Anda di halaman 1dari 40

‼️TUGAS KESELAMATAN KERJA‼️

✔️Dikerjakan secara kelompok pakai kelompok praktikum


✔️Mencari tahu dan mempelajari tentang pesawat uap dan bejana tekan meliputi:
1. Definisi (Alfina)
2. Fungsi (Deva)
3. Jenis (Bagus) -> UDAH pesawat uapnya
4. Bagian-bagian (Arya)
5. Cara pemakaian (Ana)
6. Cara perawatan (Nisa)
7.Regulasi (Anbin)

✔️Bentuk word
✔️DEADLINE JUMAT 28 MEI JAM 13.00
Pesawat Uap atau Ketel Uap

Definisi pesawat uap dan bejana tekanan.


Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan
tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen utama
dalam ketel uap antara lain :
» Dapur berfungsi sebagai alat untuk mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi
kalor.
» Alat penguapan (evaporator) berfungsi untuk mengubah energi pembakaran bahan bakar
menjadi energi tekanan uap.
Komponen pendukung ketel uap :
» Sistem pemipaan yang digunakan adalah pipa-pipa api.
» Cerobong asap adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan gas asap pembakaran dari
ketel uap keluar menuju udara bebas sehingga dapur dapat berfungsi secara efektif.
» Sistem pemanas uap lanjut, sistem pemanas udara pembakaran dan sistem pemanas air
pengisi ketel, berfungsi sebagai alat untuk menaikan efisiensi ketel.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ketel uap :
Temperatur dan tekanan kerja ketel
• Kapasitas ketel
• Jenis bahan bakar
• Ruang bakar
• Air isian ketel
• Biaya pembuatan, operasi dan pemeliharaan.
Syarat - syarat ketel uap yang ideal yaitu :
› Dapat menghasilkan jumlah uap yang maksimum dengan jumlah bahan bakar yang
minimum.
› Kapasitas uap dan tekanan kerja harus konstan.
› Perangkat pembakaran mampu membakar unsur-unsur bahan bakar secara sempurna
sehingga di dapat hasil yang optimal.
› Sirkulasi air harus baik agar diperoleh suhu yang merata pada seluruh bagian ketel, maka
penyerapan kalor oleh air lebih efektif.
› Konstruksi ketel sederhana, sehingga biaya pembuatan, operasi dan perawatan lebih
ekonomis dan hemat tempat.
› Alat-alat perlengkapan ketel harus berfungsi dengan baik sehingga ketel dapat beroperasi
dengan baik dan aman.

Pengertian Umum Ketel Uap


Ketel uap adalah pesawat energi yang mengubah air menjadi uap dengan kapasitas dan
tekanan tertentu dan terjadi pembakaran di dapur ketel uap. Komponen-komponen utama
dalam ketel uap antara lain :

» Dapur berfungsi sebagai alat untuk mengubah energi kimia bahan bakar menjadi energi
kalor.

» Alat penguapan (evaporator) berfungsi untuk mengubah energi pembakaran bahan bakar
menjadi energi tekanan uap.

Komponen pendukung ketel uap :

» Sistem pemipaan yang digunakan adalah pipa-pipa api.

» Cerobong asap adalah alat yang digunakan untuk mengalirkan gas asap pembakaran dari
ketel uap keluar menuju udara bebas sehingga dapur dapat berfungsi secara efektif.

» Sistem pemanas uap lanjut, sistem pemanas udara pembakaran dan sistem pemanas air
pengisi ketel, berfungsi sebagai alat untuk menaikan efisiensi ketel.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan ketel uap :

Temperatur dan tekanan kerja ketel

• Kapasitas ketel

• Jenis bahan bakar

• Ruang bakar

• Air isian ketel

• Biaya pembuatan, operasi dan pemeliharaan.

Syarat - syarat ketel uap yang ideal yaitu :

› Dapat menghasilkan jumlah uap yang maksimum dengan jumlah bahan bakar yang
minimum.

› Kapasitas uap dan tekanan kerja harus konstan.


› Perangkat pembakaran mampu membakar unsur-unsur bahan bakar secara sempurna
sehingga di dapat hasil yang optimal.

› Sirkulasi air harus baik agar diperoleh suhu yang merata pada seluruh bagian ketel, maka
penyerapan kalor oleh air lebih efektif.

› Konstruksi ketel sederhana, sehingga biaya pembuatan, operasi dan perawatan lebih
ekonomis dan hemat tempat.

› Alat-alat perlengkapan ketel harus berfungsi dengan baik sehingga ketel dapat beroperasi
dengan baik dan aman.

referensi : ums.bab1.http://eprints.ums.ac.id/26292/2/04._BAB_I.pdf

Bejana tekan (pressure vessel) adalah wadah sebagai penampung fluida, baik cair maupun
gas. Bejana tekan merupakan salahsatu alat proses suatu industri yang penting, khusunya
untuk industri kimia, perminyakan dan pembangkit listrik seperti pada pembangkit tenag
nuklir. Pada industri tersebut, bejana tekan yang digunakan biasanya memiliki tekanan tinggi.
Dalam perancangan suatu bejana tekan ada beberapa hal yang haruus diperhatikan yaitu:

1. Teganagn yang muncul pada dinding bejana teakan tersebut akibat tekaanan yang
dihasilkan karena fluida yang berada dalam bejana.
2. Berat jenis itu sendiri.
3. Tekanan akibat faktor eksternal, seperti beban angin dan gempa yang diperoleh oleh
bejana.

contoh beban pada pressure vessel:


Pompa=>getaran=>pembebanan secara kontinyu
Artinya saat pompa beroperasi, maka terjadi getaran yang diakibatkan dari berputarnya
impeler pompa. Sehingga getaran tersebut menjadi beban secara kontinyu yang harus
ditanggung oleh bejana tekan (pressure vessel).

Gaya yang diberikan kepada bajana tekan atau struktur yang terdapat pada bejan tekan.
Beban utama yang diterima pada bejan tekan antara lain:

1. Beban akibat tekanan (internal & eksternal).


2. Beban angin.
3. Beban akibat gempa.
4. Beban akibat termeratur.
5. Beban akibat komponen yang terpasang di beja tekan.

Komponen pada Bejan Tekan:

1. Shell
2. Head/Roof =>> meliputi: flate, conical, hemispherical, ellipsoidal
3. Manhole => lubang sebagai akses manusia, untuk mempermudah proses
pemeliharaan.
4. Support => meliputi sadle, leg, skirts
5. Nozzle => komponen silinder yang menembus shellatau head dari bejana tekan.
Ujung nozzle biasanya berbentuk flange untuk memungkinkan koneksi dengn bagian
lain dan mudah untuk pemeliharaan atau akses. Nozzle digunakan untuk aplikasi yang
meliputi:
● Pasang pipa untuk aliran masuk/keluar dari vessel
● pasang koneki instrument.

Standard yang digunakan dalam pembuatan bejana tekan adalah ASME.

referensi :Jubaidi,ali.apa itu bejana tekanan. https://alijubaidi.blogspot.com/2015/06/apa-itu-


bejana-tekan-pressure-vessel.html

sifikasi Ketel Uap


Ketel Uap banyak sekali macamnya, dan perkembangannya dapat mengikuti kemajuan
teknologi masa kini. Dari sekian banyak macam ketel perlu dikelompokkan menjadi beberapa
bagian. sesuai kegunaannya, konstruksinya dan lain-iain. Di bawah ini akan diuraikan
pengelompokan tersebut secara garis besar:

Pembagian Menurut Undang-Undang Uap

Karena tempat penggunaannya berbeda-beda, maka menurut Undang-Undang Uap pasal 9,


Ketel Uap dibagi menjadi tiga yaitu :

1. Ketel Tetap atau Ketel Darat, yaitu ketel-ketel yang dipakai di darat seperti
paberik-paberik, PLTU dan lain-lain yang mempunyai pondasi yang tetap.
2. Ketel Kapal, yaitu ketel-ketel yang dipakai di kapal. Di sini perlengkapan alat-alat
keselamatan ketel biasanya mempunyai konstruksi yang sedikit berbeda dengan
ketel-ketel lainnya, mengingat keadaan kapal-kapal yang selalu oleng selama
berlayar.
3. Ketel-Ketel yang dapat bergerak. yaitu ketel-ketel yang tidak termasuk dalam
kedua golongan ketel tersebut di atas, seperti ketel kereta api, ketel tiang pancang
dan lain-lain.

Pembagian Menurut Konstruksinya

Ketel dibuat untuk menghasilkan uap dengan jalan memanasi air yang ada di dalamnya oleh
gas panas hasil pembakaran bahan bakar. Ketel harus bekerja seefisien mungkin; artinya
harus dapat menghasilkan uap sebanyak-banyaknya dengan pemakaian bahan bakar yang
seminimal mungkin. Oleh karena itu konstruksi ketel harus sedemikian sehingga panas dari
bahan bakar harus sebanyak-banyaknya dapat diserap oleh air ketel guna menghasilkan uap.
Untuk mencapai hal tersebut maka konstruksi ketel dibuat dari susunan pipa-pipa yang
memisahkan antara air dan gas-gas panas yang memanaskan air tersebut.

