompetensi pegawai, beliau menerangkan bahwa
susunan tim pengadaan berupa KPA, PA, PPK, dan PP mempunyai tugas nya
masing-masing dalam pengadaan barang dan jasa baik itu dengan cara manual
atau secara elektronik. Pejabat Pengadaan (PP) juga mengatakan bahwa dalam
penempatan seorang pegawai ke tim pengadaan juga tidak asal saja, namun
harus memperhatikan beberapa hal seperti background pendidikannya dan
background pengalaman dari tim pengadaan tersebut. Ada beberapa tim
pengadaan yang memang sebelum bekerja di Politeknik Maritim Negeri
Indonesia sudah sempat bekerja di institusi pemerintah lain seperti Politeknik
Pelayaran Banten dan Semarang Growth Center, yang memang dimana
beberapa tim pengadaan tersebut sudah pernah menangani pengadaan barang
dan jasa di institusi lain dan bekerja di unit keuangan. Background pendidikan
dan pengalaman bekerja. Selain itu dibuktikan juga dengan latar belakang
pengalaman kerja yang dimiliki oleh Direktur Politeknik Maritim selaku
Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pengguna Anggaran (PA) yang
sebelumnya sudah pernah menjabat sebagai Wakil Direktur Bidang II yaitu

89
bidang umum dan keuangan mulai dari awal tahun Politeknik Indonesia
berdiri yaitu tahun 2012 sampai sekarang menjabat menjadi Direktur.
Kompetensi atau keahlian dalam pengadaan barang dan jasa yang
dimiliki oleh tim pengadaan juga diperoleh dari pelatihan pengadaan barang
dan jasa tingkat dasar atau mengikuti program pelatihan atau bimtek dan
ujian sertifikasi pengadaan barang dan jasa pemerintah yang sudah dilakukan
baik itu dari pihak Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Pembuat
komitmen (PPK) maupun Pejabat Pengadaan (PP) ataupun pihak Pokja
Pemilihan. Adadanya pelatihan tersebut tim pengadaan yang bersangkutan
dapat memiliki keahlian yang sepadan dengan kompetensi yang dibutuhkan
dalam mengelola dengan baik barang dna jasa yang pembiayaan nya
bersumber dari APBN atau APBD untuk pemanfaatan sarana pendukung kerja.
Seperti yang dikatakan oleh R. Fendy Dharma Saputra selaku Direktur
Pengambangan Strategi dan Kebijakan Pengadaan Khusus serta Direktur
Sertifikasi Profesi bahwa :
“Seorang pengelola pengadaan barang atau jasa baru dapat disebut
kompeten jika melakukan kegiatan sesuai dengan standar-standar
yang telah ditetapkan”

Kemudian dilanjutkan pernyataan dari Kepala Balai Diklat


Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Wilayah V,
Yogyakarta, Herman Suroyo, di depan peserta Pelatihan Pengadaan Barang
dan Jasa Pemerintah, yang berkata bahwa :
“Semua sumber daya manusia yang mengikuti proses Pengadaan
Barang dan Jasa (PBJ) harus memiliki kompetensi dan bersertifikasi.
Dengan demikian, baik Kelompok Kerja (Pokja), Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) maupun Satuan Kerja (Satker), harus memiliki
sertifikasi PBJ Nasional. Artinya harus betul-betul kompeten,
menguasai proses perencanaannya, pelaksanannya, sampai evaluasi,
dan bisa mengatasi dampak-dampak yang terjadi”

Dan pernyataan dari Bapak Ainun Na’im selaku Sekretaris Jenderal


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa sebagai berikut :
“Khususnya bagi pengadaan barang dan jasa, yang mutlak harus
dimiliki yaitu nilai kompetensi integritas. Aspek moralitas juga
harus kita bangun dan kembangkan, kita harus saling mengingatkan

90
satu sama lainnya, Dana ini perlu dikelola dengan baik untuk
mendukung layanan pendidikan yang berkualitas. Untuk
mendapatkan hasil yang baik, tentu kita harus memiliki sistem yang
baik dan orang-orang yang mampu mengelola pengadaan barang
dan jasa secara baik pula”

Dari pernyataan Kepala Balai Diklat Kementerian Pekerjaan Umum


dan Perumahan Rakyat (PUPR) Wilayah V dan Sekretaris Jenderal
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dapat disimpulkan juga
bahwasanya sumber daya yang kompeten dan profesional dan sudah
bersertifikasi dibutuhkan dalam pengelolaan bidang pengadaan barang dan
jasa agar terwujud sistem yang baik, tepat sasaran dalam mengelola dan
memanfaatkan dana serta pelaksanaan dan evaluasinya bisa mengatasi
dampak dampak yang terjadi dalam artian agar terhindar dari tindakan
menyimpang seperti korupsi, kolusi dan nepotisme.

