Anda di halaman 1dari 2

Nama : Pratiwi Noho

NIM : 1011423044
Kelas :E
Jurusan : Ilmu Hukum

ANALISIS KASUS ANWAR USMAN

Anwar Usman adalah seorang mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Republik
Indonesia. Dia menjabat sebagai Ketua MK dari 25 Juni 2018 hingga 25 Juni 2021. Dalam
periode kepemimpinannya, Anwar Usman terlibat dalam beberapa kasus yang menjadi
sorotan publik.
Salah satu kasus yang paling mencolok selama kepemimpinan Anwar Usman adalah
persidangan sengketa hasil Pemilihan Presiden tahun 2019 antara Prabowo Subianto dan Joko
Widodo. Pada kasus ini, Anwar Usman memimpin sidang MK yang memutuskan untuk
menolak gugatan yang diajukan oleh Prabowo Subianto terkait dugaan kecurangan pemilihan.
Putusan tersebut memperkuat kemenangan Joko Widodo sebagai Presiden RI untuk periode
kedua.
Selama masa jabatannya, Anwar Usman juga terlibat dalam beberapa keputusan
penting lainnya di bidang konstitusi. Dia memimpin sidang MK yang menguji beberapa
undang-undang, termasuk undang-undang yang berkaitan dengan pemilu, partai politik, dan
peraturan keimigrasian. Keputusan-keputusan tersebut memiliki dampak yang signifikan
terhadap sistem politik dan hukum di Indonesia.
Namun, seperti pejabat publik lainnya, Anwar Usman juga menghadapi kritik dan
kontroversi selama masa jabatannya. Beberapa kritik dilontarkan terkait putusan-putusannya
yang dianggap kontroversial atau dianggap mengabaikan asas hukum tertentu. Selain itu, ada
pula pertanyaan mengenai independensi MK dan kemungkinan adanya campur tangan politik
dalam keputusan-keputusan MK.
Anwar Usman terkait usia calon presiden (capres) dan calon wakil presiden
(cawapres) merupakan salah satu isu yang telah menjadi perhatian publik. Pada konteks yang
lebih luas, Anwar Usman adalah Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) yang terlibat dalam
sidang pembacaan putusan terkait permohonan uji materiil Pasal 169 huruf q Undang-Undang
(UU) Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu yang mengatur batas usia maksimal calon
presiden dan calon wakil presiden di Indonesia.
Proses sidang dan putusan tersebut menimbulkan kontroversi karena melibatkan
kepentingan politik, terutama terkait dengan pencalonan Gibran Rakabuming Raka,
keponakan Anwar Usman dan Wali Kota Solo, dalam pemilihan presiden. Salah satu isu yang
muncul adalah dugaan kebohongan Anwar Usman terkait ketidakhadirannya dalam Rapat
Permusyawaratan Hakim (RPH) sebelum MK memutus perkara batas usia capres-cawapres.
Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) telah membacakan putusan
terkait pelanggaran kode etik oleh Anwar Usman, yang merupakan hakim di Mahkamah
Konstitusi (MK). Putusan tersebut menyatakan bahwa Anwar Usman terbukti melanggar etik
berat dan dijatuhi sanksi pencopotan dari jabatannya sebagai Ketua MK. Putusan tersebut
mencakup beberapa poin kesimpulan, di antaranya:

1. Majelis Kehormatan tidak berwenang menilai putusan Mahkamah Konstitusi tertentu.


2. Beberapa pasal undang-undang tidak dapat diberlakukan dalam putusan perkara
pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945 oleh Mahkamah
Konstitusi.
3. Dalil yang memadankan putusan Komisi Kode Etik Penyelenggara Pemilu dengan
putusan Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi terkait putusan perkara pengujian
undang-undang, tidak tepat.
4. Majelis Kehormatan tidak menemukan cukup bukti bahwa Anwar Usman
memerintahkan pelanggaran prosedur dalam proses pembatalan pencabutan
permohonan perkara tertentu.
5. Majelis Kehormatan tidak menemukan bukti bahwa Anwar Usman berbohong terkait
alasan ketidakhadirannya dalam pengambilan putusan perkara tertentu.

Sumber
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20231108125841-12-1021466/kesimpulan-lengkap-
putusan-mkmk-soal-pelanggaran-etik-anwar-usman
https://www.bbc.com/indonesia/articles/cv2z39ye819o
https://news.detik.com/berita/d-7024298/ini-putusan-lengkap-anwar-usman-diberhentikan-
dari-ketua-mk

Anda mungkin juga menyukai