Dilihat dari kedudukan pipa ketel dibagi menjadi :

1. Horizontal contoh : B & W Seksi


2. Vertikal contoh : Foster Wheeler
3. Miring contoh : B & W Integral

Dilihat dari zat yang mengalir di dalam pipanya, ketel dibagi menjadi tiga golongan yaitu :

1. Ketel Pipa Api (Fire Tube Boiler). Pada ketel ini gas-gas panas mengalir di dalam
pipa, sedangkan air yang dipanasi berada di luar pipa. Ketel pipa api biasanya
digunakan untuk kapasitas steam sampai 14.000 kg/jam dengan tekanan 18
kg/cm2. Ketel pipa api dapat menggunakan bahan bakar minyak bakar, gas atau
bahan bakar padat dalam operasinya. Untuk alasan ekonomis, sebagian besar ketel
pipa api di konstruksi sebagai “paket” boiler ( dirakit pabrik )untuk semua bahan
bakar.

Contohnya : – Ketel Schots

– Ketel Cochran

2. Ketel Pipa Air (Water Tube Boiler). Pada ketel ini yang mengalir di dalam pipa
adalah air ketel, sedangkan gas-gas pemanasnya berada di luar pipa. Pada masa
kini ketel-ketel pipa air ini lebih pesat perkembangannya. Pada ketel pipa air, air
diumpankan boiler melalui pipa-pipa masuk ke dalam drum. Air yang bersirkulasi
dipanaskan oleh gas pembakaran membentuk steam pad daerah uap dalam drum.
Ketel ini dipilih jika kebutuhan steam dan tekanan steam sangat tinggi seperti pada
kasus ketel untuk pembangkit tenaga. Ketel yang modern dirancang dengan
kapasitas steam antar 4.500 – 12.000 ton/jam, dengan tekanan sangat tinggi.
Banyak ketel pipa air yang dikonstruksikan secara paket jika digunakan bahan
bakar minyak bakar dan gas. Untuk ketel pipa air yang menggunakan bahan bakar
padat, tidak umum dirancang secara paket. Karakteristik ketel pipa air sebagai
berikut:
a. Fored, induced dan balanced draft membantu untuk meningkatkan efisiensi
pembakaran.
b. Kurang toleran terhadap kualitas air yang dihasilkan dari plant pengolahan air.
c. Memungkinkan untuk tingkat efisiensi panas yang lebih tinggi

Contohnya : – Ketel Babcock dan Wilcox

– Ketel Foster Wheeler

– Ketel Yarrow

–ISD

– E S D ( ESD I, II, III dan IV )

3. Ketel Gabungan Pipa Api dan Pipa Air. Pada ketel ini terdapat dua macam jenis
pipa, yaitu pipa api dan pipa air. Konstruksinya pada umumnya seperti Ketel
Schots. Dan nampaknya dibuatnya ketel ini adalah untuk memperbaiki kekurangan
yang terdapat pada Ketel Schots, seperti kurang baiknya sirkulasi air di dalam
ketel.

Contohnya : – Ketel Werkspoor

– Ketel Howden – Johnson


Dilihat dari Pemakaiannya, ketel dibagi menjadi :

1. Ketel stasioner (stasionary boiler) atau ketel tetap. Yang termasuk stasioner adalah
ketel-ketel yang didudukan pada suatu pondasi yang tetap, seperti ketel untuk
pembangkitan tenaga, untuk industri dll.

2. Ketel mobil (mobile boiler), ketel pindah / portable boiler. Yang termasuk ketel
mobil adalah ketel yang dipasang pada pondasi yang berpindah-pindah (mobil ),
seperti boiler lokomotif, loko mobile dan ketel panjang serta lain yan sepertinya
termasuk ketel kapal ( marine boiler )

Dilihat dari Letak Dapur (Furnace Position), ketel dibagi menjadi :

1. Ketel dengan pembakaran di dalam (internally fired steam boiler). Dalam hai ini
dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel . kebanyakan ketel pipa
api memakai system ini.

2. Ketel dengan pembakaran di luar (outernally fired steam boiler). Dalam hai ini
dapur berada (pembakaran terjadi )di bagian dalam ketel . kebanyakan ketel pipa
air memakai system ini

Dilihat dari Jumlah Lorong (Boiller Tube), ketel dibagi menjadi :

1. Ketel dengan lorong tunggal (single tube steam boiler). Pada single tube steam
boiler, hanya terdapat 1 lorong saja, lorong api maupun lorong air. Cornish boiler
adalah single fire tube boiler dan simple vertikal boiler adalah single water tube
boiler.

2. Ketel dengan lorong ganda (multi tube steam boiler). Multi fire tube boiler
misalnya ketel scotch dan multi water tube boiler misalnya ketel B dan W dll

Dilihat dari Porosnya Tutup Drum (Shell), ketel dibagi menjadi :

1. Ketel tegak (vertikal steam boiler), seperti ketel cocharn, ketel clarkson dll
2. Ketel mendatar (horizontal steam boiler), seperti ketel cornish, lancashire, scotch
dll.

Dilihat dari Bentuk dan Letak Pipa, ketel dibagi menjadi :

1. Ketel dengan pipa lurus, bengok dan berllekak-lekuk ( stright, bent and sinous
tubeler heating surface )
2. Ketel dengan pipa miring datar dan miring tegak (horizontal, inclined or vertical
tubeler heating surface )

Dilihat dari Peredaran Air Ketel (water circulation), ketel dibagi menjadi :

1. Ketel dengan peredaran alam (natural circulation steam boiler). Pada natural
circulation boiler, peredaran air dalam ketel terjadi secara alami yaitu air yang
ringan naik, sedangkan terjadilah aliran aliran conveksi alami. Umumnya ketel
beroperasi secara aliran alami, seperti ketel lancashire, babcock & wilcox
2. Ketel dengan peredaran paksa (forced circulation steam boiler). Pada ketel dengan
aliran paksa, aliran peksa diperoleh dari sebuah pompa centrifugal yang
digerakkan dengan elektric motor misalnya la-mont boiler, benson boiler, loeffer
boiler dan velcan boiler.

Dilihat dari tekanan kerjanya, ketel dibagi menjadi :

1. tekanan kerja rendah : ≤5 atm


2. tekanan kerja sedang : 5-40 atm
3. tekanan kerja tinggi : 40-80 atm
4. tekanan kerja sangat tinggi : >80 atm

Dilihat dari kapasitasnya, ketel dibagi menjadi :

1. kapasitas rendah : ≤2500 kg/jam


2. kapasitas sedang : 2500-50000 kg/jam
3. kapasitas tinggi : >50000 kg/jam

Dilihat dari pada sumber panasnya (heat source), ketel dibagi menjadi :

1. ketel uap dengan bahan bakar alami


2. ketel uap dengan bahan bakar buatan
3. ketel uap dengan dapur listrik
4. ketel uap dengan energi nuklir

Ketel Bantu

Yaitu ketel yang menghasilkan uap, yang dipergunakan untuk keperluan pesawat bantu,
seperti pompa-pompa, pemanas dan lain-lain. Jenis-jenis ketel yang biasanya dipergunakan
sebagai ketel bantu misalnya :

● La Mont Exh Gas Economicer


● Cochran Composite Boiler
● B & W M – type
● Foster Wheeler D – type.

Pada kapal Motor Besar pada umumnya mempunyai ketel bantu. Manfaat ketel bantu ini
adalah untuk pemanasan di kapal, seperti pemanas ruangan, dapur, bahan bakar. serta untuk
menggerakkan pesawat-pesawat bantu.

Ketel semacam ini pada umumnya selain diopak dengan bahan bakar minyak. biasanya juga
dikombinasi dengan memanfaatkan panas dari gas buang yang keluar dari motor

Susunan atau sistemnya ada beberapa macam, diantaranya adalah :


1. Pada sebuah kapal terdapat sebuah ketel bantu yang diopak dengan bahan minyak.
dan sebuah ketel tersendiri yang khusus diopak dengan gas buang motor induk.
Dan masing-masing bisa terjadi pembentukan uap sendiri-sendiri.
2. 2. Sistem La Mont.

Ketel La Mont banyak dipakai untuk memanfaatkan sebagian dari panas gas buang dari
motor induk guna pembentukan uap. Ketel ini biasanya ditempatkan di jalanan gas buang dari
motor induk atau di cerobong, dengan demikian letaknya lebih tinggi dari motor induk (Lihat
gambar).

Fungsi dari ketel ini sebenarnya hanya sebagai tempat sirkulasi pengambilan panas,
sedangkan tempat pembentukan uapnya berada pada ketel bantu lainnya. Dengan demikian
diperlukan pompa sirkulasi untuk rnengalirkan air yang berada di dalam ketel bantu
(misalnya Cochran) ke ketel La Mont untuk akhirnya kembali ke ketel bantu lagi setelah
mengambil panas. Pembentukan uap yang dihasilkan oleh ketel bantu biasanya dengan
tekanan kira-kira 7 ato dan suhu air ketelnya kira-kira 170°C.

Suhu gas buang berkisar 300 – 400°C dan meninggalkan ketel La Mont kira-kira 220°C.