4.2.3.4 Peran E-Procurement dan Kompetensi Pegawai dalam Upaya


Pencegahan Fraud di Lingkungan Politeknik Maritim Negeri Indonesia

Pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah merupakan kegiatan


penting demi melaksanakan pembangunan dan untuk menjalankan roda
pemerintahan yang efektif. Kegiatan pengadaan barang seperti ini sangat
sensitif, mengingat hal ini berhubungan langsung dengan penggunaan
keuangan negara baik keuangan daerah maupun keuangan pusat. Banyak
pejabat pelaksana pengadaan barang atau jasa merasa ragu bimbang dan
takut bila kebijakan yang dilaksanakan untuk mengeksekusi pengadaan
barang atau jasa melanggar hukum yang berlaku. Agar pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa tersebut tidak melanggar hukum maka pemerintah
mengeluarkan peraturan-peraturan khusus yang bisa disajikan pedoman
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa.
Pengaturan kegiatan pengadaan barang dan jasa oleh pemerintah
harus memperhatikan asas manfaat sebesar besarnya dari uang yang
dikeluarkan atau memiliki value of money yang tinggi sehingga bisa

91
memberikan barang atau jasa yang baik dipandang dari segi waktu, biaya,
kualitas, jumlah dan lain sebagainya. Dengan prinsip seperti ini, diharapkan
pemerintah bisa mendapatkan barang atau jasa dengan kualitas terbaik, harga
termurah, pengadaan paling cepat, keberadaan barang paling mudah
dijangkau dan berasal dari penyedia barang dan jasa yang bonafit dan lain
sebagainya.
Berikut adalah hasil wawancara dengan Pejabat Pengadaan Politeknik
Maritim Negeri Indonesia :
“Kalau untuk hal pencegahan fraud ya sudah nyata kalau E-
Procurement ini menjadi jawabannya, transparan data bisa dilihat
khalayak umum mbak, sekarang contohnya seperti salah satu tender
misal pengadaan perawatan gedung bertingkat Polimarin, di kolom
‘Penawaran Peserta’ disitu kan tertulis jelas siapa saja yang memiliki
kualifikasi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan di Polimarin,
kelihatan itu siapa yang tidak kirim harga penawaran, siapa yang tidak
kirimdokumen kualifikasi, siapa yang tidak kirimadministrasi dan
teknis, harga dan surat penawaran. Karena peemnang kontrak sudah
pasti yang mengirimkan dokumen kualifikasi lengkap dengan harga,
administrasi dan teknis serta yang lain-lain. Jadi seumpama ada tender
ulang dikarenakan memang tidak ada pemenang dalam kontrak ya
pasti karena peserta penawaran tidak lengkap dokumen
persyaratannya, jadi ketika tender ulang karena alasan itu ya bukan
salah kami dari pihak non penyedia, tapi dari penyedia nya sendiri lah
yang tidak niat. Jadi gak ada yang namanya berusaha untuk KKN atau
dalam arti kami sebagai pihak non penyedia berusaha memenangkan
peserta penawaran tertentu”

92
Gambar IV.39 Bukti penawaran Peserta

Berdasarkan dari hasil wawancara diatas menjelaskan bahwa jelas


bahwa E-Procurement menjadi salah satu tonggak pencegahan
penyimpangan dalam pengelolaan barang dan jasa, salah satu bukti bahwa
adil nya proses pemilihan pemenang adalah dapat dilihat dari riwayat
penawaran peserta atau penyedia. Dimana dalam menu tersebut kita dapat
melihat penyedia mana yang tidak berniat untuk mengikuti tender ataupun
penyedia yang tidak memenuhi kualifikasi karena beberapa persyaratan yang
harus nya diajukan namun tidak di submit.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan Wakil Direktur II Bidang
Umum dan Keuangan, beliau menyatakan bahwa pelaksanaan pengadaan
barang dan jasa melalui E-Procurement serta diikuti dengan sumber daya
yang memiliki keahlian pengadaan memiliki peran untuk mencegah
terjadinya fraud atau penyimpangan. E-Procurement yang memiliki manfaat :
1) Mengurangi kontak fisik yang dapat menimbulkan risiko KKN baik antar
Penyedia, maupun antara Penyedia dengan PPK atau Pokja, 2) Membuat

93
proses interaksi antara pengguna dan penyedia jasa, serta masyarakat
menjadi lebih mudah dan cepat, 3) Menghemat biaya operasional pengadaan
baik dari sisi panitia maupun penyedia, 4) Meningkatkan kontrol terhadap
berbagai penyimpangan, menjadi solusi upaya mencegah terjadi nya KKN.
Sedangkan kompetensi pegawai atau sumber daya manusia yang kompeten
dan profesional atau sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam
Peraturan Presiden Nomor 16 tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah juga mendukung lancarnya kegiatan pengadaan
barang atau jasa. Sebagai sumber daya manusia pengadaanbarang dan jasa
yang kompeten, di Politeknik Maritim Negeri Indonesia sendiri dapat
dibuktikan melalui latar belakang pendidikan, pengalaamn bekerja atau
pelatiha, seperti data pada dibawah ini :
Data Kepegawaian Politeknik Maritim Indonesia
Jabatan Pendidikan Pangkat /
Nama NIP
PBJ Terakhir Golongan

