Anda di halaman 1dari 11

Design and Manufacture of Mini Boilers for Citronella Oil

Distillation Process
Yefriadi1, Nadia Alfitri2, Nofriyandi, Ismail
1
Informatics Department, [Universitas]

*Corresponden Email

Abstract. Distillation is one of the ways to take up oil that contained in the leaves, the example is
lemongrass leaf, lemongrass leaf has the high oil content with geraniol that reaches of 85%. Lemongrass
oil is one of the most prospective essential oils among the 12 essential oils exported by Indonesia. The
demand for citronella oil is quite high and even tends to increase, but the price is stable. The growth of
citronella oil exports is quite high, ranging from 9-10%.
The purpose of this research was to design, build and test a mini boiler. The boiler specification made is a
vertical fire tube boiler with a capacity of 150 kg / hour to produce saturated steam at a temperature of
100 0C - 150 0C to be used in the heating process of the steam system for the distillation of citronella oil.
This design is also adapted to the selection and use of fuel according to the region research and easy to get
namely coconut shell

Introduction

Distilasi

Distilasi adalah proses pemisahan komponen dari cairan atau padatan, dari dua macam campuran
atau lebih, berdasarkan perbedaan titik uapnya. Guenther (1990) menyatakan bahwa penyulingan
dilakukan berdasarkan atas perbedaan tekanan uap dari masing-masing campuran. Penyulingan dapat
dilakukan terhadap minyak serai yang tidak larut dalam air (Ketaren, 1985). Minyak serai wangi
dihasilkan dengan teknik distilasi uap air pada bagian daun dan batang dari tanaman serai wangi (Yuni,
Sipahutar, Mahfud, & Prihatini, 2013; Kadarohman, 2006). Pemisahan minyak serai dapat terjadi
karena adanya perbedaan titik didih (tekanan uap) di antara komponen-komponen bahan. Di dalam
alat suling terdapat minyak dan air yang bersifat tidak dapat bercampur.
Jumlah minyak serai wangi yang menguap bersama uap air ditentukan oleh besar tekanan
uap yang digunakan, berat molekul masing-masing komponen dalam minyak serai, dan
kecepatan minyak serai yang keluar dari bahan. Dalam proses penyulingan, pengaruh tekanan
terhadap laju alir kondensat memengaruhi jumlah distilat yang terkondensasi dalam ketel.
Kecepatan laju alir kondensat dan tekanan yang makin besar memerlukan uap yang besar pula
masuk ke ketel. Akibatnya uap yang terkondensasi ke dalam ketel juga makin besar (Ketaren,
1985; Fataina, 2005). Hal ini mengakibatkan jumlah rendemen minyak serai wangi akan
berbeda-beda seiring dengan pertambahan waktu proses penyulingan.
Saat ini teknologi distilasi/ penyulingan, merupakan teknologi yang tepat untuk
memproduksi minyak serai wangi, karena teknik distilasi / penyulingan ini mudah untuk
dikerjakan dan tidak memerlukan peralatan yang rumit. Pada umumnya metode penyulingan
minyak serai wangi dapat dilakukan dengan cara
1) penyulingan dengan air,
2) penyulingan dengan air dan uap,
3) penyulingan dengan uap langsung.
Penggunaan metode dipilih berdasarkan pertimbangan jenis bahan baku karakteristik minyak,
proses difusi minyak dengan air panas, dekomposisi minyak akibat efek panas, efisiensi
produksi, dan ekonomis serta efektivitas produksi.