Ketel La Mont yang dipanaskan oleh gas buang ini, hampir semuanya merupakan sejumlah
pipa-pipa yang berbentuk spiral. Masing-masing pipa spiral ujung-ujungnya dihubungkan
dengan lemari pemasukan dan pembuangan.

Referensi:
admin. 2015. Ketel Uap (Boiler). http://hima-tl.ppns.ac.id/ketel-uap-boiler/

BAGIAN-BAGIAN KETEL UAP

Sama seperti pompa, kompresor dan peralatan pabrik lainnya yang tersusun dari berbagai
komponen sehingga alat tersebut dapat beroperasi dan menjalankan perannya. Boiler juga
tersusun dari berbagai macam komponen dengan fungsinya masing-masing. Di bawah ini
adalah fungsi dari masing-masing komponen pada boiler, yaitu:

1. Tungku Pengapian (Furnace)


Bagian ini merupakan tempat terjadinya pembakaran bahan bakar yang akan menjadi sumber
panas, proses penerimaan panas oleh media air dilakukan melalui pipa yang telah dialiri air, pipa
tersebut menempel pada dinding tungku pembakaran. Proses perpindahan panas pada furnace
terjadi dengan tiga cara:
● Perpindahan panas secara radiasi, dimana akan terjadi pancaran panas dari api atau
gas yang akan menempel pada dinding tube sehingga panas tersebut akan diserap oleh
fluida yang mengalir di dalamnya.
● Perpindahan panas secara konduksi, panas mengalir melalui hantaran dari sisi pipa yang
menerima panas kedalam sisi pipa yang memberi panas pada air.
● Perpindahan panas secara konveksi. panas yang terjadi dengan singgungan molekul-
molekul air sehingga panas akan menyebar kesetiap aliran air.

Di dalam furnace, ruang bakar terbagi atas dua bagian yaitu ruang pertama dan ruang kedua.
Pada ruang pertama, di dalamnya akan tejadi pemanasan langsung dari sumber panas yang
diterima oleh tube (pipa), sedangkan pada ruang kedua yang terdapat pada bagian atas, panas
yang diterima berasal dari udara panas hasil pembakaran dari ruang pertama. Jadi, fungsi dari
ruang pemanas kedua ini yakni untuk menyerap panas yang terbuang dari ruang pemanasan
pertama, agar energi panas yang terbuang secara cuma-cuma tidak terlalu besar, dan untuk
mengontrol panas fluida yang telah dipanaskan pada ruang pertama agar tidak mengalami
penurunan panas secara berlebihan.
2. Steam Drum
Steam drum berfungsi sebagai tempat penampungan air panas serta tempat terbentuknya uap.
Drum ini menampung uap jenuh (saturated steam) beserta air dengan perbandingan antara 50%
air dan 50% uap. untuk menghindari agar air tidak terbawa oleh uap, maka dipasangi sekat-
sekat, air yang memiliki suhu rendah akan turun ke bawah dan air yang bersuhu tinggi akan naik
ke atas dan kemudian menguap.

3. Superheater
Merupakan tempat pengeringan steam, dikarenakan uap yang berasal dari steam drum masih
dalam keadaan basah sehingga belum dapat digunakan. Proses pemanasan lanjutan
menggunakan superheater pipe yang dipanaskan dengan suhu 260°C sampai 350°C. Dengan
suhu tersebut, uap akan menjadi kering dan dapat digunakan untuk menggerakkan turbin
maupun untuk keperluan peralatan lain.

4. Air Heater
Komponen ini merupakan alat yang berfungsi untuk memanaskan udara yang digunakan untuk
menghembus/meniup bahan bakar agar dapat terbakar sempurna. Udara yang akan
dihembuskan, sebelum melewati air heater memiliki suhu yang sama dengan suhu udara normal
(suhu luar) yaitu 38°C. Namun, setelah melalui air heater, suhunya udara tersebut akan
meningkat menjadi 230°C sehingga sudah dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan air
yang terkandung didalamnya karena uap air dapat menganggu proses pembakaran.

5. Dust Collector (Pengumpul Abu)


Bagian ini berfungsi untuk menangkap atau mengumpulkan abu yang berada pada aliran
pembakaran hingga debu yang terikut dalam gas buang. Keuntungan menggunakan alat ini
adalah gas hasil pembakaran yang dibuang ke udara bebas dari kandungan debu. Alasannya
tidak lain karena debu dapat mencemari udara di lingkungan sekitar, serta bertujuan untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya kerusakan pada alat akibat adanya gesekan abu maupun
pasir.

6. Pengatur Pembuangan Gas Bekas


Asap dari ruang pembakaran dihisap oleh blower IDF (Induced Draft Fan) melalui dust collector
selanjutnya akan dibuang melalui cerobong asap. Damper pengatur gas asap diatur terlebih
dahulu sesuai kebutuhan sebelum IDF dinyalakan, karena semakin besar damper dibuka maka
akan semakin besar isapan yang akan terjadi dari dalam tungku.

7. Safety Valve (Katup pengaman)


Alat ini berfungsi untuk membuang uap apabila tekanan uap telah melebihi batas yang telah
ditentukan. Katup ini terdiri dari dua jenis, yaitu katup pengaman uap basah dan katup
pengaman uap kering. Safety valve ini dapat diatur sesuai dengan aspek maksimum yang telah
ditentukan. Pada uap basah biasanya diatur pada tekanan 21 kg per cm kuadrat, sedangkan
untuk katup pengaman uap kering diatur pada tekanan 20,5 kg per cm kuadrat.

8. Gelas Penduga (Sight Glass)


Gelas penduga dipasang pada drum bagian atas yang berfungsi untuk mengetahui ketinggian air
di dalam drum. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengontrolan ketinggian air dalam ketel
selama boiler sedang beroperasi. Gelas penduga ini harus dicuci secara berkala untuk
menghindari terjadinya penyumbatan yang membuat level air tidak dapat dibaca.

9. Pembuangan Air Ketel


Komponen boiler ini berfungsi untuk membuang air dalam drum bagian atas. Pembuangan air
dilakukan bila terdapat zat-zat yang tidak dapat terlarut, contoh sederhananya ialah munculnya
busa yang dapat menganggu pengamatan terhadap gelas penduga. Untuk mengeluarkan air
dari dalam drum, digunakan blowdown valve yang terpasang pada drum atas, katup ini bekerja
bila jumlah busa sudah melewati batas yang telah ditentukan.

referensi : https://www.prosesindustri.com/2015/01/pengertian-boiler-serta-komponen.html

BAGIAN-BAGIAN BEJANA TEKAN

Bagian Pressure Vessel Secara Umum

● Head : Bagian atas yang bebentuk elips atau setengah lingkaran.


● Shell : Lapisan luar yang terbuat dari plat dengan tebal sesuai kebutuhan
dan berbentuk silinder yang dibuat dengan proses pengerolan.
● Noxxle : Bagian untuk membuka yang posisinya berada pada shell atau
head, bagian ini berupa pipa dan flange. – Skirt : Berfungsi untuk tumpuan
pressure vessel yang operasinya posisi vertikal.
● Saddle : Berfungsi untuk tumpuan pressure vessel yang operasinya posisi
horisontal.
● Platform : Berfungsi sebagai pijakan untuk operator mesin dalam
memudahkan maintenance pressure vessel.

REFERENSI ; https://kawatlas.jayamanunggal.com/kawat-las-perbaikan-pressure-
vessel/

CARA PEMAKAIAN / PROSES KERJA KETEL UAP / BOILER / BEJANA TEKAN

Energi kalor yang dibangkitkan dalam sistem boiler memiliki nilai tekanan, temperatur, dan
laju aliran yang menentukan pemanfaatan steam yang akan digunakan. Berdasarkan ketiga
hal tersebut sistem boiler mengenal keadaan tekanan-temperatur rendah (low pressure/LP),
dan tekanan-temperatur tinggi (high pressure/HP), dengan perbedaan itu
pemanfaatansteam yang keluar dari sistem boiler dimanfaatkan dalam suatu proses untuk
memanasakan cairan dan menjalankan suatu mesin (commercial and industrial boilers),
atau membangkitkan energi listrik dengan mengubah energi kalor menjadi energi mekanik
kemudian memutar generator sehingga menghasilkan energi listrik (power boilers). Namun,
ada juga yang menggabungkan kedua sistem boiler tersebut, yang memanfaatkan tekanan-
temperatur tinggi untuk membangkitkan energi listrik, kemudian sisa steam dari turbin
dengan keadaan tekanan-temperatur rendah dapat dimanfaatkan ke dalam proses industri
dengan bantuan heat recovery boiler.
Sistem boiler terdiri dari sistem air umpan, sistem steam, dan sistem bahan bakar. Sistem
air umpan menyediakan air untuk boiler secara otomatis sesuai dengan kebutuhan steam.
Berbagai kran disediakan untuk keperluan perawatan dan perbaikan dari sistem air umpan,
penanganan air umpan diperlukan sebagai bentuk pemeliharaan untuk mencegah terjadi
kerusakan dari sistem steam. Sistem steam mengumpulkan dan mengontrol produksi steam
dalam boiler. Steam dialirkan melalui sistem pemipaan ke titik pengguna. Pada keseluruhan
sistem, tekanan steam diatur menggunakan kran dan dipantau dengan alat pemantau
tekanan. Sistem bahan bakar adalah semua perlatan yang digunakan untuk menyediakan
bahan bakar untuk menghasilkan panas yang dibutuhkan. Peralatan yang diperlukan pada
sistem bahan bakar tergantung pada jenis bahan bakar yang digunakan pada sistem.