Kuasa Pembina
S2 (Teknik
Ir. Akhmad Nuriyanis, MT 196207171993031001 Pengguna TK 1 /
Sipil)
Anggaran IVB

Pejabat S2 Penata
Gunawan Budi S, S.Kom., M.Kom. 198008302015041001 Pembuat (Magister Muda TK
Komitmen Komputer) 1 / IIIB

Perencana
Penata /
Muhamad Adib Hasan,S.Si 198606162009121009 Pengadaa S1 Sains
III C
n

Pejabat Penata
S2 Teknik
Wahyu Ari Putranto, M.T. 198212192018031001 Pengadaa Muda/
Mesin
n IIIB

Tabel IV.2
Sumber : data internal Politeknik Maritim Negeri Indonesia

94
Data kepegawaian Politeknik Maritim Negeri Indonesia diatas
menjelaskan bahwa syarat sumber daya manusia yang ditempatkan untuk
mengelola pengadaan barang dan jasa pada institusi tersebut berasal dari
Aparatur Sipil Negara (ASN) dan lebih tepatnya adalah Pegawai Negeri Sipil
(PNS), sudah melaksanakan Bimbingan Teknis Sertifikasi Ahli Pengadaan
Barang atau Jasa Pemerintah yang diselenggarakan oleh BP-Unit Layanan
Pengadaan Universitas Diponegoro serta memiliki Sertifikat Tingkat Dasar
(Basic Level Certificate) Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah
(Goverment Procurement) yang dikeluarkan oleh Pusat Pengembangan
Sumber Daya Manusia (PPSDM).
Berdasarkan dari data tersebut menunjukkan bahwa adanya kontribusi
atau peran dari E-Procurement dan kompetensi pegawai dalam upaya
pencegahan fraud pada pengadaan barang atau jasa di Politeknik Maritim
Indonesia. Pelaksanaan E-Procurement dan penerapan kompetensi pegawai
berupa sumber daya manusia nya yang sudah sesuai dengan Peraturan
Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pedoman Pengadaan Barang atau
Jasa Pemerintah sebagai landasan hukumnya ini menjadi poin penting dalam
keberhasilan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan aturan, dengan
kesesuaian aturan itulah dapat mewujudkan pelaksaaan pengadaan barang
atau jasa yang baik.

95
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab sebelumnya, maka dalam penulisan skripsi ini dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pedoman pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui penyedia
meliputi kegiatan persiapan pengadaan barang atau jasa melalui
penyedia, persiapan pemilihan penyedia, pelaksanaan pemilihan
penyedia, pelaksanaan kontrak dan serah terima hasil pekerjaan.
Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa melalui E-Procurement yang
berlaku di Politeknik Maritim Negeri Indonesia meliputi kegiatan
perencanaan pengadaan, kegiatan persiapan pengadaan, kegiatan
persiapan pemilihan, kegiatan pelaksanaan pemilihan, kegiatan
pelaksanaan kontrak dan kegiatan serah terima hasil pekerjaan.
Pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah melalui E-
Procurement tersebut telah menerapkan suatu pedoman atau aturan
pelaksanaan pengadaan barang atau jasa yang telah ditetapkan.
2. Mengikuti aturan yang sesuai dengan pedoman pengadaan barang
dan jasa yang tertera pada Peraturan Presiden No. 16 tahun 2018
tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. Melalui E-
Procurement, proses pengadaan barang dan jasa dapat berjalan secara
efisien, efektif bersaing, adil, akuntabel serta yang paling penting juga
adalah transparansi proses pengadaan sampai pada saat pemilihan
pemenang. Pencegahan fraud pada pengadaan barang dan jasa di
lingkungan Politeknik Maritim Negeri Indonesia dengan cara
menerapkan E-Procurement dan pengaplikasian etika pengadaan
barang dan jasa sehingga pengadaan berjalan dengan baik dan
semestinya seperti koridor yang sudah ditetapkan.

96
3. Kompetensi pegawai mempunyai peran dalam upaya pencegahan
penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa di Politeknik
Maritim Negeri Indonesia. Pegawai yang memiliki integritas,
keahlian serta susunan sumber daya manusianya yang sesuai
dengan Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang
pedoman Pengadaan Barang dan Jasa menjadi salah satu upaya
dalam mencegah fraud.
4. E-Procurement dan kompetensi pegawai memiliki keterkaitan
dengan pencegahan fraud pada pengadaan barang dan jasa di
Politeknik Maritim Negeri Indonesia karena pelaksaan dan sumber
daya manusia pengadan barang dan jasanya diatur dan sesuai
dengan landasan hukum yang berlaku.