Penyulingan dengan Uap Langsung


Pada sistem penyulingan dengan uap langsung ini, bahan baku tidak kontak langsung,
baik dengan air maupun pemanas/api, tetapi hanya uap bertekanan tinggi yang difungsikan
untuk menyuling. Prinsip kerja metode ini adalah membuat uap bertekanan tinggi di dalam
boiler yang kemudian dialirkan melalui pipa dan masuk ke dalam ketel yang berisi bahan
baku. Uap yang keluar dari ketel dihubungkan dengan kondensor. Cairan kondensat yang
berisi campuran minyak dan air dipisahkan dengan separator sesuai berat jenis minyak.
Prinsip dari model ini sama dengan penyulingan uap dan air, hanya saja air penghasil uap
tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap jenuh
atau uap yang kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer (Lutony & Yeyet, 2002;
Yuni dkk., 2013). Distilasi uap
digunakan untuk mendistilasi cairan yang titik didihnya tinggi atau cairan yang mengalami
dekomposisi saat dipanaskan pada titik didihnya. Distilasi ini dilaksanakan dengan cara
memanaskan cairan dengan air atau uap air yang secara aktif dimasukkan melalui pipa. Dari
sistem penyulingan ini dihasilkan minyak serai wangi yang paling baik kualitas dan
rendemennya.
Penyulingan dengan uap langsung lamanya berkisar antara 4–6 jam (Agustian &
Sulaswatty, 2005). Dengan mengamati kecepatan penyulingan, perkiraan lama penyulingan
dapat dihitung. Untuk penyulingan dengan uap air, kecepatan penyulingan yang baik sebesar
0,6 uap/kg daun serai wangi. Pada penyulingan dengan uap langsung (Gambar 3.10), tekanan
uap mula-mula sebesar 1,0 atm, kemudian dinaikkan secara bertahap dan diakhiri pada
tekanan sebesar 2,5–3 atm. Senyawa sitronelal berada pada fraksi ringan yang keluar pada
awal proses. Pada fraksi berat seperti total geraniol, sebagian besar baru akan tersuling pada
suhu tinggi atau dengan waktu penyulingan cukup lama. Sitronelal dan total geraniol adalah
fraksi yang menentukan mutu minyak serai wangi. Makin besar kandungannya dalam minyak,
makin tinggi mutu minyak serai wangi (Agustian & Sulaswatty, 2005).

Boiler
Ketel uap merupakan alat penghasil uap. Alat ini diperlukan pada penyulingan dengan uap
langsung Terdapat dua macam ketel uap, yaitu ketel uap bertekanan rendah (18–20 kg) dan
ketel uap bertekanan tinggi (45 kg lebih). Uap bertekanan rendah dan bersuhu rendah akan
terkondensasi kembali menjadi air pada tumpukan bahan, sedangkan uap yang bertekanan
tinggi akan masuk ke dalam bahan secara lebih efektif sehingga kondensasi dalam ketel
suling akan berkurang. Ketel uap bertekanan tinggi akan bekerja lebih efisien karena akan
mempersingkat waktu penyulingan (Guenther, 1987). Ketel uap hanya digunakan untuk
penyulingan uap. Tipe dan kapasitas ketel uap sangat bervariasi. Tipe sederhana umumnya
berbentuk oval yang dibuat dari plat besi dengan pemasangan yang horizontal di atas tungku
api. Ketel uap dilengkapi dengan pengukur tekanan uap, klep keselamatan, dan pipa penduga
air dalam ketel.

1. Methodology
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membuat boiler mini dengan bahan bakar
tempurung kelapa, boiler ini direncanakan menghasilkan uap pada temperature 100-120 C
pada tekanan uap 1,5-2 bar (tekanan operasional). Tekanan uap perencanaan ketel 6 atm. Jenis
yang dirancang adalah jenis ketel uap pipa api. Bahan ketel menggunakan carbon steel SA
299. Ruang bakar menggunakan besi plat ukuran 2,5 mm.

ada beberapa tahapan dalam mengerjakan boiler mini sampai ke tahap pengujian, seperti dapat dilihat
pada gambar 1.