Referensi :
http://batubatatahanapi.bentengapirefractorindo.co.id/index.php/keselamatan-industri-
standard-operasi-keamanan-boiler
PERAWATAN BOILER

Perawatan untuk boiler suatu kegiatan dengan tujuan agar fasilitas atau asset yang di pelihara
atau dirawat selalu berada dalam keadaan yang dikehendaki. Secara garis besar klasifikasi
terapan dari teknik pemeliharaan dapat dibagi menjadi empat kelompok yaitu :

1. Perawatan Boiler secara Preventif (Preventif maintenance),

Perawatan boiler ini dimaksudkan untuk menjaga keadaan peralatan sebelum peralatan itu
menjadi rusak. Pada dasarnya, perawatan boiler yang dilakukan adalah untuk mencegah
timbulnya kerusakan - kerusakan yang tak terduga dan menentukan keadaan yang dapat
menyebabkan fasilitas produksi mengalami kerusakan pada waktu digunakan dalam proses
produksi. Dengan demikian semua fasilitas – fasilitas produksi yang mendapatkan perawatan
preventif akan terjamin kelancaran kerjanya dan selalu diusahakan dalam kondisi yang siap
digunakan untuk setiap proses produksi setiap saat. Hal ini memerlukan suatu rencana dan
jadwal perawatan boiler yang sangat cermat dan rencana yang lebih tepat

2. Perawatan boiler secara Korektif (corrective maintenance)

Perawatan boiler ini dimaksudkan untuk memperbaiki perawatan yang rusak. Pada dasarnya
aktivitas perawatan boiler yang dilakukan adalah pemeliharaan dan perawatan yang
dilakukan setelah terjadinya suatu kerusakan atau kelainan pada fasilitas atau peralatan.
kegiatan ini sering disebut sebagai kegiatan perbaikan atau reparasi. Perawatan korektif dapat
juga didefinisikan sebagai perbaikan yang dilakukan karena adanya kerusakan yang dapat
terjadi akibat tidak dilakukanya perawatan preventif maupun telah dilakukan perawatan
preventif tapi sampai pada suatu waktu tertentu fasilitas dan peralatan tersebut tetap rusak.
jadi dalam hal ini, kegiatan perawatan sifatnya hanya menunggu sampai terjadi kerusakan,
baru kemudian diperbaiki atau dibetulkan.

3. Perawatan boiler secara reaktif (Break down maintenance)

Perawatan boiler ini merupakan perawatan tidak terencana sehingga tidak ada jadwal
perawatan atau pemeriksaan rinci terhadap mesin dan tidak ada upaya yang dilakukan untuk
mengantisipasi atau mencegah terjadinya kerusakan, mesin diperbaiki hanya bila terjadi
kerusakan

4. Perawatan boiler secara Deteksi Dini (Predictive maintenance)


Perawatan ini merupakan pengembangan lanjut dari perawatan pencegahan. Dalam hal ini
kegagalan fungsi mesin dapat diketahui lebih awal dengan cara memonitor serta menetukan
kondisi mesin tersebut pada saat beroperasi sehingga dapat memperkirakan atau
menjadwalkan perbaikan secara efisien dan efektif, juga memungkinkan untuk memperbaiki
penyebab kerusakan mesin serta mencegah problem yang sama terulang sebelum terjadi
kerusakan. Kerugian yang ditimbulkan oleh perawatan deteksi dini adalah upah pekerja dan
biaya penggantian suku cadang harus dikeluarkan setiap saat bila diperlukan.

5. Perawatan boiler secara proaktif (Proactive maintenance). Perawatan boiler ini


merupakan pengembangan lanjut dari perawatan deteksi dini, dimana data data kegagalan
fungsi yang terekam pada mesin dianalisa dan diambil tindakan untuk perbaikan kondisi
operasi mesin sehingga dapat memaksimalkan produktifitas, efisiensi dan umur mesin.
Pada perawatan proaktif ini walaupun initial cost nya tinggi tapi biaya perawatan dan
operasi (through life cost) rendah.

Dari aspek ekonomi, sangat penting untuk mengetahui seberapa lama sistem untuk pipa
beroperasi dengan baik sesuai dengan spesifikasi desain teknik, sebab jika waktu produksi
dari sebuah peralatan dapat ditentukan secara tepat, maka nilai ekonomi dan investasi jangka
panjang dari peralatan tersebut dapat pula ditentukan dengan lebih pasti, khususnya jika hal
ini menimpa sistem yang sudah berumur(aging). Beberapa analisis yang disarankan untuk
mengetahui performance tube superheater secara komprehensif antara lain:

1. Manajemen pemeliharaan dengan sistem quality control dan terdokumentasi dan ada
reportnya.

2. Ketersediaan alat yang diorder propertinya harus sesuai standar yang telah ditetapkan.

3. Perlunya memperhatikan temperatur kerja pada saat proses boiler bekerja.

Dari sisi kimia boiler, periksalah siklus boiler secara berkala (silakan baca blog kami terkait
apa itu siklus), dosing pump perlu diatur sesuai dengan kebutuhan. Beberapa kadar kimia
sengaja ditinggikan oleh sebagian pihak karena kepentingan tertentu, padahal tidak perlu
setinggi itu.

BEJANA TEKAN

(1) Pada pemeriksaan pertama, bejana tekanan harus diadakan percobaan padat.
(2) Pada pemeriksaan ulang bejana tekanan tidak perlu diadakan percobaan padat dengan air
apabila hasil pemeriksaan bejana luar dan dalamnya memberikan hasil yang baik, sehingga
tidak perlu diadakan pengujian.

(3) Dalam pelaksanaan percobaan padat dengan air bejana tekanan tidak boleh berkeringat,
bocor atau terjadi perubahan bentuk yang menetap melebihi 0,2 % dari isi bejana semula.

(4) Pada pemeriksaan dan pengujian ulang bejana transport atau botol baja beratnya harus
ditetapkan kembali dan tidak boleh lebih kecil atau lebih besar 5% dari berat semula sesuai
dengan tanda-tanda yang tercantum pada bejana transport atau botol baja tersebut.

(5) Jika perlu suatu bejana tekanan dapat diperiksa dengan mempergunakan alat-alat yang
khusus. (6) Botol-botol yang dipergunakan untuk acetyllen yang terlarut dalam aceton
percobaan padat pertama dengan air dilakukan sebelum masa yang kerenik dimasukan dan
setelah pemadatan pertama maka percobaan padat selanjutnya dari botol-botol ini tidak perlu
dilakukan.

(7) Apabila dianggap perlu, bejana tekanan dapat diuji bahannya, untuk setiap kelompok
pembuatan itu lebih dari 200 buah maka dapat diambil 1/200 dari kelompok pembuatan dan
jumlah dibulatkan keatas

pesawat uap:

UNDANG-UNDANG UAP TAHUN 1930 (STOOM ORDONANTIE 1930) (Stb. No.225


TAHUN 1930)

Mengubah Peraturan Uap No. 342 tahun 1924

Menimbang bahwa dianggap perlu untuk menindjau kembali Peraturan Uap jang ditetapkan
berdasarkan Ordonansi tanggal 4 Pebruari tahun 1924 (Stb. No. 42 tahun 1924), sebagaimana
diubah dengan Ordonansi tanggal 24 Maret 1924 (Stb. No. 129), tanggal 19 Maret tahun
1925 (Stb. No. 121) dan tanggal 11 Mei tahun 1927 (Stb. No. 257)

PASAL I

Dengan mentjabut Peraturan-peraturan uap jang ditetapkan berdasarkan Ordonansi tanggal 4


Pebruari tahun 1924 (Stb. No. 42) menetapkan sebagai berikut :
I. ATURAN UMUM

Pasal 1

(1) Jang dimaksud dengan pesawat uap dalam Undang-undang ini ialah suatu ketel uap dan
setiap pesawat lainnja jang ditetapkan dengan peraturan pemerintah secara langsung atau
tidak langsung dihubungkan dengan suatu ketel uap dan diperuntukkan guna bekerdja
dibawah tekanan jang lebih tinggi dari tekanan udara biasa.

(2) Ketel uap ialah suatu pesawat jang dibangun untuk menghasilkan uap jang dipergunakan
di luar pesawat tersebut.

Pasal 2

Jang dimaksud dengan perlengkapan suatu pesawat uap dalam Undang- undang ini ialah
semua pesawat jang ditudjukan untuk mendjamin pemakaian pesawat uap itu dengan aman.

Pasal 3

Jang dimaksud dengan pemakai suatu pesawat uap dalam Undang-undang ini ialah :

a. dalam hal pemakaian khusus untuk keperluan rumah tangga, kepala keluarga atau pengurus
suatu bangunan di mana pesawat tersebut dipakai,

b. dalam semua hal lainnja, kepala atau pengurus usaha, perusahaan atau bangunan di mana
pesawat itu dipakai.