5.2 Keterbatasan
Penelitian ini hanya dilakukan di lingkungan Politeknik Maritim
Negeri Indonesia sehingga hasil penelitian hanya mencerminkan kondisi
dilingkup Politeknik Maritim Negeri Indonesia. Hasil dalam penelitian ini
tidak dapat digeneralisir untuk institusi pendidikan atau kantor lainnya di
Indonesia karena situasi, hambatan, dan tantangan yang dihadapi berbeda-
beda. Hasil dan kesimpulan yang berbeda mungkin terjadi apabila penelitian
dilakukan pada institusi pendidikan lainnya.

5.3 Saran
Berdasarkan simpulan penelitian di atas, maka saran yang dapat peneliti
rekomendasikan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Saran kepada pelaku pengadaan internal yang ada di institusi terkait
untuk memaksimalkan dan terus memperbaiki pelaksanaan
pengadaan barang atau jasa melalui E-Procurement, kualitas output
yang dihasilkan tergantung kepada lancar dan tidaknya tahapan yang
dilaksanakan. Sehingga wujud dari pengadaan tersebut dapat lebih
bernilai dan ikut berperan dalam menunjang pekerjaan.

97
2. Upaya pencegahan fraud terhadap pengadaan barang atau jasa dapat
dilakukan dengan mengadakan sosialisasi penerapan pedoman
pengadaan barang atau jasa Pemerintah melalui elektronik yang
berlaku kepada semua bidang, bukan hanya pada pelaku pengadaan
internal saja namun juga seluruh lingkup pegawai yang ada karena
meskipun bukan sebagai pelaku pengadaan yang ditunjuk, namun
unit atau bidang lain juga ikut berkontribusi agar kebutuhan atas
penunjang pekerjaan bidang lain terwujudkan melalui pengadaan
barang atau jasa salah satu nya. Segala filosofi, norma serta etika
dalam Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 harus dapat
melandasi dan diterapkan dalam proses pengadaan.
3. Bagi institusi terkait hendaknya menempatkan pegawai yang
berstatus Tenaga Kependidikan (Tendik) sebagai unsur utama dalam
sumber daya manusia pada pengadaan barang dan jasa. Karena
dapat lebih fokus dalam bidang tersebut bila dibandingkan jika
keseluruhan sumber daya manusia nya berasal dari Tenaga Pendidik
saja. Selain dapat menghindari dari adanya kemungkinan beban
kerja bagi Tenaga Pendidik yang berat sehingga muncul hasrat ingin
bertindak curang, tetapi juga akan memudahkan dalam proses
pelaksanaan pengadaannya.
4. Antara pelaksanaan E-Procurement dengan penyediaan SDM terkait
kompetensi pada pegawai yang sudah diselaraskan untuk terus
ditingkatkan. Karena keahlian pegawai menjadi salah satu pokok
yang penting dalam pelaksanaan pengadaan, pengetahuan yang
cukup tentang bagaimana proses pelaksanaan pengadaan barang atau
jasa secara elektronik menjadi tonggak dan salah satu upaya
pencegahan penyimpangan (fraud).

98
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, Sutedi. 2012. Good Corporate Governance. Bandung : Sinar Grafika

Anugerah, Rita. 2014. Peranan Good Corporate Governance Dalam Pencegahan


Fraud . Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 101 - 113Issn
2337-4314.

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2019. “Cegah KKN, Pelaku Proses
PBJ Harus Kompeten Dan Bersertifikasi Nasional”,
https://bpsdm.pu.go.id/bacaber
ita-cegah-kkn-pelaku-proses-pbj-harus-kompeten-dan-bersertifikasi-
nasional, diakses pada tanggal 03 November 2021 pukul 10:10.

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar Edisi Ketiga.
Jakarta : Penerbit Erlangga.

Chamberlin & Moon. 2005. Model-Eliciting Activities as a Tool to Develop and


Identify Creatively Gifted Mathematicians. Vol. XVII, No. 1, Fall 2005, pp.
37–47. United States : University of Wyoming.

Christian, Richard. 2016. Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance dalam


Pelayanan Publik pada Dinas Tenaga Kerja Kota Samarinda. E-journal
Ilmu Administrasi Negara, 4(2): 2781-2794.

Croom, S.R., Brandon-Jones, A. 2007. “Impact of E-procurement: experiences


from implementation in the UK public sector”. https://researchportal.bath.a
c.uk/en/publications/impact-of-e-procurement-experiences-from-implemen
tation-in-the-uk, diakses pada tanggal 26 September 2021 pada pukul 07:22.

Dessler, Gary. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 1. Edisi 13. Ahli
bahasa : Eli Tanya. Jakarta: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Davis, J.H., F.D Scoorman dan L. Donalson. 1997. Toward a Stewarship Theory
Of Management. Academy of Management Review. 22 (1): 22-47.