Start

Determination of mini boiler design

Design of a vertical boiler with a fire pipe (firetube)

Determine the working pressure and temperature of the boiler

Determine the value of BTUs per pound of steam required and


determine the value of boiler horsepower (BTUs per hour)

Determine the boiler heat transfer area

Determine the type and thickness of the material to be used

Making a mini boiler

Boiler testing

End

Gambar 1. Tahapan perancangan

Perhitungan konstruksi boiler


Tipe boiler yang akan dibuat adalah tipe boiler Vertical fire tube boiler , dengan perhitungan-
perhitungan sebagai berikut :

Badan Boiler

Boiler yang direncanakan tergolong ke dalam steam boiler kapasitas kecil (kurang dari 10
ton/jam) dan bertekanan rendah (kurang dari 10 atm)[1], sehingga standar perancangan yang
digunakan yaitu ASME Section IV. Material dalam merencanakan badan boiler ini menggunakan
bahan SA 285 Grade C merupakan material carbon steel untuk boiler pada ASME Section IV.
Material SA 285 Grade C didapatkan data sebagai berikut:
- S = Maximum Allowable stress value = 11 ksi =11000 lb/in2
(ASME Section IV 2004: 73)
- E = Joint coefficient = 85% = 0,85

(ASME Section IV 2004: 86)

(ASME Section IV 2004: 3)

- P = Tekanan perancangan = 6 bar = 87 lb/in2


- R = Radius dalam badan boiler = 7,874 in (200 mm)
- D = Diameter dalam badan boiler = 400 mm

Tinggi badan boiler ditentukan sendiri sesuai dengan kapasitas tampungan air yang akan
dirancang. Tinggi badan boiler yaitu 500 mm.

Gambar 2 .Boiler dengan pipa api

Ketebalan minimal plat yang diijinkan adalah :


t = 0,037 inchi = 0,94 mm

Jadi dengan Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) 87 lb/in2 ketebalan plat yang
direncanakan sebesar 0,037 in atau 0,94 mm atau 1mm.

Fire Tube

Fire tube yang dirancang harus dapat menahan Maximum Allowable Working Pressure (MAWP)
sebesar 87 lb/in2. Material fire tube menggunakan seamless carbon steel SA 53 Grade B untuk
boiler pada ASME Section IV. Firetube pada boiler ini merupakan part yang mendapatkan
external pressure. Pada perhitungan ketebalan tube direncanakan dengan metode trial and error
untuk mendapatkan ketebalan yang sesuai, sebagai berikut :
Material SA 53 Grade B didapatkan data sebagai berikut:
- S = Maximum Allowable stress value = 12 ksi =12000 lb/in2
Yield strength = 242 Mpa
(ASME Section IV 2004: 73)
- E = Joint coefficient = 85% = 0,85
(ASME Section IV 2004: 86)

D = Diameter luar firetube = 1,575 in (40 mm)


L = Panjang firetube = 19.685 in (500 mm)
P = Tekanan perancangan = 6 bar = 87 lb/in2
T = Temperature perancangan = 150OC
Gambar 3.pipa api

Untuk mendapatkan ketebalan firetube dengan menggunakan prosedur pencarian pada ASME
Section IV:
Menentukan L/D0 dan D0/t

Diasumsikan 40
Dari tabel ASME Section 2 Part D 2010 Table G hal 791 dan ASME Section 2 Part D 2010
Table CS-2 hal 794 didapatkan :

Tabel 1. Pencarian P dengan D0/t = 40


DO/t L/DO Faktor A T (0C) Faktor A Faktor B Faktor B
(Mpa) (lb/in2)
40 8,000 7,31x10- 150 3,56x10- 32,19 4668,76
4 4

40 14,430 6,97x10- 150 6,97x10- 63,04 9143,18


4 4

40 16,000 6,92x10- 150 9,0x10-4 81,40 11806,0


4
7

Dari tabel 1 digunakan untuk mencari nilai P dengan syarat p > p1

Pada ASME Section IV 2004, HG-312.3 hal 10


P> P1
116,719 lb/in2 > 87 lb/in2
Jadi DO/t = 40 dapat digunakan

Dari perhitungan didapatkan ketebalan fire tube sebesar 1 mm.