Pasal 4

Dalam Undang-undang ini jang dimaksud dengan pesawat uap jang tetap ialah semua
pesawat uap jang ditantjapkan di lantai/dinding dan dengan pesawat uap jang dapat dipindah-
pindahkan ialah semua pesawat uap jang tidak ditantjapkan di lantai dinding.

II. PEMERIKSAAN RENTJANA GAMBAR PESAWAT UAP

Pasal 5
(1) Barang siapa merentjanakan suatu pesawat uap guna dipakai di “Hindia Belanda”,
mengadjukan permohonan pengesahan rentjana gambar pesawat uap tersebut kepada Direktur
Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja.

(2) Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan:

a. surat-surat manakah jang harus dilampirkan pada permohonan pengesahan tersebut diatas,

b. berapa biaja jang harus dibajar kepada Negara untuk itu dan c. oleh pedjabat manakah
pengesahan itu dapat ditjabut.

III. IZIN UNTUK MENDJALANKAN PESAWAT UAP

Pasal 6

(1) Dilarang mendjalankan suatu pesawat uap tanpa memiliki surat izin untuk itu jang
diberikan oleh Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan
dan Kesehatan Kerdja.

(2)Dengan Peraturan Pemerintah dapat ditundjuk pesawat uap, terhadap mana tidak berlaku
ajat jang lalu.

Pasal 7

(1) Surat izin diberikan, apabila pemeriksaan dan pertjobaan pesawat, juga pemeriksaan
terhadap perlengkapannja jang dilakukan oleh Negara menundjukkan hasil jang memenuhi
sjarat-sjarat dalam dan berdasarkan peraturan perundangan termasuk pasal 8.

(2) Untuk Pesawat Uap jang ditempatkan di kapal berasal dari luar Indonesia dan jang telah
diperiksa dan ditjoba di Negeri Belanda, pertjobaan seperti termaksud pada ajat (1) pasal ini
tidak diharuskan, asalkan pesawat itu tetap berada di kapal jang sama dimana pesawat itu
ditempatkan sewaktu pemeriksaan dilakukan di Negeri Belanda, dan pada surat permohonan
dilampirkan bukti jang diberikan oleh Menteri Perburuhan, Perdagangan dan Perindustrian
Belanda jang menjatakan bahwa pemeriksaan dan pertjobaan telah dilakukan dengan hasil
jang memuaskan.

Pasal 8

Dengan Peraturan Perundangan ditetapkan :


a. Keterangan apakah jang harus dimuat dalam surat permohonan untuk mendapatkan surat
izin dan apakah jang harus dilampirkan; Juga tentang keterangan dan sjarat-sjarat jang harus
dinjatakan dalam surat izin tersebut.

b. sjarat apakah jang harus dipenuhi oleh pesawat uap dan perlengkapannja termasuk dalam
pasal 6;

c. cara pemeriksaan dan pertjobaan serta aturan jang harus diindahkan.

d. dalam hal manakah Direktur Pembinaan Norma-Norma Keselamatan Kerdja, Hygiene


Perusahaan dan Kesehatan Kerdja dapat memberi pembebasan seluruhnja, sebagian atau
dengan bersjarat atau ketentuan dalam peraturan pemerintah tersebut.

Pasal 9

Untuk pemeriksaan dan pertjobaan pesawat uap jang pertama kali, dilakukan oleh Negara,
juga untuk memperoleh surat izin baru dalam hal surat izin aslinja hilang, dikenakan biaja
jang djumlahnja ditetapkan dalam peraturan pemerintah.

Pasal 10

Pemohon izin guna pemakaian pesawat uap harus menjediakan baik pekerdjaan maupun alat
mesin jang diperlukan untuk pertjobaan bagi pegawai atau ahli jang mentjoba pesawat
tersebut.

Pasal 11

(1) Akibat jang merugikan dari suatu pertjobaan dipikul oleh siapa jang memohonnja, kecuali
djika pertjobaan itu tidak dilakukan sebagaimana mestinja.

(2) Dalam hal jang terakhir kerugian diganti oleh Negara. Pasal 12

(1) Djika menurut Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene


Perusahaan dan Keselamatan Kerdja pemakaian pesawat, mengingat sjarat tentang keamanan
tidak dapat diperkenankan, ia menolak pemberian izin dan memberitahukannja disertai
dengan alasannja kepada pemohon.

(2) Pemohon dalam waktu empat belas hari setelah menerima pemberitahuan tersebut, dapat
mengadjukan keberatannja kepada suatu dewan jang terdiri dari Direktur Djenderal
Perlindungan dan Perawatan Tenaga Kerdja sebagai Ketua dan dua orang Insinjur ahli mesin
jang ditundjuk oleh Menteri Tenaga Kerdja dan Transmigrasi setiap tahun sekali, sebagai
anggota.

(3) Kecuali djika keberatan itu terang tidak mempunjai dasar, dewan memerintahkan agar
pesawat diperiksa kembali oleh pegawai atau ahli lain dan djika perlu ditjoba.

(4) Djika pemeriksaan kembali menundjukkan bahwa keberatan jang diajukan oleh jang
berkepentingan adalah tidak beralasan, dewan memberitahukan kepada jang berkepentingan
bahwa penolakan dibenarkan.

IV. PENGAWASAN TERHADAP PESAWAT UAP

Pasal 13

(1) Semua pesawat uap jang dipakai beserta perlengkapannja berada di bawah pengawasan
terus menerus oleh Negara. Pengawasan ini didjalankan oleh pegawai-pegawai dari Kantor
Daerah dan Resort dalam wilajah di mana pesawat uap itu berada menurut aturan jang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

(2)Di mana berdasarkan aturan itu untuk pemeriksaan dan pertjobaan pesawat uap ditundjuk
ahli lain dari pada pegawai jang bersangkutan dari Pengawasan Keselamatan Kerdja, maka
ahli ini mempunjai wewenang jang sama seperti pegawai tersebut dan terhadap ahli itu
berlaku juga segala sesuatu jang ditetapkan dalam Undang-undang ini jang berkenaan dengan
tindakan tersebut bagi pegawai itu.

Pasal 14

(1) Pegawai dan ahli tersebut pada pasal 13 setiap waktu berhak memasuki tempat di mana
pesawat uap dan perlengkapannja berada.

(2)Djika ia ditolak untuk memasuki, ia memasukinja djika perlu dengan bantuan polisi.

(3) Djika pesawat atau perlengkapannja hanja dapat dicapai melalui suatu rumah, maka
pegawai tidak akan memasuki rumah tersebut bertentangan dengan kemauan penghuni, selain
dengan menundjukkan suatu surat perintah khusus dari Bupati/ Kepala Daerah jang
bersangkutan.

(4) Perihal memasuki ini dibuatnja suatu berita acara; suatu salinannja dikirimkan kepada
penghuni rumah dalam waktu dua kali dua puluh empat jam.

Pasal 15

Pemakai pesawat uap dan mereka jang melajaninja, wadjib memberi kepada pegawai dan ahli
termaksud pada pasal 13 semua keterangan jang diinginkan mengenai hal dan kejadian jang
berkenaan dengan didjalankannja Undang- undang ini.

Pasal 16

(1) Tiap pesawat uap diperiksa dan djika perlu ditjoba lagi oleh Direktorat Pengawasan
Keselamatan Kerdja setiap kali demikian dianggap perlu oleh Direktorat tersebut ataupun
atas permohonan pemakai.

(2) Untuk pemeriksaan dan pertjobaan termaksud pada ajat jang lalu, pemakai harus
membajar kepada Negara sedjumlah uang jang ditentukan dalam Peraturan Pemerintah.

(3) Dengan menjimpang dari ketentuan pada pasal 3, semata-mata untuk pelaksanaan ajat
jang lalu, sebagai pemakai pesawat uap ditetapkan seorang jang atas namanja surat idzin
dikeluarkan, selama ia tidak mengadjukan surat permohonan tertulis guna menarik kembali
surat izin tersebut kepada Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerdja.

Pasal 17

Pemakai pesawat uap jang menjediakan bagi orang jang ditugaskan mengadakan pemeriksaan
dan pertjobaan, baik pekerdja maupun alat mesin jang diperlukan untuk pemeriksaan dan
pertjobaan tersebut.

Pasal 18

Djika pemakai pesawat uap bertentangan dengan pendapat pegawai pengawas jang
bersangkutan jang diberitahukan kepadanja, berpendapat bahwa tidak ada tjukup alasan baik
untuk dalam jangka waktu biasa jang ditetapkan dalam peraturan pemerintah diadakan
pertjobaan atau pemeriksaan jang akan menentukan supaja pesawat uap tidak dapat dipakai
lagi, maupun untuk atas perintah pegawai menjiapkannja dalam keadaan untuk diperiksa atau
ditjoba, maka dalam waktu tiga hari setelah pemberitahuan tersebut ia menjampaikan secara
tertulis keberatannja kepada pegawai itu. Jang terakhir ini memutuskan apakah penundaan
dapat diberikan. Djika demikian ini dapat disesuaikan dengan sjarat keamanan, maka olehnja
sedapat-dapatnja akan dituruti keinginan pemakai.