Giri Sucahyo, Yudho Giri dkk. 2009. “Inovasi Layanan Publik melalui E-
Procurement”, diambil dari Makalah Pembekalan Layanan Pengadaan
Barang Secara Elektronik. Bappenas. Jakarta: LKPP.

Handoko, T. Hani. 2006. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.


Yogyakarta: BPFE.

99
Isdiantika. 2013. “Pengaruh E-procurement dan Pengendalian
Internal terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan Barang dan
Jasa”. https://jurnal.umpp.ac.id/index.php/neraca/article/download/485/340,
diakses pada 16 November 2021 pukul 13:25.

Johnstone, Karla M., Gramling, Audrey A., & Larry E. 2014. Auditing A Risk-
Based Approach To Conductiong A Quality Audit. 34-35. USA : South-
Western Cengage Learning.

Karyono. 2013. Forensic Fraud. Yogyakarta: CV. Andi.

Komisi Pemberantasan Korupsi. 2021. “Sistem Layanan Pengadaan Secara


Elektronik (LPSE)” http://www.kpk.go.id/id/pengadaan/e-Procurement-
lpse, diakses pada tanggal 28 September 2021 pukul 06:21.

Komisi Pemberantasan Korupsi. “Tindak Pidana Korupsi Berdasarkan Jenis


Perkara Tahun 2017 - 2021”,https://www.kpk.go.id/id/statistika/penindak
an/tpk-berdasarkan-jenis-perkara, diakses pada tanggal 27 September
2021 pukul 05:36.

Krisnhoe Sukma Danuta. 2017. “Crowe’s Fraud Pentagon Theory Dalam


Pencegahan Fraud Pada Proses Pengadaan Melalui E-Procurement”.
http://jurnal.ugj.ac.id/index.php/jka/article/view/826/558, diakses pada
tanggal 27 September 2021 pukul 06:01.

Lea Rahman Lezimat. 2018. “Analisis Penerapan E-Procurement Sistem


Pengendalian Internal Pemerintah Dan Kompetensi Sumberdaya Manusia
Terhadap Pencegahan Fraud Pengadaan Barang dan Jasa (Survey Pada
Pemerintah Daerah di Wilayah Bandung Raya”. http://repository.unpas.ac
.id/41188/, diakses pada tanggal 28 September 2021 pukul 07:06

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 2018. “Peraturan


Presiden No 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang atau Jasa
Pemerintah”, https://jdih.lkpp.go.id/regulation/peraturan-presiden/peratur
an-presiden-nomor-16-tahun-2018, diakses pada tanggal 28 September
2021 pukul 07:57.

Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah. 2018. “Manfaatkan


Inpassing untuk Jabatan fungsional PPBJ yang Profesional”, http://www.lk
pp.go.id/v3/#/read/4879, diakses pada tanggal 03 November 2021 pukul
09:45.

Marbun, Rocky. 2010. Tanya Jawab Seputar Tata Cara Pengadaan


Barang atau Jasa Pemerintah. Jakarta : Visimedia.

100
Mardiasmo. 2004. Akuntansi Sektor Publik, Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit
Andi.

Moeheriono. 2014. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Cetakan kedua.


Jakarta : PT Grafindo Persada.

Moleong, Lexy. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya

Ni kadek Dwi Ariatini, Gede Adi Yuniarta, Pupu Sukma Kurniawan. 2017.
“Analisis Kompetensi Sumber Daya Manusia Sistem Pengendalian Internal
Pemerintah Proactive Fraud Audit dan Whistleblowing System Terhadap
Pencegahan Fraud Pada Pengelola Dana Bos Se-Kabupaten Klungkung”.
https://onesearch.id/Record/IOS1143.article13291?widget=1&repository_i
d=1149, diakses pada tanggal 27 September 2021 pukul 07:09.

Nosihana, Ariefia dan Rizal Yaya, 2016. “Internet Financial Reporting dan
Faktor-faktor yang Mempengaruhinya pada Pemerintah Kota dan Kabupa
Ten di Indonesia”. http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789
/13031/2016%20-%20Nosihana%20dan%20Yaya%20-%20JDAB%20-%2
0Internet%20Financial%20Reporting.pdf?sequence=1, diakses pada tangal
23 September 2021 pada pukul 07:34.

Palan, R. . 2007. Competency Management: Teknis Mengimplementasikan


Manajemen SDM Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Daya Saing
Organisasi. Jakarta : PPM.

Raharjo, Eko. 2007. “Teori Agensi dan Teori Stewardship dalam Perspektif Akunt
ansi. Fokus Ekonomi. 2 (1): 37-46”. https://ejournal.stiepena.ac.id/index.ph
p/fe/article/view/22/22, diakses pada tanggal 27 September 2021 pukul
07:02.

Robbins,P.Stephen. 2001. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi, Aplikasi,


edisi Kedelapan versi Bahasa Indonesia, Jilid 1&2. Jakarta : PT
Prenhallindo.

Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan. 2021. “Pengertian E-Procurement


serta tujuan dan fungsinya”, https://setjen.kemenkeu.go.id/in/post/profil-e-
Procurement diakses tanggal 27 September 2021 pada pukul 06:21.

Shofif Sobaruddin Akbar et al. 2021. Buku Pedoman Penulisan Proposal Dan
Skripsi Tahun 2021.

Siahaya, Willem. 2012. Manajemen Pengadaan Procurement Management.


Bandung: Alfabeta.

101
Siahaya Willem. 2014. Procurement Management. Bogor : In Media.

Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, Teori, Dimensi


Pengukuran dan Implementasi dalam Organisasi. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar.

Susy Hambani et al.. 2021. “Analisis Faktor Yang Beranalisis Terhadap


Pencegahan Fraud Dalam Proses Pengadaan Barang dan Jasa (Persepsi
Pegawai Dinas Pemerintah Kota Bogor. https://ojs.unida.ac.id/JAKDARt
icle/view/3569?articlesBySameAuthorPage=2, diakses pada tanggal 27
September 2021 pukul 06:01.

Sutedi, Adrian. 2012. Aspek Hukum Pengadaan Barang dan Jasa dan Berbagai
Permasalahannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sutrisno, Edi. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana.

TM Tuanakotta. 2013. Mendeteksi manipulasi laporan keuangan. Jakarta :


Salemba Empat

Wibawa, Dwi Ari. 2014. “Apakah E-Procurement Di Kementerian Keuangan


Menjadikan Pengadaan Barang Dan Jasa Lebih Transparan ?”. https://bp
pk.kemenkeu.go.id/content/berita/pusdiklat-anggaran-dan-perbendaharaan
-apakah-eprocurement-di-kementerian-keuangan-menjadikanpengadaan- ba
rang-dan-jasa-lebih-transparan--2019-11-05-98249de8/, diakses pada
tanggal 12 September 2021 pukul 06:07.

Zoelisty, Capridiea dan Adityawarman. 2014. “Amanah Sebagai Konsep


Pengendalian Internal Pada Pelaporan Keuangan Masjid (Studi Kasus
pada Masjid di Lingkungan Universitas Diponegoro)”. https://www.neli
ti.com/publications/244594/amanah-sebagai-konsep-pengendalian-intern
al-pada-pelaporan-keuangan-masjid-studi, diakses pada tanggal 2
Oktober 2021 pada pukul 07:32.

102
LAMPIRAN

103
Lampiran 1. Jadwal Penelitian

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan Bulan (Tahun 2021)


September Oktober November Desember
1 Tahap persiapan penelitian
a. Pengajuan judul
b. Pengajuan proposal
penelitian
2 Tahap pelaksanaan
a. Pengumpulan data
b. Analisis data
3 Tahap penyusunan laporan

104
Lampiran 2. SK Pengangkatan Dosen Pembimbing Skripsi

105
Lampiran 3. Surat izin Penelitian

106
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

107
Lampiran 5. Transkrip wawancara

Tanggal : 22 Oktober - 28 Oktober 2021

Waktu : 12.00 - 16.00 WIB

Tempat : Politeknik Maritim Negeri Indonesia

Informan : 1. Kuasa Pengguna Anggaran

2. Perencana pengadaan barang dan jasa

3. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)

4. Pejabat Pengadaan (PP)

Pertanyaan Informan Respon

Sejak kapan Politeknik Maritim Pejabat Polimarin mulai menerapkan E-


Negeri Indonesia menerapkan E- Pembuat Procurement pada tahun 2014
Procurement ? Komitmen
(PPK)

Bagaimana proses penerapan E- Pejabat Seperti proses pengadaan pada


Procurement di Polimarin ? Pengadaan umumnya ya, metoda pelaksanaannya
(PP) menggunakan e-Tendering, e-Bidding,
e-Catalogue dan e-Purchasing,
intinya sesuai dengan pedoman yang
berlaku pada proses pengadaan barang
dan jasa pemerintah di Peraturan
Presiden Nomor 12 tahun 2021.

Seperti apa risiko-risiko fraud pada Pejabat Ya kalau untuk risiko penyimpangan
pengadaan barang dan jasa di Pengadaan sendiri bisanya kita bandingkan
(PP) , dengan sewaktu masih konvensional

108
Polimarin ? KPA dengan saat menggunakan media
(Kuasa elektronik ya. Tapi kalau untuk
Pengguna Polimarin sendiri kemungkinan
Anggaran) adanya penyimpangan itu tidak. Kalau
konvensional kan bisa saja tidak
terjadinya transparasi data, tapi kalau
pakai e-Procurement kan semua atau
segala jenis pengadaan paket atau
lelang dan lain sebagainya transparan.
Masyarakat umum juga bisa lihat
Polimarin sedang ada kontrak atau
pengadaan apa sedang ada lelang apa
di website LSPE

Apakah terdapat pedoman khusus Pejabat Polimarin dalam pelaksanaan


yang digunakan dalam pelaksanaan Pengadaan pengadaan barang dan jasa sesuai
pengadaan barang dan jasa di (PP) dengan Peraturan Presiden Nomor 16
lingkungan Polimarin ? Tahun 2018 tentang Pedoman
Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah, baru-baru ini peraturan
tersebut diperbarui atau diamandemen,
jadi yang berlaku sekarang ini adalah
Peraturan Presiden Nomor 12 tahun
2021 tentang Pedoman Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah.