Tubesheet

Tubesheet adalah tempat untuk menopang pipa-pipa api pada boiler. Tubesheet merupakan bagian
yang mendapatkan tekanan yang paling besar. Oleh karena itu tubesheet harus dapat menahan
Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) yang direncanakan. Material tubesheet
menggunakan SA 285 Grade C merupakan material carbon steel untuk boiler pada ASME Section
IV.
Material SA 285 Grade C didapatkan data sebagai berikut:
- S = Maximum Allowable stress value = 11 ksi =11000 lb/in2
(ASME Section IV 2004: 73)
- E = Joint coefficient = 85% = 0,85

(ASME Section IV 2004: 86)

√( )( )

(ASME Section IV 2004: 26)

P = Tekanan perancangan = 6 bar = 87 lb/in2


p = Maksimal jarak antar pipa api = 3,397 in (100 mm)
C = - 2.7 untuk pipa api pengelasan ketebalan kurang dari 11 mm (7/16inchi)
- 2.8 untuk pipa api pengelasan ketebalan lebih dari 11 mm (7/16inchi)
(ASME Section IV 2004: 26)
D = Diameter luar pipa = 1,575 in (40 mm)
Gambar 4. Tube sheet

√( )( )

√( )( )

Hasil perhitungan menunjukkan kebutuhan ketebalan tubesheet sebesar 0,204 in (5,5 mm).
Maka dengan ketebalan plat 5,5 mm dan Maximum Allowable Working Pressure (MAWP) 87
lb/in2 dapat menahan tekanan sebesar :-

( )

( )

Jadi ketebalan plat yang direncanakan sebesar 0,204 in atau 5,5 mm dapat menahan tekanan
sebesar 97,94 lb/in2.

2. Result and Discussion


Boiler mini yang telah dibuat kemudian diletakkan di atas tungku berukuran 800mm x 800mm x 400mm
berbahan bakar tempurung kelapa, keluaran boiler kemudian dihubungkan ke tangki penguapan, tangki
penguapan kemudian diisi dengan daun serai wangi sebanyak 10 kg. tungku dipanaskan dan temperatur boiler
diukur
Gambar 5 Daun serai wangi dimasukkan ke dalam tangki penguapan

Gambar 6 Boiler (kiri) dan tangki penguapan (kanan)

Temperatur boiler juga diukur menggunakan alat thermovision, dapat dilihat pada gambar , dimana panas
pada boiler hampir terdistribusi secara merata pada boiler, pada bagian tengah boiler bagian atas Nampak ada
bagian yang lebih panas dari yang lain, itu merupakan bgian dari pipa api, dimana panas pada tungku akan
diteruskan ke bagian atas boiler.
Gambar 7 Foto hasil kamera termal boiler

Sementara dengan pengukuran menggunakan sensor termokopel datanya dapat dilihat pada gambar ……

Gambar 8 Grafik temperatur terhadap fungsi waktu dari prosess pemanasan air dalam boiler

Boiler mampu mendidihkan 38 liter air dalam waktu 85 menit, dan mampu bekerja dalam tekanan sekitar 2
bar untuk melakukan distilasi daun serai wangi menjadi minyak, dari sekitar 10 kg daun serai wangi akan
dihasilkan lebih kurang 10mL minyak serai wangi
Gambar 9 minyak serai wangi

3. Conclusion

 Boiler skala laboratorium berbahan bakar tempurung kelapa mampu beroperasi pada
tekanan 2 kg/cm2 dan suhu 120°C.

 boiler mampu melakukan distilasi sebanyak 10kg daun serai wangi untuk
menghasilkan minyak serai sebanyak 10ml.

References

[1] L. Hakim and P. Subekti, “Rancang Bangun Ketel Uap Mini Dengan Pendekatan Standar Sni
Berbahanbakar Cangkang Sawit,” Aptek, vol. 7, no. 1, pp. 1–8, 2015.

Anda mungkin juga menyukai