Pasal 19

(1) Dengan Peraturan Pemerintah ditetapkan:

a. kewadjiban-kewadjiban jang harus dipenuhi:

I. Oleh pemakai:

1. dalam hal pesawat uap dipindahkan tempatnja.

2. djika keadaan pesawat uap dan perlengkapannja tidak memenuhi

uraian dan sjarat-sjarat jang tertjantum dalam surat izinnja.

3. djika penundjukkan pemegang surat izin tidak benar lagi.

4. dalam hal adanja kerusakan pada pesawat dan perlengkapannja.

5. dalam hal ada perbaikan pada pesawat beserta perlengkapannja.

6. tentang hal pemeliharaan dan pelajanan pesawat uap dan

perlengkapannja.

7. tentang hal pengaturan ruangan di mana ketel-ketel kapal uap

ditempatkan.

II. Oleh pemakai dan oleh orang jang melajaninja, selama pesawat dipakai, baik djika
pesawat uap dan perlengkapannja dalam keadaan bekerdja maupun tidak mengenai amannja
bekerdja pesawat uap beserta perlengkapannja
b. Apakah jang harus dilakukan oleh pemakai pesawat uap agar memungkinkan pengawasan
jang mudah dan tidak berbahaja, dan hal- hal apakah jang dapat diperintahkan oleh para
pegawai dan ahli seperti termaksud dalam pasal 13

c. Dalam hal manakah surat izin dapat ditjabut

(2) Demikian juga dalam peraturan pemerintah, seperti termaksud pada ajat (1) pasal ini,
ditentukan hal-hal, di mana Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerdja dapat memberi pembebasan seluruh atau bersjarat atas
ketentuan-ketentuan dalam peraturan pemerintah tersebut.

Pasal 20

(1) Pegawai jang berkewadjiban melakukan pengawasan terhadap pesawat uap, berwenang
memerintahkan dilakukannja usaha jang dipandang perlu guna mendjamin keamanan pesawat
dan ditaatinja ketentuan-ketentuan dalam undang-undang ini.

(2) Djika ternjata baginja bahwa orang jang bertugas melajani pesawat tidak memiliki
kemampuan jang diperlukan untuk itu, ia dapat memerintahkan agar orang tersebut
dibebaskan dari pelajanan pesawat itu.

(3) Dalam hal termaksud pada ajat pertama dan kedua pasal ini, ditetapkan suatu jangka
waktu dalam waktu mana pemakaian harus melaksanakan perintah tersebut.

(4) Djika pemakai menganggap dirinja diberatkan oleh perintah jang demikian itu, dalam
waktu empat belas hari setelah perintah itu diberikan kepadanja, ia dapat mengadjukan
keberatannja kepada Direktur Pembinaan Norma- norma Keselamatan Kerdja, Hygiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerdja jang memberi keputusan mengenai itu. Djika pemakai juga
tidak dapat menjetujui keputusan ini, dalam waktu sepuluh hari setelah menerima
pemberitahuan keputusan tersebut, ia dapat mengadjukan keberatan dengan suatu surat
permintaan jang bermeterai kepada dewan termaksud pada pasal 12 jang kemudian
mengambil keputusan terakhir dan menetapkan jangka waktu lagi dalam waktu mana
keputusan itu harus sudah dipenuhi.
(5)Segera setelah dipenuhinja perintah jang diberikan itu, pemakai memberitahukannja
kepada Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerdja dengan perantaraan pegawai pengawas jang bersangkutan.

Pasal 21

(1) Djika pada pemeriksaan atau pertjobaan ternjata bahwa pesawat tidak lagi memenuhi
sjarat jang diperlukan untuk keamanan dalam pemakaian, pegawai jang bersangkutan
melarang pemakaian selanjutnja.

(2) Larangan demikian itu ia beritahukan kepada Bupati/Kepala Daerah jang bersangkutan
jang bertanggung jawab atas pelaksanaannja, dan kepada Direktur Pembinaan Norma-norma
Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja.

(3) Pemakai dapat mengadjukan keberatannja kepada dewan termaksud pada pasal 12 dalam
waktu jang ditetapkan disini, kecuali dalam hal keberatan tersebut terang tidak mempunjai
dasar, dewan hanja mengambil keputusan terakhir, setelah pesawat diperiksa kembali atau
djika perlu ditjoba oleh seorang pegawai atau ahli lain.

(4) Djika larangan tidak dapat diubah lagi karena dibenarkan dalam tingkat banding atau
karena lewatnja jangka waktu jang ditetapkan, Direktur Pembinaan Norma-norma
Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja mentjabut surat izin jang
dikeluarkan untuk pesawat itu.

Pasal 22

(1) Djika pegawai jang berkewadjiban melakukan pengawasan mendapatkan bahwa suatu
pesawat uap bekerdja tanpa adanja izin jang diperlukan itu, ia melarang pemakaian
selanjutnja. Terhadap larangan ini berlaku ketentuan termaksud pada pasal 21 ajat (2).

(2) Pesawat uap tidak boleh dipakai lagi, kecuali setelah berdasarkan suatu permohonan,
ternjata dari suatu pemeriksaan dan pertjobaan sesuai dengan pasal 7 dan 8 bahwa terhadap
pemakaian ini tidak ada keberatan.

V. PERLEDAKAN
Pasal 23

(1) Tentang meledaknja suatu pesawat uap, pemakai segera memberitahukan kepada
Bupati/Kepala Daerah. Ia mendjaga agar pada tibanja Bupati/Kepala Daerah ini di tempat
ketjelakaan, semua berada dalam keadaan tidak berubah, kecuali djika demikian itu dapat
menimbulkan bahaja.

(2) Tentang meledaknja suatu pesawat uap jang termaksud perlengkapan suatu kapal uap atau
alat pengangkutan di darat, pemberitahuan dilakukan kepada Bupati/Kepala Daerah di tempat
kapal itu berlabuh atau pelabuhan jang pertama dimasuki atau di mana alat pengangkutan itu
berada.

(3) Bupati/Kepala Daerah segera setelah ia menerima pemberitahuan mengenai perlengkapan


tersebut, mengambil tindakan seperlunja untuk mendjaga agar segala sesuatu di tempat
ketjelakaan tetap tidak berubah sampai pemeriksaan termaksud di bawah ini dimulai sekedar
demikian itu tidak akan menimbulkan bahaja. Ia memberitahukan kejadian tersebut baik
langsung maupun dengan perantaraan Gubernur/Kepala Daerah kepada pegawai jang
berkewadjiban melakukan pengawasan atas pesawat uap jang secepatnja harus mengadakan
pemeriksaan di tempat.

Pasal 24

(1) Pemeriksaan ditempat terutama bertudjuan menetapkan apakah perledakan itu adalah
akibat :

1. kelalaian atau keteledoran ataupun karena tidak memperhatikan aturan mengenai


pemakaian pesawat uap oleh pihak pemakai atau dalam hal ia dapat membuktikan bahwa ia
telah melakukan segala sesuatunja untuk mendjaga dilaksanakannja aturan itu, oleh pihak
orang jang diberi tugas melajani pesawat itu;

2. Tindakan sengaja oleh pihak ketiga;

(2) Mengenai pemeriksaan ini oleh pegawai jang ditugaskan melakukan pemeriksaan, atas
sumpah jabatannja dibuat suatu berita acara lipat dua jang sedapat-dapatnja memuat suatu
keterangan jang djelas dan tegas mengenai sebab ketjelakaan tersebut. Sebuah berita acara
djika ada dugaan bahwa telah dilakukan suatu tindak pidana secepatnja diajukan kepada
pegawai jang berkewadjiban melakukan penuntutan dan jang lainnja kepada Direktur
Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerdja
jang segera setelah menerima surat tersebut, mentjabut surat izin jang telah dikeluarkan untuk
pesawat jang meledak itu.

(3) Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan


Kesehatan Kerdja mengirimkan salinan berita acara kepada pemakai jang bersangkutan.

VI. WEWENANG MELAKUKAN PENGUSUTAN BERKENAAN DENGAN


PELAKSANAAN ATURAN DALAM UNDANG-UNDANG INI.

Pasal 25

Selain pegawai jang berkewadjiban melakukan pengusutan kejahatan dan pelanggaran pada
umumnja, juga pegawai tersebut pada pasal 13 berwenang dan wadjib mengadakan
pengusutan pelanggaran dalam Undang-undang ini dan terhadap aturan jang diadakan untuk
melaksanakan Undang-undang ini.

VII. ATURAN PIDANA

Pasal 26

Pemakai pesawat uap dipidana dengan kurungan selama-lamanja tiga bulan atau denda
sebanjak-banjaknja tujuh ribu lima ratus rupiah;

a. djika pesawat tersebut didjalankan sebelum izin jang disjaratkan untuk itu diperoleh atau
sesudah izin itu ditjabut ataupun pemakaian selanjutnja, berdasarkan ajat pertama pasal 21
atau ajat pertama pasal 22, dilarang;

b. djika ia tidak mendjaga dengan sepenuhnja atas bekerdjanja alat keamanan seperti jang
diuraikan dalam surat izin jang diberikan;

c. djika ia membiarkan alat keamanan itu diubah diluar pengetahuan pegawai jang
berkewadjiban melakukan pengawasan atau berdjalannja baik dan tepat alat tersebut
dirintangi;

d. djika ia tidak mendjaga dengan sepenuhnja agar pendjagaan khusus untuk


mendjalankannja diindahkan;
e. djika ia setelah terjadinja suatu perledakan, tidak segera memberitahukannja kepada
Bupati/Kepala Daerah.