Apakah pelaksanaan E-Procurement Perencana Tentu saja sesuai, seperti yang sudah
mulai dari perencanaan sampai Pengadaan saya sebutkan tadi bahwa Polimarin
kepada pengadaan barang dan jasa menggunakan Peraturan Presiden
peemrintahan di Polimarin sesuai Nomor 16 Tahun 2018 tentang
dengan pedoman pelaksanaan Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa
Pemerintah, baru-baru ini peraturan

109
pengadaan barang dan jasa ? tersebut diperbarui atau diamandemen,
jadi yang berlaku sekarang ini adalah
Peraturan Presiden Nomor 12 tahun
2021 tentang Pedoman Pengadaan
Barang dan Jasa Pemerintah sebagai
pedoman nya

Menurut Bapak, seberapa penting Pejabat Sangat penting, karena sebagian besar
proses pengadaan barang atau jasa Pengadaan APBD adalah berupa pengadaan
secara elektronik dilakukan ? (PP) barang dan jasa nah secara elektronik
itu kan penting terkait efektivitasnya
itu di situ. Jadi mempermudah, efektif
karena sudah tidak manual lagi. Semua
memakai sistem dimanapun bisa
bekerja selama terkoneksi dengan
jaringan internet. Seperti yang kita
sering dengar ya banyak kemudahan
dan transparansi pengadaan barang
dan jasa dan keuntungannya.

Bagaimana upaya pelaku pengadaan Pejabat Kalo ditanya apa saja yang dilakukan
barang atau jasa di Polimarin agar Pengadaan untuk mencegah adanya
terhindar dari penyimpangan ? (PP) penyimpangan, seperti pernyataan
saya sebelumnya tentang pentingnya
pelaksaan pengadaan barang dan jasa
melalui E-Procurement itu tadi, berarti
ya upayanya menerapkan E-
Procurement, kemudian memahami
dengan benar bagaimana etika dalam
pengadaan. Etika pengadaan barang

110
dan jasa seperti melaksanakan tugas
dengan tertib dan penuh tanggung
jawab, tidak saling mempengaruhi
sehingga terjadinya persaingan yang
tidak sehat ya mbak, mencegah adanya
kerugian, mengerti dengan betul
wewenang kita ini sebagai pelaku
pengadaan apa sih ya tidka boleh
menyalahgunakan tujuan untuk
kepentingan pribadi, tidak adanya
unsur KKN, kemudian kami ini
sebgaai pelaku pengadaan harus bisa
menjamin secara administratif,
teknikal dan dari segi finansial dapat
dipertanggungjawabkan dalam hal
biaya dan kualitas

Apakah sistem e-procurement dapat Pejabat Semua orang bisa. Itu secara umum,
diakses secara bebas oleh Pengadaan tidak ada ketentuan khusus. Pokoknya
masyarakat secara umum? (PP) masyarakat umum bisa semua
Bagaimana ketentuannya? mengakses. Kecuali kalau misalnya
kita ingin ikut tender di dalamnya
harus mendaftar dahulu di LPSE nya

Menurut Bapak apakah ada PPK Kalau pengadaan barang dan jasa
keterkaitan antara pengadaan barang dengan kompetensi pegawai tentunya
dan dan jasa dengan kompetensi berkaitan, karena apa ? tim pengadaan
pegawai ? baik itu KPA, PA, PPK, PP itu pasti
punya tugas nya masing-masing dalam
pengadaan barang dan jasa, karena ada

111
pedoman yang harus kita anut jadi tim
pengadaan juga harus paham
bagaimana alur pengadaan, aplikasi
apakah yang digunakan, bagaimana
harusnya proses pengadaan berjalan
dengan lancar.

Kompetensi kan kemampuan atau


keahlian ya, kita tidak bisa asal
menempatkan seorang pegawai ke tim
Pengadaan, penempatan menjadi tim
pengadaan itu bisa karena background
pendidikannya, pengalaman kerja
sebelumnya apakah pernah menangani
pengadaan.

Apakah tim pengadaan barang dan PPK Latar belakang menurut saya sudah
jasa sudah sesuai dengan latar sesuai, ada yang lulusan Sarjana
pendidikannya ? Ekonomi, namun yang perlu digaris
bawahi juga adalah yang terpenting
tentang pengalamannya, karena tim

pengadaan rata-rata sudah pernah


telibat dalam proyek pengadaan, sudah
mengerti instrumen pengadaan itu
seperti apa.