Pasal 27

Dipidana dengan kurungan selama-lamanja satu bulan atau denda sebanjak- banjaknja empat
ribu lima ratus rupiah, barang siapa jang bertugas melajani suatu pesawat uap tidak berada di
tempat pada waktu pesawat itu dipergunakan.

Pasal 28

Tindakan pidana dalam Undang-undang ini dianggap sebagai pelanggaran.

VIII. PENGECUALIAN DAN ATURAN PERALIHAN

Pasal 29

Undang-undang ini tidak berlaku terhadap pesawat uap jang dipakai di kapal Angkatan Laut
Republik Indonesia, Perhubungan Laut dan Dinas Pemberantasan Penjelundupan Candu di
laut serta selain pengecualian jang ditentukan dengan peraturan pemerintah, juga tidak
berlaku terhadap pesawat uap jang dipakai di perhubungan dan kepolisian milik Pemerintah
Daerah.

Pasal 30

Ketjuali jang ditetapkan pada pasal 23 dan 24, Undang-undang ini juga tidak berlaku
terhadap pesawat uap :

a. jang dipakai di kapal dan perahu jang tidak diperlengkapi dengan bukti kewarganegaraan
Indonesia yang sah atau sebagai gantinja suatu surat idzin, djika pemakai membuktikan
bahwa telah dipenuhinja peraturan mengenai uap jang berlaku di Negara jang benderanja ia
pakai ataupun kapal itu tidak memperlihatkan surat izin mengangkut penumpang atau surat
mengenai kemampuan (fertificaat van deugdelijkheid) jang memuat tjatatan mengenai
pengangkutan penumpang dari negaranja sendiri jang masih berlaku dan diakui oleh
Indonesia, kecuali djika pemiliknja menjatakan keinginannja untuk menempatkan pesawat
uap itu dibawah pengawasan Direktorat Pengawasan Keselamatan Kerdja.
b. Direktur Pembinaan Norma-norma Keselamatan Kerdja, Hygiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerdja dapat menetapkan apakah dan dalam hal manakah mengenai kapal jang
diklasifikasikan dapat dipandang tjukup dengan pengawasan oleh Biro klasifikasi jang
bersangkutan.

c. jang dapat diangkut dan milik seorang pemilik jang bertempat tinggal di luar Indonesia,
djika pemakai membuktikan, bahwa telah dipenuhi peraturan mengenai uap jang berlaku di
Negara di mana pemilik bertempat tinggal dan bahwa pesawat itu dipakai di Indonesia
kurang dari enam bulan berturut-turut.

Pasal 31

Pemakai pesawat uap jang pada waktu berlakunja Undang-undang ini memiliki surat izin,
tetap berhak untuk memakai pesawat uapnja itu berdasarkan surat tersebut dan dengan sjarat
jang tertjantum dalam surat izin itu.

Hak untuk memakai surat izin ini berakhir pada pembaharuan suatu bagian dari pesawat uap
atau perlengkapannja dengan tidak menjesuaikannja dengan ketentuan jang ditetapkan
berdasarkan Undang-undang ini.

Pasal 32

Undang-undang ini dapat disebut Undang-undang Uap tahun 1930

PASAL II

Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal jang ditetapkan oleh Gubernur Djenderal.

Agar supaja setiap orang dapat mengetahui, memerintahkan pengundangan Undang-undang


ini dengan penempatan dalam Staatsblad Hindia Belanda.

bejana tekan:
PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 37 TAHUN 2016

TENTANG

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BEJANA TEKANAN DAN TANGKI


TIMBUN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a.

b.

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf a dan huruf b dan Pasal 3 ayat
(1) huruf a dan huruf c Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja,
perlu mengatur keselamatan dan kesehatan kerja bejana tekanan dan tangki timbun; bahwa
dalam rangka melaksanakan kebijakan Pemerintah, perkembangan peraturan perundang-
undangan, perkembangan teknologi, dan pemenuhan syarat keselamatan dan kesehatan kerja
bejana tekanan dan tangki timbun, perlu dilakukan penyempurnaan atas Peraturan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.Ol/MEN/1982 tentang Bejana Tekanan;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bejana Tekanan dan Tangki Timbun;

Bejana Tekanan

Pasal 8

Bahan dan konstruksi Bejana Tekanan harus cukup kuat.


Pasal 9

(1) Setiap Bejana Tekanan diberikan tanda pengenal

meliputi:

a. nama pemilik;

b. nama dan nomor urut pabrik pembuat;

c. nama gas atau bahan yang diisikan beserta simbol kimia;

d. berat kosong tanpa keran dan tutup;

e. tekanan pengisian (Po) yang diijinkan kg/cm^;

f. berat maksimum dari isinya untuk bejana berisi gas yang dikempa menjadi cair;

g. volume air untuk bejana berisi gas yang dikempa;

h. nama bahan pengisi porous mass khusus untuk bejana penyimpanan gas yang berisi iarutan
asetilen; dan

i. bulan dan tahun pengujian hidrostatik pertama dan berikutnya.

Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d tidak berlaku pada Bejana Tekanan
berukuran besar.

Bejana penyimpan gas asetilen yang dilarutkan dalam aseton, tanda pengenal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g diganti dengan berat tarra yaitu berat total dari berat kosong
ditambah tingkap, ditambah porous mass, dan ditambah banyaknya aseton yang
diperbolehkan.

Tanda pengenal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus jelas, mudah dilihat,
dibaca, tidak dapat dihapus, tidak mudah dilepas, dan dicap pada bagian kepala yang tebal
dari pelat dinding Bejana Tekanan.
Dalam hal pengecapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dimungkinkan maka dapat
dicantumkan pada plat nama tersendiri pada bagian Bejana Tekanan.

Pengecapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh dilakukan pada Bejana Tekanan
yang mempunyai tebal pelat dinding kurang dari 4 mm (empat milimeter).

Pasal 10

(1) Pengurus dan/atau Pengusaha yang mempunyai bejana penjdmpanan gas atau bejana
transport harus mempunyai daftar atau register yang memuat:

a. nomor seri pabrik pembuat;

b. riwayat nomor urut, nama pembuat, nama penjual, dan nama pemilik bejana penyimpanan
gas;

c. nama gas yang diisikan;

d. volume air dalam liter; dan

e. tanggal, tekanan, dan hasil pengujian hidrostatis.

Pasal 11

Tanda pengenal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 dan daftar atau register sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 10

dilarang dilakukan perubahan.

Pasal 12

(1) Bahan Bejana Tekanan yang dibuat dari baja karbon

harus mempunyai kuat tarik tidak kurang 35 kg/mm^ (tiga puluh lima kilogram per milimeter
persegi) dan tidak lebih dari 55 kg/mm^ (lima puluh enam kilogram per mill meter persegi).
(2) Dalam hal bahan Bejana Tekanan mempunyai kuat tarik lebih dari 56 kg/mm^ (lima
puluh enam kilogram per mili meter persegi) maka perkalian kuat tarik dengan angka regang
hingga putus harus menghasilkan nilai paling sedikit 1200 (seribu dua ratus) kecuali Bejana
Tekanan tersebut tidak mempunyai sambungan kuat tarik paling tinggi 75 kg/mm^ (tujuh
puluh lima kilogram per mili meter persegi).

(2) Angka regang hingga putus untuk baja karbon pada batang coba dp 5 (lima) paling sedikit
tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.

Dalam hal tebal bahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kurang dari 8 mm {delapan
milimeter), angka regang hingga putus boleh kurang dari ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2).

Batang coba untuk percobaan kekuatan tarik dari pelat bahan bejana harus diambil dari
bagian memanjang.

Bejana Tekanan yang dibuat selain bahan baja karbon harus memiliki tanda hasil pengujian
atau sertifikat bahan dari lembaga yang berwenang.

Pasal 13

Bejana penyimpanan gas yang dipergunakan untuk asetilen terlarut dalam aseton harus
seluruhnya diisi dengan bahan yang mengandung porous mass yang merata.Bahan porous
mass tidak boleh terbuat dari bahan yang apabila bersenyawa dengan asetilen yang dilarutkan
dalam aseton merusak bejana penyimpanan gas.Bahan porous mass harus tidak melesak atau
mengecil dan tidak menimbulkan kantong-kantong karena sentuhan atau temperatur sampai
50 {lima puluh derajat celcius).Bejana Tekanan yang tidak mempunyai sambungan dan
dibuat dari baja leleh harus rata dan bebas cacat. Khusus Bejana Tekanan yang diproses dan
ditarik dari balok baja/ingot yang panas tidak boleh mempunyai rongga udara di dalamnya
atau membentuk cembungan atau cekungan.Bejana Tekanan tanpa sambungan yang dalam
pembuatannya mengalami cacat dilarang diperbaiki dengan cara pengelasan.
Pasal 14

(1) Bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport harus dilengkapi
dengan katup penutup.

(2) Bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport yang dipasang secara
paralel dapat menggunakan satu katup penutup.

(3) Ulir penghubung pada bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport
dengan pipa pengisi yang dipergunakan untuk gas yang mudah terbakar harus ke kiri
sedangkan untuk gas lainnya harus mempunyai ulir kanan, kecuaii untuk bejana penyimpanan
gas asetilen dan bejana penyimpanan gas untuk bahan bakar gas harus mempunyai ulir kanan.

(4) Katup penutup untuk bejana penyimpanan gas asetilen atau amoniak harus seluruhnya
dari baja, sedangkan katup penutup bejana penyimpanan gas gas lainnya harus seluruhnya
dari logam yang berbahan dasar tembaga atau logam Iain selain baja yang cukup baik.

(5) Konstruksi mur paking dari batang katup penutup harus mempunyai pengaman apabila
batang katup diputar, kecuaii apabila mur paking dapat dibuka maka batang katup tidak boleh
terlepas dan gas dalam bejana penyimpanan gas tidak dapat keluar.

(6) Katup penutup pada bejana penyimpanan gas yang berisi asetilen terlarut dalam aseton
harus aman agar tidak terjadi kebocoran gas pada setiap kedudukan katup.

Pasal 15

(1) Katup penutup pada bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan/atau bejana transport
harus diberi pelindung katup yang aman dan kuat.

(2) Pelindung katup harus memberikan mang bebas antara dinding bagian dalam dengan
bagian-bagian katup penutup paling sedikit 3 mm (tiga milimeter).

(3) Pelindung katup diberi lubang dengan garis tengah paling sedikit 6,5 mm (enam koma
lima milimeter) dan apabila diberi dua lubang atau lebih maka garis tengsihnya paling sedikit
5 mm (lima milimeter) serta tutup pelindung harus selalu terpasang.
(4) Lubang pengeluaran gas dari katup penutup harus dilengkapi dengan mur-mur penutup
atau sumbat penutup berulir.

Pasal 16

(1) Bejana Tekanan berisi gas atau gas campuran yang dapat menimbulkan tekanan melebihi
dari yang diperbolehkan, harus diberi tingkap pengaman atau alat pengaman sejenis yang
dapat bekerja dengan baik.

(2) Bejana Tekanan yang berisi gas atau gas campuran yang dikempa menjadi cair melarut
atau menjadi padat dan gas yang dipanasi sampai melebihi 50 °C (lima puluh derajat celcius),
termasuk juga bagian dari pesawat pendingin yang dipanasi harus diberi tingkap pengaman,
kecuali apabila telah terdapat pelat pengaman.

(3) Tingkap pengaman tersebut harus bekerja apabila terjadi tekanan lebih besar dari tekanan
kerja yang diperbolehkan.

(4) Bejana Tekanan yang berisi gas atau campuran dalam keadaan cair terlarut atau padat
akan dipakai sesuai dengan tekanan pengisian yang diperbolehkan harus lebih rendah dari
tekanan desain.

(5) Dalam hal sifat gas atau keadaan lain yang bersifat khusus menyebabkan tingkap
pengaman tidak dapat dipergunakan, maka bejana yang bersangkutan harus diberi pelat
pengaman yang dapat pecah apabila tekanan meningkat sampai dengan 5/4 (lima per empat)
kali yang diperbolehkan.

(6) Alat-alat pengaman yang dihubungkan dengan pipa pembuang yang tidak dapat tertutup
harus disalurkan langsung dengan pipa pembuang di atas atap bangunan.

(7) Pipa pembuang sebagaimana dimaksud pada ayat (6) harus lebih tinggi 1 m (satu meter)
dari atap dan ujungnya harus dilengkungkan ke bawah.

Pasal 17

(1) Bejana Tekanan yang berisi gas atau gas campuran


yang dipadatkan menjadi gas cair yang tidak dilengkapi dengan alat pengaman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) harus dilengkapi dengan alat untuk
menentukan berat gas atau gas campuran.

(2) Bejana Tekanan yang berisi gas dalam keadaan beku harus dilengkapi dengan alat yang
dapat menunjukan berat gas dalam kilogram dengan nilai tidak melebihi hasil bagi volume
Bejana Tekanan dalam satuan liter dengan nilai volume jenis (V) Tabel yang tercantum
dalam Lampiran dan merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(3} Bagian baw^ah dari Bejana Tekanan yang berisi gas yang dipadatkan harus diberi alat
pembuang gas yang baik.

Pasal 18

(1) Bejana penyimpanan gas dan bejana transport harus diberi alat anti guling.

(2) Alat anti guling sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh terhubung dengan tutup
pelindung.

Pasal 19

(1) Regulator penurun tekanan pada bejana penyimpanan gas untuk zat asam atau oksigen
harus dipasang secara vertikal.

(2) Regulator penurun tekanan bejana penyimpanan gas untuk zat air harus dipasang secara
vertikal sehingga pada waktu regulator dibuka tidak terjadi semburan gas. Petunjuk tekanan
dari regulator penurun tekanan harus terpasang, mudah dibaca, dan terhindar dari benturan.
Untuk gas yang mudah beroksidasi, pemakaian katup penutup maupun regulator penurun
tekanan harus dibuat aman dan kuat untuk menghindari terjadinya kejutan tekanan dalam
regulator penurun tekanan. Semua alat perlengkapan termasuk regulator penurun tekanan dari
bejana penjdmpanan gas untuk zat asam atau oksigen dan gas lain yang mudah beroksidasi
dilarang menggunakan gemuk dan bahan-bahan pelumas yang mengandung minyak dan
paking yang mudah terbakar.

Pasal 20
Untuk bejana penyimpanan gas, campuran gas, dan bejana transport berisi gas atau campuran
gas, yang dipadat menjadi cair atau terlarut harus sesuai dengan persyaratan tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Dalam hal terdapat gas atau campuran yang tidak tercantum dalam Tabel Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini, nilai dari PI, PO, V, dan n
ditetapkan oleh Menteri. Tekanan PO tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan Peraturan Menteri ini berlaku untuk temperatur 15 (lima belas derajat
celcius).

Dalam hal temperatur selain 15 °C (lima belas derajat celcius), PO harus diperhitungkan
setiap perbedaan 1 OC (satu derajat celcius) di atas atau di bawah temperatur 15 (lima belas
derajat celcius), tekanan P harus ditambah atau dikurangi dengan 0,4 kg/cm^ (nol koma
empat kilogram per sentimeter persegi) untuk asetilen terlarut, 0,43 kg/cm^ (nol koma empat
puluh tiga kilogram per sentimeter persegi) untuk gas minyak, dan 0,52 kg/cm^ (nol koma
lima puluh dua

kilogram per sentimeter persegi) untuk gas lainnya. Bejana penyimpanan gas atau bejana
transport yang berisi butan, isobutan, propan yang dikempa menjadi padat dan menjadi cair
atau campuran, berlaku ketentuan sebagai berikut:

a. pengangkutan gas digolongkan menurut tekanan pemadatannya;

b. tidak boleh diisi selain dengan gas butan, isobutan, dan propan dengan tekanan lebih dari
2/3 (dua per tiga) tekanan PI huruf a pada temperatur 50 °C (lima puluh derajat celcius); dan

c. volume gas yang diisikan tidak boleh melebihi 0,8 (nol koma delapan) kali volume bejana.

Pasal 21

Bejana penyimpanan gas harus diberi warna sesuai kode warna RAL 840-HR. Pemberian
warna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diaplikasikan pada bagian bahu bejana
penyimpanan gas, sedangkan pada bagian badan bejana penyimpanan gas boleh diberikan
warna lain, namun tidak boleh menggunakan warna yang bisa menimbulkan kerancuan
dengan warna pada bagian bahu bejana penyimpanan gas. Warna bejana penyimpanan gas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku pada tabung Alat Pemadam
Api Ringan (APAR).

Pasal 22

(1) Bejana Tekanan, kompresor yang memadat gas ke

dalam bejana dan pesawat pendingin hams dilengkapi dengan petunjuk tekanan yang dapat
ditempatkan pada kompresor atau mesin pendingin selama masih berhubungan secara
langsung.

(2) Petunjuk tekanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit harus dapat
menunjukan 1,5 (satu koma lima) kali tekanan desain.

(3) Petunjuk tekanan harus dipasang pada tempat yang mudah dilihat.

(4) Petunjuk tekanan harus diberi tanda strip merah pada tekanan kerja tertinggi yang
diperbolehkan.

(5) Petunjuk tekanan harus dilengkapi dengan sebuah keran cabang tiga yang mempunyai
flensa dengan garis tengah 40 mm (empat puluh milimeter) dan tebal 5 mm (lima milimeter).

REFERENSI :

- PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR :


PER. 01/MEN/1982
- http://perawatan-boiler.blogspot.com/2017/02/boiler-adalah-bejana-tertutup-
dimana_8.html

Anda mungkin juga menyukai