Menurut bapak jika kompetensi Perencana Yang pasti harus sesuai ya background
pegawai itu ada hubungannya Pengadaan pendidikan atau pengalaman
dengan pencegahan fraud dalam bekerjanya, jadi dia sudah tahu alur
pengadaan barang dan jasa, lalu dan sudah mengerti apa saja yang
harus pegawai yang seperti apakah perlu dihindari atau seperti apakah
agar menguatkan bahwa kompetensi kategori menyimpang dalam

112
ini dapat berperan dalam upaya pengadaan itu.
pencegahan penyimpangan ?
Pemenuhan SDM yang berkualitas dan
berintegritas serta profesional dalam
bidangnya juga akan berpengaruh
untuk kemajuan dan pengembangan
pengadaan yang efektif, efisien dan
transparansi. Karena tim pengadaan
juga punya acuan penyelesaian tugas
atau katakanlah ya target lah ya.

Menurut bapak dan ibu apakah PPK Menurut saya jelas ada korelasi nya
penerapan E-Procurement dan antara E-Procurement dan kompetensi
kompetensi pegawai memiliki pegawai memiliki keterkaitan dengan
keterkaitan dengan pencegahan pada pencegahan pada proses pengadaan
proses pengadaan barang dan jasa di barang dan jasa di Polimarin. Kalau
Polimarin ? kita katakanlah tim Pengadaan sendiri
tidak tahu bagaimana proses
pengadaan barang dan jasa yang baik
dan benar mulai dari perenacnaan
kemudian tender nya lalu pemilihan
pemenang tender ataupun pelaksanaan
pengadaan non tender ya tentu tidak
akan berjalan dengan lancar
pengadaan tersebut. Karena kita
berurusan dengan uang negara atau
APBN yang harus dikelola dan
dimanfaatkan dengan baik sehingga
output daripada pengadaan juga akan
baik.

Jadi E-Procurement dan kompetensi

113
pegawai akhirnya memiliki korelasi
dan pengaruh agar tidak terjadinya
penyimpangan dalam pengadaan
barang dan jasa pemerintah. E-
Procurement bertujuan agar proses
pengadaan efektif, efisien, transparan
dan akuntabel. Nah sedangkan
kompetensi pegawai mendukung
secara aktif dalam hal kepatuhan,
keahlian dalam memanage pekerjaan
atau jalannya pengadaan.

Jadi kedua nya bersinergi dalam upaya


pencegahan penyimpangan pada
proses pengadaan barang dan jasa.

Menurut Bapak apakah benar E- Kalau untuk hal pencegahan fraud ya


Procurement ini menjadi salah satu sudah nyata kalau E-Procurement ini
toonggak penecgahan fraud dalam menjadi jawabannya, transparan data
pengadaan barang dan jasa ? Seperti bisa dilihat khalayak umum mbak,
apa contoh konkrit nya ? sekarang contohnya seperti salah satu
tender misal pengadaan perawatan
gedung bertingkat Polimarin, di kolom
‘Penawaran Peserta’ disitu kan tertulis
jelas siapa saja yang memiliki
kualifikasi sesuai dengan kebutuhan
yang diperlukan di Polimarin,
kelihatan itu siapa yang tidak kirim
harga penawaran, siapa yang tidak
kirimdokumen kualifikasi, siapa yang
tidak kirimadministrasi dan teknis,
harga dan surat penawaran. Karena

114
peemnang kontrak sudah pasti yang
mengirimkan dokumen kualifikasi
lengkap dengan harga, administrasi
dan teknis serta yang lain-lain. Jadi
seumpama ada tender ulang
dikarenakan memang tidak ada
pemenang dalam kontrak ya pasti
karena peserta penawaran tidak
lengkap dokumen persyaratannya, jadi
ketika tender ulang karena alasan itu
ya bukan salah kami dari pihak non
penyedia, tapi dari penyedia nya
sendiri lah yang tidak niat. Jadi gak
ada yang namanya berusaha untuk
KKN atau dalam arti kami sebagai
pihak non penyedia berusaha
memenangkan peserta penawaran
tertentu

115
Lampiran 6. SK Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen I

116
117
Lampiran 7. SK Pengangkatan Pejabat Pembuat Komitmen II

118
119
Lampiran 8. SK Pengangkatan Kelompok Kerja

120
121
122
Lampiran 9. Sertifikat BimTek Pengadaan Barang atau Jasa Pemerintah

123
Lampiran 10. Sertifikat Ahli Pengadaan Nasional

124
Lampiran 11. Sertifikat Tingkat Dasar Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah

125
Lampiran 12. Dokumentasi Wawancara

126
127
128

Anda mungkin juga menyukai